Produk: kendaraan listrik

  • Kia Bakal Manfaatkan Pabrik Baterai dan Mobil Listrik Hyundai di Indonesia?

    Kia Bakal Manfaatkan Pabrik Baterai dan Mobil Listrik Hyundai di Indonesia?

    Jakarta

    Hyundai sudah memiliki pabrik mobil listrik dan baterainya di Indonesia. Kia sebagai saudara Hyundai bisa saja memanfaatkan pabrik mobil listrik dan baterai yang dimiliki Hyundai di Indonesia.

    Marketing & Development Division Head PT Kreta Indo Artha (KIA) Ario Soerjo mengatakan Kia masih mempelajari semua kemungkinan yang ada. Namun, bicara strategi produksi mobil listrik, mengingat Hyundai sudah punya pabrik baterai, maka Kia bisa memanfaatkan fasilitas yang sudah ada.

    “Kan kalau dia (Hyundai) udah ada pabrik baterai di sini yang compatible sama (mobil) Kia yang bisa dibikin di sini ya lebih bagus,” kata Ario saat berkunjung ke kantor redaksi detikcom di Mampang Prapatan, Jakarta, Rabu (6/11/2024).

    Menurut Ario, berdasarkan peta jalan pemerintah Indonesia terkait kendaraan listrik, maka Kia harus memproduksi mobil listrik secara lokal. Kalau memproduksi mobil listrik di Indonesia, maka Kia akan memanfaatkan fasilitas Hyundai di Indonesia.

    “Pasti di pabrik mereka, karena supply baterai udah lokal. Jadi yang bisa localize baterainya dulu. Itu kan kalau secara regulasi bisa ngurangin PPN dan PPnBM,” sebut Ario.

    Soal mobil listrik Kia apa yang berpotensi diproduksi lokal di pabrik Hyundai, Ario masih belum bisa berkomentar. Menurutnya, semuanya masih harus dipelajari kemungkinannya.

    “Intinya kita akan pelajari. Dia (Hyundai) bikin apa-apa saja yang dibikin di sini EV-nya, baterainya ada apa saja, nanti kan mereka akan kasih rekomendasi. Kalau kita maunya bikin A tapi mereka nggak bisa karena nggak cocok, malah nyusahin, kan mereka juga nggak mau,” ucapnya.

    Diketahui, saat ini Kia sudah jualan mobil listrik di Indonesia. Adapun mobil listrik Kia yang sudah dijual di Indonesia antara lain Kia EV6 dan EV9.

    (rgr/dry)

  • UABS Dirikan Pabrik Baterai di Indonesia, Bakal Suplai Mobil Listrik Wuling-MG

    UABS Dirikan Pabrik Baterai di Indonesia, Bakal Suplai Mobil Listrik Wuling-MG

    Jakarta

    SAIC-CATL bekerja sama dengan partner lokal, Kentjana Group, resmi mendirikan pabrik pengemasan baterai alias battery pack di Indonesia. Pabrik perakitan baterai ini bisa memproduksi hingga 20 ribu pack baterai setiap tahunnya.

    “Banyak perusahaan tumbuh dari industri ini. Saya pikir, sekarang adalah kesempatan yang sangat bagus juga untuk negara Indonesia dan perusahaan lokalnya, jika mereka mulai bergabung dengan rantai pasokan ini,” buka Presiden Direktur PT UABS Indonesia Wang Wei, ditemui detikOto di sela-sela acara peresmian pabrik battery pack UABS di Cikarang, Selasa (5/11/2024).

    Pabrik battery pack UABS resmi berdiri di RI, Kolaborasi SAIC-CATL-Kentjana Group Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Sekadar informasi, kolaborasi tersebut menghasilkan pabrik battery pack bernama PT Unified Advanced Battery System Indonesia (UABS). SAIC-CATL memiliki shareholding 67% (SAIC 51%-CATL 49%), sementara 33% sisanya dimiliki oleh Kentjana Group. Sebagai langkah awal, pabrik UABS akan memproduksi baterai buat merek Morris Garage (MG) yang berada di bawah naungan SAIC.

    “Investasi tahap pertama dalam bentuk yuan itu 45 juta yuan. Kalau dikonversi itu sekitar 100 miliar rupiah,” ungkap Wang.

    Lanjut Wang menambahkan, pabrik ini memiliki luas sekitar 5.000 meter persegi dengan kemampuan produksi 20 ribu pack baterai setiap tahunnya.

    Pada tahap awal, komponen dan modul CKD diimpor langsung dari China, sementara pabrik PT UABS Indonesia hanya melakukan pengemasan menjadi sebuah baterai utuh yang siap digunakan di kendaraan listrik.

    Soal teknologi, Wang mengatakan baterai buatan PT UABS Indonesia dijamin kualitasnya lantaran disuplai oleh perusahaan Contemporary Amperex Technology Co., Limited alias CATL. Kata Wang, reputasi CATL dalam membuat baterai sudah tidak perlu diragukan lagi.

    “CATL adalah merek baterai nomor satu di dunia, tidak hanya di China. Mereka punya pangsa pasar sekitar setengah dari seluruh dunia. Sementara itu SAIC Group, menjadi merek kendaraan nomor satu. SAIC sangat besar di China, memiliki lini produk mobil, bus, dan truk, di mana MG menjadi salah satu mereknya,” tambah Wang.

    MG Motor Indonesia menjadi pengguna pertama baterai buatan PT UABS di Indonesia pada tahun 2024. Ke depan, baterai buatan mereka juga akan digunakan brand-brand yang ada di bawah naungan SAIC Group.

    PT UABS Indonesia juga memiliki rencana jangka panjang, di mana pada 2026 mereka akan berusaha membangun EV & Energy Storage buat motor listrik, kemudian tahun 2030 mereka menargetkan menjadi perusahaan global.

    (lua/dry)

  • Prabowo Kejar Ford-Volkswagen untuk Investasi di Indonesia

    Prabowo Kejar Ford-Volkswagen untuk Investasi di Indonesia

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto disebut bakal mengejar Ford dan Volkswagen untuk berinvestasi di Indonesia saat melakukan kunjungan luar negeri.

    Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan melakukan lawatan ke luar negeri selama 15 hari. Prabowo rencananya akan berkunjung ke beberapa negara, mulai dari China, AS, hingga London. Dalam kesempatan tersebut, Prabowo disebut akan mengejar investasi Ford Motor Company sekaligus Volkswagen untuk berinvestasi di Indonesia terkait dengan ekosistem baterai kendaraan listrik.

    “Dengan rencana kunjungan Pak Presiden, kemarin kita sudah masukan ke Pak Menteri Luar Negeri juga, untuk mulai mendorong investasi Ford Motor Company di Indonesia. Kita ingin menjadi sebuah supply chain ekosistem EV battery dunia, dan juga Volkswagen,” kata Menteri BUMN Erick Thohir dikutip detikFinance.

    Dalam materi yang Erick paparkan pada rapat dengan Komisi VI DPR, PT Vale Indonesia Tbk telah menjalin kerja sama dengan Ford Motor dan Volkswagen untuk berinvestasi sebesar US$ 6,5 miliar dalam mendukung hilirisasi nikel di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.

    Sebelumnya diketahui, Volkswagen memang telah berinvestasi di Indonesia lewat kolaborasinya dengan Vale. VW melakukan downstreaming dari nikel kemudian proyek kedua mereka akan sampai membangun prekursor dari baterai.

    Memang, rencana tersebut belum bisa dipaparkan secara lebih detail. Namun yang pasti, Kemenperin siap memfasilitasi rencana ini agar bisa tereksekusi dengan lancar. Terlebih di kawasan industri Batang, Jawa Tengah, terdapat kawasan khusus bagi industri yang berasal dari Jerman.

    “Nah proyek ketiga, kita sudah dapat komitmen dalam waktu dekat akan memulai membuka fasilitas EV (electric vehicle/kendaraan listrik) di Indonesia,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada April 2024.

    Adapun saat ini investasi ekosistem kendaraan listrik yang akan berjalan antara CATL dan MIND ID. Tahun 2026 akan ada produk baterai yang dihasilkan.

    (dry/din)

  • Electricity Connect 2024: Anak Muda Bicara Tantangan dan Harapan Kendaraan Listrik di Indonesia – Page 3

    Electricity Connect 2024: Anak Muda Bicara Tantangan dan Harapan Kendaraan Listrik di Indonesia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Ketua Panitia Electricity Connect 2024, Arsyadany G. Akmalaputri berharap Electricity CoArsya 2024 dapat menjadi katalis untuk mengajak lebih banyak anak muda dalam inovasi teknologi hijau, termasuk kendaraan listrik yang semakin menarik perhatian generasi ini.

    “Melalui acara ini, kami ingin membuka ruang bagi generasi muda untuk turut mengembangkan solusi hijau, terutama terkait kendaraan listrik,” tutur Arsya dikutip Rabu (6/11/2024).

    Melalui tema Go Beyond Power, Energizing the Future, Arsya ingin menciptakan platform untuk berbagi solusi terkait tantangan besar dalam transisi energi, terutama dengan pendekatan yang merangkul seluruh lapisan masyarakat, mulai dari akademisi, pelaku usaha, hingga mahasiswa.

    Agenda yang diadakan pada 20-22 November 2024 akan mengajak generasi muda menjadi bagian penting dari diskusi mengenai transisi energi berkelanjutan, termasuk penggunaan kendaraan listrik sebagai solusi transportasi ramah lingkungan.

    Sechan Naufaly, mahasiswa Universitas Indraprasta (UNINDRA) dan pengguna kendaraan listrik, menyampaikan perspektifnya mengenai kendaraan listrik di Indonesia.

    “Saya setuju dengan adanya kendaraan listrik karena dapat mengurangi pemakaian bahan bakar fosil dan lebih ramah lingkungan. Namun, di negara berkembang seperti Indonesia, masih ada tantangan, terutama karena sumber listrik utama kita masih bergantung pada energi fosil.”

    Sechan juga menekankan pentingnya infrastruktur pengisian daya yang merata di seluruh Indonesia agar transisi ke kendaraan listrik berjalan efektif. “Harus ada lebih banyak fasilitas pengisian daya yang tersebar luas untuk memudahkan pengguna.”

    Sutomo, mahasiswa Universitas Terbuka, juga menyampaikan pandangannya terkait kendala yang dihadapi Indonesia dalam transisi ke kendaraan listrik.

    “Setiap langkah menuju keberlanjutan pasti memiliki sisi negatifnya. Misalnya, dalam konteks kendaraan listrik, kita perlu menambang nikel untuk memproduksi baterainya, yang tentunya berdampak pada lingkungan. Meskipun kita memiliki pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) atau tenaga surya (PLTS), ketergantungan kita terhadap batu bara masih cukup tinggi,” ungkap Sutomo.

  • Indonesia ‘Dikucilkan’ dari Manfaat Undang-Undang IRA, Menko Airlangga Sebut akan Lobi AS

    Indonesia ‘Dikucilkan’ dari Manfaat Undang-Undang IRA, Menko Airlangga Sebut akan Lobi AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah berupaya melobi agar manfaat insentif hijau bagi perusahaan-perusahaan Amerika yang menjalankan bisnis berbasis ramah lingkungan dalam payung Inflation Reduction Act (IRA) dapat dinikmati Indonesia. Seperti diketahui, Indonesia ‘dikucilkan’ dari manfaat IRA ini.   

    Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pihaknya akan membangun komunikasi dengan Amerika Serikat (AS) mengenai Inflation Reduction Act (IRA). Undang-undang yang disahkan pada 2022 lalu itu, pabrik atau kendaraan listrik yang mendapatkan pasokan nikel dari RI dikecualikan atau dikucilkan dari pihak yang bisa mendapatkan insentif hijau dari Pemerintah AS ini.

    “Kami sudah mulai berbicara dengan Amerika untuk critical mineral. Karena kita adalah produsen terbesar daripada nikel dan ekosistem kendaraan listrik termasuk anodanya. Jadi bukan hanya berbasis kepada bahan baku mineralnya, tetapi anodanya yang basisnya adalah carbon black,” tuturnya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (5/11/2024).

    Airlangga menekankan salah satu cara untuk mendorong kepentingan Indonesia adalah upaya dari Presiden AS Joe Biden yang berniat mendorong agar manufaktur dari Negeri paman Sam itu kembali bangkit. Apabila sebelumnya AS mendorong manufacturing itu di negara-negara Asia termasuk China.

    “Sekarang mereka [AS] kan merasa bahwa dengan kekuatan teknologi di Asia yang utamanya China juga makin tinggi, mereka tidak ingin ada ketergantungan terhadap Asia,” imbuhnya.

    IRA sendiri merupakan undang-undang yang disahkan oleh Biden pada 16 Agustus 2022 dan dinilai sebagai tindakan signifikan oleh kongres mengenai energi bersih dan perubahan iklim dalam sejarah bangsa.

    Melansir dari laman resmi White House, diketahui bahwa nilai investasi dari undang-undang tersebut adalah senilai US$370 miliar atau setara dengan Rp5,4 kuadriliun. Menurut McKinsey, pengesahan IRA bertujuan untuk mengkatalisasi investasi dalam kapasitas produksi dalam negeri, mendorong pengadaan pasokan penting di dalam negeri atau dari mitra perdagangan bebas, memulai R&D serta komersialisasi teknologi terdepan seperti penangkapan dan penyimpanan karbon serta hidrogen bersih.

    IRA juga mengalokasikan pendanaan secara langsung untuk prioritas keadilan lingkungan dan membutuhkan penerima banyak aliran dana untuk menunjukkan dampak ekuitas.

    Mengutip White House, jika Undang-Undang IRA dikombinasikan dengan Undang-Undang Infrastruktur Bipartisan dan tindakan lainnya, Departemen Energi (DOE) memperkirakan AS akan mencapai 40 persen pengurangan emisi gas rumah kaca skala ekonomi di bawah tingkat tahun 2005 pada tahun 2030.

    Kantor Anggaran Kongres juga (CBO) memperkirakan bahwa undang-undang tersebut akan mengurangi defisit anggaran sebesar US$237 miliar atau setara Rp3,5 kuadriliun selama dekade berikutnya.

    DOE juga memperkirakan bahwa ketentuan energi bersih dari IRA dan UU Infrastruktur Bipartisan jika dikolaborasikan dapat mengurangi emisi lebih dari 1.000 juta metrik ton CO2e pada 2030, setara dengan gabungan emisi tahunan yang dilepaskan dari setiap rumah di AS.

  • Tak Cuma Malaysia, Wilayah Dekat RI Ini Juga Diserbu Asing

    Tak Cuma Malaysia, Wilayah Dekat RI Ini Juga Diserbu Asing

    Jakarta, CNBC Indonesia – Shunsin, anak perusahaan Foxconn, tengah mengajukan izin untuk berinvestasi US$80 juta (Rp 1,2 triliun) di Vietnam utara.

    Menurut dokumen dari Kementerian Lingkungan Vietnam, investasi tersebut akan dibuat untuk memproduksi sirkuit terpadu atau integrated circuits.

    Pabrik yang diusulkan di provinsi Bac Giang akan difokuskan pada produksi dan pemrosesan komponen elektronik, khususnya papan sirkuit terpadu atau integrated circuit boards.

    Shunsin berencana untuk memulai operasi dalam skala penuh pada Desember 2026, dengan kapasitas sebesar 4,5 juta unit per tahun, demikian dikutip dari Reuters, Selasa (5/11/2024).

    Shunsin tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Perusahaan tersebut mayoritas dimiliki oleh salah satu unit Foxconn, pembuat dan perakit elektronik kontrak terbesar di dunia. Foxconn, yang sebelumnya dikenal sebagai Hon Hai Precision Industry, sudah lebih dulu memiliki pabrik di Vietnam.

    Pada Juli lalu, Foxconn, melalui unitnya Foxconn Singapore, mendapatkan lisensi untuk berinvestasi US$383 juta di sebuah pabrik papan sirkuit cetak di Vietnam utara.

    Menurut dokumen kementerian, semua produk dari pabrik Shunsin di Vietnam akan diekspor ke Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang.

    Foxconn telah berinvestasi lebih dari US$3,2 miliar di Vietnam sejak pertama kali memasuki negara Asia Tenggara tersebut pada tahun 2000-an. Sebagian besar pabrik manufakturnya berlokasi di provinsi utara Bac Ninh dan Bac Giang.

    Pada Agustus lalu, Reuters melaporkan Google juga mempertimbangkan membangun data center berskala besar di wilayah selatan Vietnam. Namun, belum ada kelanjutan lebih lanjut untuk investasi ini.

    Malaysia diserbu asing

    Selain Vietnam, negara tetangga RI lainnya, Malaysia, juga menjadi tujuan investasi perusahaan raksasa teknologi dunia. Seperti misalnya Infineon dari Eropa yang telah memulai produksi di pabrik chip listrik terbesarnya di Malaysia.

    Produksi ini menjadi penanda ‘kemenangan’ negara tetangga RI itu untuk naik ke rantai pasokan semikonduktor global.

    Pabrik di Kulim akan menjadi pabrik silikon karbida (SiC) terbesar di dunia setelah mencapai kapasitas penuh dalam lima tahun ke depan.

    Infineon mengincar permintaan dari sektor energi terbarukan dan aplikasi elektrifikasi seperti kendaraan listrik dan pusat data AI, demikian dikutip dari Nikkei Asia.

    Perusahaan teknologi asing juga menyerbu Malaysia untuk berinvestasi data center. Beberapa di antaranya ada ByteDance yang menggelontorkan US$ 350 juta dan Microsoft yang membeli lahan 49 hektar senilai US$ 95 juta.

    Ada juga Google yang menggelontorkan dana US$ 2 miliar pada Juni lalu. Investasi tersebut untuk membangun pusat data dan wilayah cloud pertama di negara itu.

    Baru-baru ini, Blackstone membayar US$ 16 miliar untuk membeli operator data center AirTrunk yang salah satu lokasinya di Johor. Lalu, Oracle juga mengumumkan investasi US$ 6,5 miliar untuk sektor data center di Malaysia, meski tak menyebut spesifik lokasinya.

    (fab/fab)

  • Pabrik Battery Pack UABS Resmi Beroperasi di RI, Kolaborasi SAIC-CATL-Kentjana Group

    Pabrik Battery Pack UABS Resmi Beroperasi di RI, Kolaborasi SAIC-CATL-Kentjana Group

    Jakarta

    SAIC-CATL bekerja sama dengan partner lokal, Kencana Group, resmi mendirikan pabrik pengemasan baterai alias battery pack di Indonesia. Pabrik ini didirikan di kompleks manufaktur Saic International Industrial Park di kawasan Greenland International Industrial City (GIIC), Kota Deltamas, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.

    Kolaborasi tersebut menghasilkan pabrik battery pack bernama PT Unified Advanced Battery System Indonesia (UABS). SAIC-CATL memiliki shareholding 67% (SAIC 51%-CATL 49%), sementara 33% sisanya dimiliki oleh Kentjana Group. Sebagai langkah awal, pabrik UABS bakal memproduksi baterai untuk merek Morris Garage (MG) yang berada di bawah naungan SAIC.

    “Indonesia baru saja memulai era mobil listrik. Ini seperti yang terjadi di Tiongkok sepuluh tahun lalu. Saat itu hanya sedikit orang yang membeli mobil listrik di sana, tapi sekarang proporsi mobil listrik di Tiongkok sudah separuh dari mobil konvensional,” ungkap Presiden Direktur PT UABS Indonesia Wang Wei, ditemui detikOto di sela-sela acara peresmian pabrik battery pack UABS di Cikarang, Selasa (5/11/2024).

    Pabrik battery pack UABS resmi berdiri di RI, Kolaborasi SAIC-CATL-Kentjana Group Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Lanjut Wang menambahkan, tumbuhnya industri kendaraan ramah lingkungan di China juga turut serta berdampak pada pertumbuhan rantai pasokan komponen. Salah satu komponen penting mobil listrik yang tumbuh pesat adalah baterai.

    “Banyak perusahaan tumbuh dari industri ini. Saya pikir sekarang adalah kesempatan yang sangat bagus juga bagi negara Indonesia dan perusahaan lokalnya, jika mereka mulai bergabung dengan rantai pasokan ini,” sambung Wang.

    Pabrik battery pack ini berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 5.000 meter persegi, dengan nilai investasi sekitar 45 juta yuan atau setara hampir Rp 100 miliar. Pabrik ini bakal menjalankan proses pengemasan baterai yang dipasok dari CATL. Adapun nilai TKDN (tingkat komponen dalam negeri) baterainya baru berkisar 10%. Namun tentu bakal terus ditambah ke depannya.

    “Kami ingin menambah komponen lokal lainnya, seperti bagian cell (cangkang) dan HV Harness-nya. Mungkin kami bisa menambah 10% lagi sehingga menjadi 20%. Secara perlahan akan naik terus, dari 10%, 20%, 30%, hingga maksimum 40%,” tambah Wang.

    Pabrik battery pack UABS resmi berdiri di RI, Kolaborasi SAIC-CATL-Kentjana Group Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Wang mengatakan PT UABS Indonesia akan melokalisasi bagian cell baterai pada tahun 2027 mendatang. Sementara target tahun depan adalah, melokalisasi komponen aluminium dan bajanya. Komponen lain yang berupaya dilokalisasi adalah battery management system atau BMS.

    “Untuk langkah pertama, kami hanya memproduksi baterainya terlebih dahulu. Dan mungkin langkah berikutnya, kami dapat menambahkan konten lokal lainnya untuk cell, harness, termasuk juga BMS-nya,” terang Wang.

    Pada tahap awal, komponen dan modul CKD diimpor langsung dari China, sementara pabrik PT UABS Indonesia hanya melakukan pengemasan menjadi sebuah baterai utuh yang siap digunakan di kendaraan listrik. Pabrik ini mampu memproduksi battery pack sebanyak 20 ribu unit per tahun.

    (lua/rgr)

  • Mobil Hybrid Banyak Dilirik Masyarakat Indonesia, Ini Sebabnya

    Mobil Hybrid Banyak Dilirik Masyarakat Indonesia, Ini Sebabnya

    Jakarta

    Transisi energi sektor transportasi sedang berlangsung di Indonesia. Khususnya di segmen mobil pribadi, masyarakat mulai beralih ke teknologi yang lebih ramah lingkungan. Dari ragam kendaraan ramah lingkungan yang ditawarkan, mobil hybrid masih jadi yang terlaris ketimbang mobil listrik.

    Padahal, pemerintah memberikan karpet merah kepada electric vehicles (EV) supaya pertumbuhannya lebih pesat. Guyuran insentif dari mulai penghapusan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), pembebasan bea balik nama kendaraan (BBN) hingga tarif satu persen pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi keistimewaan mobil listrik.

    Tak cuma itu, industri baterai dan mobil EV diberi keringanan insentif. Selain mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak, langkah Ini dikejar demi target ambisius Net Zero Emission (NZE) 2060.

    Realitanya belum banyak orang Indonesia yang langsung loncat ke EV. Ada beberapa faktor yang bikin mobil listrik belum diminati. Selain harga jual, infrastruktur pengisian ulang masih jarang, terutama di daerah-daerah non perkotaan.

    Dari target yang sudah dicanangkan. Transisi industri otomotif dari mobil konvensional langsung ke mobil listrik disebut masih menantang.

    Secara spesifik soal target kuantitatif roadmap kendaraan listrik berbasis baterai sudah dimuat dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 28 Tahun 2023 yang membahas Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan Ketentuan Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

    Dalam beleid tersebut produksi mobil listrik ditargetkan bisa tembus 400 ribu unit dan sepeda motor listrik 6 juta unit pada 2025. Produksinya meningkat pada tahun 2030, diharapkan bisa mencapai 600 ribu unit mobil listrik dan sembilan juta unit sepeda motor listrik. Tahun 2035, Indonesia diproyeksikan sudah memproduksi satu juta unit mobil listrik dan 12 juta unit sepeda motor listrik.

    Di sisi lain, hukum ekonomi berupa permintaan dan penawaran tidak bisa dikesampingkan. Mobil listrik hanya satu dari berbagai inovasi teknologi energi terbarukan.

    “Kita lihat masyarakat masih lebih membeli hybrid karena tadi mungkin ada beberapa faktor seperti daya tempuh, ketersediaan charging, atau mungkin mereka belum biasa memelihara kendaraan listrik, tapi (merawat) hybrid kan seperti mobil biasa saja,” kata Dr. Alloysius Joko Purwanto, Energy Economist dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) saat berbincang bersama detikOto di Jakarta Selatan, Kamis (10/10/2024).

    Mari kita bandingkan data penjualan mobil hybrid vs mobil listrik dari wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia.

    Secara penjualan, mobil jenis hybrid masih mendominasi. Jumlahnya naik signifikan dari tahun ke tahun. Misalnya pada tahun 2020, penjualan mobil hybrid hanya menyentuh 1.191 unit. Selanjutnya pada tahun 2021 meningkat menjadi 2.472 unit. Tahun 2022, peningkatannya lebih signifikan lagi mencapai 10.344 unit.

    Kemudian pada tahun 2023, mobil hybrid kian diminati. Otomatis pangsa pasarnya juga meningkat. Tercatat sepanjang tahun 2023, distribusi mobil hybrid secara wholesales mencapai 54.179 unit.

    Di sisi lain permintaan mobil listrik juga meningkat cukup tajam. Terlihat tren mobil listrik di Indonesia mulai terlihat pada tahun 2020. Pada tahun tersebut, ada 125 unit mobil listrik berbasis baterai yang terdistribusi.

    Tahun 2021, jumlahnya meningkat meski tak sebanyak mobil hybrid. Distribusi mobil listrik pada tahun 2021 mencapai 687 unit. Peningkatan signifikan baru terjadi pada tahun 2022. Peningkatannya lebih dari 10 kali lipat mencapai 10.327 unit. Tahun 2023, distribusi mobil listrik naik lagi tercatat sebanyak 17.051 unit.

    Kontribusi kendaraan elektrifikasi terhadap keseluruhan penjualan mobil di Indonesia memang belum besar namun terus meningkat. Untuk periode year to date Juni 2024, 9,3 persen mobil yang dijual di Indonesia merupakan kendaraan elektrifikasi. Sedangkan 90,7 persen sisanya adalah mobil bensin.

    Hybrid bisa jadi opsi tapi jangan terlena

    Mobil hybrid terbukti bisa menyedot perhatian masyarakat Indonesia. Tapi pakar mewanti-wanti jangan terlena lama-lama demi mengejar target NZE 2060.

    Mobil hybrid itu bisa memangkas penggunaan konsumsi BBM. Emisi yang dikeluarkan juga lebih ramah lingkungan.

    “Hybrid electric vehicles lebih optimum dari carbon dioxide yang dikeluarkan dan juga konsumsi bahan bakar. Jadi nilai ekonomisnya terbentuk,” kata Guru Besar Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Deendarlianto dalam kesempatan yang sama.

    “Saran saya jangan sampai kita tidak punya target kapan berhentinya, kapan kita switch-nya. Karena jangan sampai transisi terus, akhirnya tidak pernah berubah,” jelas dia.

    Kenapa emisi hybrid bisa lebih baik dari mobil listrik untuk saat ini?

    Keunggulan mobil listrik bisa buat udara perkotaan yang bersih dari emisi gas buang. Namun sumber pembangkit listrik Indonesia mayoritas masih mengandalkan batubara.

    Imbas dari pembangkit yang belum ramah lingkungan, manfaat dari mobil listrik tidak akan memiliki efek penurunan emisi yang signifikan.

    “Kalau dari studi kami sendiri, pertama kami melihat HEV ini punya potensi yang besar untuk mengurangi gas rumah kaca dan konsumsi. Kalau bauran pembangkit listrik kita seperti saat ini (60 persen masih batubara). HEV ini lebih bersih dibandingkan listrik yang full (battery). Itu lebih bersih,” jelas Joko.

    “Karena istilahnya emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan listrik itu terutama di pembangkit begitu besar.”

    “HEV konsumsi bahan bakar lebih efisien dibandingkan ICE. Itu potensinya besar untuk mengurangi GRK (Gas Rumah Kaca) dan konsumsi energi. Kalau kita 2040 sampai 2060 bauran kita (masih) 60 persen batubara, EBT kita masih di bawah 20 persen. Mendingan HEV saja daripada BEV. Hybrid saja daripada mobil listrik yang full EV,” kata Joko.

    Joko menambahkan ekonomi Indonesia masih tergantung dengan pembangkit batubara karena harganya paling termurah.

    “Masih menempatkan prioritaskan ekonomi di atas tujuan iklim,” kata Joko.

    “Masih kurang mengubah tantangan itu menjadi peluang. Dampaknya apa. Salah satunya adalah penetrasi mobil listrik jadi kurang efisien dalam mengurangi gas emisi rumah kaca,” jelasnya lagi.

    (riar/dry)

  • PPN DTP Dilanjutkan 2025, Pengembang Usul Bisa Berlaku untuk Rumah Inden

    PPN DTP Dilanjutkan 2025, Pengembang Usul Bisa Berlaku untuk Rumah Inden

    Bisnis.com, JAKARTA – Persatuan Perusahaan Realestate Indonesia (REI) menyambut baik rencana pemerintah untuk memperpanjang pemberian insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) pada 2025.

    Wakil Ketua Umum DPP REI, Bambang Ekajaya menyebut sektor properti memang dinilai masih memerlukan guyuran insentif guna memastikan kondisi pasar tetap terjaga.

    “Ya seperti juga sektor otomotif, properti masih memerlukan insentif. Salah satunya PPN DTP yang kalau memang benar berlanjut menjadi edisi 3,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (5/11/2024). 

    Akan tetapi, untuk menambahkan efek yang lebih besar dari penerapan PPN DTP periode tahun ini, pemerintah perlu mempertimbangkan agar insentif PPN DTP pada 2025 dapat juga dirasakan bagi pembeli rumah inden.

    Pasalnya, tambah Bambang, implementasi PPN DTP saat ini hanya berlaku bagi pembelian rumah yang sudah ready stock. Di mana, hanya terdapat segelintir pengembang saja yang memiliki hal itu.

    “Jika memungkinkan juga bisa untuk rumah inden. Dengan persyaratan-persyaratan tertentu misal serah terima unit maksimal 6 bulan dari UTJ [Uang Tanda Jadi] dan developer yang ikut sudah memenuhi ketentuan dan pengalaman di properti, bukan pengembang yang baru,” jelasnya.

    Dengan demikian, implementasi PPN DTP diharapkan mampu memberikan efek yang lebih luas khususnya dalam rangka meningkatkan belanja konsumsi masyarakat. 

    Sebelumnya, pemerintah sempat menyebut bakal memperpanjang kebijakan pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah alias diskon PPN untuk sektor perumahan hingga kendaraan listrik hingga tahun depan atau 2025.

    Kepastian perpanjang diskon pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN-DTP) disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat koordinasi terbatas di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (3/11/2024).

    Adapun, sejumlah insentif pajak yang akan berakhir namun diperpanjang hingga tahun depan yaitu PPN-DTP untuk pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), PPN-DTP untuk kendaraan bermotor berbasis listrik dan mobil berbasis listrik, dan PPN-DTP untuk properti atau perumahan.

    “Ini [perpanjangan insentif pajak] akan segera dibahas juga dengan Kementerian Keuangan,” ujar Airlangga.

  • Mobil Listrik Serbu Indonesia, tapi Kenapa Pasar Otomotif Tak Juga Naik?

    Mobil Listrik Serbu Indonesia, tapi Kenapa Pasar Otomotif Tak Juga Naik?

    Jakarta

    Mobil listrik semakin ramai di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini. Namun kendaraan elektrifikasi tersebut belum bisa memperbesar market otomotif Indonesia. Penjualan domestik di Indonesia masih kesulitan menembus angka satu juta per tahun. Apa sebabnya?

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, salah satu alasan kenapa mobil listrik belum bisa memperbesar market adalah karena daya beli konsumen sedang menurun.

    “Itu karena daya beli masyarakat turun, maka Gakindo yang melihat tren seperti itu, mereka menurunkan target penjualan dari kendaraan roda empat,” bilang Agus kepada wartawan di Cikarang Dry Port, Bekasi, belum lama ini.

    Lanjut Agus menjelaskan, industri otomotif Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan berkaitan dengan ekosistem kendaraan listrik. Salah satunya adalah komponen baterai. Saat ini sebagian besar mobil listrik yang beredar di Indonesia masih memakai baterai impor, sehingga harga mobil listrik secara umum kurang bersaing jika dibandingkan mobil konvensional (ICE).

    “Tapi nanti suatu saat kita mempunyai baterai, baterai yang kita produksi sendiri, itu akan otomatis membuat harga mobil listrik itu akan semakin terkoreksi, semakin baik di mata potensial buyer, juga potensial market,” tambah Agus.

    Mengutip laman Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil listrik nasional mencapai 23.045 unit pada bulan Januari-Agustus 2024. Catatan itu lebih tinggi 177,32% year on year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun 2023 lalu, yakni 8.310 unit.

    Meski angkanya naik signifikan, capaian tersebut sepertinya masih jauh dari target penjualan mobil listrik 2024. Diketahui pemerintah memiliki target menjual 50 ribu mobil listrik pada tahun 2024.

    (lua/din)