Produk: karbohidrat

  • Tetap Bugar Saat Puasa: 5 Tips Jaga Kesehatan Tulang, Sendi, dan Otot di Bulan Ramadan – Halaman all

    Tetap Bugar Saat Puasa: 5 Tips Jaga Kesehatan Tulang, Sendi, dan Otot di Bulan Ramadan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bulan Ramadan adalah momen istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia.

    Selain menahan lapar dan haus, Ramadan juga diisi dengan berbagai aktivitas ibadah yang lebih intens, seperti salat tarawih, tadarus Al-Qur’an, hingga i’tikaf di masjid. 

    Tak hanya itu, Ramadan juga menjadi waktu untuk mempererat silaturahmi dengan keluarga dan sahabat.

    Namun, aktivitas yang padat dan durasi ibadah yang panjang menuntut tubuh, terutama tulang, sendi, dan otot, untuk tetap sehat dan kuat.

    Seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami perubahan seperti berkurangnya massa otot, menurunnya kepadatan tulang, dan menipisnya bantalan sendi.

    Hal ini dapat memengaruhi kenyamanan saat duduk lama saat tadarus, perjalanan mudik, atau berdiri lebih lama saat salat tarawih.

    Namun, dengan persiapan yang tepat, Anda bisa menjaga kesehatan tulang, sendi, dan otot agar ibadah Ramadan tetap lancar dan nyaman.

    Berikut tipsnya:

     1. Jaga Pola Makan Sehat dan Penuhi Nutrisi Harian

    Selama berpuasa, tubuh membutuhkan nutrisi yang cukup untuk tetap berenergi. Pastikan asupan gizi seimbang dengan mengonsumsi karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral.

    Untuk menjaga kesehatan tulang, pastikan asupan kalsium dan vitamin D dari makanan seperti susu, terutama susu rendah lemak yang kaya akan kalsium dan protein. 

    Sementara itu, konsumsi protein dari susu, daging, telur, dan kacang-kacangan juga membantu memperkuat otot. 

    Magnesium dan omega-3 yang terdapat dalam kacang-kacangan serta ikan juga berperan dalam menjaga fleksibilitas sendi.

    Marketing Manager Anlene, Halin Hasra mengatakan, nutrisi dari Anlene™ yang bisa mendukung nutrisi harian saat puasa karena minum dua gelas per hari dapat memenuhi 100 persen kebutuhan kalsium harian serta mengandung kolagen, tinggi vitamin C, tinggi protein, vitamin B6, B12 dan kalium.

    “Konsumsi saat sahur dan berbuka membantu tubuh tetap kuat dan berenergi dan tidak adanya kandungan gula tambahanmembantu menjaga kadar gula darah dan tetap aman dikonsumsi,” katanya.

    2. Tetap Aktif dengan Olahraga Ringan

    Meski sedang berpuasa, olahraga tetap penting untuk menjaga kebugaran tubuh.

    Pilih waktu yang tepat, seperti satu jam sebelum berbuka, setelah berbuka, atau sebelum sahur. Olahraga ringan seperti jalan kaki, yoga, atau pilates dapat membantu menjaga fleksibilitas sendi dan mencegah kekakuan otot.

    Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR, M.S(K), FIPM(USG), Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), menyarankan, olahraga selama Ramadan tidak perlu ekstrem.

    “Cukup 40 menit hingga 1 jam sehari. Jangan lupa lakukan pemanasan untuk mencegah cedera.” katanya.

    3. Jaga Hidrasi Tubuh

    Kebutuhan cairan tubuh harus tetap terpenuhi meski sedang berpuasa. Minum air putih minimal 8 gelas sehari, yang bisa dibagi saat sahur, berbuka, dan sebelum tidur.

    Hindari konsumsi teh dan kopi berlebihan karena bersifat diuretik dan dapat menyebabkan dehidrasi.

    Hidrasi yang cukup juga penting untuk kesehatan tulang, sendi, dan otot. Kekurangan cairan dapat membuat otot lebih mudah lelah dan sendi terasa kaku.

    4. Tidur Cukup untuk Pemulihan Otot

    Perubahan pola tidur selama Ramadan, seperti bangun lebih awal untuk sahur, bisa membuat tubuh lelah.

    Pastikan Anda tidur cukup sekitar 7–8 jam sehari. Manfaatkan waktu siang untuk power nap 10–20 menit agar tubuh tetap segar dan bertenaga.

    5. Konsumsi Suplemen atau Minuman Bernutrisi

    Selain makanan bergizi, Anda bisa melengkapi kebutuhan nutrisi dengan mengonsumsi suplemen atau minuman bernutrisi seperti Anlene.

    Presiden Direktur Fonterra Brands Indonesia, Yauwanan Wigneswaran menegaskan, kesehatan tulang, sendi, dan otot bukan hanya untuk lansia, tetapi juga generasi muda.

    “Ramadan adalah waktu yang tepat untuk mulai menjaga kesehatan tubuh dengan nutrisi yang tepat,” katanya.

    Dengan menjaga pola makan sehat, tetap aktif berolahraga, mencukupi kebutuhan cairan, dan tidur yang cukup, Anda bisa menjalani Ramadan dengan tubuh yang sehat dan bugar.(Eko Sutriyanto)

     

  • Tips Kenalkan Puasa pada Anak, Begini Saran Dokter Agar Si Kecil Tak Trauma

    Tips Kenalkan Puasa pada Anak, Begini Saran Dokter Agar Si Kecil Tak Trauma

    Jakarta

    Bulan Ramadan dapat menjadi momen baik bagi orang tua untuk bisa melatih anak berpuasa. Tapi, mungkin masih ada banyak orang tua yang belum tahu bagaimana cara mengajari anak berpuasa dengan benar dan sehat.

    Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Harjoedi Adji Tjahjono SpA, SubSpEndo menuturkan bahwa salah satu cara terbaik melatih anak untuk berpuasa adalah dengan cara tidak memaksa. Kenalkan ibadah puasa Ramadan secara perlahan dan buat puasa menjadi hal yang menyenangkan.

    “Jadi puasa itu ya memang wajib tapi jangan terlalu memaksa kepada anak kita, buat supaya dia tidak trauma. Dikenalkan, diajak, kita beri contoh, jadi bareng-bareng. Jadi beberapa kesalahan itu biasanya orang tua mungkin terlalu memaksa untuk puasa penuh, padahal mereka belum siap,” kata dr Adji dalam webinar IDAI, Selasa (4/3/2025).

    Pengenalan bisa dilakukan dengan memperlihatkan momen kebersamaan saat buka puasa, diajak sholat tarawih, dan apabila anak sudah sedikit lebih besar boleh mulai diajak sahur. Ketika ingin mencoba puasa, kenalkan anak dengan puasa setengah hari terlebih dahulu.

    Proses belajar dan pengenalan tersebut bisa terus ditingkatkan pada anak secara berkala. Apabila anak berhasil menjalankan puasanya baik penuh atau setengah hari, jangan lupa untuk memberikan pujian.

    dr Adji juga mengingatkan orang tua untuk bisa memenuhi kebutuhan gizi anak selama puasa. Pastikan nutrisi anak selama puasa cukup, tidak kekurangan apalagi berlebihan. Berikan anak makanan yang mengandung protein, karbohidrat kompleks, serta serat yang baik untuk tubuh.

    Jangan lupa juga untuk mengajarkan anak mengatur pola makan selama menjalani ibadah puasa.

    “Gizi itu perlu diperhatikan bagaimana menu sahur, bagaimana menu berbuka, jangan langsung makan yang banyak, pelan-pelan. Misalnya takjil dulu, lalu solat, baru makan besar. Kemudian setelah tarawih ada snack seperti itu,” tandasnya.

    (avk/kna)

  • Cegah Obesitas, Mulai Cermat Baca Label Gizi pada Kemasan Makanan – Halaman all

    Cegah Obesitas, Mulai Cermat Baca Label Gizi pada Kemasan Makanan – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Direktur Standarisasi Pangan Olahan, Badan POM RI Dra. Dwiana Andayani, Apt menyebut,  mayoritas masyarakat belum memahami pentingnya membaca label kemasan dengan cermat, terutama terkait kandungan gula, garam, dan lemak dalam pangan olahan.

    Ketika membeli dan sebelum mengonsumsi ada baiknya memperhatikan Informasi Nilai Gizi (ING) yang mencantumkan jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi utama seperti lemak, lemak jenuh, protein, dan karbohidrat (termasuk gula), serta persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) per sajian.

    Selain itu, label Front-of-Pack Nutrition Labelling dan pesan kesehatan pada kemasan dapat membantu konsumen dalam memilih produk yang lebih sehat.

    “Kami telah menetapkan regulasi yang mewajibkan pencantuman informasi nilai gizi pada kemasan produk,” tutur dia dalam media briefing di Jakarta, Selasa (4/2/2025).
     
    Diketahui, Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan aturan dalam sehari masyarakat dapat mengonsumsi gula tidak lebih dari 50 gram (setara 4 sendok makan), garam tidak lebih dari 5 gram (setara 1 sendok teh), dan lemak tidak lebih dari 67 gram (setara 5 sendok makan).

    Dwiana mengatakan, dengan membaca informasi nilai gizi ini menjadi upaya promotif dan preventif dalam penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM).

    “Agar produk makanan atau minuman yang dibeli sesuai dengan kebutuhan gizi kita. Cermati dan batasi konsumsi gula, garam dan lemak sehari sesuai dengan anjuran dalam pesan kesehatan,” jelas Dwiana.

    Ditambahkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid bahwa obesitas tidak hanya berdampak pada kesehatan secara fisik tapi juga pada masalah sosial dan ekonomi.

    Pemerintah sangat mendukung kolaborasi berbagai pihak dalam menanggulangi kasus obesitas di Indonesia, termasuk sektor swasta yang secara konsisten mengedukasi masyarakat.

    “Pengendalian obesitas dapat berjalan efektif jika kebijakan pemerintah didukung oleh partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang telah disediakan pemerintah untuk mendukung gaya hidup sehat,” kata Siti Nadia.

    Obesitas merupakan masalah global yang mengancam kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia.

    Di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terjadi peningkatan obesitas yang cukup signifikan, dari 8 persen di tahun 2007 menjadi 21,8 persen di tahun 2018.

    Obesitas dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat sejak dini, dengan mencermati pola konsumsi Gula Garam dan Lemak (GGL), baca label kemasan pada kemasan pangan olahan dan latihan fisik secara rutin.

    Bertepatan dengan Hari Obesitas Sedunia pada hari ini, Nutrifood bersama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM mengajak masyarakat meningkatkan literasi nilai gizi pada makanan kemasan dan memahami bahan tambahan pangan pada makanan untuk cegah obesitas.

    Sebagai salah satu industri makanan dan minuman, Head of Strategic Marketing Nutrifood Susana, mengatakan, pihaknya mendukung kampanye #BatasiGGL dan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI sejak 2013.

    “Kami berupaya memberikan edukasi mengenai pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, lemak dan membaca label kemasan agar orang semakin banyak orang terhindar dari risiko obesitas yang bisa menyebabkan prediabetes, diabetes dan penyakit tidak menular lainnya,” ujar Susana.

  • Buat yang Berencana Diet saat Puasa, Ini Saran Dokter Gizi

    Buat yang Berencana Diet saat Puasa, Ini Saran Dokter Gizi

    Jakarta – Menjalani diet ketika puasa bagi beberapa orang dimanfaatkan untuk menurunkan berat badan, sekaligus menjaga kesehatan. Tapi, ada hal yang perlu diperhatikan dalam melakukannya.

    Mulai dari pemilihan makanan ketika sahur dan berbuka, porsi makan, hingga menjaga hidrasi. Pasalnya, tanpa pola makan yang benar kita mungkin tidak akan mendapatkan manfaat kesehatan secara optimal.

    Diet dengan Cara Puasa

    Diet saat puasa bisa saja dilakukan untuk menurunkan BB, namun hal ini harus dilakukan dengan cara yang tepat.

    Dalam catatan detikHealth, dr Nurul Ratna Mutu Manikam M.Gizi, SpGK (K), dokter spesialis gizi klinis dari Alia Hospital Jakarta Timur, memaparkan bahwa salah satu tantangan terbesarnya yaitu mengontrol pola makan saat berbuka.

    Menurutnya, banyaknya hidangan yang memanjakan lidah kerap membuat seseorang lapar mata. Di mana, hal tersebut justru membuat orang lebih kalap makan dibandingkan saat tidak puasa.

    “Kalau ingin menurunkan berat badan, jangan makan gorengan. Jadi supaya kita terisi, kita makan buah. Buah yang berair supaya nggak dehidrasi,” ungkap dr Nurul dalam kepada detikcom, dikutip dari artikel yang tayang pada Jumat (8/3/2024) lalu.

    Dokter Gizi lulusan Universitas Indonesia (UI) itu, menyebut bahwa saat berbuka puasa sebisa mungkin tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis.

    Selain makan manis, batasi juga makanan dari olahan tepung yang sebaiknya diganti karbohidrat yang kompleks. Cara ini akan membantu membuat hasil diet lebih maksimal.

    “Bonusnya pas mau lebaran badannya lebih slim. Asalkan nanti bulan Syawal jangan kalap,” ungkapnya.

    Selain itu, kesalahan umum lainnya yaitu mengenai anggapan untuk mengurangi porsi makan saat sahur. Beberapa orang yang diet saat puasa, menganggap mereka arus mengurangi porsi sahur.

    Namun, dr Nurul menyebut kalau hal itu justru kontraproduktif. Hal tersebut malah dikhawatirkan berujung pada makan berlebihan saat berbuka.

    “Nggak. Kalau sahurnya kita kurangin, jadinya kita lebih laper. Nanti pas buka puasa, balas dendam, makin lapar mata,” paparnya.

    Bagi yang mau diet saat puasa, dr Nurul menyarankan sebaiknya puasa Ramadan tidak dipandang terlalu rumit. Sebaiknya, pola makan tetap terjaga seperti biasa alias sama saja seperti pola makan sehari-hari, hanya sedikit digeser waktunya.

    “Seperti makan pagi digabung ke sahur, makan siang diganti ke buka puasa,” ungkap dr Nurul.

    Dengan cara tersebut, tubuh kita tetap mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang. Sehingga, rencana diet untuk menurunkan bb pun bisa berhasil.

    (khq/fds)

  • Tips Puasa Sehat untuk Pengidap Diabetes, Jangan Lupa Makan Sahur!

    Tips Puasa Sehat untuk Pengidap Diabetes, Jangan Lupa Makan Sahur!

    Jakarta

    Menjalani puasa, khususnya selama bulan Ramadan, dapat memberikan manfaat yang besar untuk kesehatan masyarakat. Namun, bagi orang-orang dengan kondisi khusus, seperti diabetes misalnya, harus lebih memperhatikan kondisinya selama berpuasa.

    Spesialis penyakit dalam Prof Dr dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD, FINASIM menuturkan bahwa makan sahur adalah salah satu faktor penting dalam berpuasa, khususnya untuk pengidap diabetes. Bagi pengidap diabetes yang ingin puasa sangat dianjurkan untuk sahur sesuai dengan anjuran dari dokter.

    “Bagi mereka dengan diabetes yang menggunakan obat anti-diabetik hendaknya tetap harus sahur sesuai anjuran dokter, untuk menghindari kadar gula darah terlalu rendah atau hipoglikemia,” kata Prof Ketut ketika dihubungi detikcom, Selasa (18/2/2025).

    Prof Ketut juga sangat menyarankan pasien diabetes berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter spesialis gizi klinik sebelum berpuasa. Ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi tubuh dalam keadaan baik dan tidak berisiko ketika berpuasa.

    Selain itu, Prof Ketut juga mengimbau pasien diabetes untuk menjaga asupan gula ketika berbuka puasa. Jangan sampai gula darah naik secara tiba-tiba dan terlalu tinggi.

    “Asupan gula tambahannya harus diperhatikan. Untuk makanan manis lebih disarankan yang alami seperti buah-buahan,” tandasnya.

    Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, berikut ini adalah sederet langkah yang bisa dilakukan pasien diabetes, apabila ingin berpuasa dengan aman dan sehat:

    Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum puasa.Memeriksa kadar kadar glukosa darah apabila mengalami gejala hipoglikemia atau hiperglikemia.Melakukan penyesuaian dosis dan jadwal pemberian obat atau insulin menurut anjuran dokter.Menghindari berbuka dengan makanan yang terlalu manis atau karbohidrat berlebih.Menyegerakan buka dan mengakhirkan sahur.Makan buah-buahan seperti kurma, pisang, melon, dan pepaya apabila ingin makanan manis.Melakukan konsultasi secara rutin.

    (avk/up)

  • Pilih Makanan Sahur yang Tepat, Anak Lebih Kuat Puasa Seharian

    Pilih Makanan Sahur yang Tepat, Anak Lebih Kuat Puasa Seharian

    Jakarta, Beritasatu.com – Memilih makanan sahur yang tepat sangat penting agar anak tetap bertenaga dan tidak mudah lapar selama berpuasa. Kuncinya adalah mengonsumsi karbohidrat kompleks, yang dapat memberikan energi tahan lama.

    Menurut Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Harjoedi Adji Tjahjono, nasi adalah sumber karbohidrat kompleks yang baik dikonsumsi saat sahur karena dicerna lebih lambat oleh tubuh.

    “Karbohidrat kompleks dipecah lebih lama di dalam tubuh, sehingga energi dilepaskan bertahap sepanjang hari. Contohnya adalah nasi dan roti gandum,” ujar Harjoedi dalam media briefing IDAI secara virtual, Selasa (4/3/2025).

    Selain nasi, roti gandum juga menjadi pilihan makanan sahur mengandung karbohidrat kompleks, yang baik untuk anak karena memberikan efek kenyang lebih lama.

    Selain karbohidrat kompleks, protein juga berperan penting dalam menjaga rasa kenyang lebih lama dan mendukung pertumbuhan anak. Protein bisa diperoleh dari telur, ayam, tempe, dan tahu.

    “Untuk lemak, pilih yang sehat, seperti alpukat, kacang-kacangan, atau minyak zaitun. Ini bisa menjadi sumber energi tahan lama bagi anak,” tambahnya.

    Agar anak tetap terhidrasi selama puasa, pastikan konsumsi sayur dan buah kaya air seperti bayam, brokoli, melon, dan jeruk. Kombinasi gizi yang seimbang ini akan membantu anak menjalani puasa dengan lebih segar dan bertenaga sepanjang hari.

    Dengan pola makan sahur yang tepat, anak bisa menjalani puasa dengan lebih nyaman dan tetap sehat selama Ramadan.

  • Tips Jitu Atasi Asam Urat Kambuh Saat Puasa Ramadan

    Tips Jitu Atasi Asam Urat Kambuh Saat Puasa Ramadan

    Pola makan memegang peranan penting dalam mengendalikan asam urat. Saat sahur, fokuslah pada makanan rendah purin seperti nasi merah, oat, telur, kacang-kacangan, dan sayur mayur rendah purin (ubi jalar, terung, tomat, brokoli, kentang). Hindari makanan tinggi purin seperti jeroan, daging merah, dan makanan olahan. Pastikan Anda tetap terhidrasi dengan minum cukup air putih.

    Untuk berbuka puasa, mulailah dengan kurma dan air putih untuk mengembalikan energi dan hidrasi. Kemudian, lanjutkan dengan makanan bergizi seimbang, termasuk karbohidrat kompleks (nasi, kentang), protein (daging tanpa lemak, ikan, tempe), sayur dan buah-buahan rendah purin (jeruk, stroberi, semangka, mentimun, alpukat, ceri). Hindari makanan dan minuman manis, berminyak, dan tinggi lemak. Makan dalam porsi kecil dan sering untuk menghindari beban pencernaan yang berat.

    Makanan yang direkomendasikan selama puasa antara lain jeruk, stroberi, alpukat, ceri, mentimun, semangka, kentang, daging ayam tanpa lemak, sayuran rendah purin, teh hijau, yoghurt, ikan salmon, telur, dan karbohidrat kompleks. Namun, selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk memastikan menu tersebut sesuai dengan kondisi Anda.

  • 6 Makanan yang Bikin Kenyang Lebih Lama, Cocok Dikonsumsi saat Sahur

    6 Makanan yang Bikin Kenyang Lebih Lama, Cocok Dikonsumsi saat Sahur

    Jakarta

    Memilih makanan yang tepat bisa membantu tubuh mendapatkan rasa kenyang yang lebih lama, terutama saat sedang berpuasa. Pemilihan yang cermat kni akan membuat tubuh lebih berenergi seharian, sehingga tetap fokus meski sedang berpuasa.

    Dikutip dari Medical News Today, ada beberapa makanan yang memiliki kandungan gizi memadai, seperti tinggi protein dan serat. Lalu, apa saja makanan-makanan tersebut?

    1. Kentang

    Baik direbus atau dipanggang, kentang merupakan pilihan makanan yang tepat jika mengincar rasa kenyang lebih lama. Kentang adalah makanan yang sangat padat dan kaya akan pati, vitamin C, dan beberapa nutrisi sehat lainnya.

    Sebuah studi pada tahun 2013 yang diterbitkan dalam Annals of Nutrition & Metabolism menemukan bahwa makanan berbahan dasar kentang efektif dalam mengurangi nafsu makan, dibandingkan dengan bahan lainnya.

    2. Kacang-kacangan

    Kacang-kacangan juga merupakan karbohidrat yang lambat dicerna oleh tubuh. Selain itu makanan ini mengandung protein dan serat yang tinggi, sehingga akan terasa lebih mengenyangkan.

    Kacang-kacangan merupakan makanan yang baik untuk mengimbangi rasa lapar dan mengatur asupan kalori, menurut sebuah studi tahun 2010 dalam jurnal Advances in Nutrition.

    3. Makanan Tinggi Serat

    Serat yang tinggi diketahui dapat membantu tubuh merasa lebih kenyang. Serat memiliki banyak fungsi seperti membantu mengendalikan kadar gula darah dan kolesterol.

    Makanan berserat tinggi dapat ditemukan pada oat, roti gandum utuh, sayuran seperti wortel atau bit, buah-buahan seperti pisang dan jeruk.

    4. Produk Susu Rendah Lemak

    Sebuah studi dalam jurnal Appetite menemukan bahwa produk susu rendah lemak seperti greek yogurt berprotein tinggi, efektif untuk mengimbangi rasa lapar, meningkatkan rasa kenyang, dan mengurangi rasa ingin makan berlebih.

    5. Telur

    Telur merupakan makanan yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral. Telur juga memiliki efek menguntungkan dalam mengurangi rasa lapar dan membuat tubuh merasa kenyang lebih lama.

    Sebuah studi dari tahun 2011 dalam International Journal of Food Sciences and Nutrition memberi peserta makan siang berupa telur dadar, kentang goreng, atau sandwich ayam. Mereka yang mengonsumsi telur dadar merasa lebih kenyang daripada mereka yang mengonsumsi kentang goreng atau sandwich ayam.

    6. Daging Rendah Lemak dan Ikan

    Daging rendah lemak bisa didapatkan pada dada ayam atau daging sapi bagian tenderloin. Sementara, untuk pilihan ikan lebih banyak, seperti ikan kakap, ikan tuna, ikan halibut.

    Mengonsumsi makanan-makanan ini dapat membuat perut terasa lebih kenyang, karena kandungan proteinnya yang tinggi.

    (dpy/suc)

  • Sahur Cuma Sempat Minum Air Putih? Sebaiknya Tak Sering-sering, Risikonya Serius

    Sahur Cuma Sempat Minum Air Putih? Sebaiknya Tak Sering-sering, Risikonya Serius

    Jakarta – Beberapa orang yang menjalankan ibadah puasa mungkin memilih untuk sahur dengan hanya minum air putih. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tidak sempat menyiapkan makanan, diet, malas makan, bahkan terlewat waktu sahur akibat jam tidur yang terlalu malam.

    Padahal, makan sahur sangat dianjurkan karena memberikan energi dan memperkuat metabolisme tubuh dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

    Dokter spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH mengatakan sebaiknya jangan melewatkan sahur. Termasuk sahur cuma minum air putih, sebaiknya tidak dibiasakan.

    Ia menjelaskan bahwa jika seseorang terakhir makan pada pukul 9 malam dan hanya minum air putih saat sahur, maka lambung akan kosong dalam waktu yang sangat lama, hingga lebih dari 12 jam sebelum akhirnya menerima makanan lagi saat berbuka. Kondisi ini bisa memicu gangguan pencernaan dan membuat tubuh lebih cepat lemas.

    “Jadi harus diusahakan sahur, apalagi kalau dia nggak makan. Bayangin, taruhlah terakhir makan jam 9 malam. Kemudian nggak makan, pas sahur cuma minum air putih, terus dia berpuasa sampai malam magrib,” katanya saat dihubungi detikcom, Senin (17/2/2025).

    Selain itu, pemilihan makanan saat sahur juga penting. Mengonsumsi makanan yang terlalu manis bisa menyebabkan rasa lapar datang lebih cepat karena gula mudah diserap tubuh. Sebaliknya, makanan yang kaya serat, protein, dan karbohidrat dalam jumlah seimbang akan membantu tubuh merasa kenyang lebih lama.

    Karenanya, ia menyarankan agar sahur tetap dilakukan dengan asupan yang seimbang agar tubuh tetap kuat dan terhindar dari masalah kesehatan selama menjalankan ibadah puasa.

    “Karena gini kan dalam sehari-hari nanti kita berpuasa itu kan kita harus melakukan kegiatan, ya mungkin kerja mungkin, ke kantor dan segala macam. Tubuh kita butuh energi kan, untuk itu tetap kita harus ada asupan energi dalam bentuk kalori,” katanya lagi.

    (suc/up)

  • 6 Tips Agar Puasa Lancar Bagi Penderita GERD

    6 Tips Agar Puasa Lancar Bagi Penderita GERD

    Jakarta: Bagi penderita Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), menjalankan ibadah puasa bisa menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, kondisi ini menyebabkan naiknya asam lambung yang menyebabkan ketidaknyamanan. 

    GERD atau penyakit refluks asam lambung adalah gangguan pencernaan di mana cairan asam lambung ‘naik’ dari lambung ke kerongkongan dan mengiritasi lapisan bagian dalam saluran pencernaan tersebut.

    “Gejala yang biasa terjadi saat asam lambung naik adalah rasa asam atau pahit di mulut (regurgitasi asam) dan sensasi perih atau panas terbakar di dada dan ulu hati (heartburn). Selain itu, penderita GERD juga kerap merasakan mual dan muntah, begah, nyeri dada, bahkan gangguan pernapasan,” ungkap Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi, Lianda Siregar.

    Lantas, bagaimana penderita GERD bisa lancar berpuasa tanpa khawatir kondisinya akan kambuh? Berikut ini tips yang bisa diterapkan:
     
    1. Jangan melewatkan sahur

    Sahur akan memberikan tenaga yang dibutuhkan ketika berpuasa. Kenali makanan dan minuman yang memicu naiknya asam lambung Anda, karena hal ini bisa jadi berbeda bagi setiap orang. Pilih makanan yang ‘aman’ untuk lambung, seperti karbohidrat, produk olahan dari biji-bijian, buah-buahan, sayuran yang tinggi serat, serta protein nabati dan hewani.
     
    2. Hindari makanan tinggi lemak

    Hindari makanan tinggi lemak, pedas, ataupun asam. Hindari pula makanan dan minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, cokelat, dan teh pekat.
     
    3. Jangan menunda berbuka puasa

    Berbuka puasa adalah waktu untuk memulihkan energi dan mengisi kembali semua nutrisi dan vitamin yang telah hilang sepanjang hari atau yang tidak diperoleh selama sahur. 

    Ketika waktu berbuka tiba, jangan menundanya terlalu lama. Mulailah berbuka dengan makanan yang lembut dan mudah dicerna, seperti air putih hangat, kurma atau buah dan sayuran yang tidak bersifat asam.
     
    4. Makan secukupnya, jangan berlebihan

    Makan dalam porsi besar sekaligus dapat membuat lambung bekerja lebih keras dan memicu naiknya asam lambung. Sebaiknya makan dengan perlahan dan dalam porsi yang cukup, baik saat sahur maupun berbuka. Jika masih merasa lapar, beri jeda sebelum makan kembali agar kerja lambung tidak terbebani.
     
    5. Hindari berbaring setelah makan

    Hal lain yang tidak kalah penting adalah jangan langsung berbaring setelah makan. Beri jeda kurang lebih 3 jam setelah waktu makan untuk tidur, demi mencegah terjadinya gejala refluks. Dengan demikian, penderita GERD tidak disarankan tidur kembali setelah sahur.
     
    6. Konsultasi dengan dokter

    Sebelum memutuskan untuk berpuasa, penderita GERD sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam atau gastroenterologi. Dokter akan memberikan rekomendasi obat-obatan yang aman dikonsumsi selama puasa serta waktu yang tepat untuk mengonsumsinya agar tetap efektif dalam mengontrol asam lambung.

    Jakarta: Bagi penderita Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), menjalankan ibadah puasa bisa menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, kondisi ini menyebabkan naiknya asam lambung yang menyebabkan ketidaknyamanan. 
     
    GERD atau penyakit refluks asam lambung adalah gangguan pencernaan di mana cairan asam lambung ‘naik’ dari lambung ke kerongkongan dan mengiritasi lapisan bagian dalam saluran pencernaan tersebut.
     
    “Gejala yang biasa terjadi saat asam lambung naik adalah rasa asam atau pahit di mulut (regurgitasi asam) dan sensasi perih atau panas terbakar di dada dan ulu hati (heartburn). Selain itu, penderita GERD juga kerap merasakan mual dan muntah, begah, nyeri dada, bahkan gangguan pernapasan,” ungkap Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi, Lianda Siregar.

    Lantas, bagaimana penderita GERD bisa lancar berpuasa tanpa khawatir kondisinya akan kambuh? Berikut ini tips yang bisa diterapkan:
     

    1. Jangan melewatkan sahur

    Sahur akan memberikan tenaga yang dibutuhkan ketika berpuasa. Kenali makanan dan minuman yang memicu naiknya asam lambung Anda, karena hal ini bisa jadi berbeda bagi setiap orang. Pilih makanan yang ‘aman’ untuk lambung, seperti karbohidrat, produk olahan dari biji-bijian, buah-buahan, sayuran yang tinggi serat, serta protein nabati dan hewani.
     

    2. Hindari makanan tinggi lemak

    Hindari makanan tinggi lemak, pedas, ataupun asam. Hindari pula makanan dan minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, cokelat, dan teh pekat.
     

    3. Jangan menunda berbuka puasa

    Berbuka puasa adalah waktu untuk memulihkan energi dan mengisi kembali semua nutrisi dan vitamin yang telah hilang sepanjang hari atau yang tidak diperoleh selama sahur. 
     
    Ketika waktu berbuka tiba, jangan menundanya terlalu lama. Mulailah berbuka dengan makanan yang lembut dan mudah dicerna, seperti air putih hangat, kurma atau buah dan sayuran yang tidak bersifat asam.
     

    4. Makan secukupnya, jangan berlebihan

    Makan dalam porsi besar sekaligus dapat membuat lambung bekerja lebih keras dan memicu naiknya asam lambung. Sebaiknya makan dengan perlahan dan dalam porsi yang cukup, baik saat sahur maupun berbuka. Jika masih merasa lapar, beri jeda sebelum makan kembali agar kerja lambung tidak terbebani.
     

    5. Hindari berbaring setelah makan

    Hal lain yang tidak kalah penting adalah jangan langsung berbaring setelah makan. Beri jeda kurang lebih 3 jam setelah waktu makan untuk tidur, demi mencegah terjadinya gejala refluks. Dengan demikian, penderita GERD tidak disarankan tidur kembali setelah sahur.
     

    6. Konsultasi dengan dokter

    Sebelum memutuskan untuk berpuasa, penderita GERD sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam atau gastroenterologi. Dokter akan memberikan rekomendasi obat-obatan yang aman dikonsumsi selama puasa serta waktu yang tepat untuk mengonsumsinya agar tetap efektif dalam mengontrol asam lambung.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)