Produk: kendaraan listrik

  • Sah! Mobil Hybrid Dapat Insentif dari Pemerintah, Ini Aturannya

    Sah! Mobil Hybrid Dapat Insentif dari Pemerintah, Ini Aturannya

    Jakarta

    Sah! Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah merilis peraturan mengenai insentif untuk mobil hybrid. Tiga jenis mobil hybrid mendapatkan insentif pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP) untuk tahun anggaran 2025.

    Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Roda Empat Tertentu dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Bus Tertentu serta Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Roda Empat Emisi Karbon Rendah Listrik Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2025.

    Peraturan Menteri Keuangan itu berlaku pada tanggal diundangkan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025 diundangkan pada 4 Februari 2025.

    Insentif untuk Mobil dan Bus Listrik

    Aturan itu menegaskan pemberian insentif untuk industri otomotif. Mobil listrik berbasis baterai yang telah memenuhi kriteria tingkat komponen dalam negeri (TKDN) paling rendah 40 persen mendapatkan insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP). PPN mobil listrik yang ditanggung pemerintah untuk mobil listrik sebesar 10 persen.

    Berikut kriteria TKDN yang harus dipenuhi kendaraan listrik untuk dapat insentif PPN DTP:

    a. KBL Berbasis Baterai Roda Empat Tertentu dengan nilai TKDN paling rendah 40% (empat puluh persen);

    b. KBL Berbasis Baterai Bus Tertentu dengan nilai TKDN paling rendah 40% (empat puluh persen); dan

    c. KBL Berbasis Baterai Bus Tertentu dengan nilai TKDN paling rendah 20% (dua puluh persen) sampai dengan kurang dari 40% (empat puluh persen).

    Pajak Pertambahan Nilai yang ditanggung Pemerintah atas penyerahan KBL Berbasis Baterai Roda Empat Tertentu dan/atau KBL Berbasis Baterai Bus Tertentu yang memenuhi kriteria nilai TKDN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a dan/atau huruf b sebesar 10% (sepuluh persen) dari Harga Jual. Sedangkan untuk kriteria huruf c mendapat PPN DTP sebesar 5 persen.

    Insentif untuk Mobil Hybrid

    Selain mobil listrik berbasis baterai, pemerintah juga memberikan insentif untuk LCEV (low carbon emission vehicle). Kendaraan jenis LCEV mendapat insentif berupa Pajak Penjualan atas Barang Mewah ditanggung Pemerintah untuk tahun anggaran 2025.

    Adapun LCEV yang akan mendapatkan insentif antara lain kendaraan roda empat full hybrid, mild hybrid, dan/atau plug-in hybrid. Mobil hybrid itu harus memenuhi persyaratan seperti diatur dalam ketentuan Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2019 tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2019 tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

    Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang ditanggung Pemerintah atas penyerahan LCEV tertentu yang memenuhi ketentuan tersebut sebesar 3 persen dari harga jual. Pajak PPnBM DTP untuk mobil hybrid diberikan untuk Masa Pajak Januari 2025 sampai dengan Masa Pajak Desember 2025.

    (rgr/din)

  • Merger Honda-Nissan Tertunda, Mimpi Raksasa Otomotif Kandas?

    Merger Honda-Nissan Tertunda, Mimpi Raksasa Otomotif Kandas?

    Rencana merger Honda dan Nissan sebelumnya dilandasi beberapa alasan, salah satunya kompetisi yang semakin sulit dengan pesaingnya baik produsen kendaraan listrik seperti Tesla dan BYD. Honda dan Nissan, seperti banyak rekan mereka, gagal beralih ke model kendaraan listrik yang menarik bagi konsumen Tiongkok.

    Honda menghentikan produksi di beberapa pabriknya di Tiongkok dan memangkas pekerja, dan mencoba beralih ke penjualan yang lebih besar ke Mobil Listrik. Nissan bahkan melangkah lebih jauh, menutup salah satu pabrik terbarunya yang berbasis di Tiongkok pada pertengahan 2024.

    Pada April dan September 2024, penjualan Honda dan Nissan di Tiongkok masing-masing turun sebesar 37,6 dan 14,4 persen.

    Merger tidak serta merta menyelesaikan masalah Honda dan Nissan dalam hal kendaraan listrik. “Kedua perusahaan tidak memiliki penawaran mobil listrik yang menarik, dan entitas gabungan tersebut masih akan menghadapi tantangan baru dalam membangun jaringan kendaraan listrik baru,” tulis analis ekuitas senior Morningstar Vincent Sun. 

    Nissan melaporkan penurunan laba bersih sebesar 94 persen untuk paruh pertama tahun fiskalnya, yang dimulai pada April 2024. “Investor mungkin khawatir tentang masa depan Nissan” jika penggabungan dibatalkan, tulis Sun pada hari Rabu.
    Saat pembicaraan penggabungannya dengan Honda gagal, Nissan dilaporkan sudah mencari mitra baru.

    Bloomberg melaporkan, produsen mobil Jepang tersebut ingin bermitra dengan perusahaan teknologi, sebaiknya yang berbasis di AS.

    Pilihan lainnya adalah Foxconn. Pabrikan Taiwan tersebut berharap untuk masuk ke kendaraan listrik, dan bahkan telah mempekerjakan mantan eksekutif Nissan untuk memimpin strategi pembuatan mobil barunya. Foxconn dilaporkan tertarik untuk mengambil saham di Nissan pada bulan Desember, tetapi akhirnya menundanya karena negosiasi dengan Honda telah dimulai.

  • Bukan Cuma Subsidi Digantung, Ini Sebab Motor Listrik Tidak Laku

    Bukan Cuma Subsidi Digantung, Ini Sebab Motor Listrik Tidak Laku

    Jakarta

    Terungkap fakta stok motor listrik menumpuk di dealer usai subsidi pembelian belum mendapat kepastian dari pemerintah. Namun ternyata ada beragam faktor lain yang bikin motor listrik belum diminati.

    Sepeda motor diandaklakn oleh pekerja di sektor non formal maupun formal. Pengamat Otomotif dari ITB, Yannes Pasaribu mengungkapkan daya beli masyarakat yang menyusut pada tahun ini akibat stagnasi ekonomi makro Indonesia, juga sangat mempengaruhi keputusan untuk membeli motor listrik.

    “Ekonomi Indonesia, terutama di kalangan kelas menengah ke bawah, sedang mengalami tekanan,” kata Yannes kepada detikOto, Jumat (7/2/2025).

    “Meningkatnya biaya hidup, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi membuat banyak konsumen memilih untuk menunda pembelian kendaraan baru, apalagi yang harganya lebih tinggi seperti motor listrik. Hal ini menyebabkan penurunan signifikan dalam penjualan motor listrik,” jelas dia.

    Yannes melanjutkan untuk membeli motor listrik yang sesuai dengan motor bensin dinilai masih mahal.

    “Tanpa adanya kebijakan yang jelas dan insentif yang pasti, masyarakat low segment ini akan memakai rasionalitasnya dengan memilih untuk tetap menggunakan kendaraan yang lebih terjangkau,” kata Yannes.

    Dengan mengendarai sepeda motor, mereka lebih bisa mengatur waktu. Kalau menggunakan motor listrik, mereka bisa direpotkan dengan urusan mengisi ulang daya baterai.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bicara kemungkinan subsidi Rp 7 juta untuk setiap pembelian unit kendaraan motor listrik diperpanjang di 2025. Subsidi ini diberikan guna mendukung percepatan adopsi kendaraan listrik di Indonesia.

    “Subsidi (motor listrik) harusnya masih tetap,” kata Airlangga kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

    Meski ada pertimbangan kebijakan efisiensi anggaran, Airlangga menyebut program itu sudah mendapatkan persetujuan sehingga tidak akan terganggu.

    Motor listrik sudah mendapat guyuran insentif dari pemerintah tapi penjualannya jauh dari target. Skema bantuan pemerintah dengan potongan Rp 7 juta tidak diserap baik oleh pasar.

    Sebanyak 11.532 unit motor listrik yang kena diskon Rp 7 juta sudah tersalurkan pada 2023. Padahal pemerintah menyiapkan kuota 200 ribu unit.

    Kecilnya serapan kuota motor listrik dengan insentif itu bikin pemerintah memotong kuota pada tahun selanjutnya. Semula dalam Permenperin Nomor 6 Tahun 2023 ditetapkan kuota 600 ribu unit untuk tahun 2024. Namun jumlahnya berkurang menjadi 50.000 unit saja.

    Untuk tahun 2024, kuota subsidi motor listrik sudah habis. Berdasarkan situs Sistem Informasi Pemberian Bantuan Pembelian Kendaraan Listrik Roda Dua (SISAPIRa), alokasi anggaran yang masih tersedia untuk tahun 2024 adalah 12, diakses per Selasa (14/1/2025).

    Sebanyak 63.145 unit kendaraan motor listrik subsidi diterima masyarakat di tahun 2024. Sedangkan tahun 2023, hanya 11.532 unit yang tersalurkan.

    Beberapa waktu lalu, Sekretaris Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Hari Budiyanto mengatakan masyarakat masih menyimpan keraguan terhadap motor listrik. Masyarakat berpikir ulang untuk membeli motor listrik kendati sudah mendapatkan subsidi besar dari pemerintah.

    “Kalau yang ICE (internal combustion engine) kan masih bisa dipakai ke mana saja asal ada pom bensin. Nah kalau yang EV ini harus didukung infrastruktur,” ujar Hari.

    Di sisi lain, Yannes menyoroti terkait belum jelasnya status untuk subsidi motor listrik.

    “Untuk mendorong adopsi motor listrik lebih cepat, pemerintah juga sedang kesulitan anggaran memastikan keberlanjutan subsidi yang jelas dan konsisten… buktinya anggaran belanja hampir semua kementerian dan lembaga pemerintah dipangkas habis tahun ini,” kata dia.

    (riar/lua)

  • Stok Motor Listrik Numpuk di Dealer, Subsidi Tak Kunjung Terbit

    Stok Motor Listrik Numpuk di Dealer, Subsidi Tak Kunjung Terbit

    Jakarta

    Asosiasi Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI) mengungkap ketersediaan unit motor listrik menumpuk di dealer. Salah satu faktornya masyarakat menunggu kepastian subsidi pembelian untuk tahun 2025.

    “Cukup banyak [stoknya], karena masyarakat stop buying untuk menunggu insentif subsidi,” kata Ketua AISMOLI Budi saat ditemui di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (3/2), dikutip dariCNBC Indonesia.

    Fenomena turunnya minat motor listrik juga diungkapkan CEO Tangkas Motor Listrik, Agung Pamungkas. Menurutnya, kepastian pemberian subsidi motor listrik yang menggantung bikin orang enggan beralih ke motor listrik.

    “Kalau tidak ada subsidi lagi, maka umumkan, itu lebih baik buat kita, jangan dibuat gantung terus,” jelas dia.

    Pengamat Otomotif dari Akademisi ITB, Yannes Pasaribu menilai sejak berakhirnya insentif pada 2024 lalu, wacana subsidi motor listrik tak kunjung mendapat kejelasan. Hal ini juga berimbas pada pertimbangan masyarakat untuk membeli motor listrik, ditambah daya beli yang masih kurang kompetitif.

    “Ketidakpastian ini menciptakan keraguan di kalangan konsumen, yang merasa bahwa tanpa insentif finansial yang jelas, motor listrik masih terasa mahal dan tidak terjangkau,” kata Yannes kepada detikOto, Jumat (7/2/2025).

    Dia menambahkan tanpa adanya kejelasan atau perpanjangan subsidi, harga motor listrik kembali menjadi beban finansial yang cukup besar bagi sebagian besar konsumen. Selain itu, masyarakat masih merasa lebih nyaman dengan motor bensin yang harganya lebih terjangkau, terutama dalam situasi ekonomi yang masih belum sepenuhnya pulih.

    “Di sisi lain, daya beli masyarakat yang menyusut pada tahun ini akibat stagnasi ekonomi makro Indonesia, juga sangat mempengaruhi keputusan untuk membeli motor listrik,” kata Yannes.

    “Ekonomi Indonesia, terutama di kalangan kelas menengah ke bawah, sedang mengalami tekanan. Meningkatnya biaya hidup, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi membuat banyak konsumen memilih untuk menunda pembelian kendaraan baru, apalagi yang harganya lebih tinggi seperti motor listrik,” ungkap dia.

    “Hal ini menyebabkan penurunan signifikan dalam penjualan motor listrik, meskipun ada program percepatan adopsi EV dari pemerintah. Tanpa adanya kebijakan yang jelas dan insentif yang pasti, masyarakat low segment ini akan memakai rasionalitasnya dengan memilih untuk tetap menggunakan kendaraan yang lebih terjangkau,” jelas Yannes.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bicara kemungkinan subsidi Rp 7 juta untuk setiap pembelian unit kendaraan motor listrik diperpanjang di 2025. Subsidi ini diberikan guna mendukung percepatan adopsi kendaraan listrik di Indonesia.
    “Subsidi (motor listrik) harusnya masih tetap,” kata Airlangga kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

    Meski ada pertimbangan kebijakan efisiensi anggaran, Airlangga menyebut program itu sudah mendapatkan persetujuan sehingga tidak akan terganggu.

    (riar/lua)

  • Kekayaan Bersih Elon Musk Merosot Usai Trump Berlakukan Tarif Baru

    Kekayaan Bersih Elon Musk Merosot Usai Trump Berlakukan Tarif Baru

    Bisnis.com, JAKARTA — Kekayaan bersih miliarder teknologi Elon Musk merosot menyusul upaya pemerintahan Trump dalam memberlakukan tarif baru.

    Kekayaan bersih CEO Tesla dan SpaceX ini berfluktuasi dalam beberapa bulan terakhir, terutama karena usaha bisnis dan politiknya baru-baru ini, termasuk perannya di Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Saham Tesla anjlok 5,2% pada awal pekan ini, kerugian disebabkan oleh ancaman tarif yang menargetkan impor dari Kanada, Meksiko, dan China, demikian dilaporkan Newsweek. Saham tersebut turun 3,3% hingga 6 Februari.

    Penjualan Tesla di Inggris turun hampir 12% pada Januari, bahkan saat pendaftaran kendaraan listrik bulanan di pasar baterai-listrik terbesar di Eropa melonjak ke rekor, menurut data yang diterbitkan oleh New AutoMotive.

    Kekayaan bersih Elon Musk

    Musk terjun ke dunia politik pada 2024 dengan memberi dukungan finansialnya terhadap Trump.

    CEO miliarder tersebut menghabiskan setidaknya US$250 juta. Hasil untuk kampanye ini terbukti berhasil untuk kembali ke Gedung Putih.

    Newsweek melaporkan, kekayaan bersih Musk berada di sekitar US$433 miliar sebelum penurunan baru-baru ini menjadi sekitar US$418 miliar, sedikit pulih menjadi US$424 miliar pada hari Selasa.

    Hingga Kamis, kekayaan bersih Musk mencapai US$414 miliar, menurut Bloomberg Billionaires Index. Daftar miliarder real-time Forbes dari tanggal yang sama melaporkan kekayaan bersih miliarder teknologi tersebut adalah US$401,8 miliar.

    Dilansir Bloomberg, kekayaan Musk sebelumnya melonjak, mencapai US$486 miliar pada Desember 2024, naik dari US$262 miliar sebelum pemilihan. Kemudian pada November 2024, kekayaan bersih Musk tercatat sebesar US$307,4 miliar oleh Forbes dan US$319 miliar oleh Bloomberg.

    Apa yang menyebabkan Kekayaan Musk Menurun?

    Tarif yang diancam Trump merupakan faktor utama di balik kemunduran keuangan Musk baru-baru ini. 

    Tarif tersebut mengancam akan menaikkan biaya produksi Tesla dan perusahaan lain yang bergantung pada rantai pasokan global untuk bahan-bahan utama seperti aluminium dan litium, yang penting untuk baterai kendaraan listrik.

    Kekhawatiran tentang potensi tarif balasan dari China, pasar utama Tesla, juga menyebabkan ketidakpastian tambahan, yang memberi tekanan pada saham perusahaan mobil tersebut.

    Meskipun SpaceX dimiliki secara pribadi, tarif baru tersebut juga dapat memengaruhi rantai pasokannya, termasuk komponen yang dibutuhkan untuk jaringan Starlink.

  • Super Aman, Motor Listrik Adora Punya Fitur Anti Maling

    Super Aman, Motor Listrik Adora Punya Fitur Anti Maling

    JAKARTA – Indomobil Group melalui PT Indomobil Emotor Internasional secara resmi memperkenalkan sepeda motor listrik Adora yang turut meramaikan pasar mobilitas ramah lingkungan di Indonesia.

    Adora hadir sebagai solusi modern yang mendukung transisi kendaraan listrik di Indonesia, sekaligus menunjukkan komitmen Indomobil Group terhadap masa depan mobilitas berkelanjutan di tanah air.

    Tidak hanya menawarkan solusi mobilitas ramah lingkungan, motor tersebut menawarkan sejumlah fitur. Salah satu fitur yang menjadi sorotan ialah Anti Theft System 3.0 dan Battery Safety System, berfungsi sebagai pencegah baterainya dicuri sekaligus meningkatkan fitur pelindung pada kendaraan ini.

    CEO PT Indomobil Emotor Internasional, Pius Wirawan mengatakan sistem baterainya telah terkunci di motor dan tidak bisa dicuri atau dicabut serta dilengkapi bracket tambahan yang didukung teknologi khusus.

    “Ada bracket tambahan yang kita lengkapi dengan teknologi khusus yang susah dibongkar,” kata Pius dalam penjelasannya kepada media di Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Februari.

    Selain itu, Pius menambahkan sistem pelindung baterai tersebut hanya bisa dibongkar oleh teknisi bengkel resmi. Untuk mencabutnya, diperlukan alat khusus untuk membongkarnya.

    “Kami menerapkan mekanisme yang sangat aman, karena kita tahu urgensinya untuk melindungi dari kriminalitas,” tambah Pius.

    Lebih lanjut, motor Adora memiliki beberapa fitur terdiri dari Smart Display with Phone Integration dan Music Entertainment untuk meningkatkan kesan hiburan bagi pengendara.

    Motor ini dibekali dengan penggerak listrik bertenaga 3 kW digabungkan baterai lithium bersertifikasi IP67 yang sanggup memberikan jarak tempuh hingga 110 km dalam sekali pengisian daya.

    Tampil perdana di pasar motor listrik Indonesia, motor listrik Adora dibanderol dengan harga mulai dari Rp24,5 juta untuk Basic dan Rp24,9 juta pada varian with Livery.

  • Indomobil Klaim Adora Motor Listrik Asli Indonesia, Bukan Rebadge dari China

    Indomobil Klaim Adora Motor Listrik Asli Indonesia, Bukan Rebadge dari China

    Jakarta

    Indomobil Group melalui Indomobil eMotor telah meluncurkan motor listrik Adora di Indonesia, Kamis (6/2). Mereka mengklaim, kendaraan tersebut asli Indonesia, bukan rebadge dari negara lain seperti China.

    Pius Wirawan selaku Chief Executive Officer (CEO) Indomobil eMotor mengatakan, Adora merupakan motor listrik yang dikembangkan dan dirakit sepenuhnya di Indonesia. Bahkan, kata dia, desainernya juga asli anak bangsa.

    “Bukan rebadge. Ini didesain, dikembangkan dan diproduksi oleh Indomobil. Jadi (Adora) buatan Indonesia 100 persen,” ujar Pius saat dikonfirmasi di Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (6/2).

    Motor listrik Indomobil Adora. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Motor listrik Adora dirakit secara lokal di fasilitas Pulogadung, Jakarta Timur. Kendaraan tersebut dikembangkan selama setahun lebih dan diproyeksikan mampu mencapai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 50 persen.

    “Ini motor listrik buatan Indomobil. Kita research, kita kembangkan, kemudian kita juga sudah banyak investing untuk RnD. Jadi ini memang motor buatan kita, bukan motor dari luar kita bawa ke sini,” terangnya.

    Sebagai catatan, ketika peluncuran produk, tak sedikit awak media yang salah fokus (salfok) dengan tampilan atau desain motor listrik Adora. Sebab, sepintas menyerupai YME-07X buatan produsen China, Changzhou Yamasaki Motorcycle.

    Motor China yang dibilang mirip Adora. Foto: Doc. Yamasaki Motor

    Kemiripan Indomobil Adaro dan YME-07X bisa terlihat di hampir seluruh bagian kendaraan, mulai dari muka, tarikan garis, komponen utama dan pendukung, hingga desain keseluruhan. Perbedaan paling kontras terlihat di bagian warna, striping dan emblem.

    Ketika ditanya lebih detail mengenai motor listriknya yang mirip produk China, Pius menegaskan, tim RnD-nya memang banyak yang belajar dari sana. Sebab, Negeri Tirai Bambu merupakan kiblat kendaraan listrik di dunia.

    “Jadi gini, tim RnD kan melakukan research dan development, bisa dipahami bahwa di Indonesia ini tak sebaik di luar negeri. Jadi memang tim RnD banyak station di China. Nah, (motor ini) kita kembangkan sendiri tapi resource-nya banyak,” kata dia.

    Adaro merupakan motor listrik pertama yang dikenalkan Indomobil eMotor di Indonesia. Kendaraan tersebut dibanderol Rp 24,5 juta untuk versi basic dan Rp 400 ribu lebih mahal untuk versi livery. Seluruhnya berstatus on the road Jakarta.

    (sfn/dry)

  • Thailand Kembangkan Industri Semikonduktor Senilai 15 Miliar Dolar AS – Halaman all

    Thailand Kembangkan Industri Semikonduktor Senilai 15 Miliar Dolar AS – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK – Pemerintah Thailand menyiapkan rencana strategis untuk menggembangkan bisnis semikonduktornya di tengah perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS). 

    Seperti disampaikan Narit Therdsteerasukdi, Sekretaris Jenderal Dewan Investasi Thailand, negara gajah putih itu tengah menggagas strategi baru untuk menarik investasi baru di bidang semikonduktor.

    Thailand akan menyewa konsultan untuk mengembangkan peta jalan industri semikonduktor. 

    Narit yang berada langsung di bawah perdana menteri Thailand juga sedang melakukan roadshow ke Amerika Serikat dan Jepang untuk menggalang investasi semikonduktor di Thailand.

    Proyek investasi ini akan difokuskan pada sektor elektronika daya yang terkait dengan kendaraan listrik, pusat data, dan sistem penyimpanan energi.

    “Kami fokus di (segmen elektronika daya). Misalnya semikonduktor yang digunakan pada kendaraan listrik, pusat data, atau sistem penyimpanan energi. Kami pikir ini adalah kekuatan kami,” kata  Narit dikutip dari Tech In Asia.  

    Lewat strategi ini Thailand menargetkan investasi semikonduktor baru di negaranya tembus mencapai 500 miliar baht atau sekitar 15 miliar dolar AS pada tahun 2029.

    Thailand sendiri diketahui menempati peringkat kedua di belakang India dalam analisis negara-negara berkembang teratas untuk manufaktur semikonduktor, menurut laporan tahun 2024 oleh perusahaan konsultan A.T. Kearney.

    Dengan menggaet para investor agar menanamkan investasi chip di Thailand, pemerintah mengklaim strategi ini dapat mendorong pertumbuhan industri semikonduktor Thailand.

    Saat ini AS dan China tengah terlibat perang dagang, saling bersaing memperebutkan supremasi teknologi.

    Kesempatan tersebut dimanfaatkan Thailand untuk mengambil keuntungan atas sengketa perdagangan kedua negara yang telah mengalihkan beberapa rantai pasokan ke Asia Tenggara.

    Pasca Thailand mengungkap rencana strategis pengembangan industri semikonduktor ini, sejumlah perusahaan tertarik berinvestasi di Thailand.

    Diantaranya Analog Devices yang berbasis di Massachusetts membuka tab baru, Sony, dan Toshiba. 

    Pembuat chip Jerman Infineon dan anak perusahaan dari Fox Semicon Integrated Technology asal Taiwan juga telah mengumumkan proyek baru di Thailand.

    Laporan Reporter: Namira Yunia

     

  • Indonesia Punya Nikel-Baterai Buat Mobil Listrik, tapi Mobilnya Belum Ada!

    Indonesia Punya Nikel-Baterai Buat Mobil Listrik, tapi Mobilnya Belum Ada!

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan dengan Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (06/02/2025). Salah satu yang dibahas ialah soal mobil listrik nasional.

    Rosan menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar untuk mengambil peran lebih aktif dalam industri kendaraan listrik, mengingat sumber daya nikel yang melimpah serta ekosistem baterai yang sudah berkembang. Namun, ia juga menyoroti bahwa hingga saat ini produksi mobil listrik nasional masih terbatas.

    “Kita kan potensi dari nikelnya segala macem, baterainya sampe baterai itu sudah ada, recycle baterainya sudah ada. Nah, tapi mobilnya kan kita belum ada nih, mobil listriknya, sedangkan kita kan sudah committed untuk net zero emission di 2060, malah keinginannya Bapak Presiden bisa lebih cepat,” ujar Rosan dikutip dari Setkab, Jumat (7/2/2025).

    Lebih lanjut, Rosan turut menyinggung bahwa saat ini Indonesia masih bergantung pada investasi dari perusahaan luar seperti Hyundai, BYD, dan Wuling yang sudah membangun manufaktur kendaraan listrik di dalam negeri. Namun, ia menekankan perlunya peran lebih besar bagi Indonesia dalam industri ini.

    “Produksi mobil kita kan sekitar 1,2 juta per tahun, dan berkembang, dan diharapkan di tahun 2030 tadi disampaikan sampai 2,5 juta. Ya, intinya masa kita hanya tidak bisa berperan lebih besar dari itu?” ungkap Rosan.

    Rosan menegaskan bahwa pemerintah tidak hanya berfokus pada investasi dari luar, tetapi juga mengkaji kemungkinan pengembangan kendaraan listrik nasional. Maung disebut-sebut menjadi salah satu pertimbangan.

    “Kita kan sudah ada Maung, ini mungkin ada pengembangan berikutnya, nanti kita akan bicara, akan kerjakan lebih lanjut lagi lah,” ucap Rosan.

    (riar/dry)

  • PGAS Bersama Aerotrans Perluas Penggunaan Bahan Bakar Gas

    PGAS Bersama Aerotrans Perluas Penggunaan Bahan Bakar Gas

    JakartaFORTUNE – Sebagai bukti atas komitmennya mendorong transisi energi, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN menggandeng PT Aerotrans Services Indonesia bekerja sama dalam menghadirkan solusi bahan bakar gas (BBG) bagi kendaraan operasional Aerotrans. Itu ditujukan demi meningkatkan efisiensi sekaligus mengurangi emisi karbon.

    Dalam kolaborasi ini, PGN akan menyediakan infrastruktur pendukung, seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) untuk memastikan akses yang lebih mudah bagi kendaraan Aerotrans.

    Di samping itu, PGN juga akan mengimplementasikan teknologi konversi yang memungkinkan kendaraan berbasis BBM beralih ke BBG secara aman dan efisien.

    “Kerja sama pemanfaatan gas bumi ini untuk menunjang efisiensi dan ekosistem energi hijau di Aerotrans. Kami siap memberikan solusi yang bermanfaat terkait pemanfaatan BBG, sejalan dengan arah strategi PGN dalam memperluas utilisasi gas bumi sektor transportasi,” ujar Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Rosa Permata Sari, dalam keterangannya yang dikutip Jumat (7/2).

    Sementara itu, Direktur PT Aerotrans Services Indonesia, Kadek Bayu Temaja, menyambut baik kerja sama ini sebagai langkah nyata dalam menghadirkan solusi energi yang lebih ramah lingkungan pada sektor transportasi.

    “Kami mengelola lebih dari 800 kendaraan yang tersebar di Jakarta dan beberapa daerah lainnya. Kolaborasi dengan PGN berpotensi untuk menggarap bersama pemanfaatan gas bumi untuk bahan bakar kendaraan yang lebih hijau,” katanya.

    Perusahaan Gas Negara meyakini kerja sama ini turut membuka peluang pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan energi yang lebih luas. Dengan demikian, kedua perusahaan ke depannya akan menjajaki kerja sama lain dalam mengembangkan infrastruktur energi terintegrasi, seperti pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), charging station untuk kendaraan listrik, serta fasilitas distribusi BBG guna mendukung kebutuhan energi Aerotrans pada masa mendatang.

    “Dengan pengalaman dan jaringan infrastruktur gas bumi yang telah teruji, PGN optimistis dapat terus menghadirkan solusi energi yang lebih efisien dan berkelanjutan bagi sektor transportasi nasional,” ujar Rosa.