Produk: gamelan

  • Semangat 7.400 Penari Hidupkan Legenda Sugriwa Subali, Pecahkan Rekor Tari Massal
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        15 Oktober 2025

    Semangat 7.400 Penari Hidupkan Legenda Sugriwa Subali, Pecahkan Rekor Tari Massal Yogyakarta 15 Oktober 2025

    Semangat 7.400 Penari Hidupkan Legenda Sugriwa Subali, Pecahkan Rekor Tari Massal
    Tim Redaksi
    KULON PROGO, KOMPAS.com
    – Ribuan tubuh bergerak serempak di lapangan Alun-Alun Wates di Kapanewon Wates,  Kabupaten  Kulon  Progo,  Daerah  Istimewa  Yogyakarta. Mereka melompat-lompat, berputar-putar, menghentak tanah, selaras dengan hentakan gamelan.
    Ketika itu, awan sedang menutup langit pada hari siang yang mengarah ke sore.
    Mereka sebanyak 7.400 orang menari dengan gerakan-gerakan wanara atau orang berekor monyet seperti dalam sendratari Sugriwa Subali. 
    Tarian itu menciptakan momen sejarah yang tak hanya menarik secara visual, tapi juga emosional.
    Tak sekadar sebuah pertunjukan, tarian kolosal ini resmi tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai “Tari Sugriwa Subali dengan Peserta Terbanyak”, yang diperagakan pada Rabu (15/10/2025), pada puncak Hari Jadi ke-74 Kabupaten Kulon Progo.
    “Kami mengumumkan dan mengesahkan penari terbanyak Wanara Sugriwa Subali Subari, 7.400 peserta resmi tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia,” kata Sri Widayati, perwakilan MURI.
    Sri Widayati juga berharap bahwa tari ini tak hanya berhenti di catatan rekor. Karya dan budaya seperti ini merupakan warisan yang terus hidup dan mesti lestari lewat diturunkan ke generasi berikutnya.
    Ia sekaligus menegaskan bahwa rekor ini menjadi catatan penting dalam pelestarian seni budaya di Nusantara.
    Sendratari ini identik dengan pertunjukkan di obyek wisata Kulon Progo, seperti di Goa Kiskenda dan obyek wisata Laguna Pantai Glagah. 
    Kali ini penggalan aksi menari para wanara diperagakan dalam bentuk flash mob, bukan pentas sendratari utuh.
    Menurut Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan, ini bagian dari upaya pemerintah untuk terus menghidupkan budaya kebanggaan Kulon Progo.

    “(Tarian Sugriwa Subali dipilih) karena yang asli Kulon Progo dan tidak usah diperdebatkan,” kata Agung usai mengikuti upacara HUT Ke-74 Kabupaten Kulon Progo. Tari kolosal menjadi penutup upacara HUT tersebut.
    Tari massal ini bukan hanya menjadi ajang pertunjukan, tapi juga sarana pelestarian seni tradisi yang mulai jarang ditampilkan.
    Harapannya, menurut  Agung, sendratari ini bisa terus dikembangkan dan diperkenalkan secara nasional, bahkan global.
    “Kita akan gali dengan tidak meninggalkan yang sudah ada, kita akan gali potensi yang lain untuk kita bisa up lift-kan. Jadi kita tidak akan tabu, seandainya kita menemukan satu seni budaya yang memang harus kita angkat,” kata Agung.
    Semua penari merupakan pelajar dari 10 sekolah tingkat menengah pertama dan menengah atas atau kejuruan di Kulon Progo.
    Masing-masing sekolah mengirimkan 100-300 siswa untuk terjun ke ajang ini. Mereka berpakaian hitam dan celana panjang hitam.
    Sebagian lagi, pelajar yang mengenakan kostum tari wanara.
    Di antara ribuan penari, Nur Aini dan Putri Nermada, dua siswi SMA di Kulon Progo, tampak masih bersemangat meski peluh belum kering.
    Bagi mereka, ikut serta dalam tari massal ini bukan hanya soal tampil, tetapi juga kesempatan langka.
    “Antusias banget! Soalnya ini pertama kalinya saya ikut acara sebesar ini,” ujar Putri sambil tersenyum.
    Namun, proses menuju panggung tak selalu mulus. Keterbatasan waktu latihan di sekolah membuat mereka harus belajar mandiri.
    Waktu yang tidak banyak, di tengah kesibukan belajar. Karenanya, ada saat mereka latihan sendiri di rumah lewat tutorial yang ada di YouTube.
    Selain gerakan, mereka juga harus menyiapkan kostum sendiri.
    “Kostumnya punya sendiri, sebagian besar bawa sendiri. Tidak ada keluar uang juga,” ujar Putri.
    Meski begitu, keduanya sepakat: semua lelah, waktu, dan biaya terbayar lunas saat bisa menari bersama ribuan teman sebaya dan mencetak sejarah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Saat Markas Polisi Berubah Jadi Panggung Budaya

    Saat Markas Polisi Berubah Jadi Panggung Budaya

    Liputan6.com, Lampung – Dentuman gong di halaman Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Pringsewu, Rabu (15/10/2025) menandai dimulainya perhelatan budaya yang tak biasa.

    Di tempat yang biasanya identik dengan kesibukan aparat penegak hukum, ratusan warga justru larut dalam irama gamelan dan derap kaki para penari kuda kepang.

    Festival bertajuk Pringsewu Cultural Festival Kapolres Cup II 2025 itu resmi dibuka oleh Kapolres Pringsewu, AKBP M Yunnus Saputra.

    Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi antara Polres Pringsewu dan Pemerintah Kabupaten Pringsewu untuk memperingati Hari Kebudayaan Nasional.

    “Ini bukan sekadar lomba, tapi ruang untuk bersatu dalam perbedaan,” ujar Yunnus, sesaat setelah memukul gong pembuka di hadapan tamu undangan, pejabat daerah, dan ratusan masyarakat yang memenuhi halaman kantor polisi di kompleks perkantoran Pemda Pringsewu.

    Festival yang telah memasuki tahun kedua itu menampilkan beragam pertunjukan seni, mulai dari lomba kuda kepang, reog ponorogo, karnaval budaya, hingga pagelaran wayang kulit dan pertunjukan musik tradisional.

    Di sekeliling area, deretan tenda UMKM lokal memamerkan produk kerajinan, kuliner, dan hasil olahan khas Lampung.

    Pada hari pertama, 19 grup seni tampil silih berganti di panggung utama. Penampilan Grup Kuda Kepang Putro UGM dari Pekon Pandansurat membuka acara dengan atraksi memukau, disusul oleh Sinar Lestari Budoyo Pringsewu dan Reog Ponorogo Krido Budoyo Mudo Sukoharjo. Riuh tepuk tangan warga mengiringi setiap akhir pertunjukan.

    Bagi Yunnus, festival budaya itu bukan hanya soal hiburan, tetapi bagian dari strategi “Cultural Policing” pendekatan kepolisian yang berangkat dari nilai-nilai budaya.

    “Polisi tidak hanya menjaga keamanan, tapi juga merawat harmoni sosial. Budaya adalah jembatan yang mempertemukan kita,” katanya.

     

  • Reog Ponorogo Jadi Mahkota Perayaan Hari Jadi ke-80 Jawa Timur di Grahadi

    Reog Ponorogo Jadi Mahkota Perayaan Hari Jadi ke-80 Jawa Timur di Grahadi

    Surabaya (beritajatim.com) – Suasana sakral dan meriah berpadu dalam Upacara Peringatan Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Minggu (12/10/2025). Peringatan ini tidak hanya menjadi seremoni tahunan, tetapi juga deklarasi budaya yang memancarkan kebanggaan masyarakat Jawa Timur.

    Momentum peringatan delapan dekade ini diwarnai dengan penampilan spektakuler Reog Ponorogo, kesenian tradisional yang telah menjadi ikon budaya Jawa Timur. Ratusan seniman Reog tampil memukau di halaman Grahadi. Mereka bukan sekadar penari, melainkan satu kesatuan yang bergerak harmonis dalam irama gending gamelan Jawa, menghadirkan simfoni visual dan musikal yang menggugah.

    Setiap aktor dengan kostum dan topeng khasnya menampilkan keindahan artistik yang menghipnotis penonton. Tokoh-tokoh seperti Dadak Merah (Singo Barong), Jathil, hingga Warok tampil gagah, mencerminkan kekuatan dan kebijaksanaan dalam filosofi Reog yang mendalam. Pertunjukan kolosal ini seolah menanamkan semangat ketangguhan dan kedamaian di hati masyarakat Jawa Timur, menjadi simbol keajegan dalam menghadapi tantangan zaman.

    Dalam momentum penuh makna itu, Master of Ceremony (MC) menggema lantang, “Kebudayaan adalah akar kebanggaan Jawa Timur, yang akan bersinar terang benderang dan abadi, menjadi lentera bagi masa depan.”

    Kualitas pertunjukan Reog Ponorogo pada perayaan ini dijamin oleh para maestro seni terbaik. Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggandeng para juara Festival Nasional Reog Ponorogo 2025 dari Reog Universitas Brawijaya (UB) Malang yang berkolaborasi dengan Reog Brang Wetan Community. Aksi panggung mereka dikurasi langsung oleh ahli seni pertunjukan, Doktor Joko Winarto, yang memastikan setiap detail tampil maksimal dan sarat makna.

    Perayaan Hari Jadi ke-80 Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Reog Ponorogo sebagai mahkotanya sukses menjadi pesta budaya yang berkesan. Perpaduan seni, filosofi, dan kebanggaan daerah itu memperkuat identitas Jatim sebagai provinsi yang tangguh, kreatif, dan berbudaya.

    Untuk diketahui, Upacara Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur tahun ini mengusung tema besar “Jatim Tangguh Terus Berumbuh”. Tema tersebut menjadi penegasan optimisme dan semangat gotong royong yang terus tumbuh dalam membangun Jawa Timur menuju masa depan yang lebih maju. [rma/beq]

  • Siraman Gong Kiai Pradah Blitar, Bukti Kekuatan Tradisi Gerakkan Ekonomi Lokal

    Siraman Gong Kiai Pradah Blitar, Bukti Kekuatan Tradisi Gerakkan Ekonomi Lokal

    Blitar (beritajatim.com) – Suara gamelan mengalun merdu, mengiringi ribuan pasang mata yang memadati Kelurahan Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Mereka hadir untuk menyaksikan tradisi tahunan yang penuh makna, Siraman Gong Kiai Pradah.

    Ritual sakral ini tak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga magnet yang menggerakkan roda ekonomi lokal. Bupati Blitar, Rijanto, mengapresiasi antusiasme warga yang begitu tinggi.

    Menurutnya, penyelenggaraan tahun ini menunjukkan peningkatan signifikan, mulai dari penataan acara yang lebih rapi hingga partisipasi UMKM yang semakin besar.

    “Dari tahun ke tahun sudah jauh lebih bagus. Namun, kita harus terus tingkatkan. Pemerintah daerah hadir untuk mendampingi, memastikan tradisi ini bisa menjadi motor penggerak pariwisata dan ekonomi masyarakat.” kata Bupati Rijanto, Sabtu (6/9/2025).

    Evaluasi untuk Event yang Lebih Profesional

    Meski sukses menyedot perhatian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar berkomitmen untuk melakukan evaluasi. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Blitar, Eko Susanto, menegaskan bahwa tradisi ini harus dikelola lebih profesional.

    “Siraman gong tidak boleh hanya berhenti sebagai rutinitas. Pengemasan acara, penataan kawasan, dan inovasi-inovasi perlu terus dilakukan,” jelas Eko.

    Pihaknya menyoroti beberapa poin penting yang akan dievaluasi, seperti kebersihan, penataan lokasi pedagang kaki lima (PKL), dan penambahan event pendukung agar pengunjung mendapatkan pengalaman yang lebih lengkap.

    Eko juga menambahkan bahwa tradisi yang telah diakui sebagai warisan tak benda ini perlu dikelola secara serius. “Kami akan usulkan agar ada investasi lebih dalam penyelenggaraan, karena perputaran uang di sini cukup besar. Dengan kemasan yang lebih baik, kunjungan wisatawan diharapkan meningkat,” imbuhnya.

    Berkah di Tengah Rebutan Air dan Daun

    Puncak acara yang paling dinanti adalah ketika ribuan warga berebut air jamasan (air bekas pencucian gong) dan daun yang telah dibaurkan dengan air tersebut. Mereka percaya, air dan daun tersebut membawa berkah.

    Salah satunya adalah Marsini, seorang pedagang dari Desa Binangun. Ia datang bersama suaminya sejak pagi buta untuk mendapatkan air dan daun tersebut.

    “Saya ini pedagang. Bersyukur sekali bisa dapat kembang dan daun ini. Saya berharap ada kebaikan dan keberkahan dalam hidup, serta rezeki yang lancar,” ungkap Marsini dengan mata berbinar.

    Keberadaan Siraman Gong Kiai Pradah bukan hanya menjaga kelestarian budaya, tetapi juga memberikan harapan dan semangat bagi masyarakat. Evaluasi yang akan dilakukan Pemkab Blitar diharapkan mampu menjadikan tradisi ini sebagai aset budaya sekaligus kekuatan ekonomi yang berkelanjutan. (owi/ian)

  • Ragam Tradisi Maulid Nabi di Indonesia, dari Gunungan hingga Endog-Endogan

    Ragam Tradisi Maulid Nabi di Indonesia, dari Gunungan hingga Endog-Endogan

    Jakarta: Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 

    Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, masyarakat Muslim memperingati hari lahir Nabi dengan berbagai cara yang sarat makna.

    Jika di beberapa negara perayaan ini dilakukan sederhana, maka di Indonesia justru penuh warna dengan beragam tradisi budaya yang unik di tiap daerah. 

    Merangkum laman CIMB Niaga ragam tradisi budaya itu mulai dari kirab gunungan hingga saling berbagi makanan, semuanya menggambarkan rasa syukur sekaligus kecintaan kepada Rasulullah SAW.
    Berikut beberapa ragam tradisi Maulid Nabi di Indonesia

    1. Grebeg Maulud, Solo
    Di Solo, peringatan Maulid Nabi dikenal dengan tradisi Grebeg Maulud. Acara ini dimulai dengan Sekaten, upacara keagamaan yang berlangsung hingga 15 hari di Keraton Kasunanan Surakarta.

    Selama sekaten, masyarakat bisa menikmati pagelaran wayang kulit, musik gamelan, hingga pasar malam. Puncaknya adalah kirab gunungan, hasil bumi berupa sayur, buah, hingga makanan yang diarak dari Keraton menuju Masjid Agung Surakarta.

    Gunungan ini kemudian diperebutkan warga, karena diyakini membawa berkah.
     

    2. Endog-endogan, Banyuwangi
    Di Banyuwangi, masyarakat memperingati Maulid Nabi dengan tradisi Endog-endogan. Kata endog berarti telur, yang menjadi simbol utama dalam acara ini.

    Telur rebus dihias dengan kertas warna-warni lalu ditancapkan pada batang pisang. Setelah didoakan, telur-telur itu dibagikan kepada masyarakat.

    Tradisi ini punya makna mendalam: telur melambangkan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sementara hiasan kertas mencerminkan kesucian dan kemuliaan beliau.
    3. Weh-wehan, Kendal
    Masyarakat Kaliwungu, Kendal, merayakan Maulid Nabi dengan tradisi Weh-wehan, yaitu saling berbagi makanan khas daerah.

    Makanan yang biasa dibagikan antara lain sumpil, jenang sarang, dan dawet. Tradisi ini bukan hanya ungkapan syukur, tapi juga menjadi sarana mempererat silaturahmi antarwarga.
    4. Ampyang Maulid, Kudus
    Di Kudus, masyarakat Desa Loram Kulon dan Loram Wetan memperingati Maulid Nabi dengan tradisi Ampyang Maulid.

    Warga mengarak tandu berisi nasi kepel, buah, dan sayuran, lalu didoakan bersama. Setelah itu, seluruh isi tandu dibagikan kepada masyarakat.

    Tradisi ini sarat makna kebersamaan sekaligus menjadi pengingat untuk saling berbagi rezeki.
    5. Walima, Gorontalo
    Di Gorontalo, tradisi Maulid Nabi dikenal dengan nama Walima yang sudah berlangsung sejak abad ke-17.

    Rangkaian acara dimulai dengan Dikili, yaitu dzikir dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang dilantunkan di masjid.

    Setelah itu, masyarakat membuat tolangga, wadah besar berisi aneka kue dan makanan yang kemudian diarak ke masjid dan dibagikan ke warga sekitar.

    Jakarta: Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 
     
    Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, masyarakat Muslim memperingati hari lahir Nabi dengan berbagai cara yang sarat makna.
     
    Jika di beberapa negara perayaan ini dilakukan sederhana, maka di Indonesia justru penuh warna dengan beragam tradisi budaya yang unik di tiap daerah. 

    Merangkum laman CIMB Niaga ragam tradisi budaya itu mulai dari kirab gunungan hingga saling berbagi makanan, semuanya menggambarkan rasa syukur sekaligus kecintaan kepada Rasulullah SAW.

    Berikut beberapa ragam tradisi Maulid Nabi di Indonesia

    1. Grebeg Maulud, Solo

    Di Solo, peringatan Maulid Nabi dikenal dengan tradisi Grebeg Maulud. Acara ini dimulai dengan Sekaten, upacara keagamaan yang berlangsung hingga 15 hari di Keraton Kasunanan Surakarta.
     
    Selama sekaten, masyarakat bisa menikmati pagelaran wayang kulit, musik gamelan, hingga pasar malam. Puncaknya adalah kirab gunungan, hasil bumi berupa sayur, buah, hingga makanan yang diarak dari Keraton menuju Masjid Agung Surakarta.
     
    Gunungan ini kemudian diperebutkan warga, karena diyakini membawa berkah.
     

    2. Endog-endogan, Banyuwangi

    Di Banyuwangi, masyarakat memperingati Maulid Nabi dengan tradisi Endog-endogan. Kata endog berarti telur, yang menjadi simbol utama dalam acara ini.
     
    Telur rebus dihias dengan kertas warna-warni lalu ditancapkan pada batang pisang. Setelah didoakan, telur-telur itu dibagikan kepada masyarakat.
     
    Tradisi ini punya makna mendalam: telur melambangkan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sementara hiasan kertas mencerminkan kesucian dan kemuliaan beliau.

    3. Weh-wehan, Kendal

    Masyarakat Kaliwungu, Kendal, merayakan Maulid Nabi dengan tradisi Weh-wehan, yaitu saling berbagi makanan khas daerah.
     
    Makanan yang biasa dibagikan antara lain sumpil, jenang sarang, dan dawet. Tradisi ini bukan hanya ungkapan syukur, tapi juga menjadi sarana mempererat silaturahmi antarwarga.

    4. Ampyang Maulid, Kudus

    Di Kudus, masyarakat Desa Loram Kulon dan Loram Wetan memperingati Maulid Nabi dengan tradisi Ampyang Maulid.
     
    Warga mengarak tandu berisi nasi kepel, buah, dan sayuran, lalu didoakan bersama. Setelah itu, seluruh isi tandu dibagikan kepada masyarakat.
     
    Tradisi ini sarat makna kebersamaan sekaligus menjadi pengingat untuk saling berbagi rezeki.

    5. Walima, Gorontalo

    Di Gorontalo, tradisi Maulid Nabi dikenal dengan nama Walima yang sudah berlangsung sejak abad ke-17.
     
    Rangkaian acara dimulai dengan Dikili, yaitu dzikir dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang dilantunkan di masjid.
     
    Setelah itu, masyarakat membuat tolangga, wadah besar berisi aneka kue dan makanan yang kemudian diarak ke masjid dan dibagikan ke warga sekitar.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (ANN)

  • Pertamina Bawa Budaya Tari Topeng Indramayu, Viral di Osaka Expo 2025

    Pertamina Bawa Budaya Tari Topeng Indramayu, Viral di Osaka Expo 2025

    Jakarta

    Tari Topeng Juntinyuat dari Indramayu tampil mengesankan di Cultural Performance stage Osaka World Expo. Ratusan pengunjung World Osaka terhibur dan antusias mengikuti gerakan-gerakan penari tari topeng.

    Mereka terpesona dengan liak-liuk gerakannya, kecantikan penarinya, hingga desain kostum dan warna para penari ditambah dengan gamelan yang unik, menarik hingga mengeluarkan suara yang indah.

    “Saya sangat terhibur menyaksikan performance tari topeng dari Indonesia. Mereka begitu gemulai, cantik, dan sangat berbeda ketika menggunakan topengnya. Indonesia memang banyak budaya yang menarik dan indah” tutur pengunjung dari Osaka, Keiko, dalam keterangan tertulis, Senin (1/9/2025).

    Keiko sendiri ternyata rela menunggu 30 menit untuk menonton cultural performance Pavilion Indonesia.

    Tari Topeng Juntinyuat Indramayu merupakah warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO. Pertamina Gas mengembangkan program jaga budaya bekerjasama dengan sanggar seni cipta budi dan masyarakat Desa Juntinyuat serta berkomitmen penuh terhadap pelestarian budaya Dermayon.

    “Fokus utamanya adalah menjaga warisan Tari Topeng dan kuliner khas Indramaya. Program Jaga Budaya ini kemudian dikembangkan menjadi program kewirausahaan sosial yang memberdayakan kelompok rentan melalui nilai-nilai budaya” ungkap Manager Communication dan Relations CSR Pertamina Gas (Pertagas) Imam Rismanto.

    Melalui program ini, Pertamina Gas mengintegrasikan kearifan lokal Indramayu sebagai media edukasi iklim.

    “Kami bersama masyarakat Juntinyuat telah mengedukasi dan telah menanam mangrove sepanjang 240 meter, disertai pemasangan geotube babat remat sebagai penahan abras. Upaya ini penting mengingat gelombang laut di pesisir Desa Juntinyuat tergolong semakin lama semakin tinggi” tambahnya.

    Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menambahkan pihaknya berkomitmen dalam keberlanjutan budaya dan lingkungan seluruh wilayah operasional ring 1.

    “Melalui program Jaga Budaya, kami berharap dapat terus menghidupkan kearifan lokal, menjaga adat istiadat, serta memberikan dampak ekonomi yang sirkular bagi masyarakat” pungkasnya.

    (hnu/ega)

  • Indonesia Terus Perkuat Perlindungan WNI di Amerika Serikat
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        28 Agustus 2025

    Indonesia Terus Perkuat Perlindungan WNI di Amerika Serikat Nasional 28 Agustus 2025

    Indonesia Terus Perkuat Perlindungan WNI di Amerika Serikat
    Editor
    KOMPAS.com
    – Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (AS) Dwisuryo Indroyono Soesilo menyatakan, pemerintah Indonesia akan terus memperkuat upaya pelindungan bagi WNI di Amerika Serikat (AS).
    Langkah ini dilakukan di tengah kebijakan pengetatan visa dan imigrasi oleh pemerintah AS.
    Upaya pelindungan tersebut dapat ditempuh melalui kerja sama erat dengan otoritas setempat dalam kerangka Kemitraan Strategis Komprehensif Indonesia-AS yang telah resmi dilaksanakan pada November 2023.
    “Kerja sama keimigrasian kedua negara (dapat) ditingkatkan, kebetulan Indonesia sudah ada Menteri Imigrasi,” ujar Indroyono, seperti dilansir dari Antara, pada Kamis (28/8/2025).
    Ia menambahkan, pembahasan pelindungan WNI tersebut dapat dilakukan pada tingkatan
    working group
    sampai tingkatan pejabat yang paling tinggi.
    Koordinasi dapat dilakukan dengan Department of Homeland Security (DHS) dan lembaga terkait seperti Immigration and Customs Enforcement (ICE) untuk memastikan adanya pemahaman bersama terkait kebijakan imigrasi AS yang baru.
    Ia juga menekankan pentingnya sosialisasi peraturan terkait keimigrasian AS yang baru kepada WNI di AS, dan menekankan agar para WNI di sana tidak melanggar hukum di negeri Paman Sam.
    Selain itu, Pemerintah Indonesia juga berupaya mendorong pemanfaatan potensi diaspora Indonesia di AS guna mendukung pembangunan nasional.
    Menurut Indroyono, saat ini tercatat hampir 9.000 mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di berbagai perguruan tinggi pada tingkatan sarjana, magister, dan doktoral di AS, dan sekitar 80 orang telah berkarir sebagai profesor, peneliti di laboratorium terkemuka maupun profesional di perusahaan teknologi global AS.
    “Mereka bekerja dengan kemampuan dan pengalaman dan penguasaan teknologi yang sangat maju. Ini bisa kita sama-sama kerjakan untuk membangun Indonesia,” kata Indroyono.
    Indonesia, kata dia, juga mendorong diplomasi sosial budaya di AS, di mana kerja sama budaya menunjukkan perkembangan yang positif di AS, dan mencatat terdapat sekitar 300 perangkat gamelan di AS, dengan setidaknya 100 kampus yang membuka mata kuliah gamelan.
    Menurut dia, mahasiswa biasanya mengadakan pentas sebagai bagian dari kegiatan akademik pada akhir semester, dan momen tersebut dapat dimanfaatkan oleh Persatuan Masyarakat Indonesia di Amerika Serikat (Pernias) untuk menyelenggarakan Indonesia Night di berbagai kampus di AS.
    Dubes RI itu pun berharap upaya diplomasi budaya itu berdampak positif terhadap promosi pariwisata sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi antara Indonesia dan Amerika Serikat.
    Diketahui, Indroyono dilantik menjadi Dubes RI untuk AS oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada 25 Agustus 2025.
    Ia merupakan lulusan Teknik Geologi ITB (1979) dan mendapat gelar magister di bidang Remote Sensing dari University of Michigan (1981) dan gelar doktor dalam Geologic Remote Sensing dari University of Iowa (1987).
    Indroyono pernah menjadi orang Indonesia yang memiliki jabatan tinggi di Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada 2012 yaitu sebagai Direktur Sumber Daya Perikanan dan Aquakultur FAO, kemudian dia menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI pada 27 Oktober 2014–12 Agustus 2015.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ini Bukan lagi Pentas Seni tapi Obsesi

    Ini Bukan lagi Pentas Seni tapi Obsesi

    GELORA.CO – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali viral di laman X akibat munculnya sosok ‘Nyi Roro Kidul’ dalam kirab bendera Merah Putih di Pemprov Jabar, Minggu (17/8) lalu.

    Dalam tayangan video yang diunggah King Purwa atau akun@BosPurwa, Senin (18/8), terlihat ada prosesi seorang perempuan yang mengenakan pakaian mirip Nyi Roro Kidul (NRK).

    Diiringi suara gamelan, terlihat sosok ‘Nyi Roro Kidul’ ini berjalan menghampiri meja di depan Dedi Mulyadi yang berisi bendera Merah Putih.

    Lalu, perempuan berpakaian ala NRK seperti menuduk memberi hormat yang dibalas Dedi Mulyadi dengan juga menunduk sebelum memberikan bendera.

    Lalu, sosok NRK ini berjalan di depan Dedi Mulyadi membawa bendera diiringi dengan dayang-dayang yang mendampingi sosok Nyi Roro Kidul ini.

    Bendera Merah Putih ini lalu dibawa ke tangga yang disambut oleh anggota Paskibraka Provinsi Jawa Barat.

    King Purwa atau akun@BosPurwa lalu memberikan komentar soal video prosesi Kirab Merah Putih Provinsi Jawa Barat ini.

    “Ini bukan lagi pentas seni dan budaya, tapi OBSESI. Info dari temen yang pernah deket sama doi, obsesi ke Nyi Roro Kidul mulai sejak jada bupati bahkan 3 tahun tidak menggauli istrinya pun krn perintah, wangsit dari Nyi Roro Kidul,” kata akun King Purwa.

    Ini bkn lg pentas seni dan budaya, tapi OBSESI. Info dari temen yang pernah deket sama doi, obsesi ke Nyi Roro Kidul mulai sejak jd bupati bahkan 3 tahun tdk menggauli istrinya pun krn perintah, wangit dari Nyi Roro Kidul pic.twitter.com/HYxEdxPaL4

    — King Purwa (@BosPurwa) August 18, 2025

    Sontak unggahan ini viral di laman X dengan nama cuitan ‘Nyi Roro Kidul’. Unggahan King Purwa ini sudah dilihat atau diputar lebih 77,4 ribu tayangan. Diposting ulang 443 kali dan dikomentari lebih 160 orang dalam waktu 4 jam.

    Akun lain @MariaAlkaff_ juga membahas mengenai Dedi Mulyadi dan Nyi Roro Kidul.

    “Tah iye ceunah KDM soal Nyi Roro Kidul. Gustiii ampuun. Da batur mah tos bicara soal AI, soal robotic dan serba electric. Kunaon KDM masih basak bisik wae jeung Nyi Roro. Sampe ceurik segala… wkwkwk. Sc: komunitaswargawaras,” kata akun ini membahas KDM dalam bahasa Sunda.

    Dari foto yang beredar, ada juga kirab Kereta Kencana dalam prosesi Kirab Bendera Merah Putih di Jawa Barat ini.

    Sementara itu Gubernur Jawa Barat dalam sambutannya mengatakan bahwa kirab juga simbol penghormatan kepada budaya, sejarah dan kemerdekaan bangsa.

    “Kirab ini bukan sekadar prosesi, tapi juga simbol penghormatan kita terhadap sejarah, budaya, dan kemerdekaan bangsa,” ujar Dedi Mulyadi dalam sambutannya, Minggu (17/8).***

  • Warga Kalisat Jember Peringati HUT RI dengan Sungkem kepada Ibu Diiringi Gamelan Jawa
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        17 Agustus 2025

    Warga Kalisat Jember Peringati HUT RI dengan Sungkem kepada Ibu Diiringi Gamelan Jawa Surabaya 17 Agustus 2025

    Warga Kalisat Jember Peringati HUT RI dengan Sungkem kepada Ibu Diiringi Gamelan Jawa
    Tim Redaksi
    JEMBER, KOMPAS.com
    – Gamelan Jawa mengiringi ritual sungkeman anak kepada sang ibu sebagai peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia di Desa/Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
    Sebuah puncak perayaan menyambut 17 Agustus, Festival Kampung Lortskal (Festkal) itu sengaja mengusung tema ‘Restu Ibu’ yang menyimpan makna mendalam.
    Paduan adat, budaya, dan tradisi yang masih kental di sebuah desa di Jember Utara, digelar pada Sabtu malam (16/8/2025).
    Zuhana Anibudin Zuhro, Panitia Festkal, mengatakan HUT ke-80 RI adalah momentum untuk mengangkat kembali budaya yang masih berkembang di tengah masyarakat Kalisat.
    Sungkeman yang berarti permintaan restu, kemudian sang ibu menyuapkan nasi adalah simbol bahwa ibu yang selalu memberi kepada sang anak.
    “Prosesi Restu Ibu menjadi penghormatan terhadap ingatan kolektif masyarakat lokal yang selama ini menjadi fondasi identitas sosial dan budaya,” paparnya.
    Dikatakan, selama ini tradisi meminta restu kepada ibu saat hendak merantau tak semata karena ajaran agama.
    Tradisi ini pun merupakan budaya lama yang diekspresikan melalui berbagai ritual, seperti berjalan merangkak di bawah kaki ibu atau sang ibu memotong sedikit bagian rambut yang ada di tubuhnya untuk menjadi kalung sebagai bekal merantau.
    Nama prosesi Restu Ibu, tambahnya, diambil dari nama sungai yang ada di Desa Ajung, Kecamatan Kalisat. “Ada sungai yang dikenal dengan Restu Ibu, dulu kerap digunakan untuk mandi dan mencuci,” terang dia.
    Diiringi senandung gamelan Kyai Samudro, di utara Stasiun Kalisat, warga Kampung Lortskal hanyut dalam momentum sakral itu.
    Peringatan 17 Agustus juga diawali dengan rangkaian karnaval sejak sore, selamatan, salawatan, dan ditutup dengan pengajian Kyai Badrus dari Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kalisat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • InJourney Group hadirkan nuansa Merah-Putih di bandara hingga Sarinah

    InJourney Group hadirkan nuansa Merah-Putih di bandara hingga Sarinah

    Jakarta (ANTARA) – PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney bersama anak perusahaannya turut memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia dengan menghadirkan nuansa Merah-Putih di bandara hingga Sarinah Festiloka.

    “Rangkaian acara dipersembahkan InJourney Group dalam rangka peringatan HUT ke-80 RI untuk meningkatkan semangat nasionalisme, sekaligus memberikan pengalaman yang istimewa kepada para pengunjung di aset-aset InJourney,” kata Direktur Utama InJourney Maya Watono dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

    Adapun InJourney Group mengusung tema “Kedaulatan Bersatu, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”.

    Seluruh anak perusahaan InJourney telah menyiapkan serangkaian acara yang meriah selama periode Agustus.

    Aset-aset InJourney seperti bandara, destinasi wisata seperti Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Ratu Boko, Mandalika, Nusa Dua, Golo Mori, Mall Sarinah, dan hotel-hotel juga telah dipercantik dengan ornamen-ornamen khas HUT RI untuk menambah kemeriahan.

    InJourney Airports menghadirkan nuansa kebangsaan di bandara melalui desain visual dan beragam program aktivasi yang membangkitkan rasa bangga terhadap Tanah Air.

    Di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang yang merupakan bandara terbesar di Indonesia, InJourney Airports menghadirkan instalasi arsitektural Nusantara Heritage bertajuk “Tanah Api, Jejak Jiwa” yang dapat dinikmati mulai tanggal 14 Agustus.

    Sementara InJourney Aviation Services (IAS) menampilkan rangkaian aktivitas yang hangat dan penuh keceriaan di berbagai bandara seperti membagikan boneka edisi khusus kemerdekaan kepada para penumpang.

    Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur, PT Hotel Indonesia Natour atau InJourney Hospitality mempersembahkan serangkaian aktivitas spektakuler di wilayah operasionalnya seperti di Bali Beach Hotel The Heritage Collection.

    Lebih lanjut, InJourney Tourism Development Corporation (ITDC) menggelar parade budaya di The Nusa Dua, sementara Gendang Beliq akan berkumandang di The Mandalika.

    Anak perusahaan InJourney yang bergerak di sektor ritel, Sarinah menghadirkan “Sarinah Festiloka” edisi Kemerdekaan mulai 15-31 Agustus 2025 di Gedung Sarinah Thamrin.

    Tidak hanya itu, pengunjung juga akan dimanjakan dengan trunk show produk kurasi Sarinah, festival kuliner dari berbagai daerah, serta pertunjukan seni dari Mangkunegaran Surakarta yang memadukan tarian klasik, gamelan, dan kekayaan warisan budaya lainnya.

    Pada puncak perayaan tanggal 17 Agustus 2025, Sarinah menyelenggarakan Pesta Rakyat dengan tema “Gemilang Nusantara, Legacy Kita Bersama”.

    “Ini merupakan bakti InJourney sebagai BUMN untuk memberikan kontribusi kepada negara dan juga masyarakat melalui beragam acara di sejumlah destinasi pariwisata dan juga bandara di Tanah Air,” ujar Maya.

    Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.