Produk: kendaraan listrik

  • IBC: China agresif masuk ke RI imbas perang dagang dengan AS

    IBC: China agresif masuk ke RI imbas perang dagang dengan AS

    Jadi contohnya, kalau dari China, itu tarifnya ke Amerika Serikat hampir 40 persen untuk baterainya, tapi kalau di Indonesia, kemungkinan hanya 10 persen

    Jakarta (ANTARA) – Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menyampaikan bahwa perang dagang antara Amerika Serikat dengan China mengakibatkan China agresif untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi baterai kendaraan listrik (EV).

    “Sekarang China sangat agresif untuk bisa masuk ke Indonesia,” ucap Toto dalam rapat dengar pendapat (RDP) terkait perkembangan industri baterai EV Indonesia dengan Komisi XII di Jakarta, Senin.

    Toto menjelaskan bahwa agresivitas China berusaha masuk ke Indonesia disebabkan oleh pemerintah Amerika Serikat yang memberikan tarif yang cukup signifikan terhadap produk-produk yang datang dari China.

    Dengan demikian, untuk menghindari tarif tersebut, China berupaya untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi baterai kendaraan listrik (EV) maupun baterai storage ke Amerika Serikat.

    “Jadi contohnya, kalau dari China, itu tarifnya ke Amerika Serikat hampir 40 persen untuk baterainya, tapi kalau di Indonesia, kemungkinan hanya 10 persen,” ucap dia.

    Menurut Toto, keunggulan tersebutlah yang dimiliki oleh Indonesia untuk menjadi basis produksi baterai, bukan hanya untuk Indonesia, melainkan untuk kebutuhan global termasuk Amerika Serikat.

    Guna menjadikan Indonesia sebagai basis produksi baterai EV, Toto menyampaikan perlunya bagi pemerintah untuk meningkatkan iklim investasi untuk hilirisasi bahan baku baterai.

    “Kami harus minta dukungan juga bagaimana secara regulasi, kami bisa memberikan prioritas untuk baterai-baterai yang sifatnya dari nikel, yang di Indonesia memiliki sumber dayanya langsung,” kata Toto.

    Toto menilai dukungan regulasi untuk baterai EV berbasis nikel dibutuhkan, sebab hampir 90 persen dari sekitar 40 ribu EV yang terjual di tahun 2024 berbasis litium, bukan nikel.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memajaki barang impor asal Kanada, Meksiko, dan China.

    Tarif 10 persen dikenakan AS terhadap barang dari China sebagai tambahan atas tarif yang sudah diberlakukan. Keputusan itu juga mencabut aturan de minimis sebelumnya, yang membebaskan barang senilai kurang dari 800 dolar AS untuk masuk ke AS.

    Bai Ming, wakil direktur International Institute for Marketing Research Kementerian Perdagangan China, mengatakan bahwa babak baru perang dagang dua ekonomi terbesar dunia “sudah dimulai.”

    Menurut dia, tindakan balasan China secara tepat menargetkan sektor-sektor penting di AS dan meminimalkan dampak perang dagang.

    Kementerian Luar Negeri China sebelumnya menegaskan tidak ada yang bakal jadi pemenang dalam sebuah perang dagang.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Suzuki Jualan Mobil Listrik Tahun Depan, Mau Diproduksi Lokal?

    Suzuki Jualan Mobil Listrik Tahun Depan, Mau Diproduksi Lokal?

    Jakarta

    Suzuki memastikan akan meluncurkan mobil listrik di Indonesia tahun depan. Mobil listrik pertama Suzuki, Suzuki e Vitara, akan dijual di Indonesia pada awal 2026.

    “Seperti yang mungkin Anda ketahui, Suzuki telah mengumumkan secara global e Vitara, kendaraan listrik strategis pertama kami di Eropa dan India,” kata Presiden Direktur PT Suzuki Indomobil Motor dan PT Suzuki Indomobil Sales Minoru Amano di arena Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta.

    “Dan hari ini dengan penuh antusias, saya ingin mengumumkan bahwa e Vitara akan resmi diluncurkan di pasar otomotif Indonesia pada awal tahun 2026,” sebutnya.

    Di Indonesia, untuk mendapatkan insentif pajak mobil listrik dari pemerintah, syaratnya mobil tersebut harus diproduksi di dalam negeri dan memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 40 persen. Namun, Harold Donnel, 4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah Suzuki e Vitara akan diproduksi lokal atau tidak.

    “Jadi mengenai e Vitara ini, untuk saat ini kami fokus untuk mempertunjukkan terlebih dahulu dan juga memberitahukan mengenai perencanaan kami untuk meluncurkan ini di awal tahun 2026. Mengenai harga, lalu juga apakah ini diproduksi secara CKD atau secara CBU ini belum bisa kita informasikan secara lebih lanjut. Tapi kami akan terus mengupdate rekan-rekan sekalian mengenai hal ini. Jadi tinggal tunggu saja informasi ter-update dari Suzuki. Hari ini kita hanya fokus ingin mengintroduksikan dan juga ingin memberitahu bahwa e Vitara ini akan hadir di market Indonesia di awal tahun 2026,” ucap Harold di IIMS 2025.

    Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales Donny Saputra mengatakan, Suzuki melihat potensi pasar otomotif Indonesia cukup besar. Untuk itu, Suzuki akan melakukan studi apakah e Vitara layak diproduksi di dalam negeri.

    “Kami dari Suzuki sendiri melihat potensi pasar kendaraan di Indonesia cukup besar. Tetapi keputusan berkaitan dengan hal tersebut itu di luar wewenang kami. Kami harus berkomunikasi dengan kantor pusat kami. Meski demikian, kami di Suzuki Indonesia terus mengevaluasi dan studi peluang produksi lokal. Bagaimana peluang produksi lokal menghadirkan solusi terbaik bagi konsumen di Indonesia,” ujar Donny di kesempatan yang sama.

    (rgr/din)

  • Perbandingan Jualan Motor Listrik vs Bensin, Beda Jauh Banget

    Perbandingan Jualan Motor Listrik vs Bensin, Beda Jauh Banget

    Jakarta

    Pasar sepeda motor listrik di Indonesia masih punya potensi besar. Namun, faktanya penjualan motor bensin secara tahunan masih jauh lebih unggul.

    Wakil Menteri Industri Indonesia, Faisol Riza, membeberkan data penjualan motor listrik vs bensin pada tahun 2024.

    “Pasar sepeda motor listrik di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Data menunjukkan bahwa pada 2024 penjualan motor konvensional di Indonesia mencapai 6,3 juta unit,” kata Faisol Riza di JIExpo Kemayoran, Jakarta.

    “Namun jumlah sepeda motor listrik yang terdaftar pada tahun yang sama, baru mencapai 77 ribu unit atau sekitar 1,2 persen dari total pasar. Angka ini menjadi peluang sangat besar bagi kendaraan listrik yang terus berkembang,” ungkapnya lagi.

    Jumlah motor listrik itu disinyalir juga berkat bantuan insentif motor listrik.

    Namun konsumen kini masih menanti pengumuman subsidi motor listrik yang telah berakhir sejak tahun lalu.

    Terungkap fakta stok motor listrik menumpuk di dealer usai subsidi pembelian belum mendapat kepastian dari pemerintah. Namun ternyata ada beragam faktor lain yang bikin motor listrik belum diminati.

    “Meningkatnya biaya hidup, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi membuat banyak konsumen memilih untuk menunda pembelian kendaraan baru, apalagi yang harganya lebih tinggi seperti motor listrik. Hal ini menyebabkan penurunan signifikan dalam penjualan motor listrik,” jelas Pengamat Otomotif Yannes Pasaribu.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bicara kemungkinan subsidi Rp 7 juta untuk setiap pembelian unit kendaraan motor listrik diperpanjang di 2025. Subsidi ini diberikan guna mendukung percepatan adopsi kendaraan listrik di Indonesia.

    “Subsidi (motor listrik) harusnya masih tetap,” kata Airlangga kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

    Meski ada pertimbangan kebijakan efisiensi anggaran, Airlangga menyebut program itu sudah mendapatkan persetujuan sehingga tidak akan terganggu.

    Motor listrik sudah mendapat guyuran insentif dari pemerintah tapi penjualannya jauh dari target. Skema bantuan pemerintah dengan potongan Rp 7 juta tidak diserap baik oleh pasar.

    (riar/rgr)

  • Net Zero Emission Butuh Transisi, Tak Bisa Hanya Andalkan Mobil Listrik!

    Net Zero Emission Butuh Transisi, Tak Bisa Hanya Andalkan Mobil Listrik!

    Jakarta

    World Research Institute atau WRI Indonesia mengingatkan, untuk mencapai net zero emission atau nol emisi butuh transisi bertahap. Sehingga, dalam praktiknya, negara tak bisa hanya mengandalkan mobil listrik sebagai ‘senjata tunggal’.

    I Made Vikannanda selaku Urban Mobility Manager WRI Indonesia mengatakan, perjalanan menuju net zero emission membutuhkan waktu lama seandainya hanya mengandalkan mobil listrik. Sebab, populasinya saat ini juga masih sangat terbatas.

    “Kalau lihat salah satu teknologi yang paling sering dibicarakan kendaraan listrik. Kendaraan listrik memang salah satu aksi mitigasi yang bisa dilakukan untuk mengurangi emisi karbon,” ujar Vikan dalam program Toyota Carbon Neutrality (CN) Mobility Event di Kemayoran, Jakarta Pusat.

    “Tapi kendaraan listrik saja tidak cukup. Masih banyak alternatif teknologi yang didorong teman-teman industri, seperti hidrogen,” tambahnya.

    Bahasan soal net zero emission dalam program Toyota Carbon Neutrality (CN). Foto: Doc. EV Life.

    Menurut Vikan, dunia masih punya cukup waktu untuk menuju net zero emission pada 2060. Itulah mengapa, dalam proses transisi tersebut, energi terbarukan lainnya juga harus diperhatikan, seperti hidrogen atau hybrid.

    “Begitu juga dengan teknologi-teknologi lain seperti alternative fuel, kalau kita mengkategorikannya, ini teknologi transisi, karena menuju 100 persen EV pasti effort-nya besar,” tuturnya.

    “Jadi memang banyak intervensi dan aksi-aksi mitigasi dari EV yang harus diperhatikan, begitu juga shifting ke angkutan umum yang menjadi PR teman-teman kementerian,” lanjutnya.

    Sejauh ini, dia melihat, sudah banyak produsen otomotif termasuk Toyota yang bergerak ke arah sana. Selain itu, produk-produk ramah lingkungan juga terus berdatangan di Indonesia. Dia berharap, ke depannya, pemerintah dan industri bisa kerja sama memanfaatkan energi terbarukan lain selain hanya EV.

    “Jadi memang menurut saya kalau sektor otomotif ini punya target dan visi yang jelas untuk menuju net zero emission, pastinya sektor otomotifnya akan sampai. Kuncinya di teman-teman industri,” kata dia.

    (sfn/rgr)

  • Gak Cuma Jualan, Jaga Lingkungan Jadi Komitmen Chery di Indonesia

    Gak Cuma Jualan, Jaga Lingkungan Jadi Komitmen Chery di Indonesia

    Jakarta

    PT Chery Sales Indonesia (CSI) menyadari keberlangsungan ekosistem lingkungan menjadi perhatian bersama. Demi mewujudkan lingkungan yang bersih dan berkesinambungan, Chery Sales Indonesia bersama Forum Purna Pejabat (FPP) Pemprov DKI Jakarta, berpartisipasi dalam penanaman pohon produktif di Waduk Karian, Pesantren La Tansa Lebak, Banten.

    Dalam siaran pers yang diterima detikOto, program kesetiakawanan sosial pelestarian lingkungan yang digagas FPP DKI Jakarta, merupakan bagian integral dari upaya kolaboratif dalam menjaga kelestarian alam. Inisiatif ini juga bertujuan untuk mewujudkan kemandirian ekonomi di Pondok Pesantren (Ponpes) La Tansa, yang lokasinya berdekatan dengan Waduk Karian.

    “Chery bersama FPP Pemprov DKI Jakarta dengan penuh semangat menginisiasi gerakan penghijauan melalui penanaman berbagai jenis pohon produktif serta pohon khas Jakarta yang ikonik, seperti Alpukat dan Cempedak yang kaya manfaat,” tutur Head of Brand Department PT Chery Sales Indonesia, Rifkie Setiawan.

    Rifkie menambahkan pemilihan jenis pohon produktif ini diharapkan juga memberikan nilai ekonomi jangka panjang bagi masyarakat Lebak dan sekitarnya.

    “Dengan demikian, program tersebut menciptakan sinergi yang harmonis antara pelestarian lingkungan dan pemberdayaan ekonomi lokal secara berkelanjutan,,” Rifkie menambahkan.

    Sebagai wujud komitmen terhadap mobilitas berkelanjutan dan kepedulian lingkungan, Chery melepas unit kendaraan terbaiknya yang didominasi kendaraan listrik (EV), antara lain Chery OMODA E5 dan Chery J6 yang tampil fenomenal di industri Otomotif Tanah Air. Acara pelepasan dilangsungkan di Balai Kota DKI Jakarta dan diresmikan oleh Asisten Pemerintahan Sekda Provinsi Jakarta, Sigit Wijatmoko.

    Demi mewujudkan lingkungan yang bersih dan berkesinambungan, Chery Sales Indonesia bersama Forum Purna Pejabat (FPP) Pemprov DKI Jakarta, berpartisipasi dalam penanaman pohon produktif di Waduk Karian, Pesantren La Tansa Lebak, Banten. Foto: dok. Chery Sales Indonesia

    Rombongan kemudian bergerak menuju Lebak, Banten, untuk melaksanakan serangkaian kegiatan meliputi penanaman sekitar 300 bibit pohon dan pelepasan 200 bibit ikan. Kegiatan ini menjadi simbolisasi sinergi dan dimulainya aglomerasi dalam upaya pelestarian lingkungan.

    Adapun kegiatan tersebut sejalan dengan visi keberlanjutan global Chery yang mengusung tema For Us For Future. Sebagai perusahaan otomotif yang terus berinovasi dalam menghadirkan kendaraan ramah lingkungan, Chery juga aktif dalam berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di berbagai negara.

    Di tingkat global, Chery telah bekerja sama dengan UNICEF untuk peningkatan kesejahteraan anak-anak dan perlindungan lingkungan, terutama di negara-negara berkembang. Sementara di Indonesia, Chery terus memperkuat kontribusinya melalui berbagai program keberlanjutan, termasuk inisiatif bersama FPP Pemprov Jakarta. Diharapkan menjadi awal dari langkah-langkah besar dalam membangun lingkungan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

    “Ini adalah wujud nyata dari komitmen Chery dalam mendukung ekosistem berkelanjutan. Tidak hanya melalui teknologi kendaraan ramah lingkungan, melainkan juga melalui aksi nyata dalam pelestarian alam,” tutup Rifkie.

    (lth/rgr)

  • Mobil Masa Depan ‘Wuling Light of ASEAN’ Cantik di Setiap Sudut

    Mobil Masa Depan ‘Wuling Light of ASEAN’ Cantik di Setiap Sudut

    Jakarta

    Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025 patut dipertimbangkan, soalnya salah satu ajang bergengsi otomotif di Indonesia ini kerap memperkenalkan kendaraan masa depan. Kini giliran Wuling Indonesia yang memperlihatkan mobil konsep yang disapa Wuling Light of ASEAN.

    Wuling Light of ASEAN merupakan mobil konsep revolusioner yang memadukan desain futuristik, teknologi cerdas, serta pengalaman berkendara yang inovatif. Kehadiran yang diklaim menjadi mobil masa depan ini menjadi momen istimewa bagi Wuling, karena untuk pertama kalinya mobil konsep ini hadir di luar dari Tiongkok dan publik Indonesia dapat melihatnya secara langsung di booth Wuling IIMS 2025.

    “Light of ASEAN pertama kali muncul perdana di Pameran Ekonomi ASEAN ke-21 di Nanning, China, pada 24 September 2024 dan Indonesia mendapat kehormatan menjadi negara pertama di luar China yang menampilkannya,” Vice President Wuling Motors, Arif Pramadana.

    Selanjutnya dijelaskan, mobil konsep Wuling Light of ASEAN mewakili visi Wuling untuk menghadirkan kendaraan ramah lingkungan yang berfokus kepada pasar ASEAN. Dengan mengaplikasikan desain masa depan, pengalaman berkendara yang cerdas dan berteknologi tinggi, kendaraan ini bukan hanya sekadar moda transportasi tetapi juga simbol dari kemajuan teknologi, keberlanjutan, dan perkembangan industri otomotif.

    “Kehadiran mobil konsep ini merupakan perwujudan visi Wuling secara global dalam menghadirkan inovasi kendaraan listrik yang cerdas dan berkelanjutan, sekaligus membuktikan bahwa pasar ASEAN memiliki peran strategis di Wuling. Selain itu, Light of ASEAN juga menegaskan komitmen Wuling dalam memperkuat industri otomotif di ASEAN,” Arif menambahkan.

    Wuling Motors menampilkan mobil konsep Light of ASEAN di IIMS 2025. Begini penampakannya. Foto: Agung Pambudhy

    Arif mengatakan Light of ASEAN merupakan representasi dari komitmen Wuling dalam memperkuat posisinya di kawasan ASEAN dan berkontribusi dalam percepatan transisi energi yang lebih hijau di wilayah ini. ASEAN merupakan kawasan yang memiliki pertumbuhan pesat dalam industri otomotif, dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya kendaraan ramah lingkungan.

    Light of ASEAN dirancang sebagai simbol inovasi yang tidak hanya menawarkan performa tinggi dan efisiensi energi, tetapi juga menyesuaikan dengan infrastruktur lokal di berbagai negara. Salah satu inovasi utama yang dihadirkan dalam Light of ASEAN adalah Ultra-Low Aerodynamic Drag yang menjadi teknologi aerodinamika mutakhir untuk mengurangi hambatan angin hingga hanya 0.18Cd.

    Teknologi aerodinamika ini tidak hanya membuat kendaraan lebih hemat energi, tetapi juga meningkatkan performa keseluruhan, terutama saat melaju di jalan. Berbicara mengenai desain, Light of ASEAN memiliki desain yang inovatif mulai dari struktur cross-star cone di area depan, pintu bergaya sayap camar yang futuristik, hingga spoiler di bagian belakang mobil yang tampak melayang.

    Bukan hanya bagian luar yang futuristik, pengalaman di dalam kabin juga dirancang untuk menghadirkan kenyamanan dan fleksibilitas tinggi melalui konsep Zero Gravity Dual Mode Cabin. Mobil konsep ini mengusung desain mode ganda yang memisahkan area pengemudi dan penumpang untuk meningkatkan kenyamanan dan fungsionalitas.

    Wuling Motors menampilkan mobil konsep Light of ASEAN di IIMS 2025. Begini penampakannya. Foto: Agung Pambudhy

    Selain itu, kursi tanpa gravitasi dengan keseimbangan hidrolik memberikan sensasi berkendara yang lebih santai. Ditambah dengan sistem kontrol ala kokpit pesawat dan audio independen, kabin Light of ASEAN membawa standar baru dalam kemewahan dan kenyamanan.

    “Kami mengundang para pengunjung IIMS 2025 untuk datang dan melihat langsung Light of ASEAN dari Wuling di JIEXPO Kemayoran Hall D, Booth D2. Para pengunjung juga bisa melihat seluruh line up mobil Wuling, mulai dari kendaraan ICE, Hybrid, hingga EV,” tutup Arif Pramadana.

    Wuling Motors menampilkan mobil konsep Light of ASEAN di IIMS 2025. Begini penampakannya. Foto: Agung Pambudhy

    (lth/rgr)

  • Duel Wuling Air ev, Seres E1, dan Honri Boma Kembaran Alphard, Pilih Mana?

    Duel Wuling Air ev, Seres E1, dan Honri Boma Kembaran Alphard, Pilih Mana?

    Jakarta

    Honri Boma EV menjadi penantang serius Wuling Air ev dan Seres E1 di segmen kendaraan listrik kompak. Begini perbedaan antara ketiganya.

    Segmen kendaraan listrik berukuran mungil makin ramai. Setelah sebelumnya ada Wuling Air ev dan Seres E1, kini ada Honri Boma EV menjajal keberuntungannya di pasar otomotif dalam negeri. Secara dimensi, Honri Boma EV paling besar dibandingkan Air ev maupun Seres E1. Sebagai perbandingan, mobil listrik yang punya tampang mirip Alphard ini memiliki dimensi panjang 3.517 mm, lebar 1.495 mm, tinggi 1.660 mm, dan jarak sumbu roda 2.495 mm.

    Wuling Air ev. Foto: Agung Pambudhy

    Wuling Air ev memiliki panjang 2.974 mm, lebar 1.505 mm, dan tinggi 1.631 mm. Jarak sumbu rodanya 2.010 mm. Sedikit lebih besar, Seres E1 memiliki dimensi panjang 3.030 mm, lebar 1.495 mm, tinggi 1.640 mm, dan jarak sumbu roda 1.960 mm.

    Selanjutnya soal kapasitas baterai. Baterai yang diusung Seres E1 dan Wuling Air ev memiliki kapasitas yang lebih besar. Seres E1 mengusung baterai Lithium Iron Phosphate (IP67). Ada dua kapasitas baterai yang ditawarkan yakni 13,8 kWh dan 16,8 kWh. Masing-masing memiliki jarak tempuh 180 km dan 220 km. Baterai tersebut bisa dicas dalam waktu 3,5 hingga 4,5 jam dengan 3.3 kW AC.

    Hampir mirip dengan Seres E1, Wuling Air ev juga menggendong baterai Lithium Ferro Phospate IP 67. Versi Standard Range baterainya berkapasitas 17,3 kWh sementara Long Range kapasitasnya 26,7 kWh. Wuling Air ev memiliki jarak tempuh yang cukup jauh yakni mencapai 300 km. Baterainya bisa cas selama 4 jam dengan 6.6 kW AC.

    Kemudian Honri Boma EV baterai tipe Ternary Lithium berkapasitas 11,9 kWh dengan jarak tempuh 130 km dalam satu kali pengecasan. Pengecasan dilakukan dalam waktu tujuh jam.

    Mobil listrik Seres E1. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detikOto

    Soal fitur keamanan, Seres E1 dilengkapi dengan Isofix, tire pressure monitoring system (TPMS), parking sensor, auto hold, hill hold control, pedestrian warning soun, electronic stability control, anti-lock braking system, brake assist, airbag, cruise control, hingga mode berkendara eco dan sport. Fitur lengkap tersebut bisa didapat pada Seres E1 varian tertinggi.

    Fitur di Wuling Air ev pun tak berbeda jauh. Ada sistem pengereman ABS, EBD, TPMS, sound module for pedestrian warning, hingga perintah suara berbahasa Indonesia. Sedangkan Honri Boma EV, dalam brosur dijelaskan fitur keselamatannya berupa sistem pengereman ABS dan EBD.

    Soal harga, Wuling Air ev ditawarkan mulai Rp 179,1 juta hingga yang termahal Rp 275 juta. Sementara Seres E1 dibanderol Rp 189 juta dan Rp 219 juta. Selanjutnya untuk Honri Boma EV banderolnya Rp 199 juta.

    Itu tadi perbedaan antara Wuling Air ev, Seres E1, dan juga Honri Boma EV. Gimana, kira-kira kamu pilih yang mana nih?

    (dry/rgr)

  • Penurunan Penjualan Mobil Bukan Akibat Daya Beli Masyarakat Melemah

    Penurunan Penjualan Mobil Bukan Akibat Daya Beli Masyarakat Melemah

    Jakarta, Beritasatu.com – Ekonom dan ahli moneter Cyrillus Harinowo mengatakan, penurunan angka penjualan mobil di Indonesia tidak berkaitan langsung dengan melemahnya daya beli masyarakat. Menurutnya, faktor utama yang memengaruhi tren ini adalah adanya keraguan konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli kendaraan.

    Cyrillus menjelaskan, setelah melakukan analisis terhadap sektor lain, seperti ritel, elektronik, dan properti, yang terus mengalami pertumbuhan, maka ia menyimpulkan bahwa daya beli masyarakat masih kuat.

    “Anggapan bahwa penurunan penjualan mobil terjadi akibat melemahnya daya beli mungkin kurang tepat. Saya lebih melihat bahwa faktor utama yang berperan adalah ketidakpastian dan keraguan konsumen dalam mengambil keputusan,” ujarnya.

    Cyrillus menambahkan, saat ini masyarakat cenderung menerapkan sikap wait and see terhadap perkembangan teknologi kendaraan, khususnya dengan semakin gencarnya dorongan pemerintah untuk beralih ke kendaraan listrik. 
    Kampanye elektrifikasi transportasi ini sejalan dengan upaya global dalam mengurangi emisi, sesuai dengan komitmen dalam Perjanjian Paris.

    Meski demikian, ia menilai bahwa Indonesia memiliki berbagai alternatif kendaraan ramah lingkungan selain mobil listrik yang dapat meningkatkan kepercayaan konsumen di tengah penurunan penjualan mobil.

    “Jika kita berbicara soal kendaraan yang lebih ramah lingkungan, mobil listrik memang unggul karena tidak menghasilkan emisi. Namun, kita juga memiliki opsi lain seperti mobil LCGC, kendaraan berbahan bakar etanol (flexy), hybrid, hingga hidrogen,” paparnya.

    Sejalan dengan pandangan tersebut, Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandy Julyanto mengungkapkan, perusahaannya mengadopsi pendekatan multi-pathway untuk memberikan lebih banyak pilihan kepada konsumen.

    “Strategi multi-pathway ini sangat penting agar masyarakat memiliki keleluasaan dalam memilih kendaraan yang sesuai dengan kebutuhannya. Kami menawarkan berbagai opsi mulai dari kendaraan listrik, hybrid, hingga berbasis hidrogen, sehingga konsumen dapat memilih sesuai dengan preferensi masing-masing,” jelas Nandy.

    Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani menegaskan, pemerintah mendukung penuh inisiatif industri otomotif dalam mengembangkan ekosistem kendaraan berbasis energi bersih di Indonesia.

    Menurutnya, sektor transportasi memiliki potensi besar untuk memanfaatkan berbagai sumber energi ramah lingkungan.

    “Kita tidak hanya bergantung pada bahan bakar fosil, tetapi juga beralih ke sumber energi yang lebih bersih. Ada transisi dari bahan bakar fosil rendah karbon, kombinasi dengan baterai, hybrid, etanol, biodiesel, hingga hidrogen di masa depan,” ujar Eniya.

    Dengan strategi ini, diharapkan penurunan penjualan mobil bisa teratasi dan ekosistem industri otomotif di Indonesia dapat berkembang secara optimal sekaligus mendukung agenda keberlanjutan energi nasional.

  • Ternyata Ini Penyebab Penjualan Mobil Seret! Bukan Soal Daya Beli, Tapi…

    Ternyata Ini Penyebab Penjualan Mobil Seret! Bukan Soal Daya Beli, Tapi…

    Jakarta: Pernah dengar isu kalau penjualan mobil turun gara-gara daya beli masyarakat yang melemah? Eits, tunggu dulu! Ternyata, bukan itu penyebab utamanya.
     
    Justru, banyak orang sekarang ragu buat beli mobil baru karena bingung memilih kendaraan yang tepat di tengah maraknya inovasi teknologi otomotif.
    Konsumen masih wait and see
    Melansir Antara, Sabtu, 15 Februari 2025, menurut Ahli Moneter Cyrillus Harinowo, penurunan penjualan mobil lebih disebabkan oleh kebingungan konsumen, bukan karena mereka tidak memiliki uang.
     
    Kalau daya beli masyarakat memang melemah, seharusnya sektor lain seperti ritel, elektronik, dan properti juga ikut turun. Tapi faktanya, sektor-sektor tersebut justru terus tumbuh.
     
    “Isu mengenai daya beli yang mempengaruhi penjualan mobil, saya kira mungkin tidak terlalu valid. Saya merasa bahwa penurunan penjualan mobil itu lebih di-drive oleh keraguan orang-orang,” ujar Cyrillus.
     

     
    Salah satu alasan utama adalah masyarakat masih menunggu perkembangan teknologi otomotif, terutama dengan gencarnya kampanye kendaraan listrik oleh pemerintah.
    Konsumen jadi dilema, apakah tetap memilih mobil konvensional, hybrid, atau langsung beralih ke kendaraan listrik.
    Mobil listrik bukan satu-satunya pilihan
    Saat ini, pemerintah memang mendorong penggunaan mobil listrik sebagai solusi utama menekan emisi. Tapi faktanya, masih ada banyak opsi kendaraan ramah lingkungan yang bisa dipertimbangkan, seperti Low Cost Green Car (LCGC), mobil berbahan bakar etanol, hybrid, hingga mobil berbasis hidrogen.

    Produsen otomotif siapkan banyak pilihan
    Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandy Julyanto, juga menyadari kebingungan yang dialami calon pembeli mobil.
     
    Untuk itu, Toyota menerapkan pendekatan “multi-pathway”, yaitu memberikan berbagai opsi kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
     
    “Dalam pendekatan multi-pathway sangat penting, di mana kami memberikan berbagai opsi kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dari kendaraan elektrik, hybrid, hingga kendaraan berbasis hidrogen. Sehingga orang bisa memilih yang sesuai referensi masing-masing,” kata Nandy.
     
    Gimana menurut kamu? Apakah kamu juga masih ragu beli mobil baru?
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Lihat Lebih Dekat VinFast VF3, Mobil Listrik Mungil Bergaya SUV

    Lihat Lebih Dekat VinFast VF3, Mobil Listrik Mungil Bergaya SUV

    “Sejalan dengan komitmen kami di Indonesia, kami resmi memperkenalkan VinFast VF3. Ini merupakan kendaraan kompak EV, yang mengutamakan desain yang menunjang lifestyle, menawarkan kenyamanan untuk menjadi kendaraan listrik,” ujar Chief Executive Officer (CEO) VinFast Asia, Pham Sanh Chau, di IIMS 2025, Kamis (13/2/2025).
    Foto: Luthfi Anshori/detikOto