Produk: gula darah

  • Rebusan Daun Salam Bisa Turunkan Tekanan Darah? Ini Kata Penelitian

    Rebusan Daun Salam Bisa Turunkan Tekanan Darah? Ini Kata Penelitian

    Jakarta

    Tekanan darah tinggi menjadi salah satu kondisi yang perlu diantisipasi sehabis perayaan kurban. Olahan daging yang tinggi garap bisa bikin tensi melonjak. Bisakah diatasi dengan rebusan daun salam?

    Daun salam atau bay leaf merupakan herba yang berasal dari pohon salam atau Laurus nobilis. Sesuai namanya, sering juga disebut sebagai bay-laurel. Di dunia kuliner, daun salam banyak digunakan untuk memberi citarasa khas dalam masakan.

    Di pasar, daun salam dijual dalam bentuk masih segar maupun kering. Penggunaannya cukup dimasukkan ke dalam masakan selama proses memasak, dan bisa diambil untuk disingkirkan saat makanan hendak disajikan. Memang, daun ini teksturnya keras sehingga susah dikunyah ataupun dicerna.

    Kandungan Nutrisi Daun Salam

    Dalam satu sendok makan remukan daun salam, terkandung nutrisi sebagai berikut:

    Energi: 5,5 kaloriProtein: 0,1 gramLemak: 0,1 gramKarbohidrat: 1,3 gram

    Dikutip dari WebMD, daun salam juga mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin B6, kalsium, zat besi, dan mangaan.

    Manfaat Daun Salam untuk Tekanan Darah

    Rebusan daun salam hanya menambahkan sangat sedikit kalori ke dalam masakan. Sebaliknya, herba ini menambahkan banyak serat serta vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan. Selain memperbaiki sistem imun, antioksidan juga menjaga fungsi kardiovaskular.

    Sebuah riset di Research Journal of Pharmacy and Technology menyebut, daun salam mengandung minyak sitrat esensial dan euganol, tamin, dan flavonoid. Berbagai kandungan tersebut dikatakan punya kemampuan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

    Riset ini menyimpulkan adanya efek pemberian rebusan daun salam dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Lasalimu Selatan, Buton, Sulawesi Tenggara. Meski demikian, ditegaskan bahwa penurunan tekanan darah tidak berarti menyembuhkan.

    Senyawa aktif dalam daun salam utamanya adalah flavonoid. Dalam penelitian lainnya, disebutkan daun salam bisa menurunkan dan menjaga tekanan darah pada kelompok pra-lansia dengan hipertensi.

    Kemungkinan Efek Samping

    Pada umumnya, daun salam aman digunakan dalam masakan. Hanya saja disebutkan, daun ini memang susah dicerna sehingga tidak dikonsumsi dalam bentuk sayuran, hanya untuk memasak atau diambil air rebusannya.

    Dikutip dari Healthline, informasi tentang keamanan tidak banyak tersedia. Karenanya, disarankan untuk tidak mengonsumsi daun ini saat kehamilan dan menyusui.

    Pada pengidap diabetes, daun salam mungkin mempengaruhi kadar gula darah. Beberapa bukti juga menunjukkan adanya dampak pada sistem saraf, sehingga bisa mempengaruhi efek anestesi saat operasi. Disarankan untuk tidak mengonsumsi daun salam kurang lebih 2 pekan sebelum menjalani operasi.

    (up/tgm)

  • 7 Gejala Diabetes pada Anak yang Sering Dianggap Sepele

    7 Gejala Diabetes pada Anak yang Sering Dianggap Sepele

    Jakarta

    Diabetes bukanlah penyakit kronis yang hanya bisa diidap oleh orang dewasa. Anak-anak pun tak luput dari penyakit ini, baik itu diabetes tipe 1 atau tipe 2.

    Dikutip dari Times of India, dalam jangka waktu tertentu, diabetes dapat meningkatkan risiko rusaknya jantung, saraf, dan penglihatan. Namun, masih banyak orang tua yang kadang luput dalam melihat tanda-tanda diabetes ini, terlebih pada anak-anak.

    Sebagai informasi, diabetes dibagi ke dalam dua jenis utama, yakni tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh autoimun yang menyerang tubuhnya sendiri, sehingga sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel sehat yang dikira sel ‘asing’.

    Sementara, diabetes tipe dua adalah kondisi saat tubuh mengalami resistensi insulin. Tubuh sebenarnya memproduksi insulin, tapi tidak bisa membantu penyerapan dan mengawasi kadar gula dalam darah. Faktor gaya hidup bisa berkontribusi menyebabkan resistensi insulin.

    Berikut, adalah tanda-tanda diabetes pada anak, khususnya diabetes tipe 1.

    1. Sering Pipis

    Salah satu tanda pertama adalah anak yang sering buang air kecil. Ini karena gula darah tinggi bisa menyebabkan ginjal bekerja lebih keras untuk membuang kelebihan gula, sehingga menyebabkan lebih banyak urine.

    2. Rasa Haus Berlebihan

    Tanda-tanda lainnya adalah anak seringkali merasa sangat haus, meski sudah minum lebih banyak air dari biasanya. Kondisi ini bisa diperparah karena sering buang air kecil, sehingga tubuh juga kehilangan banyak air.

    Meskipun makan lebih banyak, anak-anak yang mengidap diabetes dapat mengalami penurunan berat badan. Ini terjadi karena tubuh mulai memecah lemak dan otot untuk menghasilkan energi, saat tidak menggunakan gula dengan baik.

    4. Mudah Lelah dan Lemah

    Kadar gula darah dalam tubuh yang tinggi membuat anak-anak merasa lelah dan lemah. Mereka mungkin memiliki sedikit energi untuk bermain, sekolah, atau kegiatan lain bersama teman-temannya.

    5. Penglihatan Kabur

    Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan cairan tertarik dari lensa mata, sehingga ini dapat memengaruhi kemampuan anak untuk melihat dengan jelas.

    6. Luka Sulit Sembuh

    Diabetes dapat memengaruhi tubuh dalam hal menyembuhkan luka. Hal ini membuat luka memar, atau luka terbuka setelah terjatuh akan sembuh lebih lama.

    7. Infeksi Berulang

    Anak-anak yang mengidap diabetes mungkin akan lebih sering terkena infeksi, terutama infeksi jamur atau infeksi saluran kemih.

    (dpy/up)

  • Waspadai Kolesterol Setelah Idul Adha, Ini 5 Makanan yang Harus Dihindari

    Waspadai Kolesterol Setelah Idul Adha, Ini 5 Makanan yang Harus Dihindari

    Jakarta

    Idul Adha identik dengan sajian lezat berbagai olahan daging, yang pastinya bikin was-was para pengidap kolesterol tinggi. Jika memang punya risiko, maka ada baiknya membatasi beberapa jenis makanan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

    Pada individu yang sehat, menyantap makanan serba daging sebenarnya tidak masalah. Sistem metabolisme punya kemampuan untuk memilah nutrisi yang dibutuhkan tubuh, lalu membuang yang tidak diperlukan.

    Masalahnya, sistem ini tidak selalu berjalan sebagaimana diharapkan. Gangguan metabolisme membuat makanan serba enak yang tersaji di momen Idul Adha mudah sekali memicu peningkatan kolesterol dan asam urat.

    Dikutip dari Mayo Clinic, kolesterol adalah senyawa berlemak yang terdapat di seluruh tubuh. Kolesterol bisa diproduksi oleh tubuh sendiri, bisa juga bersumber dari makanan yang dikonsumsi.

    Sekurangnya ada dua jenis kolesterol yang penting untuk diketahui. High Density Lipoprotein (HDL) merupakan kolesterol yang membawa kelebihan lemak di dalam darah ke hati, untuk kemudian dipecah dan dibuang dari tubuh.

    Karena fungsinya tersebut, kalangan awam menyebut HDL dengan istilah ‘kolesterol baik’.

    Jenis lainnya adalah Low Density Lipoprotein (LDL), yakni kolesterol yang dapat menumpuk di dinding pembuluh darah. Penumpukan tersebut bisa memicu penyempitan, atau bahkan penyumbatan yang memicu stroke dan serangan jantung. Oleh karenanya, LDL dalam istilah awam disebut sebagai ‘kolesterol jahat’.

    Kadar kolesterol normal

    Dikutip dari Clevelandclinic, kadar normal kolesterol sebagai berikut:

    HDL: di atas 60 mg/dLLDL: di bawah 100 mg/dLKolesterol total: di bawah 200 mg/dL5 Makanan yang sebaiknya dihindari

    Untuk mencegah peningkatan kadar LDL setelah Idul Adha, ada baiknya membatasi asupan sebagai berikut:

    1. Torpedo

    Praktisi seks dr Boyke Dian Nugraha, SpOG dalam perbincangan dengan detikcom mewanti-wanti kaum pria yang suka berburu torpedo kambing. Terlebih jika punya riwayat kolesterol tinggi.

    “Jadi makan torpedo kambing itu sama dengan makan jeroan ya, jadi tau sendiri kadar lemak jahatnya tinggi,” pesan dr Boyke.

    2. Jeroan

    Sama seperti torpedo, jeroan atau organ dalam pada umumnya memang memiliki kandungan kolesterol yang tinggi. Spesialis jantung dr Yuri Afifah, SpJP mengingatkan, ada baiknya pilah-pilah jika menyantap daging kurban.

    “Jeroan nggak disarankan, jangan ya, itu tinggi kolesterol dan lemak juga,” katanya.

    3. Santan

    Sebenarnya, anggapan bahwa santan mengandung kolesterol adalah mitos karena kolesterol hanya diproduksi oleh hewan dan bukan dari tanaman. Namun demikian, konsumsi santan berlebih dapat memicu peningkatan kolesterol dalam tubuh.

    “Santan tidak mengandung kolesterol tetapi mengandung lemak jenuh yang apabila dimetabolisme di badan menyebabkan peningkatan LDL (low-density lipoprotein), itu salah satu fraksi kolesterol,” kata spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH.

    4. Kulit dan lemak

    Menurut spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, pengidap kolesterol tinggi sebaiknya menghindari bagian daging berlemak. Bagian perut serta dekat kulit termasuk yang perlu dihindari.

    5. Gorengan dan makanan cepat saji

    Memang bukan termasuk daging kurban, tetapi umumnya banyak disantap ketika mulai bosan dengan sajian serba daging. Hati-hati, junk food bisa mengganggu sistem metabolisme dan meningkatkan kolesterol.

    Bagaimana mengurangi kolesterol?

    Spesialis gizi klinis dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK menyarankan buah dan sayuran untuk mengimbangi asupan daging. Menurutnya, makanan berserat ini bisa mencegah kalap makan karena sifatnya membuat lambung cepat terasa penuh.

    “Serat dia juga bermanfaat untuk lebih mengontrol dari gula darah kita selain itu dia juga bisa membantu mengikat kolesterol,” jelasnya.

    Tidak kalah penting, asupan cairan juga harus dicukupi. Kurang cairan bukan cuma mengganggu sistem metabolisme, tapi juga bikin susah buang air besar (BAB) setelah makan daging.

    (up/up)

  • Jahe dan Kunyit Direbus Bareng, Efeknya ke Lambung Bikin Kaget!

    Jahe dan Kunyit Direbus Bareng, Efeknya ke Lambung Bikin Kaget!

    Jakarta

    Dua rempah populer, jahe dan kunyit, bisa dikonsumsi bersamaan dengan cara direbus bareng. Buat kesehatan lambung, efeknya bisa bikin kaget karena dipercaya mampu meredakan mual dan perasaan tidak nyaman. Nah lho, kaget kan?

    Utamanya jahe, atau Zingiber officinale, yang secara empiris telah banyak digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan di saluran pencernaan. Efek tersebut diyakini terkait kandungan lebih dari 100 senyawa aktif termasuk gingerol, parasol, dan sebagainya.

    Dikutip dari Health.com, beberapa studi menemukan jahe dapat meringankan mual-muntah pada kehamilan tanpa risiko serius. Meski demikian, para pakar mengingatkan bahwa sejauh ini hasil penelitian cukup beragam sehingga masih perlu diteliti lebih lanjut.

    Secara empiris, jahe juga dipakai untuk meredakan mual karena morning sickness maupun mabuk perjalanan. Kandungan senyawa aktif di dalamnya juga diyakini mempercepat pengosongan lambung.

    Sementara itu, kunyit atau Curcuma longa dalam sebuah studi terbukti punya efektivitas seperti omeprazole, yakni obat penangkal refluks asam lambung dari golongan proton pump inhibitor (PPI) atau penghambat pompa proton.

    Kunyit juga membantu menurunkan berat badan melalui beberapa cara. Selain dengan ‘membunuh’ sel-sel lemak, juga meningkatkan metabolisme serta memperbaiki resistensi insulin.

    Apakah jahe dan kunyit aman direbus bareng?

    Baik kunyit maupun jahe umumnya aman dikonsumsi orang dewasa sehat. Meski demikian, butuh penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi dampaknya jika digunakan sebagai suplemen dosis tinggi.

    Kedua rempah herba ini juga punya efek terhadap mekanisme pembekuan darah, gula darah, dan tekanan darah. Karenanya, sebaiknya konsultasi dengan profesional kesehatan jika punya riwayat penggunaan obat-obat berikut:

    antikoagulan atau anti pembekuan darahantidiabetesobat-obat pengontrol tekanan darahKemungkinan efek samping

    Meski secara umum dinyatakan aman, kunyit dan jahe bisa memicu beberapa efek samping. Penting dicatat, efek samping berikut biasanya muncul dalam dosis tinggi.

    Beberapa kemungkinan efek samping:

    Perut tidak nyamanNyeri dadaDiareIritasi mulut dan tenggorokanSakit kepalaRuamBAB (Buang Air Besar) ber warna kuning

    (up/up)

  • Tips Agar Kolesterol Tak Melonjak setelah Makan Daging Kurban

    Tips Agar Kolesterol Tak Melonjak setelah Makan Daging Kurban

    Jakarta

    Saat hari raya Idul Adha, banyak orang agak berlebihan dalam makan daging kurban. Agar kolesterol tidak naik, ada sejumlah tips yang dari dokter yang bisa dilakukan.

    Baik untuk populasi normal maupun yang sudah mengalami sindrom metabolik sedikit terkait kolesterol, pastikan tubuh sehat sebelum mengonsumsi daging kurban. Jika memang sangat ingin makan daging, maka lakukan gaya hidup sehat, baik sebelum atau setelah mengonsumsinya.

    “Kontrol makan yang baik, empat sehat lima sempurna dengan volume atau jumlah gramasi yang sesuai,” kata Spesialis Penyakit Dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD kepada detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Kemudian, dr Ray juga mengingatkan untuk melakukan olahraga bagi individu normal yang ingin mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol. Menurutnya, makan daging agak berlebihan di periode hari Idul Adha tidak masalah, asalkan dimbangi dengan gaya hidup sehat.

    “Mungkin di periode Idul Adha ini dalam 5-7 hari agak berlebihan tidak mengapa, selama setelahnya itu kemudian harus diimbangi, harus diganti kelebihan-kelebihan yang kemudian dikonsumsi, dibakar kembali dengan aktivitas fisik atau olahraga yang lebih intens,” kata dr Ray.

    Senada dengan dr Ray, spesialis gizi klinis dr Dessy Suci Rachmawati SpGK, merekomendasikan untuk makan buah dan sayur setelah makan makanan berlemak saat momen Idul Adha. Sebab, ada kandungan serat di dalamnya.

    “Serat ini dia bermanfaat untuk tubuh kita supaya memberikan efek kenyang yang lebih lama, karena dicernanya Itu akan membutuhkan proses yang lebih lama. Serat dia juga bermanfaat untuk lebih mengontrol dari gula darah kita selain itu dia juga bisa membantu mengikat kolesterol,” kata dr Dessy.

    (elk/up)

  • Jemaah Haji Asal Ngawi Meninggal saat Wukuf di Arafah, Diduga Karena Ini

    Jemaah Haji Asal Ngawi Meninggal saat Wukuf di Arafah, Diduga Karena Ini

    Ngawi (beritajatim.com) – Seorang jemaah haji asal Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, dilaporkan meninggal dunia saat menjalankan ibadah wukuf di Arafah, Arab Saudi. Jemaah haji tersebut bernama Sugiharto Isman Satromiharjo, 59 tahun, warga Perumahan Griya Rahayu, Desa Jururejo, Kecamatan Ngawi.

    Sugiharto tergabung ke dalam kloter JN SUB 54. Dia meninggal dunia pada Kamis pagi (5/6/2025).

    Menurut informasi dari Kementerian Agama Ngawi, almarhum mengalami sesak napas dan kadar gula darah tinggi saat menjalani prosesi wukuf di Arafah. Meski sempat mendapat pertolongan medis dan dirujuk ke rumah sakit di Mekah, nyawanya tak tertolong.

    “Kami mendapat kabar dari Kemenag bahwa Sugiharto kritis pada Rabu malam. Padahal sebelumnya, Senin 2 Juni, istrinya sempat menghubungi dan mengatakan mereka dalam keadaan sehat,” ungkap MIM Saiful Hadibu, kakak almarhum.

    Sugiharto diketahui berangkat haji bersama istrinya, Eni Aslihatul Kirom, 53 tahun. Saat kejadian, keduanya tengah mengikuti rangkaian ibadah haji di Tanah Suci. Kabar duka diterima pihak keluarga pada Kamis dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.

    “Korban sempat drop, ditolong tim medis dan dirujuk ke rumah sakit, namun belum sampai di rumah sakit sudah meninggal karena sesak napas dan gula tinggi,” ujar Mukibbuddin, petugas Kemenag Ngawi.

    Hingga saat ini, keluarga dan kerabat terus berdatangan ke rumah duka untuk menyampaikan belasungkawa dan mendoakan almarhum. Sementara itu, istri korban masih melanjutkan rangkaian ibadah haji di Arab Saudi. [fiq/beq]

  • Jangan Lupa Bahagia, Liburan Nggak Happy Risikonya Jantung Koroner

    Jangan Lupa Bahagia, Liburan Nggak Happy Risikonya Jantung Koroner

    Jakarta – Long weekend menjadi kesempatan untuk recharge energi fisik dan mental yang tergerus oleh rutinitas sehari-hari. Saran dokter jantung, manfaatkan benar-benar untuk merasa bahagia.

    Menurut dokter jantung dr Yuri Afifah, SpJP, liburan bisa dimanfaatkan untuk menekan hormon kortisol. Hormon ini dilepaskan oleh kelenjar adrenal ketika stres dan dapat mempengaruhi kerja jantung maupun organ lain di dalam tubuh.

    “Memang kalau misalnya kita liburan, harapannya hormon kortisolnya bisa turun ya sehingga kita stresnya akan berkurang,” katanya dalam perbincangan dengan detikcom di Depok, Jawa Barat, Rabu (28/5/2025).

    Tentunya, liburan hanya akan bermanfaat bagi jantung jika dijalani dengan bahagia. Hormon kortisol turun, jantung jadi lebih stabil ketika masa-masa liburannya terasa menyenangkan.

    “Tapi kalau liburannya ternyata menekan dan tidak bahagia, ya sama aja malah hormon kortisolnya tambah naik,” jelas dr Yuri.

    Peningkatan hormon kortisol karena stres, menurut dr Yuri dapat mensupresi hormon lain di dalam tubuh. Selain mempengaruhi denyut jantung, juga meningkatkan risiko gula darah tinggi dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.

    “Ending-nya akan menjadi salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner,” jelasnya.

    (up/up)

  • CKG di Kabupaten Kediri, Selain Masyarakat Umum Mas Dhito Terjunkan Tim Sasar Kalangan Pelajar

    CKG di Kabupaten Kediri, Selain Masyarakat Umum Mas Dhito Terjunkan Tim Sasar Kalangan Pelajar

    Kediri (beritajatim.com) – Hingga minggu terakhir Mei 2025 ini, Pemerintah Kabupaten Kediri telah melakukan Cek Kesehatan Gratis (CKG) kepada belasan ribu penduduk. Di usia sekolah, program ini di awali dari SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School.

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Ahmad Khotib mengatakan, berdasarkan instruksi Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana CKG juga menyasar kalangan pelajar dengan usia 5 hingga 18 tahun. Khusus bagi kalangan pelajar ini, CKG rencananya akan dilakukan setelah memasuki tahun ajaran baru 2025/2026 mendatang.

    “Diawali dari SMA Dharma Wanita Boarding School, nanti (akan menyasar) sekolah-sekolah di tahun ajaran baru,” terang Khotib pada Selasa, 27 Maret 2025.

    Menurutnya CKG ini ditujukan untuk mendeteksi dini berbagai resiko penyakit. Mulai dari diabetes, jantung, kanker, hipertensi, sampai potensi stroke. Jika ditemukan risiko tersebut, petugas CKG akan memberikan rekomendasi kepada warga untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan jaminan kesehatan yang dimiliki.

    “Pentingnya masyarakat mempunyai jaminan kesehatan, kalau ada indikasi penyakit tertentu. Masyarakat bisa menggunakan jaminan kesehatan ke faskes sehingga ada tindakan lebih lanjut,” ujar Khotib.

    Per 27 Mei 2025, program CKG di Kabupaten Kediri berhasil menyasar sejumlah 12.189 warga. Lebih lanjut Khotib menyebut, sebagaimana harapan Mas Dhito, sapaan bupati Kediri, kegiatan deteksi dini ini diharapkan bisa meningkatkan umur harapan hidup masyarakat. Melalui CKG pula, petugas sekaligus memberikan imbauan kepada masyarakat pentingnya meningkatkan kesadaran untuk hidup sehat dan produktif.

    Sebagaimana diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Kediri tahun 2024 diangka 75,07 tahun atau meningkat 0,22 tahun dibanding tahun sebelumnya.

    Sementara itu, CKG di SMA Dharma Wanita 1 Pare dilaksanakan berbarengan dengan kegiatan seleksi penerimaan siswa baru. Dimana menjadi salah satu persyaratan bagi siswa didik yakni lolos kesehatan baik fisik maupun mental.

    Sub Koordinator Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, menambahkan, pemeriksaan kepada pada calon siswa SMA Boarding School ini meliputi screening penyakit tidak menular.

    Hasil pemeriksaan kemudian akan dilaporkan kepada pihak sekolah sebagai rekapitulasi sekaligus data rujukan jika ditemukan resiko penyakit yang dialami calon siswa. Hal ini dinilai sangat penting mengingat para siswa nantinya akan menjalani kehidupan asrama.

    “Nantinya hasil pemeriksaan ini kalau ditemukan faktor resiko (tensi tinggi, gula darah tinggi) nanti akan kita rujuk ke Puskesmas, dan kalau memang harus ada penanganan lanjutan akan dilanjutkan ke rumah sakit,” bebernya. [ADV PKP/nm]

  • Liburan Makan Enak Melulu, Ini Saran Ahli Biar Tak Menggendut

    Liburan Makan Enak Melulu, Ini Saran Ahli Biar Tak Menggendut

    Jakarta

    Liburan panjang atau long weekend kerap menjadi momen yang dinantikan banyak orang. Selain jadi waktu yang tepat untuk melepas penat, liburan juga identik dengan momen bersantap, mulai dari kumpul keluarga, jalan-jalan kuliner, hingga menikmati makanan manis dan berlemak tanpa banyak pertimbangan.

    Tak heran, banyak orang merasa pola makan mereka jadi tak terkendali selama liburan. Porsi makan melonjak, jam makan berantakan, dan godaan camilan sulit dihindari. Ahli gizi dari Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Pratiwi Dinia Sari, S.Gz, RD, mengatakan mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, seperti gorengan hingga makanan bersantan yang berlebihan bisa berdampak buruk terhadap kesehatan.

    Hal ini dikarenakan lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat atau Low-Density Lipoprotein (LDL) dalam darah. Dalam jangka panjang kondisi ini dapat menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, hingga stroke.

    Begitu juga makanan manis. Pratiwi mengatakan kandungan gula yang tinggi dalam makanan ini dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Tubuh yang mengalami lonjakan gula darah secara berulang akan lebih cepat merasa lapar, mudah lelah, dan mengalami penumpukan lemak, terutama di jaringan adiposa.

    “Lonjakan ini akan memicu peningkatan produksi insulin dalam tubuh sebagai respon alami, namun jika terlalu sering terjadi, bisa berdampak negatif,” ucap Pratiwi, dikutip dari laman UGM, Selasa (27/5/2025).

    Tubuh yang terus-menerus mengalami lonjakan gula darah dan insulin bekerja terlalu keras dalam waktu lama dapat memicu resistensi insulin. Lantas, bagaimana cara mengatasinya?

    “Caranya sederhana dengan cukup tidur, batasi gula, konsumsi buah dan sayur yang kaya antioksidan, serta makanan yang mengandung probiotik seperti yoghurt atau makanan fermentasi,” tegasnya.

    Selama liburan panjang, penting juga untuk tetap memenuhi kebutuhan serat. Hal ini dikarenakan serat sangat membantu dalam menjaga kadar gula darah, kolesterol, dan tekanan darah. Usahakan mengonsumsi minimal 3 porsi sayur dan 2 porsi buah setiap hari.

    Prinsip “Isi Piringku” dari Kementerian Kesehatan dapat dijadikan pedoman, yakni setengah piring diisi buah dan sayur, seperempat lauk pauk, dan seperempat makanan pokok. Pratiwi pun mengingatkan agar masyarakat tidak khawatir, karena menjaga pola makan sehat bukan berarti harus menjauhi makanan favorit. Ia justru menganjurkan pendekatan yang lebih realistis dengan pola makan 80:20.

    “Artinya, 80 persen kebutuhan kalori harian kita dipenuhi dari makanan berkualitas dan 20% sisanya boleh dari makanan yang sifatnya rekreasional,” jelasnya.

    NEXT: Rekomendasi aktivitas fisik

    Selain itu, Pratiwi juga merekomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik agar tubuh tetap bugar selama liburan. Liburan sering kali identik dengan gaya hidup inaktif, seperti rebahan seharian, duduk lama menonton film atau bermain gadget, dan waktu istirahat yang justru terlalu panjang tanpa gerak.

    Padahal, tubuh tetap membutuhkan pergerakan untuk menjaga metabolisme tetap optimal dan mencegah penumpukan kalori yang tidak terpakai.

    “Banyak orang berpikir kalau olahraga itu harus yang berat, seperti pergi ke gym atau ikut kelas kebugaran tertentu. Padahal, aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki selama 15-30 menit setiap hari sudah sangat membantu menjaga kebugaran tubuh,” tambahnya.

    “Kuncinya adalah keseimbangan. Gaya hidup sehat dilakukan sepanjang hidup agar kita bisa menikmati momen liburan dengan tubuh yang bugar dan pikiran yang ringan,” tutup Pratiwi.

    Simak Video “Video: Manfaat Diet Ketogenik Sebelum Operasi Jantung Terbuka pada Anak”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Liburan di Long Weekend Bisa Turunkan Risiko Penyakit Jantung, Ini Alasannya

    Liburan di Long Weekend Bisa Turunkan Risiko Penyakit Jantung, Ini Alasannya

    Jakarta – Long weekend atau libur akhir pekan yang lebih panjang, biasanya akan digunakan sebagian orang untuk berlibur. Baik ke destinasi dalam negeri ataupun luar negeri.

    Tanpa disadari, liburan yang membahagiakan memiliki efek yang bagus untuk kesehatan jantung, mengapa begitu?

    Spesialis jantung dr Yuri Afifah, SpJP mengatakan bahwa liburan yang membahagiakan akan menekan munculnya hormon kortisol atau hormon stres dalam tubuh.

    “Kalau misalnya kita stres hormon kortisol akan naik. Itu akan memengaruhi denyut jantung. Kalau kita liburan, harapannya hormon kortisolnya bisa turun dan stresnya berkurang,” kata dr Yuri saat berbincang dengan detikcom di Depok, Jawa Barat, Rabu (28/5/2025).

    “Jadi emang bener sih liburan itu dapat menekan hormon kortisol. Asal kita bahagia ya, kalau liburannya menekan dan tidak bahagia ya sama aja, hormon kortisolnya bisa naik,” sambungnya.

    Hormon kortisol yang tinggi, lanjut dr Yuri dapat mengganggu hormon-hormon lain di tubuh.

    “Jadi efeknya bisa ke jantung. Jadi denyut jantungnya semakin tinggi, terus rasa berdebar. Lalu efek ke yang lain diabetes, kadar gula darah tinggi,” katanya.

    “Ending-nya pasti akan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner,” tutupnya.

    (dpy/up)