Produk: gamelan

  • Peresean, Seni Pertunjukan dan Adu Ketangkasan Suku Sasak

    Peresean, Seni Pertunjukan dan Adu Ketangkasan Suku Sasak

    Liputan6.com, Lombok – Peresean merupakan sebuah tari tradisi yang tumbuh dan berkembang di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tradisi yang telah menjadi seni pertunjujan ini konon menjadi simbol keberanin kaum lelaki di Pulau Lombok.

    Sesuai fungsi tersebut, peresean sangat identik dengan unsur kekerasan. Tradisi ini akan menampilkan dua laki-laki atau pepadu yang akan bertarung dan saling adu ketangkasan di dalam arena yang telah disiapkan.

    Mereka membawa senjata berupa tongkat rotan atau pejalin. Pada tangannya yang lain, terdapat ende yang terbuat dari kulit kerbau sebagai tameng atau perisai. Mereka juga diberi daun sirih untuk dikunyah selama pertandingan berlangsung.

    Peresean dipimpin oleh pakembar sedi dan pakembar tengaq. pakembar sedi adalah wasit di bagian pinggir lapangan, sedangkan pakembar tengaq adalah wasit di bagian tengah. Meski terkesan lekat dengan unsur kekerasan, peresean menjunjung tinggi pertandingan yang adil dan jujur.

    Sebelum bertanding, pepadu akan mengenakan kain khas Lombok yang diikatkan di kepala dan pinggang. Dengan arahan pakembar sedi, pepadu diberi instruksi dan doa untuk melancarkan jalannya peresean.

    Prosesi diiringi dengan alunan musik gamelan Sasak yang berasal dari gendang, petuk, rencek, gong, dan suling. Musik ini juga akan mengiringi sepanjang pertandingan peresean.

    Umumnya, pertarungan dilakukan dalam lima ronde dengan durasi masing-masing tiga menit. Setiap pukulan yang pepadu dapatkan bisa menimbulkan luka hingga darah mengucur pada baian kepala. Jika hal ini terjadi, peresean akan dihentikan dan pepadu diganti dengan pepadu lainnya.

    Pepadu biasanya berasa dari penonton yang dipilih oleh pakembar sedi. Penonton juga bisa mengajukan diri untun menjadi pepadu. Namun, permainan ini tak bersifat memaksa, sehingga penonton yang dipilih dapat menolak ajakan bertarung.

     

  • 800 Anak Meriahkan Festival Permainan Rakyat Jawa Barat di Bandung

    800 Anak Meriahkan Festival Permainan Rakyat Jawa Barat di Bandung

    Dari 27 sanggar, Disparbud akan menunjuk 8 penyaji sebagai penampil terpilih beedasarkan penilaian tim dewan juri.

    Salah satu juri, Lili Suparli, menjelaskan, ada beberapa aspek yang jadi bahan penilaian, antara lain unsur nilai edukasi, artistik properti, kebahasaan, hingga pemeranan.

    “Kami hanya mengamati mana yang pas dalam segi dimensi pertunjukan,” kata maestro gamelan Sunda itu.

    Kendati demikian, tegas Lili, semua penampil pada dasarnya harus diapresiasi, mereka diyakini menampilkan sebaik mungkin yang bisa mereka sajikan.

    Lebih luhung dari itu, semua pertunjukan adalah bagian dari gerak pewarisan kebudayaan. “Tadi, air mata saya menitik,” katanya.

    Para Penampil Hari Pertama

    Hari pertama dibuka oleh pertunjukan “Ngagolencrang” dari Sanggar Tari dan Musik Tradisional Tisasara, perwakilan Kota Bandung. Selanjutnya, “Bebeletukan” oleh Durcing Kota Cimahi.

    Ada pula pertunjukan “Ulin di Buruan” oleh Sanggar Kaulinan Icikibung (Kota Tasikmalaya). Sementara, perwakilan dari Kabupaten Sukabumi menampilkan “Rengkak Barudak Lembur” oleh Sanggar Seni Gapura Emas.

    Kabupaten Ciamis diwakili tampilan “Ngabungbang Ulin di Buruan Mangsa Caang Bulan” oleh Sakola Motekar. Disusul gelaran dari Kota Bekasi “Ngegranyak Memaenan” oleh Sanggar Seni Putra Budaya.

    Kabupatan Bandung Barat menampilkan pertunjukkan kolosal Tuha ka Indung oleh Yayasan Kamandaka. Selanjutnya, ada helatan dari Kota Sukabumi dengan “Kaulinan Palapah Cau” oleh Sanggar Seni Reya Kancana.

    Kabupaten Subang diwakili penampilan “Ucing Sumput” oleh Sanggar Seni Balesora. Adapula “Enggrang Lompat Tali, Petak Umpet, Rangkuk Alu” oleh Sanggar Seni Citra Budaya.

    Dua penampilan penutup ada dari Kota Banjar “Rengkak Gumbira” oleh Dangiang Putra Raharja, serta Yayasan Badan Pencinta Budaya Sunda dari Kota Depok menampilkan “Deng Endeng”.

  • Karangan Bunga Hiasi Pernikahan Putri Pramono Anung, Ada Jokowi hingga Zulhas
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 Juni 2025

    Karangan Bunga Hiasi Pernikahan Putri Pramono Anung, Ada Jokowi hingga Zulhas Megapolitan 25 Juni 2025

    Karangan Bunga Hiasi Pernikahan Putri Pramono Anung, Ada Jokowi hingga Zulhas
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Deretan
    karangan bunga
    ucapan selamat dari sejumlah tokoh nasional tampak berjajar rapi di rumah dinas Gubernur
    Jakarta

    Pramono Anung
    , kawasan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/6/2025).
    Karangan bunga
    tersebut dikirim sebagai bentuk ucapan selamat atas pernikahan Hanifa Fadhila, anak Pramono Anung yang melangsungkan prosesi akad nikah hari ini.
    Pantauan Kompas.com, salah satu karangan bunga terlihat berasal dari Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
    “Selamat Berbahagia Dhila dan Ariq, Jokowi & Keluarga,” tertulis pada papan bunga berwarna hijau dan merah itu.
    Selain Jokowi, sejumlah pejabat tinggi negara juga mengirimkan ucapan selamat, di antaranya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Zulkifli Hasan, Jaksa Agung ST Burhanudin, dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Budi Gunawan.
    Meski suasana pernikahan 
    Hanifa Fadhila Pramono
     tampak meriah, awak media tidak diizinkan untuk masuk ke area dalam lokasi acara.
    Dari luar, suasana rumah dinas tampak disulap dengan sentuhan adat Jawa yang kental.
    Empat janur kuning menghiasi pagar putih di bagian depan, menjadi simbol selamat datang.
    Petugas keamanan yang mengenakan batik berjaga di depan pagar, mengarahkan para tamu undangan untuk masuk ke dalam area acara.
    Setibanya di pintu ruang utama, para tamu diwajibkan mengisi buku tamu digital yang telah disediakan oleh tim wedding organizer.
    Musik gamelan Jawa terdengar mengalun lembut, menambah sakral suasana menjelang prosesi akad.
    Di pintu masuk rumah dinas, palang “selamat datang” dihiasi dengan anyaman daun kelapa dan dua tandan pisang, simbol khas dalam tradisi pernikahan adat Jawa.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pelaminan Putri Pramono Jadi Titik Temu Megawati, Anies dan Pejabat
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 Juni 2025

    Pelaminan Putri Pramono Jadi Titik Temu Megawati, Anies dan Pejabat Megapolitan 25 Juni 2025

    Pelaminan Putri Pramono Jadi Titik Temu Megawati, Anies dan Pejabat
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Momen akad nikah putri bungsu Gubernur Jakarta
    Pramono Anung
    , Hanifa Fadhila, menjadi ajang pertemuan sejumlah tokoh nasional lintas kepentingan politik.
    Acara digelar di Rumah Dinas Gubernur Jakarta, Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/6/2025).
    Pantauan Kompas.com, Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan
    Megawati Soekarnoputri
    menjadi salah satu tamu undangan yang hadir.
    Ia datang sekitar pukul 14.40 WIB mengenakan kebaya berwarna merah muda dengan tatanan rambut sanggul klasik.
    Gubernur Jakarta Pramono Anung, mengenakan beskap berwarna senada, tampak keluar dari kediamannya menyambut langsung kedatangan Megawati.
    Selain Megawati, hadir pula Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan dan mantan Gubernur Jakarta
    Anies Baswedan
    .
    “Selamat buat Mas Pram dan Mba Hani. Amanat yang dititipkan hari ini dituntaskan, memasuki babak baru. Selamat,” ucap Anies di lokasi, Rabu.
    Anies datang seorang diri dengan mengenakan batik lengan panjang berwarna hitam bermotif ukiran kuning. Ia menyampaikan bahwa istrinya, Fery Farhati, tidak dapat hadir karena tengah menjaga anak mereka, Mutiara Baswedan, yang baru saja melahirkan.
    “(Istri) lagi jagain Tia (Mutiara Baswedan),” lanjut Anies.
    Selain itu, sejumlah tokoh lain yang turut hadir di antaranya Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno, Kepala Otorita IKN Basuki Hadimuljono, mantan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, serta Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto.
    Rumah dinas tersebut disulap dengan sentuhan adat Jawa yang kental. Empat janur kuning menghiasi pagar putih bagian depan sebagai simbol penyambutan.
    Petugas keamanan berseragam batik terlihat berjaga di gerbang rumah. Para tamu undangan diarahkan masuk ke dalam untuk mengisi buku tamu digital yang telah disediakan oleh tim wedding organizer.
    Suasana semakin sakral dengan alunan musik gamelan Jawa yang terdengar lembut dari dalam rumah.
    Di pintu utama, ucapan “selamat datang” terpampang di atas hiasan anyaman daun kelapa dan dua tandan pisang—simbol khas dalam tradisi pernikahan adat Jawa.
    Acara pernikahan tersebut tak hanya menjadi momen keluarga bagi Pramono Anung, tetapi juga menyatukan banyak tokoh lintas jabatan dan kepentingan dalam suasana non-formal dan penuh nuansa budaya.
    (Reporter: Ruby Rachmadina | Editor: Fitria Chusna Farisa)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mobil Pejabat Parkir di Bahu Jalan Saat Akad Putri Pramono Anung, Lalu Lintas Tersendat
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 Juni 2025

    Mobil Pejabat Parkir di Bahu Jalan Saat Akad Putri Pramono Anung, Lalu Lintas Tersendat Megapolitan 25 Juni 2025

    Mobil Pejabat Parkir di Bahu Jalan Saat Akad Putri Pramono Anung, Lalu Lintas Tersendat
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Deretan mobil mewah milik pejabat berjejer memenuhi bahu Jalan Pangeran Diponegoro, Jakarta Selatan, Rabu (25/6/2025).
    Mobil-mobil itu milik tamu undangan yang menghadiri prosesi akad nikah putri bungsu Gubernur Jakarta
    Pramono Anung
    , Hanifa Fadhila, yang digelar di Rumah Dinas Gubernur Jakarta di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat.
    Pantauan
    Kompas.com
    di lokasi, terlihat berbagai jenis mobil berwarna hitam dengan pelat nomor khas pejabat, seperti ZZH dan ZZR, terparkir mengelilingi area Taman Suropati.
    Terlihat pula mobil berpelat RI 28 dan RI 24, menandakan kehadiran menteri-menteri Kabinet Merah Putih dalam acara tersebut.
    Beberapa sopir dan ajudan terlihat menunggu di belakang kendaraan, mengenakan seragam taktis khas pengawal pejabat.
    Kendaraan-kendaraan ini terparkir di lokasi yang jelas-jelas terpasang rambu dilarang parkir.
    Keberadaan mobil-mobil tersebut juga mengurangi kapasitas jalan yang seharusnya bisa dilalui tiga lajur, menjadi hanya satu lajur.
    Akibatnya, arus lalu lintas di sekitar lokasi pun tersendat dan kendaraan lain harus melintas perlahan.
    Sementara itu, petugas Dinas Perhubungan dan Satpol PP berjaga dan mengatur arus lalu lintas yang tersenda. 
    Adapun Pramono menggelar akad nikah untuk putrinya dengan menyulap suasana rumah dinas dengan sentuhan adat Jawa yang kental.
    Empat janur kuning menghiasi pagar putih di bagian depan, menjadi simbol selamat datang.
    Petugas keamanan yang mengenakan batik berjaga di depan pagar, mengarahkan para tamu undangan untuk masuk ke area acara.
    Setibanya di pintu ruang utama, para tamu diwajibkan mengisi buku tamu digital yang telah disediakan oleh tim
    wedding organizer.
    Musik gamelan Jawa terdengar mengalun lembut, menambah sakral suasana menjelang prosesi akad.
    Di pintu masuk rumah dinas, palang “selamat datang” dihiasi dengan anyaman daun kelapa dan dua tandan pisang, simbol khas dalam tradisi pernikahan adat Jawa.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pawai Peed Aya Dibuka, Menteri Kebudayaan Fadli Zon Puji Bali Sebagai Teladan Pelestarian Budaya

    Pawai Peed Aya Dibuka, Menteri Kebudayaan Fadli Zon Puji Bali Sebagai Teladan Pelestarian Budaya

    DENPASAR — Ribuan pasang mata menyaksikan langkah awal Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 di Monumen Bajra Sandhi, Denpasar, Sabtu, 21 Juni Menteri Kebudayaan Fadli Zon melepas Pawai Peed Aya, parade budaya yang menjadi pembuka resmi pesta seni tahunan kebanggaan Pulau Dewata itu.

    Dengan mengenakan pakaian adat Bali, Fadli Zon memukul kulkul sebagai tanda dimulainya pawai. Di hadapannya, alunan gamelan Gong Gede dan Semar Pegulingan mengiringi pertunjukan bertajuk Mudra Citta Siwa Nataraja karya Institut Seni Indonesia (ISI) Bali. Sebuah tarian kosmik yang menyimbolkan keharmonisan semesta.

    “Dengan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya nyatakan Pesta Kesenian Bali ke-47 resmi dibuka,” ucap Fadli, di tengah sorak masyarakat.

    Didampingi Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa, Gubernur Bali I Wayan Koster, Wakil Gubernur I Nyoman Giri Prasta, dan Ketua DPRD Bali Dewa Made Mahayadnya, Menteri Fadli menyampaikan apresiasinya atas konsistensi Bali menjaga akar budayanya.

    “Selama 47 tahun, Pesta Kesenian Bali hadir tanpa jeda. Ini bukan sekadar seremoni, tetapi pernyataan kuat bahwa budaya hidup dan tumbuh di sini. Bali bisa menjadi panutan bagi daerah lain dalam menjaga warisan leluhur,” katanya.

    Pawai Peed Aya tahun ini menghadirkan parade tematik dari sembilan kabupaten/kota di Bali. Masing-masing menampilkan karya seni yang mencerminkan kearifan lokal, dari kisah Subak, simbol keris, hingga harmoni budaya Ubud.

    Karangasem menampilkan Jempana Masolah, Jembrana dengan Jimbarwana, Buleleng hadir lewat Agra Bhuwana Raksa, Bangli lewat teatrikal Posa Purwa Sancaya, Klungkung dengan Manunggaling Kaula Gusti, Tabanan menyuguhkan kisah Subak, Gianyar membawa semangat asimilasi budaya Ubud, Denpasar menampilkan Ngerebong, dan Badung menutup dengan simbol keris sebagai kekuatan spiritual.

    Kekaguman Menbud tidak hanya tertuju pada visual artistik, tetapi juga pada dominasi generasi muda dalam parade. “Ekosistem kesenian di Bali terawat. Anak muda mengambil peran. Ini yang membuat Bali layak jadi teladan nasional,” ujarnya.

    Fadli Zon juga menyampaikan salam dari Presiden Prabowo Subianto yang berhalangan hadir karena sedang dalam kunjungan kerja luar negeri. “Insyaallah, tahun depan beliau bisa hadir langsung di pembukaan PKB ke-48,” katanya.

    Acara ini juga dihadiri sejumlah anggota DPR dan DPD RI, Wakapolda Bali Brigjen Pol I Komang Sandhi Arsana, para bupati dan wali kota se-Bali, budayawan, delegasi Inter-Island Tourism Policy Forum (ITOP Forum), serta perwakilan negara sahabat.

  • Ronggeng Blantek, Bentuk Kreasi Baru dari Topeng Blantek

    Ronggeng Blantek, Bentuk Kreasi Baru dari Topeng Blantek

    Sementara itu, gerakan ronggeng blantek terbagi dalam tiga bagian, yakni gerakan lemah gemulai dengan ritme santai, gerakan tari yang energik dengan ritme yang mulai cepat, serta gerakan silat khas Betawi sebagai klimaks. Secara keseluruhan, tari ronggeng blantek memiliki 31 gerakan dasar yang telah dipatenkan berdasarkan rumusan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

    Ragam gerakan itu mencakup koordinasi kaki, badan, tangan, dan kepala secara menyeluruh. Nama gerakannya menggambarkan kreativitas khas Betawi, seperti lenggang rongeh, ogek, selancar ngepik, pakblang, ngepak blonter, tepak ngarojeng, koma gelong, hingga goyang cendol ijo.

    Jumlah penari ronggeng blantek biasanya diisi oleh empat hingga enam penari perempuan. Merekamengenakan kostum berwarna cerah yang terdiri dari kebaya pink, kain tumpal putih, selendang dengan motif burung hong, toka-toka silang berwarna merah, ampok, serta serbet. Penggunaan motif burung hong atau burung phoenix yang berasal dari mitologi Tiongkok ini menunjukan adanya pengaruh Tionghoa dalam ronggeng blantek.

    Para penari juga mengenakan aksesori pada bagian kepala berupa kembang topeng. Aksesori lain yang dikenakan adalah kalung bunga teratai bersusun tiga, pending, dan anting kuning.

    Tak hanya pengaruh Tionghoa, ronggeng blantek juga memiliki unsur Islam, terutama dalam hal pemilihan busana yang dibuat lebih tertutup. Selain itu, gerakan tarian pada kesenian ini cenderung mempertimbangkan nilai kesopanan. Beberapa hal tersebut membuat ronggeng blantek tak memiliki citra negatif seperti tari ronggeng di daerah lain.

    Tari ronggeng blantek biasanya diiringi oleh iringan musik gamelan topeng betawi yang terdiri dari rebab, tiga buah kenong, dan kecrek. Tak jarang, rebana biang juga dimainkan untuk menambah kemeriahan musiknya. Dalam banyak variasi, beberapa alat musik lainnya juga sering digunakan, seperti perpaduan tanji, terompet, trombone, baritone, gendang, gong, simbal, dan tehyan.

    Tari ronggeng blantek yang bermula dari seni terater topeng blantek kini telah menjadi kreasi baru yang memperkaya khazanah seni tari Nusantara. Tarian ini kerap dipentaskan dalam berbagai acara kebudayaan masyarakat Betawi.

    Penulis: Resla

  • Seblang Bakungan, Ritual Berusia Ratusan Tahun yang Melakat di Hati Warga Banyuwangi

    Seblang Bakungan, Ritual Berusia Ratusan Tahun yang Melakat di Hati Warga Banyuwangi

    Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono mengatakan, pemkab konsisten mendukung pelestarian budaya, termasuk Seblang. Selain menjaga kekayaan warisan seni budaya nasional, juga untuk memperkuat semangat gotong royong warga. 

    “Menjaga tradisi bukan sekadar untuk mendatangkan wisatawan, tapi juga upaya menguatkan gotong-royong dan pelestarian budaya. Sehingga tradisi dan budaya lokal tetap tumbuh subur di tengah modernitas,” kata Mujiono. 

    Keotentikan Seblang juga mendapat pengakuan dari wisatawan. Termasuk profesor gamelan dari Amerika, Sumarsam, turut hadir.

    Kaplan Professor of Music dari Wesleyan University ini mengaku kagum dengan keragaman budaya Banyuwangi. Sumarsam sudah tiga hari di Banyuwangi. Dia sedang meneliti kekayaan budaya yang ada di kabupaten ini.

    “Saya sudah melihat Janger Banyuwangi, mendengarkan Mamaca Lontar Yusuf, dan malam ini melihat Seblang Bakungan. Keanekaragaman budayanya sungguh lengkap Banyuwangi,” kata profesor asal Indonesia yang sudah 53 tahun berada di Amerika. 

     

  • Goong Renteng, Kesenian Gamelan Khas Masyarakat Sunda

    Goong Renteng, Kesenian Gamelan Khas Masyarakat Sunda

    Liputan6.com, Bandung – Goong renteng merupakan salah satu jenis kesenian gamelan masyarakat Sunda. Konon, gamelan ini sudah dikenal sejak abad ke-16.

    Telah menyatu dengan masyarakat Sunda sejak lama, goong renteng pun tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat. Alat musik ini dapat ditemukan di Cileunyi dan Cikebo (wilayah Tanjungsari, Sumedang), Lebakwangi (wilayah Pameungpeuk, Bandung), Keraton Kanoman Cirebon, Cigugur (Kuningan), Talaga (Majalengka), Ciwaru (Sumedang), Tambi (Indramayu), Mayung, Suranenggala, dan Tegalan (Cirebon).

    Mengutip dari laman Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Jawa Barat, goong renteng diperkirakan berasal dari zaman Kerajaan Tembong Agung Sabda Panglamar yang dimiliki Prabu Aji Putih. Gamelan ini merupakan benda keramat yang disimpan di keraton dan disajikan hanya pada upacara-upacara ritual dan penyambutan tamu kebesaran saja.


    Versi lain mengatakan bahwa goong renteng di Cikubang mulai ada sejak 1833. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa goong renteng di Cikubang dimulai sejak era Eyang Suting sekitar 1709. Dari berbagai versi mengenai asal-usul goong renteng, diduga kuat gamelan ini merupakan awal mula penyebaran agama Islam di wilayah tersebut.

    Sementara itu, nama goong rentang merujuk pada istilah kuno Sunda, goong, yang berarti gamelan. Adapun kata renteng merujuk pada penempatan pencon-pencon kolenang (bonang) yang diletakkan secara berderet atau berjejer yang dalam bahasa Sunda disebut ngarenteng.
Goong renteng memiliki dua macam laras, yakni salendro dan pelog. Kesenian ini dilengkapi peralatan yang terdiri dari kongkoang (alat musik berpencon), cempres (alat musik bilah), paneteg (semacam kendang), dan goong.

    Kongkoang, cempres, dan goong diklasifikasikan sebagai idiofon. Sementara paneteg diklasifikasikan sebagai membranofon.

    Dalam ensambel, kongkoang dan cempres berfungsi sebagai pembawa melodi, kendang sebagai pembawa irama, dan goong sebagai penutup lagu atau siklus lagu.

     

  • Legenda Urban: Suara Gamelan di Gunung Lawu

    Legenda Urban: Suara Gamelan di Gunung Lawu

    Liputan6.com, Yogyakarta – Gunung Lawu, salah satu gunung paling mistis di Jawa, menyimpan cerita tentang suara gamelan gaib yang kerap terdengar di kawasan tertentu. Fenomena ini telah menjadi bagian dari legenda urban yang dipercaya masyarakat sekitar.

    Mengutip dari berbagai sumber, Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal tidak hanya karena keindahan alamnya tetapi juga berbagai kisah mistis yang melekat. Salah satu legenda yang paling sering dibicarakan adalah suara gamelan gaib yang muncul tiba-tiba, terutama di sekitar kawasan pasar setan dan puncak Hargo Dalem.

    Suara tersebut sering digambarkan sebagai alunan musik tradisional Jawa yang terdengar samar namun jelas. Masyarakat setempat meyakini bahwa suara gamelan itu merupakan pertanda aktivitas makhluk halus atau roh penunggu gunung.

    Beberapa pendaki melaporkan mendengarnya saat cuaca sedang berkabut atau menjelang malam hari. Ada pula yang mengaitkannya dengan ritual-ritual spiritual yang konon dilakukan oleh para leluhur atau penghuni alam gaib.

    Keyakinan ini semakin kuat karena Gunung Lawu sejak lama dianggap sebagai tempat sakral, terutama bagi penganut Kejawen dan para pencari ilmu kebatinan. Para ahli geologi dan akustik memberikan penjelasan rasional.

    Salah satu teori menyebutkan bahwa suara mirip gamelan bisa terjadi karena angin yang melewati celah-celah bebatuan atau akar pohon besar dan menciptakan resonansi tertentu. Fenomena serupa juga ditemukan di gunung-gunung lain di dunia, di mana kondisi alam menghasilkan bunyi-bunyian aneh tanpa campur tangan supernatural.