Produk: gula darah

  • Viral Dexamethasone ‘Obat Dewa’, Bisa Begini Efeknya Jika Asal Dikonsumsi

    Viral Dexamethasone ‘Obat Dewa’, Bisa Begini Efeknya Jika Asal Dikonsumsi

    Jakarta

    Media sosial baru-baru ini diramaikan dengan sebutan ‘obat dewa’ untuk Dexamethasone karena efeknya yang cepat menyembuhkan berbagai keluhan. Namun, pakar farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Zullies Ikawati, mengingatkan masyarakat agar tidak sembarangan mengonsumsinya.

    Prof Zullies mengatakan dexamethasone termasuk obat keras golongan kortikosteroid dengan fungsi yang sangat spesifik, yakni menekan peradangan dan respons imun tubuh.

    “Obat ini bekerja seperti hormon alami tubuh yang mengatur banyak sistem sekaligus, jadi memang efeknya luas,” ujarnya kepada detikcom ditulis Minggu (21/12/2025).

    Karena termasuk obat keras, dexamethasone tidak boleh dibeli bebas dan harus di bawah pengawasan dokter. Efek instan yang diberikan dexamethasone seperti meredakan pegal dan nyeri dalam waktu cepat membuat obat ini kerap dikonsumsi secara sembarangan.

    Padahal, konsumsi dexamethasone tanpa resep dan pengawasan dokter bisa memunculkan risiko serius pada tubuh. Mulai dari penurunan tekanan darah dan gula darah, gangguan lambung sampai pengeroposan tulang.

    “Obat ini tidak untuk pemakaian jangka panjang dan tanpa kontrol ya, dan tidak boleh digunakan hanya karena capek atau biar badan enak,” tegas Prof Zullies.

    @detikhealth_official Dexamethasone si “Obat Dewa”, tapi katanya juga jadi “Penyihir” buat tubuh. Di tangan yang tepat, ia mampu meredakan peradangan berat dan menyelamatkan kondisi kritis. Tapi jika digunakan sembarangan, efek sampingnya bisa perlahan “menyihir” tubuh. Share video ini ke orang terdekat biar mereka lebih berhati-hati ya!🥹 #dexamethasone #obatdewa #efekdexamethasone #moonface #detikhealth ♬ original sound – detikHealth

    (kna/kna)

  • Viral Dexamethasone ‘Obat Dewa’, Bisa Begini Efeknya Jika Asal Dikonsumsi

    Viral Dexamethasone ‘Obat Dewa’, Bisa Begini Efeknya Jika Asal Dikonsumsi

    Jakarta

    Media sosial baru-baru ini diramaikan dengan sebutan ‘obat dewa’ untuk Dexamethasone karena efeknya yang cepat menyembuhkan berbagai keluhan. Namun, pakar farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Zullies Ikawati, mengingatkan masyarakat agar tidak sembarangan mengonsumsinya.

    Prof Zullies mengatakan dexamethasone termasuk obat keras golongan kortikosteroid dengan fungsi yang sangat spesifik, yakni menekan peradangan dan respons imun tubuh.

    “Obat ini bekerja seperti hormon alami tubuh yang mengatur banyak sistem sekaligus, jadi memang efeknya luas,” ujarnya kepada detikcom ditulis Minggu (21/12/2025).

    Karena termasuk obat keras, dexamethasone tidak boleh dibeli bebas dan harus di bawah pengawasan dokter. Efek instan yang diberikan dexamethasone seperti meredakan pegal dan nyeri dalam waktu cepat membuat obat ini kerap dikonsumsi secara sembarangan.

    Padahal, konsumsi dexamethasone tanpa resep dan pengawasan dokter bisa memunculkan risiko serius pada tubuh. Mulai dari penurunan tekanan darah dan gula darah, gangguan lambung sampai pengeroposan tulang.

    “Obat ini tidak untuk pemakaian jangka panjang dan tanpa kontrol ya, dan tidak boleh digunakan hanya karena capek atau biar badan enak,” tegas Prof Zullies.

    @detikhealth_official Dexamethasone si “Obat Dewa”, tapi katanya juga jadi “Penyihir” buat tubuh. Di tangan yang tepat, ia mampu meredakan peradangan berat dan menyelamatkan kondisi kritis. Tapi jika digunakan sembarangan, efek sampingnya bisa perlahan “menyihir” tubuh. Share video ini ke orang terdekat biar mereka lebih berhati-hati ya!🥹 #dexamethasone #obatdewa #efekdexamethasone #moonface #detikhealth ♬ original sound – detikHealth

    (kna/kna)

  • Kronologi Wanita Surabaya Idap Diabetes di Usia 29 Tahun, Sempat Koma 12 Hari

    Kronologi Wanita Surabaya Idap Diabetes di Usia 29 Tahun, Sempat Koma 12 Hari

    Jakarta

    Lilla Syifa (29) perempuan asal Surabaya, Jawa Timur didiagnosis mengidap diabetes tipe 1,5 atau atau LADA (Latent Autoimmune Diabetes in Adults). Menurut dokter yang menanganinya, penyakit ini ‘datang’ karena gaya hidupnya yang tidak sehat.

    Perempuan yang akrab dipanggil Cipa tersebut bercerita bahwa dirinya suka sekali mengonsumsi makanan dan minuman manis setiap harinya seperti jajanan viral, matcha, dan sebagainya. Ditambah, ia juga termasuk orang yang jarang olahraga dan memiliki pola tidur yang buruk alias suka begadang.

    Pada saat pemeriksaan ke dokter, gula darah yang ditunjukkan adalah 356 mg/dl yang artinya ini sangat tidak normal dan merupakan kondisi hiperglikemia parah, yang mengindikasikan kemungkinan besar diabetes.

    Sementara, pemeriksaan HbA1c milik Cipa adalah 11,5 persen. Dikutip dari laman Kemenkes, jumlah HbA1c normal adalah di bawah 5,7 persen.

    Berawal dari Gejala Tidak Jelas

    Menurut Cipa, sebelum dirinya mengetahui adaya kondisi diabetes, ada beberapa gejala yang sebelumnya muncul di bulan Mei atau Juni 2025.

    Sayangnya, tanda-tanda ini dianggap Cipa ‘tidak jelas’. Butuh waktu cukup lama baginya untuk menyadari bahwa ada masalah gula di dalam tubuhnya.

    Salah satu gejala yang dirasakan Cipa adalah kram kaki yang baginya dianggap sebagai dampak dari hal lain, seperti efek dari lelah menggunakan sepatu hak tinggi.

    “Sekitar Mei atau Juni 2025, aku tuh sering kram kaki kayak di betis atau kayak di jari kaki yang tiba-tiba kayak melengkung gitu. Aku pertama nggak nyadar, mungkin karena sepatu nggak enak karena pakai heels terus ya,” kata Cipa kepada detikcom, Jumat (19/12/2025).

    Gejala lain yang dirasakannya adalah rasa haus ekstrem (polidipsia). Padahal, Cipa mengaku sudah minum cukup banyak air.

    “Aku gampang banget haus padahal minumku banyak banget. Bahkan bibir itu sampai bener-bener kering. Keringnya sampai orang-orang notice ya, sampai ngelopek semua,” katanya.

    “Jadi sempet naik ojol, lagi macet-macetan dan air yang aku bawa itu habis. Bener-bener yang kelabakan cari air. Haus banget, dahaga kayak di padang gurun,” sambungnya.

    Tanda-tanda lain yang muncul pada kondisi Cipa adalah poliuria atau sering kencing. Disebabkan oleh kadar gula tinggi membuat ginjal bekerja ekstra menyaring dan membuang glukosa berlebih melalui urine, yang menarik banyak cairan tubuh sehingga volume urine meningkat drastis.

    “Sehari tuh banyak banget deh. Kayak 10 menit udah pipis lagi. Nah dari situ aku mulai nyadarnya. Kepala juga kayak keliyengan gitu, pusing banget, lemas, lunglai,” katanya.

    Faktor Pemicu Diabetes LADA

    Cipa ini bercerita bahwa diabetes yang diidapnya salah satu faktornya berawal dari dirinya yang suka sekali makan jajanan manis viral. Menurutnya, ini adalah bentuk ‘pelarian’ dari stres akibat pekerjaan.

    “Aku tuh sering banget makan dessert. Jadi aku nyarinya yang manis, yang makanan-makanan viral, yang rame-rame gitu. Entah itu brownies, donat, matcha gitu-gitu,” katanya.

    “Aku tuh bisa dibilang 3 kali sehari bisa kali ya. Kayak sering banget, hampir setiap hari. Dan puncaknya itu di setahunan kemarin, 2024 sampai 2025 ini,” sambungnya.

    Selain itu, pola tidur yang buruk juga dianggapnya menjadi salah satu faktor dari diabetes tersebut.

    “Karena aku kerja, sering banget lembur kayak baru pulang itu jam 11 malam dan pasti pulang kerja nggak mungkin langsung tidur kan ya,” katanya.

    “Nah itu terjadi setiap hari. Hampir setiap hari aku tidurnya. di atas jam 2 atau 3 pagi. Dan aku jam 8 pagi udah kerja lagi,” sambungnya.

    Cipa mengakui bahwa sebelumnya dirinya termasuk orang yang jarang sekali berolahraga. Kalaupun ada olahraga, ia hanya melakukan sesi kardio ringan, seperti lari dan tenis.

    “Dan itu pun cuman seminggu sekali. Jadi gula yang aku makan tidak punya tempat ‘persembunyian’ yaitu otot. Aku nggak punya massa otot kan, karena nggak pernah angkat beban,” katanya.

    Sempat Nge-drop hingga Koma

    Diabetes yang diidap Cipa membuatnya harus mendapatkan perawatan intensif dari dokter.

    “Sekitar tanggal 17 Agustus malam, aku hilang kesadaran kurang lebih 12 hari kalau nggak salah. Akhirnya aku masuk ICU, sampai infus aku ditaruh ke leher. Aku akhirnya pasang ventilator,” katanya.

    “Kayak makan aku dari hidung, pokoknya semua aku pasang alat,” sambungnya.

    Saat itu, dokter juga menyuruh untuk Cipa melakukan cuci darah (hemodialisis) karena fungsi ginjalnya yang hanya 10 persen dan fungsi pankreas juga menurun.

    Namun, cuci darah itu tidak dilakukan. Hal ini karena fungsi ginjalnya perlahan mulai membaik dari waktu ke waktu.

    “Udah keracunan gula gitu ya. Waktu itu dokter bilang aku ada kemungkinan hilang ingatan, kemungkinan hilang kemampuan motorik,” katanya.

    “Karena bener-bener, itu kan udah komplikasi ya bukan sekadar nurunin makan gula doang, udah kena ke organ-organ lainnya. Gulanya merusak organ lainnya,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Kenali Tanda-tanda Gejala Diabetes di Pagi Hari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

  • Kronologi Wanita Surabaya Idap Diabetes di Usia 29 Tahun, Sempat Koma 12 Hari

    Cerita Wanita Surabaya Idap Diabetes di Usia 29, Inikah Pemicunya?

    Jakarta

    Bagi Lilla Syifa (29), perempuan asal Surabaya yang kini berdomisili di Jakarta, tahun 2025 akan menjadi tahun yang mungkin tak akan ia lupakan. Ini karena dirinya didiagnosis mengidap diabetes 1,5 atau LADA (Latent Autoimmune Diabetes in Adults) pada Juli lalu.

    Menurut perempuan yang akrab dipanggil Cipa ini, ada beberapa faktor yang menurutnya menjadi pemicu munculnya penyakit diabetes pada dirinya, seperti kebiasaan mengonsumsi dessert manis, pola tidur yang buruk, manajemen stres yang kurang baik, dan kurangnya aktivitas fisik.

    Pada saat pemeriksaan ke dokter, gula darah yang ditunjukkan adalah 356 mg/dl yang artinya ini sangat tidak normal dan merupakan kondisi hiperglikemia parah, yang mengindikasikan kemungkinan besar diabetes.

    Sementara, pemeriksaan HbA1c milik Cipa adalah 11,5 persen. Dikutip dari laman Kemenkes, jumlah HbA1c normal adalah di bawah 5,7 persen.

    FOMO Cake Manis Viral

    Cipa ini bercerita bahwa diabetes yang diidapnya salah satu faktornya berawal dari dirinya yang suka sekali makan jajanan manis viral. Menurutnya, ini adalah bentuk ‘pelarian’ dari stres akibat pekerjaan.

    “Aku nggak punya sama sekali keturunan diabetes dari keluarga. Jadi murni dari lifestyle, pola makan, pola tidur, terus juga pola mengelola stres gitu,” kata Cipa kepada detikcom, Jumat (19/12/2025).

    “Aku tuh sering banget makan dessert. Jadi aku nyarinya yang manis, yang makanan-makanan viral, yang rame-rame gitu. Entah itu brownies, donat, matcha gitu-gitu,” sambungnya.

    Setelah makan besar, seperti makan siang dan makan malam, Cipa sering sekali menutupnya dengan makanan penutup yang manis-manis.

    “Aku tuh bisa dibilang 3 kali sehari bisa kali ya. Kayak sering banget, hampir setiap hari. Dan puncaknya itu di setahunan kemarin, 2024 sampai 2025 ini,” sambungnya.

    Pola Tidur yang Buruk

    Sebelum menjadi seorang full time content creator, Cipa bekerja sebagai seorang karyawan swasta di Jakarta. Tuntutan pekerjaan membuatnya kesuliatan mendapatkan durasi tidur yang ideal.

    “Karena aku kerja, sering banget lembur kayak baru pulang itu jam 11 malam dan pasti pulang kerja nggak mungkin langsung tidur kan ya,” katanya.

    “Nah itu terjadi setiap hari. Hampir setiap hari aku tidurnya. di atas jam 2 atau 3 pagi. Dan aku jam 8 pagi udah kerja lagi,” katanya.

    Kurang Aktivitas Fisik

    Cipa mengakui bahwa sebelumnya dirinya termasuk orang yang jarang sekali berolahraga. Kalaupun ada olahraga, ia hanya melakukan sesi kardio ringan, seperti lari dan tenis.

    “Dan itu pun cuman seminggu sekali. Jadi gula yang aku makan tidak punya tempat ‘persembunyian’ yaitu otot. Aku nggak punya massa otot kan, karena nggak pernah angkat beban,” katanya.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

  • Punya Kebiasaan Ini Tiap Pagi? Hati-hati, Kemungkinan Kena Serangan Jantung Tinggi

    Punya Kebiasaan Ini Tiap Pagi? Hati-hati, Kemungkinan Kena Serangan Jantung Tinggi

    Jakarta

    Serangan jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Di Inggris, setiap tiga menit satu orang meninggal akibat penyakit jantung.

    Data British Heart Foundation mencatat, penyakit jantung koroner menewaskan sekitar 480 orang per hari atau lebih dari 170 ribu orang per tahun di negara tersebut. Namun, seorang dokter mengungkap fakta mengejutkan. Sebanyak 90 persen kasus serangan jantung ternyata berkaitan dengan satu kebiasaan pagi hari, dan itu bukan soal pola makan atau stres.

    Dokter Sana Sadoxai, yang memiliki lebih dari 42 ribu pengikut di TikTok dan rutin membagikan edukasi medis, menjelaskan bahaya justru dimulai sejak seseorang bangun tidur, tetapi tetap pasif bergerak.

    “Masalah sebenarnya dimulai saat bangun dan tetap diam,” beber dr Sana dalam videonya.

    Ia menjelaskan, banyak orang memulai pagi dengan pola yang sama, bangun tidur, langsung bermain ponsel, duduk terlalu lama, lalu terburu-buru berangkat kerja. Kebiasaan ini membuat tubuh berada dalam kondisi minim gerak dan tinggi peradangan, yang secara perlahan merusak metabolisme.

    Menurut dr Sana, rutinitas pagi yang pasif dapat mempercepat resistensi insulin, penumpukan lemak di perut, tekanan darah tinggi, peradangan kronis tanpa gejala, gangguan metabolik. Kondisi-kondisi tersebut sangat meningkatkan risiko serangan jantung dini, terutama pada individu dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Padahal, solusinya sangat sederhana.

    “Cukup lima hingga tujuh menit bergerak di pagi hari, berjalan cepat, peregangan, atau latihan pernapasan, sudah mampu melancarkan sirkulasi, mengaktifkan metabolisme, menstabilkan gula darah, dan melindungi jantung,” jelasnya. Ia menekankan bahwa berat badan, metabolisme, dan kesehatan jantung saling berkaitan erat. Mengabaikan kebiasaan bergerak di pagi hari disebutnya sebagai ancaman senyap yang mematikan.

    dr Sana juga mengingatkan, gejala seperti obesitas, lemak perut yang membandel, mudah lelah, sesak napas, hingga diabetes merupakan tanda peringatan dini gangguan metabolik yang tidak boleh diabaikan.

    “Ambil kendali sebelum berubah menjadi risiko kardiovaskular,” tegasnya.

    Unggahan tersebut memicu beragam respons warganet. Salah satu pengguna TikTok berkomentar, “Jadi bangun tidur lalu langsung buru-buru kerja itu perlahan membunuh kita.”

    Netizen lain ikut merespons. “Saya bangun, minum teh dengan santai 30 menit, lalu bersiap kerja. Saran ini masuk akal.” Sementara itu, NHS Inggris menjelaskan serangan jantung atau myocardial infarction terjadi ketika aliran darah ke jantung terhambat, umumnya akibat bekuan darah.

    Setiap tahun, sekitar 100 ribu orang dirawat di rumah sakit akibat serangan jantung di Inggris, rata-rata satu kasus setiap lima menit. NHS menegaskan, siapa pun yang mengalami gejala serangan jantung harus segera menghubungi layanan darurat. Sambil menunggu ambulans, konsumsi aspirin 300 mg dapat membantu, selama pasien tidak alergi.

    Untuk menurunkan risiko serangan jantung, masyarakat dianjurkan berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, menerapkan pola makan rendah lemak dan tinggi serat, mengonsumsi buah dan sayur minimal lima porsi per hari, berolahraga aerobik intensitas sedang minimal 150 menit per minggu. Dokter mengingatkan, perubahan kecil di pagi hari bisa berdampak besar bagi kesehatan jantung. Lima menit bergerak setelah bangun tidur disebut bisa menjadi perbedaan antara hidup sehat dan risiko serangan jantung di masa depan.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Cara Mudah Mencegah Lonjakan Gula Darah usai Santap Nasi

    Cara Mudah Mencegah Lonjakan Gula Darah usai Santap Nasi

    Jakarta

    Nasi merupakan makanan pokok bagi banyak orang, tak terkecuali di Indonesia. Namun, di balik rasa yang mengenyangkan, nasi sering dikaitkan dengan lonjakan kadar gula darah.

    Untungnya, ada cara sederhana yang mencegah dampak lonjakan gula darah dari nasi. Hal ini ditemukan dalam sebuah studi kecil yang diterbitkan dalam jurnal Nutrition and Diabetes.

    Cara Mudah Mencegah Lonjakan Gula Darah dari Konsumsi Nasi

    Mengonsumsi nasi yang dipanaskan kembali bisa memperlambat lonjakan gula darah pada pengidap diabetes. Dikutip dari laman Business Insider, sekelompok peneliti Polandia dari Universitas Ilmu Kedokteran Poznan mempelajari 32 pasien dengan diabetes tipe 1. Mereka membandingkan kadar gula darah peserta setelah mengonsumsi dua jenis makanan uji yang berbeda.

    Satu makanan berupa nasi putih bulir panjang sekitar 46 gram karbohidrat yang disiapkan dan disajikan segera. Makanan lainnya adalah porsi yang sama, tetapi tapi didiamkan dalam lemari es selama 24 jam, kemudian dipanaskan kembali dan disajikan.

    Para peneliti menemukan, ketika peserta mengonsumsi nasi yang sudah dingin, kadar gula darah mereka secara signifikan lebih stabil, dengan kenaikan keseluruhan yang lebih rendah, dan waktu mencapai puncak gula darah yang lebih singkat, dibandingkan saat mengonsumsi nasi yang baru dimasak.

    Hasil penelitian menunjukkan, karbohidrat dingin seperti nasi bisa membantu mengontrol kadar gula darah, berkat jenis karbohidrat tertentu yang disebut dengan pati resisten. Porsi nasi dingin dalam penelitian mengandung pati resisten yang jauh lebih banyak dibandingkan nasi yang baru dimasak.

    Bukti menunjukkan bahwa pati resisten dicerna lebih lambat. Akibatnya, pati resisten bisa membantu menyeimbangkan penyerapan karbohidrat lain untuk menyeimbangkan kadar gula darah, mirip dengan serat.

    Meski penelitian ini berskala kecil dan fokus pada populasi tertentu, penelitian sebelumnya mendukung gagasan bahwa pendinginan makanan kaya karbohidrat bisa mengubah cara penyerapannya.

    Studi lainnya yang serupa pada tahun 2015 dengan orang tanpa diabetes menemukan hasil yang sebanding. Nasi dingin menyebabkan lonjakan gula darah yang lebih rendah.

    Para ahli mengatakan, mendapat lebih banyak pati resisten dari karbohidrat yang didinginkan juga memberi manfaat lain, seperti mengatur nafsu makan agar merasa kenyang setelah makan, mencegah penurunan energi atau membantu menurunkan berat badan.

    “Jika orang-orang sedang berupaya menurunkan lemak tubuh dan ingin menstabilkan kadar gula darah mereka, atau jika mereka ingin meningkatkan produktivitas dan menghindari kelelahan di sore hari, mengonsumsi lebih banyak pati resisten bisa bermanfaat,” kata ahli nutrisi Rhianon Lambert kepada Insider.

    Perhatikan Asupan Makanan Lainnya

    Dalam mengelola diabetes, ahli gizi Dr dr Tan Shot Yen, M Hum menekankan untuk berkonsultasi dengan pakar. Hal ini penting untuk lebih memahami masalah pola hidup dan gaya makan yang akan diterapkan.

    Menurut dr Tan, menurunkan kadar gula darah tak hanya dengan nasi yang didinginkan. Penting untuk memerhatikan makanan pendamping atau lauk yang dikonsumsi dengan nasi.

    “Jadi percuma saja kita makan nasi kering kemarin sudah dari kulkas kalau misalnya menu makannya adalah gorengan, masih ditambah kecap, minumnya masih teh manis, bubar,” beber dr Tan dikutip dari detikTV.

    “Daripada makannya yang sudah nggak enak, nasinya kering, dingin lagi, sementara penyebabnya nggak semata-mata hanya karena faktor nasi,” tuturnya.

    Ditinjau oleh: Mhd. Aldrian, S.Gz, lulusan Ilmu Gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

    (elk/naf)

  • Punya Hipertensi? Sebaiknya Hindari Menu Sarapan Ini Agar Tekanan Darah Aman

    Punya Hipertensi? Sebaiknya Hindari Menu Sarapan Ini Agar Tekanan Darah Aman

    Jakarta

    Tekanan darah tinggi atau hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer sebab gejalanya seringkali tidak terlihat. Kondis ini sering disebabkan oleh faktor genetik, pola makan yang buruk, hingga gaya hidup yang kurang aktif.

    Meski tekanan darah tinggi bisa menyebabkan masalah yang lebih serius jika tidak diobati, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengelola dan menurunkan tekanan darah, salah satunya dengan mengonsumsi makanan rendah sodium. Selain itu, penting untuk mengetahui beberapa makanan yang sebaiknya dihindari.

    Dikutip dari laman Eat This, beberapa menu sarapan yang perlu dihindari oleh pengidap hipertensi yaitu:

    1. Makanan Asin

    Tanpa disadari, beberapa makanan sarapan populer mengandung banyak sodium. Padahal, banyak ahli gizi yang telah mengingatkan bahwa peningkatan natrium bisa menyebabkan tekanan darah tinggi.

    Sebuah laporan dalam jurnal Nutrients menyatakan bahwa mengurangi asupan natrium tak hanya bisa mengurangi risiko hipertensi, tapi juga risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular. Menurut ahli gizi Amy Goodson, MS, RD, CSSD, LD, banyak dari sosis atau beberapa sandwich frozen yang dikonsumsi untuk sarapan mengandung sodium tinggi yang bisa menyebabkan tekanan darah tinggi jika dikonsumsi dalam jumlah besar dalam waktu lama.

    “Jika Anda memilih salah satu makanan ini, penting untuk memadukannya dengan sesuatu yang rendah sodium, seperti buah atau biji-bijian utuh seperti oat,” kata Goodson.

    2. Tidak Ada Buah dan Sayur

    Kebiasaan lain yang tidak baik untuk pengidap tekanan darah tinggi adalah tidak mengonsumsi cukup buah dan sayuran di pagi hari. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, orang dewasa yang mencoba menurunkan tekanan darah disarankan untuk mengonsumsi 5-9 porsi buah dan sayur dalam sehari. Jika tidak mengonsumsi 1-2 porsi saat sarapan, maka tujuan ini akan sulit tercapai.

    “Buah dan sayuran secara alami bebas natrium dan banyak di antaranya mengandung kalium, yang bisa membantu menurunkan tekanan darah tinggi pada beberapa orang,” kata Goodson.

    3. Terlalu Banyak Gula

    Mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan bisa menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan asupan gula juga bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik.

    “Gula dan makanan olahan sangat memicu peradangan dan meningkatkan kadar gula darah serta respons insulin, juga respons peradangan dalam tubuh Anda. Peradangan juga dapat meningkatkan tekanan darah,” kata ahli diet Dana Ellis Hunnes, PhD, MPH, RD.

    Hindari Melakukan Diet Ketat

    Tak hanya beberapa menu sarapan yang perlu dihindari, kebiasaan melakukan diet ketat juga tidak baik untuk pengidap tekanan darah tinggi.

    Mungkin banyak orang yang berasumsi bahwa melakukan diet ketat untuk menurunkan berat badan bisa membantu menurunkan tekanan darah. Namun, beberapa ahli gizi menyarankan untuk berhati-hati dalam seberapa ketat diet yang diterapkan.

    “Menerapkan pola makan ketat dalam upaya menurunkan berat badan dengan cepat dapat membahayakan tekanan darah Anda,” kata ahli diet Rachel Fine, RDN.

    Diet ketat diketahui bisa mengurangi banyak nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan bisa merugikan orang-orang yang perlu menurunkan tekanan darah. Jadi jika ingin menurunkan bera badan, coba konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi tentang pola makan yang ramah hipertensi.

    Ditinjau oleh: Mhd. Aldrian, S.Gz, lulusan Ilmu Gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

    (elk/kna)

  • Terungkap Alasan Satu Kebiasaan Bangun Tidur Ini Bisa Picu Serangan Jantung

    Terungkap Alasan Satu Kebiasaan Bangun Tidur Ini Bisa Picu Serangan Jantung

    Jakarta

    Serangan jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Namun, ternyata pemicunya bukan selalu makanan berlemak atau stres.

    Dokter umum yang aktif mengedukasi lewat media sosial Dr Sana Sadoxai, mengatakan ada satu kebiasaan saat bangun tidur bisa berkontribusi menyebabkan serangan jantung. Hal yang dimaksud adalah minimnya gerak setelah bangun tidur.

    Bahkan, ia mengklaim hingga 90 persen kasus serangan jantung berkaitan dengan pola ini.

    “Bahaya sebenarnya dimulai saat Anda bangun tidur dan tetap diam,” kata Dr Sadoxai yang dikutip dari Mirror UK.

    Kebiasaan Main Ponsel saat Bangun Tidur

    Menurutnya, banyak orang mengawali hari dengan langsung duduk, memegang ponsel, scrolling media sosial, lalu terburu-buru untuk berangkat kerja tanpa melakukan aktivitas fisik sama sekali.

    Rutinitas ini yang membuat tubuh tetap berada dalam kondisi pasif, dengan peradangan yang meningkat sejak pagi. Tanpa disadari, kebiasaan tersebut memicu serangkaian masalah kesehatan.

    Mulai dari resisten insulin, penumpukan lemak di perut, tekanan darah tinggi, peradangan tersembunyi, hingga gangguan metabolisme. Kombinasi faktor ini secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung, terutama pada orang obesitas atau berat badan berlebih.

    Padahal, risikonya bisa ditekan dengan cara yang sangat sederhana. Dr Sadoxai menekankan aktivitas ringan selama 5-7 menit di pagi hari sudah cukup memberikan dampak besar.

    “Jalan cepat, peregangan ringan, atau latihan pernapasan bisa membantu melancarkan sirkulasi darah, mengaktifkan metabolisme, menstabilkan gula darah, dan melindungi kesehatan jantung,” jelasnya.

    Faktor Lainnya, Obesitas

    Dr Sadoxai menegaskan berat badan, metabolisme, dan kesehatan jantung saling berkaitan. Mengabaikan kebiasaan pagi yang sehat bisa menjadi ancaman tersembunyi.

    “Perubahan sederhana di pagi hari bisa berdampak besar bagi kesehatan jangka panjang,” tutur dia

    Ia juga mengingatkan sejumlah tanda awal gangguan metabolisme yang kerap diabaikan, seperti obesitas, lemak perut yang sulit hilang, mudah sesak napas, diabetes, hingga kelelahan kronis.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Dokter Ungkap 90 Persen Serangan Jantung Dipicu 1 Kebiasaan Pagi, Apa Itu?

    Dokter Ungkap 90 Persen Serangan Jantung Dipicu 1 Kebiasaan Pagi, Apa Itu?

    Jakarta

    Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Seorang dokter mengungkapkan 90 persen kasus serangan jantung dapat ditelusuri pada satu kebiasaan pagi yang sering diabaikan dan kebiasaan tersebut bukan terkait makanan atau stres.

    Seorang dokter umum yang sering membagikan edukasi kesehatan di media sosial, Dr Sana Sadoxai, menyoroti bahaya rutinitas pagi yang minim gerak. Menurutnya, risiko serangan jantung justru dimulai sejak seseorang bangun tidur dan langsung pasif.

    “Bahaya sebenarnya dimulai saat Anda bangun dan tetap diam,” kata Dr Sadoxi, dikutip dari Mirror UK.

    Dr Sadoxi menjelaskan banyak orang bangun tidur langsung memegang ponsel, duduk terlalu lama, lalu buru-buru berangkat tanpa aktivitas fisik sama sekali. Pola ini membuat tubuh berada dalam kondisi kurang bergerak dan peradangan tinggi.

    Kebiasaan tersebut secara perlahan mempercepat resistensi insulin, penumpukan lemak perut, tekanan darah tinggi, peradangan tersembunyi, hingga gangguan metabolisme. Seluruh faktor itu secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung dini, terutama pada orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas.

    Padahal, hanya dengan 5 hingga 7 menit aktivitas ringan saat pagi, risiko tersebut bisa ditekan. Aktivitas sederhana seperti jalan cepat, peregangan, atau latihan pernapasan dapat membantu melancarkan sirkulasi darah, mengaktifkan metabolisme, menstabilkan kadar gula darah, dan melindungi kesehatan jantung.

    “Berat badan, metabolisme, dan kesehatan jantung saling terkait. Mengabaikan kebiasaan pagi ini merupakan ancaman tersembunyi. Mengubahnya bisa menyelamatkan nyawa,” tegasnya.

    Dr Sadoxai juga mengingatkan keluhan seperti, obesitas, lemak perut yang sulit hilang, mudah sesak napas, diabetes, hingga kelelahan kronis dapat menjadi tanda awal gangguan metabolisme yang tidak boleh diabaikan.

    Berbagai respons pun datang dari para warganet yang mengikutinya di media sosial. Ada yang mengatakan bangun tidur lalu langsung terburu-buru ke kantor itu perlahan membunuh kita.

    “Saya bangun, minum teh dengan santai 30 menit sebelum bersiap kerja. Saran ini masuk akal,” kata pengguna lainnya.

    Gejala dan Pencegahan Serangan Jantung

    Menurut NHS, serangan jantung atau infark miokard terjadi saat aliran darah ke jantung terhambat, yang umumnya akibat gumpalan darah.

    Gejala yang paling umum adalah nyeri dada, seperti rasa tertekan, berat, atau sesak. Tanda lain yang perlu diwaspadai antara lain nyeri menjalar ke lengan, rahang, leher, punggung, atau perut, pusing, keringat dingin, sesak napas, mual, hingga rasa cemas berlebihan.

    Untuk menurunkan risiko serangan jantung, masyarakat disarankan berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, mengonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat, serta rutin berolahraga. Orang dewasa dianjurkan melakukan aktivitas fisik intensitas sedang setidaknya 150 menit per minggu.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: dr. Dhika Raspati Ungkap Bahaya Cardiac Arrest bagi Pelari Trail”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Dokter Ungkap Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Perlu Diperhatikan

    Dokter Ungkap Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Perlu Diperhatikan

    Jakarta

    Banyak orang kini menyadari bahwa konsumsi gula berlebihan tidak baik bagi kesehatan. Karena itu, tak sedikit yang mulai berupaya mengurangi asupan gula dalam keseharian.

    Pasalnya, terlalu banyak mengonsumsi gula telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, kerusakan gigi, hingga kolesterol tinggi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda peringatan yang bisa muncul akibat konsumsi gula berlebihan.

    Tanda Tubuh Kebanyakan Gula

    Spesialis di bidang dermatologi, flebologi, proktologi, dan pengobatan gizi, dr Lela Ahleman membagikan lima gejala yang perlu diperhatikan dari terlalu banyak mengonsumsi gula. Dikutip dari laman Express UK, berikut daftarnya.

    1. Penambahan Berat Badan dan Rasa Lapar yang Terus Menerus

    Gula memiliki kepadatan kalori yang tinggi. Artinya, terlalu banyak mengonsmsinya bisa meyebabkan kenaikan berat badan dengan cepat. Tapi, ini bukan satu-satunya alasan kenapa gula bisa menyebabkan penambahan berat badan.

    Menurut dr Ahlemann, terlalu banyak makan gula bisa membuat seseorang terus-menerus merasa lapar. Hal ini karena gula meningkatkan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, tapi tidak mengenyangangkan karena kurangnya serat.

    “Ketika Anda selalu lapar, Anda akhirnya makan lebih banyak daripada yang Anda butuhkan, yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan berat badan,” kata dr Ahlemann.

    2. Munculnya Jerawat

    Menurut dr Ahlemann, konsumsi gula bisa menyebabkan kadar hormon yang disebut insulin-like growth factor 1 atau IGF-1 meningkat.

    “Bersama dengan insulin, IGF-1 merangsang kelenjar sebaceous dan keratinisas berlebihan di area sebaceois, yang menyebabkan kelenjar tersebut tersumbat, sehingga menimbulkan jerawat dan peradangan,” ungkapnya.

    3. Perubahan Suasana Hati

    Mengonsumsi gula menyebabkan kadar glukosa meningkat dengan cepat yang memicu pelepasan insulin. Akan tetapi, lonjakan ini sering kali sangat kuat, sehingga kadar gula darah tidak kembali ke tingkat normal dan malah anjlok di bawah kadar normal.

    “Ini disebut hipoglikmia, yang kemudian menyebabkan keinginan makan yang kuat. Pada beberapa orang, hal ini juga menyebabkan perubahan suasana hati dan mudah marah,” tambahnya.

    4. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah

    Kondisi tubuh yang lebih sering sakit dari biasanya bisa disebabkan oleh pola makan, khususnya gula yang dikonsumsi.

    “Biasanya, gula diserap oleh tubuh melalui usus kecil. Namun, jika jumlah gula sederhana, seperti glukosa dan fruktosa, yang kita konsumsi melebihi kapasitas usus kecil kita, maka gula tersebut akan berakhir di usus besar,” kata dr Ahlemann.

    Bakteri yang hidup di usus besar kemudian memakan gula tersebut. “Pemberian makanan secara selektif menyebabkan perkembangbikan bakteri ini,” tambahnya.

    “Masalahnya adalah sayangnya bakteri tersebut membawa endotoksin pada permukaan bakterinya, yang kemudian bisa meninggalkan usus dan masuk ke aliran darah, menyebabkan peradagan tanpa gejala, yang mempercepat penuaan dan melemahkan sistem kekebalan tubuh,” katanya.

    5. Penuaan yang Cepat

    dr Ahlemann mengatakan bahwa secara asupan gula yang tinggi secara ilmiah terbukti menyebabkan pembentukan produk akhir glikasi lanjut atau Advanced Glycation End Products (AGEs), yang merusak serat kolagen.

    “Ketika terlalu banyak AGEs, serat kolagen kita menjadi kaku, rapuh, dan mengalami degenerasi. Tubuh juga kurang mampu memperbaiki dirinya sendiri, yang berarti kualitas kolagen kita semakin memburuk,” tambahnya.

    Ditinjau oleh: Mhd. Aldrian, S.Gz, lulusan Ilmu Gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

    (elk/suc)