Produk: gula darah

  • Kabar Baik dari Ilmuwan Harvard! Ada Cara Baru Atasi Diabetes-Obesitas

    Kabar Baik dari Ilmuwan Harvard! Ada Cara Baru Atasi Diabetes-Obesitas

    Jakarta

    Ilmuwan dari Harvard University membawa angin segar bagi mereka yang hidup dengan diabetes tipe 2 dan obesitas. Penelitian terbaru menemukan pendekatan alternatif yang berpotensi lebih efektif mengatasi dua kondisi tersebut.

    Dikutip dari Science Daily, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cell Metabolism ini menyelidiki hubungan antara mikrobioma usus, yakni molekul yang dihasilkan bakteri dalam usus, dengan fungsi hati yang memainkan peran besar dalam metabolisme tubuh dan sensitivitas insulin.

    Para peneliti menemukan bahwa molekul-molekul kecil yang diproduksi oleh bakteri usus bergerak melalui pembuluh darah ke hati dan kemudian ke seluruh tubuh, memengaruhi cara tubuh mengolah energi, menyimpan lemak, dan merespons insulin.

    Hasil Temuan Ilmuwan

    Selama ini, perawatan diabetes dikenal fokus pada pengendalian kadar gula darah melalui obat dan perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Namun, hasil penelitian Harvard menunjukkan bahwa saluran metabolik antara usus dan hati bisa menjadi alternatif lainnya.

    Penulis utama studi, Vitor Rosetto Muñoz menjelaskan bahwa vena porta hepatika merupakan jalur pertama yang menerima produk mikrobioma usus. Di hati, metabolit tersebut dapat diubah, diproses, atau dieliminasi sebelum akhirnya masuk ke sirkulasi sistemik.

    “Dengan menganalisis darah yang keluar dari usus dan darah perifer yang beredar ke seluruh tubuh, kami dapat melihat secara lebih jelas metabolit mana yang berasal dari mikrobioma usus dan bagaimana pengaruhnya terhadap metabolisme hati serta kesehatan metabolik,” ujar Muñoz, dikutip dari Science Daily, Selasa (16/12/2025).

    Mencoba Pada Hewan Tikus

    Dalam penelitian ini, para ilmuwan menganalisis metabolit pada tikus dengan tingkat kerentanan berbeda terhadap obesitas dan diabetes tipe 2.

    Hasilnya, tikus sehat memiliki 111 metabolit yang diperkaya di vena porta hepatika. Namun, jumlah tersebut turun drastis menjadi 48 ketika tikus yang secara genetik rentan diabetes diberi diet tinggi lemak.

    Temuan ini menunjukkan bahwa pola makan dan faktor lingkungan sangat memengaruhi distribusi metabolit dalam tubuh. Selain faktor lingkungan, latar belakang genetik juga terbukti memainkan peran penting.

    Profil metabolit pada tikus yang rentan terhadap sindrom metabolik berbeda signifikan dibandingkan tikus yang secara alami resisten, menegaskan bahwa interaksi antara genetik, mikrobioma usus, dan lingkungan sangat kompleks.

    Namun pandangan baru ini bukannya tanpa tantangan. Pertama, hasil saat ini berasal dari penelitian pada hewan. Uji coba pada manusia diperlukan untuk mengonfirmasi bahwa metabolit tertentu memiliki efek pada obesitas dan diabetes manusia.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/naf)

  • Risiko Maut Sopir Truk Sampah di Bantargebang: Kelelahan dan Terpapar Gas Metana
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Desember 2025

    Risiko Maut Sopir Truk Sampah di Bantargebang: Kelelahan dan Terpapar Gas Metana Megapolitan 16 Desember 2025

    Risiko Maut Sopir Truk Sampah di Bantargebang: Kelelahan dan Terpapar Gas Metana
    Tim Redaksi

    BEKASI, KOMPAS.com –
    Antrean truk sampah yang mengular berjam-jam di
    TPST Bantargebang
    , Bekasi, Jawa Barat, bukan sekadar persoalan teknis pengelolaan sampah.
    Di balik kemacetan ritase dan gunungan sampah yang menjulang puluhan meter, tersimpan
    risiko kesehatan
    serius yang mengancam para sopir truk—mereka yang setiap hari berada di garis depan krisis sampah Jakarta.
    Paparan polutan, gas metana, jam kerja yang panjang, serta kurang tidur menempatkan para sopir pada risiko penyakit kronis, mulai dari gangguan paru-paru, hipertensi, hingga stroke.
    Ancaman ini tidak hanya bersifat jangka panjang, tetapi juga dapat berujung fatal dalam waktu singkat. Risiko tersebut bukan sekadar asumsi.
    Pakar penyakit dalam Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, menjelaskan kondisi kerja
    sopir truk sampah
    —khususnya di Bantargebang—merupakan kombinasi faktor berbahaya bagi kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
    “Dia (sopir) mudah mengalami infeksi ya, kemudian juga tentu dalam tidur kurang dalam. Waktu jangka panjang akan menjadi stresnya sendiri, yang ini juga akan bisa menyebabkan berbagai macam potensi penyakit,” ujar Ari Fahrial saat dihubungi
    Kompas.com,
    Jumat (12/12/2025).
    Menurut Ari Fahrial, tubuh manusia memiliki ritme kerja ideal. Dalam kondisi normal, seseorang membutuhkan waktu tidur enam hingga delapan jam per hari agar fungsi organ tetap optimal.
    “Sejatinya seorang itu tidur secara normal itu enam jam, enam sampai delapan jam ya. Kemudian delapan jam itu untuk aktivitas berat, kemudian delapan jam berikutnya untuk aktivitas ringan. Jadi boleh dibilang itu dibagi tiga sebenarnya,” jelas dia.
    Namun, pola tersebut nyaris mustahil dijalani oleh sopir truk sampah di Bantargebang. Jam kerja yang panjang, antrean hingga belasan jam, serta tuntutan kembali bekerja keesokan harinya membuat waktu istirahat terpangkas drastis.
    “Kalau kita lihat bahwa para sopir truk ini bekerja dengan jam sangat panjang, kurang tidur, nah ini tentu akan mengaruhi keadaan tubuhnya, kesehatannya secara keseluruhan,” kata Ari.
    Dalam jangka panjang, kelelahan kronis berpotensi memicu berbagai penyakit, terutama bagi mereka yang memiliki faktor bawaan atau penyakit penyerta.
    “Apalagi kalau dia punya bakat atau sudah ada faktor genetik untuk hipertensi. Orang-orang dengan tidur yang kurang, kecapekan, kelelahan tentu juga akan mengaruhi. Kalau dia punya penyakit kronis misalnya gula darah yang tidak terkontrol,” ujar dia.
    Kondisi tersebut, lanjut Ari Fahrial, dapat berujung fatal.
    “Kalau hipertensi tadi mungkin bisa menjadi stroke misalnya seperti itu,” kata dia.
    Selain kelelahan, ancaman lain yang mengintai sopir truk sampah adalah
    paparan gas metana
    dan polutan dari timbunan sampah yang komposisinya tidak diketahui secara pasti.
    “Bicara soal sampah berbahaya, sekali lagi kita juga enggak tahu ya komponennya itu ya. Tapi yang jelas ketika dia terpapar dengan sampah, gas metana, segala macam, itu tentu yang akan terganggu adalah paru-parunya,” ujar Ari.
    Paparan jangka panjang berisiko memicu gangguan pernapasan serius.
    “Dia bisa mengalami yang kita bilang penyakit paru obstruksi kronis. Bisa saja kalau dia memang ada faktor unsur alergi atau hipersensitif, dia akan mengalami asma,” kata dia.
    Namun, bagi pekerja yang terpapar secara terus-menerus, risiko penyakit paru kronis menjadi jauh lebih besar. Ia menekankan pentingnya penggunaan alat pelindung diri, seperti masker, untuk meminimalkan paparan gas metana dan polutan.
    “Seharusnya yang bersangkutan harus dilengkapi dengan masker, sehingga dia tidak terpapar langsung dari gas metana dan polutan,” katanya.
    Ari juga menyoroti bahaya
    microsleep
    , yakni kondisi tertidur singkat tanpa disadari akibat kelelahan ekstrem.
    “Benar, risiko
    microsleep
    juga cukup tinggi. Kita tahu banyak kasus-kasus yang terjadi di jalanan, terutama pada para pengendara kendaraan umum, misalnya bus,” ujar dia.
    Fenomena ini, kata Ari, kerap berujung fatal. Ia menjelaskan, seseorang bisa tiba-tiba tertidur dalam waktu sangat singkat tanpa kendali, kondisi yang kerap berujung fatal dan umumnya terjadi akibat kurangnya waktu istirahat. Selain itu, dehidrasi turut memperburuk kondisi fisik sopir.
    Ia menyimpulkan, risiko kesehatan sopir truk sampah tidak bisa dipandang sepele.
    “Jangka pendek pasien itu akan terpapar dengan banyak penyakit. Jangka panjang tentu bisa saja terjadi gangguan-gangguan kesehatan secara umum,” kata dia.
    Ancaman kesehatan itu dirasakan langsung oleh Santo (bukan nama sebenarnya) (39), sopir truk sampah asal Jakarta Selatan yang telah bekerja sejak 2019.
    Menurut Santo, antrean panjang di TPST Bantargebang merupakan bagian dari rutinitas harian.
    “Cepatnya-cepatnya itu empat jam itu sudah lumayan, Bu, bagi kita ada istirahatnya,” ujar Santo saat dihubungi
    Kompas.com.
    Namun, antrean sering kali jauh lebih panjang.
    “Masuk jam 09.00 pagi, pernah saya alami pulang jam 04.00 pagi,” katanya.
    Santo menyebut antrean belasan jam terjadi hampir setiap hari, terutama sebelum kondisi dinilai lebih “kondusif” dalam beberapa hari terakhir.
    “Setiap hari memang kayak gini antriannya,” ujar dia.
    Penyebabnya beragam, mulai dari hujan, kendala alat berat, hingga keterbatasan zona pembuangan.
    “Ketinggian sampahnya sudah enggak layak, sudah tinggi banget. Sudah enggak ada lagi tempat space buat buang sampah,” kata Santo.
    Selama menunggu giliran bongkar muatan, Santo dan sopir lain kerap bertahan di atas truk. Biasanya ia menunggu sambil tertidur, merokok, ataupun makan. Ia mengaku jam kerja bisa mencapai 24 jam tanpa jeda.
    “Iya, betul,” katanya singkat.
    Kondisi antrean tersebut dibenarkan oleh Andi (33), pengepul plastik di kawasan Bantargebang.
    “Iya benar antre truk itu 24 jam setiap harinya,” kata Andi.
    Menurut dia, akar persoalannya adalah keterbatasan ruang pembuangan.
    “Zona tempat pembuangan sampahnya sudah sempit,” ujarnya.
    Andi menyebut adanya informasi soal perluasan area, namun belum terealisasi.
    “Katanya sudah ada beberapa tempat yang dibeli Jakarta, tapi entah kenapa belum direalisasi,” katanya.
    Sementara itu, Roni (bukan nama sebenarnya) (50), petugas di TPST Bantargebang, menjelaskan bahwa sistem pembuangan dilakukan berdasarkan zona.
    “Kalau zona satu sudah penuh, dicari lagi zona lain. Gitu terus,” ujarnya.
    Ia juga mengungkap penyebab longsor yang sempat memperparah kondisi.
    “Terakhir penyebab longsor itu ada hubungannya dengan pemulung. Mereka naik ke atas, ngumpulin sampah, lalu digelindingin. Itu bikin tumpukan sampah di bawahnya geser dan akhirnya longsor,” kata Roni.
    Risiko kesehatan yang dihadapi sopir truk sampah menjadi nyata ketika Yudi (51), sopir asal Jakarta Selatan, meninggal dunia pada Jumat (5/12/2025) usai bekerja lembur. Rekan sesama sopir, Fauzan (46), mengatakan Yudi mengalami akumulasi kelelahan.
    “Waktu kerjanya bisa lebih dari yang dikontrakkan delapan jam,” kata Fauzan.
    Sehari sebelum meninggal, Yudi mulai bekerja sejak pukul 05.00 WIB dan baru keluar dari TPST Bantargebang pukul 19.04 WIB setelah mengantre sekitar delapan jam.
    “Tiga hari nongkrong di sana sambil nunggu bertugas lagi, buat
    recovery
    ,” ujar Fauzan.
    Namun, pada dini hari, Yudi mendadak sesak napas dan kejang sebelum akhirnya meninggal dunia di rumah sakit.
    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan almarhum Yudi terindikasi memiliki penyakit jantung.
    “Memang yang bersangkutan juga pun terindikasi ada penyakit jantung,” ujar Pramono, Senin (8/12/2025).
    Menurut Pramono, keluarga almarhum telah menerima santunan maksimal dari dinas terkait dan BPJS Ketenagakerjaan.
    Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan akan memperkuat protokol keselamatan serta membenahi pola pengangkutan sampah.
    “Semakin lama truk menunggu, semakin tinggi risiko keselamatan karena faktor kelelahan pengemudi,” kata Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto.
    DLH berjanji menata ulang jadwal pengangkutan, memperbaiki manajemen antrean, serta mewajibkan pemeriksaan kesehatan rutin bagi petugas lapangan.
    Peristiwa wafatnya Yudi menjadi pengingat keras bahwa krisis sampah Jakarta tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga menyangkut keselamatan dan nyawa manusia yang setiap hari bekerja menjaga kota tetap bersih.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Nestapa Sopir Truk Sampah Bertahan Belasan Jam, Terjebak Antrean Bantargebang
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        15 Desember 2025

    Nestapa Sopir Truk Sampah Bertahan Belasan Jam, Terjebak Antrean Bantargebang Megapolitan 15 Desember 2025

    Nestapa Sopir Truk Sampah Bertahan Belasan Jam, Terjebak Antrean Bantargebang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Di tengah gunungan sampah Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, antrean truk berwarna oranye terlihat mengular panjang.
    Antrean truk
    itu terjadi di zona empat titik pembuangan sampah
    Bantargebang
    sekitar pukul 15.00 WIB, Jumat (12/12/2025).
    Jumlah truk yang mengantre terlihat terus bertambah setiap menitnya.
    Mereka membawa sampah dari Jakarta dengan kapasitas penuh yang ditutup terpal agar tidak beterbangan.
    Antrean truk terjadi karena para sopir mencari titik paling aman untuk menurunkan muatan sampahnya.
    Sebab, hampir semua lokasi di Bantargebang sudah dipenuhi sampah yang menggunung.
    Salah satu sopir, Hendra (bukan nama sebenarnya, 37) mengaku, dalam beberapa bulan terakhir antrean truk di Bantargebang memang selalu terjadi.
    “Iya, benar itu semenjak dari tiga bulan lalu, itu kita harus menunggu belasan jam atau lebih dari 10 jam ada,” kata Hendra ketika diwawancarai Kompas.com, Jumat.
    Mengantre hingga belasan jam untuk membuang muatan sampah, membuat para
    sopir truk
    kerap kali beroperasi melebihi jam kerja.
    Imbasnya, banyak sopir truk yang tak memiliki waktu untuk istirahat cukup sampai sakit bahkan meninggal dunia.
    Salah satunya Yudi (51),
    sopir truk sampah
    dari Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang tumbang pada Jumat (5/12/2025).
    Kematian Yudi menuai sorotan banyak orang termasuk Gubernur Jakarta Pramono Anung.
    Ia bilang, penyebab meninggalnya sopir itu karena mengalami penyakit jantung.
    Kendati demikian, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jakarta berjanji ke depannya akan mengevaluasi sistem pengangkutan sampah di Bantargebang.
    Mereka akan menata ulang pola dan jadwal pengangkutan sampah dari lima wilayah kota di Jakarta agar tidak terjadi antrean yang membuat sopir kelelahan.
    Namun, fakta di lapangan antrean truk di Bantargebang masih terjadi dan membuat sopir menunggu hingga belasan jam.
    “Masih antre, kemarin saya masuk jam 15.00 WIB sore, kebuang jam 03.00 WIB pagi, terus jam 08.30 WIB mulai muat lagi karena menunggu alat berat di lokasi, sekarang jam 15.00 WIB udah di Bantargebang lagi, ini juga belum sempat pulang,” jelas Hendra.
    Antrean belasan jam itu membuat para sopir truk kerja selama 24 jam non-setop dan tak sempat pulang ke rumah, bahkan untuk sekadar mandi.
    Hendra mau tidak mau bekerja dengan kondisi badan yang sudah semakin lengket dan baju kotor imbas terkena sampah.
    Selain bekerja dalam kondisi tidak mandi, antrean truk belasan jam itu membuat para sopir terpaksa mengisi perut di tengah gunungan sampah.
    Aroma bau busuk menyengat tak memengaruhi nafsu makan para sopir truk yang harus mengisi tenaga karena antrean truk masih panjang.
    Makanan-makanan itu mereka beli dari para pedagang yang berkeliling di sekitar area Bantargebang.
    Sementara Hendra memilih untuk menyantap masakan istrinya yang dibawa dari rumah.
    Menunggu belasan jam untuk sekadar membuang muatan sampah membuat para sopir sering terkurung di dalam truk.
    “Kalau itu tergantung cuaca, kalau misalkan lagi hujan kemungkinan sopir terpenjara dalam mobil, kalau samping ada warung tenda kecil kita ke sana,” ucap dia.
    Namun, tidak semua zona pembuangan sampah di Bantargebang terdapat warung tendaan untuk para sopir truk beristirahat.
    Jika tak ada warung, mereka terpaksa harus menunggu di dalam truk sampah yang dikendarainya.
    Sopir akan semakin tersiksa jika tak membawa bekal dan tidak memiliki uang.
    Sebab mereka terpaksa harus menahan rasa lapar selama belasan jam di dalam truk sampahnya itu.
    Mengingat dari pihak Bantargebang tak pernah menyediakan makanan atau minuman untuk para sopir yang harus antre belasan jam.
    Tak hanya lelah secara fisik, pengeluaran uang para sopir truk juga lebih ekstra ketika harus menunggu antrean belasan jam.
    Pasalnya, mereka harus membeli makanan dan minuman, karena perbekalannya dari rumah hanya cukup untuk makan satu kali.
    “Iya, pengeluaran jadi ekstra karena harus beli makan dan minum. Biasanya, uang bisa sampai Rp 100.000 ke atas, kalau makan Rp 15.000 tiga kali udah berapa itu kalau diirit-irit,” ujar Hendra.
    Di tengah pengeluaran yang ekstra, para sopir truk tak mendapat uang lembur, meski harus belasan jam mengantre di Bantargebang.
    Hal itu lah yang membuat mereka harus putar otak dalam mengelola gaji yang diterima per bulan.
    “Kalau soal gaji mau gimana lagi, kita pas-pasin aja buat di dapur. Abis gimana kita kan harus jalanin harus teriak ke mana, mau ngadu ke mana percuma,” kata Hendra.
    Sopir truk lain, Santo (bukan nama sebenarnya, 39) juga mengaku, pengeluaran uangnya lebih banyak karena antrean pembuangan sampah di Bantargebang mencapai belasan jam.
    Di tengah pengeluarannya yang meningkat, Santo mengeluhkan gajinya yang tak kunjung naik.
    “Untuk saat ini saya nerima di rekening itu Rp 7,5 juta. Jadi, enggak ada tunjangan-tunjangan lain, cuma itu doang,” ujar dia.
    Santo berharap, agar para sopir bisa mendapat pesangon ketika sudah tidak lagi dipekerjakan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta.
    Pasalnya, meski pendapatannya sudah di atas UMR Jakarta, para sopir merasa gajinya tetap pas-pasan di tengah risiko pekerjaan yang tinggi dan jarang pulang ke rumah.
    Kemudian, Santo juga berharap jalan di Bantargebang segera diperbaiki agar aman dilintasi para sopir truk, sebab banyak akses yang rusak dan licin yang berpotensi membahayakan.
    “Emang semua harapan sopir truk itu. Pengin diperbaiki jalannya, karena menyiksa,” ujar dia.
    Lalu, ia juga meminta agar landfill atau zona untuk membuang sampah bisa dibuat rata dan tidak miring agar tak membahayakan sopir truk.
    Sebab, jika sopir truk membongkar muatan sampah di area landfill yang miring maka kendaraan mereka berpotensi terbalik.
    Pengamat perkotaan Universitas Indonesia (UI) Muh Aziz Muslim menilai, antrean truk menunjukkan bahwa kuantitas sampah Jakarta terus bertambah di tengah kapasitas TPST Bantargebang yang sudah melebihi batas.
    Di sisi lain, infrastruktur TPST yang kurang memadai, seperti jalan rusak, landfill yang sudah penuh juga jadi penyebab terjadinya antrean truk yang mau membuang sampah di Bantargebang mencapai belasan jam.
    “Kondisi ini tentu membutuhkan adanya skenario ya bagaimana kapasitas landfill yang terbatas ya dan infrastruktur yang juga mengalami kerusakan itu dapat diselesaikan,” ujar Aziz.
    Untuk mengatasi persoalan itu maka diperlukan perbaikan dari hulu ke hilir.
    Perbaikan di hulu bisa dimulai dari rumah dan kawasan industri dengan menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) itu nanti akan meringankan beban TPA-nya.
    Dengan berkurangnya volume sampah yang masuk maka permasalahan landfill yang melebihi kapasitas di Bantargebang bisa teratasi.
    Kemudian, infrastruktur jalan di Bantargebang juga tidak akan mudah lagi rusak jika volume sampah yang masuk bisa berkurang secara signifikan.
    Aziz juga menyeroti perihal keselamatan kerja para sopir truk yang melakukan bongkar muat sampah di Bantargebang.
    “Kalau terkait dengan keselamatan kerja bagaimana pemerintah memperlakukan sopir truk sampah. Undang-undangnya jelas, terkait dengan masalah Undang-Undang Ketenagakerjaan kita,” jelas dia.
    Dalam Undang-undang itu, diatur bagaimana penetapan jam kerja, kewajiban, hingga hak-hak para pekerja atau sopir truk.
    “Ini mesti diperhatikan apakah hak-haknya sudah diperhatikan, standar keselamatan kerja sudah diperhatikan atau belum, dan kita melihat kondisi truk serta fasilitas kerja yang mereka miliki juga mesti menjadi perhatian,” kata Aziz.
    Selain itu, pemerintah juga diminta memperhatikan bagaimana mekanisme atau manajemen antrean truk sampah di Bantargebang agar bisa diperpendek dan diperbaiki.
    Jangan sampai, kata Aziz, mekanisme antrean yang buruk justru membuat sopir truk menjadi korban lagi karena tak memiliki waktu istirahat yang cukup.
    Dampak
    kesehatan
    Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia Prof. Dr Ari Fahrial Syam menilai, antrean pembuangan sampah di Bantargebang yang mencapai belasan jam tentu saja akan membuat para sopir truk kekurangan jam istirahat.
    Padahal, idealnya dalam satu hari seseorang harus tidur sekitar enam hingga delapan jam, delapan jam lainnya bisa digunakan untuk melakukan aktivitas berat dan delapan jam lagi untuk melakukan aktivitas ringan.
    “Nah, kalau kita lihat bahwa para sopir truk ini bekerja dengan jam sangat panjang, kurang tidur, nah ini tentu akan memengaruhi keadaan tubuhnya, kesehatannya secara keseluruhan,” ungkap Ari.
    Kondisi semakin buruk karena para sopir truk mengantre di tengah gunungan sampah sehingga tanpa sadar terpapar dengan polutan dan gas metana.
    Jadi, sudah seharusnya para sopir truk menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker, sehingga tidak terpapar polutan dan gas metana secara langsung.
    Pasalnya, paparan polutan dan gas metana dari tumpukan sampah berpotensi meningkatkan risiko sopir mengalami micro sleep.
    Jika micro sleep itu terjadi, maka akan berpotensi fatal untuk para sopir truk karena bisa menyebabkan kecelakaan.
    Kurang tidur dalam jangka waktu panjang juga membuat para sopir truk mudah mengalami infeksi dan meningkatkan stres.
    “Apalagi kalau dia punya bakat atau sudah ada faktor genetik untuk hipertensi, mungkin hipertensi orang-orang dengan tidur yang kurang, kecapekan, kelelahan tentu juga akan memengaruhi kalau dia punya penyakit kronis misalnya gula darah yang tidak terkontrol ya. Kalau hipertensi tadi mungkin bisa menjadi stroke misalnya seperti itu,” ucap dia.
    Sementara untuk paparan gas metana dan polutan dari sampah dalam jangka panjang bisa membuat paru-paru para sopir truk bermasalah.
    Misalnya, seperti penyakit paru obstruksi kronis, asma, dan lain sebagainya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bolehkah Minum Air Kelapa Tiap Hari? Ini Aturan Medisnya

    Bolehkah Minum Air Kelapa Tiap Hari? Ini Aturan Medisnya

    Jakarta, Beritasatu.com –  Air kelapa sering menjadi pilihan utama untuk melepas dahaga di tengah cuaca panas. Selain rasanya yang menyegarkan, air kelapa merupakan sumber hidrasi alami yang kaya akan elektrolit.

    Cairan ini biasanya diambil dari kelapa muda yang berusia sekitar 6-7 bulan. Satu buah kelapa hijau rata-rata menghasilkan sekitar setengah hingga satu cangkir air. Penting untuk dicatat, air kelapa berbeda dengan santan. Air kelapa mengandung 94% air dan sangat rendah lemak, sedangkan santan yang dibuat dari daging kelapa parut mengandung sekitar 50% air dan tinggi lemak.

    Mengutip dari Healthline, meski menyehatkan, konsumsinya tetap harus dibatasi. Orang dewasa yang sehat disarankan minum satu buah kelapa segar per hari, idealnya setelah berolahraga demi penyerapan maksimal.

    Berikut adalah kandungan nutrisi dan sederet manfaat kesehatan air kelapa yang perlu Anda ketahui:

    1. Gudang Nutrisi dan Mineral

    Di balik rasa manis alaminya, air kelapa menyimpan beragam mineral penting. Dalam satu cangkir (240 ml) air kelapa, terkandung: kalori 60 , karbohidrat: 15 gram, gula: 8 gram, kalium: 15% dari angka kecukupan gizi (AKG), magnesium: 4% AKG, kalsium: 4% AKG, dan fosfor: 2% AKG.

    2. Melawan Radikal Bebas

    Air kelapa memiliki sifat antioksidan yang kuat. Antioksidan berperan penting dalam mengubah radikal bebas, molekul tidak stabil sisa metabolisme, agar tidak lagi berbahaya. Jika kadar radikal bebas terlalu tinggi, tubuh akan mengalami stres oksidatif yang dapat merusak sel dan memicu berbagai penyakit kronis.

    3. Membantu Kontrol Gula Darah

    Kandungan magnesium dalam air kelapa dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang bermanfaat bagi penderita diabetes tipe 2 dan pradiabetes. Penelitian menunjukkan bahwa air kelapa berpotensi menurunkan kadar hemoglobin A1c, indikator kontrol gula darah jangka panjang.

    Catatan: Penderita diabetes sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum rutin mengonsumsi air kelapa, karena tetap mengandung karbohidrat yang bisa dipecah menjadi gula. Disarankan membatasi konsumsi 1-2 cangkir (240-280 ml) per hari dan menghindari air kelapa kemasan yang mengandung pemanis tambahan.

    4. Mencegah Batu Ginjal

    Hidrasi adalah kunci mencegah batu ginjal. Air kelapa terbukti efektif membantu mencegah kristal (kalsium, oksalat, dan senyawa lain) menempel pada ginjal dan saluran kemih. Konsumsi rutin dapat mengurangi jumlah kristal yang terbentuk dalam urine, sehingga risiko pembentukan batu ginjal dapat diminimalkan.

    5. Menjaga Kesehatan Jantung

    Rutin mengonsumsi air kelapa dapat berkontribusi menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida, terutama bagi mereka yang memiliki kadar lemak darah tinggi. Selain itu, kandungan kalium yang tinggi (500 mg per 227 ml) sangat bermanfaat bagi penderita hipertensi. Minum sekitar 150 ml air kelapa segar di pagi hari dapat membantu mengontrol tekanan darah.

    6. Minuman Isotonik Alami

    Bagi Anda yang gemar berolahraga, air kelapa adalah pilihan tepat untuk mengganti cairan tubuh. Kandungan elektrolit alami seperti kalium, magnesium, natrium, dan kalsium menjadikannya lebih efektif daripada air putih biasa dalam proses rehidrasi pasca-latihan fisik.

    Kendati memiliki segudang manfaat, penderita gangguan fungsi ginjal disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, mengingat tingginya kadar kalium dalam air kelapa yang mungkin membebani kerja ginjal.

  • Aktivitas Sehari-hari Ini Ternyata Bisa Bikin Panjang Umur Lho, Nggak Perlu ke Gym

    Aktivitas Sehari-hari Ini Ternyata Bisa Bikin Panjang Umur Lho, Nggak Perlu ke Gym

    Jakarta

    Semua orang tahu bahwa kunci hidup sehat dan panjang adalah berolahraga serta makan dengan baik. Namun, tidak semua orang punya waktu untuk berlatih keras di gym atau menempuh 10.000 langkah setiap hari.

    Kabar baiknya, aktivitas harian yang dilakukan dengan lebih giat dan berenergi ternyata dapat memberikan manfaat besar. Contohnya, berlari menaiki tangga, berjalan cepat di sekitar rumah, atau bermain aktif bersama anak maupun hewan peliharaan.

    Dalam tiga tahun terakhir, para peneliti olahraga semakin sering menyebut istilah baru, yakni vigorous intermittent lifestyle physical activity (VILPA). Aktivitas ini juga dikenal dengan sebutan ‘olahraga singkat,’ ‘snacktivity,’ atau ‘ledakan aktivitas mikro.’

    Konsep tersebut hadir sebagai solusi terkait bagaimana mendorong individu yang enggan berolahraga agar mengurangi waktu duduk dan lebih banyak bergerak melalui aktivitas intens berdurasi sangat pendek.

    Selama satu dekade terakhir, high-intensity interval training (HIIT) populer sebagai latihan efisien bagi individu dengan jadwal padat. HIIT telah terbukti meningkatkan kontrol gula darah, menurunkan kolesterol, menstabilkan tekanan darah, dan mengurangi lemak tubuh.

    Menurut Mark Hamer, profesor kedokteran olahraga di University College London, VILPA merupakan versi HIIT yang lebih sederhana. Intinya, pendekatan ini mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan intensitas sedikit lebih tinggi, sehingga detak jantung meningkat selama satu hingga dua menit setiap kali melakukannya.

    Hamer menjelaskan gagasan tentang VILPA pertama kali muncul ketika ia dan rekan-rekannya menganalisis data pergerakan yang dikumpulkan melalui perangkat pemantau aktivitas yang dikenakan di pergelangan tangan pada orang-orang yang tidak melakukan olahraga formal.

    Para peneliti menemukan bahwa meski tidak berolahraga di gym atau mengikuti olahraga apa pun, sejumlah individu tetap melakukan banyak aktivitas fisik hanya dari rutinitas harian mereka. Aktivitas tersebut mencakup berjalan cepat saat berangkat kerja hingga menaiki tangga.

    “Sebagian besar pergerakan ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat,” kata Hamer, dikutip BBC.

    “Hal ini mengarah pada konsep microburst.”

    Hamer dan rekan-rekannya kemudian menemukan bahwa aktivitas singkat ini ternyata berkaitan dengan berbagai manfaat kesehatan.

    Dalam sebuah studi tahun 2022 yang melibatkan data dari 25.241 orang di Inggris, Hamer bersama para ilmuwan dari University of Sydney menemukan hanya tiga hingga empat sesi VILPA berdurasi satu menit setiap hari sudah cukup untuk menurunkan risiko kematian dini dari segala penyebab hingga 40 persen, serta mengurangi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular sebesar 49 persen, dibandingkan dengan mereka yang hampir tidak bergerak sama sekali.

    Studi terbaru juga menunjukkan sedikit lebih dari empat menit VILPA per hari dapat membantu mengimbangi sebagian risiko gaya hidup sedentari terhadap kesehatan jantung.

    “Dengan melakukan aktivitas harian mereka dalam waktu singkat dengan intensitas lebih tinggi, beberapa kali sepanjang hari, orang-orang masih dapat memperoleh manfaat kesehatan untuk menurunkan risiko penyakit kronis,” ujar Matthew Ahmadi, peneliti postdoktoral di University of Sydney.

    “VILPA juga dapat membantu mencegah kerapuhan yang menjadi sangat penting seiring bertambahnya usia.”

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Makan Petai Bikin Ginjal Rusak? Begini Penjelasan Dokter Herbal

    Makan Petai Bikin Ginjal Rusak? Begini Penjelasan Dokter Herbal

    Jakarta

    Petai atau Pakia speciosa merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang memiliki aroma khas. Biasanya, tanaman ini dipadukan ke dalam masakan atau dijadikan lalapan.

    Ada kandungan mineral dan vitamin yang baik dari petai untuk kesehatan tubuh. Ekstrak dari polong dan biji petai mengandung polifenol, fitosterol, dan flavonoid total yang tinggi. Kendati demikian, konsumsi petai dalam jumlah tinggi bisa memberikan dampak buruk bagi ginjal.

    Petai Bisa Bikin Ginjal Rusak?

    Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr Inggrid Tania menyarankan masyarakat untuk tidak berlebihan saat mengonsumsi petai. Jika dikonsumsi setiap hari dengan jumlah berlebihan, dalam jangka panjang petai bisa mengganggu kesehatan ginjal.

    “Bisa picu kerusakan ginjal kalau makan petai setiap hari dan berlebihan. Kalau hanya sekali-kali berlebihan, misalnya di satu hari, itu paling efeknya hanya kembung, banyak gasnya,” jelasnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.

    Menurutnya kondisi ini amat sangat jarang, sebab hanya sedikit orang yang tahan makan petai setiap hari secara berlebihan. Adapun batasan orang bisa makan petai adalah maksimal tiga sendok makan penuh dalam sehari.

    Kendati demikian, dr Inggrid menekankan hal ini sebagai kehati-hatian dalam mengonsumsi petai.

    “Mengkonsumsi berlebihan sampai tiap hari dalam jangka waktu lama itu berbahaya. Jadi kalau mau sering, seminggu tiga kali, itu tidak akan memicu kerusakan ginjal,” tutur dia.

    Manfaat Petai untuk Kadar Gula Darah dan Pencernaan.

    Jika dikonsumsi dalam batas normal, petai justru dinilai baik untuk pengidap diabetes.

    “Petal ini kaya akan zat-zat antioksidan, polifenol, dan zat-zat aktif yang terkandung dalam petai ini membantu tubuh kita agar bisa meregulasi gula darah,” kata dr Inggrid

    Hal ini berarti, orang-orang dengan diabetes melitus dan kencing manis akan mendapat manfaat dari mengonsumsi petai. Makanan ini juga bisa membantu menurunkan kadar gula darah dengan berbagai mekanisme. Misalnya, dengan menurunkan enzim alfa glukosidase. Selain itu, petai juga memberi dampak baik pada sistem pencernaan.

    “Petai juga kaya akan kandungan serat, dan membantu memperlancar sistem pencernaan,” lanjut dia.

    (elk/kna)

  • Pemkot Jaktim gencarkan cek kesehatan gratis bagi kader dasawisma

    Pemkot Jaktim gencarkan cek kesehatan gratis bagi kader dasawisma

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur (Jaktim) menggencarkan cek kesehatan gratis (CKG) bagi kader dasawisma di wilayah setempat.

    “Cek kesehatan gratis, sebagaimana dari Kementerian Kesehatan, dapat diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk kader dasawisma,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Herwin Mifenddy saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.

    Salah satunya, seperti di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Sebanyak 150 peserta dari kader dasawisma, aparatur sipil negara (ASN) dan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) memanfaatkan layanan CKG yang digelar di halaman Kantor Kecamatan Kramat Jati.

    Layanan CKG yang digelar dalam rangka menyambut Hari Ibu dengan tema ‘Karena Ibu Begitu Berharga’ itu melibatkan 11 tenaga kesehatan.

    Camat Kramat Jati Kamal Alatas mengatakan layanan CKG yang diikuti 150 orang peserta itu diharapkan dapat menjadi contoh bagi seluruh elemen masyarakat.

    “Kegiatan ini hasil kolaborasi dengan Puskesmas Kramat Jati. Antusiasme peserta sangat tinggi. Mereka sudah berkumpul sejak pagi,” ujar Kamal.

    Sementara itu, Kepala Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Inda Mutiara menjelaskan kader dasawisma merupakan garda terdepan dalam sosialisasi kesehatan kepada masyarakat. Oleh karena itu, mereka harus menjadi contoh gerakan untuk program CKG.

    “Kita kerahkan 11 tenaga kesehatan untuk kegiatan CKG ini. Tentunya, ini untuk mendukung program baik dan mengedepankan kesehatan,” tutur Inda.

    Dia menuturkan jika dari hasil CKG itu ditemukan penyakit, maka peserta langsung diarahkan untuk pemeriksaan lebih lanjut ke Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

    “Jadi, langsung kami arahkan ke puskesmas agar penyakit yang diderita dapat segera terobati,” ucap Inda.

    Dalam kegiatan CKG tersebut, para peserta menjalani sejumlah pemeriksaan kesehatan, antara lain gula darah, kolesterol dan asam urat, serta pengukuran tinggi, berat badan dan lingkar perut.

    Seperti diketahui, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memulai CKG di sekolah di Jakarta pada tahun ajaran baru 2025, yang diawali di Sekolah Rakyat Sentra Handayani, Cipayung, pada 9 Juli 2025.

    Kemudian, kegiatan itu dilanjutkan di Sekolah Rakyat Sentra Mulya Jaya, Cipayung, serta Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Margaguna, Cilandak, pada 14 Juli 2025.

    Pemeriksaan itu dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh orang tua/wali murid/pelajar dan pemeriksaan pada hari H sesuai jenjang dan usia murid.

    Untuk Jenjang SD/sederajat (7-12 tahun), pemeriksaannya meliputi status gizi, tekanan darah, mata, telinga, gigi, kesehatan jiwa, tuberkulosis serta diabetes melitus.

    Selain itu, terkait merokok, kebugaran (kelas 4-6), hepatitis B, kesehatan reproduksi dan riwayat imunisasi (kelas 1).

    Untuk jenjang SMP/sederajat (13-15 tahun), pemeriksaannya meliputi status gizi, tekanan darah, mata, telinga, gigi, kesehatan jiwa, tuberkulosis, diabetes melitus, merokok dan kebugaran.

    Kemudian, terkait hepatitis B dan C, kesehatan reproduksi, skrining anemia dan talasemia (kelas 7 dan 9) serta riwayat imunisasi (kelas 9).

    Sementara untuk jenjang SMA/sederajat (16-17 tahun), pemeriksaannya meliputi status gizi, tekanan darah, mata, telinga, gigi, kesehatan jiwa, tuberkulosis, diabetes melitus, merokok dan kebugaran, serta terkait hepatitis B dan C, kesehatan reproduksi, skrining anemia dan talasemia (kelas 10 dan 12).

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tak Ada Larangan Konsumsi Buah Sebelum Makan Utama, Justru Ini Manfaatnya

    Tak Ada Larangan Konsumsi Buah Sebelum Makan Utama, Justru Ini Manfaatnya

    Jakarta

    Sering dikenal sebagai makanan pencuci mulut yang baik setelah makan berat, buah ternyata punya khasiat ketika dimakan sebelum makan berat. Selain kaya kandungan serat, vitamin, dan antioksidan lainnya yang membantu memelihara kesehatan dan mendukung daya tahan tubuh, penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi buah sebelum makan berat dapat membuat gula darah tetap stabil.

    Buah adalah sumber serat pangan, vitamin, mineral, dan komponen fitonutrien yang mendukung metabolisme glukosa. Serat dalam buah memperlambat pencernaan sehingga pelepasan glukosa ke dalam darah berlangsung lebih bertahap. Beberapa buah seperti apel, pir, jeruk, beri, dan kiwi memiliki indeks glikemik rendah hingga sedang. Inilah alasan bahwa konsumsi buah sebelum makan dapat membantu tubuh merespons glukosa lebih stabil.

    Penelitian dari jurnal Nutrients tahun 2019 menunjukkan bahwa asupan serat, glukosa, dan fruktosa alami ketika makan apel sekitar 30 menit sebelum menyantap nasi putih menurunkan lonjakan gula darah setelah makan secara signifikan lebih rendah hingga 50% dibandingkan makan nasi saja.

    Menariknya, efek penurunan lonjakan gula darah ini jauh lebih kuat dibandingkan ketika apel dan nasi dimakan bersamaan. Karena dalam penelitian tersebut juga membandingkan beberapa kondisi: makan nasi saja, makan nasi dan apel bersamaan, preload apel baru nasi setelahnya, dan preload larutan gula dengan komposisi karbohidrat setara apel. Hasilnya menunjukkan efek paling kuat ketika apel dikonsumsi sebagai preload, bukan hanya dimakan bersamaan. Ini menunjukkan peran waktu konsumsi buah dalam memengaruhi respons glukosa.

    Strategi Sederhana yang Sangat Bermanfaat

    Efek menurunkan lonjakan glukosa cenderung terasa lebih jelas ketika makanan utama kaya pati halus atau memiliki indeks glikemik tinggi seperti nasi putih, roti putih, atau mie instan. Untuk orang sehat yang ingin mengurangi lonjakan gula darah sesaat setelah makan utama, makan buah sebelum makan utama bisa menjadi strategi sederhana yang mudah dicoba.

    Namun efeknya tidak otomatis sama pada semua kelompok. Faktor seperti kondisi metabolik (misalnya diabetes), usia, komposisi makan secara keseluruhan, dan aktivitas fisik juga ikut berperan dalam stabilitas gula darah harian.

    Manfaat Lain Konsumsi Buah Sebelum Makan Utama

    Selain membantu meredam lonjakan gula darah, beberapa penelitian menunjukkan bahwa makan buah sebelum makan utama juga dapat mendukung respons insulin yang lebih terkendali. Ketika glukosa naik dalam tempo lebih lembut, tubuh tidak perlu menghasilkan insulin dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Kondisi ini membuat pola pelepasan insulin lebih rapi dan tidak fluktuatif sehingga tubuh terasa lebih nyaman setelah makan.

    Respons insulin yang lebih stabil ini juga berpengaruh pada cara tubuh mengelola energi sepanjang beberapa jam setelah makan. Banyak orang merasakan lemas, mengantuk, atau tiba tiba kurang fokus setelah menyantap makanan tinggi karbohidrat. Fenomena ini sering disebut sebagai sugar crash atau post meal slump. Preload buah dapat membantu mengurangi kondisi tersebut karena fluktuasi glukosa yang lebih halus mencegah terjadinya penurunan energi yang tiba tiba.

    Ketika energi lebih stabil, tubuh cenderung terasa lebih ringan setelah makan. Aktivitas setelah makan menjadi lebih nyaman karena tidak ada rasa mengantuk berlebihan. Bagi sebagian orang, strategi sederhana seperti makan buah sebelum makan utama juga dapat membantu mengurangi dorongan makan berlebih karena serat dalam buah membuat sensasi kenyang hadir lebih awal. Kombinasi efek ini menghasilkan pengalaman makan yang lebih seimbang dari awal hingga beberapa jam setelahnya.

    Jika diterapkan secara konsisten, preload buah dapat menjadi bagian kecil yang mendukung manajemen energi harian terutama pada individu yang sensitif terhadap lonjakan glukosa. Meskipun bukan solusi tunggal, pendekatan ini mudah dilakukan dan aman bagi kebanyakan orang yang ingin menjaga ritme energi dan kenyamanan setelah makan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Apoteker: Kekurangan Mikronutrien Jadi Akar Kasus Stunting di Indonesia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • Tak Ada Larangan Konsumsi Buah Sebelum Makan Utama, Justru Ini Manfaatnya

    Tak Ada Larangan Konsumsi Buah Sebelum Makan Utama, Justru Ini Manfaatnya

    Jakarta

    Sering dikenal sebagai makanan pencuci mulut yang baik setelah makan berat, buah ternyata punya khasiat ketika dimakan sebelum makan berat. Selain kaya kandungan serat, vitamin, dan antioksidan lainnya yang membantu memelihara kesehatan dan mendukung daya tahan tubuh, penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi buah sebelum makan berat dapat membuat gula darah tetap stabil.

    Buah adalah sumber serat pangan, vitamin, mineral, dan komponen fitonutrien yang mendukung metabolisme glukosa. Serat dalam buah memperlambat pencernaan sehingga pelepasan glukosa ke dalam darah berlangsung lebih bertahap. Beberapa buah seperti apel, pir, jeruk, beri, dan kiwi memiliki indeks glikemik rendah hingga sedang. Inilah alasan bahwa konsumsi buah sebelum makan dapat membantu tubuh merespons glukosa lebih stabil.

    Penelitian dari jurnal Nutrients tahun 2019 menunjukkan bahwa asupan serat, glukosa, dan fruktosa alami ketika makan apel sekitar 30 menit sebelum menyantap nasi putih menurunkan lonjakan gula darah setelah makan secara signifikan lebih rendah hingga 50% dibandingkan makan nasi saja.

    Menariknya, efek penurunan lonjakan gula darah ini jauh lebih kuat dibandingkan ketika apel dan nasi dimakan bersamaan. Karena dalam penelitian tersebut juga membandingkan beberapa kondisi: makan nasi saja, makan nasi dan apel bersamaan, preload apel baru nasi setelahnya, dan preload larutan gula dengan komposisi karbohidrat setara apel. Hasilnya menunjukkan efek paling kuat ketika apel dikonsumsi sebagai preload, bukan hanya dimakan bersamaan. Ini menunjukkan peran waktu konsumsi buah dalam memengaruhi respons glukosa.

    Strategi Sederhana yang Sangat Bermanfaat

    Efek menurunkan lonjakan glukosa cenderung terasa lebih jelas ketika makanan utama kaya pati halus atau memiliki indeks glikemik tinggi seperti nasi putih, roti putih, atau mie instan. Untuk orang sehat yang ingin mengurangi lonjakan gula darah sesaat setelah makan utama, makan buah sebelum makan utama bisa menjadi strategi sederhana yang mudah dicoba.

    Namun efeknya tidak otomatis sama pada semua kelompok. Faktor seperti kondisi metabolik (misalnya diabetes), usia, komposisi makan secara keseluruhan, dan aktivitas fisik juga ikut berperan dalam stabilitas gula darah harian.

    Manfaat Lain Konsumsi Buah Sebelum Makan Utama

    Selain membantu meredam lonjakan gula darah, beberapa penelitian menunjukkan bahwa makan buah sebelum makan utama juga dapat mendukung respons insulin yang lebih terkendali. Ketika glukosa naik dalam tempo lebih lembut, tubuh tidak perlu menghasilkan insulin dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Kondisi ini membuat pola pelepasan insulin lebih rapi dan tidak fluktuatif sehingga tubuh terasa lebih nyaman setelah makan.

    Respons insulin yang lebih stabil ini juga berpengaruh pada cara tubuh mengelola energi sepanjang beberapa jam setelah makan. Banyak orang merasakan lemas, mengantuk, atau tiba tiba kurang fokus setelah menyantap makanan tinggi karbohidrat. Fenomena ini sering disebut sebagai sugar crash atau post meal slump. Preload buah dapat membantu mengurangi kondisi tersebut karena fluktuasi glukosa yang lebih halus mencegah terjadinya penurunan energi yang tiba tiba.

    Ketika energi lebih stabil, tubuh cenderung terasa lebih ringan setelah makan. Aktivitas setelah makan menjadi lebih nyaman karena tidak ada rasa mengantuk berlebihan. Bagi sebagian orang, strategi sederhana seperti makan buah sebelum makan utama juga dapat membantu mengurangi dorongan makan berlebih karena serat dalam buah membuat sensasi kenyang hadir lebih awal. Kombinasi efek ini menghasilkan pengalaman makan yang lebih seimbang dari awal hingga beberapa jam setelahnya.

    Jika diterapkan secara konsisten, preload buah dapat menjadi bagian kecil yang mendukung manajemen energi harian terutama pada individu yang sensitif terhadap lonjakan glukosa. Meskipun bukan solusi tunggal, pendekatan ini mudah dilakukan dan aman bagi kebanyakan orang yang ingin menjaga ritme energi dan kenyamanan setelah makan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Apoteker: Kekurangan Mikronutrien Jadi Akar Kasus Stunting di Indonesia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • 7 Cara Tetap Aman Saat Olahraga dan Hindari Risiko Kolaps

    7 Cara Tetap Aman Saat Olahraga dan Hindari Risiko Kolaps

    Jakarta, Beritasatu.com – Berolahraga merupakan bagian penting dari gaya hidup sehat karena dapat meningkatkan kebugaran, menjaga kesehatan jantung, hingga mengelola stres.

    Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur juga membuat tubuh lebih bertenaga dan membantu meningkatkan kualitas hidup sehari-hari.

    Tidak mengherankan jika semakin banyak orang menjadikan olahraga sebagai rutinitas mingguan, mulai dari latihan ringan hingga program intens di pusat kebugaran.

    Ketika dilakukan dengan tepat, olahraga memberikan manfaat besar bagi tubuh. Namun di balik manfaat tersebut, aktivitas fisik tetap memiliki risiko jika dilakukan tanpa persiapan yang baik.

    Salah satu kondisi yang sering dibahas adalah kolaps saat berolahraga, yang dapat terjadi pada siapa saja. Meskipun tidak selalu berbahaya, kondisi ini menunjukkan tubuh memiliki batas yang perlu dipahami.

    Kolaps akibat olahraga atau exercise associated collapse (EAC) adalah kondisi ketika seseorang tidak mampu berdiri atau berjalan sendiri selama atau setelah melakukan aktivitas fisik berat.

    Dahulu, kondisi ini dikenal sebagai heat syncope. EAC umumnya terjadi akibat penurunan tekanan darah sementara yang berkaitan dengan mekanisme tubuh dalam menstabilkan aliran darah. Dehidrasi, pelebaran pembuluh darah, dan berkurangnya gaya dorong darah juga dapat memperburuk kondisi ini.

    Meskipun sering tampak serius, EAC berbeda dari kondisi berat seperti henti jantung mendadak atau heat stroke. Dalam banyak kasus, EAC tidak mengancam nyawa, tetapi tetap memerlukan penanganan cepat.

    Oleh karena itu, penting untuk mengetahui cara hindari kolaps saat olahraga agar latihan tetap aman dan manfaatnya tetap optimal seperti berikut ini yang dikutip dari John Hopkins Medicine, Selasa (9/12/2025).

    Cara Hindari Kolaps Saat Olahraga

    1. Pemanasan secara cukup

    Pemanasan selama sekitar 10 menit sangat dianjurkan untuk mempersiapkan tubuh. Peregangan ringan atau lari kecil bisa membantu meningkatkan suhu tubuh, melancarkan aliran darah ke otot, dan menurunkan risiko cedera.

    Meski sederhana, tahapan ini sering diabaikan padahal menjadi faktor penentu kesiapan tubuh sebelum masuk ke sesi latihan inti.

    2. Perhatikan sinyal tubuh sejak pemanasan

    Saat pemanasan, tubuh memberikan sinyal apakah Anda dalam kondisi prima. Tanda seperti pusing, mual, atau napas terasa berat dapat menunjukkan tubuh belum siap untuk aktivitas fisik.

    Tanda-tanda tersebut harus diperhatikan agar olahraga tidak memicu kondisi yang lebih serius. Jika gejala muncul, latihan sebaiknya ditunda.

    3. Jaga kebutuhan cairan tubuh

    Hidrasi memiliki peran besar dalam menjaga performa dan mencegah dehidrasi. Untuk olahraga di bawah satu jam, konsumsi air putih sudah cukup.

    Jika durasi latihan lebih lama, minuman isotonik dapat membantu menjaga keseimbangan elektrolit agar tubuh tidak cepat lelah.

    4. Gunakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat

    Kenyamanan selama latihan dipengaruhi oleh pakaian yang dipakai. Pilih bahan yang ringan dan mudah menyerap keringat agar suhu tubuh tetap stabil.

    Jika panas tubuh terperangkap, risiko overheating meningkat. Selain pakaian, sepatu yang sesuai juga penting untuk mencegah cedera.

    5. Pastikan tubuh tidak sedang sakit

    Olahraga saat sakit dapat memperburuk kondisi tubuh. Ketika sakit, tubuh membutuhkan istirahat, bukan aktivitas fisik tambahan. Memaksakan diri justru membuat risiko komplikasi meningkat.

    6. Istirahat yang cukup sebelum berlatih

    Tidur dan istirahat yang memadai menjadi bagian penting dari persiapan aktivitas fisik. Kurang tidur dapat meningkatkan risiko cedera dan membuat performa menurun. Jangan memaksakan diri berolahraga intens jika tubuh masih terasa lelah.

    7. Sesuaikan jenis olahraga dengan kondisi tubuh

    Aktivitas fisik harus disesuaikan dengan kondisi tubuh. Jika sedang sibuk atau kurang tidur, latihan berat dapat diganti dengan aktivitas ringan. Berjalan cepat, bersepeda, atau lompat tali selama total 150 menit per minggu sudah cukup untuk menjaga kesehatan jantung.

    Faktor Risiko Kolaps Saat Olahraga

    EAC paling sering dialami dalam olahraga ketahanan, seperti maraton, ultramaraton, dan triatlon. Aktivitas berat lain seperti latihan militer juga dapat memicu kondisi ini. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko meliputi:

    Riwayat pernah kolaps saat berolahraga.Dehidrasi.Berlatih dalam cuaca panas dan lembap.Kurang asupan kalori.Memiliki penyakit kronis tertentu.Konsumsi alkohol sebelum olahraga.

    Sedangkan usia, jenis kelamin, atau etnis tidak terbukti meningkatkan risiko EAC.

    Tanda Kolaps Saat Olahraga

    EAC biasanya terjadi ketika seseorang tiba-tiba menghentikan aktivitas berat, terutama olahraga luar ruangan seperti maraton atau pendakian. Kondisi ini dapat tampak mirip dengan berbagai masalah medis lain seperti henti jantung, heat stroke, atau kadar natrium rendah.

    Beberapa gejala yang sering muncul meliputi pusing atau sensasi melayang, lemas menyeluruh, bingung atau gangguan kesadaran, serta pingsan sesaat setelah berhenti berolahraga.

    Penanganan Awal jika Terjadi KolapsStabilisasi tekanan darah

    Langkah awal yang dilakukan tenaga medis adalah menormalkan tekanan darah dengan meminimalkan gejala awal.

    Jika suhu tubuh tidak berbahaya, pasien dibaringkan dengan posisi kaki lebih tinggi dari jantung untuk meningkatkan aliran darah ke otak.

    Setelah gejala mereda, pasien dibantu untuk bergerak perlahan agar tubuh beradaptasi dengan perubahan posisi.

    Berikan cairan secara bertahap

    Cairan diberikan hanya jika tidak ada tanda cedera panas atau kondisi medis lain yang memerlukan penanganan khusus.

    Pemantauan gejala tambahan

    Tenaga medis harus mengamati tanda cedera panas maupun EAH karena kedua kondisi ini memerlukan protokol berbeda.

    Evaluasi jika tidak ada perbaikan

    Jika gejala tidak membaik dalam lima menit, penyebab lain harus dipertimbangkan.

    Jalur infus dan pemeriksaan cepat

    Pemasangan infus dapat dilakukan untuk membantu stabilisasi. Pemeriksaan elektrolit dan gula darah penting untuk mendeteksi ketidakseimbangan.

    Rujukan ke fasilitas lanjutan

    Jika kondisi tidak membaik atau muncul tanda bahaya, pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan dengan penanganan lebih lengkap.

    Memahami cara hindari kolaps saat olahraga bukan hanya soal meningkatkan performa, tetapi juga menjaga keselamatan tubuh setiap kali beraktivitas fisik. Setiap orang perlu mengenali batas tubuh, mempersiapkan diri dengan baik, serta memastikan kondisi fisik benar-benar siap sebelum berlatih.