Pulau Pramuka, Beritasatu.com – Sebagai bentuk kontribusi terhadap peningkatan kualitas kesehatan mata anak usia sekolah, Astra bersama Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Wilayah Jakarta menggelar skrining pada 500 siswa SMP di 5 sekolah di Jakarta. Salah satu lokasi yang disambangi adalah SMPN 133 Jakarta yang berada di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Lewat program Pemeriksaan Gangguan Refraksi Mata dan Pemberian Kacamata, inisiatif ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk mengatasi masalah kesehatan mata yang kerap terjadi pada anak-anak.
Kepala Seksi P2P Suku Dinas Kesehatan Kepulauan Seribu Wenny Ichwaniah menyambut baik kegiatan ini. Ia menyoroti tantangan akses pelayanan spesialis mata di Kepulauan Seribu, di mana masyarakat harus menempuh perjalanan laut dan biaya besar untuk mendapatkan pemeriksaan.
“Memang saat ini di wilayah Kepulauan Seribu untuk pelayanan spesialis mata tidak ada. Kami berharap, ke depannya kegiatan ini bisa terus kita lakukan bersama-sama, kita bisa bermitra, sehingga teman-teman atau adik-adik kita mendapatkan pelayanan kesehatan mata secara maksimal,” ujar Wenny.
Senada, Perwakilan Suku Dinas Pendidikan Kepulauan Seribu Mutiarso juga menyampaikan apresiasi atas program ini.
“Kami sangat berterima kasih atas kehadiran, kontribusi dan perhatian dari Bapak-Ibu, baik dari Astra maupun dari Perdami, bahwa memang anak-anak kami sangat butuh sentuhan dan perhatian dari semua,” ujar Mutiarso.
Ia juga menambahkan bahwa selain pemeriksaan mata, kebutuhan akan psikolog dan spesialis anak juga menjadi prioritas di Pulau Pramuka, mengingat keterbatasan lokasi pulau yang dapat mempengaruhi psikologis anak dan memicu masalah seperti bullying.
Program Pemeriksaan Gangguan Refraksi Mata dan Pemberian Kacamata oleh Astra dan Perdami. (Beritasatu.com/Yurike Metriani)
Ketua Perdami Wilayah Jakarta Julie Dewi Barliana menjelaskan bahwa SMPN 133 menjadi sekolah kelima dan terakhir yang menjadi target skrining 500 anak dari lima wilayah Jakarta.
“Kami berharap anak-anak yang nanti kita skrining yakni anak-anak yang hidup di pulau yang lebih banyak main di luar, angka kejadian anak-anak dengan masalah mata ini rendah,” ujarnya.
Skrining mata rutin ini, lanjut Julie, merupakan program kolaborasi Perdami Wilayah Jakarta dengan Seksi Penanggulangan Gangguan Refraksi (SPGR) Perdami Pusat, didukung penuh oleh Astra.
“Saya berharap program ini dapat terus berkesinambungan, karena anak-anak seringkali tidak menyadari adanya masalah penglihatan, yang dapat mempengaruhi proses belajar dan prestasi sekolah mereka,” pungkasnya.
Kampung Berseri Astra, Komitmen Astra untuk Indonesia yang Lebih Baik
Head of Communications Management System & Partnership Astra Elmerillia Lonna mengungkapkan bahwa Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Pramuka, terasa seperti “Pulang Kampung” bagi Astra. Hal ini karena program Kampung Berseri Astra (KBA) telah berjalan lebih dari 10 tahun di pulau ini.
“Kembali ke sini untuk program pemeriksaan refraksi dan pemberian kacamata. Program ini juga sebenarnya adalah program yang kami sudah jalankan sebelumnya di tahun 2014 sampai 2017 dengan melakukan pemeriksaan mata gratis waktu itu di daerah 3T,” jelas Elmerillia.
Kampung Berseri Astra, lanjutnya, adalah salah satu dari komitmen Astra untuk membantu Indonesia lebih baik. Saat ini, terdapat lebih dari 1.400 Kampung Berseri Astra dan Desa Sejahtera yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Kami berharap melalui program ini pastinya bisa membantu anak-anak, tidak hanya memberikan pemeriksaan mata gratis, tapi juga memberikan pembekalan untuk anak-anak,” ujarnya.
Sosok Inspiratif Penggiat Kampung Berseri Astra Pulau Pramuka
Di balik keberhasilan program-program di Pulau Pramuka, ada sosok inspiratif seperti Mahariah, seorang warga asli yang berbekal semangat untuk menyelamatkan pulau dari tumpukan sampah. Ketekunannya dalam memerangi masalah sampah membuat Mahariah dipercaya Astra menjadi tokoh penggerak Kampung Berseri Astra (KBA).
Inovasi pengelolaan sampah di Pulau Pramuka mencakup pengembangan bank sampah induk yang membawahi 24 bank sampah unit di 11 pulau. Mahariah juga mengatasi persoalan sampah kiriman yang tidak dapat dijual seperti plastik hancur melalui pirolisis. Program ini bahkan terintegrasi dengan nelayan melalui inisiatif “3 banding 1”.
“Setiap 3 kilogram sampah plastik yang diambil dari laut, nelayan mendapatkan 1 liter BBM hasil pirolisis,” ujar Mahariah.
Inovasi pengelolaan sampah di Pulau Pramuka mencakup pengembangan bank sampah induk. (Beritasatu.com/Yurike Metriani)
Inovasi lain yang dikembangkannya adalah ekowisata konservasi. Salah satunya yakni menjadikan workshop penanaman terumbu karang sebagai paket wisata.
“Jadi kita ingin mengajak wisatawan, dia berbahagia dengan wisata, tapi juga bisa ikut merehabilitasi,” imbuhnya.
Konsep ini memungkinkan pengunjung tidak hanya menikmati keindahan alam tetapi juga berkontribusi pada pelestarian.