Produk: gula darah

  • Langsung Berbaring Setelah Makan? Bisa Ganggu Pencernaan

    Langsung Berbaring Setelah Makan? Bisa Ganggu Pencernaan

    Jakarta

    Setelah makan berat, seringkali banyak orang yang tergoda untuk berbaring. Tapi, kebiasaan ini ternyata bisa berdampak buruk bagi pencernaan.

    Untuk itu, penting untuk mengetahui apa yang akan terjadi di pencernaan saat langsung berbaring setelah makan. Ketahui pula kebiasaan apa saja yang perlu diterapkan setelah makan.

    Berbaring setelah Makan Bisa Mengganggu Pencernaan

    Berbaring setelah makan tentunya akan mengganggu pencernaan dan mengakibatkan masalah kesehatan. Setelah makan, tubuh akan mulai memecah makanan, memindahkan nutrisi penting ke usus, dan perlahan menyerap energi untuk tubuh.

    Proses ini biasanya membutuhkan waktu dan energi. Dikutip dari laman Sri Ramakrishna Hospital, dalam hal ini gravitasi berperan penting dalam memindahkan makanan secara efisien melalui saluran pencernaan.

    Saat berbaring setelah makan, asam lambung bisa naik dan menimbulkan sensasi terbakar di dada atau nyeri ulu hati. Kondisi ini disebut dengan penyakit refluks gastroesofageal (GERD). Jika diabaikan, asam yang terus menerus bisa merusak lapisan kerongkongan dan mengakibatkan komplikasi lebih lanjut.

    Menurut spesialis penyakit dalam dr Rizka Novita Indriani, salah faktor risiko GERD selain merokok, ibu hamil, usia, dan stres,
    memang berbaring setelah makan.

    “Berbaring setelah makan, hobi ya kita ya. Itu juga menyebabkan GERD,” kata dr Rizka, Kamis (5/6/2025).

    Kapan Bisa Berbaring setelah Makan

    Dikutip dari laman Very Well Health makanan dan minuman membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk melewati lambung dan usus halus. Cairan bening, seperti air dan jus melewati lambung dengan cepat. Sementara, makanan padat terutama yang berlemak tinggi paling lambat dicerna.

    “Semakin lama (jeda waktu) untuk berbaring untuk tidur setelah makan, semakin baik,” kata dokter bersertifikat di penyakit dalam dan gastroenterologi sera Direktur Medis Senior Gastroenterologi di Southern Ohio Medical Center, Jesse Houghton MD.

    Para ahli menyarankan untuk menunggu setidaknya 2-3 jam setelah makan. Periode ini akan membuat tubuh mencerna makanan secara efisien dan menurunkan risiko refluks asam.

    Kebiasaan Sehat yang Perlu Diterapkan saat dan setelah Makan

    Selain harus menunggu beberapa saat sebelum berbaring, beberapa kebiasaan berikut ini perlu dilakukan saat dan setelah makan.

    1. Minum Air Secukupnya

    Penting untuk mengonsumsi air yang cukup. Dikutip dari laman Thrisy Work, biasanya, sekitar 250 ml air cukup untuk membantu melancarkan pencernaan. Kendati demikian hal ini bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi.

    Saat makan dengan kandungan air tinggi, maka asupan minuman bisa lebih sedikit. Sementara, ketika makan makanan asin, berlemak, atau berat berarti harus diimbangi dengan minum yang lebih banyak.

    Namun, perlu diketahui, minum terlalu banyak selama atau setelah makan bisa mengencerkan asam lambung dan enzim pencernaan. Dikutip dari laman Sahyadri Hospitals, asam lambung berperan penting dalam memecah makanan dan membunuh bakteri berbahaya. Jika asam ini terdilusi, efisiensi pencernaan bisa berkurang yang menyebabkan perut kembung, gas, atau kenaikan berat badan.

    2. Lakukan Jalan Kaki Ringan

    Berjalan kaki ringan setelah makan akan menstimulasi sistem pencernaan, sehingga membantu dalam mengatur kadar gula darah. Bahkan, berjalan kaki, setidaknya 10-15 menit akan mencegah rasa lesu yang sering menyertai saat mengonsumsi makanan berat.

    3. Hindari Makan Berat sebelum Tidur

    Hindari makanan yang berat dan pedas saat makan malam untuk melancarkan pencernaan dan mencegah ketidaknyamanan. Jika lapar, pertimbangkan untuk mengonsumsi camilan ringan seperti buah, kacang, atau yoghurt yang tidak mengganggu sistem pencernaan.

    4. Berkonsentrasi saat Makan

    Hindari makan sambil menonton televisi atau menggunakan ponsel. Makan dengan penuh kesadaran akan membuat kesadaran akan rasa kenyang dan membantu mencegah makan berlebihan.

    (elk/tgm)

  • 5 Minuman Segar Pengganti Soda untuk Jaga Gula Darah

    5 Minuman Segar Pengganti Soda untuk Jaga Gula Darah

    Jakarta

    Menjaga kadar gula darah tetap stabil bukan hanya untuk pengidap diabetes, tapi semua orang. Gula darah yang tidak terkendali dapat memicu berbagai komplikasi penyakit serius seperti kerusakan ginjal, penyakit jantung, hingga gangguan penglihatan.

    Salah satu langkah paling mudah untuk menjaga kadar gula darah stabil adalah dengan memilih minuman sehat. Minuman bersoda misalnya, dalam satu hidangan bisa mengandung sampai 30-40 gram gula.

    Padahal menurut anjuran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, asupan gula tambahan harian per hari maksimal sebanyak 50 gram. Jumlah tersebut sudah hampir memenuhi batas rekomendasi asupan gula harian dari Kemenkes.

    Jika sering dikonsumsi, minuman bersoda tentu meningkatkan risiko kenaikan gula darah (hiperglikemia), hingga diabetes melitus.

    Pengganti Minuman Bersoda

    Beberapa waktu lalu, sempat viral kisah seorang pria di Malaysia mengidap diabetes hingga kakinya harus diamputasi akibat komplikasi yang dialami. Pria bernama Azlan itu mengaku minum manis setiap hari, termasuk minuman bersoda.

    Bahkan dalam sehari, ia bisa beberapa kali mengonsumsi minuman manis.

    “Saya menyukai ‘Teh Tarik’ dan selalu meminumnya setiap hari di pagi, siang, dan malam hari. Selain itu, saya juga sering mengonsumsi minuman berkarbonasi,” ungkap pria asal Malaysia bernama Azlan dalam sebuah video akun TikTok-nya yang viral.

    Daripada mengonsumsi minuman bersoda, coba minum minuman ini untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil:

    1. Kopi

    Kopi tanpa gula bisa menjadi salah satu pilihan sehat untuk menjaga kadar gula darah. Dalam sebuah tinjauan studi di 2018, konsumsi kopi dikaitkan dengan peningkatan metabolisme, serta menurunkan risiko diabetes tipe dua.

    “Kopi tanpa pemanis tambahan bagus untuk kadar gula darah. Minum kopi hitam sudah lama dikaitkan dengan risiko diabetes tipe dua yang lebih rendah serta memperlambat perkembangan penyakit tersebut,” kata ahli gizi Erin Palinski-Wade, RD dikutip dari EatWell.

    Meski bermanfaat, konsumsi kopi tetap perlu diatur. Para ahli menyarankan minum kopi tidak lebih dari 3-4 cangkir per hari atau sekitar 400 mg kafein, agar tetap aman bagi tubuh.

    2. Teh Hijau

    Dikutip dari Health, kandungan katekin dalam teh hijau dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas untuk mengontrol jumlah glukosa dalam darah.

    Konsumsi katekin bisa menjadi metode pendukung yang efektif dalam mengelola kadar gula darah. Tapi perlu diingat, metode ini bukan pengganti dari pengobatan medis yang diresepkan oleh tenaga kesehatan.

    Coba minum teh hijau di pagi hari sebelum memulai aktivitas. Secara umum, mengonsumsi hingga delapan cangkir teh hijau setiap hari masih dianggap aman, kecuali sedang hamil atau menyusui. Ibu hamil dan menyusui bisa minum hingga enam cangkir teh hijau setiap hari.

    3. Jus Tomat

    Beberapa studi menunjukkan bahwa kandungan likopen dalam tomat dapat membantu menurunkan kadar gula darah. Likopen merupakan antioksidan karotenoid, yang penting untuk mencegah komplikasi diabetes dan resistensi insulin.

    Pastikan jus tomat yang dikonsumsi tidak menggunakan gula tambahan. Minum 2-3 cangkir jus tomat sehari sudah memenuhi rekomendasi dari Departemen Pertanian Amerika Serikat.

    4. Teh Hitam

    Antioksidan dalam teh hitam dapat menurunkan risiko diabetes dengan cara mengatur kadar gula darah dan mencegah peradangan. Dalam sebuah studi, ditemukan minum lebih dari 1 cangkir teh hitam per hari dapat menurunkan risiko diabetes hingga 14 persen.

    Studi lain menemukan kandungan theaflavin dalam teh hitam juga mengurangi efek radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul tidak stabil yang dapat merusak sel dan dalam jangka panjang meningkatkan berbagai risiko penyakit kronis, seperti diabetes.

    5. Air Putih

    Minum air putih dalam jumlah yang cukup terbukti membantu menurunkan kadar gula darah, melumasi sendi, dan memberikan berbagai manfaat untuk kesehatan secara keseluruhan. Kebutuhan air bisa bervariasi pada tiap orang, tergantung jenis kelamin, berat badan, dan usia.

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sendiri menyarankan konsumsi setidaknya delapan gelas atau sekitar 2 liter air putih setiap hari.

    Lebih Baik Kurangi Minuman Manis

    Spesialis penyakit dalam dr Andi Khomeini Takdir, SpPD menuturkan mengonsumsi minuman manis tidak serta merta mengakibatkan diabetes. Tapi konsumsi secara berlebih ditambah dengan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan risikonya.

    “Tidak serta merta dengan mengkonsumsi minuman manis memang menjadi diabetes. Cuma risikonya memang lebih besar. Apalagi kalau ada faktor keturunan,” terang dr Koko dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    “Ini yang kita minta supaya orang mencegah dengan mengurangi konsumsi gula harian. Kemudian olahraga teratur, istirahat yang cukup, kemudian menjaga berat badan ideal,” tandasnya.

    (elk/tgm)

  • Jangan Disepelekan, Kelelahan Seperti Ini Bisa Jadi Tanda Diabetes-Kanker

    Jangan Disepelekan, Kelelahan Seperti Ini Bisa Jadi Tanda Diabetes-Kanker

    Jakarta

    Merasa lelah terus menerus meski sudah tidur cukup, perlu diwaspadai. Dalam beberapa kasus, kelelahan berkepanjangan bukan hanya disebabkan aktivitas fisik, stres bekerja, atau minimnya frekuensi waktu tidur.

    dr Sky Koh, konsultan asosiasi dan dokter keluarga di National University Polyclinics di Singapura melihat tren peningkatan kasus kelelahan berkepanjangan.

    “Saya cukup sering menangani kasus kelelahan, sekitar dua atau tiga dari setiap 100 pasien,” kata dr Koh, dikutip dari CNA, Selasa (1/7/2025).

    “Merasa lelah sepanjang waktu itu tidak normal. Penting untuk menyadarkan masyarakat bahwa tubuh seharusnya merasa segar dan bertenaga setelah tidur yang cukup.”

    Ciri-ciri kelelahan berkepanjangan meliputi:

    rasa ngantuk berlebihansakit kepala berulangpusingnyeri otot dan lemaskehilangan motivasi atau minat terhadap aktivitasterganggunya kesehatan emosional.

    Sayangnya, pasien jarang datang dan langsung menyadari gejala ini. Biasanya, mereka mengeluhkan gejala seperti kelelahan terus-menerus, kurang energi, atau mengantuk berlebihan yang mengganggu kehidupan sehari-hari, hubungan dengan teman, rekan kerja, keluarga, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

    Risiko Kanker dan Diabetes

    Kelelahan bisa menjadi satu gejala dari beberapa penyakit serius termasuk kanker dan diabetes. Tetap perlu dicatat, bukan berarti setiap merasakannya menandakan risiko kanker hingga diabetes.

    Memang apa sih kaitannya?

    1. Kanker

    Sel-sel sehat harus bersaing dengan sel-sel tumor untuk mendapatkan nutrisi. Selain itu, tubuh juga menghabiskan energi imbas peradangan kronis akibat kanker, kata dr Koh.

    Faktanya, kelelahan akibat kanker dialami oleh 80 persen hingga 100 persen pengidap kanker, menurut Cleveland Clinic. “Kelelahan jenis ini membuatmu merasa sangat lelah tanpa alasan yang jelas. Orang yang mengalaminya menggambarkannya sebagai rasa lelah yang melumpuhkan dan tidak hilang meski sudah banyak istirahat atau tidur,” beber dr Koh.

    Beberapa jenis kanker lebih menguras energi daripada yang lain. Misalnya, kanker payudara dan prostat dapat mengubah kadar hormon dalam tubuh, yang berdampak pada berbagai gejala termasuk kelelahan, menurut Cancer Research UK.

    Beberapa kanker darah, serta kanker pankreas dan kolorektal, dapat menghasilkan sitokin, sekelompok protein yang penting bagi sistem kekebalan tubuh. Namun, sitokin ini juga bisa menyebabkan kelelahan.

    Kanker lainnya, tambah Cancer Research UK, dapat mengeluarkan zat yang menghentikan tubuh dalam menggunakan nutrisi seperti kalsium dan kalium yang penting untuk fungsi jantung dan otot. Akibatnya, kamu akan merasa mengantuk dan lelah.

    2. Diabetes

    Saat kamu makan, makanan akan dicerna menjadi gula darah atau glukosa. Kemudian, pankreas mengeluarkan insulin agar tubuh bisa menggunakan glukosa ini sebagai sumber energi. Pada pengidap diabetes, tubuh tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah cukup untuk memanfaatkan gula darah. Tanpa sumber energi ini, sel-sel tubuh menjadi lemah atau kelelahan.

    “Gula darah rendah juga bisa menyebabkan kelelahan, terutama pada mereka yang sering mengalaminya dan tidak cukup mendapat peringatan saat kadar gula turun,” tulis Medical News Today.

    “Seseorang masih bisa merasa lelah meski sudah menjalani pengobatan untuk gula darah rendah.”

    Itu baru hanya bagian tentang glukosa. Rasa haus berlebihan dan sering buang air kecil, meski tidak secara langsung menyebabkan kelelahan, bisa mengganggu tidur malam.

    “Faktor biologis seperti peradangan, kerusakan organ, dan ketidakseimbangan hormon juga bisa menyebabkan kelelahan,” tambah Dr Koh.

    (naf/naf)

  • 5 Tanda Liver Lemah yang Sering Dianggap Masuk Angin

    5 Tanda Liver Lemah yang Sering Dianggap Masuk Angin

    Jakarta

    Liver atau hati merupakan salah satu organ vital yang berada di bagian kanan atas perut. Organ ini memiliki peran penting untuk menyaring racun dari darah, memproduksi empedu untuk pencernaan lemak, serta menyimpan energi dalam bentuk glikogen.

    Perlu hati-hati, organ ini bisa mengalami kerusakan akibat berbagai penyebab, misalnya infeksi hepatitis. Jika dibiarkan, liver bisa melemah dan fungsinya tidak optimal.

    Bahaya Liver Lemah

    Dikutip dari Mayo Clinic, ada banyak faktor yang menyebabkan liver menjadi lemah atau bermasalah. Mulai dari infeksi, kondisi imun, genetik, gaya hidup, hingga kanker.

    Pada kasus infeksi misalnya, masalah hati bisa dipicu oleh virus hepatitis A, B, dan C. Sedangkan pada kasus lain, masalah hati bisa disebabkan oleh hepatitis autoimun, penyakit genetik hemokromatosis, kanker hati, obesitas, hingga konsumsi alkohol jangka panjang.

    Seiring waktu, masalah organ hati yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan jaringan parut yang disebut sirosis. Sirosis dapat berlanjut menjadi gagal hati, suatu kondisi yang mengancam jiwa.

    Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala masalah liver sebelum masalah semakin parah. Terlebih, banyak gejala justru banyak dikaitkan dengan masuk angin biasa. Berikut ini beberapa gejalanya:

    1. Cepat Lelah

    Organ liver juga memiliki fungsi untuk membantu sistem metabolisme mengolah nutrisi dan mengatur kadar gula darah. Ketika fungsi liver terganggu seperti akibat infeksi hepatitis, tubuh tidak bisa mengolah sumber energi dengan cukup.

    Kondisi inilah yang akhirnya memicu gejala kelelahan yang terkadang juga dialami oleh orang yang mengalami masuk angin.

    2. Perut Kembung dan Mual

    Ketika liver tidak berfungsi optimal, maka fungsi dari pencernaan biasanya juga terganggu. Hal ini salah satunya disebabkan karena liver tidak mampu menyaring racun dengan baik, sehingga racun menumpuk, termasuk dalam saluran pencernaan.

    Gejala kembung dan mual karena gangguan liver juga bisa muncul akibat infeksi infeksi virus hepatitis C.

    “Kebanyakan penderita tidak menyadari jika dirinya sedang terinfeksi virus hepatitis C akut. Gejala seperti mual, lelah, dan perut begah sering dianggap gejala masuk angin, maag, atau kelelahan,” kata dr Femmy Nurul Akbar SpPD KGEH dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    Gejala liver lemah yang kadang dianggap masuk angin selanjutnya adalah nafsu makan menurun. Dikutip dari Liver Foundation, gejala ini bisa muncul melalui beberapa mekanisme.

    Misalnya seperti peradangan dalam tubuh, perut kembung, perubahan pada otak, perut yang tidak nyaman, hingga adanya perubahan indera pengecap lidah.

    4. Meriang

    Masalah liver juga memicu rasa tidak enak badan atau meriang. Peradangan hati dapat melepaskan sitokin yang memicu kelelahan dan tidak enak badan.

    Kondisi meriang yang berhubungan dengan masalah liver biasanya ditandai dengan gejala penyerta mata menguning, urine gelap, penurunan berat badan, dan tinja berwarna pucat.

    5. Nyeri Perut Kanan Atas

    Gejala masalah liver terakhir yang kadang dikira masuk angin adalah nyeri perut kanan atas, posisi liver berada. Liver tidak memiliki jaringan saraf tapi punya lapisan tipis yang disebut Glisson’s Capsule yang punya reseptor nyeri.

    Saat liver bermasalah seperti terjadi radang atau pembengkakan, maka area tersebut akan menimbulkan ketidaknyamanan.

    Kapan Harus Periksa ke Dokter?

    Jika beberapa gejala di atas muncul bersamaan atau terus-menerus, pemeriksaan dokter umum atau spesialis penyakit mungkin diperlukan. Ini dilakukan untuk memastikan apakah gejala yang dialami berkaitan dengan masalah liver atau masuk angin biasa.

    Pemeriksaan penyakit liver biasanya meliputi:

    Tes darah untuk mengamati enzim, protein, dan kadar bilirubin. Beberapa tes darah yang dilakukan seperti Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) untuk indikator kerusakan hati-jantung-otot, Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) untuk spesifik kerusakan hati, hingga pemeriksaan Alkaline Phosphatase (ALP).Pemindaian USG, CT scan, dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melihat adanya kerusakan hati.Pemeriksaan elastography atau pemindaian untuk mengetahui pengerasan pada jaringan liver.Endoskopi melibatkan alat berupa kamera kecil atau endoskop yang dimasukkan ke dalam tubuh.Pengambilan sampel jaringan hari yang disebut biopsi.

    (avk/tgm)

  • Langsung Olahraga Setelah Bangun Tidur? Ini Bahayanya

    Langsung Olahraga Setelah Bangun Tidur? Ini Bahayanya

    Jakarta

    Olahraga merupakan salah satu faktor gaya hidup sehat yang berperan besar pada kebugaran fisik dan mental. Aktivitas fisik bermanfaat untuk meningkatkan energi, memperkuat imun, serta menurunkan berbagai penyakit kronis.

    Selain frekuensi dan jenis olahraga, memilih waktu kapan berolahraga nyatanya juga penting. Memilih waktu olahraga yang tepat dapat membantu mengoptimalkan performa tubuh, membakar lebih banyak kalori, hingga memperbaiki kualitas tidur.

    Efek Bangun Tidur Langsung Olahraga

    Salah satu waktu terbaik untuk berolahraga adalah pagi hari. Tapi perlu diingat, sebaiknya olahraga tidak dilakukan benar-benar setelah bangun. Spesialis kedokteran olahraga dan ahli bedah orthopedi Dr David Geier menuturkan tubuh memerlukan persiapan ketika baru bangun tidur.

    “Secara umum, hal yang penting adalah tubuh Anda membutuhkan semacam aktivasi, semacam masa pemanasan, agar siap untuk berolahraga setelah bangun tidur,” katanya dikutip dari Well and Good, Senin (30/6/2025).

    Berikut ini adalah dampak yang terjadi pada tubuh jika memaksakan diri olahraga setelah baru bangun tidur:

    1. Meningkatkan Risiko Cedera

    Karena kurangnya persiapan, tubuh bisa ‘kaget’ dan lebih rentan terkena cedera. Tubuh membutuhkan masa aktivitivasi atau pemanasan sebelum benar-benar siap bergerak.

    Tanpa pemanasan yang cukup, gerakan tiba-tiba dapat membebani otot dan sendi. Oleh karena itu, sebaiknya luangkan waktu 15-30 menit untuk melakukan peregangan atau gerakan ringan terlebih dahulu.

    2. Memicu Mual dan Ketidaknyamanan

    Latihan intens seperti high intensity interval training (HIIT) di pagi hari bisa memicu mual, terutama jika tanpa persiapan. Fisiolog olahraga Paul DiLauro menuturkan hal ini terjadi karena tubuh memproduksi laktat dalam jumlah besar dan tidak sempat dinetralisasi.

    “Kamu bisa mengalami mual tergantung pada susunan genetik Anda,” katanya.

    Mual adalah sinyal tubuh kesulitan menyesuaikan diri dengan lonjakan aktivitas. Risiko ini lebih besar jika tubuh belum aktif secara metabolik setelah tidur.

    3. Memicu Masalah Pencernaan

    Kondisi ini bisa terjadi ketika seseorang memutuskan juga untuk sarapan dulu sebelum berolahraga. Setelah makan, lambung membutuhkan darah untuk mencerna makanan, sama halnya dengan otot membutuhkan aliran darah ketika berolahraga.

    Ini akan memicu ‘perebutan’ aliran darah, yang mengakibatkan ketidaknyamanan pada sistem pencernaan. Akibatnya, muncul perasaan mual, kembung, dan tidak bertenaga saat berolahraga.

    Jika ingin sarapan sebelum olahraga, sebaiknya pilih makanan ringan dan beri jeda waktu agar pencernaan tidak terganggu.

    Manfaat Olahraga Pagi

    Selama dilakukan dengan pemanasan dan persiapan yang benar, olahraga di pagi hari masih menjadi pilihan yang tepat. Hingga saat ini belum ada rekomendasi resmi jam berapa yang paling tepat untuk memulai olahraga, tapi jam 6.00 – 9.00 menjadi salah satu waktu yang disarankan. Pada waktu ini, tubuh juga dianggap lebih siap untuk berolahraga.

    Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Obesity menemukan berolahraga antara pukul 07.00 – 9.00 memberikan dampak terbaik untuk penurunan berat badan. Orang yang berolahraga di pagi hari memiliki indeks massa tubuh dan lingkar pinggang yang lebih kecil.

    Menurut imbauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak-anak usia 5-17 tahun bisa melakukan olahraga tingkat moderat dan sedang selama 60 menit tiap hari. Untuk dewasa berusia 18-64 tahun durasi olahraga dibuat lebih fleksibel menjadi 150-300 menit per minggu untuk aktivitas intensitas sedang, dan 75-150 menit per minggu untuk aktivitas intensitas tinggi. Untuk dewasa disarankan juga untuk latihan penguatan otot minimal dua kali seminggu.

    Berikut ini adalah beberapa manfaat olahraga di pagi hari:

    Meningkatkan kewaspadaan.Meningkatkan energi sebelum beraktivitas.Meningkatkan fokus.Meningkatkan suasana hati.Membantu menurunkan berat badan.Mengontrol nafsu makan seharian.Menjaga kadar gula darah.Menjaga tekanan darah.Meningkatkan kualitas tidur di malam hari.

    (avk/tgm)

  • 5 Camilan Sehat Malam Hari yang Aman untuk Penderita Diabetes

    5 Camilan Sehat Malam Hari yang Aman untuk Penderita Diabetes

    Jakarta

    Diabetes merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak menggunakan insulin secara efektif. Jika tidak dikendalikan, diabetes dapat memicu komplikasi serius seperti kerusakan ginjal, jantung, dan saraf.

    Pola makan sehat sangat penting untuk menjaga kestabilan gula darah dan mencegah lonjakan glukosa. Oleh karena itu, memilih makanan yang masuk ke dalam tubuh perlu diperhatikan.

    Camilan Malam Sehat untuk Pengidap Diabetes

    Sama halnya dalam memilih camilan malam. Memilih camilan bernutrisi tinggi membantu memunculkan rasa kenyang tanpa memicu kenaikan gula darah secara berlebihan. Dikutip dari Healthline, berikut ini beberapa di antaranya:

    1. Telur Rebus

    Telur rebus berukuran besar mengandung 6,3 protein dan sekitar setengah gram karbohidrat. Kandungan protein dalam telur membantu memecah lonjakan gula darah yang terlalu tinggi, khususnya setelah makan.

    Mengonsumsi 1-2 butir telur dapat meningkatkan rasa kenyang, yang membantu mengurangi asupan kalori. Ini penting untuk proses penurunan berat badan.

    2. Kacang Almond

    Kacang almond memiliki manfaat yang besar untuk kesehatan jantung, khususnya pada pengidap diabetes. Salah satu mekanismenya melalui penurunan kolesterol jahat low-density lipoprotein (LDL).

    Almond juga mengandung magnesium dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme glukosa yang optimal. Satu porsi kecil berukuran 28 gram almond tanpa garam mengandung kurang dari 6 gram karbohidrat dan hampir 3 gram serat.

    3. Alpukat

    Alpukat mengandung serat tinggi dan asam lemak tak jenuh tunggal yang membantu menurunkan kadar gula darah. Sebuah studi pada tahun 2023 melibatkan peserta dengan diabetes tipe dua menemukan konsumsi alpukat berhubungan dengan kadar gula darah puasa yang lebih rendah.

    Sebanyak 100 gram alpukat mengandung sekitar 8 gram karbohidrat. Untuk sekali ngemil sehat, makan satu atau setengah buah alpukat (90-170 gram) sangat disarankan.

    4. Popcorn Tawar

    Popcorn tawar tanpa tambahan garam dan mentega bisa menjadi pilihan utama camilan sehat. Satu porsi kecil popcorn sebanyak 25-30 gram sudah cukup untuk camilan.

    Karena kandungan karbohidratnya sedikit lebih tinggi, popcorn juga bisa dipadukan dengan makanan tinggi protein seperti kacang panggang atau potongan keju.

    5. Edamame

    Camilan berwarna hijau ini memiliki senyawa isoflavon yang manfaatnya dikaitkan dengan memperbaiki faktor risiko kardiovaskular pada pengidap diabetes. Satu cangkir edamame seberat 155 gram memiliki kandungan 14 gram protein, 8 gram karbohidrat, dan 8 gram serat. Untuk sekali ngemil di malam, jumlah tersebut sudah sangat cukup.

    6. Yogurt dan Beri

    Beri merupakan salah satu jenis buah yang kaya akan serat. Satu cangkir bluberi (150 gram) misalnya mengandung 3,6 gram serat yang penting untuk memperlambat pencernaan dan menstabilkan gula darah setelah makan.

    Konsumsi yogurt juga dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes tipe dua. Hal ini disebabkan oleh kandungan probiotiknya yang meningkatkan kemampuan tubuh dalam memetabolisme makanan yang mengandung gula.

    Waspadai Gejala Diabetes di Malam Hari

    Dikutip dari Diabetes UK, perubahan kadar gula darah di malam hari dapat mengganggu tidur. Ini dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, salah satunya munculnya rasa nyeri atau tidak nyaman di kaki.

    Ini terjadi ketika kadar gula darah akibat diabetes memicu kerusakan saraf atau diabetic neuropathy. Kondisi ini biasanya ditandai dengan sensasi terbakar, kesemutan, atau nyeri saat malam hari.

    Selain itu, diabetes juga dapat memicu keringat malam dan bolak-balik buang air kecil. Keringat berlebih akibat diabetes biasanya berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon, stres, kerusakan saraf, masalah kardiovaskular, serta obat-obatan.

    Sedangkan, frekuensi buang air kecil yang meningkat berkaitan dengan kerja ginjal yang semakin besar untuk mengeluarkan glukosa melalui urine.

    Mudah lesu dan mengantuk ketika beraktivitas juga bisa menjadi diabetes.

    “Lesu dan mudah mengantuk itu salah satu saja dari beberapa gejala diabetes. Gejala utamanya kita ketahui kalau gula darahnya sudah tinggi, itu biasanya banyak kencing, banyak minum jadi haus begitu. Berat badan menurun, tanpa penyebab yang lain,” kata spesialis penyakit dalam dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD dalam sebuah konferensi pers virtual.

    (avk/tgm)

  • Cerita Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Punya Riwayat Tensi Tinggi

    Cerita Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Punya Riwayat Tensi Tinggi

    Jakarta

    Seorang pria di Jakarta Barat, Alfa, membagikan kisahnya yang sempat berjuang melawan stroke. Pria yang kini berusia 46 tahun itu mengaku terkena serangan stroke akibat tekanan darah atau hipertensi tak terkontrol yang terdeteksi saat usianya baru 35 tahun.

    Saat itu, Alfa menolak mengonsumsi obat yang direkomendasikan dokter karena merasa sudah menjalani pola hidup sehat. Ia rutin berolahraga dan menjaga asupan makanannya dengan menghindari makanan yang bisa memicu kolesterol maupun gula darah tinggi.

    Meski begitu, ia mengaku masih sering mengonsumsi makanan asin, yang sebenarnya dapat memicu tekanan darah tinggi.

    “Sudah mengurangi risiko kolesterol, gula darah tinggi, itu sejak umur 30 itu sudah mengurangi jeroan dan daging. Tetapi yang tidak lakukan adalah diet garam, suka makan asin. Bahkan kalau makan soto, atau bakso, suka menambahkan garam lagi, padahal itu salah besar,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Minggu (29/6/2025).

    Dokter kemudian menyarankan Alfa untuk menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check-up ulang di usianya yang ke-38. Hasilnya, tekanan darah Alfa kembali terdeteksi tinggi.

    Alfa kemudian disarankan untuk mengonsumsi obat hipertensi secara rutin untuk mengontrol tekanan darahnya. Akan tetapi, Alfa justru mengabaikannya. Ia juga sempat mengalami stres berat pada awal pandemi COVID-19, tepat di usianya yang ke-41 tahun. Ia menyebut kondisi tersebut ikut memicu tensinya naik.

    “Saya memang kadang-kadang nggak minum obat karena lupa, atau memang, ‘wah habis minum kopi nih pagi’. ‘Wah, nggak usah deh besok aja dah,” lanjutnya lagi.

    Adapun serangan stroke terjadi saat Alfa sedang melakukan aktivitas. Pada saat pandemi, ia berlari sekitar tiga hingga lima kilometer di sekitar rumah. Tanpa jeda, ia langsung melanjutkan dengan senam aerobik tabata. Detak jantungnya melonjak hingga 160 bpm.

    Tak lama setelah itu, Alfa mendadak mengalami pusing hebat seperti vertigo. Ia juga menyadari sisi kiri tubuhnya tidak dapat digerakkan. Tangan dan kaki kirinya lumpuh, disertai gangguan bicara dan mulut yang perot.

    Ia berada dalam kondisi tersebut selama hampir 12 jam, hingga akhirnya sang istri tiba di rumah dan mendapati dirinya dalam keadaan lemah tak berdaya.

    “Nah, ada lega tuh. Itu tuh jam 8 pagi, istri saya baru pulang dari kantor jam 9 malam. Dan itu adalah, kalau orang ngomong tuh, ‘gila lo ya’. Golden time (stroke ) kan cuma 3-4 jam,” ucap Alfa.

    Alfa kemudian langsung dibawa ke salah satu rumah sakit Surabaya untuk menjalani MRI. Hasilnya menunjukkan adanya pendarahan di otak kanan, tepatnya di area belakang telinga, dengan volume mencapai 60 mililiter.

    Awalnya, dokter menyarankan Alfa untuk menjalani operasi. Namun, karena ia masih mampu merespons pemeriksaan memori dan kesadaran dengan baik, dokter memutuskan untuk tidak melakukan tindakan operasi. Alfa menjalani proses pemulihan dengan dirawat di ICU selama tiga minggu.

    Masa-masa awal pasca stroke menjadi titik terendah bagi Alfa. Ia sempat merasa kehilangan harapan. Meski begitu, dukungan dari keluarga dan sang istri menjadi titik balik dalam proses pemulihannya.

    Terkait kejadian yang dialami Alfa, terlalu banyak mengonsumsi makanan asin bisa memicu hipertensi atau tekanan darah tinggi. Ketika tekanan darah tinggi tidak terkontrol, komplikasinya bisa memunculkan penyakit lain mulai dari stroke sampai gagal ginjal.

    “Kalau garam hubungannya itu ke hipertensi. Dengan garam yang banyak tinggi, kandungan garam di dalam pembuluh darah akan menarik air. Cairan akan lebih banyak di pembuluh darah, tekanan darah menjadi meningkat,” ujar spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi dr dr Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH, saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kenapa Banyak Kasus Stroke Terjadi Saat di Kamar Mandi? Ini Penyebabnya”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/kna)

  • Sering Bangun Tengah Malam? Ini Sinyal Awal Diabetes

    Sering Bangun Tengah Malam? Ini Sinyal Awal Diabetes

    Jakarta

    Diabetes merupakan kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak mampu mengatur kadar gula darah dengan baik. Ini disebabkan karena tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau tidak menggunakan insulin secara efektif.

    Jika diabetes tidak dikendalikan, penyakit ini bisa memicu masalah kesehatan lain seperti kerusakan ginjal, mata, saraf, dan jantung.

    Diabetes secara umum dibagi menjadi tipe satu dan dua. Diabetes tipe satu terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel penghasil insulin di pankreas, sehingga tubuh hampir tidak memproduksi insulin. Sedangkan diabetes tipe dua terjadi karena tubuh tidak menggunakan insulin secara efektif atau tidak cukup memproduksinya.

    Kaitan Diabetes dan Tidur

    Tidur cukup dan berkualitas penting dalam menjaga kesehatan, khususnya pengidap diabetes. Masalahnya, sulit bagi pengidap diabetes mendapatkan tidur yang nyenyak.

    Dikutip dari Diabetes UK, perubahan kadar gula darah saat malam mengganggu kualitas tidur. Komplikasi akibat diabetes seperti neuropati (kerusakan saraf) serta nyeri pada kaki juga membuat tidur lebih sulit atau sering terbangun.

    Oleh karena itu, kenali lebih dalam gangguan tidur yang menjadi sinyal awal diabetes. Berikut ini beberapa gejala diabetes yang seringkali muncul di malam hari dan mengganggu tidur:

    1. Bolak-balik Buang Air Kecil

    Ketika kadar gula darah tinggi, ginjal akan bekerja lebih keras untuk mengeluarkannya dari tubuh. Ini membuat frekuensi buang air kecil meningkat, khususnya di malam hari.

    Akibatnya tidur terganggu karena sering terbangun untuk ke kamar mandi. Gula darah tinggi juga bisa menyebabkan sakit kepala, haus berlebihan, dan kelelahan sehingga membuat sulit untuk tidur.

    2. Keringat Malam

    Diabetes mengganggu cara tubuh berkeringat dan mengatur suhu. Ini biasanya mencakup keringat malam, keringat saat makan, dan keringat meski cuaca sedang sejuk. Keringat berlebih akibat diabetes biasanya berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon, stres, kerusakan saraf, masalah pada kardiovaskular, serta obat-obatan.

    Keringat malam seringkali disebabkan oleh kadar gula darah rendah atau hipoglikemia. Kondisi ini lebih sering dialami oleh pasien yang menggunakan insulin atau obat diabetes golongan sulfonilurea.

    Ketika kadar gula darah turun terlalu rendah, tubuh memproduksi adrenalin secara berlebihan, yang memicu keringat. Keringat yang keluar bisa begitu banyak hingga membuat pakaian tidur atau sprei basah, sehingga terbangun di malam hari.

    3. Hipoglikemia dan Hiperglikemia

    Gula darah tinggi (hiperglikemia) dan gula darah rendah (hipoglikemia) pada pengidap diabetes, sama-sama mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Kondisi ini memicu insomnia dan kelelahan pada keesokan harinya.

    Sama seperti dengan penyakit kronis lain, stres dan depresi karena penyakit itu sendiri juga membuat orang lebih sulit untuk tidur nyenyak di malam hari.

    4. Nyeri atau Sensasi Aneh di Kaki

    Diabetes kronis berpotensi menyebabkan kerusakan saraf atau diabetic neuropathy, khususnya di area kaki. Kadar gula darah yang terlalu tinggi akibat diabetes, seiring waktu dapat merusak saraf di seluruh tubuh.

    Kondisi ini biasanya ditandai dengan sensasi terbakar, kesemutan, atau nyeri saat malam hari. Ketika keluhan ini muncul, tidur menjadi terganggu dan memicu rasa kantuk berlebih ketika siang hari.

    Fenomena Diabetes di Usia Muda

    Dokter spesialis penyakit dalam, dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD menuturkan diabetes kini bukanlah ‘penyakit orang tua’. Menurutnya, anak muda usia 20-an juga tidak terlepas dari risiko penyakit diabetes.

    Ini disebabkan oleh perilaku hidup zaman sekarang yang cenderung tidak sehat, seperti makan berlebihan yang memicu obesitas, hingga kebiasaan merokok. Padahal di usia muda, risiko komplikasi akibat penyakit diabetes menjadi lebih cepat dibandingkan orang usia lanjut.

    “Mereka komplikasinya lebih cepat, kematiannya juga lebih cepat. Jadi memang konsentrasi kita pada mereka yang muda ini antara 15 sampai 40 tahun. Banyak sekali diabetes tipe 2 semakin hari semakin banyak dengan perilaku anak muda seperti sekarang,” kata Prof ketut.

    Jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin sebagai langkah deteksi dini penyakit diabetes.

    (avk/tgm)

  • 5 Gejala Liver Bermasalah yang Sering Diabaikan

    5 Gejala Liver Bermasalah yang Sering Diabaikan

    Jakarta

    Liver atau hati merupakan organ penting di dalam rongga dada, terletak di sisi kanan. Beratnya sekitar 1,8 kg, berfungsi membantu sistem metabolisme dan membuang racun dan pengotor di dalam tubuh.

    Fungsi hati akan bermasalah ketika organ ini mengalami berbagai gangguan penyakit. Bicara tentang penyakit liver, umumnya merujuk pada kondisi kronis yang memicu kerusakan progresif pada hati. Infeksi virus, keracunan, dan beberapa kondisi metabolik bisa menyebabkan penyakit liver kronis.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, liver memiliki kemampuan regenerasi atau memperbaiki diri sendiri yang baik. Namun jika dihadapkan pada masalah terus menerus, maka liver tidak bisa ‘keep-up’ pada akhirnya.

    Tahapan Liver Bermasalah

    Masalah penyakit liver sangat beragam, namun secara sederhana dapat dibagi menjadi 4 level.

    Hepatitis, yang artinya radang pada jaringan hepar atau liver. Penyebabnya beragam, infeksi virus hingga autoimun.Fibrosis, yakni ketika jaringan liver mengeras dan membuat fungsinya mulai terganggu. Pada beberapa kondisi, kerusakan ini masih reversibel atau bisa pulih.Sirosis atau cirrhosis, yakni kerusakan parah dan permanen pada hati yang sudah tidak reversibel. Meski demikian, pada kondisi ini kerusakan masih bisa dihentikan agar tidak semakin parah.Gagal hati atau liver failure, yakni ketika liver sudah tidak bisa menjalankan fungsi secara adekuat.5 Gejala Liver Bermasalah

    Sayangnya, dikutip dari Mayo Clinic, penyakit hati tidak selalu memunculkan gejala yang mudah teramati. Namun demikian, ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai sebagai tanda-tanda liver mulai bermasalah.

    1. Fatigue atau letih berlebihan

    Salah satu fungsi liver adalah membantu sistem metabolisme mengolah nutrisi, hingga mengatur kadar gula darah. Kerusakan seperti karena infeksi virus hepatitis dapat memicu kelelahan karena tubuh tidak bisa mengolah sumber energi yang cukup.

    “Kebanyakan penderita tidak menyadari jika dirinya sedang terinfeksi virus hepatitis C akut. Gejala seperti mual, lelah, dan perut begah sering dianggap gejala masuk angin, maag, atau kelelahan,” kata dr Femmy Nurul Akbar SpPD KGEH dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    2. Nyeri perut kanan atas

    Tanda lain yang bisa dicermati adalah nyeri di perut bagian kanan atas, yang merupakan tempat liver berada. Liver sendiri tidak memiliki jaringan saraf, namun punya lapisan tipis yang disebut Glisson’s capsule yang punya reseptor nyeri.

    Saat terjadi radang dan pembengkakan pada liver, maka bagian tersebut akan merasakan nyeri atau ketidaknyamanan. Tingkatan nyeri yang terasa bisa bervariasi.

    3. Mata menguning

    Jaundice atau warna kekuningan pada kulit hingga mata merupakan indikasi penumpukan bilirubin. Kondisi ini terjadi karena liver gagal memetabolismenya dengan efektif, karena mengalami kerusakan.

    “Infeksi pun bisa menyebabkan kuning akibat kerusakan sel-sel hati akibat infeksi,” kata dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH.

    4. Urine gelap

    Penumpukan bilirubin juga bisa menyebabkan warna urine menjadi gelap hingga kecokelatan. Warna gelap akibat masalah pada fungsi hati ini tidak pudar meski hidrasi tercukupi.

    5. Berat badan turun

    Kegagalan fungsi hati memetabolisme sumber nutrisi juga berdampak pada penurunan berat badan, baik karena nafsu makan berkurang maupun pencernaan terganggu. Waspada jika mengalami penurunan berat badan secara cepat dan tidak jelas penyebabnya.

    Kapan Harus Periksa?

    Jika salah satu atau beberapa gejala muncul terus menerus, maka sebaiknya periksa untuk memastikan kondisi liver.

    Apa Saja Pemeriksaan untuk Melihat Kondisi Liver?

    Ada banyak tes yang bisa dilakukan untuk mengetahui kondisi liver. Beberapa di antaranya:

    tes darah untuk mengamati enzym, protein, dan kadar bilirubinpemindaian, baik dengan abdominal ultrasound, CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging)elastography, yakni pemindaian untuk mengetahui pengerasan pada jaringan liverendoskopi, melibatkan alat berupa kamera kecil atau endoskop yang dimasukkan ke dalam tubuhdan sebagainya.

    (up/up)

  • Umur 20-an Tapi Gampang Pegal? Bisa Jadi Gangguan Metabolik

    Umur 20-an Tapi Gampang Pegal? Bisa Jadi Gangguan Metabolik

    Jakarta

    Umur masih 20-an tahun, tapi gampang pegal dan kelelahan? Hati-hati, gangguan metabolik mulai banyak menyerang usia muda muda, tak terkecuali Gen-Z.

    Seorang wanita 26 tahun dengan inisial YY mengaku sering kram di bagian kaki, tepatnya di bagian betis. Melalui rubrik konsultasi detikHealth, ia menanyakan penyebab dan cara mengatasinya.

    Untuk mengurangi keluhan tersebut, praktisi kesehatan dr Aru Ariadno, SpPD menyarankan untuk mencoba olahraga berenang. Jika masih ada keluhan, maka ia menyarankan untuk kontrol agar dapat dievaluasi.

    “Kondisi ini bisa terjadi karena masalah otot atau adanya gangguan metabolik,” katanya dalam jawaban singkat yang diberikan.

    Dikutip dari Medical News Today, gangguan metabolik atau metabolic disorder adalah semua kondisi yang mempengaruhi segala aspek metabolisme. Termasuk di antaranya adalah penyakit-penyakit berikut:

    Diabetes mellitusGaucher’s diseaseHemochromatosis.Apa Saja Gejalanya?

    Beberapa gejala yang dapat menyertai gangguan metabolik adalah:

    Rasa letihPerubahan berat badan, naik maupun turunMual dan muntah.

    Karena gangguan metabolik merupakan konsep yang luas dan mencakup berbagai jenis penyakit, gejala bisa sangat bervariasi dan bisa mempengaruhi banyak aspek dari fungsi tubuh. Di antaranya:

    Melemahnya ototPerubahan warna kulitNyeri perutNafsu makan berkurangMasalah perkembangan pada bayi dan balita

    Dikutip dari Cleveland Clinic, sindrom metabolik atau metabolic syndrome merupakan sekelompok kondisi yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2, maupun stroke. Nama lain untuk sindrom ini adalah:

    Syndrome XInsulin resistance syndromeDysmetabolic syndrome

    John Hopkins Medicine menyebut, National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) dan American Heart Association (AHA) mendefinisikan sindrom metabolik ketika 3 dari 5 faktor risiko berikut terpenuhi:

    Obesitas abdominal atau obesitas sentral. Artinya, lingkar perut di atas 90 cm untuk wanita dan di atas 100 cm untuk pria.Tekanan darah tinggi. Didefinisikan sebagai tekanan di atas 130/80 mmHgKadar gula darah puasa tinggi. Didefinisikan sebagai kadar 100 mg/dL atau lebihKadar trigliserida tinggi. Yakni di atas 150 mg/dLLDL (Low Density Cholesterol) rendah. Disebut juga kolesterol baik. Termasuk faktor risiko jika kadarnya di bawah 40 mg/dL untuk pria dan di bawah 50 mg/dL untuk wanita

    Dengan kata lain, gangguan metabolik lebih luas cakupannya dibanding sindrom metabolik yang lebih spesifik terkait penyakit tertentu saja.

    Apakah Usia 20-an Bisa Mengalaminya?

    Jika sindrom metabolik dilihat sebagai bagian dari gangguan metabolik yang lebih luas, maka kondisi ini tidak lagi didominasi usia lanjut. Sebuah riset di jurnal medis JAMA menunjukkan, prevalensi sindrom metabolik meningkat dari 32,5 persen di 2011 menjadi 36,9 persen di 2016.

    Peningkatan yang signifikan antara lain terjadi pada kelompok usia dewasa muda, yakni 20-39 tahun. Peningkatannya tercatat dari 16,2 persen menjadi 21,3 persen.

    (up/up)