Produk: gula darah

  • Banyak Usia Muda Hipertensi, Kolesterol Tinggi hingga Diabetes, Jangan Abaikan Cek Kesehatan – Halaman all

    Banyak Usia Muda Hipertensi, Kolesterol Tinggi hingga Diabetes, Jangan Abaikan Cek Kesehatan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BOGOR – Potensi penyakit kronis tak hanya jadi alarm bagi usia tua. Karena itulah sangat penting cek kesehatan. 

    Kini yang masih berusia 20 tahun pun banyak mengalami gejala penyakit kronis, mulai dari hipertensi hingga gula darah dan kolesterol tinggi. 

    Terkadang keluhan muncul tanpa gejala karena tak pernah ada pemeriksaan kesehatan sebelumnya. 

    Dokter Patricia dari RS Mulia Pajajaran mengatakan  kesadaran warga terhadap pentingnya cek kesehatan masih perlu terus ditingkatkan.

    “Banyak banget orang yang tensinya tinggi, gula darah tinggi, tapi mereka gak sadar karena tidak ada gejalanya,” jelas dr. Patricia saat ditemui dalam Program skrining kesehatan gratis Cek Segitiga kembali digelar oleh Dexa Medica di Bogor. 

    Ia mengatakan tensi, gula darah dan kolesterol tinggi bisa jadi alarm penyakit kronis ini 

    “Apalagi sekarang banyak banget usia 20-an yang tensinya, gula darah, dan kolesterolnya mulai tinggi. Mungkin karena makanan kita banyak banget yang tidak sehat sekarang. Makanya penting banget untuk kita lakukan tes skrining kesehatan, jadi ketahuan jangan sampai kita terkena penyakit kronis.”

    Kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini ini terlihat kurang. 

    Saat 490 warga mengikuti skrining gratis untuk tiga penyakit silent killer utama: hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

    Dalam kegiatan yang merupakan bagian dari Corporate Social Initiative Dharma Dexa ini hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 80 persen peserta memiliki potensi risiko terhadap salah satu dari tiga penyakit tersebut. 

    Tercatat, 59,2 persen memiliki kadar kolesterol dalam darah di atas normal (>199 mg/dL).

    Sebanyak 45,1 persen terdeteksi tekanan darah tinggi.

    Lalu 12,9 persen memiliki kadar gula darah sewaktu di atas 130 mg/dL.

    Selain itu, sebanyak 354 peserta (72persen) mengaku belum pernah melakukan pemeriksaan kesehatan sebelumnya, dan hanya 136 orang yang pernah memeriksakan diri dalam 6 bulan terakhir.

    Menurut Gunawan, Senior Sales Manager OGB Dexa, temuan ini menjadi pengingat akan pentingnya pemeriksaan berkala, terutama bagi masyarakat usia produktif.

    “Sebanyak 490 orang telah menjalani skrining kesehatan, dan 72 persen di antaranya belum pernah memeriksakan diri terkait tiga penyakit kronis tersebut. Ini menjadi masukan penting bagi kita semua bahwa edukasi harus terus dijalankan agar masyarakat dapat melakukan pencegahan sejak dini,” ujarnya.

    Program Cek Segitiga yang mendapat dukungan dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Bogor, yang menilai kegiatan ini sangat membantu masyarakat dalam mendapatkan akses kesehatan yang terjangkau dan edukatif.

    “Acara semacam ini harapannya dapat digelar minimal satu bulan dua kali. Untuk memfasilitasi masyarakat yang membutuhkan hidup sehat tapi terkendala biaya dalam menjalankan pemeriksaan kesehatan,” ungkap Bapak Gunawan dari Dispora Kota Bogor.

    Sementara itu, Mateus Ramidi, Manager Dharma Dexa, menegaskan bahwa program ini dirancang untuk menjangkau masyarakat akar rumput dengan pendekatan yang praktis dan berdampak langsung.

    “Kami percaya bahwa langkah sederhana seperti cek kesehatan dapat memberikan perubahan besar dalam kualitas hidup seseorang—dan inilah bentuk nyata Expertise for the Promotion of Health yang menjadi nilai inti kami,” ujar Mateus.

  • Jangan Abaikan Stroke, Mayapada Hospital Beri Panduan Pencegahannya

    Jangan Abaikan Stroke, Mayapada Hospital Beri Panduan Pencegahannya

    Jakarta

    Pernahkah membayangkan bagaimana rasanya jika terserang stroke? Penyakit berisiko ini memang harus diwaspadai. Agar selamat dari ancaman stroke, penting bagi kita untuk mengetahui faktor risikonya, memperhatikan gaya hidup, dan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan rutin.

    Walaupun terlihat sederhana, langkah tersebut dapat mencegah kemungkinan terburuk dari penyakit stroke. Spesialis Neurologi Konsultan Neurofisiologi Klinis Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Manfaluthy Hakim, SpN(K) mengatakan terdapat faktor risiko stroke yang dapat dihindari dan faktor risiko yang tak dapat dihindari.

    Contoh faktor risiko yang tak dapat dihindari dan bersifat alami ialah faktor genetik dan usia. dr Manfaluthy mengatakan di antaranya faktor usia (terutama di atas 55 tahun); jenis kelamin, di mana laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan perempuan; faktor hormon, dan riwayat keluarga dapat meningkatkan kecenderungan seseorang mengalami stroke.

    “Hal-hal tersebut merupakan kondisi alamiah seseorang yang tak bisa dihindari,” jelas dr Manfaluthy, dalam keterangan tertulis, Selasa (6/5/2025).

    Di sisi lain, terdapat faktor risiko yang dapat dihindari, biasanya berkaitan dengan kebiasaan, gaya hidup, atau kondisi yang bisa dipengaruhi oleh individu, antara lain obesitas, kurang aktivitas fisik, pola makan yang buruk, mengonsumsi alkohol dan rokok, hingga adanya penyakit komplikasi, seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung. Dengan perubahan gaya hidup, seperti menjaga pola makan sehat, rutin berolahraga, dan menghindari kebiasaan buruk, faktor risiko stroke tersebut dapat ditekan secara signifikan.

    Spesialis Neurologi Mayapada Hospital Tangerang, dr Hananto Pratignyo, SpN, FIN, DiplIPM menerangkan langkah awal pencegahan stroke dapat dimulai dengan menjaga pola makan, biasakan mengonsumsi makanan dengan nutrisi lengkap dari karbohidrat, protein, mineral, hingga serat. Alih-alih mengonsumsi makanan tinggi lemak dan garam, mengonsumsi buah dan sayur jauh lebih baik untuk menghindari kolesterol dan tekanan darah tinggi.

    “Pola makan sehat ini tidak hanya membantu menjaga berat badan tetap ideal, tetapi juga mengurangi risiko obesitas,” kata dr Hananto.

    Kemudian, rutin berolahraga dan beraktivitas fisik, seperti jalan pagi, bersepeda, atau berenang. Lebih lanjut, dr Hananto menjelaskan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat, misalnya olahraga rutin 4-5 kali seminggu.

    “Luangkan waktu sekitar 2,5 jam seminggu untuk berolahraga agar badan lebih fit dan berenergi, juga bantu menjaga berat badan tetap ideal, sirkulasi darah lancar, dan mengurangi stres. Konsistensi adalah kuncinya,” tutur dr Hananto.

    Tidak hanya menjaga kesehatan tubuh, kesehatan mental pun penting untuk diperhatikan seperti dengan mengendalikan emosi, sebab emosi dapat meningkatkan hormon epinefrin yang menaikkan tekanan darah, memicu adanya hipertensi yang merupakan faktor risiko stroke. Selanjutnya, hindari kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok.

    Kandungan zat kimia berbahaya pada alkohol dan rokok meningkatkan risiko penyakit berbahaya, seperti stroke. Menghindari alkohol dan rokok dapat mengurangi risiko terkena stroke dan meningkatkan kualitas hidup.

    Lalu, periksa dan konsumsi obat-obatan secara rutin bagi yang memiliki riwayat penyakit komplikasi sebagai faktor risiko stroke. Penyakit hipertensi dan diabetes, misalnya, perlu diberikan pengobatan secara teratur agar tekanan darah tetap normal dan kadar gula tetap stabil.

    Hal ini tentunya memberi dampak baik dalam menjaga kesehatan dan mencegah risiko stroke. Tak hanya dengan menjalani gaya hidup sehat dan konsumsi obat-obatan teratur, pencegahan stroke dapat dilakukan dengan deteksi sejak dini lewat skrining stroke yang dapat dilakukan di rumah sakit, seperti Mayapada Hospital.

    Spesialis Neurologi Mayapada Hospital Kuningan dr Silvester Christanto, SpS memaparkan skrining stroke secara rutin penting untuk mengenali potensi stroke. pemeriksaan dilakukan lewat tes laboratorium untuk cek faktor risiko, seperti kadar gula darah, kolesterol, baik yang jahat (LDL) maupun baik (HDL), trigliserida, fungsi ginjal, sampai faktor pembekuan darah.

    “Semua ini penting sebagai bahan evaluasi kesehatan secara menyeluruh,” ujar dr Silvester.

    Deteksi stroke sejak dini sangat penting, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko stroke. Untuk melakukannya, kunjungi layanan kesehatan khusus saraf dan otak seperti layanan Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital yang menyediakan skrining nyeri kepala dan skrining stroke.

    Pasien juga dapat membuat jadwal skrining rutin dengan mudah dan cepat melalui aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital. Lain halnya jika pasien atau keluarga pasien mengalami serangan stroke mendadak, maka segera hubungi layanan kegawatdaruratan Stroke Emergency Mayapada Hospital yang siaga 24 jam untuk menangani stroke dengan protokol internasional Door to Needle kurang dari 60 menit bagi pasien stroke sumbatan.

    Stroke Emergency Mayapada Hospital dapat dihubungi melalui 150990 atau melalui fitur button Emergency Call yang ada di aplikasi MyCare. Untuk mendukung gaya hidup sehat sebagai upaya mencegah stroke, MyCare juga memiliki beragam fitur seperti Personal Health, yang dapat memantau langkah kaki, jumlah kalori terbakar, detak jantung, atau melihat Body Mass Index (BMI).

    Ada juga fitur Health Article & Tips yang menyajikan ragam artikel edukasi dan tips kesehatan dari dokter. Segera unduh MyCare di Google Play maupun App Store, dan dapatkan poin untuk potongan harga berbagai jenis layanan kesehatan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (prf/ega)

  • 6 Jenis Ikan Terbaik bagi Pengidap Diabetes, Ada Sarden dan Nila

    6 Jenis Ikan Terbaik bagi Pengidap Diabetes, Ada Sarden dan Nila

    Jakarta

    Pengidap diabetes umumnya akan membatasi atau tidak mengonsumsi makanan-makanan tertentu, khususnya yang manis dan berminyak. Mereka akan menggantinya dengan yang lebih sehat, seperti sayuran segar, buah, atau ikan.

    Dikutip dari Everyday Health, beberapa jenis ikan tertentu terbukti dapat mendukung gaya hidup seseorang, termasuk mereka yang mengidap diabetes.

    Menurut The American Diabetes Association (ADA), cara terbaik untuk mengolah ikan bagi pengidap diabetes yakni dengan dipanggang atau dibakar. Pasalnya, ikan yang digoreng dengan tepung akan mengandung kalori ekstra.

    Lalu, ikan-ikan apa saja yang baik bagi pengidap diabetes?

    1. Salmon

    Ikan ini merupakan pilihan yang baik bagi pengidap diabetes tipe 2, karena kaya akan asam lemak omega-3. Ini merupakan lemak ‘sehat’ yang dapat membantu mengurangi risiko komplikasi umum terkait diabetes, penyakit jantung, gagal jantung, dan stroke.

    Analisis terhadap empat penelitian internasional, makan setidaknya dua porsi ikan per minggu dikaitkan dengan risiko serangan jantung, stroke, dan kematian yang lebih rendah di antara pengidap penyakit jantung.

    2. Ikan Tilapia

    Ikan tilapia adalah jenis ikan cichlid air tawar yang dikenal juga sebagai ikan nila. Makanan ini rendah kalori, tinggi protein, dan memiliki daging lembut.

    Satu fillet kecil yang dikukus atau direbus dari ikan jenis ini mengandung 137 kalori dan 28,5 gram protein, menurut basis data nutrisi Departemen Pertanian AS (USDA).

    3. Ikan Kod

    Ikan ‘putih’ ini terkenal karena rendah kalori dan tinggi protein, sehingga baik bagi mereka yang mengidap diabetes. Ikan ini juga memiliki sedikit lemak jenuh dan jumlah omega-3 yang cukup tinggi.

    4. Ikan Trout

    Ikan berlemak seperti trout dikenal mengandung omega-3 dalam jumlah yang cukup tinggi. Kandungan ini baik bagi para pengidap diabetes untuk menurunkan risiko penyakit jantung.

    5. Ikan Tuna

    Ikan tuna menjadi salah satu ikan yang baik untuk dikonsumsi mereka yang mengidap diabetes. Serupa dengan ikan salmon, tuna juga diperkaya dengan omega-3 yang baik untuk mengurangi peradangan dan menjaga kadar gula darah.

    6. Ikan Sarden

    Tidak hanya kaya akan omega-3, ikan sarden juga mengandung kalsium dan vitamin D yang tinggi. Sekitar 1 ons atau sekitar 28 gram sarden kaleng menawarkan 108 mg kalsium dan 1,36 mcg vitamin D.

    (dpy/kna)

  • Kata Pakar FKUI soal Diabetes Tipe 5, Jenis Baru Penyakit Kencing Manis

    Kata Pakar FKUI soal Diabetes Tipe 5, Jenis Baru Penyakit Kencing Manis

    Jakarta

    Spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari Fahrial Syam menjelaskan diabetes tipe 5 merupakan penyakit gula darah yang terkait dengan malnutrisi. Jenis diabetes ini diresmikan oleh International Diabetes Federation (IDF) atau Federasi Diabetes Internasional belum lama ini.

    “Tahun 2025 ini IDF memperkenalkan diabetes tipe 5 terkait dengan malnutrisi. Artinya apa? Pada orang dengan gangguan malnutrisi terjadi kondisi produksi insulinnya menurun,” kata Prof Ari kepada detikcom, Senin (5/5/2025).

    “Kita tahu kalau produksi insulin menurun maka akan terjadi kemampuan jaringan untuk mengambi gula menjadi berkurang dan pada akhirnya gula darah meningkat dalam darah dan terjadi diabetes melitus,” sambungnya.

    Orang dengan diabetes tipe 5 mengalami kekurangan insulin tetapi tidak resisten terhadap insulin.

    Dijelaskan IDF, diabetes tipe 5 mengacu pada diabetes defisiensi insulin berat atau severe insulin-deficient diabetes (SIDD), yang ditandai dengan tingginya tingkat defisiensi insulin dan buruknya kontrol metabolik.

    Tidak seperti diabetes tipe 2, diabetes tipe 5, yang juga dikenal sebagai diabetes terkait malnutrisi, terutama disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, terutama selama masa kanak-kanak atau remaja.

    Selain itu, dijelaskan Prof Ari diabetes tipe lain yang umum dikenal yakni gestasional. Penyakit kencing manis yang berhubungan dengan kehamilan. Kondisi ini bisa terjadi saat ibu hamil mengandung janin yang besar.

    “Ada juga (diabetes) spesifik lain biasanya diinduksi oleh obat-obatan,” ucap Prof Ari.

    (kna/kna)

  • Apel hingga Nanas, 8 Buah yang Aman dan Baik untuk Ginjal

    Apel hingga Nanas, 8 Buah yang Aman dan Baik untuk Ginjal

    JAKARTA – Menjaga kesehatan ginjal bisa dimulai dari pola makan yang kaya akan antioksidan, vitamin, dan berbagai nutrisi penting.

    Bagi penderita penyakit ginjal, konsumsi buah-buahan tertentu dapat memberikan manfaat besar selama buah tersebut tidak mengandung terlalu banyak kalium dan fosfor. Berikut 8 buah yang baik untuk mendukung kesehatan ginjal, seperti dilansir dari laman Medicine Net.

    1. Stroberi

    Stroberi mengandung dua jenis fenol, yaitu antosianin dan ellagitannin yang dikenal dapat membantu meningkatkan fungsi ginjal. Selain itu, buah ini kaya antioksidan yang mampu melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif. Stroberi juga merupakan sumber vitamin C, mangan, serat, sifat antikanker serta anti-inflamasi yang baik bagi kesehatan secara keseluruhan.

    2. Cranberry

    Cranberry dikenal dengan kandungan anti-inflamasi dan antibakterinya yang tinggi, sehingga sangat bermanfaat bagi penderita gangguan ginjal atau infeksi saluran kemih (ISK).

    3. Blueberry

    Dalam satu cangkir blueberry terdapat sekitar 114 miligram kalium dan 18 miligram fosfor. Buah ini kaya akan antioksidan dan fitonutrien bernama antosianidin yang membantu mengurangi peradangan serta menjaga kesehatan ginjal. Blueberry juga merupakan sumber vitamin C dan mangan yang baik untuk kesehatan tulang dan kulit, serta memperlambat tanda-tanda penuaan.

    4. Raspberry

    Raspberry mengandung fitonutrien bernama asam ellagik yang membantu menetralkan radikal bebas dalam tubuh dan mencegah kerusakan sel. Buah ini juga mengandung flavonoid yang mendukung fungsi ginjal dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Raspberry adalah sumber yang baik untuk mangan, vitamin B dan C, serat, serta folat.

    5. Apel

    Satu buah apel berukuran sedang mengandung sekitar 195 miligram kalium dan 20 miligram fosfor. Apel dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dan gula darah, serta meredakan sembelit. Kandungan serat tinggi serta sifat anti-inflamasinya juga dapat mendukung fungsi ginjal yang sehat.

    6. Anggur

    Dalam satu cangkir anggur terdapat sekitar 288 miligram kalium dan 30 miligram fosfor. Buah ini mengandung vitamin C dan K yang cukup tinggi, dua jenis vitamin yang bila rendah dalam tubuh dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal. Anggur juga tinggi serat dan mengandung sejumlah kecil mineral seperti tembaga, mangan, dan magnesium.

    7. Nanas

    Sebagai buah dengan kadar kalium yang rendah, nanas cocok dikonsumsi oleh penderita penyakit ginjal. Nanas juga mengandung bromelain, enzim pencernaan yang dipercaya dapat membantu melarutkan batu ginjal.

    Selain itu, buah ini kaya akan serat dan mendukung kesehatan jantung, organ yang sering terdampak pada pasien dialisis. Nanas juga merupakan sumber vitamin C yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

    8. Buah Citrus (Jeruk, Lemon, dan Sejenisnya)

    Vitamin C sangat penting bagi kesehatan ginjal, dan buah-buahan citrus mengandung vitamin ini dalam jumlah tinggi. Mengonsumsi air lemon yang diencerkan setiap hari dapat membantu menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.

  • Singapura Tarik Suplemen Herbal untuk Gula Darah, Berisiko Picu Kejang-Koma

    Singapura Tarik Suplemen Herbal untuk Gula Darah, Berisiko Picu Kejang-Koma

    Jakarta

    Otoritas Ilmu Kesehatan (HSA) pada hari Senin (5 Mei) menarik suplemen dengan klaim menurunkan kadar gula darah setelah ditemukan mengandung obat antidiabetik yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.

    Dalam siaran pers, HSA memperingatkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi “CuraLin Advanced Glucose Support”, karena produk yang diberi label herbal tradisional tersebut telah diuji oleh otoritas selama pemeriksaan rutin untuk mengetahui kandungan glibenclamide dan metformin.

    Glibenclamide dan metformin adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter, digunakan untuk mengobati diabetes melitus dan hanya boleh dikonsumsi di bawah pengawasan medis.

    HSA memerintahkan LYC Nutrihealth, yang mengimpor produk tersebut dalam dua kelompok, untuk menghentikan semua penjualan dan menarik keduanya.

    HSA menambahkan bahwa suplemen tersebut didatangkan dari Amerika Serikat dan dipasok secara lokal dengan nomor kelompok berikut:

    Kelompok 2023-19650 dan Kelompok 2023-19651, keduanya kedaluwarsa pada September 2026. Penarikan hingga kini masih berlangsung.

    HSA mengatakan penggunaan glibenklamid atau metformin yang tidak tepat tanpa pengawasan medis dapat menyebabkan kadar glukosa darah rendah, yang bisa menyebabkan kejang dan koma.

    “Efek samping lainnya termasuk mual, muntah, diare, dan penyakit kuning kolestatik, suatu kondisi di mana aliran empedu tersumbat atau melambat,” kata HSA, dikutip dari CNA, Selasa (6/5/2025).

    Metformin juga dapat menyebabkan asidosis laktat, penumpukan asam yang berbahaya dalam darah dan dapat mengancam jiwa, HSA menambahkan.

    Pasien diabetes yang mengonsumsi suplemen tersebut bersama dengan obat antidiabetik diresepkan, juga berisiko overdosis karena efek aditif dari obat-obatan ini, kata otoritas tersebut.

    Suplemen CuraLin dipasarkan dengan klaim membantu mendukung kadar glukosa darah yang sehat, meningkatkan kadar energi, dan membantu mendukung metabolisme karbohidrat dan lemak.

    Obat ini dijual oleh berbagai penjual dan di platform e-commerce lokal, termasuk Shopee dan Lazada.

    “HSA telah bekerja sama dengan administrator platform e-commerce lokal untuk memastikan bahwa daftar produk yang terpengaruh telah dihapus,” katanya, seraya menambahkan bahwa semua penjual dan pemasok harus segera berhenti menjual produk tersebut.

    Konsumen disarankan untuk segera berhenti mengonsumsi produk tersebut.

    Mereka yang merasa tidak enak badan setelah mengonsumsi produk tersebut, terutama jika mengidap diabetes atau telah mengonsumsi obat antidiabetik lain yang diresepkan secara bersamaan, harus berkonsultasi dengan dokter mereka.

    “Mungkin ada batch atau varian lain dari ‘CuraLin advanced glucose support’ yang dijual di pasaran. Jika ragu, konsumen sebaiknya tidak membeli atau mengonsumsi produk ini,” kata HSA.

    Untuk pengembalian produk yang terdampak, konsumen harus menghubungi pengecer atau penjual tempat mereka membeli produk tersebut.

    HSA mengatakan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan penegakan hukum yang tegas terhadap siapa pun yang menjual dan memasok produk yang ditemukan mengandung bahan-bahan berbahaya.

    Penjual dan pemasok dapat dituntut dan, jika terbukti bersalah, dapat dipenjara hingga dua tahun dan/atau didenda hingga SGD 10.000.

    (naf/kna)

  • Diabetes Tipe 5 Resmi Diakui, Tipe 3 dan 4 Ada Nggak Ya? Ini Penjelasannya

    Diabetes Tipe 5 Resmi Diakui, Tipe 3 dan 4 Ada Nggak Ya? Ini Penjelasannya

    Jakarta

    International Diabetes Federation (IDF) atau Federasi Diabetes Internasional resmi mengakui diabetes tipe 5 yang terkait dengan kekurangan gizi. Diabetes tipe 5 ini menyerang remaja dan dewasa muda kekurangan gizi di negara berpenghasilan rendah.

    Terkait penyakit gula darah ini, banyak yang masih bertanya-tanya terkait jenis dan perbedaannya.

    “Kalau tipe 3 sama 4 kayak mana? Kok udah nyampe tipe 5 aja?” tanya salah satu netizen di media sosial Instagram.

    “Tipe 3 dan tipe 4-nya diabetes apa itu ya?” ucap netizen lagi.

    Jenis-jenis diabetes

    Diabetes adalah kondisi rumit yang dapat muncul dalam berbagai bentuk. Selain jenis diabetes yang lebih umum yakni diabetes tipe 1, tipe 2, dan diabetes gestasional, ada berbagai jenis diabetes lain yang sama pentingnya.

    Berikut penjelasan mengenai tipe-tipe diabetes dirangkum detikcom dari berbagai sumber.

    Diabetes tipe 1

    Dikutip dari laman Kemenkes RI, diabetes tipe 1 adalah bentuk penyakit gula darah yang terjadi akibat kerusakan pada sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Kondisi ini menyebabkan tingginya kadar glukosa dalam darah.

    Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang memerlukan penanganan harian dengan suntikan insulin dan pemantauan gula darah. Baik anak-anak maupun orang dewasa dapat didiagnosis diabetes tipe 1.

    Diabetes tipe 2

    Diabetes tipe 2 adalah bentuk penyakit gula darah tinggi akibat tubuh tidak memproduksi cukup hormon insulin, atau insulin yang diproduksi tidak bekerja dengan baik atau yang dikenal sebagai resistensi insulin.

    Kadar gula darah yang tinggi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan masalah kesehatan lain seperti serangan jantung dan stroke, serta masalah pada mata, ginjal, dan kaki. Semua ini disebut komplikasi diabetes.

    Diabetes tipe 3

    Laman Healthline menjelaskan diabetes tipe 3 adalah istilah yang digunakan oleh beberapa peneliti untuk menggambarkan teori bahwa resistensi insulin dan disfungsi faktor pertumbuhan mirip insulin di otak dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.

    Namun, diabetes tipe 3 saat ini bukan istilah medis resmi yang diakui. Asosiasi Diabetes Amerika dan organisasi kesehatan besar lainnya tidak mencantumkan penyakit Alzheimer sebagai jenis diabetes dalam klasifikasi mereka.

    Selain itu, beberapa penelitian menggunakan istilah diabetes tipe 3C untuk mengklasifikasikan diabetes pankreatogenik yang mungkin disebabkan oleh pankreatitis. Tipe ini berbeda dengan penyakit Alzheimer.

    Diabetes tipe 3c adalah jenis diabetes yang terjadi ketika penyakit lain menyebabkan kerusakan pada pankreas. Kondisi yang terkait dengan tipe 3c adalah kanker pankreas, pankreatitis, fibrosis kistik, atau hemokromatosis.

    NEXT: Diabetes tipe 4 dan diabetes tipe 5

    Diabetes tipe 4

    Diabetes tipe 4 bukanlah kondisi autoimun seperti diabetes tipe 1 dan tidak terkait dengan berat badan seperti diabetes tipe 2. Sebaliknya, diabetes tipe 4 ini mungkin terkait dengan proses penuaan.

    Diabetes tipe 4 adalah istilah yang diusulkan untuk diabetes yang disebabkan oleh resistensi insulin pada orang tua yang tidak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Sebuah studi tahun 2015 dengan tikus menunjukkan bahwa tipe diabetes ini mungkin kurang terdiagnosis. Hal ini karena diabetes tipe 4 disebut bisa terjadi pada orang yang tidak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, tetapi sudah berusia lanjut.

    Diabetes tipe 5

    Pada bulan April 2025, diabetes tipe 5 secara resmi diakui oleh Federasi Diabetes Internasional atau International Diabetes Federation (IDF) sebagai jenis diabetes yang terkait dengan kekurangan gizi terutama selama masa kanak-kanak atau remaja.

    Diabetes tipe 5 merupakan bentuk penyakit langka yang di masa lalu sering salah didiagnosis sebagai diabetes tipe 2, yang dapat dipengaruhi oleh pilihan gaya hidup dan berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan insulin yang diproduksinya atau diabetes tipe 1, suatu kondisi autoimun yang mengakibatkan kerusakan sel-sel penghasil insulin.

    Diabetes tipe 5 juga dikaitkan dengan kekurangan gizi pada orang yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang sangat rendah, yaitu kurang dari 18,5 kg/m2. Tidak seperti diabetes tipe 2, produksi dan pelepasan glukosa oleh hati ke dalam aliran darah lebih rendah.

  • Penderita Diabetes di Indonesia Naik Tajam, Begini Upaya Sektor Farmasi untuk Mengendalikan – Halaman all

    Penderita Diabetes di Indonesia Naik Tajam, Begini Upaya Sektor Farmasi untuk Mengendalikan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penyakit Diabetes melitus menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia.

    Data International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan terdapat 19,5 juta penderita diabetes di Indonesia.

    Angka ini diproyeksikan bertambah menjadi 28,5 juta jiwa pada tahun 2045.

    Dari populasi ini, diperkirakan 74 persen tidak terdiagnosa diabetes.

     

    Terbatasnya akses masyarakat terhadap tes diagnostik diabetes, terutama di daerah terpencil menjadi penyebabpeningkatan jumlah kasus diabetes yang tidak terdeteksi.

    Sebagai bagian dari upaya pencegahan dan pengendalian diabetes di Indonesia, perusahaan farmasi Roche Indonesia menyelenggarakan acara Laboratory Solution (LabSol) 2025 mengupas inovasi diagnosis diabetes dengan pengujian HbA1c berbasis Point of Care Testing(POCT).

    Kegiatan bertajuk “Optimizing HbA1c Testing Across Methods: Practical Approaches for Laboratory Professionals” ini dihadiri oleh para regulator dan pakar medis untuk memperkuat kapasitas laboratorium dalam penanganan diabetes di Indonesia.

    Menurut Director Diagnostics Division PT Roche Indonesia Lee Poh Seng, peningkatan prevalensi diabetes diIndonesia membutuhkan aksesibilitas layanan kesehatan yang berkualitas.

    Dia menjelaskan, inovasi pengujian HbA1c berbasis POCT adalah sebuah game changer dibidang pengujian diagnostik dan berperan penting dalam diagnosis dan manajemen diabetes terutama di daerah dengan keterbatasan fasilitas medis dan model layanan kesehatan yang terdesentralisasi di Indonesia.

    “Kami berharap hadirnya inovasi-inovasi layanan kesehatan dalam manajemen diabetes dapat mendorongkesadaran masyarakat terhadap penyakit ini. Roche akan terus mengkonsolidasikan upaya perawatan diabetes yang komprehensif dengan memberikan solusi yang berpusat pada pasien, terutama dalam memberdayakan individu mengelola kondisi mereka,” ujarnya dikutip Senin, 5 Mei 2025.

    Dengan menggabungkan teknologi dan pemahaman mendalam terkait pengelolaan diabetes, pihaknya yakin setiap orang berhak mendapatkan akses kesehatan yang merata danberkualitas,” ujar Lee Poh Seng.

    Salah satu langkah penting dalam menekan angka penderita diabetes adalah meningkatkan deteksi dini dan pemantauan rutin kadar gula darah melalui inovasi pengujian HbA1c.

    HbA1c memiliki peran yang sangat pentingdalam evaluasi manajemen diabetes karena nilai yang diperoleh mencerminkan kadar glukosa rata-rata darah selama beberapa bulan terakhir.

    “Pemeriksaan diabetes dengan parameter HbA1c telah distandarisasi dan diakui di seluruh dunia. Inovasi dalam pengujian HbA1c berbasis point-of-care memungkinkan hasil tes didapatkan secara real-time. Terutama di areaterpencil di mana pasien memerlukan waktu berhari-hari untuk menjangkau fasilitas kesehatan, denganpemeriksaan POC maka dokter dapat melakukan pengambilan keputusan medis secepatnya,” ujar European Reference Laboratory for Glycohemoglobin, The Netherlands dr. Erna Lenters-Westra.

    Standarisasi pengukuran HbA1c telah dilakukan oleh berbagai lembaga internasional, seperti National Glycohemoglobin Standardization Program (NGSP) dan International Federation of Clinical Chemistry andLaboratory Medicine (IFCC).

    Namun, implementasi dan harmonisasi metode di tingkat laboratorium masihmemerlukan perhatian lebih agar hasil pengukuran dapat diandalkan dan sesuai dengan standar global.

    Peluncuran LumiraDX di Indonesia Dalam acara ini, Roche Indonesia memperkenalkan LumiraDx, inovasi pengujian yang mengkonsolidasikan pemeriksaan kimia klinis dan imunologi berbasis Point-of-Care Testing (POCT). 

    Dengan LumiraDX, pengujian HbA1c yang sebelumnya hanya dapat dilakukan di dalam laboratorium dapat dilakukan dekat pasien, termasuk di area terpencil, sehingga mempercepat pengambilan keputusan medis.

    Sistem multimoda yang portabel ini dirancang untuk membuat pengujian menjadi esien dan lebih mudah diakses, tanpa memerlukan ebotomis dengan alur kerja yang sederhana. 

    Selain pemeriksaan diabetes, saat ini untuk LumiraDx di Indonesia tersedia tiga jenis pemeriksaanlainnya, yaitu C-Reactive Protein untuk mendeteksi penyakit infeksi, NT-ProBNP untuk mendeteksi gangguan kardiovaskular, dan D-Dimer untuk evaluasi gangguan koagulasi.

    Ke depannya, pengembangan akan terus dilakukan guna menghadirkan berbagai jenis uji diagnostik lainnya di LumiraDx yang tentunya akan bermanfaat bagi layanan kesehatan primer.

    Sebagai solusi point-of-care dengan konektivitas berbasis cloud, LumiraDx memungkinkan transmisi hasil tes HbA1c secara real-time dengan waktu 5 menit ke rekam medis pasien serta mendukung manajemen dan kongurasi infrastruktur pengujian dari jarak jauh.

    “Digitalisasi ini membantu mentransformasi pelayanan pasien dan esiensi operasional, serta meningkatkan program pengendalian penyakit seperti diabetes, khususnya dalam pelaporan data dan evaluasi program di Indonesia,” ujarnya.

    Intervensi digitalisasi dalam manajemen diabetes menjadi fokus pemerintah Indonesia untuk mendorong upayatransformasi kesehatan.

    “Dalam praktis klinis, hadirnya digitalisasi memainkan peran vital dalam memberikanrespons cepat, khususnya pada pemantauan hingga manajemen diabetes,” kata Ketua PDS PatKLIn DKI Jakarta dr.Dwi Utomo Nusantara. (tribunnews/fin)

  • Nggak Kaleng-kaleng, Minum Kopi Hitam Bisa Bantu Cegah Penyakit Ini Pada Wanita

    Nggak Kaleng-kaleng, Minum Kopi Hitam Bisa Bantu Cegah Penyakit Ini Pada Wanita

    Jakarta

    Secangkir kopi hangat tidak hanya membantu membangunkan tubuh dan pikiran, tetapi juga menghadirkan kenikmatan rasa yang khas dan menenangkan. Menariknya, manfaat kopi ternyata tak berhenti pada urusan membuat mata melek.

    Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nutrients menemukan, kopi hitam atau kopi tanpa gula berpotensi memberikan dampak positif terhadap kesehatan metabolik, khususnya dalam hal sensitivitas insulin. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi kopi hitam secara rutin dan peningkatan respons tubuh terhadap insulin, terutama pada wanita.

    Penelitian ini menggunakan data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional Korea (2019-2021) dan menganalisis hubungan antara konsumsi kopi dengan penanda metabolisme glukosa pada lebih dari 7.000 orang dewasa Korea. Para peserta diminta melaporkan asupan kopi mereka, termasuk jenis kopi yang dikonsumsi, dalam kurun waktu 24 jam.

    “Temuan kami menunjukkan, mengonsumsi dua atau lebih cangkir kopi hitam per hari berhubungan terbalik dengan resistensi insulin pada wanita Korea,” kata para peneliti, dikutip dari Times of India, Senin (5/5/2025).

    Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi kopi hitam dan peningkatan penanda metabolisme glukosa. Khususnya, wanita yang rutin mengonsumsi kopi hitam menunjukkan tingkat sensitivitas insulin yang lebih baik serta penurunan resistensi insulin dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi kopi atau memilih kopi dengan tambahan seperti gula.

    Temuan ini menunjukkan, kopi hitam dapat berperan dalam meningkatkan kesehatan metabolik, terutama pada wanita. Istilah ‘sensitivitas insulin’ mungkin terdengar teknis, tetapi sebenarnya cukup mudah dipahami. Pada dasarnya, ini mengacu pada seberapa efektif tubuh merespons insulin, hormon yang berfungsi mengangkut gula dari aliran darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi.

    Ketika sensitivitas insulin tinggi, tubuh mampu memindahkan gula dari darah ke dalam sel dengan efisien. Hal ini membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil dan mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2.

    Sebaliknya, ketika tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin, kondisi yang dikenal sebagai resistensi insulin, gula darah dapat menumpuk di aliran darah. Akibatnya, risiko berbagai masalah kesehatan, terutama gangguan metabolik seperti diabetes, obesitas, dan penyakit jantung, meningkat.

    Kopi, terutama kopi hitam, kaya akan senyawa alami yang disebut polifenol, dengan salah satu yang paling menonjol adalah asam klorogenat. Senyawa ini berfungsi layaknya penjaga kecil yang membantu melawan peradangan dan mendukung kontrol gula darah yang lebih baik. Pada dasarnya, asam klorogenat dapat meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang menjadi keuntungan besar bagi kesehatan metabolik secara keseluruhan.

    Namun, sebelum mulai menenggak kopi dalam jumlah berlebihan, penting untuk diingat, kunci utamanya adalah moderasi. Asupan kafein yang terlalu tinggi dapat mengganggu kualitas tidur atau menimbulkan rasa gelisah. Untuk mendapatkan manfaat maksimal, pilihlah kopi hitam tanpa tambahan gula, sirup, atau krim kental. Semakin sederhana, semakin besar peluang tubuh merasakan manfaatnya.

    (suc/suc)

  • Terbukti Lewat Studi, Vitamin D Bisa Turunkan Risiko Kena Kanker Kolorektal

    Terbukti Lewat Studi, Vitamin D Bisa Turunkan Risiko Kena Kanker Kolorektal

    Jakarta

    Kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak terjadi di dunia. Sekitar 1,2 kasus kanker kolorektal baru didiagnosis setiap tahun, yang menjadikannya kanker paling umum kedua pada pria dan ketiga pada wanita

    Ilmuwan terus mencari cara untuk mengurangi risiko penyakit seperti kanker kolorektal, yang meliputi kanker usus besar dan rektum. Dalam tinjauan studi yang dipublikasikan sebelumnya, para peneliti berfokus pada hubungan antara vitamin D dan kanker kolorektal.

    Para ahli mempublikasikannya dalam jurnal Nutrients pada April 2025. Studi ini merupakan hasil dari penilaian para ahli untuk mencari hubungan menyeluruh antara vitamin D dan kanker kolorektal.

    Dikutip dari Eating Well, para peneliti menelusuri basis data ilmiah dari penelitian yang mengaitkan kanker usus besar dengan vitamin D. Dari 100 penelitian, ada sekitar 50 penelitian ilmiah yang menjadi rujukan para peneliti di dalam studi ini.

    Dalam penelitian ini, para ahli hanya memilih penelitian yang melibatkan peserta studi orang dewasa dengan kanker usus besar atau yang mengalami kekurangan vitamin D. Mereka juga mencari kasus dengan peserta yang diberikan suplemen vitamin D sebagai bagian dari penelitian.

    Hasil Penelitian

    Menurut peneliti, vitamin D terbukti memiliki banyak manfaat bagi tubuh, termasuk mendukung komunikasi antara sel-sel saraf, mengatur tekanan darah, dan mencegah infeksi pernapasan. Vitamin ini juga berperan dalam menjaga kesehatan usus, kadar hormon tiroid, kadar gula darah, bahkan mengurangi efek-efek berbahaya dari penuaan.

    Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa vitamin D terbukti memiliki banyak manfaat untuk tubuh, termasuk menjaga kesehatan usus. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa kekurangan asupan vitamin D sangat berkaitan dengan peningkatan risiko kanker usus besar.

    Sebagian kasus menunjukkan kekurangan vitamin D yang dapat memicu perburukan peradangan pada usus. Kondisi ini yang mendorong perkembangan kanker usus besar.

    Secara khusus, meta-analisis dari 31 studi juga melaporkan bahwa orang dengan asupan vitamin D tinggi, sekitar 80 ng/ml memiliki risiko kanker kolorektal yang 25 persen lebih rendah, dibandingkan mereka yang hanya mendapatkan asupan vitamin D rendah sekitar 10 ng/ml.

    Para peneliti juga menemukan bukti vitamin D dapat membantu mencegah pembentukan polip. Itu merupakan prekursor kanker usus besar yang biasa ditemukan selama kolonoskopi.

    Secara keseluruhan, peneliti menemukan bahwa vitamin D, baik yang didapat dari makanan atau suplemen, sangat berperan dalam mencegah dan mengobati kanker usus besar. Vitamin itu akan mengurangi peradangan, mengatur respons imun, mendorong kematian sel kanker, dan menghambat pertumbuhan kanker.

    Vitamin D juga bisa didapatkan dari paparan cahaya matahari, ikan berlemak, kuning telur, hati sapi, susu, hingga jus jeruk.

    Namun, ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Salah satunya, sebagian besar penelitian tidak dapat menjelaskan mekanisme jelas terkait hubungan sebab-akibat antara vitamin D dan kanker usus besar.

    Para penulis studi juga menekankan perlunya uji klinis secara acak berskala lebih besar terkait hubungan keduanya.

    (sao/kna)