Produk: gula darah

  • Viral Cacing Keluar dari Mulut-Hidung Balita Bengkulu, Ada Larva di Paru-parunya

    Viral Cacing Keluar dari Mulut-Hidung Balita Bengkulu, Ada Larva di Paru-parunya

    Jakarta

    Balita berusia 1 tahun 8 bulan di Seluma, Bengkulu, diketahui mengeluarkan cacing gelang dari mulut dan hidung saat dirawat di rumah sakit. Balita bernama Khaira Nur Sabrina itu kini tengah menjalani perawatan intensif.

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma, Rudi Syawaludin mengatakan kondisi Khaira cukup memprihatinkan. Selain bobot tubuhnya kecil dan tidak normal, balita ini juga didiagnosa mengalami penyakit paru-paru.

    “Pasien Khaira kita rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Bengkulu agar mendapat perawatan medis yang lengkap dan bisa mengembalikan kondisi pasien menjadi cepat pulih,” kata Rudi, Rabu (16/9/2025), dikutip dari detikSumbagsel

    Dari hasil pemeriksaan dokter, kata Rudi, kondisi pasien mengalami anemia, leukosit tinggi, gula darah 270 dan dari hasil rontgen ditemukan larva di paru-paru pasien.

    Selain Khaira, kakak pasien yang bernama Aprillia (4) juga didiagnosis mengidap penyakit cacingan dan harus dirawat di rumah sakit. Baik Khaira dan Aprillia, keduanya akan dirujuk ke RSUD Bengkulu agar mendapatkan perawatan medis yang lebih intensif.

    Di sisi lain, ahli parasitologi dari Departemen Parasitologi FKUI, Prof dr Saleha Sungkar beberapa waktu lalu menjelaskan infeksi cacing membuat anak mengalami malnutrisi hingga daya tahan tubuh menurun.

    Saat imunitas tubuh menurun, anak mudah terserang penyakit lain dan tanpa pengobatan cacing terus ‘berkembang biak’. Cacing hidup di tubuh pasca terjadi penularan saat buang air besar maupun kontak dengan tanah yang terkontaminasi.

    “Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) hidup di rongga usus. Jika anak-anak bermain di tanah dan telur cacing gelang menempel di tangan maka jika anak memegang makanan, telur menempel di makanan dan ikut tertelan bersama makanan dan masuk ke usus lalu menetas menjadi larva di usus halus,” terangnya kepada wartawan, Rabu (20/8/2025).

    Larva yang menetas di usus halus mulai bergerak ke pembuluh darah atau saluran limfe, lantas mengarah ke jantung, paru-paru, hingga akhirnya menetap di usus.

    Menurutnya, semua usia bisa terkena infeksi cacing. Namun, kondisi ini paling rentan dialami usia anak balita, TK, dan SD. Faktor di balik pemicu cacingan relatif beragam.

  • Lagi! Balita Keluarkan Cacing dari Mulut dan Hidung di Bengkulu

    Lagi! Balita Keluarkan Cacing dari Mulut dan Hidung di Bengkulu

    Jakarta

    Balita di Seluma, Bengkulu, bernama Khaira Nur Sabrina, baru-baru ini disorot setelah mengeluarkan cacing gelang dari mulut dan hidung. Balita tersebut akhirnya dirujuk ke RSUD M Yunus dan kini tengah mendapatkan perawatan intensif.

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma, Rudi Syawaludin mengatakan, kondisi pasien Khaira Nur Sabrina (1,8) cukup memprihatinkan. Selain bobot tubuhnya kecil dan tidak normal, balita ini juga didiagnosa mengalami penyakit paru-paru.

    “Pasien Khaira kita rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Bengkulu agar mendapat perawatan medis yang lengkap dan bisa mengembalikan kondisi pasien menjadi cepat pulih,” kata Rudi, Rabu (16/9/2025), dikutip dari detiksumbagsel.

    Rudi menjelaskan, pihak Rumah Sakit Daerah Tais telah melakukan berbagai pemeriksaan pada pasien. Dari hasil pemeriksaan tubuh pasien, pasien mengalami anemia, leukosit tinggi, dan gula darah mencapai 270. Selain itu, dari hasil rontgen juga ditemukan larva di paru-paru pasien.

    “Dari hasil pemeriksaan kesehatan itulah akhirnya pasien kita rujuk ke RSUD M Yunus Bengkulu,” jelas Rudi.

    Tak hanya itu, kakak pasien yakni Aprillia (4) ternyata juga didiagnosa mengidap penyakit cacingan. Kakaknya tersebut juga mendapat perawatan intensif di rumah sakit.

    “Kakak pasien yakni Aprillia juga akan kita rujuk ke RSUD Bengkulu karena memiliki penyakit yang sama,” ucap Rizal.

    Diberitakan sebelumnya, dinas terkait sudah melakukan pengecekan ke rumah pasien di Desa Sungai Petai. Mereka menemukan kondisi rumah yang tidak layak huni.

    “Rumah hanya beralas tanah dan dinding papan sudah dalam kondisi rusak. Bahkan banyak kotoran ayam di sekitar rumah,” kata dia.

    Bagaimana Cacing Bisa Terus Berkembang Biak dalam Tubuh?

    Dokter spesialis penyakit dalam yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Ari Fahrial Syam beberapa waktu lalu menjelaskan pada kasus cacing gelang atau Ascaris, bila tidak segera diobati, cacing tersebut akan bertelur dan memperbanyak diri di dalam usus seseorang. Tak jarang, kondisi ini membuat cacing ikut keluar bersama feses saat buang air besar, bahkan bisa muncul lewat muntahan.

    “Pada kasus ini cacing gelang, ascaris, kalau tidak diobati memang itu akan bertelur dan memperbanyak diri di dalam tubuh, dalam usus seseorang,” sorotnya, saat dihubungi detikcom Rabu (20/8/2025).

    Sebagai catatan, penyebaran cacing saat berkembang biak memang bisa ‘bermigrasi’ ke organ lain, alias tidak hanya di usus.

    Larva cacing disebutnya memungkinkan mengalir ke paru-paru yang menyebabkan masalah di bagian tersebut. Dalam beberapa kasus, cacing juga ditemukan mampu naik ke atas ke saluran empedu.

    Bila hanya di usus halus, pasien umumnya kerap merasakan tidak nyaman di bagian perut, disertai kembung dan begah. Ciri-ciri yang mudah dikenali pada anak sebenarnya cukup mudah, yakni perilaku rewel.

    “Kalau anaknya rewel kita harus periksa jangan-jangan cacingan,” kata dia.

    Pemberian obat cacing bisa menekan kemungkinan berkembang biak bahkan mati di dalam tubuh.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kemensos Ambil Pelajaran dari Kasus Meninggalnya Balita Raya”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

  • Ada Benarnya, Bukti Ilmiah Sebut Makan Pakai Tangan Lebih Menyehatkan

    Ada Benarnya, Bukti Ilmiah Sebut Makan Pakai Tangan Lebih Menyehatkan

    Jakarta

    Makan menggunakan tangan seringkali dianggap kuno atau kurang higienis di era modern yang serba praktis. Padahal, tradisi ini telah dilakukan berabad-abad pada berbagai budaya, termasuk Indonesia. Menariknya, sejumlah ahli menilai kebiasaan sederhana ini justru punya manfaat kesehatan, baik dari pencernaan hingga metabolisme tubuh.

    Penjelasan ahli bedah NHS di Inggris, Dr Karan Rajan, makan menggunakan tangan mendorong kita untuk lebih pelan dan sadar ketika menikmati makanan. Sentuhan jari pada makanan dapat merangsang indera peraba, penglihatan, hingga penciuman, sehingga proses makan terasa lebih utuh. Hal ini dapat membuat otak lebih cepat mengenali rasa kenyang, mengurangi risiko makan berlebihan, sekaligus meningkatkan kesehatan cerna.

    Tak hanya itu, paparan mikroba dalam jumlah kecil yang tidak berbahaya dari tangan yang bersih diyakini dapat melatih sistem imun. Dengan kata lain, praktik sederhana ini dapat memberi latihan alami pada usus untuk menjaga keseimbangan mikrobiota usus. Hasilnya tubuh tidak hanya mendapat asupan nutrisi yang lebih baik, tetapi juga daya tahan yang lebih kuat.

    Tapi benarkah klaim tersebut punya bukti ilmiah? Mari ditelusur satu persatu.

    Bukti Ilmiah yang Mendukung

    Beberapa klaim Dr Rajan ternyata punya dasar ilmiah. Salah satunya terkait kebiasaan mengunyah lebih lama.

    Penelitian Department of Food Science and Technology, University of California menunjukkan mastikasi atau proses mengunyah dapat meningkatkan aliran air liur dan sekresi enzim amilase yang penting untuk memecah karbohidrat. Artinya, makan dengan ritme lebih lambat memang membantu kerja pencernaan lebih maksimal.

    Selain itu, studi terbaru di Journal Eating Behaviors menemukan bahwa makan dengan tempo lambat bisa menurunkan jumlah asupan kalori sekaligus meningkatkan rasa kenyang. Hal ini mendukung klaim bahwa makan dengan penuh kesadaran dapat membantu mencegah makan berlebihan.

    Selain itu, tahun 2021 dalam European Journal of Nutrition melaporkan bahwa kecepatan makan mempengaruhi metabolisme. Mengunyah lebih lama dan memperlambat proses makan terbukti membantu respon insulin lebih baik dan menstabilkan lonjakan gula darah setelah makan, serta rasa kenyang

    Namun, perlu diketahui bahwa pernyataan makan dengan tangan secara alami memperlambat mengunyah makanan lebih lama, belum ada penelitian ilmiah yang mendukung. Bisa jadi makan dengan alat makan juga bisa memperlambat proses mengunyah makanan. Maka diperlukan studi yang membandingkan kedua hal tersebut.

    Hipotesis yang Perlu Diteliti Lebih Lanjut

    Meski begitu, tidak semua klaim Dr Rajan sudah terbukti secara ilmiah. Ada beberapa yang masih berupa hipotesis dan perlu adanya riset lebih lanjut.

    Misalnya, klaim bahwa makan dengan tangan bisa memberi “latihan kecil” pada sistem imun karena adanya paparan mikroba tidak berbahaya. Hingga kini, belum ada penelitian yang secara khusus meneliti pengaruh makan pakai tangan terhadap keseimbangan mikrobiota usus atau imunitas tubuh.

    Lebih Baik Mana, Makan Pakai Tangan atau Alat Makan?

    Perdebatan tentang lebih baik makan pakai tangan atau menggunakan alat makan seperti sendok dan garpu sebenarnya tidak mempunyai satu jawaban pasti. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, jika dilihat dari aspek kesehatan, kebersihan, maupun budaya.

    Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa menggunakan alat makan cenderung lebih higienis, terutama ketika fasilitas cuci tangan terbatas. Pentingnya kebersihan tangan dalam mencegah penyakit diare dan infeksi pencernaan sebelum makan. Beberapa studi menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia soal mencuci tangan sebelum makan, terutama pada praktik cuci tangan yang benar. Sehingga dalam konteks ini, alat makan bisa berfungsi sebagai “pelindung” antara mikroba yang ada di tangan dengan makanan yang akan dikonsumsi.

    Sementara itu, makan dengan tangan memiliki nilai budaya yang kuat di Indonesia serta dipercaya meningkatkan pengalaman sensorik dan kedekatan emosional dengan makanan. Dari sisi psikologis, riset tentang mindful eating juga mengaitkan keterlibatan kesadaran penuh saat makan dengan konsumsi yang lebih lambat, meski belum ada penelitian yang secara langsung membandingkan tangan dan sendok.

    Melihat kondisi di Indonesia, pilihan yang paling efektif dan bermanfaat bergantung pada kondisi. Dalam tradisi atau acara keluarga, makan pakai tangan bisa memperkuat kebersamaan sekaligus menghadirkan pengalaman makan yang lebih personal.

    Namun, di tempat umum atau lingkungan dengan sanitasi kurang terjamin, penggunaan alat makan jelas lebih disarankan. Intinya tetap sama yaitu menjaga kebersihan tangan, mencuci dengan sabun, dan memastikan makanan dalam kondisi higienis.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Kepala BGN Ungkap Alasan Impor Food Tray MBG dari Cina”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • 7 Camilan Enak untuk Pengidap Diabetes, Termasuk Alpukat dan Almond

    7 Camilan Enak untuk Pengidap Diabetes, Termasuk Alpukat dan Almond

    Jakarta

    Pengidap diabetes perlu lebih selektif dalam memilih camilan. Pasalnya, asupan yang kurang tepat bisa membuat kadar gula darah melonjak. Namun, terlalu membatasi diri juga dapat mengurangi kenikmatan saat makan.

    Kabar baiknya, ada beberapa pilihan camilan enak yang tetap aman dikonsumsi oleh pengidap diabetes. Simak daftarnya berikut ini.

    Daftar Camilan Enak untuk Pengidap Diabetes

    Beberapa pilihan camilan yang enak untuk pengidap diabetes di antaranya yoghurt dengan beri, kacang almond, popcorn, hingga keju cottage.

    1. Yoghurt dengan Buah Beri

    Buah beri adalah sumber serat yang baik. Dikutip dari Healthline, satu porsi blueberry 150 g mengandung 3,6 g serat yang membantu memperlambat pencernaan dan menstabilkan kadar gula darah setelah makan.

    Sementara itu, yoghurt dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah. Manfaat ini sebagian disebabkan oleh kandungan probiotiknya yang bisa meningkatkan kemampuan tubuh untuk memetabolisme makanan dengan gula.

    2. Almond

    Kacang almond bisa memberikan manfaat bagi kesehatan bagi pengidap diabetes, dengan mengurangi kadar kolesterol jahat. Kandungan magnesiumnya juga penting untuk metabolisme glukosa yang tepat.

    Segenggam kacang almond (28 g) tanpa garam mengandung sekitar 6 g karbohidrat dan hampir 3 g serat.

    3. Alpukat

    Alpukat mengandung serat yang tinggi serta asam lemak tak jenuh tunggal yang bisa membantu penurunan kadar gula darah.

    Menurut sebuah studi di tahun 2023, mengonsumsi alpukat dikaitkan dengan. HbA1c dan gula darah puasa yang lebih rendah. Alpukat seberat 100 g mengandung sekitar 8 g karbohidrat.

    4. Popcorn

    Tiga cangkir popcorn (24 g) yang dimasak dengan air popper mengandung 93 kkal dan 3 g serat. Namun, karbohidratnya lebih tinggi, yaitu sekitar 18 g. Padukan popcorn dengan makanan berprotein tinggi seperti segenggam kacang tanah panggang kering atau potongan keju.

    Perlu diketahui bahwa popcorn yang dimasak dengan microwave bisa mengandung garam dan lemak yang tinggi. Jadi, untuk menghindarinya, gunakan air popper atau masak di atas kompor.

    5. Salad Tuna

    Tuna kalengan seberat 85 g menyediakan sekitar 21 g protein tanpa karbohidrat. Ikan ini juga menyediakan sejumlah kecil asam lemak omega-3 yang terbukti bisa menurunkan peradangan dan memperbaiki kadar kolesterol.

    Salad tuna bisa dibuat dengan memadukan tuna dengan mayonaise dan bahan-bahan seperti bawang bombay dan seledri. Mayonaise bisa diganti dengan keju cottage atau yoghurt Yunani untuk menambah protein.

    6. Kacang Arab Panggang

    Setengah cangkir (83 g) porsi kacang arab mengandung sekitar 7 g protein, 6 g serat, dan 22,45 g karbohidrat. Coba panggang dengan minyak zaitun dan bumbu pilihan sesuai dengan selera.

    7. Keju Cottage

    Setengah cangkir keju cottage (sekitar 112 g) menyediakan hampir 13 g protein dan 4 g karbohidrat. Menurut penelitian tahun 2019, produk susu bisa menurunkan resistensi insulin dan meningkatkan penurunan berat badan.

    Ditinjau oleh: Mhd. Alrdian, S.Gz, lulusan ilmu gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

    (elk/suc)

  • Letak dan Fungsi Ginjal di Tubuh Manusia

    Letak dan Fungsi Ginjal di Tubuh Manusia

    Jakarta

    Ginjal adalah sepasang organ berbentuk seperti kacang yang berfungsi menyaring darah. Ginjal termasuk dalam sistem urinaria. Setiap hari, ginjal menyaring sekitar 200 liter cairan, jumlah yang cukup untuk mengisi sebuah bak mandi besar.

    Dalam proses ini, ginjal membuang zat sisa yang dikeluarkan tubuh sebagai urine. Rata-rata, seseorang menghasilkan sekitar 2 liter urine per hari, sementara sekitar 198 liter cairan lainnya digunakan kembali oleh tubuh.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, masing-masing ginjal berukuran sekitar 10-12 cm, kurang lebih sebesar kepalan tangan.

    Fungsi Ginjal

    Selain menyaring darah, ginjal juga membantu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Elektrolit adalah mineral penting, seperti natrium dan kalium, yang dibutuhkan agar fungsi tubuh tetap berjalan dengan baik.

    Ginjal memiliki banyak peran penting, di antaranya membersihkan darah dari racun dan zat sisa, seperti urea (sisa metabolisme protein), kreatinin (sisa metabolisme otot), dan asam. Ginjal memfilter sekitar setengah cangkir darah setiap menitnya.

    Proses penyaringan darah di ginjal

    Darah masuk ke ginjal melalui pembuluh darah besar yang disebut arteri renalis.Pembuluh darah kecil di dalam ginjal menyaring darah.Darah yang sudah bersih kembali ke aliran darah melalui vena renalis.Urine mengalir melalui saluran otot yang disebut ureter menuju kandung kemih.Kandung kemih menyimpan urine hingga dikeluarkan melalui proses berkemih.

    Fungsi lain ginjal

    Mengatur keseimbangan asam-basa (pH) darah.Membentuk gula (glukosa) bila kadar gula darah terlalu rendah.Menghasilkan protein renin, yang berperan dalam mengatur tekanan darah.Memproduksi hormon kalsitriol (bentuk aktif vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium) dan eritropoietin (merangsang pembentukan sel darah merah di sumsum tulang).

    Kelenjar adrenal terletak di atas setiap ginjal. Kelenjar ini menghasilkan hormon, termasuk kortisol, yang membantu tubuh merespons stres.

    Letak Ginjal

    Ginjal terletak sedikit di bawah tulang rusuk, di bagian belakang perut, dengan posisi masing-masing di sisi kiri dan kanan tulang belakang. Ginjal berada di antara usus dan diafragma, serta dihubungkan ke kandung kemih melalui ureter.

    Bagian-bagian utama ginjal

    Kapsul ginjal (renal capsule): Kapsul ginjal terdiri dari tiga lapisan jaringan ikat atau lemak yang melapisi ginjal. Kapsul ini melindungi ginjal dari cedera, meningkatkan stabilitasnya, dan menghubungkan ginjal dengan jaringan di sekitarnya.

    Renal artery: Pembuluh darah besar yang membawa darah masuk ke ginjal. Pada kondisi istirahat, sekitar 1,2 liter darah per menit dialirkan ke ginjal.Renal cortex: Bagian luar ginjal tempat awal nefron (unit penyaring darah). Korteks juga menghasilkan hormon eritropoietin (EPO), yang membantu pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.Renal medulla: Medula renalis adalah bagian dalam ginjal. Medula renalis berisi sebagian besar nefron beserta glomerulus dan tubulus renalisnya. Tubulus renalis mengalirkan urine ke pelvis renalis.Renal papilla: Struktur berbentuk piramida yang menyalurkan urine ke ureter. Kekurangan cairan (dehidrasi) atau konsumsi obat tertentu, terutama antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dapat papila ginjal.Renal pelvis: Struktur berbentuk corong ini menampung urine dan mengalirkannya melalui dua ureter. Urine mengalir dari ureter ke kandung kemih, tempat urine disimpanRenal vein: Pembuluh darah utama yang membawa darah yang telah disaring keluar dari ginjal dan kembali ke jantung.

    (suc/suc)

  • Mayapada Hospital Hadirkan 3 Solusi Olahraga Terpadu agar Lebih Sehat

    Mayapada Hospital Hadirkan 3 Solusi Olahraga Terpadu agar Lebih Sehat

    Jakarta

    Mayapada Hospital Bandung, salah satu unit rumah sakit di bawah naungan PT Sejahteraraya Anugerahjaya Tbk (SRAJ), terus meningkatkan mutu dan kualitas layanan unggulannya (center of excellence) melalui layanan Sports Injury Treatment & Performance Center (SITPEC) yang komprehensif.

    Layanan terpadu khusus kesehatan dan kebugaran ini menjawab kebutuhan masyarakat dari berbagai latar belakang. Mulai dari sport enthusiast dan atlet hingga pasien dengan penyakit metabolik akibat gaya hidup (lifestyle disease) yang tetap ingin berolahraga dengan aman.

    Hospital Director Mayapada Hospital Bandung, dr. Irwan Susanto Hermawan, MM mengatakan pihaknya berkomitmen menghadirkan layanan kesehatan modern. Ia menyebut layanan tersebut dirancang untuk menjawab tuntutan produktivitas tinggi yang berpengaruh pada kesehatan dan kebugaran.

    “Melalui kelengkapan layanan dan tim dokter multidisiplin yang ada di Sport Injury Treatment and Performance Center, kami memberikan pendampingan menyeluruh dan personal, mulai dari pencegahan dan pemulihan cedera, peningkatan performa olahraga, hingga pendampingan pola hidup sehat bagi penderita penyakit metabolik agar tetap bisa berolahraga secara aman dan terarah. Kami percaya, hidup sehat adalah kunci kebahagiaan, kesejahteraan, dan kualitas hidup yang lebih baik, dan komitmen ini kami hadirkan khusus bagi masyarakat Bandung dan Jawa Barat,” ujar dr. Irwan dalam keterangannya, Sabtu (13/9/2025).

    SITPEC Mayapada Hospital Bandung menghadirkan tiga program utama, yakni Medical Fitness Program yang memungkinkan pasien kronis tetap dapat berolahraga aman di bawah pengawasan medis, Program Peningkatan Performa Fisik untuk membantu atlet maupun sport enthusiast mencapai kebugaran optimal dengan latihan terarah.

    Adapun Program Penanganan dan Pemulihan Pasca Cedera Olahraga dengan tindakan berbasis minimal invasif (artroskopi) hingga program yang mendukung rehabilitasi agar pasien dapat kembali berolahraga (return to sport) dan untuk atlet dapat kembali berkompetisi (return to competition).

    Sebagai layanan komprehensif dan terintegrasi, SITPEC Mayapada Hospital Bandung melibatkan tim dokter multidisiplin dari Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Orthopedi dan Traumatologi, Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Gizi Klinik, Jantung dan Pembuluh Darah, Penyakit Dalam, serta Fisioterapis Olahraga.

    Didukung fasilitas modern seperti Gym, VO₂ Max Test, dan Body Composition Analysis, SITPEC mampu memberikan program latihan yang personal, aman, dan sesuai kondisi dan kebutuhan setiap pasien.

    Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Mayapada Hospital Bandung, dr. Alvin Wiharja, Sp.KO, M.M.R.S, mengatakan pentingnya olahraga sebagai terapi bagi pasien dengan penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, atau jantung. Dengan fasilitas modern di SITPEC, ia memastikan penilaian kondisi fisik menyeluruh sehingga program latihan dan pola makan dapat dirancang lebih personal, efektif, dan aman.

    “Olahraga adalah terapi penting, bahkan untuk pasien dengan penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, atau jantung yang tetap memerlukan olahraga dengan aman untuk membantu mengontrol gula darah, menurunkan tekanan darah, dan memperbaiki profil kolesterol. Dengan fasilitas lengkap, modern, dan nyaman di SITPEC Mayapada Hospital Bandung, kami bisa menilai kondisi fisik secara menyeluruh, sehingga program latihan dan pola makan dapat dirancang lebih tepat, personal, dan efektif untuk mendukung kesehatan jangka panjang,” ungkap dr. Alvin.

    Sebelumnya, layanan SITPEC Mayapada Hospital Bandung telah hadir dan aktif melayani masyarakat Bandung serta Jawa Barat, termasuk berbagai komunitas olahraga yang memanfaatkan fasilitas ini untuk menjaga kebugaran dan pemulihan cedera.

    Saat ini, masyarakat sekitar juga dapat menikmati harga khusus pemeriksaan VO2 Max di SITPEC Mayapada Hospital Bandung, sebagai bagian dari komitmen rumah sakit dalam mendukung masyarakat Jawa Barat yang lebih sehat.

    Selain di Mayapada Hospital Bandung, layanan SITPEC juga hadir di unit Mayapada Hospital lainnya, yakni di Jakarta Selatan (Lebak Bulus dan Kuningan) serta Tangerang.

    (akd/akd)

  • 6 Manfaat Pepaya, Sehatkan Jantung hingga Pencernaan

    6 Manfaat Pepaya, Sehatkan Jantung hingga Pencernaan

    Jakarta

    Pepaya dikenal sebagai salah satu buah tropis yang mudah ditemukan di Indonesia. Rasanya manis, segar, dan harganya pun relatif terjangkau sehingga digemari banyak orang.

    Tak hanya enak dimakan langsung, pepaya juga sering diolah menjadi jus atau campuran hidangan penutup. Menariknya, buah ini juga menyimpan berbagai kebaikan untuk tubuh.

    Manfaat Pepaya untuk Kesehatan

    Pepaya cocok untuk dikonsumsi tiap hari. Berikut ini sederet manfaat yang bisa didapatkan dari rutin mengonsumsi pepaya:

    1. Menjaga Penglihatan

    Pepaya mengandung beta-karoten alami berupa karotenoid yang memberi warna oranye pada buah. Satu cangkir pepaya yang sudah diiris mengandung sekitar 68 mikrogram vitamin A, sekitar sepertiga dari kebutuhan harian.

    “Tubuh Anda mengubah beta-karoten menjadi vitamin A. Nutrisi ini penting untuk menjaga kesehatan mata,” kata ahli gizi Julia Zumpano, RD, dikutip dari Cleveland Clinic, Jumat (12/9/2025).

    2. Mencegah Kanker

    Konsumsi pepaya secara rutin dikaitkan dengan penurunan risiko beberapa penyakit kronis seperti kanker paru, payudara, dan pankreas. Manfaat ini didapatkan dari kandungan vitamin C yang tinggi.

    Pepaya juga mengandung fitonutrien seperti likopen, yang menurut studi juga membantu melawan kanker. Vitamin C juga dikaitkan dengan berbagai manfaat lain seperti melindungi penglihatan, menjaga kesehatan sendi, membentuk kolagen pada rambut, kuku, dan kulit, serta membantu penyembuhan luka.

    3. Mencegah Peradangan

    Pepaya mengandung enzim papain yang membantu mengurangi stres oksidatif. Stres oksidatif terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup antioksidan untuk melawan radikal bebas.

    “Kerusakan sel yang dihasilkan dapat memicu peradangan kronis, yang meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan,” ujar Zumpano.

    Sebuah tinjauan kecil dari beberapa studi menemukan fitonutrien dan ekstrak pepaya dapat melindungi diri dari penuaan, alzheimer, kanker, diabetes, penyakit gusi, dan peradangan kronis.

    4. Menjaga Kesehatan Pencernaan

    Pepaya sangat baik untuk kesehatan pencernaan. Penelitian menunjukkan konsumsi pepaya fermentasi dapat meningkatkan kesehatan usus.

    Makanan fermentasi alami mengandung probiotik yang mendukung keseimbangan mikrobioma usus. Kandungan serat yang ada dalam pepaya juga sangat baik dalam menjaga kesehatan pencernaan.

    Pepaya fermentasi juga dapat menurunkan kadar gula darah. Ini membuat pepaya cocok untuk orang-orang dengan kondisi pre-diabetes, tapi kurang baik untuk pengidap diabetes yang menggunakan insulin atau obat penurun gula darah.

    “Anda bisa mengalami gula darah terlalu rendah, atau disebut hipoglikemia,” kata Zumpano mengingatkan.

    6. Melindungi Jantung

    Satu pepaya kecil yang diiris mengandung sekitar 286 miligram kalium atau sekitar 6 persen kebutuhan harian. Menurut Zumpano, kalium sangat baik untuk kesehatan kardiovaskular.

    “Makanan tinggi kalium membantu melemaskan pembuluh darah, sehingga meningkatkan aliran darah dan menurunkan tekanan darah,” kata Zumpano.

    Kandungan vitamin C yang tinggi pada pepaya juga membantu menurunkan tekanan darah tinggi dengan mengurangi stres oksidatif dan peradangan. Penelitian juga menemukan likopen dalam pepaya dapat mencegah penyakit jantung dan stroke dengan cara menurunkan kadar kolesterol ‘jahat’ low-density lipoprotein (LDL).

    Ditinjau oleh: Mhd. Aldrian, S.Gz, lulusan ilmu gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

    (avk/suc)

  • Cari Kandungan Ini di Suplemen Kalau Mau Kurus Cepat, Ini Kata Ilmuwan

    Cari Kandungan Ini di Suplemen Kalau Mau Kurus Cepat, Ini Kata Ilmuwan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peneliti menemukan serat yang khasiatnya setara dengan Ozempic, obat diabetes yang diakui punya kemampuan “ajaib” untuk menurunkan berat badan.

    Dalam laporan penelitian yang diterbitkan pada 2024, peneliti dari University of Arizona (UA) dan University of Vienna mengidentifikasi serat bernama “beta-glucan” yang bisa mengatur gula darah dan membantu menurunkan berat badan. Beta-glucan adalah serat yang dengan mudah ditemukan dalam oat (haver) dan barley (barli).

    Penelitian dilakukan menggunakan tikus percobaan yang diberikan pakan berkandungan lemak tinggi. Hasilnya, beta-glucan ditemukan menurunkan kandungan lemak dan berat badan tikus dalam 18 pekan.

    Serat lainnya seperti wheat dextrin (serat larut yang diperoleh dari pengolahan pati gandum), pektin, pati resistan, dan selulosa, tidak memiliki dampak seperti beta-glucan. 

    “Kami tahu bahwa serat sangat penting dan memberikan manfaat, permasalahannya ada banyak sekali tipe,” kata Frank Duca dari UA, pada Juli. “Kami ingin tahu serat apa yang paling bermanfaat untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki homeostatis glukosa. Tujuannya agar bisa menberikan informasi ke publik, konsumen, dan pelaku industri pertanian.”

    Serat adalah sumber energi utama bagi bakteria yang hidup di sistem pencernaan, yang merupakan bagian dari mikrobioma. Namun, tingkat konsumsinya sangat rendah. Di Amerika Serikat, hanya 5 persen dari populasi yang mengonsumsi serat sesuai rekomendasi tenaga kesehatan yaitu 25-30 gram per hari.

    Kondisi ini menciptakan permintaan atas serat tambahan lewat suplemen atau makanan olahan.

    Seperti yang Duca sampaikan, serat sangat bervariasi dalam bentuk atau sifatnya. Serat beta-glucan dan wheat dextrin bisa larut dalam air yang berarti mudah difermentasi oleh bakteri di perut manusia. Selulosa dan pati resistan sulit larut dalam air sehingga cenderung untuk ikut “keluar” bersama kotoran manusia.

    Dari hasil penelitian, beta-glucan adalah satu-satunya serat yang berhasil meningkatkan ileibakterium di perut tikus percobaan. Bakteri ini terkait erat dengan penurunan berat badan.

    Dalam waktu 10 pekan, tikus yang mengonsumsi beta-glucan menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan dengan lemak yang terpangkas signifikan dibanding tikus yang diberi makan serat jenis lain.

    Beta-glucan meingkatkan konsentrasi butyrate di perut para tikus, yaitu zat yang dihasilkan oleh mikrobioma untuk mencerna serat. Butyrate kemudian memicu produksi glucagon-like peptide-1 (GLP-1), yaitu protein alami yang ditiru oleh Ozempic dalam menstimulasi insulin.

    “Salah satu manfaat dari serat adalah produksi GLP-1 dan peptida yang mengatur selera dan berat badan,” kata Duca.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bolehkah Penderita Diabetes Makan Buah? Simak Fakta dan Tipsnya

    Bolehkah Penderita Diabetes Makan Buah? Simak Fakta dan Tipsnya

    Jakarta

    Bagi penderita diabetes, mengonsumsi buah sering menimbulkan kebingungan karena buah dianggap menaikkan gula darah secara drastis. Padahal, kandungan nutrisi pada buah menjadi hal penting bagi kesehatan.

    Untuk meluruskan pandangan ini, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Endokrin, Metabolik, dan Diabetes di Mayapada Hospital Kuningan, dr. Roy Panusunan Sibarani, Sp.PD-KEMD, FES, memberikan penjelasan medis agar penderita diabetes tetap bisa menikmati buah dengan sehat dan aman.

    Mitos 1: Penderita diabetes harus berhenti makan buah karena bisa menaikkan gula darah

    Faktanya, buah kaya akan fruktosa, serat, vitamin, mineral, dan antioksidan yang bermanfaat bagi daya tahan tubuh, kesehatan jantung, dan pencegahan komplikasi.

    Mitos 2: Semua buah menaikkan gula darah

    Tidak semua buah memiliki kandungan gula yang sama. Buah dengan indeks glikemik rendah seperti apel, pir, stroberi, dan jeruk aman dikonsumsi karena tidak menimbulkan lonjakan gula darah drastis.

    Mitos 3: Jus buah lebih menyehatkan daripada buah utuh

    Menurut dr. Roy, jus buah, terutama yang ditambah gula, justru bisa meningkatkan gula darah lebih cepat karena seratnya hilang. Konsumsi buah utuh lebih dianjurkan untuk mempertahankan serat, vitamin, dan mineral, yang membantu kontrol gula darah.

    Mitos 4: Buah pisang, mangga, dan durian dilarang bagi penderita diabetes

    Buah tropis memang mengandung gula lebih tinggi, namun tetap aman selama porsinya wajar dan tidak dikombinasikan dengan sumber karbohidrat lain.

    Selain itu, dr. Roy juga menekankan mengenai pentingnya memahami indeks glikemik (IG) pada buah untuk menentukan jenis buah yang aman dikonsumsi.

    “IG menunjukkan seberapa cepat makanan berkarbohidrat dapat meningkatkan kadar gula darah setelah dikonsumsi. Dengan memahami hal ini, mereka bisa memilih buah dengan IG rendah-sedang dan porsi yang aman” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (12/9/2025).

    Buah dengan IG rendah (≤55) seperti apel, pir, stroberi, jeruk, dan kiwi bersifat lama dalam menaikkan gula darah. Buah dengan IG sedang (56-69) seperti pepaya, nanas, dan pisang matang meningkatkan gula darah dengan kecepatan sedang. Sementara buah dengan IG tinggi (≥70) semangka, mangga matang, kurma, dan buah kering manis cepat menaikkan gula darah sehingga perlu dibatasi.

    Berdasarkan pemaparan tersebut, penderita diabetes sebaiknya memilih buah rendah IG dengan porsi sekitar satu genggam per sajian. Untuk hasil lebih optimal, buah bisa dikombinasikan dengan sumber protein atau lemak sehat.

    Bagi yang ingin mendapatkan pendampingan gaya hidup sehat secara menyeluruh, Sugar Clinic Mayapada Hospital menyediakan layanan pemeriksaan skrining berbasis AI, pemeriksaan gula darah (HbA1c dan kolesterol), serta pemantauan risiko prediabetes dan diabetes.

    Layanan ini tersedia di beberapa unit Mayapada Hospital, termasuk Jakarta Selatan (Lebak Bulus dan Kuningan), Tangerang, Bandung, dan Surabaya. Pemesanan skrining, jadwal konsultasi dokter, serta layanan darurat bisa diakses melalui fitur Emergency Call di aplikasi MyCare.

    Selain itu, aplikasi MyCare juga menawarkan Health Articles & Tips untuk informasi kesehatan terkini serta Personal Health yang terintegrasi dengan Health Access dan Google Fit.

    Tunggu apalagi? unduh MyCare sekarang, pantau kesehatan secara rutin, dan kumpulkan reward point untuk potongan harga pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital!

    (ega/ega)

  • Banyak Gen Z Nggak Sadar ‘Diam-diam’ Idap Diabetes, Waspadai Gejala Awalnya

    Banyak Gen Z Nggak Sadar ‘Diam-diam’ Idap Diabetes, Waspadai Gejala Awalnya

    Jakarta

    Riset baru di jurnal The Lancet Diabetes & Endocrinology menunjukkan banyak gen Z tidak menyadari dirinya terkena diabetes. Dialami sekitar 44 persen orang berusia 15 tahun ke atas.

    Studi yang dirilis Senin (7/9/2025) mengkaji data dari 204 negara dan wilayah periode 2000 hingga 2023, dalam sebuah tinjauan sistematis terhadap literatur dan survei yang dipublikasikan.

    “Mayoritas pengidap diabetes yang kami laporkan dalam studi ini mengalami diabetes tipe 2,” kata Lauryn Stafford, penulis utama studi tersebut, dikutip dari CNN.

    Sekitar 1 dari 9 orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan diabetes, menurut International Diabetes Foundation. Di Amerika Serikat, 11,6 persen orang Amerika mengidap diabetes, menurut data 2021 dari American Diabetes Association.

    “Kami menemukan bahwa 56 persen pengidap diabetes menyadari mereka mengidap kondisi tersebut, sementara sisanya tidak sama sekali,” kata Stafford, seorang peneliti di Institute for Health Metrics and Evaluation.

    “Secara global, terdapat banyak variasi geografis, dan juga berdasarkan usia. Jadi, secara umum, negara-negara berpenghasilan tinggi lebih baik dalam mendiagnosis pengidap diabetes dibandingkan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.”

    Gen Z Paling Banyak

    Lebih banyak orang yang berusia di bawah 35 tahun tidak menyadari kondisi diabetesnya, dibandingkan usia paruh baya atau lansia. Hal ini dikarenakan minimnya skrining pada kelompok usia muda.

    “Hanya 20 persen kelompok dewasa muda yang mengetahui dirinya mengidap diabetes,” kata Stafford.

    Alasan lainnya adalah skrining rutin tidak dipromosikan semaksimal untuk dewasa muda dibandingkan untuk dewasa lebih tua. Banyak organisasi lebih besar, seperti American Diabetes Association, menyarankan skrining rutin tahunan untuk orang dewasa berusia 35 tahun ke atas.

    “Anda dapat bertahan hidup dengan kadar glukosa tinggi selama bertahun-tahun, sampai tiba-tiba mengalami komplikasi,” kata Stafford.

    Dampak kesehatannya dapat bervariasi, tergantung pada berapa lama seseorang mengidap diabetes sebelum terdeteksi.

    “Mendiagnosis diabetes sejak dini penting karena memungkinkan penanganan yang tepat waktu untuk mencegah atau menunda komplikasi jangka panjang seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kerusakan saraf, dan kehilangan penglihatan,” kata Dr. Rita Kalyani, kepala ilmiah dan medis di American Diabetes Association.

    Sekitar sepertiga orang dewasa didiagnosis diabetes lebih lambat daripada gejala awal mereka, menurut sebuah studi pada 2018.

    Apa Gejala yang Perlu Diwaspadai?

    “Gejala diabetes meliputi peningkatan rasa haus atau lapar, sering buang air kecil, penglihatan kabur, penurunan berat badan yang tidak terduga, dan kelelahan. Namun, pada tahap awal, kebanyakan pengidap diabetes tidak menunjukkan gejala, yang menyoroti pentingnya skrining dan diagnosis,” kata Kalyani, seorang profesor kedokteran di divisi endokrinologi, diabetes, dan metabolisme di Universitas Johns Hopkins.

    Jika mengalami salah satu gejala ini atau memiliki riwayat diabetes dalam keluarga, para ahli menyarankan untuk menjalani skrining glukosa.

    Secara global, pada 2023, sekitar 40 persen pengidap diabetes yang diobati lebih awal mendapatkan hasil optimal untuk menurunkan gula darah mereka, kata Stafford. Itulah mengapa penting bahwa upaya di masa depan difokuskan untuk memastikan lebih banyak orang menerima dan mengikuti pengobatan yang tepat pascadiagnosis.

    Hanya 4 dari 10 pasien yang mendapatkan hasil optimal merupakan hal yang mengejutkan, mengingat beberapa pengobatan yang sudah mapan, termasuk insulin, Metformin, dan obat-obatan lain seperti GLP-1, sudah tersedia.

    Pengidap diabetes kemungkinan juga memiliki masalah kesehatan lain, seperti hipertensi atau penyakit ginjal kronis, yang dapat membuat pengobatan menjadi rumit, tambah Stafford.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Awas! Ini Gejala Anak Kena Diabetes”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)