Produk: karbohidrat

  • Ini yang Harus Diperhatikan Pasien Penyakit Ginjal Sebelum Menjalankan Puasa Ramadan – Halaman all

    Ini yang Harus Diperhatikan Pasien Penyakit Ginjal Sebelum Menjalankan Puasa Ramadan – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi dr. Tunggul D. Situmorang, mengatakan, pasien penyakit ginjal kronis (PGK) tetap diperbolehkan menjalani puasa saat bulan Ramadan.

    Namun dengan syarat pasien tersebut sudah terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan dokter.

    Berikut hal-hal yang harus diperhatikan pasien PGK saat berpuasa seperti yang disampaikan dokter Tunggul dalam kegiatan temu media bersama Bayer di Jakarta pada Kamis (13/3/2025).

    “Pasien dengan PGK diperbolehkan berpuasa setelah lebih dahulu berkonsultasi dengan dokter,” ujar dia.

    Kemudian, pasien sarankan mencoba berpuasa lebih dahulu 1 minggu sebelum bulan Ramadan  untuk melihat apakah cukup aman menjalankan puasa pada saat bulan Ramadan.

    Konsumsi air yang cukup pada saat sahur dan berbuka puasa untuk mencegah tidak dehidrasi.

    Pasien penyakit ginjal kronis juga harus konsumsi diet seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan serat.

    “Pada saat sahur dan berbuka hindari konsumsi makanan yang tinggi kalium dan fosfor,” tutur dokter Tunggul.

    Tetap rutin konsumsi obat-obat dengan menyesuaikan waktu sahur dan berbuka puasa.

    Bila mengalami kondisi lemas, pusing, mual,muntah, sesak nafas segera batalkan puasa dan konsultasikan kepada dokter.

    Diketahui PGK merupakan kelainan struktur atau fungsi ginjal yang sudah berlangsung selama minimal 3 bulan, dengan dampak pada kesehatan, walaupun sering tidak bergejala dan tidak dirasakan.

    Salah satu kelompok yang paling berisiko adalah pasien dengan Diabetes Tipe 2, dengan sekitar 40 persen diantaranya mengalami komplikasi PGK ini. Sayangnya, banyak penyandangnya tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami PGK hingga sudah mencapai tahapan lanjut.

     

     

  • 5 Penyebab Sembelit Saat Puasa dan Cara Mencegahnya

    5 Penyebab Sembelit Saat Puasa dan Cara Mencegahnya

    Jakarta, Beritasatu.com – Bulan suci Ramadan membawa perubahan pola makan dan minum yang dapat memengaruhi sistem pencernaan. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah sembelit saat puasa, yang menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan dalam aktivitas sehari-hari. Lalu, apa penyebab sembelit saat puasa?

    Sembelit terjadi ketika pergerakan usus melambat, membuat feses menjadi keras dan sulit dikeluarkan. Hal ini dapat menyebabkan perut terasa penuh, kembung, hingga menimbulkan rasa tidak nyaman.

    Memahami penyebab sembelit saat puasa menjadi langkah penting untuk mencegah masalah pencernaan selama Ramadan. Dengan mengetahui faktor-faktor pemicunya, Anda dapat menerapkan kebiasaan yang lebih sehat agar tetap nyaman dalam menjalankan ibadah puasa.

    Berikut ini lima penyebab utama sembelit yang sering terjadi selama berpuasa, dikutip dari Medical News Today, Jumat (14/3/2025).

    Penyebab Sembelit Saat Puasa

    1. Kurang asupan serat

    Saat puasa, banyak orang lebih memilih makanan tinggi karbohidrat dan lemak, seperti gorengan dan makanan manis, sementara asupan serat dari buah, sayur, dan biji-bijian sering terabaikan. Padahal, serat berperan penting dalam membantu melunakkan feses dan memperlancar buang air besar.

    2. Kurangnya asupan cairan

    Tubuh membutuhkan cairan untuk menjaga tekstur feses tetap lunak dan mendukung pergerakan usus yang lancar. Karena asupan cairan terbatas hanya saat sahur dan berbuka, risiko dehidrasi meningkat, yang pada akhirnya membuat feses menjadi keras dan sulit dikeluarkan.

    3. Perubahan pola makan

    Jadwal makan yang berubah drastis, dari pola makan rutin menjadi hanya dua kali sehari saat sahur dan berbuka, dapat mengganggu ritme alami sistem pencernaan. Jika tubuh belum terbiasa dengan perubahan ini, maka risiko mengalami sembelit menjadi lebih tinggi.

    4. Kurang aktivitas fisik

    Banyak orang mengurangi aktivitas fisik selama puasa karena merasa lemas atau ingin menghemat energi. Padahal, gerakan tubuh berperan dalam merangsang kerja usus. Kurangnya aktivitas fisik dapat memperlambat pergerakan usus, sehingga memperbesar kemungkinan sembelit.

    5. Makan berlebihan saat berbuka

    Mengonsumsi makanan dalam jumlah besar sekaligus saat berbuka dapat membebani sistem pencernaan. Hal ini menyebabkan perut terasa penuh, kembung, serta memperlambat proses pencernaan, yang pada akhirnya meningkatkan risiko sembelit.

    Cara Mencegah Sembelit Saat Puasa

    Untuk menghindari sembelit selama puasa, berikut ini beberapa langkah yang bisa diterapkan.

    – Perbanyak konsumsi serat

    Pastikan untuk mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti sayuran hijau dan buah-buahan, baik saat sahur maupun berbuka puasa. Serat membantu memperlancar pencernaan dan mencegah sembelit.

    – Cukupi asupan cairan

    Minumlah setidaknya 8 gelas air putih per hari dengan pola 2 gelas saat sahur, 2 gelas saat berbuka, dan sisanya di malam hari hingga sebelum tidur. Hal ini penting untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dan membantu sistem pencernaan bekerja optimal.

    – Hindari makan berlebihan saat berbuka

    Konsumsilah makanan secara perlahan dan bertahap agar sistem pencernaan tidak terbebani. Hindari makan dalam jumlah besar sekaligus agar usus dapat mencerna makanan dengan lebih baik.

    – Tetap berolahraga

    Lakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki, yoga, atau stretching selama 15–30 menit per hari untuk merangsang pergerakan usus dan menjaga kesehatan pencernaan.

    Dengan memahami penyebab sembelit saat puasa dan menerapkan langkah-langkah pencegahannya, ibadah puasa dapat dijalani dengan lebih nyaman tanpa gangguan pencernaan. Pola makan yang seimbang, cukup cairan, serta tetap aktif bergerak menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan sistem pencernaan selama bulan Ramadan.

  • Ini Alasan Kenapa Buka Puasa dengan Gorengan Tak Disarankan

    Ini Alasan Kenapa Buka Puasa dengan Gorengan Tak Disarankan

    Jakarta

    Gorengan menjadi salah satu takjil yang populer dan favorit banyak orang saat berbuka puasa. Namun, tahukah kamu kalau tidak disarankan buka puasa dengan makan gorengan?

    Aneka gorengan seperti bakwan, tahu isi, hingga cireng terasa lezat dan gurih di mulut. Apalagi jika ditambah cabai rawit atau dicocol ke dalam saus sambal, buka puasa terasa semakin nikmat.

    Biasanya, gorengan menjadi hidangan pembuka saat berbuka puasa. Setelah itu dilanjutkan dengan mengkonsumsi makanan berat, seperti nasi dan lauk pauk.

    Meski banyak yang suka gorengan, tapi sebenarnya tidak disarankan berbuka puasa dengan makan gorengan, apalagi dalam jumlah banyak. Apa alasannya? Simak penjelasannya dalam artikel ini.

    Kenapa Tidak Disarankan Makan Gorengan saat Buka Puasa?

    Ada alasan khusus mengapa sebaiknya tidak mengkonsumsi gorengan saat buka puasa. Menurut Dietisien FKKMK UGM, Tony Arjuna, S.Gz., M.Nut.Diet, AN, APD komposisi gorengan yang mengandung lemak tidak sehat dapat menyebabkan sejumlah penyakit berbahaya.

    “Gorengan sangat tidak direkomendasikan untuk berbuka puasa, karena komposisinya dominan karbohidrat dan lemak tidak sehat,” kata Tony melalui keterangan tertulis dari laman UGM.

    Tony mengungkapkan, gorengan yang dimasak menggunakan minyak yang telah dipakai secara berulang kali dapat menjadikannya sebagai sumber kolesterol jahat. Mengkonsumsi terlalu banyak gorengan juga bisa memicu penyakit seperti jantung, penyumbatan pembuluh darah, hingga stroke.

    Selain mengandung lemak tidak sehat, gorengan juga tersusun dari karbohidrat sederhana. Karbohidrat jenis ini sifatnya cepat dibakar dan dicerna oleh tubuh. Hal itu membuat kadar gula darah dalam tubuh menjadi cepat turun, sehingga bikin mudah merasa lapar.

    “Kan jarang yang ada gorengan yang 1-2 kali pakai ganti minyaknya. Kebanyakan minyak yang digunakan itu sudah dipakai berkali-kali dan jadi model sumber kolesterol,” ujarnya.

    Pilihan Buah untuk Buka Puasa

    Agar tubuh tetap sehat selama berpuasa, Tony merekomendasikan menu buka puasa dengan mengkonsumsi jenis karbohidrat kompleks. Sebab, karbohidrat kompleks lebih lambat dicerna oleh tubuh, sehingga menciptakan efek kenyang lebih lama dan tidak mudah lapar.

    Ia mencontohkan jenis karbohidrat kompleks yang baik dikonsumsi saat berbuka puasa, salah satunya adalah buah-buahan.

    Nah, ada sejumlah buah-buahan yang mengandung rendah gula sehingga cocok dikonsumsi saat berbuka puasa. Mengutip laman Eating Well dan Only My Health, berikut rekomendasi buah-buahannya:

    SemangkaAlpukatKiwiRaspberiPepayaNagaMelon.

    Demi memenuhi nutrisi seimbang, pastikan mengkonsumsi makanan sehat lainnya, seperti sayur-sayuran hingga protein tinggi. Selain itu, jangan lupa minum air putih setelah berbuka puasa dan saat sahur agar tubuh tetap terhidrasi.

    (ilf/fds)

  • Segar! Ini Cara Sehat Minum Es Teh Saat Buka Puasa dari Dokter Gizi

    Segar! Ini Cara Sehat Minum Es Teh Saat Buka Puasa dari Dokter Gizi

    Jakarta

    Minum teh manis saat berbuka puasa menjadi hal yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Teh hangat atau es teh menjadi pilihan karena manis dan dapat menyegarkan tubuh setelah berpuasa.

    Menurut spesialis gizi klinik dr Davie Muhammad, SpGK, teh manis hangat atau dingin tidak memiliki perbedaan dari sisi kalori. Hanya saja penting untuk dicatat seberapa banyak takaran gula yang ditambahkan saat minum es teh,

    “Yang menjadi pembedanya adalah seberapa banyak gula yang digunakan untuk teh tersebut,” ungkap dr Davie pada detikcom, Jumat (7/3/2025).

    Menurut dr Davie, semakin banyak gula yang digunakan pada es teh manis yang akan dikonsumsi, tentunya semakin tinggi juga kalorinya. Tentunya lebih baik jika kadar gula yang dimasukkan tidak terlalu banyak saat buka puasa.

    “Anjuran asupan gula sehari sekitar 4 sendok makan atau 50 gram gula per hari,” katanya.

    dr Davie menjelaskan menu buka puasa yang tinggi gula dapat menyebabkan lonjakan gula darah setelah berpuasa. Kondisi ini yang akan menyebabkan mudah ngantuk dan mudah lapar kembali.

    Maka dari itu, dr Davie menyarankan beberapa menu yang tepat untuk berbuka puasa. Mulai dari buah potong yang mengandung banyak air dan juga kurma.

    Kurma juga mengandung gula yang tinggi, vitamin, mineral, dan juga serat. Tetapi, jumlahnya juga perlu diperhatikan.

    “Berbuka puasa dengan kurma 3-4 butir sudah cukup mengembalikan energi awal setelah berpuasa,” tuturnya.

    Mengenai teh baik panas atau dingin tidak berbeda baik dari sisi kalori bila menggunakan gula.. yang menjadi beda adalah seberapa banyak gula yang digunakan untuk teh tersebut. Semakin banyak gula yang digunakan semakin tinggi kalori. Anjuran asupan gula sehari sekitar 4 sendok makan / 50 gram gula per hari.

    Menu buka puasa dianjurkan takjil yang tidak tinggi gula ataupun tepung. Hal ini dimaksud untuk mencegah lonjakan gula darah setelah berpuasa. Lonjakan gula darah akan berakibat mudah ngantuk dan mudah lapar kembali. Sehingga takjil upayakan dominan konsumsi buah potong tinggi air atau kurma sekitar 3-4butir. Lalu jeda shalat maghrib barulah makan sebelum isya dengan komposisi lengkap dan seimbang mengandung karbohidrat, protein dan serat

    Kurma selain mengandung gula juga mengandung tinggi vitamin dan mineral juga serat. Berbuka puasa dengan kurma 3-4 butir sudah cukup mengembalikan energi awal setelah berpuasa.

    (sao/kna)

  • Pasien Ginjal Ingin Puasa Ramadan? Ini Syarat dan Aturan Konsumsi Obatnya – Halaman all

    Pasien Ginjal Ingin Puasa Ramadan? Ini Syarat dan Aturan Konsumsi Obatnya – Halaman all

    Laporan Gabriela Irvine Dharma​

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Berpuasa di bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi umat Muslim, namun bagi pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis (PGK) menjalankan ibadah puasa perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian.

    Jika tidak dikelola dengan baik, puasa justru bisa memperberat kerja ginjal dan meningkatkan risiko komplikasi kesehatan.

    Terkait hal ini, dr. Tunggul D Situmorang, Sp.PD-KGH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi menyampaikan sejumlah tips agar pasien ginjal dapat berpuasa dengan aman.

    Menurut dr. Tunggul, pasien dengan PGK tetap diperbolehkan menjalankan ibadah puasa, asalkan telah berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. 

    Setiap pasien memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda, sehingga penting untuk memastikan bahwa tubuh mampu bertahan tanpa asupan cairan dan makanan dalam waktu yang cukup lama.

    Sebagai langkah awal, pasien ginjal disarankan untuk mencoba berpuasa selama satu minggu sebelum Ramadan guna melihat apakah tubuh mereka bisa beradaptasi dengan perubahan pola makan dan cairan.

    Jika selama masa percobaan tidak ada keluhan serius seperti pusing, mual, muntah, atau sesak napas, maka puasa dapat dilanjutkan.

    Namun, jika muncul gejala-gejala tersebut, pasien dianjurkan untuk membatalkan puasa dan segera berkonsultasi dengan dokter.

    Saat menjalankan puasa, sejatinya tubuh tidak mendapatkan asupan cairan selama lebih dari 12 jam.  Oleh karena itu, penting bagi pasien ginjal untuk memastikan konsumsi air yang cukup saat sahur dan berbuka puasa guna mencegah dehidrasi. 

    Hal ini dikarenakan dehidrasi dapat memperburuk kondisi ginjal dan meningkatkan risiko komplikasi serius.

    Selain itu, pola makan juga harus diperhatikan. Pasien dengan penyakit ginjal kronis dianjurkan untuk mengkonsumsi diet seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan serat. 

    Makanan yang tinggi kalium dan fosfor seperti pisang, alpukat, kurma, kelapa, dan belimbing sebaiknya dihindari karena dapat memperberat kerja ginjal. 

    Sebagai gantinya, pasien bisa memilih apel, blueberry, anggur, nanas, atau pir, yang lebih aman untuk kesehatan ginjal.

    Bagi pasien yang mengkonsumsi obat-obatan, dr. Tunggul menekankan bahwa rutinitas minum obat tetap harus dijaga dengan menyesuaikan waktu sahur dan berbuka puasa. 

    Jangan sampai karena berpuasa, pasien melewatkan konsumsi obat yang sebenarnya sangat penting untuk menjaga fungsi ginjal tetap stabil.

    Jika selama berpuasa pasien mulai merasakan gejala kelelahan berlebihan, pusing, mual, muntah, atau sesak napas, puasa harus segera dihentikan dan pasien dianjurkan untuk segera berkonsultasi ke dokter.

    Dengan perencanaan yang baik dan pemantauan kesehatan yang ketat, pasien ginjal tetap dapat menjalankan ibadah puasa tanpa membahayakan kondisi mereka. 

    Namun, yang paling penting adalah mendengarkan tubuh dan tidak memaksakan diri jika kesehatan mulai terganggu.

  • Berat Badan Naik saat Puasa, Begini Cara Mencegahnya Menurut Dokter Gizi

    Berat Badan Naik saat Puasa, Begini Cara Mencegahnya Menurut Dokter Gizi

    JAKARTA – Sebagian orang merasa berat badannya naik saat bulan puasa, padahal seharusnya bisa menjadi kesempatan untuk menjaga pola makan lebih sehat. Penyebab utama kenaikan berat badan saat puasa adalah pola makan yang tidak terkontrol, terutama saat berbuka dan sahur.

    Banyak orang menganggap waktu berbuka sebagai momen ‘balas dendam’ setelah seharian berpuasa. dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.G.K, dokter spesialis gizi klinik mengatakan mengonsumsi takjil yang berlebihan, seperti gorengan dan makanan manis dapat menyebabkan kenaikan berat badan.

    Selain itu, makanan berlemak tinggi cenderung lebih lambat dicerna oleh tubuh, sehingga bisa menumpuk dan berkontribusi pada kenaikan berat badan. Makanan atau minuman yang terlalu manis dapat meningkatkan kadar insulin dengan cepat, yang kemudian menimbulkan rasa lapar lebih cepat dan memicu makan berlebihan saat berbuka puasa.

    “Pada saat makan malam disarankan menghindari makanan berlemak tinggi cenderung lebih lambat keluar dari lambung. Saat sahur, hindari makanan terlalu asin, karena dapat membuat cepat haus saat berpuasa,” tutur dr. Juwalita, dikutip dari kanal YouTube RS Pondok Indah.

    “Hindari makanan terlalu manis untuk mencegah meningkatkan respon insulin yang cepat sehingga puasa tidak cepat terasa lapar. Hindari mengandung kafein, karena ada efek diuretik yang membuat buang air kecil jadi berlebihan, khawatirnya cenderung dehidrasi,” tambahnya.

    Saat puasa, banyak orang cenderung mengurangi aktivitas fisik dengan alasan lemas atau malas bergerak. Padahal, tubuh tetap membutuhkan olahraga untuk membakar kalori.

    “Tetaplah olahraga secara teratur. Olahraga direkomendasikan bisa setelah sahur, 1 jam sebelum berbuka puasa, atau 1 jam setelah berbuka puasa. Jadi tetap aktif dan jaga asupan makan,” kata dr. Juwalita.

    Selain itu, langsung tidur setelah makan bisa menyebabkan makanan tidak tercerna dengan baik, sehingga lebih mudah disimpan sebagai lemak tubuh. Dehidrasi sering kali disalahartikan sebagai rasa lapar, sehingga tubuh cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan dibandingkan yang sebenarnya dibutuhkan.

    Cara Mencegah Kenaikan Berat Badan Saat Puasa

    1.  Kendalikan Porsi Makan

    Saat berbuka, sebaiknya konsumsi takjil secukupnya, lalu lanjutkan dengan makan malam yang mengandung gizi seimbang. Batasi waktu makan hingga pukul 21.30 agar tubuh punya waktu untuk mencerna makanan sebelum tidur.

    2. Pilih Makanan Bernutrisi Seimbang

    dr. Juwalita mengatakan menu sahur dan berbuka harus mengandung karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, mineral, dan serat. Karbohidrat bisa dari nasi, oat, atau umbi-umbian. Protein bisa diperoleh dari ikan, ayam, telur, tahu, dan tempe. Lemak sehat bisa didapatkan dari alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun.

    “Walaupun puasa selama 14 jam, yang mana dapat menggeser waktu makan, tapi tetap memiliki pedoman makan gizi seimbang. Gizi seimbang memiliki panduan atau pola makan dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh,” imbuhnya.

    3. Hindari Makanan Berlemak Tinggi dan Asin

    Makanan berlemak tinggi sulit dicerna tubuh dan bisa menyebabkan penumpukan lemak. Makanan yang terlalu asin juga sebaiknya dihindari saat sahur, karena bisa membuat tubuh lebih cepat merasa haus saat berpuasa.

    4. Kurangi Konsumsi Makanan Manis Berlebihan

    Makanan yang terlalu manis bisa meningkatkan kadar gula darah dengan cepat, yang justru membuat tubuh merasa lapar lebih cepat.

    5.Tetap Aktif dan Berolahraga

    Olahraga tetap bisa dilakukan saat puasa. Waktu yang direkomendasikan adalah setelah sahur, satu jam sebelum berbuka, atau satu jam setelah berbuka.

    6. Cukupi Kebutuhan Cairan

    Selama menjalankan puasa, dr. Juwalita menyebut idealnya seseorang tetap minum 8 gelas air putih per hari.

    “Saat sahur 2 gelas. Lalu berbuka puasa dilanjutkan 2 gelas air lagi. Kemudian sisanya dilanjutkan setelah makan malam 2 gelas lagi, sampai menjelang tidur tambahkan 2 gelas air lagi. Jadi satu hari tetap 8 gelas air.” paparnya.

  • Bukan Karena Nasi, Ini Penyebab Jadi Mudah Ngantuk saat Puasa

    Bukan Karena Nasi, Ini Penyebab Jadi Mudah Ngantuk saat Puasa

    Jakarta

    Selama menjalankan ibadah puasa Ramadan, banyak umat muslim yang jadi mudah kantuk. Hal ini tentu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, mulai dari bekerja hingga belajar.

    Nah, sejumlah orang meyakini kalau munculnya rasa kantuk saat puasa karena disebabkan mengkonsumsi nasi saat sahur. Hal itu yang membuat sebagian orang menghindari nasi dan menggantinya dengan karbohidrat lainnya.

    Namun ternyata, nasi bukan jadi penyebab seseorang mudah kantuk selama berpuasa. Lantas, apa faktornya?

    Penyebab Mudah Kantuk saat Puasa

    Saat sahur, umat muslim dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sebagai sumber energi untuk berpuasa. Namun, beberapa orang memilih tidak makan nasi saat sahur karena dianggap bikin mudah kantuk.

    Padahal, nasi bukanlah penyebab seseorang jadi mudah kantuk saat puasa. Mengutip catatan detikHealth, dr Gaga Irawan Nugraha, SpGK mengatakan, faktor utama seseorang jadi ngantukan saat puasa karena waktu tidurnya yang sangat sedikit sehingga memengaruhi kebugaran.

    “Orang yang ngantuk itu bukan karena kebanyakan makan nasi, tapi dia nggak bugar aja dan tidurnya terlalu larut,” kata dr Gaga beberapa waktu lalu kepada detikcom.

    Saat Ramadan, jam tidur seseorang memang akan berkurang dan berbeda dari biasanya. Sebab, umat muslim harus bangun sahur pada pukul 03.00-04.00 pagi, lalu dilanjutkan menjalankan ibadah salat Subuh pada pukul 05.00.

    Setelah itu, sebagian orang akan melanjutkan aktivitas dengan berangkat ke kantor atau pergi ke sekolah, sehingga tak punya waktu untuk tidur sejenak. Nah, kurangnya waktu tidur tersebut yang bikin mudah kantuk saat puasa, terutama di pagi atau siang hari.

    Lebih lanjut, dr Gaga menghimbau agar pintar-pintar mengatur waktu tidur di malam hari hingga bangun sahur. Untuk mencegah kantuk di siang hari, sebaiknya tidur lebih awal di malam hari agar punya waktu istirahat yang cukup.

    “Sebenarnya saat Ramadan itu memang tidur akan kurang, apa lagi ibu-ibu biasanya bangun jam 2 atau 3 (pagi) untuk siapin makan sahur. Ya, pasti akan ngantuk. Pintar-pintar atur waktu tidur aja dan olahraga,” ujarnya.

    Tips Tetap Bugar saat Puasa

    Selain mengatur jam tidur, ada beberapa cara lain agar tubuh tetap bugar saat puasa. Dilansir situs Cleveland Clinic Abu Dhabi, berikut sejumlah tipsnya:

    1. Olahraga

    Selama puasa Ramadan, banyak orang yang justru malas untuk berolahraga. Padahal, olahraga dapat membantu tubuh tetap sehat dan bugar saat puasa.

    Meski begitu, hindari aktivitas fisik yang terlalu berat karena dikhawatirkan membuat tubuh dehidrasi dan lemas. Pilih olahraga yang ringan hingga sedang dan sebaiknya dilakukan saat sore atau malam hari setelah berbuka puasa.

    Aktivitas olahraga bisa dilakukan selama 20-30 menit per hari. Adapun jenis-jenis olahraga yang bisa dilakukan saat puasa, seperti jogging, jalan kaki, sepeda, dan aerobic ringan.

    2. Asupan Protein yang Seimbang saat Sahur

    Saat sahur, sebaiknya pilih makanan dengan gizi seimbang agar tubuh tetap bugar serta membantu menjaga kesehatan pencernaan. Kombinasi karbohidrat kompleks, protein, lemak, sehat, buah, dan sayur-sayuran dapat menjaga tubuh tetap fit.

    Kemudian, hindari makanan asin atau gorengan di waktu sahur. Sebaiknya, ganti dengan makanan seperti roti gandum utuh, nasi merah, telur, alpukat, atau pisang. Pastikan juga mengkonsumsi air yang cukup agar memenuhi cairan harian tubuh.

    3. Atur Suhu Ruangan agar Tetap Sejuk

    Tips berikutnya adalah mengatur suhu ruangan agar tetap sejuk. Saat kondisi cuaca sedang panas, seseorang lebih mudah berkeringat dan bisa menjadi lemas.

    Pastikan kamu memiliki kipas angin atau AC di dalam ruangan agar badan terasa sejuk. Jangan lupa untuk mandi saat pagi dan sore hari agar badan tetap segar.

    (ilf/fds)

  • Minuman Ajaib untuk Kontrol Gula Darah? Ini Dia Pilihannya!

    Minuman Ajaib untuk Kontrol Gula Darah? Ini Dia Pilihannya!

    Liputan6.com, Jakarta Mengatur kadar gula darah penting banget, terutama bagi penderita diabetes. Tapi, selain mengatur pola makan, tahu enggak sih kalau minuman juga berperan besar? Banyak minuman yang bisa membantu mengontrol gula darah, bahkan beberapa di antaranya bisa jadi pilihan yang lezat dan menyegarkan.

    Artikel ini akan membahas berbagai jenis minuman yang direkomendasikan dan yang sebaiknya dihindari untuk menjaga kesehatan gula darahmu.

    Dari sekian banyak pilihan, air putih tetap menjadi juara. Kenapa? Karena air putih bebas kalori dan karbohidrat, membantu ginjal membuang kelebihan gula melalui urine, dan tentu saja menghidrasi tubuh.

    Jangan lupa, minum minimal 2 liter air putih setiap hari ya! Selain air putih biasa, kamu juga bisa mencoba air infused dengan tambahan irisan buah-buahan seperti lemon, jeruk, beri, atau rempah-rempah seperti mint untuk menambah cita rasa.

    Selain air putih, ada beberapa minuman lain yang juga bisa membantu mengontrol gula darah. Kopi hitam tanpa gula, misalnya, terbukti dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2. Teh, baik itu hijau, hitam, putih, oolong, atau herbal, juga memiliki manfaat yang baik berkat kandungan antioksidannya. Teh hijau bahkan mengandung katekin yang dapat menghambat penyerapan karbohidrat.

  • 8 Efek Samping Mengonsumsi Kurma Terlalu Banyak

    8 Efek Samping Mengonsumsi Kurma Terlalu Banyak

    Jakarta, Beritasatu.com – Kurma adalah salah satu buah kering yang paling umum ditemukan saat bulan Ramadan tiba. Buah ini juga memiliki peran penting selama bulan Ramadan, yang mana umat muslim mengonsumsinya untuk berbuka puasa.

    Meskipun kaya serat dan baik untuk kesehatan, makan kurma terlalu banyak bisa berbahaya dan menimbulkan beberapa efek samping.

    Berikut ini delapan efek samping mengonsumsi kurma berlebihan, dikutip dari berbagai sumber, Kamis (13/3/2025).

    Efek Samping Makan Kurma Terlalu Banyak

    1. Kenaikan berat badan

    Kurma memang kaya serat, tetapi juga tinggi kalori dan energi. Jika dikonsumsi dalam jumlah besar, kurma dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang berlebih. Kurma memiliki kepadatan energi sedang dengan sekitar 2–2,8 kalori per gram, sehingga dapat meningkatkan berat badan dengan cepat.

    2. Masalah pencernaan

    Meskipun serat dalam kurma baik untuk pencernaan, terlalu banyak mengonsumsinya justru bisa menyebabkan masalah, seperti kembung dan sembelit. Asupan serat yang berlebihan bisa membuat perut terasa tidak nyaman.

    3. Meningkatkan kadar gula darah

    Kurma mengandung kalori dan gula yang cukup tinggi, sehingga tidak ideal untuk penderita diabetes. Dalam 1/4 cangkir kurma, terdapat sekitar 24 gram karbohidrat dan 105 kalori. Selain itu, kurma mengandung banyak gula alami, seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa yang memiliki indeks glikemik lebih tinggi dari glukosa.

    4. Memicu serangan asma

    Kurma dapat memicu alergi yang berhubungan dengan asma. Sekitar 70%–80% penderita asma memiliki alergi terhadap jamur yang sering ditemukan pada buah kering, seperti kurma. Oleh karena itu, orang yang rentan terhadap alergi sebaiknya lebih berhati-hati saat mengonsumsi kurma.

    5. Menyebabkan ruam kulit

    Buah kering seperti kurma dapat menyebabkan ruam kulit karena mengandung sulfit. Selain itu, jamur yang sering ditemukan dalam kurma juga bisa memicu iritasi pada kulit. Meskipun kurma memiliki banyak manfaat, penting untuk mengonsumsinya dalam jumlah yang wajar agar terhindar dari efek samping yang tida diinginkan.

    6. Ketidakseimbangan nutrisi

    Meskipun kurma merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik, mengonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi. Hal ini berpotensi menyebabkan kekurangan nutrisi penting lainnya.

    7. Asupan kalium tinggi

    Kurma kaya akan kalium yang secara umum bermanfaat bagi kesehatan. Namun, asupan kalium yang berlebihan, terutama bagi yang memiliki masah ginjal, dapat menyebabkan hiperkalemia. Merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar kalium dalam darah.

    8. Kerusakan gigi

    Kurma merupakan sumber fluor yang sangat baik untuk gigi, sehingga dapat memperkuat email gigi dan mencegah gigi dari kerusakan. Namun, kurma kaya akan gula dan karbohidrat yang dikenal dapat memicu kerusakan gigi dan menyebabkan gigi berlubang jika dikonsumsi secara berlebihan.

  • Ratusan Pelajar di Wamena Papua Sambut Gembira Makan Bergizi Gratis

    Ratusan Pelajar di Wamena Papua Sambut Gembira Makan Bergizi Gratis

    Wamena, Beritasatu.com – Sebanyak 700 pelajar SD Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) Betlehem, Wamena, Papua Pegunungan, antusias menyambut program makan bergizi gratis (MBG). 

    Sekitar pukul 10.30 WIT, para siswa berlarian keluar menyambut kedatangn rombongan Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian Pertahanan (Kemenhan), dan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Papua, yang datang untuk menyosialisasikan program tersebut.

    “Adik-adik, kalau nanti dikasih Makan Bergizi Gratis, harus segera dihabiskan, ya. Kalau saya bilang ‘Makan Bergizi Gratis aman, sehat, bergizi,’ semua ulangi, ya!” ujar Tenaga Ahli Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Niken Gandini, saat memasuki halaman SD YPK Betlehem, Kamis (13/3/2025) dikutip dari Antara.

    Serempak, para siswa meneriakkan slogan tersebut dengan penuh semangat. Dalam sosialisasi itu, Niken menjelaskan kepada siswa mengenai menu yang akan diberikan dalam program MBG.

    “Nanti kalian akan mendapatkan nasi, sayur, telur atau ikan, dan buah-buahan,” katanya.

    Selain itu, Staf Khusus Menteri Pertahanan (Menhan) Lenis Kogoya, juga ikut menyapa para siswa. Kehadirannya disambut antusias, dengan banyak siswa berebut menyalaminya.

    “Adik-adik, jam 12 siang biasanya lapar, kan? Kalau Kakak suruh kalian masak dan makan bersama-sama makanan bergizi, mau atau tidak?” tanya Lenis.

    Serempak, para siswa menjawab, “Mau!”

    Lenis juga berpesan kepada para ibu atau mama-mama di Papua agar berkolaborasi dalam memasak makanan bergizi. Dengan begitu, keluarga dan anak-anak dapat memahami pola makan sehat dan seimbang.

    Menurut data dari BGN, sekitar 60% siswa di Indonesia sudah terbiasa sarapan, tetapi banyak yang belum memenuhi standar gizi harian.

    Program MBG bertujuan memenuhi kebutuhan gizi anak dengan menu yang disesuaikan dengan kearifan lokal. Misalnya, di Papua karbohidrat dapat berasal dari sagu, bukan hanya nasi. BGN juga menegaskan bahwa menu makanan pada program makan bergizi gratis tidak harus sama di seluruh wilayah, tetapi tetap harus memenuhi standar gizi yang sesuai dengan usia dan kebutuhan anak.