Produk: gamelan

  • Nasib Agus Pria Disabilitas Jadi Tersangka Pemerkosaan di NTB: Apalah Daya Saya

    Nasib Agus Pria Disabilitas Jadi Tersangka Pemerkosaan di NTB: Apalah Daya Saya

    GELORA.CO  – Iwas alias Agus (22) pria penyandang disabilitas ditetapkan sebagai tersangka pemerkosaan oleh Polda Nusa Tenggara Barat (NTB). Tak tanggung-tanggung, tuduhannya dia melakukan kekerasan seksual dan pemerkosaan terhadap dua perempuan sekaligus, satu di antaranya seorang mahasiswi.

    Agus mengaku tak berdaya dengan tuduhan tersebut. Dia meminta keadilan dan dukungan seluruh warga Indonesia dan Presiden Prabowo Subianto atas kasus yang dialaminya.

    “Kita lihat dengan kondisi seperti ini (tak punya tangan) bagaimana saya bisa melakukan kekerasan seksual dan pemerkosaan, sedangkan saya tidak bisa buka baju dan celana sendiri,” ujar Agus saat ditemui di kediamannya, Monjok Grie, Selaparang, Kota Mataram, Minggu (1/12/2024).

    Agus menceritakan sepanjang hidupnya menggantungkan diri kepada orang lain, dalam hal ini ibunya. Dia tercatat sebagai mahasiswa semester VII sekolah tinggi negeri di Mataram, sekaligus seorang seniman gamelan.

    “Apa daya saya dengan tuduhan ini. Bagaimana cara saya melakukan pemerkosaan?,” katanya.

    Agus berharap netizen dan Presiden Prabowo bisa memberikan keadilan untuknya. Dia mengaku masih ingin melanjutkan karier sebagai seniman dan statusnya sebagai mahasiswa.

    “Saya ingin bertemu dengan Bapak Presiden Prabowo, Saya ingin memberikan karya seni gamelan saya,” ucapnya.

    Dia berharap keadaannya bisa kembali seperti semula dan bisa memberikan karya untuk masa depannya.

    “Saya ingin agar bisa kembali seperti semula,” ujarnya.

    Sementara Ibu Agus, Gusti Ayu Ariparni mengaku syok atas penetapan tersangka terhadap anaknya. Dia meminta anaknya tidak dihukum karena berkeyakinan, Agus tidak melakukan hal yang disangkakan.

    “Saya kaget. Keadaan anak sudah seperti ini sejak lahir. Kok bisa anak saya dituduh seperti ini,” katanya.

    Diketahui, Agus sudah ditetapkan sebagai tersangka. Dia kini menjadi tahanan rumahSubdit IV Renakta Ditkrimum Polda NTB.

  • 5 Fakta Pemuda Disabilitas Jadi Tersangka Rudapaksa, Bingung karena Tak Punya Tangan, Kuak Kronologi

    5 Fakta Pemuda Disabilitas Jadi Tersangka Rudapaksa, Bingung karena Tak Punya Tangan, Kuak Kronologi

    TRIBUNJATIM.COM – Inilah fakta-fakta pemuda disabilitas jadi tersangka rudapaksa.

    Peristiwa ini terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB).

    Pemuda bernama Iwas alias Agus ini mengaku bingung atas penetapan polisi menjadikannya seorang tersangka.

    Pasalnya, dia tak memiliki dua tangan, sehingga, menurutnya, tak mungkin melakukan rudapaksa terhadap seorang mahasiswi.

    Lantas, seperti apa kejadian atau kronologinya?

    Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

    Fakta pemuda disabilitas jadi tersangka rudapaksa

    1. Kronologi versi Agus

    Agus dalam wawancaranya yang dibagikan akun Instagram @lagi.viral, Agus mengurai fakta sebenarnya soal tudingan ia merudapaksa mahasiswi, dilansir Tribun Bogor.

    Mulanya di awal Oktober 2024 lalu, Agus Buntung bertemu dengan seorang mahasiswi di kampusnya.

    Kala itu Agus Buntung minta bantuan ke wanita tersebut untuk mengantarkannya ke kampus setelah makan siang.

    “Setelah saya membeli makan dan minuman, saya duduk sebentar, saya ingin kembali ke kampus. Kendala saya capek jalan tidak kuat, saya berpikir untuk minta bantuan kepada orang di sekitar sana,” imbuh Agus.

    Langsung minta bantuan ke seorang mahasiswi yang tidak ia kenal, Agus Buntung percaya saja saat diajak naik motor.

    Tak disangka kepercayaan Agus Buntung itu justru membawanya ke jurang masalah.

    Agus Buntung mengaku tiba-tiba dibawa ke sebuah penginapan oleh mahasiswi tersebut.

    “Berjalan ke Islamic Center, tapi mengejutkan kok muter tiga kali di Islamic Center, tapi saya santai enggak berpikiran aneh-aneh karena bersyukur dia mau bantu. Udah muter tiga kali, balik lagi ke jalan yang sama. Saya ingin bertanya mau ke mana ini tapi enggak enak, saya diam aja. Terus muter, kok tiba-tiba sampailah di homestay enggak jauh dari Udayana,” ucap Agus.

    Disuruh masuk ke kamar, Agus Buntung kian terkejut saat tiba-tiba pakaiannya dilucuti sang mahasiswi.

    Agus Buntung lantas menceritakan kronologi dirinya dilecehkan oleh sang mahasiswi.

    “Saya kaget dia membuka baju, celana saya. Saya diam dengan kebingungan. Dia membuka juga (bajunya). (Agus) disuruh tidur di kasur gini,” kata Agus.

    Setelah dipaksa diam untuk berhubungan badan, Agus lemas tanpa bisa bertanya banyak ke sang mahasiswi.

    Agus Buntung akhirnya diajak keluar penginapan oleh mahasiswi tersebut dan kembali ke kampus.

    2. Foto Agus viral sebagai pelaku rudapaksa

    Kembali diboncengi motor oleh sang mahasiswi, Agus Buntung tersentak saat tiba-tiba ia berhenti di dekat islamic center kampus.

    Di momen tersebut, sang mahasiswi langsung turun dari motor dan memeluk seorang pria.

    Agus syok karena tiba-tiba difoto oleh seorang pria tak dikenal saat turun dari motor.

    Tak disangka selang beberapa hari kemudian, foto Agus itu tersebar dan digambarkan seorang sosok pelaku rudapaksa yang kejam.

    Agus disebut-sebut merudapaksa mahasiswi yang ditemuinya itu hingga fotonya tersebar di media sosial akun Lombok.

    Hingga akhirnya kasus tersebut berujung pada proses hukum karena sang mahasiswi melaporkan Agus ke Polresta Mataram dengan kasus dugaan pemerkosaan dan kekerasan seksual.

    3. Agus bingung jadi tersangka karena tak punya tangan 

    Adapun dalam video wawancaranya dibagikan akun Instagram @lagi.viral, Agus Buntung mempertanyakan logika yang dipakai untuk mentersangkakannya.

    Mengingat kondisinya yang sulit untuk melakukan perbuatan seperti rudapaksa.

    Sebab Agus jadi tidak bisa pergi keluar rumah lantaran dituduh sebagai pelaku kekerasan seksual.

    “Sedih banget kayak mati semua-muanya, jadi tersangka, enggak bisa ke mana-mana,” kata Agus, dikutip dari video akun Lagi viral, Sabtu (30/11/2024).

    Seorang pria penyandang disabilitas tak memiliki tangan berinisial IWAS alias Agus (21), dituduh melakukan rudapaksa terhadap seorang mahasiswi. (Youtube Official iNews/ist)

    Bahkan, sehari-hari Agus mengaku masih dibantu orangtuanya untuk berpakaian hingga makan.

    “Sebagaimana Bapak lihat, saya masih dimandikan dan dirawat oleh orang tua saya. Semua aktivitas seperti buang air besar dan kecil pun dibantu orang tua. Kok bisa saya dituduh memperkosa atau berhubungan secara paksa, bagaimana saya bukanya gitu,” papar Agus.

    Agus juga menegaskan bahwa jika tuduhan rudapaksa itu benar terjadi, korban pasti bisa melawan.  

    4. Agus minta keadilan dari presiden

    Kini Agus Buntung hanya bisa berharap agar Presiden Prabowo bisa memberikan keadilan untuknya.

    Pasalnya, ia masih ingin melanjutkan karier sebagai seniman dan statusnya sebagai mahasiswa.

    “Saya ingin bertemu dengan Presiden Prabowo untuk menunjukkan karya seni gamelan yang saya mainkan. Walaupun saya hanya bisa menggunakan jari-jari kaki saya, saya ingin membuat Presiden bangga dan mungkin bisa dikenal oleh dunia,” ujar Agus, dilansir dari Youtube Official iNews.

    Presiden Prabowo Subianto (Sekretariat Presiden)

    Ia beraharap keadaannya bisa kembali seperti semula dan bisa memberikan karya untuk masa depannya.
     
    “Saya ingin agar bisa kembali seperti semula, semoga dengan dukungan dan motivasi dari masyarakat, saya bisa lebih semangat dalam menjalani hidup dan berkarya,” ujarnya.

    5. Kasus Agus Buntung Tersangka Rudapaksa Disorot Anggota DPR

    Kasus yang menimpa Agus itu sontak jadi sorotan di media sosial hingga viral.

    Anggota DPR RI Ahmad Sahroni pun mengurai responnya atas kasus Agus tersebut.

    Dalam akun media sosialnya, Sahroni menyoroti dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan Agus.

    Sahroni pun membagikan cuplikan wawancara Agus yang dituding merudapaksa seorang mahasiswi di kampus.

    Sahroni mempertanyakan kebenaran terkait hal tersebut.

    “Ini beneran gak sih kejadian di Polda NTB ? Disablitas yg tidak memilki tangan apa iya bisa memperkosa ?” tanya Ahmad Sahroni.

    Atas kasus yang menimpa Agus, netizen di media sosial pun mengurai simpati kepada pemuda berdarah Bali tersebut.

    —– 

    Berita Jatim dan berita viral lainnya.

  • Ajak generasi Z dan pemilih pemula, KPU Kota Malang gelar Malang Fest 2024

    Ajak generasi Z dan pemilih pemula, KPU Kota Malang gelar Malang Fest 2024

    Sumber foto: A Haris Sugiharto/elshinta.com.

    Ajak generasi Z dan pemilih pemula, KPU Kota Malang gelar Malang Fest 2024
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 26 November 2024 – 18:56 WIB

    Elshinta.com – Upaya meningkatkan partisipasi pemilih pada Pilkada Serentak 2024, KPU Kota Malang menggelar event sosialisasi bertajuk `Sosialisasai Pilkada damai, Malang Fest 2024` di Malang Creatif Center (MCC) Kota Malang, Selasa (25/11).

    Event dengan kemasan menarik ini dipenuhi penonton warga Kota Malang, yang sebagian besar dari kalangan anak muda, pemilih milenial yang baru mengikuti pemungutan suara pada Pilkada Kota Malang tanggal 27 November 2024.

    Komisioner KPU Kota Malang Divisi Sosdiklih, Parmas dan SDM Fitria Yuliani menyampaikan dengan melakukan sosialisasi pihaknya berharap pemilih dari kalangan anak muda memiliki semangat untuk mendatangi TPS dan menggunakan hak pilihnya pada tanggal 27 November 2024 besok.

    “Dipilihnya MCC karena di MCC banyak anak muda yang tahu tempatnya, areanya dapat banyak mendatangkan massa, harapannya animo masyarakat besar dan partisiapsi Pilkada meningkat,” kata Fitria Yuliani seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, A Haris Sugiharto. 

    Menurutnya, partisipasi kalangan anak muda dalam Pilkada kali ini sangat diharapkan untuk memberikan kontribusi aktif dan positif dalam momentum politik lima tahunan ini.

    “Untuk itu KPU Kota Malang memilih konsep yang diminati kebanyakan anak muda, yaitu konser musik menampilkan grup band yang sudah tidak asing bagi kalangan muda dan warga Kota Malang. Sebelum gelaran musik, event diawali dengan doa bersama, shalawatan diiringi grup musik yang memainkan perangkat gamelan dan berlangsung dengan khidmat. Bersamaan, dilakukan santunan anak yatim piatu” ungkapnya.

    Antusiasme kalangan muda atau generasi Z ternyata luar biasa, hal ini nampak dari berbagai kuis seputar pilkada menarik perhatian.

    “Ratusan peserta yang hadir berebut menjawab pertanyaan kuis dan KPU Kota Malang memberikan apresiasi untuk jawaban yang benar,” iImbuhnya. 

    Sumber : Radio Elshinta

  • Pastikan Berjalan Lancar dan Kondusif, Forpimda Banyuwangi Pantau Pelaksanaan Pilkada 2024

    Pastikan Berjalan Lancar dan Kondusif, Forpimda Banyuwangi Pantau Pelaksanaan Pilkada 2024

    Liputan6.com, Banyuwangi – Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forpimda) Banyuwangi melakukan pemantauan secara langsung pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) 2024 ke sejumlah TPS di daerah. Peninjauan tersebut dilakukan untuk memastikan pelaksanaan Pilkada berjalan dengan lancar dan suasana kondusif.

    Peninjauan tersebut dilakukan oleh Forpimda Banyuwangi yakni Kapolresta Banyuwangi Kombespol Rama Samtama Putra dan Danlanal Banyuwangi Letkol laut (P) Hafidz. Juga diikuti Pj Sekretaris Daerah Banyuwangi Guntur Priambodo, Ketua KPU Banyuwangi Dian Purnawan dan Ketua Bawaslu Banyuwangi Adrianus Yanses Pale.

    Pemantauan tersebut dilakukan di tiga TPS yakni TPS 06 Kelurahan Kertosari dan TPS 01 Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Banyuwangi. Serta di TPS 04 Desa Kemiren Kecamatan Glagah.

    “Kami bersama Forpimda, KPU dan Bawaslu  daerah ingin memastikan secara langsung pelaksanaan Pemilu di Banyuwangi berjalan dengan aman, dan suasana yang kondusif. Sehingga masyarakat bisa menyalurkan aspirasinya dengan baik dan lancar,” kata Pj Sekda Guntur Priambodo saat mengunjungi TPS 06 Kelurahan Kertosari pada Rabu (27/11/2024).

    Dari sejumlah pantauan, pelaksanaan pilkada tahun 2024 ini berjalan dengan lancar. Masyarakat pun menyambut hajatan politik ini dengan antusias. Sperti TPS 06 Kertosari, Kecamatan Banyuwangi yang dihias dengan ornamen Gandrung. 

    Bahkan, sejumlah petugasnya mengenakan kostum penari Gandrung dan pemain musik gamelan Gandrung. 

    “Ini gelaran menyambut pemimpin Banyuwangi. Kami sangat antisias menyiapkan TPS ini,” kata Hendro salah satu warga di sekitar TPS 06 Kertosari. 

    Pada kesempatan tersebut, Guntur berharap agar semua masyarakat Banyuwangi bisa menyalurkan hak pilihnya dengan baik. Dengan datang ke tempat pemilihan sementara (TPS) sesuai dengan yang tertera di kertas pemilihan suara yang diberikan oleh KPU.

    “Sampai jam 10.00 pagi ini, di TOS 06 Kertosari terpantau pemilih yang masuk sudah di atas 60 persen. Harapan kami Pemilukada kali ini bisa diikuti oleh masyarakat Banyuwangi dengan partisipasi di atas 80 persen,” ujar Guntur.

    “Semoga Pilkada ini akan menghasilkan pemimpin yang sesuai dengan pilihan masyarakat dan amanah,” tutupnya.

     

  • Forkopimda Banyuwangi Keliling Pastikan Pilkada 2024 Lancar

    Forkopimda Banyuwangi Keliling Pastikan Pilkada 2024 Lancar

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forpimda) Banyuwangi melakukan pemantauan secara langsung pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) 2024 ke sejumlah TPS di daerah. Peninjauan tersebut dilakukan untuk memastikan pelaksanaan Pilkada berjalan dengan lancar dan suasana kondusif.

    Peninjauan tersebut dilakukan oleh Forpimda Banyuwangi yakni Kapolresta Banyuwangi Kombespol Rama Samtama Putra dan Danlanal Banyuwangi Letkol laut (P) Hafidz. Juga diikuti Pj Sekretaris Daerah Banyuwangi Guntur Priambodo, Ketua KPU Banyuwangi Dian Purnawan dan Ketua Bawaslu Banyuwangi Adrianus Yanses Pale.

    Pemantauan tersebut dilakukan di tiga TPS yakni TPS 06 Kelurahan Kertosari dan TPS 01 Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Banyuwangi. Serta di TPS 04 Desa Kemiren Kecamatan Glagah.

    “Kami bersama Forpimda, KPU dan Bawaslu daerah ingin memastikan secara langsung pelaksanaan Pemilu di Banyuwangi berjalan dengan aman, dan suasana yang kondusif. Sehingga masyarakat bisa menyalurkan aspirasinya dengan baik dan lancar,” ungkap kata Pj Sekda Guntur Priambodo saat mengunjungi TPS 06 Kelurahan Kertosari pada Rabu (27/11/2024).

    Dari sejumlah pantauan, pelaksanaan pilkada tahun 2024 ini berjalan dengan lancar. Masyarakat pun menyambut hajatan politik ini dengan antusias. Sperti TPS 06 Kertosari, Kecamatan Banyuwangi yang dihias dengan ornamen Gandrung.

    Bahkan sejumlah petugasnya mengenakan kostum penari Gandrung dan pemain musik gamelan Gandrung.

    “Ini gelaran menyambut pemimpin Banyuwangi. Kami sangat antisias menyiapkan TPS ini,” kata Hendro salah satu warga di sekitar TPS 06 Kertosari.

    Pada kesempatan tersebut, Guntur berharap agar semua masyarakat Banyuwangi bisa menyalurkan hak pilihnya dengan baik. Dengan datang ke tempat pemilihan sementara (TPS) sesuai dengan yang tertera di kertas pemilihan suara yang diberikan oleh KPU.

    “Sampai jam 10.00 pagi ini, di TOS 06 Kertosari terpantau pemilih yang masuk sudah diatas 60 persen. Harapan kami Pemilukada kali ini bisa diikuti oleh masyarakat Banyuwangi dengan partisipasi di atas 80 persen,” ujar Guntur.

    Guntur berharap kondusifitas warga ini dapat terjaga. Warga juga nyaman menggunakan hak pilihnya di TPS masing-masing.

    “Semoga Pilkada ini akan menghasilkan pemimpin yang sesuai dengan pilihan masyarakat dan amanah,” tutupnya. [rin/beq]

  • Menbud Fadli Zon: Indonesia Harus Jadi Ibu Kota Kebudayaan Dunia

    Menbud Fadli Zon: Indonesia Harus Jadi Ibu Kota Kebudayaan Dunia

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan Indonesia harus menjadi pusat kebudayaan dunia. Dari 100 negara yang sudah dikunjunginya, tidak ada satu negara pun yang memiliki kekayaan budaya semelimpah Indonesia.

    “Kita melihat bahwa Indonesia ke depan harus menjadi ibu kota kebudayaan dunia,” ujarnya, Sabtu (23/11/2024).

    Fadli Zon menyampaikan itu saat memberikan sambutan pada pembukaan Pekan Warisan Budaya Takbenda (WBTb) atau Intangible Cultural Heritage (ICH) Festival 2024. ICH Festival diselenggarakan di Museum Benteng Vredeburg, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama sepekan mulai Sabtu (23/11/2024) hingga Kamis (28/11/2024).

    “Insyaallah saya kira budaya kita ini akan semakin maju. Bukan hanya diterima oleh masyarakat kita, warisan dari generasi ke generasi, tetapi menjadi juga bagian dari kebudayaan dunia,” tuturnya.

    Indonesia, menurut Fadli, memiliki 2.213 warisan budaya tak benda level nasional dan 228 cagar budaya peringkat nasional. Indonesia sudah mendaftarkan 13 Warisan Budaya Takbenda (WBTb) kepada PBB yang membidangi kebudayaan UNESCO.

    Ke-13 WBTb itu, yakni kesenian wayang yang diakui pada 2008, keris (2008), batik (2009), pendidikan dan pelatihan batik (2009), angklung (2010), tari Saman (2011), tas noken (2012), tiga jenis tari Bali (2015), kapal Pinisi (2017), tradisi pencak silat (2019), pantun tahun 2020, gamelan (2021), dan budaya sehat jamu (2023).

    Fadli yang meraih doktor ilmu sejarah di Universitas Indonesia menambahkan, dalam waktu dekat Pemerintah Indonesia akan mendaftarkan lagi tiga Warisan Budaya Takbenda ke UNESCO.

    “Dengan pengakuan internasional dari UNESCO, kita berharap dapat memperkuat identitas nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Fadli Zon.

    Gelaran ICH Festival diampu Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK) Kementerian Kebudayaan. ICH Festival 2024 yang dibuka untuk umum itu, berisikan, antara lain seminar dan workshop, yang melibatkan pegiat budaya, akademisi, pelajar, hingga komunitas internasional, termasuk workshop Batik di atas topeng.

    Selama sepekan, ICH Festival juga menyuguhkan pertunjukan seni budaya, seperti tari anak, penampilan musik tradisi modern Sri Rejeki, Slamet Man dengan sinden legendaris Anik Sunyahni, juga pertunjukan Dagelan Yogyakarta yang ditampilkan artis nasional seperti Kirun, Marwoto, dan Yati Pesek. ICH Festival juga menjadi ajang promosi dan melestarikan 13 WBTb yang sudah dibukukan UNESCO.

    Selain membukan ICH Festival di Yogyakarta, Fadli Zon juga memberikan kuliah umum literasi budaya dengan tema “Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Nasional” di Auditorium Lantai 4 Gedung Pusat Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta.

    Fadli Zon menyatakan, Indonesia merupakan salah satu pusat peradaban tertua di dunia. Hal ini terlihat dari temuan-temuan arkeologi di Tanah Air apabila dibandingkan dengan negara lain, seperti lukisan purba di Prancis yang berusia 30.000 tahun.

    Temuan di Prancis itu kalah tua dari lukisan Goa Leang Karampuang, Maros, Sulawesi Selatan, yang mengungkap peradaban manusia 50.000 tahun lalu. Bahkan, kata Fadli Zon, Goa Lida Ajer di Sumatera Barat mengungkap keberadaan peradaban manusia sejak 60.000 tahun lalu.

    “Kita dua kali lipatnya Prancis. Indonesia adalah pusat peradaban tertua di dunia. Saya tantang tokoh-tokoh di dunia, di mana ada negara dengan peradaban tertua di dunia. Kekayaan kita ini kekayaan yang luar biasa,” ujar Fadli Zon di hadapan para civitas akademika UST ini.  

    Salah satu komitmen pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam memajukan kebudayaan, menurut dia, adalah dengan membentuk Kementerian Kebudayaan. Pembentukan itu juga merupakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang tercantum dalam Pasal 32.

    Pasal tersebut berbunyi, “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”.

    Menurut Fadli Zon, ini adalah satu wujud komitmen Presiden Prabowo Subianto kebudayaan akan menjadi haluan paradigma pembangunan.

  • Legislator Dorong Pengesahan RUU Masyarakat Hukum Adat

    Legislator Dorong Pengesahan RUU Masyarakat Hukum Adat

    Jakarta

    Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Arzeti Bilbina mendorong agar Rancangan Undang-undang (RUU) Masyarakat Hukum Adat segera disahkan. Ia menilai RUU tersebut penting untuk menjamin hak-hak masyarakat adat yang selama ini terabaikan.

    “Menjamin hak-hak masyarakat adat merupakan kewajiban Negara. Maka kami mendorong agar RUU Masyarakat Hukum Adat masuk dalam Proglenas prioritas sehingga bisa segera disahkan,” kata Arzeti, Sabtu (23/11/2024).

    RUU Masyarakat Hukum Adat sendiri telah diusulkan sejak tahun 2003 dan dirumuskan naskah akademiknya pada tahun 2010. Meski sudah lama masuk Prolegnas DPR, namun RUU yang menyangkut kemaslahatan orang banyak itu belum juga disahkan.

    Berbagai lembaga, termasuk organisasi non-pemerintah dan komunitas adat secara aktif mengadvokasi pengakuan hak-hak masyarakat adat, serta perlindungan terhadap budaya dan lingkungan mereka.

    Arzeti menilai RUU MHA harus segera disahkan guna memberi pengakuan resmi terhadap hukum adat dan hak-hak masyarakat adat. Seperti hak atas tanah, sumber daya alam, dan hak untuk mempertahankan budaya.

    “Dengan adanya beleid khusus terkait masyarakat adat, kita berharap Pemerintah lebih memperhatikan adat budaya yang ada di Indonesia. Apalagi zaman sekarang sudah digempur oleh budaya luar yang sangat masif,” ungkap Arzeti.

    “Kan juga bisa memberikan kepentingan jangka panjang untuk masyarakat dan Pemerintah bisa menjaga adat budaya masyarakat kita,” ujarnya.

    “RUU Masyarakat Adat akan memastikan budaya orisinil kita tetap terjaga. Banyak adat budaya kita yang mulai hilang karena tergerus arus kemajuan zaman, seperti bahasa daerah kita yang sudah mulai tidak terpakai dan tidak digunakan masyarakat setempat,” lanjut Arzeti.

    “Dengan menjadikan pelestarian budaya sebagai hal prioritas, Korea Selatan berhasil membawa budaya Korea menjadi mendunia Kita lihat bagaimana keberhasilan K-Pop dan K-Drama terhadap perekonomian Korea Selatan,” ungkapnya.

    “Indonesia harus seperti itu agar bahasa dan budaya kita dikenal di kancah global. Betapa bangganya kita kalau musik-musik asli Indonesia seperti Gambang Kromong, Karawitan, Gamelan, Kombi dari Papua, Kolintang, Gambus dan lain-lain bisa seperti K-Pop,” tambah Arzeti.

    Selain itu, Arzeti menyinggung mengenai hukum adat yang sudah mulai ditinggalkan oleh generasi muda saat ini bisa. Alhasil, banyak masyarakat yang lebih mengutamakan arus globalisasi.

    “Untuk itu, saya mengajak Pemerintah dan teman-teman di DPR didukung oleh seluruh elemen bangsa untuk kita memperjuangkan RUU Masyarakat Adat. Tentunya ini semua demi kepentingan masyarakat,” ujarnya Arzeti.

    (eva/ygs)

  • Suguhkan kopi, pikat wisatawan

    Suguhkan kopi, pikat wisatawan

    Banyuwangi (ANTARA) – Selepas waktu magrib, sekitar pukul 18.30 WIB, warga mulai berdatangan ke Desa Adat Osing Kemiren di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

    Tidak hanya warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, warga desa lain juga berdatangan untuk menghadiri agenda tahunan, yakni “Festival Ngopi Sepuluh Ewu” (minum kopi 10.000 cangkir).

    Deretan rumah warga di desa adat itu diubah menjadi warung kopi dadakan. Di teras-teras rumah yang diubah menjadi area lesehan. Selain ada meja-meja dan kursi klasik, warga menyuguhkan kopi dalam cangkir-cangkir kuno yang diwariskan secara turun-temurun.

    Para wisatawan lokal dan mancanegara disambut dengan beragam pilihan kopi, mulai dari kopi arabika dan robusta, hingga house blend khas racikan warga Desa Adat Kemiren yang merupakan pusat budaya Suku Osing (penduduk asli Banyuwangi).

    Pengunjung pun tampak menikmati kopi suguhan warga Desa Adat Osing Kemiren di sepanjang jalan desa, maupun di teras-teras rumah warga.

    Sembari ngopi, suara lagu Banyuwangi-an diiringi alat musik tradisional gamelan, menambah suasana semakin nyaman.

    Difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, atraksi seni dan budaya Desa Adat Osing Kemiren pun menjadi suguhan bagi ribuan pengunjung yang hadir dalam acara Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang rutin digelar tiap tahun.

    Tiap tahun, warga Desa Kemiren memperingati hari jadi desanya dengan menggelar berbagai atraksi seni dan budaya Osing.

    Tradisi ngopi ini rutin digelar sejak 2014 dan telah menjadi agenda yang dinanti para wisatawan. Ribuan orang selalu memadati perayaan tradisi ngopi warga Suku Osing di desa itu.

    Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Adat Osing Kemiren mencatat, selain ribuan wisatawan Nusantara, ada puluhan wisatawan mancanegara menghadiri “Festival Ngopi Sepuluh Ewu” pada tahun ini.

    Ketua Pokdarwis Desa Adat Osing Kemiren Moh Edi Saputro mencatat wisatawan lokal datang dari berbagai daerah lain, seperti Jakarta, Bali, Surabaya, dan kabupaten tetangga lainnya.

    Sementara puluhan wisatawan mancanegara, umumnya berasal dari Eropa. Mereka menyempatkan datang ke Desa Kemiren dan saat bersamaan menjajaki wisata lain di Banyuwangi.

    Warga desa yang sebagian besar Suku Osing Banyuwangi ini memiliki tradisi ngopi, karena kopi menjadi semacam suguhan wajib kepada tamu saat berkunjung ke rumah warga desa adat itu.

    Fetisival ngopi ini juga menjadi cara ampuh untuk mempromosikan wisata budaya di setiap daerah dengan cara-cara kreatif dan edukatif, serta interaktif.

    Dengan metode pendekatan kreatif ini, suatu daerah mampu menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.

    Program pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Kemiren, mempromosikan wisata budaya dengan menggelar kegiatan budaya tahunan, mulai dari pertunjukan tari tradisional, masakan tradisional, maupun festival budaya.

    Tidak hanya kopi, warga desa adat itu juga menyajikan aneka jajanan tradisional, untuk melengkapi dan menemani momen kebersamaan.

    Tradisi ngopi 10.000 cangkir ini, bagi warga lokal Banyuwangi juga menjadi ajang kumpul bareng bersama kawan lama dan menjadi wadah acara temu kangen bersama teman sekolah dan lainnya.

    Budaya masyarakat Osing adalah memuliakan tamu. Warga Desa Adat Kemiren menganggap siapa saja yang datang bertamu, diperlakukan seperti keluarganya sendiri.

    Tradisi ngopi ini juga menjadi bagian dari Banyuwangi Festival. Bukan sekadar acara minum kopi bersama, melainkan menjadi ajang unjuk nilai luhur masyarakat Osing bagi masyarakat luas.

    Festival ngopi ini merupakan sebuah pertunjukan budaya yang menggambarkan keramahan dan kemurahan hati masyarakat Osing, sekaligus mempererat rasa persaudaraan antarwarga.

    Warga Desa Adat Osing Kemiren, tahun ini memperingati Hari Jadi ke-167 desa itu, yakni pada 5 November, dengan menggelar beragam atraksi yang kental budaya Osing.

    Pada hari jadi tahun ini sengaja ditampilkan semua potensi dan kekayaan tradisi Kemiren, sebagai upaya pelestarian budaya, sekaligus mendongkrak perekonomian warga.

    Dengan terus mengenalkan tradisi desa, harapannya semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke desa yang letaknya tidak jauh dari pusat Kota Banyuwangi itu.

    Desa Adat Kemiren ini merupakan daerah tujuan wisata yang lengkap. Desa ini memiliki keindahan alam, kesenian yang menawan, kebudayaan yang terus dijaga turun temurun.

    Desa Kemiren juga telah memperoleh sertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan pada 2021 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

    Datang ke desa ini, wisatawan akan disuguhi daya tarik wisata yang beragam, seperti edukasi, kuliner, dan budaya.

    Adanya pasar Kampung Osing, warung makan Pesantogan Kemangi dan kawasan rumah adat Osing, cukup memanjakan wisatawan.

    Baru-baru ini, Desa Wisata Adat Osing Kemiren juga meraih juara 2 Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 dari Kementerian Pariwisata, kategori Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM).

    ADWI merupakan ajang pemberian penghargaan bagi desa-desa wisata yang memiliki prestasi, dengan kriteria-kriteria penilaian dari Kementerian Pariwisata.

    Desa Kemiren meraih penghargaan ADWI 2024 karena dinilai berhasil memperkuat ekosistem pemberdayaan SDM di desanya untuk meningkatkan lapangan kerja dan perekonomian warga.

    Bukan hanya masyarakat setempat yang bersemangat menyambut wisatawan dengan suguhan budaya, pemerintahan desa, selama ini juga memberikan pelatihan manajemen tata kelola pariwisata bagi para pemilik homestay dan pelaku usaha pariwisata yang lain, sehingga usaha yang mereka jalankan bisa terus tumbuh dan berkelanjutan.

    Memelihara budaya, bukan hanya menghormati warisan leluhur dan melestarikan kekayaan tradisi lokal. Masyarakat Kemiren telah menunjukkan bahwa upaya memelihara kekayaan budaya juga menjadi tumpuan masa depan, khususnya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.

    Editor: Masuki M. Astro
    Copyright © ANTARA 2024

  • SEMARAK:  Wayang Kulit Kolaborasi Dalang Ki Mulyono dan Niken Salindry Meriahkan Dies Natalis UKSW

    SEMARAK:  Wayang Kulit Kolaborasi Dalang Ki Mulyono dan Niken Salindry Meriahkan Dies Natalis UKSW

    TRIBUNJATENG.COM – Meriah, penuh makna, dan membanggakan adalah gambaran Pagelaran Wayang Kolaborasi bertajuk Rama Tambak yang digelar untuk memperingati Dies Natalis ke-68 Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) bertema “Berdampak Bagi Dunia”. Berlangsung di Alun-Alun Pancasila Salatiga pada Sabtu (16/11/2024) malam hingga Minggu (17/11/2024) dini hari, acara ini menarik ribuan penonton yang datang untuk menyaksikan perpaduan seni tradisi dan inovasi kekinian.

    Dalang kenamaan Ki Mulyono Purwo Wijoyo memukau hadirin dengan kepiawaiannya membawakan kisah heroik Rama Wijaya yang membangun tambak demi menyelamatkan Dewi Sinta dari cengkraman Rahwana. Didukung oleh 30 pengrawit dari Klaten, alunan gamelan yang megah menambah kekuatan magis pada setiap adegan. Kisah ini mengajarkan pentingnya pengorbanan besar untuk mencapai tujuan hidup, membuktikan bahwa cinta dan kesetiaan mampu bertahan meski terpisah oleh jarak, dan menunjukkan bagaimana kerja sama yang tulus dapat mengatasi tantangan besar serta memberikan manfaat bagi banyak orang.

    Kolaborasi istimewa kemudian kian terasa dengan penampilan Niken Salindry yang membawakan lagu-lagu seperti Rondo Kempling, Nyidam Sari, Lestari, dan Lamunan. Kehadirannya bersama Cak Slendro dan Cak Andik memberikan sentuhan segar pada pertunjukan tradisional ini, menjadikannya penampilan yang tak hanya menghibur tetapi juga meninggalkan kesan mendalam. Ucapan selamat kepada UKSW, secara tulus juga disampaikan Niken di sela penampilannya.

    “Selamat ulang tahun UKSW. Semoga semakin lestari, jaya, sukses, dan berkembang,” ucapnya penuh harap.

    Beragam tarian tradisional turut menghiasi panggung, menghadirkan kekayaan budaya Nusantara. Tari Soyong oleh Sanggar Tari Sekar Rinonce menggambarkan kasih sayang antar manusia, Tari Piring yang penuh kelincahan dipersembahkan oleh siswa SD Kristen Satya Wacana, Tari Enggang memukau dari mahasiswa etnis Dayak UKSW, serta Tari Gambyong yang menyambut tamu dengan elegan.

    Tak hanya seni pertunjukan, acara ini juga menjadi ajang apresiasi produk lokal. Penonton menikmati aneka kuliner khas dan produk unggulan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Salatiga yang berjajar di lokasi. Selain itu berbagai stan oleh UKSW meliputi konsorsium fakultas UKSW, Divisi Promosi dan Komunikasi Publik, serta Direktorat Inovasi dan Kewirausahaan turut memamerkan berbagai produk inovasi mahasiswa, menunjukkan sinergi antara budaya, pendidikan, dan kreativitas lokal.

    Setia dan berani

    Prosesi penyerahan wayang kepada Dalang Ki Mulyono Purwo Wijoyo oleh Rektor UKSW Prof. Intiyas Utami dan Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga Yasip Khasani, M.M., menjadi momen penting yang menandai simbolisasi nilai-nilai moral dalam cerita. Rektor UKSW Prof. Intiyas Utami, menyerahkan wayang Dewi Sinta yang disebut sebagai simbol perjuangan wanita 

    “Saya selaku rektor UKSW menyerahkan wayang yang kita kenal sebagai Dewi Sinta, sebagai simbol perjuangan seorang wanita mempertahankan kesuciannya dan kesetiaannya untuk bisa menempuh suatu perjalanan dengan tekad yang kuat,” ucapnya.

    Sedangkan Pj Wali Kota Salatiga Yasip Khasani, M.M., menyerahkan wayang Rama Wijaya. Ia berharap simbol ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Salatiga, khususnya mahasiswa UKSW, untuk meneladani sikap dan keberanian Rama Wijaya dalam menghadapi tantangan hidup. 

    Hadir membersamai penyerahan dan pagelaran wayang ini yaitu Wakil Rektor Bidang Pengajaran, Akademik, dan Kemahasiswaan Prof. Ferdy S. Rondonuwu, Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah (FORKOPIMDA), serta perwakilan enam pemuka agama dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang secara khusus membuka acara dalam doa sebagai simbol persatuan dan harmoni di perayaan Dies Natalis ke-68 UKSW ini.

    Kolaborasi keberagaman

    Dalam sambutan hangatnya, Rektor Intiyas mengungkapkan bahwa Pagelaran Wayang Rama Tambak mencerminkan komitmen UKSW untuk menjadi kampus inklusif yang merawat toleransi dan membantu mengatasi permasalahan bangsa. Komitmen ini disuarakan tidak hanya melalui acara kali ini, namun juga di seluruh rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-68 UKSW, termasuk yang telah terlaksana sebelumnya yaitu kegiatan SocioEnvi-Run 2024 serta Gebyar Sabda dan Seni yang sukses berlangsung tak kalah meriah.

    “Pagelaran wayang kulit ini merupakan bentuk kolaborasi antar budaya dan nilai-nilai keberagaman yang ada di UKSW dan Kota Salatiga. Dari sini, kami ingin menunjukkan bahwa UKSW adalah kampus yang siap berkolaborasi dengan pemerintah maupun masyarakat Salatiga, menjadi lebih dekat dengan masyarakat dengan mengenalkan budaya wayang kulit yang memang merupakan budaya kita,” ujarnya.

    Melalui momen yang menandai tahun ke-68 perjalanan UKSW ini, Rektor Intiyas tidak ketinggalan menyampaikan harapannya agar melalui kolaborasi, UKSW dapat semakin mengukuhkan kontribusinya  untuk berdampak positif bagi Salatiga dan dunia. Hal ini ia garis bawahi pula dengan komitmen kerja sinergi, patuh, harmonis, teladan, dan integritas (Satu Hati) UKSW. 

    Sedangkan apresiasi dan rasa syukur penyelenggaraan acara, disampaikan oleh Pj Wali Kota Salatiga Yasip Khasani, M.M. Acara ini disebutnya telah memberikan dampak luas yang tidak terbatas pada aksi pelestarian budaya lokal saja, namun juga berdampak bagi kesejahteraan dan perekonomian warga Salatiga. Dukungan penuh sekaligus rasa terima kasih disampaikan Yasip Khasani atas semangat UKSW yang senantiasa mau berdampak dan berkontribusi aktif di tengah masyarakat.

    “Keberadaan UKSW yang saat ini berusia lebih dari setengah abad menjadi bukti bahwa UKSW sudah berhasil menjadi rumah kedua bagi mahasiswanya dan berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang tersebar di seluruh indonesia bahkan di luar negeri. Terima kasih sudah memberi warna untuk dunia pendidikan, kebudayaan, dan toleransi selama ini,” pungkasnya.

    Terkesima

    Kesan positif datang dari berbagai pihak yang hadir dalam Pagelaran Wayang Rama Tambak. Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer (FTEK) UKSW asal Nias, Pebri Telaumbanua, mengungkapkan kebahagiaannya dapat menyaksikan tradisi wayang kulit yang kini semakin jarang dipertunjukkan. Dipadukan dengan penampilan tari yang memukau, acara tersebut membuatnya kembali menyadari keindahan dan keragaman budaya Indonesia.

    Sementara itu, seorang warga Jerman, Karl Johann Brunschweiger, turut menyampaikan apresiasinya terhadap pagelaran tersebut. Baginya, penampilan wayang kulit menjadi pintu untuk lebih mengenal budaya Jawa, mulai dari cerita hingga karakternya yang dianggap sangat menarik.

    “Saya sangat suka dengan diadakannya kegiatan ini, membuat saya semakin ingin terlibat di dalamnya baik untuk mengenal lebih dalam maupun mempelajari budaya Jawa. Saya juga sangat terkesima dengan alunan musik gamelannya,” katanya dengan antusias.

    Acara ini maka semakin menegaskan langkah UKSW dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4 pendidikan berkualitas, ke-16 perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh, serta ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan. (*)

  • 5 Desa Wisata di Yogyakarta dengan Program Edukasi Menarik yang Wajib Dikunjungi

    5 Desa Wisata di Yogyakarta dengan Program Edukasi Menarik yang Wajib Dikunjungi

    Liputan6.com, Yogyakarta – Yogyakarta tidak hanya menawarkan wisata budaya dan kuliner, tetapi juga pengalaman belajar yang menarik melalui desa-desa wisatanya. Melansir dari jogjaprov.go.id, berikut lima desa wisata dengan program edukasi yang bisa memperkaya pengetahuan.

    1. Desa Wisata Sukunan: Pionir Edukasi Lingkungan

    Di desa ini, Anda akan belajar tentang pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Program edukasinya pun bermacam-macam. Mulai dari workshop pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomi, pelatihan pembuatan pupuk kompos dari limbah organik, praktik pertanian hidroponik yang ramah lingkungan, dan tutorial daur ulang plastik dan kertas menjadi kerajinan. Desa ini berada di Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kec. Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Melalui program-program edukasi ini, pengunjung tidak hanya mendapat pengetahuan baru, tetapi juga berkontribusi langsung dalam pelestarian lingkungan. Yang istimewa, setiap pengunjung bisa membawa pulang hasil kreasi mereka sendiri sebagai bukti bahwa sampah bisa diubah menjadi sesuatu yang bernilai.

    2. Desa Wisata Kembangarum: Surga Edukasi Anak-anak

    Desa ini bertempat di Donokerto, Kec. Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Program edukasinya dirancang dengan cermat untuk mengembangkan berbagai aspek kecerdasan. Mulai dari perpustakaan desa yang kaya akan bahan bacaan, sanggar lukis untuk mengembangkan kreativitas, pembelajaran permainan tradisional seperti dakon, engklek, gobag sodor, dan enggrang, hingga pengenalan budaya lokal melalui aktivitas interaktif.

    Melalui beragam program ini, anak-anak tidak hanya bermain, tetapi juga belajar tentang warisan budaya dan nilai-nilai tradisional. Istimewanya, setiap aktivitas dirancang untuk membangun karakter dan mengembangkan keterampilan sosial anak.

    3. Desa Wisata Pentingsari: Belajar Kehidupan Tradisional

    Terletak di Dusun Pentingsari, Umbulharjo, Kec. Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, desa ini menawarkan pengalaman belajar yang autentik tentang kehidupan pedesaan. Program edukasinya sangat beragam dan mendalam. Mulai dari pembelajaran tentang kehidupan pedesaan tradisional, praktik langsung kegiatan sehari-hari penduduk desa, pengenalan budaya dan adat istiadat lokal, hingga program integrasi wisata dengan pelestarian tradisi.

    Melalui program-program ini, pengunjung mendapatkan pemahaman mendalam tentang kearifan lokal dan nilai-nilai tradisional. Setiap aktivitas memberikan pengalaman langsung dalam kehidupan masyarakat desa yang otentik.

    4. Desa Wisata Tinalah: Laboratorium Alam Terbuka

    Desa yang terletak di Purwoharjo, Kec. Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta ini program edukasi dirancang untuk petualangan dan pembelajaran outdoor yang menarik. Mulai dari teknik dasar panjat tebing dan rapling yang aman, edukasi tentang geologi melalui eksplorasi goa, pembelajaran tentang ekosistem sungai, hingga pengenalan wisata berbasis konservasi alam.

    Melalui program-program ini, pengunjung tidak hanya mendapatkan pengalaman petualangan seru, tetapi juga pemahaman mendalam tentang alam. Kegiatan disini, didesain dengan mempertimbangkan aspek keamanan dan edukasi.

    5. Desa Wisata Purwosari: Harmoni Budaya dan Agrowisata

    Program edukasi di desa ini mencakup berbagai aspek yang menarik. Mulai dari workshop gamelan untuk mengenal musik tradisional, pembelajaran budidaya salak dan teknologi pertanian, pengenalan seni budaya lokal, hingga edukasi tentang pelestarian alam melalui agrowisata. Desa ini terletak di Purwosari, Kec. Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

    Melalui program-program ini, pengunjung mendapatkan wawasan komprehensif tentang harmoni antara budaya dan alam. Program yang disajikan mengintegrasikan unsur tradisional dengan teknologi modern.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

     

    Brrr… Begini Dampak Suhu Dieng Anjlok Minus 9 Derajat Celsius