Produk: kendaraan listrik

  • Megaproyek Trump Senilai Rp 8.000 Triliun Mulai Kelihatan Hasilnya

    Megaproyek Trump Senilai Rp 8.000 Triliun Mulai Kelihatan Hasilnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa saat setelah dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada Januari 2025, Donald Trump langsung membuat pengumuman besar bersama beberapa tokoh kawakan di industri teknologi.

    Bersama dengan CEO SoftBank Masayoshi Son, CEO OpenAI Sam Altman, dan pendiri Oracle Larry Ellison, Trump mengumbar proyek senilai US$500 miliar (Rp8.312 triliun) untuk membangun infrastruktur kecerdasan buatan (AI).

    Seiring perkembangan waktu, proyek yang dinamai ‘Stargate’ mulai terlihat hasilnya. Entitas yang bergabung untuk berkolaborasi dalam membangun kekuatan infrastuktur AI di AS kian banyak.

    Beberapa saat lalu, Foxconn yang merupakan mitra rekanan Apple untuk membuatn iPhone, bersama dengan SoftBank, mengumumkan rencana memproduksi peralatan data center di bekas pabrik kendaraan listrik (EV) milik Foxconn di Ohio.

    Selanjutnya, Stargate juga dilaporkan membuka ‘cabang’ di kawasan Asia, yakni Korea Selatan. Hal ini dilakukan melalui kemitraan strategis antara OpenAI, Samsung Electronics, dan SK Hynix.

    Dua raksasa chip Korea Selatan telah menandatangani Letter of Intent untuk memasok chip memori ke data center OpenAI, sekaligus membangun 2 data center baru di Korea Selatan.

    Terbaru, OpenAI, Oracle, dan Related Digital juga dilaporkan akan membangun kampus data center dengan kapasitas lebih dari 1 Gigawatt di Saline Township, Michigan, sebagai bagian dari proyek Stargate, dikutip dari Reuters, Jumat (31/10/2025).

    Pengumuman ini dibuat pada Kamis (30/10) waktu setempat, menggarisbawahi meningkatnya kebutuhan industri AI terhadap kekuatan komputasi, didorong oleh pengejaran teknologi yang mampu menyamai atau melampaui kecerdasan manusia.

    Perusahaan-perusahaan terkait mengatakan investasi yang digelontorkan bernilai miliaran dolar AS, tetapi tak menyebut nilai pastinya. Para eksekutif industri mengatakan daya komputasi 1 Gigawatt cukup untuk mengalirkan listrik ke 750.000 rumah di AS dan memiliki biaya sekitar US$50 miliar (Rp831 triliun).

    Pembangunannya ditargetkan mulai pada 2026 mendatang.

    Proyek ini merupakan bagian dari ekspansi Stargate sebesar 4,5 Gigawatt yang dilakukan Oracle dan OpenAI, dan bersama dengan enam lokasi lain di AS, akan meningkatkan kapasitas yang direncanakan grup infrastruktur tersebut menjadi lebih dari 8 Gigawatt dan total investasi menjadi lebih dari US$450 miliar dalam tiga tahun ke depan.

    OpenAI menyatakan bahwa langkah ini membuat Stargate lebih cepat dari jadwal untuk memenuhi komitmennya sebesar US$500 miliar, 10 Gigawatt. Startup ini belum memberikan detail lebih lanjut tentang bagaimana mereka berencana untuk mendanai pengeluaran tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bakal Dijual di Indonesia, Honda 0 Alpha Diproduksi di India

    Bakal Dijual di Indonesia, Honda 0 Alpha Diproduksi di India

    Jakarta

    Honda Motor Corporation (HMC) telah mengenalkan Honda 0 Alpha di Japan Mobility Show atau JMS 2025, Rabu (29/10). Kendaraan listrik yang masih dalam bentuk konsep atau perwarupa itu akan dijual secara global mulai 2027.

    Menariknya, Honda 0 Alpha bukan diproduksi di Jepang, melainkan di India. Hal tersebut disampaikan Toshikazu Hirose selaku Chief Engineer Honda.

    “Ini akan diproduksi di India mulai tahun 2027 atau dua tahun lagi,” ujar Toshikazu Hirose saat berbincang dengan wartawan di Tokyo, Jepang, Rabu (29/10).

    Hirose kemudian mengurai alasan mengapa Honda 0 Alpha diproduksi di India, bukan di Jepang. Menurutnya, industri baterai kendaraan listrik di Negeri Hindustan cukup potensial atau menjanjikan.

    “Pasaran baterai EV di India cukup banyak kan, makanya kami mencari tempat yang pasarannya paling besar. Jadi masalah itu ya,” tuturnya.

    Menariknya, Honda 0 Alpha yang diproduksi di India akan dipasarkan ke negara peminat lain, termasuk Indonesia. Menurut rencana, penjualan unit di Tanah Air juga dibuka dua tahun lagi.

    “(Bakal dijual di Indonesia) mulai 2027 juga. Jadi pertama India, kedua Jepang dan berikutnya ke ASEAN termasuk Indonesia,” kata dia.

    Sebagai catatan, Honda 0 Alpha punya tampilan futuristis khas Zero Model. Kendaraan tersebut punya wajah minimalis yang memikat, headlamp atau lampu utama yang dirancang terhubung, kemudian logo H yang menyala dan terpasang di posisi sentral.

    Bagian terunik dari 0 Alpha terdapat di area belakang yang dibuat boksi. Desain tersebut memang menjadi ‘pakem’ untuk kendaraan-kendaraan Honda yang berasal dari keluarga Zero Model.

    Secara umum, Honda 0 Alpha mengusung konsep ‘Thin, Light and Wise’. Kendaraan itu menghadirkan keseimbangan antara desain ramping, bobot ringan, serta sistem kecerdasan yang memudahkan pengemudi.

    Sayangnya, hingga sekarang belum ada informasi apapun soal fitur ataupun spesifikasi kendaraan. Sebab, seperti yang telah disampaikan di awal, Honda 0 Alpha masih berstatus concept car atau mobil purwarupa.

    (sfn/riar)

  • Raksasa Otomotif Pening Gegara EV, Akhirnya PHK Ribuan Karyawan

    Raksasa Otomotif Pening Gegara EV, Akhirnya PHK Ribuan Karyawan

    Jakarta, CNBC Indonesia – General Motors (GM) mengumumkan akan memangkas produksi kendaraan listrik (EV) dan baterai di Amerika Serikat (AS), seiring lambatnya permintaan pasar. Produsen otomotif Detroit ini akan memberhentikan sementara sekitar 1.750 pekerja pabrik, termasuk pemutusan 1.200 pekerjaan di pabrik EV-nya di Detroit dan 550 pekerjaan di pabrik baterai di Ohio.

    Mengutip Reuters, Kamis (30/10/2025) GM beralasan, pemotongan ini dilakukan sebagai respons terhadap adopsi EV jangka pendek yang lebih lambat dan lingkungan regulasi yang terus berkembang. Diketahui, GM menderita kerugian sebesar US$1,6 miliar (Rp26,4 triliun) bulan ini terkait perubahan strategi EV-nya.

    “Dengan kerangka regulasi yang berkembang dan berakhirnya insentif konsumen federal, jelas bahwa adopsi EV jangka pendek akan jauh lebih rendah dari yang direncanakan,” kata CEO GM Mary Barra.

    Keputusan GM menuai kecaman dari serikat pekerja. Presiden United Auto Workers (UAW), Shawn Fain, mengecam GM atas pemotongan pekerjaan ini, mengingat perusahaan itu baru saja mencatat kenaikan laba tahunan yang diharapkan menjadi US$13 miliar (Rp214,5 triliun) bulan ini.

    “UAW akan terus berjuang untuk investasi yang lebih besar baik dalam produksi (mesin pembakaran internal) dan produksi EV di GM dan di luarnya,” tutur Fain

    Langkah drastis ini merupakan respons GM terhadap perlambatan signifikan dalam permintaan mobil baterai mereka. Pemangkasan ini juga mencakup penghentian produksi sel baterai secara total di dua pabrik patungan GM-LG Energy Solution di Tennessee dan Ohio selama sekitar 6 bulan, mulai Januari tahun depan.

    Di pabrik EV Detroit, GM akan memangkas produksi hingga hanya satu shift kerja mulai Januari, mengurangi output sekitar 50%. Pabrik ini memproduksi tiga truk pickup listrik besar, termasuk Chevrolet Silverado dan GMC Sierra, serta SUV EV Escalade IQ dan Hummer.

    Sementara itu, produsen mobil di AS lainnya, termasuk Nissan dan pembuat Jeep Stellantis, juga sedang memundurkan rencana model listrik masa depan mereka.

    Sam Fiorani, wakil presiden di AutoForecast Solutions, memprediksi akan ada lebih banyak pemangkasan pekerjaan EV di industri otomotif AS.

    “Produksi EV yang lebih rendah dari yang kita lihat dalam beberapa tahun terakhir dengan harga yang lebih tinggi,” tuturnya.

    Kekhawatiran utama adalah antisipasi penurunan tajam permintaan konsumen setelah berakhirnya insentif pajak federal sebesar US$7.500 (Rp123,75 juta) bagi pembeli EV. Beberapa eksekutif dan analis memprediksi penjualan EV dapat anjlok hingga separuhnya dalam beberapa bulan mendatang.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • VKTR catat pendapatan Rp717 miliar, fokus adopsi EV komersial

    VKTR catat pendapatan Rp717 miliar, fokus adopsi EV komersial

    Minahasa, Sulawesi Utara (ANTARA) – PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR), perusahaan elektrifikasi kendaraan berat (heavy mobility), membukukan total pendapatan bersih sebesar Rp717 miliar hingga September 2025 (9M25), dengan fokus peningkatan jumlah kendaraan listrik (EV) komersial.

    ‎Direktur Utama VKTR Gilarsi W Setijono, dalam pernyataan diterima di Minahasa, Maluku Utara, Kamis, menyatakan kendaraan listrik komersial yang dijual pihaknya dirakit secara lokal dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang tinggi.

    ‎”Berbekal keahlian dari tenaga kerja lokal, kapabilitas teknologi, serta kemitraan dengan berbagai pelaku industri, kami akan terus menghadirkan rakitan-rakitan anak negeri yang siap mengantarkan Indonesia ke masa depan mobilitas hijau,” ucapnya.

    ‎Lebih lanjut, ia menyatakan di periode ini, pihaknya juga telah menyelesaikan proses perakitan completely knocked down (CKD) 20 unit bus listrik untuk Transjakarta melalui operator, berdasarkan pemesanan 80 unit yang telah diterima di kuartal kedua.

    Jumlah ini merupakan penambahan dari 81 unit bus listrik yang telah beroperasi untuk Transjakarta dan perusahaan-perusahaan lainnya di periode sebelumnya.

    Selain itu, hingga triwulan III tahun 2025, perusahaan juga telah menerima pemesanan kendaraan listrik dari institusi pemerintah serta sejumlah perusahaan swasta.

    Untuk institusi pemerintah, pihaknya menerima pesanan 10 unit truk sampah listrik dari Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Jakarta.

    Saat ini truk sampah listrik ini sedang memasuki proses perakitan untuk dikirim di Desember 2025.

    Pemesanan ini akan menambah daftar truk sampah listrik VKTR yang sudah beroperasi sebelumnya di Ibu Kota Nusantara (IKN) sebanyak 14 unit.

    Sedangkan, untuk perusahaan swasta, di periode ini pihaknya menerima purchase order (PO) dari perusahaan logistik yang memesan truk listrik untuk dioperasikan di beberapa kota di Indonesia, serta dari perusahaan swasta lainnya yang melakukan pemesanan bus listrik untuk karyawan.

    Adapun pendapatan yang diperoleh pihaknya pada periode ini tumbuh sebesar 11 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) yang sebelumnya Rp646 miliar.

    Sementara laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 89 persen YoY dari Rp10,6 miliar pada 9M24 menjadi Rp1,1 miliar pada 9M25.

    Penurunan ini terutama disebabkan oleh kenaikan beban usaha yang bersifat strategis untuk mendukung ekspansi penjualan, termasuk program uji coba produk bersama calon pelanggan potensial.

    Perseroan optimistis bahwa inisiatif strategis ini dapat mendorong pertumbuhan penjualan yang lebih solid di periode-periode mendatang.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mobil Listrik Makin Dilirik di Segmen Kendaraan Niaga, Ini Sebabnya

    Mobil Listrik Makin Dilirik di Segmen Kendaraan Niaga, Ini Sebabnya

    Jakarta

    Tren kendaraan listrik kini tak cuma melanda segmen mobil penumpang, tapi juga mulai merambah dunia kendaraan niaga. Kendaraan komersial seperti bus kota, sudah ada yang menggunakan armada kendaraan listrik. Tak cuma itu, di sektor kendaraan logistik, penggunaan mobil listrik beserta ekosistemnya juga mulai dilirik.

    Misalnya seperti Olive Group, yang membangun ekosistem kendaraan niaga berbasis energi baru (New Energy Commercial Vehicle/NECV) di Indonesia. Perusahaan di bidang investasi dan operasional energi bersih ini menyiapkan strategi jangka panjang untuk memperkuat posisinya di pasar kendaraan listrik niaga nasional.

    Penggunaan mobil listrik sebagai kendaraan logistik dinilai bisa menekan biaya total cost ownership bagi para pengusaha. Sebab, kendaraan angkut bermesin bensin atau ICE (internal combustion engine) sangat boros biaya operasional dan biaya perawatan.

    “Kami mengintegrasikan manufaktur kendaraan, bank baterai, dan platform digital buat menyediakan solusi logistik hijau terpadu, yang secara fundamental mengurangi total biaya kepemilikan (cost ownership) pelanggan dan mendorong transportasi berkelanjutan di Indonesia,” ujar Chairman Olive Group, An Shaohong, dalam keterangannya.

    Sebagai bentuk nyata komitmen tersebut, Olive Group akan memamerkan prototipe kendaraan listrik murni (BEV) untuk logistik cold chain pada tahun ini. Langkah tersebut diharapkan mempercepat pertumbuhan ekosistem logistik hijau di Tanah Air, sejalan inisiatif pemerintah dalam pengembangan industri kendaraan energi baru.

    Ekosistem bisnis Olive Group terbagi dalam tiga pilar utama. Pertama, litbang dan manufaktur kendaraan, bekerja sama dengan PT Safast Electric Vehicles Indonesia untuk mengembangkan dan memproduksi kendaraan niaga listrik. Kedua, layanan energi, lewat kolaborasi dengan perusahaan baterai terkemuka untuk membangun ‘bank baterai’ yang mendukung model pemisahan kendaraan dan baterai. Ketiga, manajemen digital, melalui pengembangan platform BAMS (Battery Application Management System) dan T-BOX guna memantau armada dan meningkatkan efisiensi operasional.

    An Shaohong menambahkan, Olive Group telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (CSPA) dengan PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV), yang kini tengah ditinjau oleh OJK dan menunggu RUPS.

    “Penandatanganan CSPA menandai tahap krusial dalam kerja sama kami,” ujarnya.

    Ia menutup dengan optimisme bahwa Indonesia kini berada di titik penting transformasi transportasi hijau. “Kami percaya bahwa logistik hijau bukanlah peluang bagi satu perusahaan saja, melainkan bagian integral dari peningkatan industri Indonesia,” tutur Shaohong.

    (lua/dry)

  • Kolaborasi Indonesia dengan China dapat percepat transisi energi

    Kolaborasi Indonesia dengan China dapat percepat transisi energi

    Jakarta (ANTARA) – Kerja sama energi terbarukan antara Indonesia dan China semakin meningkat dari tahun ke tahun. Lembaga riset Center of Economic and Law Studies (Celios) menyebut prospek kolaborasi kedua negara di bidang ini masih sangat besar ke depannya, dengan China memegang peran penting dalam membantu mempercepat transisi energi di Indonesia.

    Dalam laporan terbarunya berjudul “China-Indonesia Energy Transition Cooperation: Progress, Prospect, and Recommendation”, Celios menganalisis puluhan aktivitas penting terkait kerja sama kedua negara di bidang ini. Kegiatan ini mencakup penandatanganan kerja sama baru, peluncuran proyek, hingga pertukaran akademisi dan pakar.

    Direktur China-Indonesia Celios Muhammad Zulfikar Rakhmat, yang juga berpartisipasi dalam penyusunan laporan tersebut, mengatakan kerja sama energi terbarukan kedua negara menunjukkan tren peningkatan. Bentuk kemitraannya pun meluas, dari proyek infrastruktur energi ke sektor-sektor lain, seperti rantai pasokan baterai, teknologi penyimpanan energi, serta inovasi energi bersih lainnya.

    “Prospeknya ke depan masih sangat besar. Dengan kebutuhan energi bersih yang terus tumbuh dan target net zero 2060, kolaborasi Indonesia-China bisa jadi motor utama dalam mempercepat transisi energi, asalkan tetap transparan dan berpihak pada kepentingan nasional,” kata Zulfikar dalam keterangannya kepada Xinhua.

    Sektor paling potensial untuk dikembangkan ke depannya antara lain energi surya, kendaraan listrik, baterai, dan sistem penyimpanan energi. Selain itu, kolaborasi dalam bidang efisiensi energi di sektor industri dan transportasi juga memiliki peluang besar untuk terus dieksplorasi.

    Dalam laporan tersebut, Celios juga merekomendasikan setidaknya 10 langkah untuk memajukan kerja sama ini, di antaranya menyelaraskan kebijakan industri dengan komitmen untuk mengakhiri pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru di luar negeri, hingga komitmen untuk menerjemahkan kesepakatan diplomasi menjadi tindakan yang terukur.

    China telah terlibat dalam sejumlah proyek strategis untuk transisi energi di Indonesia. Pada Juni lalu, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto telah meresmikan proyek hilirisasi baterai listrik yang melibatkan sejumlah perusahaan China dan Indonesia. Selain itu, sejumlah korporasi China turut berpartisipasi di berbagai proyek pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di berbagai daerah di Indonesia.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Santoso
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Dilema Struktural dalam Strategi Langka Barat Terhadap Pasokan Tanah Jarang

    Dilema Struktural dalam Strategi Langka Barat Terhadap Pasokan Tanah Jarang

    Rencana “Aliansi Tanah Jarang” yang baru-baru ini dipromosikan dengan gegap gempita oleh Kelompok Tujuh (G7), yang tampaknya bertujuan untuk menjaga keamanan sumber daya dan mengurangi ketergantungan pada Tiongkok, sejatinya mengungkapkan kontradiksi mendalam yang ada di tingkat teknologi, pasar, dan politik di dunia Barat. Inisiatif yang disebut-sebut sebagai “Perang Dingin Sumber Daya Baru” ini berupaya untuk merekonstruksi rantai pasokan tanah jarang global melalui kebijakan administratif, namun karena keluar dari prinsip dasar teknologi dan hukum pasar, rencana ini dipastikan akan menjadi sebuah pertunjukan politik, bukan strategi yang dapat diimplementasikan secara efektif.Keunggulan Teknologi Tiongkok dalam Industri Tanah Jarang: Hambatan yang Sulit Dilewati
    Dominasi Tiongkok dalam industri tanah jarang pada dasarnya adalah hasil dari akumulasi teknologi dan peningkatan industri selama beberapa dekade. Berdasarkan data dari Badan Energi Internasional (IEA), Tiongkok tidak hanya mengendalikan 60% dari cadangan mineral tanah jarang global, tetapi juga memegang 58% dari paten pemurnian tanah jarang, dengan perusahaan-perusahaan Tiongkok mampu menghasilkan kemurnian di atas 99,99% dengan biaya hanya seperempat dari biaya yang dikeluarkan oleh AS. Sementara itu, perusahaan MP Materials di AS memerlukan waktu tujuh tahun dan masih belum bisa memproduksi tanah jarang murni dalam jumlah besar, dan pabrik pemurnian di Afrika sering kali tertunda karena kendala teknologi. Pemurnian tanah jarang melibatkan lebih dari 2.000 paten teknologi, mulai dari penghancuran bijih hingga distilasi molekuler, dan setiap tahap memerlukan pengalaman yang mendalam. Misalnya, tingkat produksi magnet permanen neodymium-besi-boron berkualitas tinggi di Tiongkok 30% lebih tinggi dibandingkan dengan AS, sementara produk magnet permanen tanpa tanah jarang yang dikembangkan oleh Uni Eropa hanya mampu mencapai 60% dari kinerja produk tradisional, yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar kelas atas. Kasus kerja sama antara Volkswagen Jerman dan perusahaan Australia bahkan menunjukkan bahwa meskipun mereka menginvestasikan 120 juta USD sebagai uang muka, pabrik mereka baru dapat beroperasi pada 2027, dan tingkat kedewasaan teknologinya pun masih diragukan. Ini menunjukkan bahwa pembangunan rantai pasokan tanah jarang tidak dapat dicapai hanya dengan “investasi modal”, melainkan bergantung pada akumulasi teknologi, tenaga kerja terampil, dan industri pendukung yang berkesinambungan.Negara-Negara Global Selatan Menanggapi Manuver Geopolitik G7 dengan Pendekatan yang Lebih Praktis
    G7 berusaha memperluas “Aliansi Tanah Jarang” menjadi “31 Negara yang Bersatu untuk Menekan”, namun menghadapi penolakan dari negara-negara Global Selatan. Perusahaan India Rare Earth Ltd. dengan tegas menyatakan bahwa mereka “tidak akan meninggalkan pasar Tiongkok”, sementara negara-negara seperti Vietnam dan Malaysia memilih untuk bekerja sama dengan Tiongkok dalam membangun pabrik pemurnian, menciptakan sebuah siklus “sumber daya – teknologi – pasar”. Kecenderungan ini berasal dari pertimbangan ekonomi yang rasional: Tiongkok tidak hanya merupakan pemasok tanah jarang terbesar di dunia, tetapi juga merupakan pasar konsumen terbesar. Pada 2025, produksi kendaraan listrik Tiongkok diperkirakan akan mencakup 60% dari total produksi global, dan kapasitas pembangkit energi angin di Tiongkok akan mencakup 55% dari total kapasitas global. Bekerja sama dengan Tiongkok memungkinkan negara-negara tersebut mendapatkan dukungan teknologi yang stabil, serta berbagi manfaat dari rantai pasokan. Sebaliknya, inisiatif “de-Tiongkokisasi” dari G7 kurang menarik. Perusahaan-perusahaan Jepang menghitung bahwa biaya daur ulang tanah jarang lebih tinggi 230% dibandingkan dengan pengadaan dari Tiongkok; sementara rencana “Cadangan Tanah Jarang Bersama” dari Uni Eropa sulit dilaksanakan karena keterbatasan teknologi negara-negara Eropa Timur. Negara-negara Global Selatan menyadari bahwa aliansi G7 pada dasarnya merupakan manuver politik, bukan kerjasama yang saling menguntungkan.Kontradiksi Internal dalam G7 Mengungkap Kelemahan Struktural dari Aliansi Ini
    Di dalam G7, tidak ada kesepakatan yang bulat mengenai isu tanah jarang. Kanada dan AS memiliki sumber daya, tetapi rantai pasokan mereka masih kurang lengkap, Eropa lebih fokus pada isu lingkungan dan kemandirian strategis, sementara Jepang lebih menitikberatkan pada keamanan rantai pasokan. Pembagian kepentingan ini menyebabkan kesulitan dalam koordinasi kebijakan. Misalnya, rencana G7 untuk menetapkan “batas harga” (harga dasar 20.000 USD per ton untuk tanah jarang ringan, dan harga maksimum 1.500 USD per kilogram untuk tanah jarang menengah hingga berat) akan bergantung pada subsidi besar, namun kelayakan subsidi untuk seluruh rantai industri dan kemampuan fiskal untuk menopangnya masih diragukan. AS pernah berinvestasi dalam pertambangan domestik, tetapi gagal menggaet kapital akibat ketidakpastian pasar. Rencana Uni Eropa untuk “pertambangan luar angkasa” bahkan dianggap sebagai fantasi. Jika batas harga dipaksakan, biaya manufaktur Barat akan meningkat tajam, yang akan memukul industri mobil Eropa dan perusahaan energi angin AS yang sudah lemah. Lebih jauh lagi, G7 belum berhasil mengatasi masalah ketidakadilan dalam pembagian keuntungan antara negara-negara penghasil sumber daya, negara-negara konsumen, serta negara-negara dengan teknologi yang lebih maju dan yang tertinggal. Hal ini berpotensi menyebabkan pecahnya aliansi sebelum terbentuk.Peran Kanada dalam Aliansi: Menunjukkan Dilema Diplomasi Negara Kekuatan Menengah
    Sebagai anggota G7 dan negara kaya sumber daya, Kanada menunjukkan inisiatif strategis dalam “Aliansi Tanah Jarang”, berusaha memainkan peran ganda sebagai “penyedia sumber daya” dan “pendorong kebijakan”. Motivasinya mencakup pertimbangan ekonomi dan politik: di satu sisi, dengan menarik investasi sekutu untuk meningkatkan nilai rantai pasokan tanah jarang, Kanada berusaha menghindari ketergantungan pada ekspor bahan mentah; di sisi lain, melalui kerjasama dalam mineral kritis, Kanada berupaya memperkuat posisinya dalam aliansi Barat dan mengurangi risiko marginalisasi akibat tekanan AS. Kanada memiliki cadangan 31 jenis mineral kritis, termasuk kobalt dan niobium, serta keunggulan dalam teknologi pertambangan rendah karbon dan pengolahan limbah air, yang memberi peluang untuk memainkan peran sebagai jembatan dalam kontroversi standar lingkungan antara AS dan Uni Eropa. Namun, Kanada menghadapi tantangan nyata: skala pertambangan tanah jarangnya terbatas, dan cadangan teknologinya juga kurang. Jika tidak dapat dengan cepat meningkatkan kapasitas produksi, posisi sebagai “kekuatan tengah yang dapat diandalkan” akan berisiko menjadi sekadar retorika politik.Pemikiran Perang Dingin yang Tersembunyi di Balik Persaingan Sumber Daya
    Pada dasarnya, “Aliansi Tanah Jarang” G7 adalah bentuk perlawanan institusional yang didorong oleh kecemasan teknologi dan arogansi politik. Upaya mereka untuk menghambat kebangkitan Tiongkok melalui klub eksklusif ini mengabaikan kenyataan bahwa rantai pasokan tanah jarang yang dipimpin oleh Tiongkok adalah hasil alami dari hukum pasar dan kompetisi teknologi. Kini, kesadaran strategis negara-negara Global Selatan semakin berkembang, dan negara-negara kaya sumber daya menolak untuk memilih sisi dalam permainan ini. Era di mana G7 dapat mengendalikan dunia dengan menutup pintu sudah berakhir. Tiongkok mendorong peningkatan industri tanah jarang global melalui kerja sama terbuka, sementara batas harga dan perang tarif yang dilakukan oleh G7 hanya akan memperburuk kerentanannya dalam rantai pasokan. Nilai sesungguhnya dari tanah jarang adalah untuk mendukung perkembangan umat manusia, bukan menjadi alat dalam permainan geopolitik.

  • Goda Orang Kaya, Harganya Rp 700 Jutaan

    Goda Orang Kaya, Harganya Rp 700 Jutaan

    Jakarta

    Denza meluncurkan model baru lagi, namanya N8L. Ini merupakan mobil SUV bongsor berkapasitas enam penumpang.

    N8L masuk ke segmen SUV mewah untuk keluarga. Harganya lebih murah dari N9, yang belum lama ini meluncur.

    Kelebihan yang ditonjolkan dari N8L ini menggunakan Platform e³ platform kendaraan listrik khusus yang dikembangkan oleh Denza. Apalagi N8L ini punya DiSus-A, – sistem suspensi udara canggih yang secara cerdas menyesuaikan ketinggian dan karakteristik redaman mobil untuk kenyamanan dan stabilitas yang lebih baik, disesuaikan dengan kondisi jalan atau gaya mengemudi.

    General Manager Denza, Li Hui, yang membandingkan Denza N8L dengan SUV andalan Denza, yaitu N9.

    “Denza N9 adalah SUV andalan teknologi dan keselamatan, sementara Denza N8L adalah SUV mewah aman yang berfokus pada keluarga,’ kata Li Hui.

    Denza N8L merupakan SUV plug-in hybrid mewah yang menggabungkan mesin bensin dengan tiga motor listrik.

    Denza N8L dilengkapi dengan baterai 46,99 kWh, yang memberikan jarak tempuh listrik murni (berdasarkan siklus CLTC) sejauh 230 km. Angka ini sedikit lebih unggul dibandingkan baterai Denza N9 yang berkapasitas 46,9 kWh dengan jarak tempuh 212 km.

    Di atas kertas, SUV ini menawarkan output gabungan hingga 762 tenaga kuda dan waktu akselerasi 0-100 km/jam dalam 3,9 detik.

    N8L memiliki jangkauan listrik murni sedikit lebih jauh dan radius putar yang lebih kecil (lebih lincah) dibandingkan N9. Padahal ukurannya cukup bongsor, N8L punya panjang dimensi 5200 mm, lebar 1999 mm, dan 1820 mm, jarak sumbu roda 3075 mm.

    N8L dilengkapi dengan teknologi canggih seperti sistem bantuan pengemudi DiPilot 300 dengan LiDAR.

    N8L kemampuan manuver yang sangat unik (berputar di tempat dan bergerak menyamping) dan stabilitas yang luar biasa saat bermanuver menghindar pada kecepatan tinggi, bahkan di jalanan basah.

    Denza N8L memiliki fitur seperti ‘putaran kompas’ (compass turn), ‘mode jalan kepiting’ (crab walk mode), dan ‘parkir e³’ (e³ parking). Mobil ini juga menunjukkan stabilitas, lulus uji penghindaran kecepatan tinggi tanpa terjadi goyangan ekor (tail-wagging) pada kecepatan 128 km/jam (di permukaan kering) dan 120 km/jam (di permukaan basah), serta berhasil menyelesaikan uji fishhook (manuver S ekstrem) pada kecepatan 210 km/jam.

    Secara keseluruhan, Denza N8L menawarkan performa tinggi, jangkauan listrik yang substansial untuk kelasnya, dimensi yang besar, serta teknologi keselamatan mutakhir.

    Bagaimana dengan harganya?

    Denza N8L memasuki pasar China dengan dua pilihan versi, yang masing-masing dibanderol seharga 299.800 yuan (sekitar Rp 700 jutaan) dan 329.800 yuan (sekitar Rp 771 jutaan).

    (riar/dry)

  • Bocoran Mobil-mobil Masa Depan Daihatsu

    Bocoran Mobil-mobil Masa Depan Daihatsu

    Tokyo

    Pabrikan mobil asal Jepang, Daihatsu selalu terkenal sebagai penyedia mobil ‘rakyat’ hingga first car buyer. Lantas bagaimana visi mobil masa depan mereka?

    Jawabannya tersedia di ajang Japan Mobility Show 2025. Di sini, Daihatsu datang dengan pesan kuat, yakni untuk membangun mobil yang ditujukan untuk memudahkan hidup masyarakat luas.

    “Dalam membuat mobil Daihatsu akan tetap memegang nilai intinya. Kami pergi keliling kota, mendengar apa yang orang katakan, berpikir tentang bagaimana caranya membantu masyarakat dan seseorang dalam kesulitan,” ungkap Koji Sato, President and CEO Toyota Motor Corporation pada presentasinya soal Daihatsu di Japan Mobility Show 2025.

    Daihatsu punya prinsip bahwa ukuran kecil bukanlah keterbatasan, melainkan sebuah keunggulan untuk menciptakan solusi mobilitas yang cerdas dan berorientasi pada kebutuhan manusia di masa depan.

    Di Japan Mobility Show 2025, Daihatsu mengusung tema “DAIHATSUMEI for me. Invented for you. Small but capable. Do it all step by step.”

    Tema ini merefleksikan filosofi perusahaan sejak 1907 untuk terus menciptakan mobil yang penuh inovasi, mudah didekati, dan praktis, dengan harga yang terjangkau.

    Tak sekadar omongan belaka, Daihatsu juga datang dengan membawa langsung mobil-mobil konsep mereka.

    Pertama ada Midget X. Mobil yang ikonik dan bersejarah dari Daihatsu. Mewakili semangat inovasi dari Midget generasi pertama, Midget X hadir sebagai solusi mobilitas baru dengan ukuran yang sangat compact.

    Daihatsu Midget X Foto: (Muhammad Hafizh Gemilang/detikOto)

    Panjangnya hanya 2.200 mm, lebih mudah ditangani daripada sepeda motor namun lebih ringkas dari mobil mini pada umumnya.

    Kendaraan listrik baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV) ini memiliki konfigurasi kursi unik 1+2 yang dirancang untuk mempererat interaksi antara pengemudi dan penumpang.

    Pintu yang membuka ke depan memudahkan akses masukdan keluar. Berbagai konfigurasi dek juga disiapkan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna.

    Selanjutnya ada K-OPEN. Wujud masa depan Kei Car Daihatsu Copen yang konon menjadi mobil yang sangat disukai oleh Akio Toyoda.

    Konsep mobil K-OPEN ini mempertahankan DNA Copen dengan penggerak roda belakang dan mesin di depan (front-engine, rear-wheel-drive). Desainnya memadukan kesan ramah dan powerful.

    K-OPEN menawarkan pengalaman berkendara convertible yang ringan dan menyenangkan. Versi Running Prototype-nya bahkan dikembangkan dengan semangat “membuat, mengendarai, menguji” untuk menyempurnakan kenikmatan berkendara melalui desain ringan, pusat gravitasi rendah, dan distribusi bobot optimal.

    Mobil masa depan Daihatsu. Foto: (Muhammad Hafizh Gemilang/detikOto)

    Selanjutnya ada K-VISION. Mobil hybrid yang diklaim sebagai standar baru untuk mobil mini hybrid. Menggunakan platform DNGA generasi berikutnya, kendaraan ini mengadopsi sistem e-SMART HYBRID yang ringkas dan ringan.

    Keunggulan utamanya adalah kemampuan berkendara 100 persen menggunakan motor listrik yang sunyi namun bertenaga, serta efisiensi bahan bakar yang diklaim meningkat lebih dari 20 persen dibandingkan powertrain konvensional.

    Yang menarik, K-VISION diklaim tidak memerlukan charging karena sistem hybrid-nya, sekaligus dilengkapi fungsi external power supply yang dapat menjadi sumber listrik dariran selama kurang lebih empat hari.

    Lalu ada juga KAYOIBAKO-K dan e-ATRAI. Mobil ini wakil kendaraan masa depan Daihatsu di segmen komersial.

    Daihatsu K-Open. Foto: (Muhammad Hafizh Gemilang/detikOto)

    KAYOIBAKO-K, kendaraan komersial generasi baru berukuran mini yang mendukung kerja otonom. Kemampuan memanggil dan mengembalikan kendaraan secara mandiri diharapkan dapat mentransformasi cara kerja, dari logistik mil terakhir hingga dukungan kehidupan masyarakat lokal.

    Lalu ada juga, e-ATRAI STICKER FACTORY yang telah masuk dalam rencana produksi, menunjukkan aplikasi langsung kendaraan listrik komersial.

    Dengan jarak tempuh sekitar 200 km dan fitur power sliding door, e-ATRAI dirancang untuk mendukung pekerjaan logistik dengan lebih cerdas dan menyenangkan.

    Kehadiran beragam konsep kendaraan ini menegaskan komitmen Daihatsu untuk terus berinovasi.

    (mhg/dry)

  • Pemerintah bangun proyek DME di Kutai Timur untuk substitusi LPG

    Pemerintah bangun proyek DME di Kutai Timur untuk substitusi LPG

    Proyek ini menjadi bagian penting dari transformasi ekonomi Kalimantan Timur, yang saat ini memproduksi 42,8 persen batu bara nasional

    Samarinda (ANTARA) – Pemerintah membangun proyek hilirisasi batu bara Dimethyl Ether (DME) di Kutai Timur, Kalimantan Timur, sebagai langkah strategis untuk mengurangi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG).

    “Hilirisasi adalah strategi utama pembangunan nasional,” ujar Tenaga Ahli Sekretariat Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi M. Fadhil Hasan di Samarinda, Kaltim, Rabu.

    Langkah ini selaras dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam Astacita 2 untuk mencapai swasembada energi.

    Fadhil menjelaskan salah satu tantangan utama Indonesia saat ini adalah ketergantungan yang masih tinggi terhadap impor energi fosil.

    Proyek DME di Kutai Timur dirancang sebagai solusi konversi LPG demi meningkatkan kemandirian energi. Pemerintah menargetkan substitusi 100 persen LPG ke DME dapat tercapai pada tahun 2040.

    Proyek ini menjadi bagian penting dari transformasi ekonomi Kalimantan Timur, yang saat ini memproduksi 42,8 persen batu bara nasional.

    Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi dan Ketahanan Energi telah mengidentifikasi proyek DME sebagai salah satu dari 18 proyek prioritas nasional.

    Nilai investasi proyek konversi LPG ke DME tersebut diperkirakan mencapai 10,25 miliar dolar AS, atau setara Rp164 triliun.

    “Proyek ini diproyeksikan menyerap total 34.800 tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung,” sebut Fadhil.

    Selain DME, strategi hilirisasi batu bara juga diarahkan untuk memproduksi metanol. Metanol tersebut nantinya dapat diproses lebih lanjut menjadi biodiesel. Hilirisasi batu bara juga didorong untuk menghasilkan grafit sintetik.

    “Grafit sintetik merupakan komponen penting yang dibutuhkan untuk produksi baterai kendaraan listrik (EV),” jelas Fadhil.

    Sementara itu, batu bara kalori rendah (lignit) yang cadangannya melimpah akan digunakan untuk produksi amonia. Amonia hijau dikembangkan sebagai alternatif energi bersih dan berkelanjutan di masa depan.

    “Proyek DME di Kutai Timur, bersama hilirisasi sawit di KEK Maloy, mencerminkan arah baru ekonomi Kaltim. Ekonomi Kaltim didorong beralih dari sekadar ekstraksi sumber daya alam menuju industri bernilai tambah,” demikian Fadhil.

    Pewarta: Ahmad Rifandi
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.