Produk: fintech

  • Asosiasi Fintech Bersuara soal Kredit Macet dan Masalah di Investree

    Asosiasi Fintech Bersuara soal Kredit Macet dan Masalah di Investree

    Jakarta, CNN Indonesia

    Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) berkomentar soal kasus kredit macet dan sengkarut masalah PT Investree Radhika Jaya (Investree).

    Wakil Ketua Umum IV AFTECH Marshall Pribadi mengatakan pihaknya turut mendampingi Investree dalam menyelesaikan masalah ini. AFTECH juga memberikan saran dan masukan untuk keberlanjutan bisnis perusahaan peer to peer (P2P) lending tersebut.

    “AFTECH telah menerima informasi adanya perubahan strategis pada tingkat pimpinan manajemen Investree, termasuk pemberhentian Adrian A. Gunadi dari jabatannya sebagai direktur utama Investree pada Januari 2024,” ucap Marshall dalam keterangan resmi, Senin (5/2).

    Marshall lantas membantah klaim perusahaan atau perorangan lain yang mengaku terafiliasi, anak perusahaan, atau subsider dengan Investree. Selain itu, AFTECH menepis klaim beberapa pihak yang menyebut Investree sebagai penjamin alias pengelola dana atau investasi.

    AFTECH juga mengutip ucapan Co-Founder/Director Investree Singapore Pte. Ltd., Kok Chuan Lim yang mewakili perusahaan fintech tersebut. Mereka berharap bisa segera menyelesaikan rencana restrukturisasi dengan penyuntikan ekuitas baru dari investor.

    “Hal tersebut (klaim pihak lain) adalah tidak benar, tidak pernah dilakukan, dan tidak pernah ada persetujuan oleh pemegang saham dan direksi Investree,” tegas Marshall.

    “Di samping itu, sebagai asosiasi industri fintech, AFTECH memiliki mekanisme internal terkait penegakan kepatuhan terhadap tata kelola dan kode etik bagi pengurus dan seluruh anggota AFTECH,” tandasnya.

    Kasus tingkat wanprestasi di atas 90 hari (TWP90) Investree yang mencapai 16,44 persen per 1 Februari 2024 kini tengah didalami Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pendalaman dilakukan untuk mengetahui penyebab dan kemungkinan adanya pelanggaran di kasus tersebut.

    Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi menuturkan penanganan akan berbeda jika masalah itu disebabkan risiko bisnis dari Investree. Perlakukan OJK tak akan sama dengan penanganan kasus yang dipicu pelanggaran dari perusahaan.

    Meski begitu, wanita yang akrab disapa Kiki itu tak menutup kemungkinan memberikan sanksi administratif lebih lanjut jika ditemukan pelanggaran serius. Sanksi dari OJK bisa berupa denda, pembatasan kegiatan usaha, hingga pencabutan izin usaha.

    Pada 13 Januari 2024 lalu, OJK juga sudah menjatuhkan sanksi administratif kepada Investree yang melanggar ketentuan berlaku.

    (skt/agt)

  • Eduardo Saverin, Investor Awal Facebook Berharta Rp413 T

    Eduardo Saverin, Investor Awal Facebook Berharta Rp413 T

    Jakarta, CNN Indonesia

    Nama Mark Zuckerberg begitu identik dengan Facebook. Orang mengenalnya sebagai pendiri Facebook, kini Meta.

    Zuckerberg bukan satu-satunya orang yang merintis Facebook. Meski ialah pencetus ide platformnya, tetapi ada nama Eduardo Saverin yang turut membidani kelahiran Facebook.

    Saverin merupakan investor awal, sehingga Facebook yang tadinya cuma media sosial di lingkup Universitas Harvard, kini menjelma jadi yang paling terkemuka di dunia.

    Pada 2003, saat keduanya masih mahasiswa tingkat awal di Harvard, Zuckerberg mendekati Saverin agar mau memodali bisnisnya. Saverin diminta berinvestasi US$15 ribu. Zuckerberg mengatakan uang itu untuk mengembangkan situs web TheFacebook.com. Saverin pun tertarik dan menyetor uang yang diminta.

    Platform itu pun lantas digemari di lingkup kampus mereka. Bahkan mulai menyedot perhatian mahasiswa dari kampus lain. Jala ditebar, Facebook tak lagi ‘jago kandang’.

    Hubungan keduanya mulai retak. Gara-garanya, Saverin memasang iklan di Facebook tanpa seizin Zuckerberg hingga membuatnya marah besar.

    Facebook ternyata membesar jauh melebihi target awal para pendiri. Zuckerberg pun membutuhkan uang lebih banyak untuk mengembangkan media sosial buatannya.

    Di momen itu, ia tak perlu khawatir soal pendanaan lantaran para petinggi Silicon Valley seperti Reid Hoffman, Mark Pincus, dan Peter Thiel mengantre untuk jadi investor Facebook. Seiring majunya Facebook, Zuckerberg juga memutuskan berhenti kuliah dan fokus mengembangkan bisnis.

    Zuckerberg dan Moskovitz, pendiri Facebook lainnya, hijrah ke California. Keduanya serius mengembangkan TheFacebook.com.

    Lagi-lagi Saverin bikin Zuckerberg jengkel. Saat para pendiri Facebook memutuskan pindah ke Palo Alto, Saverin ogah ikutan. ia memilih magang Lehman Brothers yang berlokasi di New York. Di sisi lain, ia tetap ingin menikmati jabatan tinggi di Facebook. Ujungnya, Zuckerberg pun mendepak sang investor awal Facebook.

    Meski ditendang, ia tetap memegang saham Facebook sebesar 33 persen. Sedangkan Zuckerberg mendapat 51 persen, Moskovitz dan Parker masing-masing 6 persen. Namun seiring berkembangnya Facebook, kepemilikan saham Saverin terdilusi hingga kini menguasai 5 persen.

    Siapa sangka, meskipun tidak ikut membesarkan Facebook hingga jadi jejaring media sosial terbesar sejagat, Saverin tetap memang. Ia melipatgandakan US$15 ribu miliknya sehingga ia kaya raya.

    Forbes mencatat harta Saverin tembus US$26,3 miliar atau setara Rp413 triliun (kurs Rp15.730). Ia pun pindah ke Singapura setelah melepas kewarganegaraan Amerika Serikat (AS).

    Pada 2023 silam, Forbes menobatkan ia sebagai orang terkaya di Singapura, menggeser posisi Li Xiting, bos perusahaan raksasa pemasok peralatan medis Shenzhen Mindray Bio-Medical Electronics.

    Merangseknya ranking Saverin ke puncak didorong oleh melesatnya harga saham Meta, induk Facebook. Saham Meta naik nyaris 70 persen usai meluncurkan Threads, yang digadang-gadang bakal menjadi pesaing berat X, dulunya Twitter, milik Elon Musk.

    Bak ketiban durian runtuh, Saverin pun kecipratan untung besar. Hartanya naik pesat dari US$9,6 miliar menjadi US$16,8 miliar saat Threads lahir pada 2022.

    Asal-usul keluarga

    Nama lengkapnya Eduardo Luiz Saverin. Ia lahir pada 19 Maret 1982 di Sao Paulo, Brasil.

    Ia merupakan keturunan Yahudi kaya raya. Ayahnya, Roberto Saverin, merupakan pebisnis real estate sukses, sedangkan ibunya psikolog. Sementara kakeknya, pendiri toko ritel pakaian anak-anak populer Tip Top.

    Saverin mengenyam pendidikan dasar di AS. Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Harvard, di mana ia bertemu Zuckerberg.

    Setelah hengkang dari Facebook, Saverin mendirikan B Capital, sebuah perusahaan modal ventura pada 2015.

    B Capital fokus pada fintech, sektor kesehatan, industri digital. Investasi B Capital mencakup Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.

    (pta/agt)

  • Blak-blakan Danacita soal Tawarkan Pinjol ke Mahasiswa ITB

    Blak-blakan Danacita soal Tawarkan Pinjol ke Mahasiswa ITB

    Jakarta, CNN Indonesia

    PT Inclusive Finance Group (Danacita) blak-blakan soal penyediaan pembiayaan kuliah dengan skema pinjaman online (pinjol) bagi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB).

    Direktur Utama Danacita Alfonsus Wibowo menjelaskan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) hanya merupakan salah satu solusi alternatif bagi mahasiswa dan wali dalam membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) di lembaga pendidikan formal.

    Ia menambahkan layanan yang diberikan Danacita juga dapat melengkapi berbagai macam solusi lain yang sudah disediakan oleh setiap lembaga pendidikan, termasuk ITB.

    “Dengan adanya beberapa pilihan, saya rasa mahasiswa dan orang tua bisa memutuskan dan melakukan komparasi mana yang terbaik dan mana yang lebih trust untuk kondisi masing-masing,” ujar Alfonsus dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (2/2), dikutip dari Antara.

    Ia menegaskan Danacita tidak memaksa mahasiswa dan wali untuk membayar kuliah dengan menggunakan layanan pendanaan.

    Selain itu, ia juga menegaskan Danacita tidak mengharapkan kampus mitra untuk memaksa mahasiswanya menggunakan layanan pendanaan.

    Dengan demikian, lanjutnya, keputusan terakhir berada di tangan mahasiswa dan wali.

    Alfonsus menilai istilah pinjol yang disematkan pada Danacita kurang tepat karena lekat dengan stigma negatif yang berkaitan dengan kegiatan ilegal. Padahal, kata dia, Danacita merupakan penyelenggara LPBBTI yang memiliki izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

    Dalam kesempatan yang sama, Direktur Danacita Harry Noviandry menambahkan Danacita selalu mengedepankan prinsip manajemen risiko dalam memproses aplikasi. Danacita menerapkan proses analisa dan verifikasi terlebih dahulu untuk menilai kesanggupan calon penerima dana dalam melunasi pendanaan.

    Oleh sebab itu, Danacita mewajibkan calon penerima dana melakukan pengajuan bersama orang tua atau wali apabila masih berusia kurang dari 21 tahun atau belum memiliki penghasilan yang cukup. Danacita juga memastikan 100 persen pendanaan disalurkan langsung ke rekening lembaga pendidikan dengan harapan memenuhi unsur tepat guna.

    Adapun keseluruhan biaya yang diterapkan oleh Danacita berkisar 0,07 persen per hari yang mencakup biaya platform per bulan dan biaya persetujuan, tanpa biaya biaya administrasi. Angka tersebut di bawah batas maksimum yang ditetapkan OJK, yakni sebesar 0,1 persen per hari.

    Sementara dalam proses penagihan, Danacita berkomitmen untuk mengedepankan etika penagihan secara baik dan benar. Pasalnya, staf yang berkomunikasi langsung dengan penerima dana sudah tersertifikasi dan mendapat pelatihan dari Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

    Harry mengatakan proses penagihan yang dilakukan Danacita juga mematuhi peraturan yang ditetapkan OJK.

    “Kami bisa sampaikan, bahwa kami secara tata cara penagihan melakukan soft collection yang benar-benar melihat etika itu sebagai hal penting untuk kami. Dan kami berusaha apabila ada kesulitan daripada calon penerima dana di kemudian hari, kami juga memberikan solusi-solusi yang sudah kami punyai di SOP internal,” tutur Harry.

    Polemik menyoal ITB menawarkan mahasiswanya membayar uang kuliah menggunakan pinjol sebelumnya ramai diperbincangkan di media sosial X.

    Mulanya, sebuah akun @itbfess, mengunggah foto pamflet berisi informasi cicilan kuliah bulanan yang dikelola oleh pihak ketiga.

    Pada pamflet itu terdapat informasi program cicilan enam bulan hingga 12 bulan. Proses pengajuan tanpa down payment (DP) dan tanpa jaminan apapun, layaknya aplikasi pinjol lainnya.

    Tertera nominal pengajuan biaya pendidikan sebesar Rp12,5 juta dengan waktu 12 bulan. Nominal pengajuan biaya pendidikan tersebut dapat dicicil per bulan dengan biaya Rp1.291.667.

    Angka itu terdiri dari rincian durasi pembayaran 12 bulan, biaya bulanan platform 1,75 persen dan biaya persetujuan 3 persen.

    (del/agt)

  • Xendit PHK Karyawan

    Xendit PHK Karyawan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Xendit mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) sejumlah karyawannya demi tetap bisa mengejar profitabilitas alias cuan.

    Managing Director Xendit Indonesia Mikiko Steven mengatakan penyeimbangan organisasi juga diperlukan untuk memaksimalkan ketahanan jangka panjang perusahaan.

    “Kami berterima kasih kepada semua anggota tim kami atas kontribusi mereka terhadap kesuksesan dan pertumbuhan kami sepanjang perjalanan kami,” ucap Mikiko dalam keterangan resmi, Senin (22/1).

    “Proses ini (PHK) sulit dilakukan, namun kami merasa perlu untuk menyelaraskan sumber daya dengan strategi bisnis, mengoptimalkan efisiensi tim kami, dan memastikan bahwa kami berada pada posisi terbaik untuk mengejar peluang pertumbuhan baru,” sambungnya.

    Meski ada PHK, Mikiko menegaskan tidak akan berdampak pada komitmen Xendit kepada para klien. Mereka mengklaim tetap akan menjadi fintech yang inovatif.

    Selain itu, Xendit menekankan bakal menjadi gerbang pembayaran terkemuka di Indonesia dan Filipina. Mikiko berharap perusahaan bisa terus membangun infrastruktur pembayarannya di seluruh kawasan Asia Tenggara.

    Akan tetapi, Mikiko tak merinci berapa banyak karyawan terdampak. Ia juga tidak menjelaskan apakah hak-hak para karyawan terdampak PHK diberikan perusahaan sesuai Undang-undang yang berlaku.

    Ini bukan kali pertama mereka melakukan pemecatan karyawan. Pada Oktober 2022 lalu, Xendit mem-PHK 5 persen karyawannya di Indonesia dan Filipina.

    Xendit adalah perusahaan teknologi finansial yang menyediakan solusi pembayaran dan menyederhanakan proses pembayaran untuk bisnis di Indonesia, Filipina, dan Asia Tenggara, mulai dari UMKM, startup, e-commerce hingga perusahaan besar. Kliennya antara lain Traveloka dan Grab.

    Perusahaan rintisan ini merupakan unicorn pertama di Indonesia dalam industri payment gateway B2B.

    (skt/pta)