Produk: gula darah

  • Gatal-gatal Nggak Sembuh? Mungkin Bukan Penyakit Kulit tapi Kena Diabetes

    Gatal-gatal Nggak Sembuh? Mungkin Bukan Penyakit Kulit tapi Kena Diabetes

    Jakarta

    Diabetes merupakan penyakit silent killer yang seringkali tidak menunjukkan gejala awal. Namun, dalam beberapa kasus, diabetes mungkin saja menimbulkan gejala gatal-gatal.

    Spesialis penyakit dalam dr Dicky Lavenus Tahapary, SpPD-KEMD, PhD, FINASIM mengungkapkan gejala diabetes baru muncul dengan dua syarat, pertama adalah gula darahnya sudah sangat tinggi. Pada kondisi ini, biasanya baru muncul gejala seperti mudah haus, mudah lapar, sering buang air kecil, hingga gatal-gatal.

    Lalu syarat kedua adalah ketika sudah muncul komplikasi. Misalnya kaki kesemutan, sulit ereksi pada laki-laki, hingga serangan jantung.

    “Makanya kita perlu edukasi, supaya jangan nunggu gejala. Jadi lakukan deteksi dini. Masalahnya, kalau dia gulanya nggak terlalu tinggi, kan nggak terlalu banyak keluhan,” ujar dr Dicky ketika ditemui di acara #Hands4Diabetes di Jakarta Selatan, Minggu (16/11/2025).

    “Termasuk gatal-gatal tadi di kulit itu bisa. Cuma nggak terlalu khas untuk diabetes, tapi bisa. Kadang luka susah sembuh di kaki, tapi lagi-lagi, munculnya kalau gula (darah) sudah cukup tinggi,” sambungnya.

    dr Dicky mengungkapkan pada wanita masalah ini juga menimbulkan gejala khusus, misalnya haid menjadi tidak teratur, Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), hingga kesulitan memiliki anak.

    Oleh karena itu, dr Dicky menekankan pentingnya pemeriksaan dini. Sebelum muncul gejala, ada baiknya kadar gula darah bisa diperiksa secara rutin.

    “Makanya penginnya deteksi dini dengan cek gula darah, karena memang belum bisa ketahuan kalau nggak dicek gulanya darahnya. Kalau mau lebih awal lagi cek insulinnya juga, cuma kan masih mahal ya, belum bisa jadi kebijakan,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Studi Temukan Makin Banyak Orang Kena Penyakit Gagal Ginjal, Ini Biang Keroknya

    Studi Temukan Makin Banyak Orang Kena Penyakit Gagal Ginjal, Ini Biang Keroknya

    Jakarta

    Sebuah studi global terbaru menunjukkan peningkatan signifikan pada kasus penyakit ginjal kronis (PGK) atau gagal ginjal, kondisi ketika ginjal secara bertahap kehilangan kemampuan untuk menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah.

    Untuk pertama kalinya, PGK kini menjadi 10 penyebab utama kematian di seluruh dunia, menduduki peringkat kesembilan.

    Data yang dipimpin oleh peneliti dari NYU Langone Health, University of Glasgow, dan IHME University of Washington ini mengungkapkan:

    Kasus PGK global melonjak dari 378 juta orang pada tahun 1990 menjadi 788 juta orang pada tahun 2023, seiring dengan pertumbuhan dan penuaan populasi dunia.

    “Pekerjaan kami menunjukkan bahwa Penyakit Ginjal Kronis adalah penyakit yang umum, mematikan, dan semakin memburuk sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama,” kata Dr Josef Coresh, salah satu penulis senior studi dari NYU Langone.

    Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronis

    Laporan baru yang diterbitkan di jurnal The Lancet ini adalah perkiraan paling komprehensif mengenai PGK dalam hampir satu dekade. Selain membunuh secara langsung, penelitian ini menemukan PGK memiliki dampak ganda:

    Risiko Penyakit Jantung: Gangguan fungsi ginjal adalah faktor risiko utama penyakit jantung, berkontribusi pada sekitar 12 persen kematian kardiovaskular global.

    Kualitas Hidup: Pada tahun 2023, PGK adalah penyebab ke-12 terbesar dari penurunan kualitas hidup akibat disabilitas.

    Tiga faktor risiko terbesar untuk gagal ginjal adalah: gula darah tinggi (Diabetes), tekanan darah tinggi (Hipertensi), dan indeks massa tubuh tinggi (Obesitas).

    Sebagian besar pasien PGK dalam studi ini berada pada tahap awal penyakit. Ini adalah kabar penting, karena pengobatan cepat dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup dapat mencegah kebutuhan akan intervensi dramatis dan mahal seperti dialisis dan transplantasi ginjal.

    Namun, Dr. Morgan Grams, salah satu penulis utama, menekankan bahwa penyakit gagal ginjal saat ini kurang terdiagnosis dan kurang terobati.

    “Laporan kami menggarisbawahi perlunya lebih banyak tes urine untuk mendeteksinya lebih awal dan perlunya memastikan pasien mampu membayar dan mengakses terapi setelah mereka didiagnosis,” ujar Dr. Grams.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Setengah Juta Warga di Singapura Kena Penyakit Ginjal “
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Waspada Gula Darah Anjlok, Dapatkan Penanganan 24 Jam Mayapada Hospital

    Waspada Gula Darah Anjlok, Dapatkan Penanganan 24 Jam Mayapada Hospital

    Jakarta

    Banyak yang mengira diabetes hanya berbahaya saat gula darah tinggi. Padahal, kadar gula yang terlalu rendah (hipoglikemia) juga bisa menjadi kondisi gawat darurat yang tidak bisa ditangani di rumah.

    “Hipoglikemia terjadi saat kadar gula darah turun di bawah 70 mg/dL. Kondisi ini lebih berisiko dialami penderita diabetes yang menggunakan insulin atau obat penurun gula tertentu, terutama jika dosis tidak tepat, makan terlambat, atau aktivitas fisik terlalu berat. Faktor lain seperti konsumsi alkohol juga dapat memicu hipoglikemia,” papar Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Herry Nursetiyanto, Sp.PD-KEMD, FINASIM dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/11/2025).

    Hipoglikemia kondisi ini bisa terjadi kapan saja dengan gejala meliputi lemas, gemetar, keringat dingin, jantung berdebar, pusing, bicara pelo, penglihatan kabur. Jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kejang, kehilangan kesadaran, kerusakan otak, hingga kematian. Oleh karena itu, hipoglikemia dianggap sebagai kondisi medis darurat, terutama bila penderita tidak mampu mengenali atau merespons gejala awal.

    “Hipoglikemia tidak bisa ditangani hanya dengan menunggu, terutama jika penderita tidak sadar. Pertolongan pertama bisa dilakukan dengan memberikan glukosa oral (seperti permen manis atau jus) pada gejala ringan, tapi bila tidak membaik, segera cari bantuan medis,” papar Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr. Haryadi Wijaya, SpPD, FINASIM.

    Pentingnya Penanganan Cepat & Tepat

    Kondisi hipoglikemia memerlukan penanganan cepat dan tepat. Salah satunya melalui layanan Emergency 24 jam Mayapada Hospital Jakarta Selatan. Layanan ini berstandar internasional didukung dokter spesialis penyakit dalam yang siaga, standby, dan berada di rumah sakit selama 24 jam.

    Layanan ini juga didukung oleh dokter spesialis anestesi yang standby untuk menangani kasus tindakan bedah atau perawatan intensif.

    “Kondisi gawat darurat dapat berkembang sangat cepat dan membutuhkan respons medis yang tepat waktu dan terkoordinasi. Oleh karena itu, tim dokter spesialis dan subspesialis kami siaga 24 jam, baik di layanan poliklinik pukul 08.00 WIB hingga 21.00 WIB, dan pada malam hari dari pukul 20.00 WIB hingga 08.00 WIB, untuk memberikan penanganan tepat tanpa jeda waktu,” jelas Hospital Director Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Fiktorius Kuludong, MM.

    “Seluruh layanan emergency Mayapada Hospital Jakarta Selatan juga telah berstandar internasional mengacu pada akreditasi Joint Commission International (JCI). Selain itu, kami selalu memastikan keselamatan pasien (patient safety) dan kenyamanan pasien (patient experience), didukung fasilitas yang lengkap, serta mengedepankan pendekatan yang berpusat pada pasien (patient-centered care),” tambahnya.

    dr. Fiktor mengungkapkan langkah pencegahan diabetes juga dapat dimulai dengan pemeriksaan gula darah GRATIS di Sugar Clinic Mayapada Hospital Jakarta Selatan. Layanan ini menyediakan layanan skrining risiko prediabetes/diabetes dengan AI, pemeriksaan gula darah, konsultasi dengan Dokter, manajemen diabetes yang komprehensif untuk menjaga metabolisme sehat.

    Informasi layanan kesehatan Mayapada Hospital dapat dibaca dalam fitur Health Articles & Tips di MyCare. Ada pula fitur Personal Health yang terhubung dengan Google Fit atau Health Access untuk menghitung jumlah langkah kaki, jumlah kalori terbakar, detak jantung, dan BMI.

    Unduh aplikasi MyCare sekarang, dan kumpulkan reward point untuk potongan harga layanan di seluruh unit Mayapada Hospital. Hubungi call center 150990 atau gunakan fitur emergency call di aplikasi MyCare Mayapada Hospital untuk menggunakan layanan Mayapada Hospital.

    (prf/ega)

  • Dokter Ungkap Cara Aman Olahraga bagi Pasien Penyakit Metabolik

    Dokter Ungkap Cara Aman Olahraga bagi Pasien Penyakit Metabolik

    Jakarta

    Di era modern saat ini, penyakit metabolik seperti diabetes, obesitas, hipertensi, dan kolesterol tinggi (dislipidemia) semakin sering ditemui. Hal ini biasanya disebabkan gaya hidup tidak aktif (sedentary lifestyle) seperti kurang aktivitas fisik, kebiasaan duduk terlalu lama, dan pola makan instan. Alhasil, kualitas hidup dan produktivitas menurun hingga berujung komplikasi serius pada jantung dan organ vital lain.

    Untuk mencegah hal ini, dokter Mayapada Hospital Bandung dr. Alvin Wiharja, Sp.KO, M.M.R.S mengatakan olahraga bisa menjadi obat yang paling efektif, bila dilakukan dengan baik, benar, terukur, dan teratur pada kondisi medis. Olahraga juga mampu mengendalikan penyakit metabolik, membantu menurunkan berat badan, mengontrol kadar gula darah, menstabilkan tekanan darah, serta meningkatkan metabolisme tubuh secara keseluruhan.

    “Setiap pasien penyakit metabolik dapat melakukan olahraga yang aman dengan terlebih dahulu menjalani pemeriksaan komprehensif, meliputi kapasitas jantung, kondisi otot, toleransi aktivitas, tes laboratorium, dan analisis komposisi tubuh. Hasil pemeriksaan ini membantu dokter menyusun program latihan yang sesuai, sehingga pasien dapat beraktivitas dengan lebih aman dan percaya diri,” kata dr. Alvin dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/11/2025).

    Sementara itu, dr. Shiela Stefani, M.Gizi, SpGK, AIFO-K, FINEM menyampaikan program olahraga bagi pasien metabolik tidak terlepas dari aspek nutrisi.

    “Olahraga memang penting, tetapi harus diimbangi dengan pola makan yang tepat. Panduan gizi yang disesuaikan dengan kondisi medis dan aktivitas fisik membantu pasien memperoleh manfaat optimal dari latihan. Dengan kombinasi nutrisi dan olahraga yang seimbang, risiko komplikasi dapat ditekan dan kualitas hidup pasien pun meningkat,” jelasnya.

    Meski begitu, banyak pasien metabolik yang masih ragu untuk berolahraga karena khawatir kondisinya memburuk. Menanggapi hal ini, Hospital Director Mayapada Hospital Bandung dr. Irwan Susanto Hermawan, MM menjelaskan pentingnya pendampingan yang tepat bagi pasien dengan penyakit metabolik.

    “Mayapada Hospital Bandung terus menjawab tantangan gaya hidup modern dan tuntutan produktivitas tinggi yang berpengaruh pada kesehatan dan kebugaran. Kami menghadirkan layanan Sports Injury Treatment and Performance Center (SITPEC) dengan Medical Fitness Program untuk memberikan pendampingan menyeluruh dan personal, bagi penderita penyakit metabolik agar tetap bisa berolahraga secara aman dan terarah. Kami percaya, hidup sehat adalah kunci kebahagiaan, kesejahteraan, dan kualitas hidup yang lebih baik,” jelasnya.

    Sebagai layanan komprehensif dan terintegrasi, SITPEC Mayapada Hospital Bandung melibatkan dokter spesialis kedokteran olahraga, ortopedi dan traumatologi, kedokteran fisik dan rehabilitasi, gizi klinik, jantung dan pembuluh darah, penyakit dalam, serta fisioterapis olahraga. Layanan ini juga dilengkapi fasilitas yang meliputi gym, pemeriksaan VO₂ Max, dan analisis komposisi tubuh untuk membantu menyusun program latihan sesuai kondisi dan kebutuhan pasien.

    Masyarakat di Bandung dan sekitarnya dapat mengakses layanan Sports Injury Treatment & Performance Center (SITPEC) Mayapada Hospital Bandung untuk kebutuhan kebugaran, penanganan cedera, maupun pemulihan pasca-cedera. Layanan ini juga tersedia di unit Mayapada Hospital Jakarta (Lebak Bulus dan Kuningan) serta Tangerang. Informasi lebih lanjut mengenai layanan ini dapat diperoleh melalui aplikasi MyCare atau call center 150770.

    Berbagai informasi kesehatan lainnya pun dapat diperoleh melalui aplikasi MyCare dalam fitur Health Articles & Tips. Aplikasi ini juga memiliki fitur Personal Health yang membantu memantau aktivitas kebugaran, seperti detak jantung, langkah harian, kalori terbakar, dan BMI.

    (prf/ega)

  • Benarkah Wanita Lebih Rentan Kena Diabetes?

    Benarkah Wanita Lebih Rentan Kena Diabetes?

    Jakarta

    Diabetes diidap oleh jutaan perempuan di dunia. Deteksi dini dan manajemen yang konsisten sangatlah penting untuk perempuan dalam mengelola diabetes.

    Menurut Spesialis Endokrin di rumah sakit Nanavati Max Super Speciality di Mumbai, dr Girish Parmar, perempuan menghadapi tantangan unik, seperti perubahan hormon, risiko terkait kehamilan, kaitan dengan PCOS, dan risiko masalah jantung yang tinggi jika gula darah tidak terkontrol. Bagaimana diabetes memengaruhi perempuan?

    Wanita Lebih Rentan Terkena Diabetes Tipe 2?

    Dikutip dari laman Times of India, diabetes memengaruhi perempuan dengan cara yang berbeda dibandingkan laki-laki. Meski perempuan tidak lebih mungkin terkena diabetes dibandingkan laki-laki, dampaknya lebih parah.

    Diabetes akan meniadakan perlindungan alami terhadap penyakit jantung pada perempuan pramenopause, sehingga mereka bisa berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung, stroke, penyakit mata, dan masalah ginjal.

    Pada kenyataannya, di banyak wilayah, perempuan mendapat perawatan yang kurang intensif, memiliki akses yang lebih sedikit ke perawatan tepat waktu atau memiliki tanggung jawab keluarga sehingga menunda pengobatan.

    Kehamilan juga merupakan faktor risiko utama. Diabetes gestasional tidak hanya berisiko besar bagi ibu dan bayi, tapi juga menimbulkan risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 bagi ibu d kemudian hari.

    Diabetes yang Tidak Boleh Diabaikan Wanita

    Sebab perempuan menghadapi komplikasi yag lebih parah, maka skrining secara proaktif harus dilakukan, terutama selama dan setelah kehamilan. Gula darah tinggi selama kehamilan berkorelasi dengan tekanan darah tinggi, preeklamsia, bayi besar atau kecik, serta masakah yang berkaita dengan bayi baru lahir.

    Secara umum, banyak perempuan yang cenderung menunda mengenali gejala dan mendapatkan perawatan. Perempuan perlu menyadari bahwa kesulitan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin kaena kesibukan di rumah dan pekerjaan sudah merupakan tanda bahaya. Risiko komplikasi pada jantung dan mata juga lebih tinggi pada perempuan, sehingga pemeriksaan dini dan pemantauan berkala sangat penting dilakukan meski merasa baik-baik saja.

    Bagaimana Wanita Pengidap Diabetes Menjaga Kehamilan dengan Aman?

    Berikut cara pengidap diabetes menjaga kehamilan dengan aman baik sebelum, saat, dan setelah melahirkan,

    Sebelum Kehamilan

    Jika mengidap diabetes, rencanakan kehamilan terlebih dahulu. Masuki masa kehamilan dengan kontrol gula darah dan diet yang ketat dan rutinitas yang berorientasi pada aktivitas.

    Selama Kehamilan

    Pemeriksaan gula darah secara teratur dan pengobatan yang tepat waktu mengurangi risiko tekanan darah tinggi, persalinan yang sulit, atau masalah gula darah. Gula darah ibu berdampak langsung pada komplikasi anak. Oleh karena itu, kontrol yang lebih baik berarti hasil yang lebih aman.

    Setelah Melahirkan

    Jangan abaikan perawatan setelah kehamilan. Perempuan dengan diabetes gestasional berisiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari. Perubahan gaya hidup, seperti pola makan, aktivitas, dan menghindari kebiasaan sedentary bisa menunda atau mencegah diabetes.

    Bagaimana Wanita Pekerja Bisa Mengelola Diabetes di Tengah Jadwal yang Padat?

    Aktivitas fisik singkat dan teratur lebih mudah disisipkan ke dalam hari kerja dibandingkan dengan rencana olahraga besar yang sering gagal dijalankan. Konsistensi bisa membantu mencegah perkembangan diabetes pada perempuan yang berisiko terkena penyakit ini.

    Pilih makanan siap saji yang seimbang dan rencanakan menu makan sebelumnya. Strategi diet yang kecil dan berkelanjutan lebih baik dibandingkan rencana malam ketat yang gagal karena tekanan.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/suc)

  • Keturunan vs Gaya Hidup: Mana yang Lebih Menentukan Risiko Diabetes?

    Keturunan vs Gaya Hidup: Mana yang Lebih Menentukan Risiko Diabetes?

    Jakarta

    “Kalau orang tua saya kena diabetes, berarti saya pasti kena juga dong?” Pertanyaan ini sering muncul dan membuat banyak orang pasrah terhadap nasib kesehatannya. Tetapi apakah genetik benar-benar menentukan segalanya?

    Memang, faktor keturunan berperan. Penelitian menunjukkan bahwa risiko diabetes tipe 2 teramati lebih tinggi pada mereka yang memiliki riwayat keturunan diabetes. Salah satunya, sebuah studi pada jurnal Diabetes menunjukkan risiko terkena diabetes tipe 2 meningkat hingga tiga kali lipat jika memiliki salah satu orang tua yang menderita diabetes; dan bahkan bila keduanya diabetes, risikonya bisa naik sampai enam kali lebih tinggi.

    Namun, genetik bukan vonis, karena faktor gaya hidup punya kekuatan besar untuk ‘mematikan’ potensi itu. Data menunjukkan mayoritas kasus diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan pola hidup sehat.

    Faktanya, lebih dari 90% kasus diabetes tipe 2 berpotensi dicegah dengan menjalankan pola makan sehat, rutin berolahraga minimal 30 menit per hari, menjaga berat badan dalam kisaran normal, serta menghindari rokok.

    Penelitian yang melibatkan lebih dari 550.000 orang di Asia menemukan bahwa mereka yang punya risiko genetik tinggi tapi menjalankan gaya hidup sehat-aktif bergerak, menjaga berat badan, tidak merokok, dan menjalankan pola makan sehat teramati memiliki kemungkinan terkena diabetes tipe 2 sebesar 57% lebih rendah apabila dibandingkan dengan yang menjalankan gaya hidup tidak sehat.

    Sebaliknya, apapun faktor risiko genetik atau riwayat keturunan yang dimiliki, mereka yang menjalani hidup pasif atau sedenter, makan sembarangan, dan kelebihan berat badan tetap berisiko lebih tinggi terkena diabetes.

    Artinya, gen boleh diwariskan, tapi kebiasaan bisa dipilih. Dan pilihan itulah yang menentukan arah hidup kita.

    Jadi, daripada khawatir pada faktor keturunan, lebih baik mulai memperbaiki pola makan dan aktivitas harian. Kurangi asupan manis berlebih, lebih sering bergerak, dan jaga berat badan ideal.

    Langkah kecil bisa berdampak besar – seperti mengganti gula pasir dengan Tropicana Slim Sweetener Diabtx, gula nol kalori yang aman untuk gula darah, dengan mineral alami kromium yang berperan membantu kerja hormon insulin untuk mendukung kontrol gula darah. Ingat, kita mungkin tidak bisa mengubah gen kita, tapi kita bisa mengubah cara kita hidup.

    (prf/ega)

  • Lagi Tren Sarapan Rebus-rebusan dan Kukusan, Benarkah Lebih Sehat? Cek Faktanya di Sini

    Lagi Tren Sarapan Rebus-rebusan dan Kukusan, Benarkah Lebih Sehat? Cek Faktanya di Sini

    Jakarta

    Jika biasanya nasi uduk dan lontong sayur mendominasi menu sarapan para pekerja kantoran, belakangan muncul tren baru. Sarapan rebus-rebusan dan kukusan makin diminati, dan disebut lebih sehat.

    Tren ini bisa teramati di beberapa stasiun Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line yang menjadi persinggahan para pekerja yang hendak berangkat ke kantor di pusat kota Jakarta. Tak sulit menemukan booth atau lapak yang menjual ubi, jagung manis, hingga kacang-kacangan yang diolah dengan simpel yakni direbus ataupun dikukus.

    Beberapa menu yang mudah ditemukan, berikut kandungan gizinya, antara lain:

    1. Ubi kuning

    Ubi kuning memiliki serat yang cukup tinggi, membantu menjaga kenyang cukup lama tanpa menimbulkan lonjakan gula darah terlalu cepat. Ubi kuning punya rasa manis alami dan tekstur lembut yang bikin nyaman di perut.

    Berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) tahun 2017, ubi jalar kuning kukus mengandung sekitar 100 kkal energi, 0,7 gram protein, 0,3 gram lemak, dan 23,8 gram karbohidrat per 100 gram. Warna kuning-oranyenya menandakan kandungan beta-karoten yang berperan sebagai antioksidan pendukung kesehatan kulit dan daya tahan tubuh.

    2. Pisang Kepok

    Pisang kepok kukus punya rasa manis yang lembut dan tekstur yang padat. Per 100 gram pisang kepok mengandung 120 kkal energi, 1,2 gram protein, 0,3 gram lemak, dan 28 gram karbohidrat.

    Kandungan kalium di dalamnya juga mendukung keseimbangan cairan tubuh dan kerja otot, termasuk otot jantung.

    3. Singkong

    Singkong dikenal sebagai sumber karbohidrat kompleks dengan serat larut. Singkong kukus cocok untuk yang butuh sarapan murah dan mengenyangkan.

    Singkong kukus mengandung 153 kkal energi, 1,2 gram protein, 0,3 gram lemak, dan 36,4 gram karbohidrat per 100 gram.

    4. Labu kuning

    Labu kuning memberi rasa manis yang lembut serta warna cerah yang menggugah selera. Ini termasuk makanan rendah kalori yang kaya serat dan beta-karoten (antioksidan pendukung kesehatan mata dan kulit).

    Labu kuning mengandung kurang lebih 122 kkal energi, 1,2 gram protein, 0,3 gram lemak, dan 4,6 gram karbohidrat per 100 gram.

    5. Jagung manis

    Jagung manis memberi keseimbangan antara rasa dan energi. Kandungan karbohidratnya cukup untuk memompa tenaga, tanpa terlalu berat. Jagung mengandung sekitar 154 kkal energi, 3,8 gram protein, 3,5 gram lemak, dan 28,4 gram karbohidrat per 100 gram. Jagung juga mengandung vitamin B kompleks yang berperan dalam produksi energi dan fungsi saraf. Kandungan lutein dan zeaxanthin dalam jagung berkontribusi terhadap kesehatan mata.

    6. Kacang tanah

    Kacang tanah kukus menawarkan rasa gurih alami dan merupakan sumber lemak sehat dan protein. Ini membantu menahan lapar lebih lama karena pencernaannya cenderung lebih lambat.

    Kacang tanah kukus mengandung 220 kkal energi, 10,6 gram protein, 18 gram lemak, dan 8 gram karbohidrat per 100 gram.

    7. Edamame

    Edamame adalah kacang kedelai muda yang mengandung protein nabati yang tinggi. Selain itu, edamame kaya isoflavone, antioksidan yang mendukung regulasi hormon dan keseimbangan metabolisme.

    Edamame mengandung sekitar 189 kkal energi, 20,2 gram protein, 8,2 gram lemak, dan 12,7 gram karbohidrat per 100 gram. Edamame cocok untuk membantu daya fokus dan stabilitas gula darah di pagi hari.

    8. Telur

    Telur membuat menu kukusan jadi lebih seimbang. Mudah dicerna, tetapi tetap memberikan protein berkualitas tinggi yang membantu menjaga rasa kenyang.

    Berdasarkan TKPI, telur ayam mengandung sekitar 70 kkal energi, 7 gram protein, 5 gram lemak, dan 0,7 gram karbohidrat per 100 gram.

    Kenapa Tren Sarapan Rebus-rebusan dan Kukusan Diminati?

    Dalam bentuk potongan-potongan kecil, menu sarapan rebus-rebusan dan kukusan terasa ringan, tetapi tetap membuat bertenaga. Banyak yang merasa tubuh lebih fokus saat bekerja jika tidak memulai hari dengan makanan berminyak atau berbumbu berat.

    Menu kukusan ini menjadi opsi yang menarik karena dapat membantu menjaga energi tetap stabil hingga menjelang siang tanpa memicu rasa mengantuk atau begah karena adanya kandungan serat yang tinggi di dalamnya. Pola sarapan seperti ini sesuai dengan kebutuhan energi untuk memulai pekerjaan di pagi hari dan butuh makanan yang praktis untuk dikonsumsi sebelum perjalanan atau sesampainya di tempat kerja.

    Tren sarapan rebus-rebusan dan kukusan di kalangan Gen-Z. Foto: Sarah Octaviani Alam/detikHealth

    Praktis dan Mudah Ditemukan

    Karena lagi tren, menu rebus-rebusan dan kukusan mudah sekali ditemukan di berbagai tempat. Penjual kukusan yang banyak ditemui di sekitar stasiun umumnya anak muda dengan booth sederhana yang rapi dan mudah dikenali. Mereka menjual dalam waktu yang sangat tepat yaitu pagi hari, sebelum jam masuk kantor. Sistem jualnya cepat, tinggal pilih beberapa item, bayar, bawa, dan bisa langsung dimakan sambil berjalan atau saat menunggu kereta.

    Harga yang fleksibel membuat pembeli tidak merasa terbebani. Cukup ambil tiga sampai empat jenis kukusan, sudah bisa jadi sarapan yang memenuhi kebutuhan gizi di pagi hari. Sarapan yang praktis jadi nilai tambah dan solusi yang sangat baik bagi agar tetap sarapan. Tidak perlu duduk lama, tidak ribet, dan tidak berisiko menunda perjalanan ke kantor.

    Lebih Sehat Dibanding Goreng-gorengan

    Dibanding goreng-gorengan, baik rebus-rebusan maupun kukusan secara umum memang lebih sehat karena diolah tanpa minyak tambahan. Teksturnya lembut dan mudah dicerna, sehingga cocok untuk lambung yang baru aktif setelah bangun tidur. Banyak pembeli mengatakan bahwa sarapan kukusan membuat perut terasa nyaman dan kenyang lebih lama. Ini membantu menjaga energi tetap stabil sampai mendekati waktu makan siang, serta tidak ada lonjakan gula darah yang mendadak. Sarapan juga tidak membuat tubuh terasa lemas atau mengantuk.

    Untuk beberapa jenis makanan, kukusan dapat mempertahankan kandungan vitamin yang larut air seperti vitamin B dan C yang mudah hilang saat dimasak dengan air maupun minyak.

    Komposisi Juga Menentukan

    Namun demikian, beralih ke menu rebus-rebusan dan kukusan tidak serta merta membuat diet jadi lebih sehat. Kuncinya ada di variasi, karena jika komposisinya sejenis maka nutrisinya mungkin tidak seimbang. Misalnya jika memilih ubi dan kentang saja, maka kandungan karbohidratnya yang sama-sama tinggi akan memberikan asupan energi yang berlebih.

    Setidaknya harus ada sumber protein nabati dan hewani pada menu pilihan kukusan. Karena semakin beragam pilihan kukusan yang dipilih, semakin beragam pula vitamin, mineral, serat, dan antioksidan yang masuk ke tubuh.

    Perkiraan energi berdasarkan porsi yang umum dijual:

    Jagung = 1 potong ± 50 g = ± 77 kkalUbi kuning = 1 buah sedang ± 100 g = ± 100 kkalSingkong = 1 potong kecil ± 50 g = ± 153 kkalPisang kepok = 1 buah ± 100 g = ± 120 kkalLabu kuning = 1 potong ± 60 g = ± 73,2 kkalEdamame = ± 50 g = ± 94,5 kkalKacang tanah = ± 50 g = ± 26 kkalTelur = 1 butir = ± 75 kkalSalah satu lapak penjual menu rebus-rebusan dan kukusan. Foto: Andhika Prasetia

    Kebutuhan energi harian rata-rata orang dewasa sekitar 2.200 kkal, dan sarapan idealnya memenuhi 20% dari kebutuhan tersebut, yaitu sekitar 440 kkal. Dengan begitu, sarapan kukusan bisa tetap dikonsumsi tetapi tidak melebihi, sehingga menghindari asupan energi yang berlebih dan mendukung kesehatan tubuh.

    Contoh menu kukusan gizi seimbang/beragam tanpa melebihi asupan energi yang berlebih:

    Ubi kuning 1 buah sedang (100 kkal)Edamame 50 g (94,5 kkal)Telur 1 butir (75 kkal)Pisang kepok kukus 1 buah (120 kkal)

    Total energinya 389 kkal. Pilihan menu kukusan bisa disesuaikan sesuai dengan selera masing-masing dengan melihat kandungan energi di atas sebagai acuan.

    Halaman 2 dari 6

    Simak Video “Bolehkah Penderita Mag dan Diabetes Diet Intermittent Fasting?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

    Tren Rebusan-Kukusan

    13 Konten

    Tren sarapan pakai menu rebus-rebusan dan kukusan tengah digandrungi Gen-Z. Diklaim lebih sehat karena minim tambahan minyak. Ya lumayan sih, dibanding sarapan nasi-lontong yang tinggi kalori ya kan?

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Heboh HyunA Pingsan saat Manggung, Benarkah karena Diet Ketat?

    Heboh HyunA Pingsan saat Manggung, Benarkah karena Diet Ketat?

    Jakarta

    Kabar penyanyi Korea Selatan, HyunA, pingsan ketika tampil di acara Waterbomb 2025 Makau membuat banyak penggemar cemas. Dalam rekaman yang beredar, penyanyi berusia 33 tahun itu terjatuh ketika membawakan lagu Bubble Pop. Penari di belakangnya langsung menopang tubuhnya sebelum pihak keamanan membawanya turun dari panggung.

    Sebelumnya, pemilik nama asli Kim Hyun-ah tersebut mengaku pernah kehilangan hingga 10 kilogram dalam waktu singkat. Ia juga mengatakan bahwa tubuhnya akan melemah jika berat badan turun di bawah 45 kilogram.

    Ia juga memiliki riwayat sinkop vasovagal (vasovagal syncope), yaitu kondisi ketika aliran darah ke otak mendadak menurun sehingga menyebabkan pingsan. Ketika tubuh sedang lelah dan tekanan fisik meningkat, kondisi ini lebih mudah muncul.

    Benarkah Diet yang Bikin HyunA Pingsan?

    Penurunan berat badan yang terjadi dalam waktu sangat cepat biasanya berkaitan dengan pembatasan makan yang ketat. Tubuh membutuhkan kalori untuk menggerakkan otot, menjaga metabolisme, mengatur detak jantung, dan mempertahankan suhu tubuh. Ketika asupan kalori terlalu rendah, cadangan energi menipis sehingga tubuh lebih mudah lelah dan sulit mempertahankan kesadaran.

    Pada kebanyakan diet ekstrem, karbohidrat adalah sumber energi yang paling sering ditekan/dikurangi. Padahal, karbohidrat menjadi bahan bakar utama ketika tubuh melakukan aktivitas intens seperti menari sambil bernyanyi di panggung.

    Ketika karbohidrat sangat rendah, kadar gula darah juga dapat ikut turun. Gula darah adalah sumber energi utama bagi otak. Jika kadarnya menurun, otak kesulitan menjaga tekanan darah dan aliran oksigen. Akibatnya tubuh dapat terasa ringan, pandangan menjadi kabur, hingga terjadi pingsan dalam waktu singkat.

    Risiko ini semakin tinggi ketika tubuh bekerja keras di bawah suhu tinggi dan pencahayaan panggung yang kuat. Kondisi tersebut menuntut peredaran darah bergerak lebih cepat untuk mendistribusikan oksigen dan energi. Jika tubuh sedang kekurangan energi, kemampuan sistem peredaran darah untuk mempertahankan suplai oksigen ke otak menjadi terbatas.

    Pada individu yang memiliki riwayat sinkop vasovagal, respons tubuh terhadap tekanan fisik dan emosional dapat menjadi lebih sensitif. Pembuluh darah dapat melebar dan detak jantung melambat sehingga aliran darah ke otak menurun. Situasi ini dapat mempercepat terjadinya hilang kesadaran.

    Proses ini dapat berlangsung dalam hitungan detik. Karena itu, diet yang terlalu ketat tidak hanya membuat tubuh terasa lemas tetapi juga dapat mengganggu kemampuan tubuh menjaga keseimbangan energi dan kesadaran saat melakukan aktivitas fisik.

    Diet Seperti Apa Sih yang Sehat?

    Dalam konteks diet, banyak yang mengira bahwa cara paling cepat untuk menurunkan berat badan adalah dengan mengurangi porsi makanan hingga sangat sedikit. Pendekatan seperti ini sebenarnya dapat membuat tubuh kekurangan energi. Tubuh tetap membutuhkan bahan bakar agar dapat bergerak, berpikir, dan mempertahankan kekuatan otot. Hal ini menjadi sangat penting bagi mereka yang melakukan aktivitas fisik intens, seperti menari sambil bernyanyi di panggung.

    Sumber energi utama tubuh adalah karbohidrat. Jika karbohidrat ditekan terlalu rendah, tubuh akan mengambil energi dari jaringan lemak dan otot. Keadaan ini dapat menyebabkan tubuh terasa lemas, mudah gemetar, dan stamina menurun.

    Penelitian dari The Journal of Physiology tahun 2016 menunjukkan bahwa seorang dengan aktivitas tinggi cenderung mengalami penurunan daya tahan dan kesulitan mempertahankan fokus saat mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah sangat rendah.

    Karbohidrat yang baik untuk mendukung energi stabil terdiri dari nasi merah, kentang, ubi, oats, dan roti gandum. Makanan tersebut dicerna lebih perlahan sehingga tubuh menerima energi secara bertahap dan tidak cepat habis. Efeknya, tubuh dapat bergerak dengan lebih kuat dan ritme napas lebih mudah diatur ketika beraktivitas.

    Selain karbohidrat, tubuh memerlukan protein yang cukup. Protein membantu menjaga kekuatan otot serta memperbaiki jaringan yang bekerja keras setelah latihan atau pertunjukan. Jika protein kurang, tubuh cenderung terasa lebih cepat pegal dan proses pemulihan menjadi lebih lama. Ikan, telur, tempe, tahu, dada ayam, dan yogurt dapat menjadi pilihan yang ringan tetapi tetap mendukung kebutuhan tubuh.

    Lemak sehat juga memiliki peran penting. Lemak membantu tubuh memproduksi hormon yang mengatur energi, mood, dan pemulihan. Ketika konsumsi lemak menurun terlalu drastis, tubuh sering merasa mudah lelah dan suasana hati lebih mudah turun. Alpukat, kacang-kacangan, ikan berlemak, dan minyak zaitun dapat menjadi sumber lemak yang mendukung metabolisme tetap stabil.

    Hal lain yang sering terlupakan adalah kebutuhan elektrolit. Keringat tidak hanya melepaskan air, tetapi juga natrium dan kalium. Ketika jumlah dua mineral ini turun, tekanan darah dapat ikut menurun sehingga aliran darah ke otak menjadi lebih sedikit. Kondisi ini dapat mempermudah seseorang mengalami pingsan, terutama pada individu yang sudah memiliki riwayat sinkop vasovagal. Oleh karena itu, hidrasi dengan air dan sedikit mineral sangat penting untuk menjaga tubuh tetap bertenaga.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Berat Badan Hanya 22 Kg, Wanita Ini Meninggal Usai Diet Ekstrem”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • Konsumsi Teh Hijau dengan Tiga Bahan Ini Tiap Pagi Dapat Bikin Kulit Cerah

    Konsumsi Teh Hijau dengan Tiga Bahan Ini Tiap Pagi Dapat Bikin Kulit Cerah

    JAKARTA- Teh hijau terkenal dengan manfaatnya untuk kesehatan tubuh. Namun, terdapat tambahan tiga bahan yang jika dicampur ke teh hijau dan dikonsumsi tiap pagi, maka bisa membantu kulit tampak lebih cerah, awet muda, fungsi otak terjaga baik, hingga sistem kekebalan tubuh lebih kuat.

    Hal tersebut diungkap oleh dokter kulit ternama, Nicholas Perricone, yang konsumsi teh hijau dengan tiga bahan tersebut membantunya tetap awet muda dan bugar di usia 77 tahun.

    “Ritual pagi ini adalah cara saya menumpuk bahan-bahan yang didukung sains untuk mendukung kejernihan instan dan kesehatan jangka panjang,” kata Nicholas Perricone MD, dikutip dari The Post, pada Senin, 10 November 2025.

    Adapun bahan pertama yang ditambahkan ke dalam teh hijau adalah satu sendok kecil MCT C8, yang berasal dari minyak kelapa dan minyak inti sawit. Lemak ini memiliki molekul kecil dibandingkan lemak biasa sehingga mudah diserap tubuh dan cepat diubah menjadi energi.

    “MCT C8 membantu memberikan bahan bakar bagi otak,” tambahnya.

    Kemudian bahan kedua yang ditambahkan adalah minyak zaitun extra virgin. Minyak ini dapat mengaktifkan gen sirtuin, yang membantu regenerasi sel, peremajaan, dan memperpanjang umur sel tubuh.

    Beberapa penelitin juga menunjukkan bahwa minyak zaitun extra virgin bermanfaat untuk memperkuat jantung, melancarkan pencernaan, meningkatkan fungsi kognitif, serta melindungi dari penyakit alzheimer.

    Lalu bahan ketiga adalah kayu manis sebanyak 1/4 sendok teh. Kayu manis terkenal dengan kemampuannya menjaga kestabilan gula darah dan mengurangi peradangan.

    Tak hanya itu, kayu manis juga dikenal dengan manfaatnya meningkatkan daya ingat, membantu penurunan berat badan, serta memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan lebih baik.

    “Saya selalu percaya bahwa kebiasaan sederhana dan konsisten akan memberikan hasil yang luar biasa,” pungkas Nicholas.

  • Hampir 800 Juta Orang di Dunia Kena Penyakit Ginjal Kronis, Inikah Pemicunya?

    Hampir 800 Juta Orang di Dunia Kena Penyakit Ginjal Kronis, Inikah Pemicunya?

    Jakarta

    Penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) merupakan salah satu penyakit paling umum terjadi dan kini menempati peringkat teratas penyebab kematian dan kesakitan global, menurut laporan terbaru di jurnal The Lancet.

    Temuan ini berasal dari studi Global Burden of Disease (GBD) 2023, yang menelusuri tren CKD pada populasi usia 20 tahun ke atas di 204 negara dan wilayah selama periode 1990 hingga 2023. Penelitian dipimpin oleh tim dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of Washington, bekerja sama dengan New York University Grossman School of Medicine dan University of Glasgow.

    Studi tersebut menemukan jumlah kasus CKD telah meningkat dua kali lipat sejak tahun 1990 dan kini memengaruhi hampir 800 juta orang di seluruh dunia. Bahkan kini peringkat 9 penyebab kematian terbesar di dunia pada 2023, dengan hampir 1,5 juta kematian, serta peringkat 12 penyebab kecacatan.

    Adapun China dan India mencatat jumlah pengidap tertinggi,masing-masing sekitar 152 juta dan 138 juta orang. Namun penyakit ini juga tersebar luas di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Brasil, Rusia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, Bangladesh, Iran, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Turki, yang masing-masing melaporkan lebih dari 10 juta orang dewasa hidup dengan CKD.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan krisis kesehatan global yang terus berkembang, namun sebagian besar dampaknya dapat dicegah. Mengurangi angka kematian sangat penting untuk mencapai target WHO, yaitu mengurangi kematian dini akibat penyakit tidak menular hingga sepertiganya sebelum tahun 2030,” ujar Lauryn Stafford, salah satu penulis dan peneliti di IHME, dikutip dari News Medical Net, Senin (10/11/2025).

    Apa pemicunya?

    Studi tersebut juga menegaskan CKD merupakan kontributor besar terhadap penyakit kardiovaskular. Pada 2023, gangguan fungsi ginjal berperan dalam hampir 12 persen kematian kardiovaskular global, menempati peringkat 7 faktor risiko kematian jantung, ebih tinggi dibandingkan diabetes maupun obesitas.

    Peneliti mengidentifikasi 14 faktor risiko utama CKD. Di antaranya, diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas menjadi penyebab terbesar hilangnya tahun hidup sehat. Pola makan rendah buah-sayur serta tingginya konsumsi natrium (garam) juga memberikan kontribusi signifikan.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan faktor risiko utama bagi penyebab utama penurunan kesehatan lainnya sekaligus beban penyakit yang signifikan. Namun, penyakit ini masih kurang mendapat perhatian kebijakan dibandingkan penyakit tidak menular lainnya, meskipun dampaknya tumbuh paling cepat di wilayah-wilayah yang sudah menghadapi kesenjangan kesehatan terbesar,” ucap Dr Theo Vos, penulis senior dan Profesor Emeritus IHME.

    Tak hanya itu, meningkatnya angka obesitas dan diabetes, ditambah dengan penuaan populasi global, menjadi pendorong utama lonjakan kasus CKD. Pada 2023, prevalensi terseragam usia CKD mencapai sekitar 14 persen pada orang dewasa usia 20 tahun ke atas.

    Prevalensi tertinggi ditemukan di Afrika Utara dan Timur Tengah (18 persen), Asia Selatan (15,8 persen), Afrika Sub-Sahara (15,6 persen), serta Amerika Latin dan Karibia (15,4 persen). Negara dengan prevalensi tertinggi mencakup Iran, Haiti, Panama, Nigeria, Mauritius, Seychelles, Grenada, Meksiko, Libya, dan Kosta Rika.

    Sebagian besar pengidap CKD masih berada pada tahap awal (stadium 1-3). Kondisi ini menegaskan pentingnya skrining rutin dan strategi pencegahan, termasuk pengendalian gula darah dan tekanan darah dengan terapi yang mudah diakses.

    Pendekatan tersebut dapat menurunkan risiko kematian akibat komplikasi jantung serta menunda kebutuhan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi.

    Namun, akses terhadap terapi pengganti ginjal masih sangat terbatas dan tidak merata di berbagai wilayah dunia. Karena itu, para ahli menekankan perlunya fokus pada pencegahan progresivitas penyakit dan pemerataan akses layanan kesehatan.

    Perluasan deteksi dini, ketersediaan perawatan terjangkau, pengendalian faktor risiko utama, serta investasi pada strategi yang memperlambat kerusakan ginjal akan menjadi langkah penting untuk mengurangi beban CKD terhadap pasien, keluarga, dan sistem kesehatan global.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/naf)