Produk: karbohidrat

  • Serangga Masuk dalam Menu Makan Bergizi Gratis, BGN Sesuaikan dengan Potensi Daerah

    Serangga Masuk dalam Menu Makan Bergizi Gratis, BGN Sesuaikan dengan Potensi Daerah

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Gizi Nasional (BGN) telah menetapkan sejumlah standar utama dalam program makan bergizi gratis (MBG), termasuk pemenuhan kalori dan komposisi gizi. Salah satu terobosan dalam standar ini adalah pengakuan terhadap serangga sebagai alternatif sumber protein yang dapat digunakan dalam menu makanan lokal.

    Kepala BGN, Dadan Hindayana menjelaskan, meskipun terdapat standar gizi yang harus dipenuhi, variasi menu dapat disesuaikan dengan sumber daya lokal yang ada di setiap daerah.

    “Menu makanan harus mengandung 30% protein, 40% karbohidrat, dan 30% serat. Namun, kami tidak menetapkan menu secara nasional, melainkan secara lokal, menyesuaikan dengan potensi dan selera pangan masing-masing daerah,” ujar Dadan pada acara Rapimnas PIRA di Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu (25/1/2025).

    Menurutnya, hal ini diberlakukan karena setiap daerah di Indonesia memiliki keunggulan pangan yang berbeda. Misalnya, daerah yang kaya akan telur, ayam, atau daerah tertentu yang lebih banyak ikan.

    “Jadi, 30% protein itu tidak harus sama di setiap daerah. Bahkan, di beberapa daerah yang mengonsumsi serangga, seperti belalang atau ulat sagu, itu bisa menjadi bagian dari sumber protein. Begitu pula dengan sumber karbohidrat,” tambah Dadan.

    Dadan juga menyebutkan, pilihan menu karbohidrat di Jawa Barat mayoritas adalah nasi, sementara di Nusa Tenggara Timur (NTT), jagung lebih digemari. Di Indonesia Timur, seperti Halmahera, singkong dan pisang menjadi pilihan utama.

    Selain itu, kata dia, higienitas dan keamanan pangan juga menjadi aspek penting dalam standar program makan bergizi gratis. 

    “Bagi mitra yang ingin bekerja sama dengan BGN, fasilitas produksi yang higienis sangat penting. Tidak perlu mewah, tapi alur produksi harus teratur dan bersih, serta terbebas dari kontaminasi luar,” jelasnya.

    Keamanan pangan, termasuk bebas dari pestisida dan bahan berbahaya, juga menjadi prioritas utama. Dadan berharap agar semua mitra dapat memenuhi empat standar utama ini sebelum menjalin kerja sama dengan Badan Gizi Nasional dalam mewujudkan program makan bergizi gratis.

  • Panduan Pola Makan Dari Dokter Gizi untuk Pencegahan Malnutrisi – Halaman all

    Panduan Pola Makan Dari Dokter Gizi untuk Pencegahan Malnutrisi – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA —  Permasalahan gizi di Indonesia saat ini adalah mengalami malnutrisi. Ini tips pencegahan dan panduan dari dokter gizi.

    Malnutrisi adalah kondisi ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh, yang dapat terjadi ketika asupan gizi tidak sesuai dengan kebutuhan harian yang berakibat menjadi gizi buruk. Gizi buruk meliputi stunting, wasting, dan obesitas.

    Dokter spesialis gizi dr. Marya Haryono, M.Gizi, Sp.GK, FINEM mengungkapkan, ada sejumlah hal yang dapat dilakukan masyarakat untuk bersama-sama menekan angka stunting, yang berfokus pada pencegahan malnutrisi.

    Ia menuturkan, bukan hanya kekurangan gizi.

    Namun faktanya, kelebihan gizi pun dapat dikatakan malnutrisi.

    “Karena itu diingat untuk masyarakat lebih menyadari pentingnya pemenuhan nutrisi harian setiap harinya.

    Sebab, faktor kunci yang berkontribusi pada permasalahan gizi adalah pola makan, yakni praktik pemberian dan penyedia makan yang sesuai dengan kebutuhan harian seseorang,” kata dia di acara Healthy Eat, Healthy Living ini di Jakarta, Sabtu (25/1/2025).

    Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian, penting untuk mengonsumsi makanan yang seimbang dan bervariasi, sehingga tubuh mendapatkan semua zat gizi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik.

    Asupan makanan yang seimbang melibatkan tiga kelompok utama, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak, serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral.

    “Usahakan agar di dalam piring makanan terdiri dari 50 persen sayuran dan buah, 25 persen karbohidrat sehat, dan 25 persen protein, untuk memastikan keberagaman gizi,” papar dr. Marya.

    Kemudian, pastikan konsumsi makanan yang bervariasi.

    Dalam hal ini, cobalah untuk tidak mengonsumsi satu jenis makanan secara berlebihan, melainkan makan berbagai macam makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

    Selain itu, atur pola makanan dengan frekuensi yang teratur, seperti tiga kali makan utama (pagi, siang, malam.

    Kemudian  1 sampai 2 kali camilan sehat di antara waktu makan, untuk menjaga energi tetap stabil sepanjang hari.
     
    Group Marketing Head PT Finusolprima Farma Internasional, dr. Siswandi menambahkan, kegiatan edukasi ini sejalan dengan inisiatif keberlanjutan pihaknya, Bersama Sehatkan Bangsa.

    Pemenuhan gizi harian dapat didukung dengan nutrisi tambahan.

    “Nutrisi tambahan itu seperti General Nutrition berupa Peptisol, Entrakid dan Speciality Nutrition berupa Hepatosol, Oligo. Edukasi gizi bukan hanya soal teori, tapi juga praktek pembuatan dan penyajian menu yang bisa diterapkan di keseharian hidup pasien,” kata dr. Siswandi.

     

  • Viral Bayi 9 Bulan Dikasih Nasi Padang, Dokter Anak Bilang Gini

    Viral Bayi 9 Bulan Dikasih Nasi Padang, Dokter Anak Bilang Gini

    Jakarta

    Baru-baru ini viral video di media sosial bayi 9 bulan dikasih nasi padang. Video tersebut juga memperlihatkan banyak potongan cabai yang ada di nasi padang tersebut.

    Video tersebut menuai pro-kontra di masyarakat. Tak sedikit yang menyayangkan orang tua dari bayi tersebut, mengingat nasi padang identik dengan cita rasa pedas yang tidak cocok untuk anak seusia tersebut.

    “Wihh hebat ibu pintar sekali, nggak sekalian seblak bu?” kata seorang netizen.

    “Kasian lambungnya,” kata netizen lainnya.

    “Kalau udah sakit perutnya, emaknya nangis-nangis. Boleh juga tp liat umur anak mbok d eman,” tutur netizen lainnya.

    Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Meta Herdiana Hanindita SpA(K) ikut menyoroti video viral tersebut. Menurutnya, Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada bayi 9 bulan harusnya mengandung karbohidrat, lemak, protein terutama hewani, dan sayur atau buah sedikit saja.

    Menurutnya, yang tampak sekilas dalam video tersebut memang tidak terlalu menggambarkan detail menu yang disuapkan. Namun seandainya diberikan nasi padang seperti nasi dan rendang, menurut dr Meta tidak masalah.

    “Nasi= karbo, Santan= lemak, Daging= protein hewani, Teksturnya disesuaikan dengan kemampuan,” katanya saat dihubungi detikcom, Senin (27/1/2025).

    Terkait rasa pedas, dr Meta mengatakan tidak ada literatur terkait ketentuan kapan makan pedas boleh mulai diberikan. Mengingat makanan pedas itu sangat tergantung dari budaya lokal.

    “Orang luar negri yang ga pernah makan makanan pedas, umur berapa pun kalau dikasih makanan pedasnya indonesia ya bisa bereaksi juga,” katanya lagi.

    Namun, lanjut dr Meta, cabe sebetulnya tidak mengandung nutrisi yang dibutuhkan bayi dan hanya buat perasa. Artinya tak terlalu penting untuk diberikan saat MPASI.

    “Nasi padangnya boleh, tapi jangan langsung pedas juga,” katanya menyarankan.

    “Yang saya lihat di video tadi ada banyak potongan cabenya. Tapi anaknya oke-oke saja ya nggak ngerasa kepedesan. Pedas=sangat subyektif. Tapi karena bayi masih sensitif, bisa bikin diare, sakit perut,” imbuhnya lagi.

    (suc/up)

  • Serangga hingga Ulat Sagu Masuk Opsi Menu Program Makan Bergizi Gratis

    Serangga hingga Ulat Sagu Masuk Opsi Menu Program Makan Bergizi Gratis

    Jakarta: Serangga seperti ulat sagu dan belalang kini dipertimbangkan sebagai salah satu sumber protein dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dirancang pemerintah. Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyatakan bahwa konsumsi serangga dapat menjadi opsi menu di wilayah-wilayah tertentu yang masyarakatnya sudah terbiasa mengonsumsi bahan pangan tersebut.

    “Mungkin saja ada satu daerah yang suka makan serangga, belalang, ulat sagu, bisa jadi bagian protein,” ujar Dadan saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PIRA Gerindra di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu, 25 Januari 2025.

    Dadan menegaskan bahwa program MBG tidak menetapkan standar menu yang seragam secara nasional, melainkan menyesuaikan dengan potensi sumber daya lokal dan kebiasaan konsumsi masyarakat di masing-masing daerah.

    Baca juga: Lestari Moerdijat: Dengan Pemberian Asupan Gizi yang Berimbang Dukung SDM yang Lebih Baik

    “Itu contoh bahwa Badan Gizi ini tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” jelasnya. 

    “Nah, isi protein di berbagai daerah itu sangat tergantung potensi sumber daya lokal dan kesukaan lokal. Jangan diartikan lain ya,” tambahnya.
    Disesuaikan dengan Sumber Daya dan Kebiasaan Lokal
    Lebih lanjut, Dadan menjelaskan bahwa ketersediaan pangan menjadi dasar penentuan menu dalam program MBG. Misalnya, daerah yang melimpah hasil telurnya akan memanfaatkan telur sebagai sumber protein utama, sementara daerah yang kaya akan hasil laut dapat memanfaatkan ikan sebagai bahan dominan.

    “Karena kalau di daerah yang banyak telur, ya telurlah mungkin mayoritas. Yang banyak ikan, ikanlah yang mayoritas, seperti itu,” katanya.

    Ia juga mencontohkan daerah seperti Halmahera Barat, di mana masyarakat terbiasa menjadikan singkong dan pisang rebus sebagai sumber karbohidrat utama.

    “Karena Badan Gizi Nasional tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” tegasnya.

    Jakarta: Serangga seperti ulat sagu dan belalang kini dipertimbangkan sebagai salah satu sumber protein dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dirancang pemerintah. Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyatakan bahwa konsumsi serangga dapat menjadi opsi menu di wilayah-wilayah tertentu yang masyarakatnya sudah terbiasa mengonsumsi bahan pangan tersebut.
     
    “Mungkin saja ada satu daerah yang suka makan serangga, belalang, ulat sagu, bisa jadi bagian protein,” ujar Dadan saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PIRA Gerindra di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu, 25 Januari 2025.
     
    Dadan menegaskan bahwa program MBG tidak menetapkan standar menu yang seragam secara nasional, melainkan menyesuaikan dengan potensi sumber daya lokal dan kebiasaan konsumsi masyarakat di masing-masing daerah.

    Baca juga: Lestari Moerdijat: Dengan Pemberian Asupan Gizi yang Berimbang Dukung SDM yang Lebih Baik
     
    “Itu contoh bahwa Badan Gizi ini tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” jelasnya. 
     
    “Nah, isi protein di berbagai daerah itu sangat tergantung potensi sumber daya lokal dan kesukaan lokal. Jangan diartikan lain ya,” tambahnya.

    Disesuaikan dengan Sumber Daya dan Kebiasaan Lokal

    Lebih lanjut, Dadan menjelaskan bahwa ketersediaan pangan menjadi dasar penentuan menu dalam program MBG. Misalnya, daerah yang melimpah hasil telurnya akan memanfaatkan telur sebagai sumber protein utama, sementara daerah yang kaya akan hasil laut dapat memanfaatkan ikan sebagai bahan dominan.
     
    “Karena kalau di daerah yang banyak telur, ya telurlah mungkin mayoritas. Yang banyak ikan, ikanlah yang mayoritas, seperti itu,” katanya.
     
    Ia juga mencontohkan daerah seperti Halmahera Barat, di mana masyarakat terbiasa menjadikan singkong dan pisang rebus sebagai sumber karbohidrat utama.
     
    “Karena Badan Gizi Nasional tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” tegasnya.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DHI)

  • Tembiluk, Kuliner Suku Dayak di Tepian Sungai Kalimantan

    Tembiluk, Kuliner Suku Dayak di Tepian Sungai Kalimantan

    Liputan6.com, Pontianak – Di balik tradisi mencari tembiluk yang tersembunyi di sungai-sungai Kalimantan, tersimpan narasi kuliner yang melampaui sekadar makana. Bahkan mengungkap hubungan antara masyarakat Dayak dengan lingkungan alamnya.

    Tembiluk, cacing kayu yang hidup di dalam batang-batang kayu terendam di sungai-sungai Kalimantan, menjadi salah satu manifestasi keunikan kuliner suku Dayak. Makanan yang ditemukan saat musim kemarau ini memiliki sejarah panjang dalam tradisi berburu dan bertahan hidup masyarakat pedalaman.

    Proses mencari tembiluk telah menjadi ritual sosial yang melibatkan seluruh komunitas. Pada musim kemarau, ketika permukaan air sungai surut, para lelaki suku Dayak turun ke aliran sungai untuk menarik kayu-kayu yang telah lama terendam.

    Setiap batang kayu berpotensi menyimpan rumpun tembiluk yang akan menjadi sumber protein bagi keluarga. Mengutip dari berbagai sumber, tembiluk memiliki komposisi yang kompleks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hewan ini tersusun dari 82,50% air, dengan kandungan protein sebesar 8,21%, lemak 3,34%, dan karbohidrat 3,67%. Nilai nutrisi ini menjadikan tembiluk sebagai sumber gizi alternatif dalam sistem pangan tradisional.

    Kebiasaan mengonsumsi tembiluk tidak sekadar soal pemenuhan kebutuhan gizi, melainkan juga berkaitan dengan praktik pengobatan tradisional. Masyarakat Dayak secara turun-temurun menggunakan tembiluk sebagai pengobatan malaria, serta dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan dan produksi air susu ibu.

    Metode konsumsi tembiluk sangat beragam. Sebagian masyarakat mengonsumsinya langsung dalam keadaan mentah setelah dibersihkan, dengan rasa yang mirip kerang-kerangan dengan sentuhan asin dan manis.

    Beberapa varian pengolahan mencakup pemberian garam, penyedap, atau disajikan dengan cabai untuk meningkatkan cita rasa. Mengonsumsi cacing tanah atau cacing kayu bukanlah hal yang eksklusif pada masyarakat Dayak.

    Beberapa komunitas asli di Australia, Afrika, dan Amerika Latin telah lama mengintegrasikan jenis protein ini dalam pola makan mereka, menggarisbawahi aspek universal dalam strategi bertahan hidup manusia. Meskipun memiliki sejumlah manfaat kesehatan, para ahli gizi tetap memperingatkan pentingnya konsumsi dalam batas wajar. Asupan berlebihan berpotensi menimbulkan risiko kesehatan, terutama terkait kadar kolesterol.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Daftar Makanan Mengandung Racun yang Mematikan, Ada yang Sering Dikonsumsi

    Daftar Makanan Mengandung Racun yang Mematikan, Ada yang Sering Dikonsumsi

    Jakarta

    Makanan sangat penting bagi kehidupan, tetapi terkadang apa yang kita konsumsi bisa mematikan. Kita biasanya mencoba menghindari apa yang kita ketahui sebagai racun atau menghindari alergen umum, seperti kacang, jika kita alergi terhadapnya.

    Tetapi, apa makanan paling mematikan yang rutin dikonsumsi orang? Jawabannya tergantung pada bagaimana kita mendefinisikannya. Makanan paling mematikan mungkin adalah makanan yang membunuh paling banyak orang, dalam hal ini makanan yang memicu alergi atau kondisi kronis bisa menjadi yang teratas dalam daftar.

    Atau, makanan paling mematikan mungkin adalah makanan yang beracun dan membunuh paling banyak orang, atau makanan yang mematikan bahkan dalam dosis kecil.

    “Sehubungan dengan makanan beracun, biasanya terbagi menjadi dua kategori: makanan yang tidak aman tetapi dapat dibuat aman dengan persiapan yang tepat, dan makanan berbahaya yang dikira sebagai makanan yang aman,” kata Justin Brower, seorang ahli toksikologi forensik kepada Live Science.

    Berikut ini adalah daftar makanan yang paling mematikan:

    1. Singkong

    Salah satu makanan utama yang berbahaya untuk dikonsumsi dalam bentuk alami adalah singkong pahit (Manihot esculenta). Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) singkong merupakan sumber karbohidrat utama dalam makanan orang-orang yang tinggal di daerah tropis.

    Masalah potensial dengan singkong adalah akar dan daunnya mengandung racun yang disebut glikosida sianogenik, yang terurai menjadi sianida dan dapat menyebabkan gondok, kelumpuhan, dan bahkan kematian.

    “Banyak orang di seluruh dunia tetap bisa menikmati umbinya karena glikosida sianogenik dapat dihilangkan dengan merendam singkong yang sudah dikupas dalam air atau dengan merebus dan menjemurnya,” kata Brower.

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, keracunan singkong membunuh lebih dari 200 orang per tahun, ribuan lainnya cacat permanen akibat keracunan sianida tingkat rendah, yang dapat menyebabkan gangguan kognitif.

    2. Ikan buntal

    Di dunia hewan, makanan yang paling mematikan mungkin adalah fugu, sushi berbahan dasar ikan buntal yang dikonsumsi terutama di Jepang.

    Menurut sumber medis StatPearls, beberapa spesies ikan buntal mengandung racun yang berpotensi fatal yang disebut tetrodotoxin. Tetrodotoxin dapat menyebabkan mati rasa atau kelumpuhan hampir seketika dan dapat mengakibatkan kegagalan pernapasan hanya dalam waktu 20 menit.

    Tetrodotoxin diperkirakan 1.200 kali lebih beracun daripada sianida, dan dosis mematikan minimum diperkirakan 2 hingga 3 miligram. Akibatnya, makanan ini dilarang di sebagian besar dunia.

    Di Jepang, koki harus memiliki lisensi untuk menyiapkan dan menyajikan fugu dalam proses yang dapat memakan waktu beberapa tahun. Koki harus dapat membersihkan ikan dan memisahkan organ-organnya, hati, usus, dan ovarium adalah elemen yang paling beracun dengan tes akhir mereka termasuk mencicipi apa yang telah mereka siapkan.

    3. Jamur death cap

    Daftar makanan paling mematikan di dunia tidak akan lengkap tanpa menyebutkan jamur.

    “Yang utama [paling mematikan] adalah jamur death cap (Amanita phalloides) yang bertanggung jawab atas sekitar 90% kematian akibat jamur,” sebut Brower.

    Jamur death cap berasal dari Eropa dan telah menyebar ke seluruh dunia sebagai spesies invasif. Karena bentuknya sangat mirip dengan jamur ladang biasa (Agaricus campestris), jamur death cap bertanggung jawab atas banyak keracunan yang tidak disengaja.

    Gejala keracunan jamur death cap muncul dalam waktu enam hingga 12 jam dan dapat meliputi mual, muntah, dan diare. Dalam beberapa hari, seseorang yang telah memakan setengah jamur death cap atau lebih dapat mengalami gagal hati atau ginjal, yang mengakibatkan kematian.

    “Bagian terburuknya adalah jamur death cap tahan panas. Jadi memasak tidak menghancurkan semua racunnya,” tuturnya lagi.

    Sulit untuk mengetahui jumlah kematian akibat jamur death cap di seluruh dunia, kata para ahli, karena kurangnya pelaporan kasus di ruang gawat darurat. Namun, jumlahnya bisa mencapai 100 per tahun. Ribuan lainnya jatuh sakit tetapi sembuh, seperti yang terjadi di California pada tahun 2016.

    (kna/kna)

  • 8
                    
                        Serangga dan Ulat Bisa Jadi Sumber Protein untuk Makan Bergizi Gratis
                        Nasional

    8 Serangga dan Ulat Bisa Jadi Sumber Protein untuk Makan Bergizi Gratis Nasional

    Serangga dan Ulat Bisa Jadi Sumber Protein untuk Makan Bergizi Gratis
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengatakan, serangga termasuk ulat dan belalang bisa menjadi salah satu protein yang layak dikonsumsi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
    “Mungkin saja ada satu daerah yang suka makan serangga, belalang, ulat sagu, bisa jadi bagian protein,” ujar Dadan saat menghadiri Rapimnas PIRA Gerindra di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu (25/1/2025).
    Dadan menjelaskan, serangga bisa masuk ke menu makan bergizi gratis di wilayah yang warganya terbiasa makan serangga.
    “Itu contoh bahwa Badan Gizi ini tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” jelas Dadan.
    “Nah, isi protein di berbagai daerah itu sangat tergantung potensi sumber daya lokal dan kesukaan lokal. Jangan diartikan lain ya,” paparnya.
    Dadan menjelaskan, hal tersebut juga tergantung ketersediaan pangan di wilayah-wilayah tujuan MBG.
    “Karena kalau di daerah yang banyak telur, ya telurlah mungkin mayoritas. Yang banyak ikan, ikanlah yang mayoritas, seperti itu,” sambung Dadan.
    Dadan lalu mencontohkan, di Halmahera Barat, warga terbiasa makan singkong dan pisang rebus sebagai karbohidrat.
    Menurut dia, hal itu adalah salah satu contoh keragaman pangan yang bisa diakomodir dalam program makan bergizi gratis.
    “Karena Badan Gizi Nasional tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” tutup Dadan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mau Coba Diet TWS yang Viral? Ini Menu Makan dan Latihannya

    Mau Coba Diet TWS yang Viral? Ini Menu Makan dan Latihannya

    Jakarta

    Diet TWS adalah singkatan dari “two weeks” diet atau program penurunan berat badan. Tagar #TWSProgram pun sempat heboh di media sosial beberapa waktu lalu.

    Hasil diet ini dianggap menawarkan berat badan bak pramugari. Kenali lebih dalam mengenai diet TWS ini yuk!

    Kenapa Program Diet TWS Mahal?

    Dari catatan detikHealth, alasan program diet TWS mahal adalah karena wajib untuk minum suplemen protein. Itulah yang jadi salah satu alasan yang membuat program diet ini terkenal mahal. Tak heran, jika diet TWS disebut juga sebagai diet sultan.

    Pada dasarnya, diet TWS adalah program diet yang menekankan keseimbangan antara asupan nutrisi yang tepat dengan aktivitas fisik yang rutin.

    Berikut adalah rekomendasi menu makanan diet TWS:

    1. Perbanyak Makan Sayuran Hijau dan Buah

    Perbanyak konsumsi sayuran hijau atau suplemen serat. Dilansir MedicineNet, sayuran dan buah kaya akan serat akan membuat kita merasa kenyang lebih lama.

    Selain itu, sayuran dan buah juga mengandung banyak vitamin dan mineral yang memberi efek positif bagi tubuh.

    2. Makan Sumber Protein

    Protein menjadi komponen utama dalam diet TWS, karena protein memberikan rasa kenyang.

    Dalam hal ini, tubuh akan mengeluarkan lebih banyak energi untuk mencerna protein daripada karbohidrat. Makannya, tubuh menggunakan lebih banyak kalori untuk mencerna serta menyerap protein. Unggas dan ikan direkomendasikan.

    3. Makan Ikan

    Telah disinggung sebelumnya bahwa program TWS menekankan pada protein. Maka dari itu konsumsilah ikan, karena merupakan sumber protein yang baik.

    Selain itu, ikan juga kaya akan lemak omega-3. Ikan sarden, salmon, dan trout bisa jadi pilihannya.

    4. Hindari Makanan Manis

    Makanan dan minuman manis sangat berkontribusi pada penambahan berat badan. Alternatifnya, ganti dengan pemanis alami seperti madu atau buah.

    5. Kurangi Makan Lemak Jenuh

    Lemak jenuh dapat meningkatkan kolesterol dalam darah sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung. Rata-rata pria tidak boleh mengkonsumsi lemak jenuh sebanyak 30 gram sehari, sedangkan wanita tidak lebih dari 20 gram.

    Lemak jenuh ditemukan pada makanan seperti potongan daging merah berlemak, sosis, mentega, keju, krim.

    6. Beralih ke Produk Biji-bijian Utuh

    Cobalah untuk menghindari produk gandum, karena tubuh mengubah gandum menjadi gula. lebih cepat daripada biji-bijian lainnya. Maka beralihlah ke produk biji-bijian utuh.

    7. Konsumsi Cairan yang Cukup

    Air jadi salah satu asupan terbaik dalam upaya menurunkan berat badan. Air bermanfaat dalam membantu membersihkan racun dari tubuh dan meningkatkan fungsi saluran pencernaan.

    8. Rutin Melakukan Sarapan

    Sarapan berperan penting untuk membuat tubuh tetap bugar. Saat sarapan, pilihlah makanan tinggi serat, rendah lemak, gula, dan garam.

    9. Kurangi Konsumsi Garam

    Kelebihan garam akan menyebabkan retensi air dalam tubuh. Di mana, air membentuk sekitar 55-60 % dari berat tubuh.

    Jadi, saat sedang berusaha menurunkan berat badan hindari mengkonsumsi garam selama minggu.

    Selain menjaga pola makanan yang sehat, diet TWS perlu dibarengi dengan olahraga. Berikut adalah rekomendasi latihan yang bisa dilakukan saat menjalankan diet TWS:

    Latihan push upLatihan tuck-upsSkipping (lompat tali).

    Perlu diingat, sebelum memutuskan untuk menjalani program diet, kamu mungkin ingin berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui berapa banyak bb yang perlu diturunkan. Ahli yang berkualifikasi akan memberikan cara terbaik untuk mencapainya.

    (khq/fds)

  • 5 Makanan Ini Bisa Picu Penuaan Dini, Kurangi Konsumsinya

    5 Makanan Ini Bisa Picu Penuaan Dini, Kurangi Konsumsinya

    Jakarta

    Setiap orang ingin bisa selalu tampil awet muda. Bahkan, tak sedikit yang rela merogoh uang demi melakukan perawatan dan prosedur untuk mempertahankan penampilan.

    Namun, kunci awet muda tidak hanya perawatan dari luar saja. Ahli bedah plastik dan anti-penuaan dr Anthony Yuon, MD, mengungkapkan makanan yang dikonsumsi sehari-hari turut memainkan peran yang sangat penting dalam menghambat penuaan.

    “Salah satu hal terpenting yang saya pelajari adalah bahwa makanan adalah obat. Mengonsumsi makanan yang salah dapat membuat bagian dalam tubuh Anda menua, merusak kulit Anda, dan bahkan memperpendek hidup Anda,” ujarnya dikutip dari CNBC Make It, Kamis (23/1/2025).

    Yuon pun memaparkan sederet makanan yang dapat mempercepat penuaan dan memperpendek umur. Apa saja? Berikut daftarnya.

    1. Makanan yang Gosong dan Hangus

    Yuon mengatakan salah satu makanan yang paling dihindarinya adalah makanan yang dimasak hingga gosong atau hangus. Dia menjelaskan makanan tersebut mengandung senyawa yang dapat memicu kanker dan mempercepat proses penuaan.

    “Membakar atau menghanguskan makanan, terutama daging di atas panggangan atau bacon di atas wajan datar, menyebabkan terbentuknya amina heterosiklik, yang telah terbukti menyebabkan kanker dan mempercepat proses penuaan,” katanya.

    Sebagai alternatif yang lebih sehat, Yuon menyarankan cara memasak dengan merebus, mengukus, atau memanggang dengan api kecil hingga sedang.

    2. Minuman Manis

    Kebanyakan minuman manis yang beredar di pasaran mengandung karbohidrat dan gula olahan yang dapat mempercepat proses penuaan.

    “Karbohidrat dan gula olahan mempercepat penuaan melalui peradangan dan proses yang disebut glikasi,” terang Yuon.

    “Rata-rata orang Amerika mengonsumsi 152 pon gula setiap tahun, dan sekitar 20% kalori harian kita berasal dari minuman manis bergula saja – soda, minuman olahraga, teh manis, minuman kopi manis, dan jus,” sambungnya.

    Sebuah penelitian juga menunjukkan 184.000 kematian setiap tahun disebabkan oleh dampak konsumsi minuman manis, yang terbukti menyebabkan atau berkontribusi terhadap obesitas, penyakit jantung, kanker, dan diabetes tipe 2.

    3. Makanan Ringan

    Makanan ringan ultra olahan (ultra processed) cenderung mengandung bahan pengawet dan kimia lain yang diproduksi di laboratorium atau pabrik untuk memperpanjang masa penyimpanan.

    “Beberapa yang paling umum adalah pai, kue, permen, keripik, kue kering, donat, dan batangan granola,” kata Yuon.

    Dia menambahkan makanan ringan juga rendah serat, yang merupakan prebiotik penting bagi bakteri baik di usus.

    4. Makanan Tinggi Garam

    Mengonsumsi makanan asin secara berlebihan dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan kulit dan memicu penuaan dini. Yuon menjelaskan garam menyebabkan retensi air, yang kemudian mengakibatkan kembung dan pembengkakan.

    “Pernahkah Anda menyadari bahwa mata Anda bengkak di pagi hari setelah makan malam di restoran Cina? Itu karena garam dan MSG (monosodium glutamat, yang mengandung natrium),” ujarnya.

    5. Biji-bijian Olahan

    Ini adalah biji-bijian yang telah dilucuti serat dan nutrisinya, dibuat menjadi tepung putih, termasuk sebagian besar makanan panggang, pasta, dan nasi putih. Yuon menerangkan pemurnian biji-bijian menghilangkan kulit ari dan lembaga, yang merupakan tempat sebagian besar serat dan nutrisi penting berada.

    “Sementara tepung putih menghasilkan produk yang lebih ringan, rasanya tidak terlalu berat dan besar, tepung ini juga dicerna lebih cepat, menyebabkan lonjakan glukosa yang lebih besar dan selanjutnya lonjakan insulin yang lebih besar,” tandasnya.

    (kna/kna)

  • Serangga Jadi Alternatif Sumber Protein Hewani di Program MGB? Ini Kata Dokter Gizi  – Halaman all

    Serangga Jadi Alternatif Sumber Protein Hewani di Program MGB? Ini Kata Dokter Gizi  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut, serangga bisa menjadi alternatif pemenuhan sumber protein hewani di beberapa daerah. 

    Ia menyakini, serangga memiliki gizi yang tinggi dan biasanya dikonsumsi warga lokal seperti ulat sagu. 

    Karena itu, ulat sagu bisa dimasukkan dalam komposisi menu makan bergizi gratis (MBG), khusus untuk daerah tersebut. 

    Lalu bisakah serangga jadi sumber protein hewani? 

    Dokter spesialis gizi dr. Johanes Casay Chandrawinata, MND, Sp.GK menjelaskan, menelaah dari beberapa budaya baik di luar negeri dan dalam negeri, serangga bisa menjadi alternatif pangan tinggi protein dan tinggi lemak. 

    Ada sekitar 2 miliar orang di dunia yang mengkonsumsi serangga setiap hari, dimana ada 2.000 spesies serangga yang dapat dimakan.  

    Ia menjelaskan terkait kandungan kandungan gizi serangga berbeda-beda tergantung jenis. 

    “Contohnya jangkrik per 100 gram mentah mengandung 460 kalori, 18.5 gram lemak, 69 gram protein. Belalang per 100 gram mentah mengandung 560 kalori, 38 gram lemak dan 48 gram protein,” ujar dia saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (25/1/2025). 

    Sementara untuk daging sapi ujar Dokter Johanes, daging sapi per 100 gram mentah mengandung 250 kalori, 15 gram lemak dan 26 gram protein.   

    Telur rebus per 100 gram mengandung 155 kalori, 11 gram lemak dan 13 gram protein. 
    Sehingga dari segi gizi, konsumsi serangga dapat dijadikan alternatif sumber protein hewani. 

    Namun demikian, ia mengatakan, pemerintah perlu mempertimbangkan lebih matang rencana tersebut lantaran, menyantap serangga di masyarakat Indonesia bukan menjadi kebiasaan atau sangat jarang dimasyarakat. 

    “Kebanyakan orang tidak menganggap serangga sebagai makanan, dan hal ini sangat menentukan apakah kebijakan makan serangga dapat diterapkan atau tidak. Kebijakan makan serangga akan berhasil di daerah tertentu yang sudah terbiasa mengkonsumsi serangga,” jelas dokter yang biasa disapa dokter Jo ini. 

    Selain itu, kasus alergi yang sering terjadi pada anak-anak juga patut diperhatikan, terutama bila alergi terhadap udang maka besar kemungkinan akan alergi juga terhadap serangga. 

    Saat anak sudah memiliki bakat alergi maka semua panganan yang memicu alergi harus sama sekali dihindari. 

    Sebelumnya mengutip Tribunnews.com, Dadan menyatakan peluang memasukan menu lokal seperti serangga berkaitan erat dengan komposisi protein di berbagai daerah yang amat bergantung pada potensi sumber daya lokal dan kesukaan masyarakat setempat.  

    Ia meminta contoh tersebut tidak diartikan lain.  

    “Nah, isi protein di berbagai daerah itu sangat tergantung potensi sumber daya lokal dan kesukaan lokal. Jangan diartikan lain ya,” katanya. 

    Misalnya saja pada daerah yang memiliki banyak sumber daya lokal seperti telur maupun ikan, maka protein itu boleh menjadi menu dari MBG. 

    Sama halnya dengan warga lokal yang terbiasa makan jagung atau singkong untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat tubuh, maka menu dalam MBG dapat menyertakan jenis makanan itu. 

    Hal ini katanya, menunjukkan bagaimana keragaman pangan dapat diakomodir dalam program MBG.