Produk: kendaraan listrik

  • Transformasi infrastruktur Indonesia, bersiap untuk lompatan paradigma

    Transformasi infrastruktur Indonesia, bersiap untuk lompatan paradigma

    Jakarta (ANTARA) – Infrastruktur merupakan fondasi dari kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Jika dahulu istilah ini hanya identik dengan jalan raya, jembatan, dan pelabuhan, kini definisinya berkembang jauh lebih luas.

    Infrastruktur modern mencakup jaringan digital, energi terbarukan, pusat data, hingga koridor pengisian kendaraan listrik. Perubahan ini tidak bisa diabaikan oleh Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 17.000 pulau, 270 juta penduduk, dan ambisi untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia.

    Pertanyaannya, apakah Indonesia siap melakukan lompatan paradigma dalam pembangunan infrastrukturnya, atau justru terjebak dalam pendekatan lama yang hanya berfokus pada beton dan baja?

    Menurut McKinsey, kebutuhan investasi infrastruktur global hingga 2040 mencapai 106 triliun dolar AS. Asia diperkirakan menyerap lebih dari separuhnya, terutama akibat urbanisasi cepat dan pertumbuhan ekonomi.

    Indonesia sendiri menghadapi tantangan besar. Kementerian PPN/Bappenas memperkirakan kebutuhan investasi infrastruktur nasional mencapai Rp6.445 triliun pada periode 2020–2024, sementara kemampuan pembiayaan pemerintah hanya sekitar 37 persen dari total kebutuhan tersebut.

    Artinya, terdapat kesenjangan pembiayaan sekitar Rp4.000 triliun yang harus diisi melalui partisipasi swasta, BUMN, maupun skema kemitraan publik-swasta (public private partnership/PPP). Tanpa strategi inovatif, Indonesia akan kesulitan mengejar ketertinggalan.

    Pembangunan infrastruktur Indonesia dalam satu dekade terakhir memang menunjukkan kemajuan signifikan. Jalan tol sepanjang lebih dari 2 ribu kilometer berhasil dibangun sejak 2015, disertai pembangunan bandara, pelabuhan, dan bendungan.

    Fokus besar pada proyek fisik ini seharusnya dilengkapi dengan investasi pada infrastruktur modern: jaringan digital, energi bersih, dan fasilitas logistik cerdas. Faktanya, hingga kini akses internet cepat baru menjangkau sekitar 70 persen desa, dan kualitas jaringan masih timpang antarwilayah. Padahal, digitalisasi adalah tulang punggung ekonomi masa depan, terutama di era perdagangan elektronik dan kecerdasan buatan.

    Selain itu, sektor energi juga menuntut perubahan besar. Indonesia masih bergantung pada batu bara yang menyumbang lebih dari 60 persen pembangkit listrik nasional. Padahal, komitmen transisi energi menuju net zero emission pada 2060 membutuhkan investasi besar dalam energi terbarukan.

    International Energy Agency (IEA) memperkirakan Indonesia membutuhkan lebih dari 20 miliar dolar AS per tahun untuk mempercepat transisi energi. Salah satu langkah strategis adalah memperluas pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan panas bumi, serta mengembangkan jaringan listrik pintar (smart grid) yang mampu mengintegrasikan sumber energi terbarukan dengan konsumsi masyarakat.

    Pusat data juga menjadi bagian tak terpisahkan dari infrastruktur masa depan. Lonjakan penggunaan kecerdasan buatan dan layanan digital mendorong kebutuhan kapasitas pusat data yang diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat secara global pada 2030.

    Indonesia sendiri mulai dilirik sebagai hub pusat data di Asia Tenggara, dengan investasi raksasa teknologi, seperti Google, Microsoft, dan Amazon. Namun, pusat data membutuhkan pasokan energi besar dan stabil, sehingga pengembangan sektor ini harus diiringi dengan kebijakan energi hijau agar tidak justru menambah beban karbon.

    Keterhubungan antar-sektor juga semakin nyata. Misalnya, pembangunan koridor kendaraan listrik (EV) memerlukan integrasi antara otoritas jalan tol, PLN sebagai penyedia listrik, serta perusahaan teknologi finansial untuk sistem pembayaran.

    Hingga pertengahan 2025, jumlah kendaraan listrik di Indonesia baru mencapai sekitar 100.000 unit, masih jauh dari target 13 juta unit pada 2030. Salah satu hambatannya adalah keterbatasan stasiun pengisian daya, yang baru mencapai sekitar 2.000 unit di seluruh negeri. Jika tidak ada percepatan investasi, target elektrifikasi transportasi akan sulit tercapai.

    Maka, yang dibutuhkan Indonesia bukan hanya pembangunan infrastruktur sektoral, melainkan pola pikir lintas sektor (cross-vertical thinking). Infrastruktur energi harus terhubung dengan transportasi, digital dengan sosial, serta pertanian dengan pengelolaan limbah.

    Sebagai contoh, limbah pertanian dapat diolah menjadi biogas untuk mendukung pembangkit listrik lokal. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya menambah aset fisik, tetapi juga menciptakan ekosistem berkelanjutan.

    Di sinilah peran modal swasta menjadi krusial. Data menunjukkan bahwa aset infrastruktur swasta global yang dikelola melonjak dari 500 miliar dolar AS pada 2016 menjadi 1,5 triliun dolar AS pada 2024.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BYD Bakal Ungguli Tesla hingga Akhir Tahun

    BYD Bakal Ungguli Tesla hingga Akhir Tahun

    Bisnis.com, JAKARTA — Tesla Inc. memang mencatatkan rekor jumlah penjualan kendaraan pada kuartal lalu, tetapi BYD Co. diperkirakan tetap mengungguli perusahaan yang dipimpin Elon Musk tersebut, setidaknya dalam kurun waktu empat kuartal tahun ini.

    Melansir dari Bloomberg, Sabtu (4/10/2025), analis yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan BYD mengungguli Tesla dalam penjualan sepanjang tahun dengan selisih yang signifikan. BYD diperkirakan mengirimkan sekitar 2,17 juta kendaraan listrik baterai, sementara perkiraan rata-rata untuk Tesla adalah 1,61 juta mobil.

    Dari data Bloomberg, pengiriman BYD mendekati 600.000 unit sedangkan Tesla hampir 500.000 unit. Kendati demikian, perusahaan milik Wang Chuanfu ittu mencatat penurunan penjualan total pertamanya dalam 18 bulan.

    BYD tercatat kehilangan momentum di pasar domestiknya, saat pembuat kebijakan makin khawatir tentang persaingan yang merusak. Pemerintah China berusaha untuk meredam praktik persaingan yang berlebihan di pasar otomotif terbesar di dunia, di mana produsen telah terlibat dalam perang harga yang tak henti-hentinya sejak awal 2023. BYD berada di garis depan tren diskon dan pada akhir Agustus melaporkan penurunan laba kuartalan sebesar 30% yang mengejutkan.

    BYD sejak itu menurunkan target penjualannya untuk tahun ini menjadi 4,6 juta kendaraan listrik dan plug-in hybrid, hampir 1 juta unit lebih rendah dari target sebelumnya.

    Tantangan turut dihadapi Tesla berupa penghentian insentif pajak oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk pembelian kendaraan listrik. Hal itu akan berimbas pada penurunan penjualan tahunan untuk kedua kalinya berturut-turut. Meskipun telah mengirimkan 497.099 kendaraan pada kuartal ketiga, penjualan turun hampir 6% selama sembilan bulan pertama tahun ini. 

    Kendaraan listrik kini diperkirakan akan kehilangan daya tariknya di AS—pasar terbesar perusahaan—karena kredit pajak federal sejumlah US$7.500 akan berakhir pada akhir September.

    Musk telah memperingatkan bahwa Tesla dapat menghadapi beberapa kuartal yang sulit setelah kehilangan insentif AS. Meskipun Musk lebih fokus pada pengembangan mobil otonom dan robot humanoid, dia juga mengakui bahwa otonomi belum menyumbang banyak terhadap kas perusahaan dan masih samar tentang kemajuan Tesla dalam komersialisasi robot Optimus.

     

     

  • MG Bawa Serangkaian Produk Inovatif di GIIAS Bandung

    MG Bawa Serangkaian Produk Inovatif di GIIAS Bandung

    JAKARTA – MG Motor Indonesia menegaskan eksistensi di pasar otomotif nasional dengan mengikuti pameran GIIAS The Series Bandung, 2025 yang berlangsung hingga 5 Oktober mendatang.

    Dalam pameran yang digelar di Sudirman Grand Ballroom Kota Bandung ini, MG hadir dengan tema ‘Driven by Passion’, perusahaan menghadirkan kombinasi inovasi, desain, dan pengalaman berkendara yang ditujukan bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya Bandung yang dikenal sebagai kota kreatif dengan gaya hidup dinamis.

    Kehadiran MG di pameran ini menjadi langkah strategis untuk semakin mendekatkan diri dengan konsumen di Bandung Raya dan Jawa Barat, salah satu pasar otomotif terbesar di Indonesia.

    Chief Executive Officer MG Motor Indonesia Jason Huang, mengatakan partisipasi di GIIAS Bandung ini menjadi langkah penting, terutama agar lebih dekat dengan konsumen Jawa Barat.

    “Bandung dikenal dengan energi kreatifnya, dan kami ingin menjadi bagian dari gaya hidup modern masyarakatnya dengan menghadirkan pilihan mobil yang tidak hanya inovatif, tetapi juga relevan dengan kebutuhan sehari-hari. Baik melalui model EV maupun ICE, MG berkomitmen menghadirkan kendaraan yang fun to drive sekaligus berkelanjutan,” katanya, dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat, 3 Oktober.

    Berdasarkan data yang dibagikan, potensi pasar otomotif Jawa Barat sangat positif terutama wilayah Bandung Raya. Hingga Juli tahun ini memiliki kontribusi terbesar dengan penjualan mobil 15.521 unit atau berkontribusi 25,5 persen dari total penjualan mobil baru di Jawa Barat.

    Sementara di tingkat provinsi, Jawa Barat menguasai 14,4 persen dari total penjualan kendaraan nasional pada periode Januari–Mei 2025. Angka ini menempatkan Jawa Barat sebagai wilayah dengan kontribusi terbesar kedua setelah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

    Tak heran jika ajang GIIAS Bandung dipandang sebagai panggung penting bagi para pelaku industri otomotif untuk memperkuat eksistensinya.

    Di GIIAS Bandung 2025, MG memamerkan empat model unggulan yang mencerminkan arah masa depan sekaligus kebutuhan mobilitas sehari-hari.

    Sorotan utama jatuh pada MG Cyberster dalam balutan merah yang berani, roadster listrik yang menjadi simbol keberanian MG dalam memasuki era elektrifikasi dengan performa tinggi. Tak kalah menarik, pengunjung juga bisa melihat langsung MG4 EV yang menjadi ikon elektrifikasi MG secara global, MG ZS EV sebagai SUV ramah lingkungan, serta MG ZS versi ICE yang tetap relevan untuk mereka yang menginginkan mesin konvensional dengan desain stylish dan inovasi modern.

    Selain menghadirkan display, MG juga menyiapkan satu unit MG4 EV untuk test drive, memberikan kesempatan bagi warga Bandung merasakan langsung performa gesit, teknologi pintar, dan sensasi berkendara yang ramah lingkungan dari kendaraan listrik MG.

    Di GIIAS Bandung 2025 ini, MG telah menyiapkan program istimewa untuk produk ICE dan hybrid (HEV) dalam . Bagi konsumen MG HS, MG ZS, MG 5 GT, dan MG VS HEV, MG telah mempersiapkan program terbatas yang sangat menarik dengan beragam keuntungan hingga Rp200 jutaan.

    “Kami mengundang masyarakat Bandung untuk berkunjung ke booth MG di GIIAS Bandung dan rasakan langsung inovasi yang kami hadirkan. Pengunjung bisa mencoba pengalaman berkendara melalui test drive, sekaligus menikmati berbagai program promo spesial yang kami siapkan untuk setiap pembelian kendaraan MG,” pungkas Jason.

  • Kandungan Etanol dalam BBM Cermin Keberpihakan pada Energi Alternatif

    Kandungan Etanol dalam BBM Cermin Keberpihakan pada Energi Alternatif

    Bisnis.com, JAKARTA – Penggunaan etanol dalam bahan bakar minyak (BBM) bukan sekadar persoalan teknis menaikkan angka oktan, melainkan mencerminkan cara sebuah negara memandang ketahanan energi, kedaulatan pangan, dan arah kebijakan iklimnya. Hal itu ditegaskan Prof. Andy N. Sommeng, ahli energi sekaligus Guru Besar Tetap Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

    “Membicarakan BBM yang dicampur etanol sejatinya berbicara tentang pergeseran paradigma energi—dari sekadar memenuhi kebutuhan mobilitas menuju upaya menghubungkan sektor pertanian, energi, dan iklim,” ujar Andy di Jakarta, Jumat (4/10/2025).

    “Etanol bukanlah sekadar zat aditif yang meningkatkan angka oktan bensin, melainkan simbol bagaimana sebuah negara memandang ketahanan energi dan kedaulatan pangan.”

    Andy menjelaskan, Brasil menjadi contoh klasik bagaimana bioetanol dijadikan instrumen strategis. Sejak krisis minyak 1970-an, negara itu memanfaatkan keunggulan tebu untuk memproduksi etanol, melahirkan mobil fleksibel berbahan bakar biofuel, dan menjadikannya kebanggaan nasional. “Apa yang semula lahir dari krisis minyak kini menjadi kebanggaan nasional dan instrumen diplomasi energi,” katanya.

    Di Amerika Serikat, jagung dijadikan tulang punggung etanol bukan semata demi lingkungan tetapi juga menopang lobi agrikultur. “E10 menjadi standar nasional bukan hanya karena alasan teknis, melainkan karena adanya sinergi politik energi, politik pangan, dan politik negara bagian penghasil jagung,” terang Andy.

    Menurutnya, negara-negara Eropa Barat lebih berhati-hati dengan campuran E5 atau E10 sambil mengembangkan kendaraan listrik, sementara India, Tiongkok, Thailand, dan Filipina melihat etanol sebagai instrumen strategis mengurangi impor minyak dan menyerap surplus produksi pertanian.

    Bagaimana dengan Indonesia? Andy menyebut, program bioetanol pernah diujicoba dengan peluncuran Pertamax E5–E10, namun terhenti karena keterbatasan pasokan.

    “Energi terbarukan berbasis nabati di negeri ini justru lebih cepat maju di jalur biodiesel ketimbang bioetanol. Ini menunjukkan bahwa pilihan energi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga ketersediaan bahan baku, infrastruktur, dan konsistensi kebijakan,” ujarnya.

    Andy menegaskan bioetanol bukan sekadar energi alternatif, melainkan energi politis. “Di balik setiap angka blending—E3, E5, E10, E20, E85, E100—terselip narasi tentang bagaimana sebuah bangsa menghadapi persoalan iklim, bagaimana ia memperlakukan petaninya, dan bagaimana ia membangun ketahanan energi,” katanya.

    Ia menutup dengan refleksi filosofis, mengutip Heidegger. “Teknologi bukan sekadar alat, melainkan cara manusia menyingkap dunia. Dalam hal ini, etanol adalah cara bangsa-bangsa menyingkap dunianya masing-masing: Brasil menyingkap dunia tebu, Amerika dunia jagung, India dunia molase, dan Indonesia dunia sawit. Pertanyaannya: dunia apa yang ingin kita singkap melalui kebijakan energi kita ke depan?” pungkas Andy.

  • VKTR merampungkan pabrik hingga catat penjualan Rp414 miliar awal 2025

    VKTR merampungkan pabrik hingga catat penjualan Rp414 miliar awal 2025

    Kita ingin untuk bisa membangun ekonomi negeri ini dengan meningkatkan kandungan lokal dari produk-produk kendaraan listrik VKTR.

    Jakarta (ANTARA) – PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR), perusahaan elektrifikasi kendaraan berat (heavy mobility), mencatat sejumlah pencapaian semester I-2025, seperti penyelesaian pembangunan pabrik di Magelang, Jawa Tengah, hingga penjualan kendaraan di angka Rp414 miliar.

    Direktur PT VKTR Achmad Amri Aswono Putro dalam Public Expose Insidentil 2025 yang disiarkan secara daring di Jakarta, Jumat, menyampaikan pihaknya telah merampungkan pembangunan pabrik perakitan kendaraan listrik di Magelang pada awal 2025.

    Fasilitas perakitan mobil listrik completely knocked down (CKD) pertama untuk kendaraan listrik komersial di Indonesia ini memiliki kapasitas hingga 3.000 unit bus dan truk per tahun, yang telah di-soft launching pada Mei 2025.

    Perseroan juga terus mengembangkan berbagai prototipe dan menjalankan uji coba bersama calon pelanggan strategis.

    Dari sisi keuangan, VKTR membukukan penjualan sebesar Rp414 miliar pada semester I-2025, tumbuh 1,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), terutama didorong peningkatan segmen manufaktur suku cadang.

    Namun, laba bersih perusahaan menurun menjadi Rp8 miliar, seiring keterbatasan pengakuan penjualan kendaraan listrik pada semester pertama, karena mayoritas pengiriman unit baru akan terealisasi di paruh kedua tahun ini.

    Untuk total aset perseroan naik menjadi Rp1,79 triliun, ditopang penyelesaian pabrik Magelang serta masuknya uang muka dari pesanan baru.

    Pada periode itu pula, VKTR kembali dipercaya oleh TransJakarta dalam tender untuk penyediaan 80 unit bus listrik 12 meter CKD. Unit-unit tersebut dijadwalkan dikirim pada kuartal IV 2025.

    Selain itu, perusahaan juga menuntaskan pengiriman enam unit forklift listrik ke sejumlah perusahaan swasta maupun internal grup, serta lima unit bus 12 meter ke operator TransJakarta.

    Pihaknya telah menyiapkan strategi untuk memperkuat daya saing, termasuk peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) guna memperoleh insentif pemerintah, serta ekspansi ke pasar business to business (B2B) agar tidak hanya bergantung pada segmen publik.

    “Kita ingin untuk bisa membangun ekonomi negeri ini dengan meningkatkan kandungan lokal dari produk-produk kendaraan listrik VKTR,” ujarnya pula.

    Lebih lanjut, menurut dia lagi, perusahaan juga berfokus pada pengembangan fasilitas perakitan CKD, peningkatan kapasitas produksi, inovasi teknologi, serta penguatan kompetensi SDM.

    VKTR menegaskan bahwa hingga saat ini tidak ada informasi material tertunda yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham. VKTR berkomitmen untuk terus menjaga keterbukaan informasi sesuai ketentuan OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Dengan berbagai capaian dan strategi tersebut, pihaknya optimistis dapat memperluas pasar sekaligus mempercepat transisi menuju transportasi ramah lingkungan di tanah air.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tanpa Insentif, Penjualan Mobil Listrik Bisa Runtuh

    Tanpa Insentif, Penjualan Mobil Listrik Bisa Runtuh

    Jakarta

    Program pajak kendaraan listrik federal atau Federal EV Tax telah berakhir di Amerika Serikat (AS). Imbasnya, mobil nonemisi di sana tak lagi mendapat insentif sebesar US$ 7.500 atau Rp 125 jutaan. Bagaimana dampaknya terhadap penjualan?

    Disitat dari Carscoops, Federal EV Tax telah berakhir sejak Selasa (30/9). Menurut Chief Executive Officer (CEO) Ford, Jim Farley, situasi tersebut membuat penjualan mobil listrik setempat kemungkinan runtuh. Bahkan, dia meramal, penurunannya bisa mencapai 50 persen!

    Farley menilai dampak absennya keringanan pajak sangat besar. Jika sebelumnya pangsa pasar mobil listrik di AS mencapai 10-12 persen, dia khawatir angka itu akan kembali jeblok ke lima persen atau setara tiga tahun lalu.

    “Saya pikir ini akan tetap jadi industri yang hidup, tapi lebih kecil, jauh lebih kecil dari yang kita kira. Apalagi dengan perubahan kebijakan emisi gas buang, plus insentif US$ 7.500 yang hilang,” ujar Jim Farley dalam acara Ford Pro Accelerate di Detroit, dikutip Kamis (10/2).

    “Sebulan lagi kita akan lihat, tapi saya tidak akan kaget kalau penjualan EV di AS turun menjadi hanya 5 persen,” tambahnya.

    Mobil listrik Ford. Foto: Dok. Ford

    Kondisi itu membuat tim Model e Ford terus menghitung ulang arah bisnisnya. Kapasitas pabrik mobil listrik dan baterai yang sudah terlanjur dibangun mungkin harus dialihfungsikan bila penurunan permintaan benar-benar terjadi.

    “Kami akan tetap mengisinya (pabrik), tapi akan lebih stres, karena sebelumnya ada kebijakan jelas selama empat tahun. Sekarang kebijakannya berubah. Semua harus menyesuaikan, dan saya pikir ini baik untuk negara, tapi jelas akan jadi satu tekanan lagi,” jelasnya.

    Di sisi lain, Farley juga jujur soal preferensi konsumen. Menurut dia, masyarakat belum tertarik untuk membeli mobil listrik mahal.

    “Pelanggan tidak tertarik dengan mobil listrik US$ 75 ribu (Rp 1,5 miliar). Mereka menganggapnya menarik-mobilnya cepat, efisien, tidak perlu ke SPBU-tapi tetap saja mahal,” kata dia.

    (sfn/din)

  • Bos Produsen Otomotif AS Siaga Tinggi Bersiap Hadapi Hancurnya Penjualan Mobil Listrik Usai Insentif Pajak Berakhir

    Bos Produsen Otomotif AS Siaga Tinggi Bersiap Hadapi Hancurnya Penjualan Mobil Listrik Usai Insentif Pajak Berakhir

    JAKARTA – Para CEO produsen otomotif di Amerika Serikat (AS) kini berada dalam status siaga tinggi, bersiap menghadapi jatuh bebasnya penjualan kendaraan listrik (EV) menyusul berakhirnya insentif pajak federal sebesar 7.500 dolar AS (sekitar Rp124,5 juta) bagi pembeli sejak akhir September.

    Dilansir dari Reuters, Kamis, 2 Oktober, CEO Ford Jim Farley bahkan menyebut hilangnya subsidi hasilkan perubahan signifikan di pasar. Berakhirnya kredit pajak pada 30 September memicu kepanikan di kalangan industri, yang sebelumnya telah melihat lonjakan rekor penjualan pada Agustus saat konsumen bergegas memanfaatkan kredit yang tersisa.

    Kekhawatiran mendalam muncul dari para pemimpin industri mengenai dampak langsung dari berakhirnya insentif tersebut. Jim Farley memprediksi bahwa penjualan mobil listrik bisa anjlok hingga 5 persen dari total penjualan kendaraan bulan depan atau setengah dari rekor yang tercatat di musim panas lalu.

    Prediksi yang sama suramnya datang dari Chairman Nissan Americas Christian Meunier, yang memperkirakan keruntuhan pasar EV pada bulan Oktober ini. Meunier menambahkan bahwa persaingan akan menjadi super-brutal karena banyak pesaing telah membangun stok EV yang melimpah, dan kini harus berjuang keras untuk menemukan pembeli.

    Pencabutan insentif ini semakin memperburuk posisi pasar AS, yang sudah tertinggal jauh dalam adopsi EV dibandingkan pasar global lainnya. Di China, pemimpin dunia dalam EV dan produksi baterai, kendaraan listrik dan plug-in hybrid telah melampaui 40 persen dari total penjualan, sementara Eropa berada di sekitar 20 persen. Lebih lanjut, pertumbuhan penjualan EV di AS sudah melambat dalam dua tahun terakhir, bahkan saat insentif masih berlaku. Sebuah studi akademis memperkirakan bahwa tanpa insentif, registrasi kendaraan listrik di AS dapat turun hingga 27 persen.

    Dampak langsung terasa hingga ke tingkat dealer, di mana kekhawatiran meningkat tentang menumpuknya inventaris EV yang tidak terjual. Dealer-dealer khawatir model-model mahal, seperti truk pikap listrik Chevy Silverado dari General Motors yang harganya bisa mencapai lebih dari 90.000 dolar AS (sekitar Rp1,5 miliar), akan kesulitan menarik pembeli tanpa adanya bantuan subsidi. Untuk meredam pukulan ini, pabrikan besar seperti GM dan Ford telah berupaya mengalihkan insentif pajak ke dalam persyaratan sewa (lease terms) untuk beberapa bulan ke depan, sementara Hyundai langsung menawarkan potongan harga hingga 7.500 dolar AS untuk model Ioniq 5 tahun 2025.

  • Definisi Kemewahan Tanpa Rasa Khawatir

    Definisi Kemewahan Tanpa Rasa Khawatir

    Jakarta

    Mungkin masih banyak konsumen yang memiliki kekhawatiran terhadap daya jangkau mobil listrik lantaran stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) tidak sebanyak SPBU untuk kendaraan konvensional. Tapi, teknologi mobil listrik saat ini semakin canggih. Cuma mengandalkan pengisian di rumah, mobil listrik sudah bisa melaju jauh dan kembali ke rumah untuk dicas lagi.

    Seperti diketahui, pasar mobil listrik di Indonesia berkembang begitu pesat. Permintaan kendaraan listrik terus tumbuh. Terbukti, dari data wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) yang dirilis Gaikindo, sepanjang Januari sampai dengan Agustus 2025 penjualan mobil listrik mencapai 50.831 unit. Pangsa pasar mobil listrik terus tumbuh. Di tahun 2024 mobil listrik hanya menyumbang 5 persen, kini di tahun 2025 baru sampai bulan Agustus pangsa pasarnya meningkat jadi 10 persen. Hal itu menunjukkan peningkatan dua kali lipat dalam waktu belum setahun.

    Di segmen MPV listrik premium, sub-brand luxury di bawah naungan BYD Group, Denza, menempati posisi teratas. Denza, yang baru jualan satu model yaitu Denza D9, telah mengirimkan 6.548 unit mobil listrik, menjadi yang tertinggi di segmennya.

    Pesatnya pertumbuhan kendaraan listrik tersebut membuat cara pengisian baterai jadi semakin fleksibel. Tidak hanya di SPKLU, pengisian baterai mobil listrik bisa dilakukan di dealer Denza. BYD Group berkomitmen untuk memperluas jaringan showroom ke berbagai wilayah strategis yang dilengkapi dengan charging station. Peningkatan layanan purnajual yang menjadi prioritas utama Denza tersebut menambah kenyamanan konsumennya.

    Selain di SPKLU dan di dealer Denza, mobil listrik Denza D9 juga bisa dicas di rumah menggunakan home charging. Mobil listrik premium dari Denza ini bisa digas hingga ratusan kilometer dalam kondisi baterai penuh. Untuk penggunaan harian saja, Denza D9 bahkan tidak perlu ngecas di luar rumah.

    Denza D9. Foto: Rifkianto Nugroho

    Home charging atau fasilitas pengecasan mobil listrik yang terpasang di rumah menjadi salah satu solusi pemilik kendaraan listrik. Pulang beraktivitas, mobil listrik bisa langsung dicas di rumah. Keesokan harinya ketika akan memulai aktivitas kembali, posisi baterai sudah terisi penuh.

    Denza D9 menawarkan performa melalui platform e-Platform 3.0. Denza D9 memiliki baterai Blade LFP khas BYD. Kapasitas baterainya nggak nanggung-nanggung, mencapai 103,36 kWh. Alhasil, dalam kondisi baterai penuh mobil ini bisa melaju hingga 600 km (NEDC).

    Dengan daya jangkau yang sangat jauh itu, untuk penggunaan harian sudah lebih dari cukup. Jika dipakai aktivitas harian di dalam kota yang rata-rata 50-60 km per hari, maka mobil listrik ini bisa dipakai seminggu lebih tanpa harus mampir ke SPKLU. Jadi, tak perlu was-was menggunakan mobil ini di perkotaan yang masih jarang SPKLU, karena daya jangkau yang jauh menjadi nilai kemewahan Denza D9.

    Selain dipakai di dalam kota, mobil listrik ini juga bisa digunakan untuk perjalanan jauh. Buat mendukung perjalanan jauh, SPKLU sekarang sudah tersedia banyak, mulai dari rest area jalan tol, restoran, hotel, hingga perkantoran ada. Denza D9 juga mendukung pengisian cepat 166 kW. Cukup ngecas 10 menit saja, daya jangkau mobil ini bertambah 150 km.

    Denza D9 juga menghadirkan fitur VtoL (Vehicle-to-Load) yang memungkinkan kendaraan menyuplai listrik untuk perangkat eksternal, mendukung aktivitas outdoor, perjalanan, dan keadaan darurat.

    Spesifikasi Denza D9

    Denza D9 dilengkapi pula dengan DiSus intelligent body control system. Teknologi ini mencakup DiSus-C sebagai suspensi aktif yang dapat mendukung stabilitas di semua kondisi perjalanan, serta DiSus-A yang memberikan penyesuaian dinamis guna menghadirkan kenyamanan maksimal dan kemampuan off-road yang optimal.

    Kehadiran teknologi canggih ini juga dipadukan dengan Intelligent Driving Assist System, yaitu Denza Pilot-Advanced Driver Assistance System yang didukung oleh LiDAR (Light Detection and Ranging), radar, kamera, sensor ultrasonik, AI canggih, dan peta HD.

    LiDAR, teknologi berbasis laser yang memindai lingkungan sekitar kendaraan dengan akurasi tinggi, mampu mendeteksi objek dan jarak secara real-time. Teknologi ini memungkinkan DENZA D9 untuk mengenali kondisi jalan, kendaraan lainnya, serta rintangan dengan presisi.

    Di atas kertas, Denza D9 bisa memuntahkan tenaga 230 kW dan torsi 360 Nm. Denza D9 menawarkan performa yang mengesankan dengan akselerasi halus dan efisiensi energi yang luar biasa dimana memiliki waktu akselerasi yang mengesankan mencapai 9.5 detik pada jarak 0-100 km.

    Dari sisi safety, Denza D9 disematkan 8 airbags untuk keamanan optimal. Mobil ini juga memiliki sistem Auto Emergency Brake.

    Bodi kendaraan dari Denza D9 telah menggunakan hampir 80% baja berkekuatan tinggi, diperkuat oleh balok anti tabrakan depan ganda.

    (rgr/dry)

  • 10 Perangkat Rumah Tangga yang Tetap Nyedot Listrik Meski Dimatikan

    10 Perangkat Rumah Tangga yang Tetap Nyedot Listrik Meski Dimatikan

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak orang mengira menekan tombol “off” pada perangkat elektronik sudah cukup untuk menghentikan konsumsi listrik. Faktanya, sejumlah perangkat rumah tangga masih tetap menarik daya meski dalam kondisi mati. Fenomena ini dikenal sebagai standby power atau vampire load.

    Menurut data U.S. Department of Energy (DOE) yang dikutip dari laman Dad is FIRE, sekitar 10 persen dari rata-rata tagihan listrik rumah tangga berasal dari perangkat yang dibiarkan terhubung dalam kondisi standby. Artinya, ada biaya yang terus berjalan tanpa memberi manfaat nyata bagi penghuni rumah.

    Mengapa Perangkat Tetap Menyedot Listrik?

    Sebagian besar perangkat modern memiliki fitur bawaan seperti jam digital, lampu indikator, sensor remote, hingga mode siaga (standby mode). Fitur ini membuat perangkat lebih cepat digunakan kembali, namun tetap membutuhkan aliran listrik meski tombol power sudah dimatikan.

    “Standby power terlihat kecil, tapi jika dihitung selama 24 jam sehari dan dikalikan jumlah perangkat di rumah, hasilnya signifikan,” tulis Berkeley Lab dalam risetnya.

    Perangkat yang Paling Banyak Membuang Energi Saat Mode Standby

    Berdasarkan data uji konsumsi daya, berikut beberapa perangkat rumah tangga yang sebaiknya dicabut dari stop kontak jika tidak digunakan:

    Charger Ponsel & Elektronik Kecil – 0,2-2 watt

    Charger Kendaraan Listrik (EV/Ebike) – 0,3-5 watt

    Laptop & Komputer Desktop – 0,7-20 watt

    Televisi Modern – 1-5 watt

    Set-Top Box TV – 10-30 watt (terboros dalam kondisi siaga)

    Router WiFi & Modem Internet – 5-10 watt, berjalan nonstop 24 jam

    Speaker & Sistem Audio – 5-10 watt meski tombol power mati

    Microwave, Oven, Mesin Kopi dengan Jam Digital – 1-5 watt

    Printer & Scanner – 2-5 watt

    AC & Air Purifier – AC 0,6-10 watt, Air Purifier 0,2-1,5 watt

    Konsumsi ini tampak kecil, namun jika digabungkan seluruh perangkat bisa setara dengan menyalakan kipas angin atau bahkan lampu sepanjang hari.

    Strategi Mengurangi Vampire Load

    Pakar energi menyarankan beberapa langkah praktis agar rumah tangga di Indonesia bisa lebih hemat listrik:

    Gunakan power strip dengan saklar, sehingga beberapa perangkat bisa diputus sekaligus.

    Manfaatkan smart plug atau timer untuk router WiFi atau mesin kopi.

    Biasakan mencabut charger setelah dipakai, meski hanya menyedot 0,2 watt.

    Pilih produk elektronik dengan label hemat energi yang memiliki konsumsi standby rendah.

    Pastikan perangkat dimatikan total, bukan sekadar standby.

    Dengan kebiasaan sederhana ini, tagihan listrik bisa ditekan tanpa mengorbankan kenyamanan.

    (dag/dag)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tertekan Perang Harga Sengit, Penjualan BYD di China Turun

    Tertekan Perang Harga Sengit, Penjualan BYD di China Turun

    Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan bulanan raksasa kendaraan listrik BYD Co., turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari 18 bulan, di tengah perang harga dan persaingan yang sengit di pasar China.

    Pengiriman pada September 2025 turun 5,5% dari tahun sebelumnya menjadi 396.270 unit, menandai kontraksi pertama BYD sejak Februari 2024. Jika fluktuasi di sekitar liburan Tahun Baru Imlek tidak diperhitungkan, ini akan menjadi penurunan pertama sejak 2020, ketika Covid mengganggu rantai pasokan.

    Melansir Bloomberg, Kamis (2/10/2025), penurunan ini terjadi ketika perusahaan memangkas target penjualannya tahun ini sebesar 16% menjadi 4,6 juta unit, meskipun seorang eksekutif senior mengatakan langkah tersebut mencerminkan respons gesit BYD terhadap perubahan pasar dan target yang direvisi tetap merupakan sebuah pencapaian.

    Terlepas dari hasil tersebut, saham BYD yang diperdagangkan di Hong Kong naik sebanyak 2,9% pada Kamis (2/10/2025) pagi.

    Momentum BYD mungkin melambat, tetapi kemungkinan besar mereka masih mengirimkan lebih banyak kendaraan bertenaga baterai daripada Tesla Inc. dari Amerika, yang akan melaporkan angka pengiriman kuartal ketiganya pada hari Kamis nanti.

    Menurut konsensus Bloomberg, perusahaan yang dipimpin Elon Musk ini diperkirakan telah mengirimkan sekitar 439.600 mobil. Angka tersebut lebih rendah dari 582.522 unit EV yang telah terjual BYD dalam periode yang sama.

    Dengan September dan Oktober yang biasanya merupakan bulan-bulan sibuk bagi pasar otomotif di China, BYD dan para pesaingnya kemungkinan akan berupaya memaksimalkan kuartal terakhir untuk memenuhi target penjualan tahunan mereka.

    Pajak pembelian untuk beberapa EV tertentu akan kembali diberlakukan secara bertahap mulai 2026, yang mendorong para analis memperkirakan peningkatan pengiriman karena konsumen ingin memanfaatkan keringanan pajak tersebut sebelum masa berlakunya berakhir.

    Sebaliknya, Geely Automobile Holdings dengan cepat mengejar pesaingnya dengan menjual 273.125 unit pada September, menunjukkan pertumbuhan sebesar 35% dibandingkan tahun sebelumnya. Grup ini sedang menjalani restrukturisasi untuk bersaing lebih baik dengan BYD, termasuk privatisasi merek Zeekr EV-nya, yang sedang dalam proses penarikan dari Bursa Efek New York.

    Merek lain yang juga menikmati lonjakan penjualan pada September antara lain Xpeng Inc., yang mencatatkan lonjakan 95% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 41.581 unit, dan Zhejiang Leapmotor Technology Co., yang meraup kenaikan 97% menjadi 66.657 unit.

    Xiaomi Corp. terus meningkatkan produksinya setelah meluncurkan kendaraan sport utility YU7 pada Juni. Perusahaan ini mengirimkan lebih dari 40.000 unit bulan lalu, mencetak rekor.

    Analis Morgan Stanley, termasuk Tim Hsiao, mengatakan dalam sebuah catatan riset bahwa selama lonjakan penjualan akhir tahun, BYD perlu menjual rata-rata 447.000 kendaraan per bulan pada kuartal terakhir untuk mencapai target 4,6 juta unit.

    Berdasarkan data penjualan yang dirilis oleh produsen mobil sejauh ini, segmen kendaraan listrik dan hybrid China tumbuh 10% secara bulanan pada September, lebih rendah dari perkiraan analis Citi Research sebesar 15%.

    Dengan Beijing mendesak beberapa industri, termasuk sektor otomotif, untuk mengakhiri perang harga yang tidak berkelanjutan, produsen dapat kesulitan mempertahankan momentum penjualan mereka tanpa diskon besar-besaran. Namun, tekanan pemerintah tampaknya hanya berdampak terbatas pada produsen mobil.