Produk: gamelan

  • Ki Dalang Warseno Slenk Meninggal Dunia, Berikut Profil Singkatnya

    Ki Dalang Warseno Slenk Meninggal Dunia, Berikut Profil Singkatnya

    Melansir dari beberapa sumber, Warseno Slenk mempunyai nama asli Warsina Hardjadarsana dan lahir pada 18 Juni 1965 di Klaten, Jawa Tengah. Ia dikabarkan meninggal dunia di usia 59 tahun pada 12 Desember 2024.

    Sosok Warseno dikenal sebagai dalang senior yang telah memulai kariernya sejak muda. Kemudian memulai debutnya sebagai dalang muda ketika berusia 16 tahun dan bakatnya tidak terlepas dari didikan orang tuanya yaitu Ki Harjadarsana yang juga seorang dalang.

    Dia juga pernah menempuh pendidikan pedalangan sekitar dua semester di STSI Surakarta. Awalnya dia dikenal memiliki gaya pakeliran seperti gaya kakaknya, Ki Anom Suroto yang juga dikenal sebagai dalang maestro.

    Namun, gaya tersebut kian berubah dan Warseno menemukan gayanya sendiri yaitu komunikatif dan selalu dekat dengan kalangan muda yang cenderung hura-hura.

    Warseno juga sering kali menggabungkan berbagai musik etnis dan Barat serta sering melakukan eksperimen kreatif untuk memadukan beberapa aliran musik seperti rock, punk, rap, yang dikolaborasikan dengan gamelan.

    Pada tahun 1995, Warseno Slenk juga berhasil menerima penghargaan Piala Presiden pada Festival Greget Dalang Surakarta.

  • Asap Polutan Bikin Sesak, .Feast Menolak Senyap

    Asap Polutan Bikin Sesak, .Feast Menolak Senyap

    JAKARTA – Disebut-sebut berkiblat kepada musisi kawakan Iwan Fals, .Feast kerap meyuarakan perlawanan terhadap segala hal yang menyimpang di setiap aspek kehidupan. Disesaki oleh asap polutan, dihantui ketakutan atas perubahan iklim, mereka kembali bersuara lewat single bertajuk Tarian Penghancur Raya. 

    Single ini membahas hubungan antara manusia dengan alam, budaya, dan segala sesuatu yang dilahirkan oleh pertiwi jauh sebelum masyarakat menapaki bumi. Menggambarkan kekecewaan terhadap kegagalan upaya masyarakat dalam menanggapi perubahan lingkungan (baik alam dan budaya) secara bijak, juga kekecewaan terhadap diri sendiri yang hipokrit dalam menjadi konsumen budaya dan produk.

    “Berkaca ke banyaknya berita-berita tidak mengenakkan perihal kerusakan lingkungan dan ancaman kelangsungan untuk berbagai warisan budaya Indonesia belakangan ini, rasanya Tarian Penghancur Raya menjadi sebuah lagu yang relevan untuk dirilis sekarang,” kata vokalis Baskara Putra dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Senin, 11 November.  

    Lagu ini, lanjut Baskara, ditulis bukan hanya sebagai sebuah kritik terhadap keadaan secara umum, namun juga kepada diri mereka sendiri.

    “Kita berlomba-lomba merusak seluruhnya yang asli dan asri, entah demi apa,” tandasnya.

    Seolah mengajak pendengarnya menari merespons tentang kondisi lingkungan saat ini. Baskara bersama Adnan S.P (gitar), Dicky (gitar), Fikriawan (bass), dan Haryo ‘Bodat’ (drum) mencoba mengeksplorasi suara tetabuhan dalam Tarian Penghancur Raya dengan menyuguhkan suara gamelan pada bagian intronya.

    Tapi, ciri khas .Feast seperti sound gitar yang bluesy masih terdengar nyata. Departemen bass yang kali ini dieksplorasi dengan menggunakan sub bass juga masih familiar progresinya. Pun demikian dengan vokal Baskara yang masih sangat lugas menyuarakan lirik-lirik sarat isu kritik sosial.

    Melalui Tarian Penghancur Raya, .Feast menyadarkan kita bahwa musik adalah senjata berbahaya. Mereka akan terus bersuara, seperti saat mengumandangkan Peradaban, Berita Kehilangan, dan Dalam Hitungan. Ya, .Feast menolak senyap seolah tak berdaya.

  • Serba-serbi Kolintang, Alat Musik Tradisional dari Minahasa

    Serba-serbi Kolintang, Alat Musik Tradisional dari Minahasa

    Liputan6.com, Minahasa – Kolintang adalah kelompok perkusi bernada khas Minahasa, Sulawesi Utara. Alat musik ini memiliki bentuk unik berupa serangkaian bilah kayu yang disusun di atas sebuah rak dengan ukuran bilah yang semakin mengecil.

    Mengutip dari indonesiakaya.com, kolintang memiliki panjang dan pendek bilah beragam. Ukurannya disesuaikan dengan nada yang ingin dihasilkan.

    Dalam sebuah rak kolintang terdiri dari dua baris bilah nada kayu. Setiap nada, baik di rak atas maupun rak bawah, memiliki tinggi nada yang berbeda. Semakin banyak bilah, maka semakin lebar jangkauan nada yang dihasilkan.

    Kolintang merupakan alat musik berbahan dasar kayu. Umumnya, jenis kayu yang digunakan adalah kayu telur, bandaran, wenang, kakinik, atau jenis kayu lain.

    Kayu yang dipilih adakah kayu ringan dan bertekstur padat. Selain itu serat kayunya tersusun rapi membentuk garis-garis horizontal.

    Cara memainkannya adalah dengan dipukul menggunakan pemukul berupa stik. Saat dipukul, kolintang akan menghasilkan bunyi-bunyi yang nyaring dan merdu hingga dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah.

    Terkait penamaannya, kata kolintang berasal dari bunyi yang dihasilkan oleh alat musik ini. Bunyi-bunyi tersebut adalah tong untuk nada rendah, ting untuk nada tinggi, dan tang untuk nada tengah.

    Masyarakat Minahasa zaman dahulu biasanya mengajak bermain kolintang dengan kalimat ‘Mari kita ber-tong-ting-tang’ atau dalam bahasa daerah Minahasa disebut maimo kumolintang. Dari kebiasaan tersebut, kemudian muncul istilah kolintang.

    Awalnya, alat musik ini hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer di atas kedua kaki pemainnya. Para pemainnya pun hanya duduk di tanah dengan posisi kedua kaki lurus ke depan.

    Seiring berjalannya waktu, penggunaan kaki pemain diganti dengan dua batang pisang. Adapun peti resonator mulai digunakan sejak kedatangan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya untuk menjalani pengasingan di Minahasa pada 1830 yang membawa seperangkat gamelan. Peti resonator biasanya menggunakan kayu keras, seperti jati atau mahoni.

    Bagi masyarakat setempat, pemakaian kolintang erat kaitannya dengan kepercayaan tradisional, seperti pada upacara-upacara pemujaan arwah leluhur. Namun saat ini, hal tersebut mulai ditinggalkan. Kolintang kini biasa dimainkan untuk mengiringi musik, tari tradisional, maupun penyambutan tamu.

    Penulis: Resla

    Jasad Nelayan Korban Perahu Terbalik di Laut Selatan Kebumen Ditemukan Mengapung

  • Intip Ragam Tradisi dan Budaya Banyuwangi yang Hadir Mewarnai Festival Kuwung 2024 – Page 3

    Intip Ragam Tradisi dan Budaya Banyuwangi yang Hadir Mewarnai Festival Kuwung 2024 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Festival Kuwung yang diadakan pada Sabtu malam (7/12/2024) di RTH Maron Genteng, Banyuwangi, menghadirkan kemeriahan luar biasa. Sesuai artinya yaitu ‘pelangi’, festival ini menampilkan berbagai tradisi seni dan budaya khas Banyuwangi yang penuh warna. Sebagai bagian dari Banyuwangi Festival 2024, acara ini juga menarik ribuan pengunjung yang memadati sepanjang rute parade. 

    Sementara itu, panggung utama festival ini menyuguhkan pertunjukan seni budaya yang memukau, seperti tari Gandrung, Kuntulan, Jaranan Buto, Jakripah, Barong, dan Tari Bali. Iringan gamelan dan angklung Banyuwangian yang dimainkan secara langsung menambah semarak suasana, mengiringi langkah ribuan penampil yang tampil elok dalam balutan kostum. Parade mobil hias dengan miniatur budaya daerah juga tak kalah menarik perhatian.

    Seperti atraksi Barong dengan gerakan lincahnya sukses memikat para penonton. Perwakilan dari berbagai etnis dan budaya yang ada di Banyuwangi turut memeriahkan festival ini. 

    “Kuwung bermakna pelangi, yang menggambarkan warna-warni tradisi dan budaya Banyuwangi. Semua ini menghasilkan harmoni yang menjadi modal sosial membangun Banyuwangi,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat membuka acara.

  • Agus Buntung Disebut Gunakan Jari Kaki Hingga Gigi Saat Beraksi Lecehkan Korban di Homestay Mataram – Halaman all

    Agus Buntung Disebut Gunakan Jari Kaki Hingga Gigi Saat Beraksi Lecehkan Korban di Homestay Mataram – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemuda disabilitas asal Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) IWAS alias Agus Buntung (21) disebut menggunakan jari kaki hingga gigi saat beraksi melakukan pelecehan terhadap korbannya di sebuah homestay.

    Direktur Reserse Kriminal Umum (Reskrium) Polda NTB Kombes Pol Syarif Hidayat sebelumnya mengungkap kronologis pelecehan yang dilakukan Agus Buntung terhadap seorang wanita berinisial M.

    Peristiwa berawal saat pelaku dan korban bertemu secara tidak sengaja di Teras Udayana, Kota Mataram pada 7 Oktober 2024.

    Keduanya memang tak saling mengenal dan tak pernah bertemu sebelumnya.

    Saat itu, korban berada di Teras Udayana sedang membuat konten untuk Instagramnya.

    Kemudian Agus Buntung datang dari rumah menumpang kendaraan orang lain ke lokasi.

    Melihat korban sedang membuat konten, Agus Buntung pun menghampirinya dan memperkenalkan diri.

    Keduanya pun akhirnya terlibat pembicaraan.  

    Selanjutnya, Agus Buntung meminta kepada korban M melihat ke arah utara di mana saat itu ada pasangan yang sedang melakukan tindakan asusila di tempat tersebut.

    “Semerta-merta korban tanpa disadari mengungkapkan kalimat ‘seperti saya dulu’ sambil sedih dan hampir mengeluarkan air mata,” kata Syarif di Mataram, Senin (2/12/2024).

    Lantas, Agus Buntung mengajak korban menjauh ke bagian belakang Teras Udayana.

    Di sana korban pun menceritakan kembali aib-aibnya kepada tersangka Agus Buntung.

    Mendengar itu, pelaku menyampaikan kepada korban bahwa korban berdosa dan perlu dibersihkan dengan cara mandi.

    “Ini kalimat yang penting: ‘Kalau tidak, aib kamu nanti akan saya buka dan saya sampaikan ke orang tua kamu’,” kata Syarif menirukan kalimat tersangka. 

    Syarif mengatakan, karena kalimat ancaman tersebut korban terpaksa menuruti apa kemauan tersangka.

    Berangkatlah keduanya ke salah satu homestay dengan kendaraan korban.

    “Memang kendaraan yang digunakan adalah kendaraan korban, karena memang pelaku tidak membawa kendaraan. Tetapi yang mengarahkan ke home stay itu adalah si pelaku,” kata Syarif.  

    Pada saat tiba di homestay, korban melihat ada penjaga home stay dan korban ketakutan.

    Ia mengira penjaga homestay itu kerja sama dengan si pelaku. 

    Sesampai di kamar nomor 6 saat itu korban masih menolak, tapi tersangka kembali mengancam akan membuka aib korban.

    “Disuruh juga membuka baju. Yang membuka baju pelaku adalah korban karena diancam dengan kalimat itu lagi,” kata Syarif.

    Syarif menyebutkan, korban saat itu menggunakan bawahan rok dan leging.

    “Yang membuka rok memang korban. Setelah dibuka rok yang membuka leging dan CD si korban adalah pelaku sendiri, dengan menggunakan jari kakinya. Setelah itu terjadilah pelecehan seksual,” kata Syarif.

    Sementara itu, pendamping korban, Andre Safutra mengungkap Agus menakuti korbannya ketika hendak berteriak. 

    Agus berucap apabila suara teriakan korban terdengar maka keduanya bakal dinikahkan warga. 

    Pada saat itu, Agus sudah bisa melucuti pakaian korban dengan kakinya. 

    “Pelaku pakaiannya dibukakan korban. Leging dibuka pelaku, bukan korban. Caranya pelaku menggunakan jari kakinya,” kata Andre. 

    Korban sempat berupaya untuk memberontak. 

    “Korban didorong oleh pelaku sehingga korban terbaring di kasur. Setelah itu korban menolak dengan gestur mengarahkan kaki korban ke badan pelaku, kayak menendang. Dia menolak untuk disentuh badannya,” ujar Andre.

    Kendati sudah melawan sekuat tenaga, korban mengaku tak berdaya karena pelaku terus mengancam.

    Pada saat itu lah Agus disebut mengucapkan jampi-jampi.

    “Korban menoleh ke arah kanan. Setelah korban menoleh, korban mendengar pelaku membaca sebuah jampi-jampi atau mantra. 

    “Kemudian (korban) melawan dengan membaca ayat Kursi, beberapa kali korban membaca ayat Kursi sembari melihat ke kanan, tidak melihat wajah (pelaku),” ungkap Andre.

    Andre pun mengungkap saat memasuki kamar, tersangka Agus membuka pintu menggunakan mulut dan gigi.

    “Menariknya di sini, ketika masuk ke kamar, pelaku yang membukakan pintu. Apa yang digunakan oleh pelaku? Gigi dan mulutnya untuk membuka pintu. Jadinya pelaku produktif,” ucap Andre.

    Pendamping korban lainnya, Ade Lativa Fitri, mengatakan sewa homestay tersebut dibayar sendiri korban.

    Tapi saat itu korban  dalam kondisi terancam dan disuruh tersangka. 

    “Bukan secara sukarela memberi uang untuk membayar homestay, korban mengaku ketakutan, karena jika kabur korban pasti dikejar karena ada interaksi pemilik homestay dengan si pelaku,” ujar Ade kepada Tribunlombok.com. Minggu (1/12/2024).

    Keterangan Penjaga dan Pemilik Homestay Kepada Polisi

    Dirkrimum Polda NTB, Kombes Syarif Hidayat dalam wawancara bersama tvOne, Rabu (4/12/2024) mengungkap Agus Buntung kerap membawa wanita berbeda ke homestay yang menjadi tempat kejadian perkara (TKP) kasus dugaan pelecehan.

    Menurut karyawan homestay, selama ini Agus sudah membawa 4 wanita yang berbeda sementara pemilik homestay mengaku melihat Agus membawa lima wanita berbeda.

    “Kita sudah memeriksa karyawan homestay dan pemilik itu sendiri. Dari keterangan karyawan dan pemilik, memang pelaku, selain membawa korban (pelapor), sudah pernah membawa perempuan (lain)” ungkap Kombes Syarif Hidayat.

    “Karyawan ini memberikan statement ada empat perempuan yang berbeda dengan pelaku datang ke homestay. Kalau pemilik homestay, itu ada lima perempuan berbeda yang dibawa pelaku,” jelas Syarif.

    Terkait mengapa Agus membawa korban ke tempat yang sama, Syarif menduga lantaran pelaku merasa nyaman.

    “Mengapa ke tempat yang sama? Kemungkinan pelaku merasa nyaman melakukan aksinya di tempat tersebut,” kata dia.

    Berdasarkan berkas perkara, Syarif mengatakan sudah ada lima perempuan, termasuk pelapor, yang menjadi korban Agus.

    Syarif mengatakan, terhadap kelima korban tersebut, Agus menggunakan modus yang sama.

    Untuk penyidikan kasus ini, Polda NTB diketahui sudah memeriksa delapan orang yang diduga menjadi korban.

    Syarif mengatakan, total ada delapan orang korban yang sedang dilakukan penyelidikan oleh Polda NTB.

    Sementara yang sudah masuk BAP berjumlah 8 orang terdiri dari saksi dan korban. 

    Syarif mengatakan, pihaknya perlu melakukan verifikasi dan pendalaman terkait informasi adanya 13 korban yang melapor melalui KDD dan tim.

    “Korban yang kita lakukan penyidikan kan cuma ada delapan orang, terkait dengan yang lain yang ada informasi yang diterima KDD saya sampaikan bahwa itu info masih didapat oleh KDD melalui tim dan perlu pendalaman verifikasi kembali,” kata Syarif.

    Syarif mengatakan, jika korban tersebut dilakukan pemeriksaan dan melaporkan diri sebagai korban ke Polda NTB maka akan ditindaklanjuti.

    “Tapi sekarang korban-korban lain masih tahap verifikasi dan pendataan yang valid oleh tim KDD dan timnya,” kata Syarif.

    Komisioner KND NTB Jonna Aman Damanik mengatakan, koordinasi tersebut dilakukan untuk memastikan hak-hak penyandang disabilitas saat berhadapan dengan hukum tetap diberikan.

    “Kami memastikan mandat Undang-Undang, mandat Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2020 terkait akomodasi yang layak bagi penyandang disabilitas ketika ada di proses hukum atau peradilan,” kata Jonna, Kamis (5/12/2024).

    Jonna juga mengatakan dalam kasus hukum yang melibatkan penyandang disabilitas itu semua sama seperti orang pada umumnya, bisa menjadi korban, saksi bahkan tersangka sekalipun.

    “Terkait bersalah atau tidak terhadap proses yang sudah dilakukan Polda NTB, biar pengadilan yang memutuskan,” kata Jonna.

    Bantahan Agus Buntung

    Agus Buntung diketahui telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pelecehan seksual.

    Ia dikenakan Pasal 6C Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.

    Saat ini, Agus berstatus sebagai tahanan kota.

    Agus lantas memohon doa supaya kasus yang menjeratnya segera selesai.

    Sebab, ia ingin beraktivitas seperti biasa.

    “Saya memohon biar cepat tuntas kasus ini. Saya terus terang biar damai aja, saya tidak menuntut mencemarkan nama baik, biar Tuhan yang balas,” katanya saat ditemui TribunLombok.com di kediamannya, Minggu (1/12/2024).

    “Yang penting saya bisa kuliah, bisa kerja main gamelan,” lanjut dia.

    Lebih lanjut, Agus mengungkapkan kronologi kasus rudapaksa menurut dirinya.

    Ia mengaku, hal itu bermula saat dirinya meminta tolong kepada seorang wanita, untuk mengantar ke kampus, pada 7 Oktober 2024.

    Tetapi, menurut Agus, ia justru dibawa ke sebuah homestay di Kota Mataram.

    Saat di kamar, Agus mengaku pakaiannya langsung dilucuti oleh si wanita.

    Agus mengaku, selama kejadian itu dia tidak berani berteriak lantaran malu.

    Sebab, ia sudah terlanjur tak berbusana.

    Meski demikian, Agus menyebut tidak ada ancaman dari si wanita saat kejadian.

    “Nggak ada diancam sama perempuan secara fisik. Saya diam saja selama di dalam homestay.”

    “Saya takut buat teriak, karena sudah telanjang. Saya yang malu kalau saya teriak,” ungkapnya.

    Agus pun memastikan ia tidak melakukan rudapaksa seperti yang dituduhkan.

    Pasalnya, selama menjalankan kegiatan sehari-hari, apalagi makan, membuka baju, dan buang air, ia dibantu oleh orang tua.

    (Tribunlombok.com/ Robby Firmansyah/ Andi Hujaidin / Tribunnews.com/ kompas.com)

  • Agus Buntung Tersudut, Ternyata Sering Bawa Cewek Berbeda ke Homestay dan Sering Berulah di Kampus – Halaman all

    Agus Buntung Tersudut, Ternyata Sering Bawa Cewek Berbeda ke Homestay dan Sering Berulah di Kampus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MATARAM – Kebusukan pemuda disabilitas asal Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), I Wayan Agus Suartama alias Agus Buntung (21),sedikit demi sedikit terungkap.

    Usai pihak kampus mengungkap fakta Agus Buntung sering berulah, kini pemilik homestay mengungkap fakta baru.

    Agus Buntung kerap embawa wanita berbeda ke homestay yang menjadi tempat kejadian perkara (TKP) kasus dugaan pelecehan.

    Menurut karyawan homestay, selama ini Agus sudah membawa 4 wanita yang berbeda sementara pemilik homestay mengaku melihat Agus membawa lima wanita berbeda.

    “Kita sudah memeriksa karyawan homestay dan pemilik itu sendiri. Dari keterangan karyawan dan pemilik, memang pelaku, selain membawa korban (pelapor), sudah pernah membawa perempuan (lain)” ungkap Dirkrimum Polda NTB, Kombes Syarif Hidayat dalam wawancara bersama tvOne, Rabu (4/12/2024).

    “Karyawan ini memberikan statement ada empat perempuan yang berbeda dengan pelaku datang ke homestay.

    Kalau pemilik homestay, itu ada lima perempuan berbeda yang dibawa pelaku,” jelas Syarif.

    Terkait mengapa Agus membawa korban ke tempat yang sama, Syarif menduga lantaran pelaku merasa nyaman.

     “Mengapa ke tempat yang sama? Kemungkinan pelaku merasa nyaman melakukan aksinya di tempat tersebut,” kata dia.

    Berdasarkan berkas perkara, Syarif mengatakan sudah ada lima perempuan, termasuk pelapor, yang menjadi korban Agus.

    Syarif mengatakan, terhadap kelima korban tersebut, Agus menggunakan modus yang sama.

    TKP tempat pertama bertemu, ungkap Syarif, juga sama, yaitu di Taman Udayana Kota Mataram.

    Tak hanya itu, antara korban dan pelaku juga tak saling kenal.

    Syarif mengungkapkan Agus dan kelima korbannya pertama kali bertemu di Taman Udayana.

     “Kalau yang ditangani kita (polisi), sampai saat ini yang dimasukkan berkas perkara, ada empat korban dengan modus yang sama. Termasuk satu korban sbg pelapor, jadi ada lima.,” ujar Syarif.

    “TKP awal juga sama, di Taman Udayana. Jadi modusnya si pelaku mendatangi korban yang sedang sendiri, terus duduk, memperkenalkan diri,” lanjutnya.

    Dari perkenalan itulah, Agus dan korban kemudian terlibat percakapan yang mendalam.

    Hal itu kemudian menyebabkan korban terikat secara psikis dan tak mampu melawan pelaku.

    “Lalu ada percakapan yang mendalam antara pelaku dan korban, dari situlah pelaku melancarkan aksi-aksinya. Sehingga korban terikat dan tidak melepaskan secara psikis,” beber Syarif.

    Tukang Bohong 

    Sebelumnya, pihak kampus tempat I Wayan Agus Suartama alias Agus Buntung (21) berkuliah, mengaku tak kaget mahasiswanya yang disabilitas itu menjadi tersangka kasus rudapaksa.

    Dosen Pembimbing Akademik (PA) Agus Buntung, I Made Ria Taurisia Armayani, menyayangkan aksi mahasiswanya itu.

     Ria mengaku, tak kaget sebab pelaku selama ini memang kerap membuat ulah di kampus.

    “Saya sayangkan (jadi tersangka kasus rudapaksa), iya. Tapi, saya juga tidak kaget karena ini bukan kali pertama Agus membuat ulah,” kata Ria kepada Kompas.com, Selasa (3/12/2024).

    Ria mengaku pernah terkena dampak ulah Agus Buntung.

    Ria pernah didatangi oleh Dinas Sosial setempat karena Agus melaporkan dirinya atas tindakan yang tidak pernah ia lakukan.

    Agus melapor karena dirinya tak diinginkan berkuliah oleh Ria.

     “Agus ini berbohong. Saya selaku dosen PA, dianggapnya tidak menginginkan dia kuliah. Padahal tidak dalam cerita konteks itu,” jelas Ria.

    Ria menuturkan, permasalahan yang sebenarnya terjadi adalah Agus menunggak Uang Kuliah Tunggal (UKT) padahal ia penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).

    Atas hal itu, Ria berusaha membantu Agus dengan memberikan kemudahan.

    Ia membuka kembali sistem pembayaran yang sudah ditutup sesuai tanggal yang ditetapkan.

    Tetapi, kata Ria, Agus tak kunjung membayar UKT meskipun sudah dibantu membuka sistem pembayaran selama tiga hari.

    Padahal Agus diketahui sudah menerima pencairan beasiswa KIP-K.

     Setelah sistem pembayaran kembali ditutup, Agus kembali menghubungi Ria untuk meminjam uang dengan alasan membayar UKT.

    Tetapi, Ria tidak memberikannya.

    Ia beralasan meskipun memberi pinjaman tetap saja tidak dapat membayar UKT karena sistemnya tidak dapat dibuka kembali.

    Akibat keterlambatan tersebut, Agus pun tidak dapat kembali menerima beasiswa KIP-K.

    Dari kejadian tersebut, Agus lantas melaporkan Ria ke Dinas Sosial.

    Kini, Agus tetap melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri.

    I Wayan Agus Suwartama alias Agus Buntung (22), tersangka pemerkosaan terhadap mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Mataram, NTB. (Kolase Tribunnews)

    “Uang beasiswanya tidak dipergunakan dengan sebenarnya. Seharusnya uang beasiswa itu untuk membayar.”

    “Jumlah uang beasiswa itu sekitar Rp 13 juta per tahun. Sedangkan dia membayar UKT Rp 900.000 per semester,” jelas Ria.

    Buntung disebut kerap memanipulasi absensi masuk kuliah.

    Ria menjelaskan, Agus kerap tak masuk kelas sejak awal perkuliahan.

    Tetapi, dalam catatan absensi, Agus selalu rajin mengikuti kelas.

    Atas kasus yang menjerat Agus saat ini, Ria mengatakan, pihak kampus menyerahkan kepada pihak berwenang.

    “Intinya, kami serahkan ke penegak hukum sesuai hukum yang berlaku. Kalau ditanya bagaimana karakter Agus, ya seperti itulah intinya,” pungkas Ria.

    Berstatus Tahanan Kota

    Agus Buntung diketahui telah ditetapkan sebagai tersangka kasus rudapaksa.

    Ia dikenakan Pasal 6C Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.

    Saat ini, Agus berstatus sebagai tahanan kota.

    Agus lantas memohon doa supaya kasus yang menjeratnya segera selesai.

    Sebab, ia ingin beraktivitas seperti biasa.

    “Saya memohon biar cepat tuntas kasus ini. Saya terus terang biar damai aja, saya tidak menuntut mencemarkan nama baik, biar Tuhan yang balas,” katanya saat ditemui TribunLombok.com di kediamannya, Minggu (1/12/2024).

    “Yang penting saya bisa kuliah, bisa kerja main gamelan,” lanjut dia.

    Lebih lanjut, Agus mengungkapkan kronologi kasus rudapaksa menurut dirinya.

    Ia mengaku, hal itu bermula saat dirinya meminta tolong kepada seorang wanita, untuk mengantar ke kampus, pada 7 Oktober 2024.

    Tetapi, menurut Agus, ia justru dibawa ke sebuah homestay di Kota Mataram.

    Saat di kamar, Agus mengaku pakaiannya langsung dilucuti oleh si wanita.

    Agus mengaku, selama kejadian itu dia tidak berani berteriak lantaran malu.

    Sebab, ia sudah terlanjur tak berbusana.

    Meski demikian, Agus menyebut tidak ada ancaman dari si wanita saat kejadian.

    “Nggak ada diancam sama perempuan secara fisik. Saya diam saja selama di dalam homestay.”

    “Saya takut buat teriak, karena sudah telanjang. Saya yang malu kalau saya teriak,” ungkapnya.

    Agus pun memastikan ia tidak melakukan rudapaksa seperti yang dituduhkan.

    Pasalnya, selama menjalankan kegiatan sehari-hari, apalagi makan, membuka baju, dan buang air, ia dibantu oleh orang tua.

    (Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunLombok.com/Andi Hujaidin/Robby Firmansyah)

  • Menteri Kebudayaan Pastikan Musik Indonesia Mampu Bersaing di Panggung Dunia

    Menteri Kebudayaan Pastikan Musik Indonesia Mampu Bersaing di Panggung Dunia

    Jakarta: Suksesnya pergelaran malam puncak Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards ke-27 yang berlangsung Rabu, 4 Desember kemarin turut diapresiasi oleh Kementerian Kebudayaan.
    Penyelenggaaan AMI Awards 2024 mengusung tema Musik Generasi Baru yang memberi
    makna sebagai pesta perayaan keberagaman musik dan genre dari para musisi generasi
    baru di Indonesia saat ini.

    Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menyebutkan jika malam anugerah ini merupakan momen untuk merayakan pencapaian, mengenang perjalanan, sekaligus merangkul potensi masa depan musik Indonesia.

    “Izinkan saya menyampaikan penghormatan dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para
    musisi, pencipta lagu, produser, insan musik, dan pegiat seni budaya tanah air atas
    dedikasi, kreativitas, dan kerja keras anda dalam menciptakan karya-karya terbaik bagi
    bangsa,” ujar Fadli Zon.

    Menurut Menteri Fadli, selama 27 tahun perjalanannya, AMI telah menjadi tonggak penting
    dalam industri musik nasional, menjadi saksi berbagai perubahan dan kemajuan. Salah
    satunya transformasi dari rilisan fisik ke platform digital, yang telah memperluas akses dan membuka jalan bagi lahirnya bakat-bakat muda dari berbagai penjuru Nusantara.

    “Hari ini, 90,6 persen dari total pendapatan musik di Indonesia berasal dari sektor streaming
    digital yang menjadi bukti kekuatan dan adaptasi industri kita. Pencapaian yang kita rayakan
    malam ini tidak terlepas dari upaya bersama, baik para pelaku industri, masyarakat, maupun
    pemerintah dalam membangun ekosistem budaya yang kuat dan berkelanjutan,” ungkapnya.

    Fadli Zon menegaskan jika Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk terus mendukung perkembangan ekosistem musik Indonesia, sebagai bagian dari amanat pemajuan kebudayaan, sebagaimana diamanatkan Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945, dan juga UU Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang menjadi fondasi dalam melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, dan membina kebudayaan, termasuk membina talenta-talenta terbaik bangsa di bidang musik.

    “Lebih dari pada itu, musik memiliki peran strategis dalam diplomasi budaya. Musik dapat
    menjadi duta budaya yang menyampaikan cerita tentang keberagaman, persatuan, dan
    kebesaran Indonesia pada dunia. Melalui promosi budaya, Kementerian Kebudayaan akan
    memastikan bahwa seni dan musik Indonesia tidak hanya berkembang di tingkat lokal, tetapi
    juga mampu bersaing dan bersinar di panggung dunia,” jelasnya.

    “Dengan bangga saya turut sampaikan bahwa pada tanggal 3 dan 4 Desember 2024, tiga
    elemen budaya Indonesia resmi diinskripsikan dalam daftar Warisan Budaya Intangible
    UNESCO: Reog Ponorogo, Kebaya, dan Kolintang. Khususnya dalam konteks musik, inskripsi Kolintang menjadi tonggak penting yang semakin mengukuhkan posisi musik tradisional Indonesia di mata dunia,” sambung Menteri Kebudayaan.

    “Dengan adanya Kolintang, kini Indonesia memiliki tiga alat musik tradisional yang terdaftar
    di UNESCO, yakni: Angklung, diinskripsikan pada tahun 2010; Gamelan, di tahun 2021; serta Kolintang. Pengakuan ini tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga tanggung
    jawab bagi kita semua untuk terus melestarikan dan memajukan budaya Indonesia,”
    pungkasnya. 

    Terkait pekembangan genre musik dari para musisi baru, sejak AMI Awards ke-20 sampai
    pelaksanaan saat ini telah bertambah jumlah kategori seperti jazz alternatif, soul R&B
    Alternatif, dangdut elektro, koplo, orkestra, teater musikal, film scoring, blues, rearansemen,
    maupun video musik.

    Malam puncak AMI Awards tahun 2024 juga membuktikan masih terus munculnya transformasi di blantika musik nasional, antara lain perubahan dari rilisan fisik menjadi rilisan digital yang telah ada sejak AMI Awards ke-20.

    Jakarta: Suksesnya pergelaran malam puncak Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards ke-27 yang berlangsung Rabu, 4 Desember kemarin turut diapresiasi oleh Kementerian Kebudayaan.
    Penyelenggaaan AMI Awards 2024 mengusung tema Musik Generasi Baru yang memberi
    makna sebagai pesta perayaan keberagaman musik dan genre dari para musisi generasi
    baru di Indonesia saat ini.
     
    Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menyebutkan jika malam anugerah ini merupakan momen untuk merayakan pencapaian, mengenang perjalanan, sekaligus merangkul potensi masa depan musik Indonesia.
     
    “Izinkan saya menyampaikan penghormatan dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para
    musisi, pencipta lagu, produser, insan musik, dan pegiat seni budaya tanah air atas
    dedikasi, kreativitas, dan kerja keras anda dalam menciptakan karya-karya terbaik bagi
    bangsa,” ujar Fadli Zon.
    Menurut Menteri Fadli, selama 27 tahun perjalanannya, AMI telah menjadi tonggak penting
    dalam industri musik nasional, menjadi saksi berbagai perubahan dan kemajuan. Salah
    satunya transformasi dari rilisan fisik ke platform digital, yang telah memperluas akses dan membuka jalan bagi lahirnya bakat-bakat muda dari berbagai penjuru Nusantara.
     
    “Hari ini, 90,6 persen dari total pendapatan musik di Indonesia berasal dari sektor streaming
    digital yang menjadi bukti kekuatan dan adaptasi industri kita. Pencapaian yang kita rayakan
    malam ini tidak terlepas dari upaya bersama, baik para pelaku industri, masyarakat, maupun
    pemerintah dalam membangun ekosistem budaya yang kuat dan berkelanjutan,” ungkapnya.
     
    Fadli Zon menegaskan jika Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk terus mendukung perkembangan ekosistem musik Indonesia, sebagai bagian dari amanat pemajuan kebudayaan, sebagaimana diamanatkan Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945, dan juga UU Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang menjadi fondasi dalam melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, dan membina kebudayaan, termasuk membina talenta-talenta terbaik bangsa di bidang musik.
     
    “Lebih dari pada itu, musik memiliki peran strategis dalam diplomasi budaya. Musik dapat
    menjadi duta budaya yang menyampaikan cerita tentang keberagaman, persatuan, dan
    kebesaran Indonesia pada dunia. Melalui promosi budaya, Kementerian Kebudayaan akan
    memastikan bahwa seni dan musik Indonesia tidak hanya berkembang di tingkat lokal, tetapi
    juga mampu bersaing dan bersinar di panggung dunia,” jelasnya.
     
    “Dengan bangga saya turut sampaikan bahwa pada tanggal 3 dan 4 Desember 2024, tiga
    elemen budaya Indonesia resmi diinskripsikan dalam daftar Warisan Budaya Intangible
    UNESCO: Reog Ponorogo, Kebaya, dan Kolintang. Khususnya dalam konteks musik, inskripsi Kolintang menjadi tonggak penting yang semakin mengukuhkan posisi musik tradisional Indonesia di mata dunia,” sambung Menteri Kebudayaan.
     
    “Dengan adanya Kolintang, kini Indonesia memiliki tiga alat musik tradisional yang terdaftar
    di UNESCO, yakni: Angklung, diinskripsikan pada tahun 2010; Gamelan, di tahun 2021; serta Kolintang. Pengakuan ini tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga tanggung
    jawab bagi kita semua untuk terus melestarikan dan memajukan budaya Indonesia,”
    pungkasnya. 
     
    Terkait pekembangan genre musik dari para musisi baru, sejak AMI Awards ke-20 sampai
    pelaksanaan saat ini telah bertambah jumlah kategori seperti jazz alternatif, soul R&B
    Alternatif, dangdut elektro, koplo, orkestra, teater musikal, film scoring, blues, rearansemen,
    maupun video musik.
     
    Malam puncak AMI Awards tahun 2024 juga membuktikan masih terus munculnya transformasi di blantika musik nasional, antara lain perubahan dari rilisan fisik menjadi rilisan digital yang telah ada sejak AMI Awards ke-20.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (WHS)

  • Ini Foto Penampakan Agus Buntung Saat Asyik Berduaan dengan Seorang Wanita di Taman – Halaman all

    Ini Foto Penampakan Agus Buntung Saat Asyik Berduaan dengan Seorang Wanita di Taman – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus dugaan pelecehan seksual yang menjerat I Wayan Agus Suartama alias Agus Buntung (21) hingga kini masih terus bergulir. Sejumlah terduga korban bermunculan untuk melapor ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) maupun Komisi Disabilitas Daerah (KKD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Total kekinian ada belasan korban yang melapor.

    Dugaan pelecehan seksual dikuatkan oleh keterangan pengelola homestay yang mengaku kerap melihat Agus Buntung membawa wanita. Dirkrimsus Polda NTB, Kombes Pol Syarif Hidayat mengatakan, pihaknya sudah memintai keterangan pengelola homestay.

    “Dari keterangan karyawan dan pemilik homestay memang si pelaku (Agus Buntung) selain membawa korban yang lapor ke kita. Dia sudah pernah membawa perempuan yang berbeda,” ujarnya, Kamis(5/12/2024).

    Agus Buntung dalam berbagai kesempatannya berulang kali membantah telah melakukan pelecehan seksual.

    Ia mengaku, pertemuannya dengan korban terjadi secara tidak sengaja saat hendak mencari makan di kawasan Taman Udayana, Kota Mataram, NTB.

    Selesai mengisi perut, Agus Buntung tiba-tiba bertemu korban saat mau balik ke kampus. 

    “Saya minta tolong kepada korban untuk mengantarkan. Wanita ini bersedia,” ucapnya.

    Agus Buntung menyebut, korban sempat membawanya berkeliling sebanyak 3 kali di kawasan Islamic Center.

    Tiba-tiba, dirinya dibawa ke homestay yang sewanya dibayar oleh korban sendiri.

    “Dia yang buka pintu. Dia buka semua (pakaian) saya. Dia yang gituin saya. Dia yang masang lagi (pakaian),” bebernya.

    Usai berada di homestay, Agus Buntung mengaku diajak berkeliling lagi oleh korban.

    Singkat cerita, keduanya bertemu seorang pria yang tidak dikenal oleh Agus Buntung.

    Pria tersebut, memfoto Agus Buntung saat bersama korban.

    “Saya dijebak, terus diviralkan. Saya dilaporkan Polda atas pemerkosaan atau kekerasan seksual,” imbuhnya.

    Agus Buntung dalam kesempatan lain terus membantah dirinya melakukan kekerasan seksual.

    Menurutnya hal tersebut, tidak mungkin terjadi mengingat keterbatasan kondisi fisiknya.

    “Saya dituduh melakukan kekerasan seksual, coba dipikirkan bagaimana saya melakukan kekerasan seksual sedangkan bapak ibu lihat sendiri (nggak punya tangan), didorong aja saya, atau jangan diantar saya, atau ditinggal aja saya,” sambungnya.

    Kekinian beredar foto diduga Agus Buntung sedang berbincang dengan seorang wanita. Foto tersebut muncul di media sosial X(twitter) dan diunggah akun @satria_gigin. 

    “Viral foto Agus Buntung dengan seorang cewek di salah satu taman kota Mataram. Kira-kira mereka mau ngapain ya?,” tulis akun X @satria_gigin dikutip, Kamis(5/12/2024).

    Dalam foto tersebut seorang pria diduga Agus Buntung yang mengenakan kemeja berkelir putih dan celana berwarna hitam. Ia terlihat berbincang dengan seorang wanita berkemeja warna senada dengan Agus Buntung dan berkerudung coklat.

    Keduanya terlihat duduk di anak tangga dan tempatnya berada di Taman Baca Sangkareang. Taman Baca Sangkareang tersebut lokasinya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

    Jadi Tersangka

    Agus sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat Pasal 6C UU Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Pelecehan Seksual. Agus diketahui mahasiswa semester tujuh di jurusan seni dan budaya, dikenal sebagai pribadi yang aktif dalam kegiatan seni gamelan bersama komunitasnya. 

    Agus sepenuhnya bergantung pada ibunya I Gusti Ayu Ariparni, untuk berbagai keperluan, mulai dari mandi hingga makan mengingat dia tidak memiliki tangan.

    Menurut Ariparni, Agus tidak mampu melakukan aktivitas dasar secara mandiri karena kondisinya sejak lahir. “Bagaimana dia mau buka baju atau celana sendiri, sementara dari bayi sampai sebesar ini saya yang merawatnya,” ujar I Gusti Ayu Ariparni.

  • Dapat Beasiswa Rp 13 Juta, Agus Buntung Malah Fitnah Dosen karena Tak Diutangi,  Absen Dimanipulasi

    Dapat Beasiswa Rp 13 Juta, Agus Buntung Malah Fitnah Dosen karena Tak Diutangi, Absen Dimanipulasi

    TRIBUNJATIM.COM – Fakta terbaru tentang IWAS alias Agus Buntung (21) kembali terkuak.

    Kali ini, sosok dosen di kampus Agus Buntung membongkar apa yang pernah dialaminya.

    Dosen itu rupanya pernah difitnah oleh pria disabilitas yang kini disorot karena menjadi tersangka kasus kekerasan seksual terhadap mahasiswi di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

    Dosen itu pun tak kaget atas apa yang dialami Agus Buntung.

    Dosen yang dimaksud adalah I Made Ria Taurisia Armayani.

    Dosen Pembimbing Akademik (PA) Agus Buntung ini menyayangkan aksi mahasiswanya itu.

    Meski demikian, Ria mengaku, tak kaget sebab pelaku selama ini memang kerap membuat ulah di kampus.

    “Saya sayangkan (jadi tersangka kasus rudapaksa), iya. Tapi, saya juga tidak kaget karena ini bukan kali pertama Agus membuat ulah,” kata Ria, Selasa (3/12/2024), melansir dari Kompas.com.

    Ria mengaku pernah terkena dampak ulah Agus Buntung.

    Ria pernah didatangi oleh Dinas Sosial setempat karena Agus melaporkan dirinya atas tindakan yang tak pernah ia lakukan.

    Menurut pengakuan Ria, Agus melapor karena dirinya tak diinginkan berkuliah oleh Ria.

    “Agus ini berbohong. Saya selaku dosen PA, dianggapnya tidak menginginkan dia kuliah. Padahal tidak dalam cerita konteks itu,” jelas Ria.

    Ria menuturkan, permasalahan yang sebenarnya terjadi adalah Agus menunggak Uang Kuliah Tunggal (UKT).

    Padahal, Agus adalah penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).

    Atas hal itu, Ria berusaha membantu Agus dengan memberikan kemudahan. Ia membuka kembali sistem pembayaran yang sudah ditutup sesuai tanggal yang ditetapkan.

    Tetapi, kata Ria, Agus tak kunjung membayar UKT meskipun sudah dibantu membuka sistem pembayaran selama tiga hari.

    Padahal Agus diketahui sudah menerima pencairan beasiswa KIP-K.

    Setelah sistem pembayaran kembali ditutup, Agus kembali menghubungi Ria untuk meminjam uang dengan alasan membayar UKT.

    Tetapi, Ria tidak memberikannya. Ia beralasan meskipun memberi pinjaman tetap saja tidak dapat membayar UKT karena sistemnya tidak dapat dibuka kembali.

    Akibat keterlambatan tersebut, Agus pun tidak dapat kembali menerima beasiswa KIP-K.

    Dari kejadian tersebut, Agus lantas melaporkan Ria ke Dinas Sosial.

    Kini, Agus tetap melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri.

    “Uang beasiswanya tidak dipergunakan dengan sebenarnya. Seharusnya uang beasiswa itu untuk membayar.”

    “Jumlah uang beasiswa itu sekitar Rp 13 juta per tahun. Sedangkan dia membayar UKT Rp 900.000 per semester,” jelas Ria.

    Selain menunggak bayar UKT, Agus Buntung disebut kerap memanipulasi absensi masuk kuliah.

    Ria menjelaskan, Agus kerap tak masuk kelas sejak awal perkuliahan.

    Tetapi, dalam catatan absensi, Agus selalu rajin mengikuti kelas.

    Atas kasus yang menjerat Agus saat ini, Ria mengatakan, pihak kampus menyerahkan kepada pihak berwenang.

    “Intinya, kami serahkan ke penegak hukum sesuai hukum yang berlaku. Kalau ditanya bagaimana karakter Agus, ya seperti itulah intinya,” pungkas Ria.

    Sementara itu, Agus Buntung kini berstatus tahanan kota.

    “Dengan tahanan yang sudah 17 hari ini memohon biar cepat tuntas kasus ini. Saya terus terang biar damai aja, saya tidak menuntut yang mencemarkan nama baik dulu, biar Tuhan yang balas,” terangnya Minggu (1/12/2024), melansir dari TribunLombok.

     Ia mengaku ingin menjalani kehidupan seperti sebelum-sebelumnya dan berharap kepada semua pihak agar memikirkan masa depannya. 

    “Yang penting saya bisa kuliah, bisa kerja main gamelan. Saya berharap satu mudah-mudahan dengan selesai kasus ini saya bisa memotivasi orang di luaran sana,” pintanya.

    Agus pun mengaku tak habis pikir dirinya bisa sampai sejauh ini, padahal awalnya hanya meminta bantuan.

    “Ini saya ambil hikmahnya biar bisa mengangkat derajat orang tua. Terus terang saya tertekan sekali, ngga bisa kemana-mana sakit kepala saya, biasanya saya ngamen dengan gamelan, tiba-tiba kayak gini bagaimana,” tandasnya.

    Terpisah, Agus Buntung menceritakan kronologi kejadian yang membuatnya jadi tersangka itu.

    Agus awalnya meminta bantuan kepada seorang perempuan untuk diantarkan ke kampus.

    Namun ternyata dia berhenti di salah satu homestay di Kota Mataram.
     
    “Jadi pada intinya itu saya benar-benar kaget dan syok. Tiba-tiba dijadiin tersangka,” beber Agus saat ditemui di kediamannya.

    Agus mengaku hanya mengikuti saja keinginan dari si perempuan.

    “Saya ceritain setelah saya sampai homestay itu, dia yang bayar, dia yang buka pintu, terus tiba-tiba dia yang bukain baju dan celana saya,” bebernya.

    Warga Kecamatan Selaparang, Kota Mataram ini pun mulai curiga ketika perempuan itu mulai menghubungi temannya.

    “Tapi yang membuat saya tahu kasus ini jebakan pas dia nelpon seseorang, di situ saya nggak berani mau ngomong apa. Saya merasa ini jebakan, karena ini ke sana kemari saya dituduh,” terangnya. 

    “Saya dituduh melakukan kekerasan seksual, coba dipikirkan bagaimana saya melakukan kekerasan seksual sedangkan bapak ibu lihat sendiri (nggak punya tangan), didorong aja saya, atau jangan diantar saya, atau ditinggal aja saya,” sambungnya.

    Dia takut melakukan perlawanan karena posisinya dalam keadaan tidak berbusana.

    “Nggak ada diancam sama perempuan secara fisik, saya diam saja selama di dalam homestay, saya takut buat teriak karena sudah telanjang, saya yang malu kalau saya teriak,” tandasnya.

    Dirreskrimum Polda NTB Kombes Pol Syarif Hidayat menjelaskan hasil visum terhadap korban mengungkap adanya luka lecet pada kelamin korban akibat hubungan badan.

    “Pelaku melakukan tindakan menyetubuhi,” ucapnya dikonfirmasi Minggu (1/12/2024). 

    Agus dijerat dengan Pasal 6C UU No. 12/2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual dengan ancaman hukuman penjara maksimal 12 tahun dan atau denda paling banyak Rp300 juta.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Agus Pemuda Disabilitas Jadi Tersangka Pelecehan Seksual, Ibunda Dibuat Stres

    Agus Pemuda Disabilitas Jadi Tersangka Pelecehan Seksual, Ibunda Dibuat Stres

    Mataram, Beritasatu.com – Kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan IWAS alias Agus, seorang mahasiswa disabilitas asal Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), terus menyita perhatian publik. Agus, yang saat ini berstatus sebagai tersangka dalam kasus dugaan pelecehan seksual, menjadi sorotan karena kondisi disabilitasnya yang dinilai membatasi kemampuannya untuk melakukan tindakan seperti yang dituduhkan.

    Agus, seorang mahasiswa semester tujuh di jurusan seni dan budaya, dikenal sebagai pribadi yang aktif dalam kegiatan seni gamelan bersama komunitasnya. Dalam kesehariannya, Agus sepenuhnya bergantung pada ibunya I Gusti Ayu Ariparni, untuk berbagai keperluan, mulai dari mandi hingga makan mengingat dia tidak memiliki tangan.

    Menurut Ariparni, Agus tidak mampu melakukan aktivitas dasar secara mandiri karena kondisinya sejak lahir. “Bagaimana dia mau buka baju atau celana sendiri, sementara dari bayi sampai sebesar ini saya yang merawatnya,” ujar I Gusti Ayu Ariparni. Rabu (4/12/2024).

    I Gusti Ayu Ariparni mengaku sangat syok dengan penetapan anaknya sebagai tersangka. Kondisi ini bahkan membuatnya harus mendapatkan perawatan medis akibat stres yang berlebihan. “Saya sampai dibawa ke rumah sakit dan diberi oksigen karena tidak kuat melihat anak saya dalam kondisi seperti ini,” ungkapnya.

    Ariparni merasa tuduhan terhadap anaknya tidak masuk akal. Ia menyebut dengan kondisi Agus yang bergantung penuh pada dirinya, sulit membayangkan anaknya melakukan tindakan seperti yang dituduhkan.

    “Kalau anak saya normal, mungkin tuduhan itu masuk akal tetapi, dalam kondisi seperti ini, semua aktivitasnya harus dibantu. Bagaimana dia bisa memaksa seseorang, sementara untuk mandi saja harus dibantu?” tambah Ariparni.

    Sebagai ibu, Ariparni berharap kasus Agus yang menjadi tersangka pelecehan seksual ini dapat segera diselesaikan secara adil dan transparan. Ia juga memohon bantuan dari berbagai pihak untuk membebaskan anaknya agar bisa melanjutkan kehidupan seperti biasa.

    “Harapan saya, anak saya bisa kembali kuliah, bermain gamelan seperti biasa, dan menjalani hidup tanpa stigma dari masyarakat,” katanya.

    Selain itu, Ariparni mengaku dampak penetapan tersangka terhadap Agus dalam kasus pelecehan seksual ini telah merusak kehidupan keluarganya. Ia merasa tidak tenang saat bepergian karena sorotan masyarakat terhadap keluarganya. “Ke manapun kami pergi, kami merasa tidak nyaman. Orang-orang banyak membicarakan anak saya,” keluhnya.