Produk: karbohidrat

  • Terpaksa Sahur dengan Mi Instan gegara Bangun Mepet Imsak? Simak Nih Saran Dokter

    Terpaksa Sahur dengan Mi Instan gegara Bangun Mepet Imsak? Simak Nih Saran Dokter

    Jakarta

    Makan sahur yang dilakukan sekitar pukul 3 hingga 4 pagi akan terasa sangat berat bagi sebagian orang. Rasa kantuk akibat bangun terlalu pagi ini membuat kita malas untuk menyajikan makanan yang membutuhkan tenaga ekstra, sehingga kita tergoda untuk menyajikan makanan yang mudah dibuat saja.

    Terlebih bagi mereka yang tinggal di perantauan, mereka harus menyiapkan makanan tersebut sendirian, sehingga makan mi instan saat sahur bisa jadi pilihan tepat.

    Spesialis penyakit dalam dr Yunita Indah Dewi, SpPD, mengatakan sebaiknya mi instan tidak dijadikan menu utama saat sahur. Pasalnya, makanan ini rendah nutrisi dan dapat memicu masalah kesehatan, terutama bagi pengidap gangguan asam lambung.

    Namun jika tak ada pilihan lain, dr Yunita menyarankan agar konsumsi mi instan dibatasi dan dikombinasikan dengan sayuran, serta sumber protein agar lebih bernutrisi.

    “Sebaiknya tidak mengonsumsi mi instan saat sahur karena rendah serat dan protein, tetapi tinggi lemak. Bagi penderita maag, ini bisa meningkatkan risiko kambuh saat puasa,” jelas dr Yunita saat berbincang dengan detikcom, Selasa (18/2/2025).

    Selain kandungan nutrisinya yang rendah, mi instan juga memiliki jumlah kalori yang cukup tinggi. Jika dikonsumsi terlalu sering, ini dapat meningkatkan risiko kenaikan berat badan selama bulan puasa.

    “Ini perlu dilakukan agar kebutuhan gizi tubuh tetap terpenuhi,” tambahnya.

    Senada, spesialis gizi dr Johanes C Chandrawinata, SpGK, mengungkapkan mi instan memiliki kalori yang cukup tinggi tapi nutrisinya tidak seimbang.

    Selain itu, mi instan mengandung kadar garam yang tinggi. Konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil, yang pada akhirnya berisiko menyebabkan dehidrasi dan mengganggu kelancaran ibadah puasa.

    Meski demikian, dr Johanes menegaskan bahwa sahur dengan mi instan tidak sepenuhnya dilarang. Agar lebih sehat, ia menyarankan untuk mengurangi porsi mi instan dengan menggantinya sebagian dengan mi shirataki.

    Dikutip dari EatingWell mi shirataki adalah jenis mi Jepang yang terbuat dari ubi konjak . Mi ini dibuat dengan mencampur tepung konjak dengan air, lalu membentuk campuran tersebut menjadi mi. Mi shirataki sangat rendah kalori dan karbohidrat serta telah menjadi populer sebagai alternatif pasta tradisional yang rendah karbohidrat dan bebas gluten.

    “Jadi sebaiknya kalau kepepet, itu mi instannya dibagi dua. Jadi setengah mi instan biasa ditambah setengah mi shirataki. Tapi ingat, kan anjurannya mengurangi asupan lemak juga, jadi mungkin minyaknya dikurangi,” kata dia.

    “Tambahkan sayuran dan juga protein, entah itu telur atau daging. Asal dagingnya tanpa lemak. Jadi, dengan begitu tentunya masih memenuhi kecukupan gizi, walaupun makan mi instan,” tuturnya.

    (suc/suc)

  • Tips Bijak Memilih Makanan dan Minuman Manis di Bulan Ramadan, Begini Kata Dosen Ilmu Gizi Unsoed

    Tips Bijak Memilih Makanan dan Minuman Manis di Bulan Ramadan, Begini Kata Dosen Ilmu Gizi Unsoed

    TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO – Selama Ramadan, kita dianjurkan untuk tetap mendapat asupan nutrisi yang cukup dengan mengkonsumsi beragam menu sehat, baik itu saat berbuka puasa maupun saat sahur.

    Hal ini penting untuk menjaga kesehatan tubuh, sehingga bisa menjalankan puasa secara lancar. 

    Tujuan berpuasa di bulan Ramadan adalah selain untuk beribadah, juga mendapatkan manfaat yang sangat baik untuk kesehatan.

    Agar manfaat berpuasa dapat dirasakan baik dari segi kesehatan, diperlukan pengauran pola makan yan baik karena selama menjalankan ibadah puasa pola makan dan kebiasan makan berubah.

    Oleh karena itu, pola makan dan asupan cairan dalam tubuh tetap harus terjaga dan terkontrol.

    Kecukupan nutrisi saat Ramadan tidak semaata-mata tergantung pada banyakya jumlah makanan yang disantap, melainkan seberapa besar nilai gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.

    Makanan yang dikonsumsi harus seimbang dengan kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat.

    Selain itu jangan lupa penting juga untuk kecukupan kebutuhan cairan tubuh. 

    Normalnya, kebutuhan cairan manusia dalam tubuh adalah 2 liter per hari.

    Saat berpuasa tetap mendapat asupan cairan dengan cara membagi waktu minum yaitu 2 gelas saat berbuka puasa, 1 gelas sebelum salat tarawih, 1 gelas setelah selesai tarawih, 2 gelas sebelum tidur, 2 gelas saat sahur.

    Dengan demikian, kebutuhan cairan tubuh tetap terkontrol.

    Saat bulan Ramadan selalu terlihat semua makanan manis tersaji di meja makan seperti es buah, sirup, teh manis, kolak, buah-buahan, kurma, dan lain lain.

    MENU RAMADAN – Ilustrasi menu makanan manis yang biasa disajikan saat sahur dan buka puasa selama Ramadan.

    Dalam Islam, seseorang memang dianjurkan untuk membatalkan puasa dengan makanan atau minuman manis. 

    Namun tidak boleh berlebihan, bahkan hanya dianjurkan untuk sebanyak 3 butir kurma. 

    Namun, saat ini banyak orang yang gemar dengan makanan atau minuman manis.

    Misalnya membatalkan puasa dengan minuman serba manis, makan dengan nasi yang berlimpah, serta mengonsumsi hidangan penutup serba manis.

    Dilansir dari Kementerian Kesehatan 2023, konsumsi minuman manis dalam kemasan di Indonesia sebanyak 20,23 liter per orang.

    Bahkan Indonesia menempati peringkat ketiga dengan konsumsi minuman manis terbanyak di Asia Tenggara.

    Tercatat, dalam 20 tahun terakhir, tingkat konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) meningkat hingga 15 kali lipat. 

    Dari 51 juta liter menjadi 780 juta liter.

    Jika diperhitungkan, 1 dari 10 anak-anak di Indonesia mengonsumsi minuman manis sebanyak 1 sampai 6 kali dalam seminggu.

    Tentu saja, hal ini dapat mengakibatkan seseorang terkena diabetes. 

    Gula sebagai salah satu nutrisi dan gizi yang ada di menu berbuka puasa.

    Namun, saat berpuasa, idealnya banyaknya gula yang kita konsumsi seharusnya tidak jauh berbeda dengan hari-hari biasa.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan, orang dewasa agar mengonsumsi gula tidak lebih dari 12 sendok teh gula bebas per hari, dan kurang dari sendok teh gula bebas per hari untuk manfaat kesehatan tambahan. 

    Gula bebas mengacu pada gula yang ada dalam permen, tambahkan ke makanan dan minuman olahan, dan gula alami yang ada dalam madu, sirup, jus buah, dan konsentrat buah.

    Ketika berpuasa, dapat menikmati waktu makan pada waktu berbuka puasa dan juga sahur.

    Nah, sebaiknya kamu lebih banyak mengonsumsi gula pada waktu berbuka puasa daripada waktu sahur. 

    Pasalnya, tubuh kehilangan banyak energi setelah berpuasa selama 12 jam denga mengonsumsi makanan manis bisa mengisi energi kamu kembali dengan cepat.

    Hindari mengonsumsi gula yang berlebihan pada waktu makan sahur.

    Sebaliknya, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang dapat membuat kamu merasa kenyang lebih lama.

    Contohnya, makanan yang mengandung serat, karbohidrat kompleks, serta protein.

    Dengan begitu tidak akan cepat merasa lapar.

    Cobalah mengatur waktu konsumsi gula saat puasa, misalnya dalam satu hari mengonsumi sebanyak 6 sendok teh gula.

    Usahakan pada saat sahur mengonsumsi 2 sendok teh, kemudian saat waktu berbuka dan setelah berbuka bisa gunakan 4 sendok teh lainnya. 

    Indah Nuraeni S.TP., M.Sc dosen Ilmu Gizi Unsoed, berbagi tips mencegah konsumsi gula berlebih selama bulan puasa:

    1. Mengurangi tambahan gula saat minum teh,kopi, susu.

    2. Memilih air putih atau minuman tanpa pemanis untuk memenuhi kebutuhan asupan cairan saat berpuasa.

    3. Mengganti camilan manis dengan buah segar.

    4. Mengurangi konsumsi biskuit, kue kering dan camilan manis.

    5. Bisa menggantikan tajil dengan 2-3 butir kurma.

    “Jika tidak mengendalikan konsumsi makanan dan minuman manis sata bulan Ramadan, maka akan dapar mnyebabkan obesitas setelah selesai bulan Ramadan, kerusakan gigi, diabetes mellitus, dan beragai penyakit tidak menular yang menikuti sehingga dapat terjadi komplikasi,” kata Indah. 

    Referensi : disadur dari berbagai sumber

    #unsoed1963 #merdekamajumendunia

    (*)

  • Tingkatkan Gizi Anak di Tulungagung, DPR RI dan Mitra BGN Sosialisasi Program MBG

    Tingkatkan Gizi Anak di Tulungagung, DPR RI dan Mitra BGN Sosialisasi Program MBG

    TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG – Pemerintah melalui DPR RI dan mitra kerja Badan Gizi Nasional (BGN) melakukan sosialisasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) Minggu, 16 Maret 2025.

    Program MBG merupakan salah satu langkah pemerintah untuk meningkatkan gizi dan mengatasi kasus stunting di Indonesia.

    Kegiatan sosialisasi MBG dilaksanakan di Desa Sawo, Kec. Campurdarat, Kabupaten Tulungagung.

    Program MBG juga sudah luncurkan pemerintah pada 6 Januari 2025 lalu secara serentak di 245 titik diseluruh Indonesia.

    Program MBG adalah bentuk kepedulian pemerintah terhadap generasi penerus bangsa.

    Dengan adanya makanan bergizi yang disediakan setiap hari, anak-anak tidak hanya mendapatkan asupan yang cukup tetapi juga bisa lebih fokus dalam belajar.

    Acara sosialisasi program MBG dihadiri oleh Anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi, Anggota DPRD Kabupaten Tulungagung Rizky Ranisa Nur’atma, dan Tenaga Ahli Promosi dan Edukasi BGN Wahyudi Indrayana.

    Sebagai Anggota DPR RI komisi IX DPR RI Nurhadi mengajak kepada masyarakat agar mendukung penuh Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang merupakan program prioritas pemerintahan Prabowo-Gibran tahun 2025-2029.

    “Salah satu tujuan MBG yaitu untuk dapat mengurangi angka stunting pada masyarakat dan dapat membantu pemberian asupan gizi pada Ibu Hamil, Ibu menyesui, anak balita, anak usia dini hingga SLTA/SMK,” tutur Nurhadi saat sosialisasikan program MBG.

    Sementara itu Wahyudi Indrayana, selaku Tenaga Ahli Promosi dan Edukasi Gizi BGN memberikan penjelasan terkait peran BGN dalam menjalankan program MBG hingga mempunyai dampak positif terhadap perekonomian warga.

    “Harapannya dengan sosialisasi ini masyarakat menjadi tidak mudah percaya dan tergiur pada oknum-oknum yang mengatasnamakan/bagian dari BGN baik untuk membantu menjadi mitra ataupun pekerja di SPPG,” papar Wahyudi.
     
    Wahyudi juga menyampaikan bahwa bagi siapa saja yang ingin menjadi mitra kerja dengan BGN bisa langsung mengujungi ke website Badan Gizi Nasional.

    “Bagi masyarakat yang berminat menjadi mitra BGN agar mengikuti alur kemitraan yang telah ditetapkan yaitu melaui portal resmi www.mitra.bgn.go.id, tanpa ada pungutan biaya sama sekali,” sambungnya.

    Program MBG kedepannya akan berjalan dengan baik apabila ada sinergi dan kolaborasi yang kuat dari seluruh stakeholder yaitu instansi/Lembaga pemerintah, pemda serta masyarakat.
     
    Kemudian dilanjutkan dengan Laili Kurniasari selaku Nutrisionis pada Bidang Kesmas Dinkes Tulungagung yang menyampaikan sosialisasi dan edukasi mengenai apa itu konsep “Makan Bergizi Gratis”.

    “Mengedukasi masyarakat dg konsep “Isi Piringku” sebagai penganti “4 Sehat 5 Sempurna. Karena Gizi seimbang sangat penting untuk kesehatan dan produktivitas masyarakat (Ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan anak),” ujar Laili.

    Adapun konsep “Isi Peringku” yaitu bagaimana upaya masyarakat agar dapat terserapnya akan Protein, Lemak dan juga Karbohidrat yang seimbang. Seperti makanan pokok berupa lauk pauk, buah buahan dan sayur-sayuran.

  • Salat Tarawih Kok Ngantuk Terus? Kebiasaan Buka Puasa Ini Bisa Jadi Penyebabnya

    Salat Tarawih Kok Ngantuk Terus? Kebiasaan Buka Puasa Ini Bisa Jadi Penyebabnya

    Jakarta – Bulan Ramadan menjadi momen mencari berkah dengan beribadah. Bukan cuma pantang makan dan minum dari pagi hingga petang, umat Muslim juga dianjurkan untuk salat Tarawih.

    Tapi sering kali salat Tarawih menjadi tidak khusyu karena terlalu mengantuk. Ternyata hal ini bisa dipicu kebiasaan yang dilakukan saat berbuka puasa.

    Rasa kantuk yang dialami ketika salat Tarawih merupakan respons tubuh terhadap perubahan kimia yang disebabkan pencernaan. Bagaimana tidak, berbuka puasa seringkali dijadikan ajang balas dendam untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah besar sekaligus.

    “Pada waktu kita berbuka ada banyak sekali makanan-makanan khas waktu berbuka takjil, ada kolak, cendol, bubur sumsum, es campur, gorengan, bakwan, risol, bala-bala terus kita juga kayaknya rata-rata minum teh manis pada waktu berbuka puasa setelah itu dilanjut lagi dengan makan besar,” ujar spesialis penyakit dalam dr Yuhana Fitra, SpPD saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

    Sebagian besar sumber nutrisi yang diperoleh orang Indonesia pada saat berbuka puasa adalah karbohidrat. Mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar bisa membuat kerja saluran cerna menjadi berat sehingga energi akan fokus untuk kerja saluran cerna.

    Energi yang didapatkan dari konsumsi karbohidrat dalam jumlah besar akan difokuskan untuk sistem pencernaan. Sehingga energi yang hilang itu menyebabkan seseorang mengantuk saat salat Tarawih.

    “Ditambah lagi ada perubahan pola tidur. Kita sudah bangun kurang lebih satu jam sebelum sahur, dilanjut sahur, dilanjut salat Subuh, dilanjut kerja di kantor, nggak sempat tidur siang. Pulang Maghrib langsung berbuka dan Tarawih,” jelas dr Yuhana.

    “Otomatis sudah sangat mengantuk kalau tidur terlalu larut malam. Jadi kerja sistem cerna sudah berat, energi cepat turun dan kurang tidur,” pungkasnya.

    (kna/kna)

  • Benarkah Berbuka Puasa dengan yang Manis Itu Baik? Ini Penjelasan Dokter

    Benarkah Berbuka Puasa dengan yang Manis Itu Baik? Ini Penjelasan Dokter

    Jakarta – Saat berbuka puasa, sering kali kita dianjurkan untuk mengonsumsi makanan atau minuman manis. Pasalnya, makanan atau minuman manis dipercaya dapat segera mengembalikan energi yang hilang setelah seharian menahan makan dan minum. Namun, apakah kebiasaan ini benar-benar baik dari sudut pandang medis?

    Manfaat Konsumsi yang Manis Saat Berbuka

    Dr. Kaseem Halmar dari University of Warwick, Inggris, menjelaskan selama lebih dari 12 jam berpuasa, tubuh tidak mendapatkan asupan cairan dan nutrisi. Akibatnya, kadar gula darah menurun sehingga membuat seseorang merasa lemas, pusing, bahkan sulit berkonsentrasi menjelang waktu berbuka.

    Senada, ahli gizi Ika Setyani menambahkan konsumsi makanan atau minuman manis saat berbuka dapat membantu menggantikan energi yang hilang selama berpuasa.

    “Setelah puasa panjang, makanan atau minuman manis memang direkomendasikan karena gula dapat dengan cepat mengembalikan energi yang hilang,” ujarnya dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (18/3/2025).

    Sebagaimana diketahui, gula merupakan karbohidrat yang mudah diubah menjadi energi oleh tubuh. Meski demikian, pemilihan jenis makanan dan minuman manis tetap perlu diperhatikan agar tubuh tetap sehat dan bugar selama Ramadan.

    Berbuka Tetap Sehat dengan Makanan dan Minuman Manis

    Agar tetap sehat, berbuka dengan yang manis sebaiknya berasal dari sumber alami seperti kurma, buah-buahan, atau minuman yang tidak mengandung pemanis buatan. Kurma, misalnya, mengandung gula alami yang mudah dicerna tubuh serta kaya akan serat, sehingga membantu mencegah lonjakan gula darah yang drastis.

    Selain kurma, teh juga bisa menjadi pilihan minuman berbuka yang menyegarkan dan menyehatkan, terutama jika terbuat dari bahan berkualitas tanpa tambahan pemanis buatan. Teh yang berasal dari pucuk daun teh pilihan, misalnya, memiliki rasa manis alami yang seimbang sehingga bisa menjadi alternatif lebih sehat untuk mengembalikan energi setelah berpuasa.

    Dengan kandungan antioksidan di dalamnya, teh juga dapat membantu melawan radikal bebas dan mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Namun, memilih teh juga tak dapat sembarang. Sebaiknya, pilih teh tanpa pengawet dan pemanis buatan juga penting agar manfaatnya lebih optimal.

    Salah satu pilihan yang bisa dinikmati adalah Teh Pucuk Harum, yang dibuat dari pucuk daun teh berkualitas untuk menghadirkan rasa teh yang segar dan alami. Selain itu, Teh Pucuk Harum juga tidak menggunakan pemanis buatan, dan tanpa bahan pengawet sehingga aman untuk dikonsumsi.

    (akd/ega)

  • Hindari Kesalahan Ini, 6 Jenis Sampah Organik yang Tidak Boleh Dijadikan Kompos

    Hindari Kesalahan Ini, 6 Jenis Sampah Organik yang Tidak Boleh Dijadikan Kompos

    Liputan6.com, Yogyakarta – Ternyata tidak semua sampah organik bisa digunakan untuk membuat pupuk kompos. Padahal, banyak dari kita yang berpikir bahwa semua bahan alami pasti cocok untuk dijadikan kompos.

    Sayangnya, beberapa jenis sampah organik justru dapat menghambat proses penguraian. Pembuatan kompos memang menjadi salah satu cara terbaik untuk mengolah sampah organik dan mengubahnya menjadi pupuk yang bermanfaat bagi tanaman.

    Akan tetapi, kita perlu lebih teliti dalam memilih bahan-bahan yang akan dimasukkan ke dalam tumpukan kompos kita. Mengutip dari berbagai sumber, berikut enam sampah organik yang tidak boleh dijadikan kompos:

    1. Sisa Daging, Tulang, dan Ikan

    Hindari memasukkan sisa daging, tulang, dan ikan ke dalam kompos Anda. Bahan-bahan ini cenderung membusuk dan menghasilkan bau yang sangat menyengat saat terurai.

    Selain baunya yang tidak sedap, sisa-sisa makanan hewani ini juga dapat menarik berbagai hama yang tidak diinginkan. Hama tersebut adalah tikus, lalat, dan serangga pengganggu lainnya ke area pengomposan Anda.

    Jika Anda tetap ingin mengolah sisa makanan ini, ada alternatif yang bisa dilakukan. Anda bisa menggunakan metode pengomposan khusus yang dirancang untuk bahan hewani atau memanfaatkannya sebagai pakan untuk hewan ternak.

    2. Produk Susu (Keju, Yogurt Susu Cair, Mentega)

    Produk susu seperti keju, yogurt, susu cair, dan mentega sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam tumpukan kompos Anda. Bahan-bahan ini memiliki proses penguraian yang lambat dan sering kali menimbulkan bau busuk yang tidak sedap selama proses tersebut.

    Lebih mengkhawatirkan lagi, produk susu cenderung memicu pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dalam kompos. Hal ini dapat mengganggu proses pengomposan normal dan menghambat pembentukan pupuk yang berkualitas.

    Sebagai alternatif, lebih baik Anda mengurangi sisa makanan berbahan dasar susu dan mengolahnya dengan cara lain seperti dimasukkan ke dalam tempat sampah khusus atau sistem pengolahan limbah makanan. Dengan begitu, kompos Anda akan tetap berkualitas baik dan proses penguraiannya berjalan lancar.

    3. Kotoran Hewan Peliharaan (Kucing dan Anjing)

    Kotoran hewan peliharaan seperti anjing dan kucing tidak boleh dimasukkan ke dalam kompos biasa. Hal ini karena kotoran tersebut dapat mengandung berbagai bakteri berbahaya dan parasit seperti E. coli dan Salmonella yang bisa membahayakan kesehatan.

    Bakteri dan parasit ini bisa bertahan dalam kompos dan kemudian mencemari tanah serta tanaman yang dipupuk. Jika Anda ingin mengolah kotoran hewan peliharaan, sebaiknya gunakan sistem pengomposan khusus yang dirancang untuk menghilangkan patogen berbahaya tersebut.

    4. Nasi dan Roti

    Nasi dan roti sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam tumpukan kompos Anda. Makanan berbahan dasar tepung dan karbohidrat ini cenderung menyebabkan pertumbuhan jamur dan bakteri yang tidak diinginkan saat mulai terurai.

    Selain itu, keberadaan nasi dan roti dalam kompos sangat menarik hama seperti semut dan tikus. Hama tersebut bisa mengganggu proses pengomposan dan bahkan menyebabkan masalah di sekitar area rumah Anda.

    Jika Anda memiliki sisa nasi atau roti, alternatif pengolahan yang lebih baik adalah memberikannya sebagai makanan untuk hewan ternak seperti ayam atau bebek. Anda juga bisa memanfaatkannya sebagai bahan untuk proses fermentasi seperti pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) yang berguna untuk pertanian.

     

  • Jangan Berhenti Olahraga saat Puasa, Simak Tipsnya dari Dokter

    Jangan Berhenti Olahraga saat Puasa, Simak Tipsnya dari Dokter

    Liputan6.com, Jember – Puasa seringkali dianggap sebagai alasan untuk mengurangi aktivitas fisik, termasuk olahraga. Namun, menurut dr. Wahyu Agung Purnomo, Sp.P, salah satu dokter spesialis paru di Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Jember (RSU Unmuh Jember), puasa sebenarnya tidak menghalangi seseorang untuk tetap berolahraga. Meskipun tubuh sedang dalam kondisi berpuasa, latihan fisik tetap bisa dilakukan dengan beberapa teknik dan cara yang tepat. Hal ini penting untuk menjaga kebugaran tubuh selama bulan Ramadan.

    Dr. Wahyu menjelaskan bahwa saat berpuasa, asupan glukosa yang menjadi sumber energi utama tubuh mengalami penurunan. Padahal, olahraga membutuhkan glukosa sebagai bahan bakar. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan prinsip 3T dalam berolahraga saat berpuasa, yaitu Type, Timing, dan Term & Condition. “Type adalah pemilihan jenis olahraga. Disarankan untuk memilih olahraga dengan intensitas ringan hingga sedang, seperti jalan kaki, bersepeda, atau yoga,”ujar Wahyu, Kamis (13/3/2025).

    Sedangkan Timing merupakan waktu berolahraga yang perlu diperhatikan. Untuk olahraga ringan hingga sedang, waktu terbaik adalah pagi hari setelah sahur atau sore hari menjelang berbuka. Sementara itu, olahraga berat sebaiknya dilakukan minimal 2 jam setelah berbuka puasa. “Yang terakhir yaitu Term and Condition yaitu syarat dan ketentuan yang harus diperhatikan oleh seseorang dengan kondisi kesehatan tertentu, dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum melakukan olahraga karena hal ini penting untuk memastikan jenis dan intensitas olahraga yang sesuai dengan kondisi fisik masing-masing,” tambahnya.

    Selain memperhatikan olahraga, dr. Wahyu juga menekankan pentingnya menjaga asupan cairan dan nutrisi selama berpuasa. Orang yan sedang berpuasa cenderung mengalami dehiderasi, karena kebutuhan cairan hanya terpenuhi saat berbuka dan sahur. Untuk itu, disarankan untuk mengonsumsi minimal 2 liter air per hari, yang bisa dibagi saat berbuka, malam hari, dan sahur.

    Nutrisi juga harus seimbang. Saat berbuka dan sahur, pastikan mengonsumsi karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, serta vitamin dan mineral. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, sedangkan protein membantu mempertahankan massa otot. Lemak sehat juga diperlukan untuk menjaga metabolisme tubuh. “Jadi, jangan jadikan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan! Terapkan prinsip 3T dan jaga asupan nutrisi serta hidrasi tubuh agar tetap bugar selama Ramadan. Yuk, mulai rutin berolahraga dan jaga kesehatanmu agar ibadah puasa semakin lancar dan bermakna,” tuturnya.

  • Tips Aman Puasa Ramadan 2025 untuk Penderita Maag dan Gerd, Perhatikan Menu Berbuka dan Sahurnya

    Tips Aman Puasa Ramadan 2025 untuk Penderita Maag dan Gerd, Perhatikan Menu Berbuka dan Sahurnya

    TRIBUNJATIM.COM – Berikut ini tips aman puasa bagi penderita maag dan gerd.

    Dengan menyimak tips di artikel ini, puasa para penderita maag dan gerd akan berjalan aman dan lancar.

    Kondisi GERD ini diderita oleh komedian Wendy Cagur yang sempat masuk rumah sakit. 

    Wakil Menteri Kesehatan Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono membagikan tips aman berpuasa untuk penderita maag dan gerd.

    Asam lambung merupakan keluhan paling sering terjadi saat puasa.

    “Kalau terjadi imbalance dan ketidakseimbangan maka bisa muncul keluhan sakit lambung.

    Dengan ditandai sakit perut, mual, begah bahkan bisa menimbulkan nyeri yang parah,” kata dia dikutip dari laman Instagramnya, Sabtu (15/3/2025).

    Karena itu, ibadah di bulan Ramadan ini bagi penderita maag membutuhkan perhatian khusus untuk menjaga agar lambung tetap sehat.

    Salah satu hal utama yang perlu diperhatikan adalah tips nutrisi yang tepat selama sahur dan berbuka, seperti berikut:

    1. Saat sahur: Pilih makanan yang lambat dicerna, seperti karbohidrat kompleks (nasi merah, roti gandum) dan protein tanpa lemak (ikan, ayam).

    “Hindari makanan pedas, asam, atau berlemak,” tutur dia.

    2. Saat berbuka: Mulailah dengan air putih hangat dan kurma untuk menstabilkan kadar gula darah.

    Hindari makan berat langsung, beri jeda dengan makanan yang mudah dicerna seperti sup atau bubur.

    Selain itu, penting untuk mengatur pola makan dengan porsi kecil tetapi lebih sering dan menghindari makanan yang memicu produksi asam lambung.

    “Jika memiliki riwayat maag kronis, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mulai berpuasa. Dengan perencanaan yang baik, puasa dapat tetap berjalan lancar dan penuh berkah. Tetap sehat dan semangat menyambut Ramadan,” harap Prof Dante.

    Penderita GERD boleh puasa, tetapi perlu berhati-hati.

    Puasa dapat membantu meredakan gejala GERD, tetapi Anda perlu memperhatikan pola makan dan gaya hidup Anda.

    Tips berpuasa aman untuk penderita GERD: 

    -Berbuka dengan makanan ringan dan air putih

    -Hindari makanan pedas, asam, dan berlemak

    -Makan dalam porsi secukupnya

    -Jaga hidrasi

    -Hindari kebiasaan yang memicu GERD

    -Kelola stres dengan baik

    -Tetap konsumsi obat jika diperlukan

    -Jangan tunda buka puasa

    -Makan sedikit-sedikit sejak berbuka hingga sahur

    -Tidur dengan posisi setengah bersandar

    Tips lain untuk mengatasi GERD 

    -Konsumsi makanan bergizi

    -Kunyah makanan perlahan

    -Makan dengan frekuensi lebih sering

    -Tidur dengan posisi yang tepat

    -Hindari tidur langsung segera setelah makan

    -Berhenti merokok

    -Pertahankan berat badan ideal.

    Berita seputar Ramadan 2025 lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Pengidap Autoimun Boleh Puasa, Tapi Jangan Abaikan Hal Ini!

    Pengidap Autoimun Boleh Puasa, Tapi Jangan Abaikan Hal Ini!

    TRIBUNJAKARTA.COM – Apakah penderita autoimun boleh berpuasa? Begini tipsnya menurut dokter.

    Berpuasa di bulan Ramadan bisa jadi tantangan berat bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan tertentu, seperti sakit autoimun misalnya.

    Penyakit autoimun terjadi karena sistem imunitas tubuh berbalik menyerang jaringan tubuh sendiri.

    Karena tak ingin ketinggalan momen puasa Ramadan, mungkin beberapa dari mereka yang memiliki kondisi tersebut tetap memaksakan diri ikut berpuasa. Jika begini, apakah aman dilakukan?

    Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi dan Imunologi, Yovita Mulyakusuma, menjelaskan penting bagi penyintas autoimun menjaga asupan makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh.

    Hal ini dilakukan agar sistem imun tubuhnya tetap terkendali dengan baik.

    “Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum melaksanakan puasa, karena penyakit autoimun bermacam-macam jenis, dan kondisi tubuh masing-masing penyintas berbeda,” kata dia, dikutip dari keterangan pers resmi Eka Hospital Cibubur, baru-baru ini.

    Berpuasa dapat menjadi hal yang menantang untuk dilakukan oleh penyintas autoimun.

    Akan tetapi dengan persiapan yang baik dan memperhatikan beberapa hal berikut, penyintas autoimun diperbolehkan untuk puasa tanpa mengorbankan kondisi kesehatan mereka.

    Salah satu yang utama, kata Dokter Yovita yakni penting untuk berkonsultasi ke dokter.

    Hal ini untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka, apakah memungkinkan untuk puasa atau tidak.

    Selain itu, berikut beberapa tips yang harus diperhatikan bagi penyintas autoimun yang berpuasa di bulan Ramadan:

    1. Pastikan tubuh tetap terhidrasi

    Saat menjalankan puasa, penyintas autoimun penting untuk memastikan tubuh mereka terhidrasi dengan baik.

    Sebab dehidrasi, dapat mengganggu fungsi normal sel-sel tubuh yang sudah bekerja lebih keras pada tubuh seseorang yang memiliki autoimun.

    Pastikan Anda menjaga asupan air minum sejak berbuka hingga sahur untuk menghindari dehidrasi, dan sebisa mungkin hindari minuman berkafein.

    Konsumsi buah-buahan dan sayuran yang mengandung air, juga dapat membantu hidrasi.

    2. Konsumsi makanan kaya nutrisi saat sahur dan berbuka

    Selain kecukupan air minum, menjaga asupan nutrisi juga penting untuk menjaga sistem imun tetap berfungsi dengan baik.

    Oleh karena itu, penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama berpuasa, yakni saat sahur dan berbuka.

    Dokter Yovita menyarankan, agar perbanyak konsumsi makanan alami dengan proses yang sederhana.

    Makanan tinggi protein seperti ikan, ayam, kacang-kacangan juga baik dikonsumsi untuk mendukung regenerasi sel-sel tubuh.

    Selain itu, cukupi kebutuhan serat dengan konsumsi sayur mayur serta memilih asupan karbohidrat kompleks agar bisa kenyang dan memiliki energi yang tahan lama.

    Sebagai tambahan saran, Anda dapat memilih lemak tak jenuh seperti minyak zaitun, alpukat, dan mengurangi daging merah.

    3. Hindari menu pantangan

    Saat berbuka ataupun saur, menghindari makanan yang menjadi pantangan wajib dilakukan.

    Secara umum, penyintas autoimun sebaiknya menghindari makanan yang dapat memicu proses radang, yaitu makanan yang tinggi lemak, tinggi gula dan tinggi garam. 

    Penyintas autoimun juga sebaiknya menghindari makanan yang diproses berlebihan, makanan olahan, makanan dengan pengawet, dan pewarna.

    4. Minum obat teratur

    Apabila masih ada obat-obatan yang diberikan oleh dokter untuk dikonsumsi secara rutin, sebaiknya konsultasikan hal ini dengan dokter sehingga dapat dilakukan penyesuaian. 

    Jangan menghentikan atau mengurangi sendiri obat-obatan rutin yang diberikan oleh dokter agar tidak terjadi putus obat atau kekambuhan.

    5. Kelola stres dan jaga pola tidur

    Manajemen stres yang baik serta istirahat cukup juga penting bagi penyintas autoimun.

    Tidurlah yang cukup agar tubuh tetap bugar dan hindari melakukan aktivitas berat.

    Sebagai saran, Kamu bisa melakukan olahraga ringan sesuai kondisi tubuh masing-masing, melakukan kegiatan yang menenangkan untuk menghindari stress agar tidak memicu flare.

    6. Pantau gejala dan kondisi tubuh sendiri

    Segera konsultasikan ke dokter apabila saat berpuasa terdapat beberapa gejala seperti pusing, sakit kepala, kelelahan ekstrim, mual, nyeri atau tanda-tanda flare.

    Meski beberapa penyintas autoimun boleh berpuasa, namun hal ini tidak dapat dipaksakan bagi beberapa kasus.

    Segera konsultasikan kembali dengan dokter Anda apabila ada gejala mencurigakan timbul selama berpuasa.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau Whatsapp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya.

  • Pakar gizi sarankan tak konsumsi ubi untuk berbuka puasa

    Pakar gizi sarankan tak konsumsi ubi untuk berbuka puasa

    mengawali berbuka puasa dengan cairan karena tenggorokan yang sedang kering itu sangat membutuhkan hidrasi

    Jakarta (ANTARA) – Pakar gizi klinik menyarankan agar tidak mengonsumsi ubi untuk berbuka puasa karena mengandung gas yang bisa menimbulkan rasa begah di perut terutama bagi penderita maag.

    “Makanan yang dihindari (saat berbuka puasa) seperti tinggi lemak, makanan yang bisa menghasilkan banyak gas setelah disantap seperti ubi pada orang-orang tertentu bisa menyebabkan perutnya tidak nyaman, juga sawi, kol,” ujar dr. Ida Gunawan saat dihubungi di Jakarta, Minggu.

    Ida yang aktif di Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) DKI Jakarta juga menyebut buah-buahan atau makanan yang asam seperti kedondong, lalu minuman mengandung soda dan kafein seperti kopi dan teh sebaiknya juga dihindari untuk berbuka.

    Ini karena makanan serta minuman tersebut khususnya bagi penderita asam lambung dapat mengiritasi lambung dan meningkatkan kadar asam lambung.

    “Hindari makanan yang bisa merangsang pengeluaran asam lambung yang masuk ke dalam kelompok tinggi kafein seperti kopi, teh pekat, soda dan sebagainya, lalu sari buah citrus, produk susu tinggi lemak harus betul-betul dibatasi terutama pada mereka yang punya intoleransi terhadap laktosa,” jelas Ida.

    Dia menyarankan para Muslim mengawali berbuka puasa dengan cairan karena tenggorokan yang sedang kering itu sangat membutuhkan hidrasi.

    Kalaupun setelah minum, ingin menyantap gorengan, maka tak lebih dari satu porsi atau satu potong. Makanan yang digoreng banyak mengandung lemak trans yang tak bagus bagi kesehatan tubuh.

    Kementerian Kesehatan menyatakan konsumsi lemak trans secara signifikan dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan berkontribusi terhadap sekitar 500.000 kematian akibat penyakit jantung koroner secara global setiap tahunnya.

    Selain kiat memilih makanan saat berbuka puasa, Ida juga memberikan strategi memilih hidangan sahur. Dia mengingatkan hidangan sahur, harus selalu mengikuti gizi seimbang.

    “Yaitu cukupi karbohidrat sesuai dengan porsi yang dianjurkan. Dari satu piring makan maka setengah piring diisi sayur dan buah, seperempatnya diisi dengan karbohidratnya, lalu seperempat sisanya dengan protein hewani dan nabati,” jelas dia.

    Ida menambahkan para Muslim juga harus mencukupi hidrasi minimal delapan gelas yang bisa dipenuhi saat sahur dan berbuka puasa.

    “Karena kebutuhan cairan sangat penting supaya puasa bisa bertahan dan tubuh tetap punya energi selama berpuasa,” ucap dr. Ida yang berpraktik di RS Pondok Indah – Puri Indah itu.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025