Produk: fintech

  • Top 5 News Bisnisindonesia.id: Tantangan Kawasan Industri hingga Pengembangan Rupiah Digital

    Top 5 News Bisnisindonesia.id: Tantangan Kawasan Industri hingga Pengembangan Rupiah Digital

    Bisnis, JAKARTA— Pengembang kawasan industri menghadapi tantangan berupa lesunya kinerja manufaktur. Namun, masih ada peluang dari investor kelas kakap untuk menyediakan kawasan dengan teknologi tinggi dan ramah lingkungan.

    Himpunan Kawasan Industri (HKI) mengatakan tahun ini investasi sektor manufaktur seperti elektronik dan kendaraan listrik masih menunjukkan minat yang stabil, utamanya dari investor asing. Penyedia lahan akan fokus mengembangkan kawasan industri nasional dan melakukan penyesuaian tren pasar, seperti pengembangan kawasan industri berbasis ramah lingkungan dan digital atau yang dikenal saat ini dengan sebutan Smart Eco Industrial Park.

    Peluang ini pun membawa optimisme di tengah kontraksi kinerja manufaktur. Indeks pembelian manajer (PMI) yang dirilis S&P Global mencatat bahwa kinerja manufaktur telah terjebak di zona kontraksi sejak Juli. Berita tersebut merupakan satu dari lima berita pilihan redaksi Bisnisindonesia.id dalam Top 5 News, Sabtu (14/12/2024). Simak ulasan singkatnya berikut ini.

    Tantangan Kawasan Industri Menjawab Kebutuhan Raksasa Teknologi
    Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), total luas lahan kawasan industri mencapai 94.054 hektare per November 2024. Lahan terisi mencapai 59,76% atau 56.423 hektare dan sisanya sebesar 40,24% atau seluas 37.631 hektare merupakan lahan yang masih tersedia untuk lokasi investasi.

    Menurut Himpunan Kawasan Industri (HKI), hal ini menunjukkan penjualan lahan di kawasan industri pada tahun 2024 menunjukkan hasil yang cukup stabil meski ada beberapa tantangan ekonomi global dan domestik. Apalagi, Kementerian Perindustrian melihat pengembangan kawasan industri yang masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) bisa mencapai Rp2.785 triliun hingga 2039.

    Sejumlah perusahaan tercatat telah mengumumkan komitmen investasinya. Sebagai contoh, produsen pendingin ruangan terbesar dunia asal Jepang, PT Daikin Industries Indonesia (DIID) resmi menyelesaikan pembangunan pabrik AC full-scale pertama di Indonesia dengan nilai investasi mencapai Rp3,3 triliun. Pabrik tersebut berlokasi Greenland International Industrial Center (GIIC), Cikarang. 

    Pemerintah juga sedang melobi peningkatan investasi raksasa teknologi Apple Inc. di Indonesia hingga Rp15 triliun, meski belum ada kata sepakat. Bagaimana tanggapan para pengelola kawasan industri di Tanah Air? Simak artikel selengkapnya di Bisnisindonesia.id.

    Prospek Cerah Proyek LNG di Tengah Minimnya Gas Pipa

    Keberadaan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) di Tanah Air kian diminati sebagai sumber energi, terutama di tengah minimnya pasokan gas pipa dalam beberapa tahun terakhir.

    Terlebih, dalam 10 tahun ke depan Indonesia bahkan diperkirakan mengalami surplus gas hingga 1.715 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) yang berasal dari sejumlah proyek potensial, termasuk peningkatan produksi LNG. Sejalan dengan itu, sejumlah perusahaan juga sudah mulai berlomba-lomba masuk ke dalam proyek LNG, seperti halnya yang dilakukan PT Pertamina International Shipping (PIS), belum lama ini.

    Melalui Papua Bersama Konsorsium, Subholding Integrated Marine Logistics Pertamina itu bakal terlibat langsung dalam proyek pengembangan fasilitas regasifikasi darat (land-based regasification plant) dan regasifikasi terapung (floating storage and regasification unit/FSRU) LNG di Papua Utara.

    Selain PT PIS, PT Sumber Energi Andalan Tbk. (ITMA) juga tengah mengerjakan proyek pembangunan processing LNG di Jawa Timur, dengan nilai investasi mencapai sekitar US$28 juta atau setara dengan Rp445,76 miliar (asumsi kurs Rp15.920 per dolar AS). Bagaimana perkembangan proyek LNG lainnya? Simak artikel selengkapnya melalui tautan yang tersedia.
     
    Langkah Taktis ECB Pangkas Suku Bunga Demi Pertumbuhan

    Bank sentral Eropa atau ECB memangkas suku bunga acuannya pada pengujung 2024 sebagai upaya membangkitkan perekonomian yang lesu. Pelonggaran diyakini akan berlanjut pada tahun depan. 

    Bank sentral untuk 20 negara yang menggunakan mata uang euro ini menurunkan suku bunga deposito bank, yang mendorong kondisi pembiayaan di benua biru menjadi 3% dari 3,25%. Suku bunga tersebut berada pada rekor 4,0% hanya pada Juni 2024.

    ECB mengisyaratkan bahwa pemangkasan lebih lanjut dimungkinkan dengan menghapus referensi untuk mempertahankan suku bunga. ECB mengatakan ekonomi ‘cukup ketat’ untuk tingkat biaya pinjaman yang mengekang pertumbuhan ekonomi. Namun, kondisi ini masih tetap ketat karena kebijakan moneter masih tetap ketat dan kenaikan suku bunga di masa lalu masih menular ke stok kredit yang ada.

    Apa saja faktor yang mendukung pemangkasan suku bunga oleh ECB? Artikel selengkapnya bisa diakses di Bisnisindonesia.id.
     
    Fintech Kontribusi ke Pajak Digital Hampir Rp3 Triliun, Kalahkan Kripto

    Negara menerima setoran pajak dari sektor pinjaman berbasis fintech hampir Rp3 triliun dalam 5 tahun terakhir, lebih besar ketimbang pajak kripto yang mencapai ratusan miliar rupiah.

    Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mencatat penerimaan pajak fintech peer-to-peer (P2P) lending alias pinjaman online (pinjol) capai Rp2,86 triliun, dan pajak yang dipungut oleh pihak lain atas transaksi pengadaan barang dan/atau jasa melalui Sistem Informasi Pengadaan Pemerintah (pajak SIPP) sebesar Rp2,71 triliun.

    Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 98 penyelenggara fintech lending yang terdaftar di OJK per September 2024. Adapun total aset mereka mencapai Rp8,1 triliun.
     
    Lalu, pajak digital dari perusahaan teknologi, termasuk raksasa seperti Google yang disebut sebagai Pajak Pertambahan Nilai Perdagangan Melalui Sistem Elektronik atau PPN PMSE mencapai Rp24,49 triliun. Total pajak dari sektor usaha ekonomi digital alias pajak digital sebesar Rp31,05 triliun hingga 30 November 2024. Sektor mana yang menjadi incaran pemerintah? Berita selengkapnya bisa diakses di Bisnisindonesia.id.

    Bank Indonesia Rampungkan Tahapan Awal Rupiah Digital

    Bank Indonesia (BI) telah merampungkan proof of concept rupiah digital tahap pertama yang merupakan bagian dari Proyek Garuda. Penyelesaian tahap pertama tersebut merupakan satu dari tiga tahap pengembangan Rupiah Digital yang telah dimulai sejak tahun 2022 dengan melewati proses penyusunan white paper, consultative paper, dan laporan konsultasi publik.

    Dalam laporan resminya yang dikutip Jumat (13/12/2024), potensi rupiah digital untuk memperkuat ekosistem sistem pembayaran Indonesia dapat terwujud apabila dapat mencapai tiga tujuan. Pertama, menjadi alat pembayaran digital yang sah di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

    Kedua, mendukung pelaksanaan tugas BI di bidang moneter, makroprudensial, dan sistem di era digital dan, ketiga, mendukung pengembangan sistem keuangan dan integrasi ekonomi keuangan digital (EKD) secara nasional. Bagaimana rancangan pengembangan rupiah digital oleh BI? Simak berita selengkapnya di Bisnisindonesia.id.

  • Video: Darurat Pinjol, Seperempat Fintech Terjebak Kredit Macet Tinggi

    Video: Darurat Pinjol, Seperempat Fintech Terjebak Kredit Macet Tinggi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pernahkan anda dengar istilah if you can’t pay it now, you can’t pay it later. Ya istilah ini erat kaitannya dengan perpinjolan. Persoalan pinjol memang tidak ada habisnya. Siapa sangka hampir seperempat penyelenggara fintech P2P lending alias pinjol terjebak kredit macet yang tinggi. Ini menandakan masyarakat yang ngutang pinjol masih kesulitan untuk membayar pinjaman beserta bunganya.

    Selengkapnya dalam program Investime CNBC Indonesia, Jumat (13/12/2024).

  • Makin Mudah! Belanja dan Nyicil Berbagai E-commerce di Satu Aplikasi

    Makin Mudah! Belanja dan Nyicil Berbagai E-commerce di Satu Aplikasi

    Jakarta: Flip Group, grup fintech melalui PT Lentera Inspirasi Pembiayaan memungkinkan pengguna untuk berbelanja di berbagai platform e-commerce serta melakukan pembayaran lewat satu aplikasi yaitu Flip FlexiCicil.
     
    Layanan paylater FlexiCicil hadir sebagai solusi inovatif bagi masyarakat Indonesia yang ingin memenuhi kebutuhan pembayaran yang lebih fleksibel, di tengah pertumbuhan pesat industri e-commerce dan layanan ‘Buy Now, Pay Later’ (BNPL).
     
    Laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Company mengungkapkan transaksi e-commerce di Indonesia diproyeksikan dapat mencapai Rp1,3 triliun pada 2025. Seiring dengan itu, layanan BNPL juga akan semakin populer, dan Indonesia diperkirakan akan memimpin pertumbuhan industri BNPL di Asia Tenggara dengan pertumbuhan hingga delapan lipat lipat dibanding 2020.
    FlexiCicil hadir untuk memanfaatkan momentum ini dan memberikan solusi yang lebih mudah, aman, dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia dalam berbelanja online. Dengan FlexiCicil, pengguna tidak perlu lagi berpindah-pindah aplikasi untuk berbelanja di beberapa e-commerce yang berbeda.
     
     

    Akses berbagai merchant di platform e-commerce

    Cukup dengan menggunakan aplikasi Flip, pengguna dapat mengakses berbagai merchant di platform e-commerce populer serta melakukan pembayaran kemudian dengan menggunakan skema cicilan yang mudah dan terjangkau. Pengguna bisa menikmati belanja tanpa bunga selama periode promo dengan limit hingga Rp10 juta dan fleksibilitas pembayaran, mulai dari pemilihan tenor cicilan hingga pelunasan lebih awal.
     
    Tidak hanya itu, FlexiCicil juga dapat digunakan untuk membeli pulsa dan paket data, memberikan fleksibilitas bagi pengguna dalam memenuhi kebutuhan digital mereka.
     
    “FlexiCicil adalah bukti nyata dari komitmen Flip Group untuk memberikan masyarakat Indonesia akses yang lebih luas ke layanan keuangan yang fair dan fleksibel. Dimulai dengan transaksi di berbagai e-commerce dan pembelian pulsa dan paket data, FlexiCicil akan terus berkembang untuk mendukung berbagai jenis transaksi keuangan lainnya. Harapannya semakin banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaat pembiayaan yang fair dan mudah,” ujar Founder Flip Group Rafi Putra Arriyan, dalam keterangan tertulis, Rabu, 11 Desember 2024.
     
    FlexiCicil merupakan layanan pembiayaan yang disediakan oleh PT Lentera Inspirasi Pembiayaan, bagian dari Flip Group, perusahaan pembiayaan yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (AHL)

  • Asosiasi Fintech Ganti Istilah Pinjol Jadi Pindar, Apa Itu?

    Asosiasi Fintech Ganti Istilah Pinjol Jadi Pindar, Apa Itu?

    Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad menyebutkan bahwa istilah baru tersebut dinilai akan sulit diterapkan atau mengubah stigma negatif yang telah melekat dalam pinjol atau pinjaman online.

    Menurutnya masyarakat saat ini sudah kuat mengenal istilah pinjol dan meskipun nama tersebut berubah orang–orang akan tetap menghubungkannya dengan istilah pinjol sebelumnya.

    “Kebiasaan masyarakat kita yang sudah kuat dengan istilah pinjol membuat perubahan ini sulit. Meski namanya Pindar, orang tetap mengasosiasikannya dengan pinjol,” kata Tauhid.

    Selain itu, dia juga menilai penggantian nama tersebut tidak serta-merta meningkatkan pemahaman atau literasi masyarakat tentang layanan pinjaman online sebab banyak faktor-faktor lainnya.

    “Menurut saya tidak akan mengubah tingkat literasi, pengetahuan, maupun pemahaman dari pinjaman online,” ujarnya.

  • Jack Ma Pidato Langka, Beberkan Nasib Manusia di Masa Depan

    Jack Ma Pidato Langka, Beberkan Nasib Manusia di Masa Depan

    Jakarta

    Jack Ma sangat jarang muncul, apalagi pidato seperti dulu. Namun baru-baru ini, pendiri Alibaba itu berbicara mengenai Ant Group, perusahaan layanan finansial yang juga ia dirikan.

    Sejak mengkritik sistem keuangan China di akhir 2020, Jack Ma yang biasanya ceplas-ceplos tidak lagi banyak bicara. Namun bertepatan dengan 20 tahun usia Ant Group, pria berusia 60 tahun itu membahas mengenai peran AI atau kecerdasan buatan untuk keuntungan perusahaan.

    Ia meramalkan AI akan mengubah umat manusia secara drastis. “Generasi kita sangat beruntung. Kita mengambil kesempatan di era internet,” cetusnya seperti dikutip detikINET dari Reuters, Selasa (10/12/2024).

    “Dari perspektif hari ini, perubahan besar yang dibawa oleh zaman AI dalam 20 tahun ke depan akan melampaui imajinasi siapapun, di mana AI akan membawa era yang lebih hebat,” tambahnya.

    “AI akan mengubah segalanya, tapi bukan berarti AI akan mendikte semuanya. Meskipun teknologi itu penting, menentukan sukses atau kegagalan adalah apakah kita bisa menciptakan sesuatu yang benar-benar bernilai dan unik di masa mendatang,” paparnya.

    Jack Ma menyebut Ant Group akan terus memanfaatkan teknologi untuk membawa kemajuan dan perubahan pada kehidupan manusia dalam 2 dekade mendatang. Video pidato Jack Ma ini viral di media sosial China.

    Dalam foto yang dipublikasikan situs berita teknologi 36Kr, Ma terlihat duduk diapit Eric Jing Xiandong, Chairman Ant, dan Peng Lei, salah satu pendiri Alibaba dan Alipay. Ma menyampaikan pidato beberapa jam setelah Ant mengatakan Jing akan menyerahkan posisi CEO ke bos keuangan Cyril Han Xinyi mulai Maret 2025, karena Jing fokus pada peran sebagai Chairman.

    Sejak didirikan tahun 2014, Ant Group bersama Alipay, telah merevolusi pembayaran di China dan mengantar negara tersebut ke era tanpa uang tunai. Namun pesatnya perkembangan teknologi fintech mengganggu sistem keuangan tradisional, mendorong regulator memberlakukan persyaratan perizinan dan menuntut perbaikan bisnis.

    Jack Ma berterima kasih kepada mereka yang memberi semangat atau mengkritik Ant. “Dorongan dan kritikan ini dapat membantu Ant tumbuh dan memberikan perlindungan bagi Ant melangkah lebih jauh dengan cara yang lebih mantap,” kata Ma.

    “Masa depan tidak akan mudah, tetapi kami beruntung karena dapat bergandengan tangan untuk mengubah dan menciptakan masa depan,” pungkasnya.

    (fyk/fay)

  • Kolaborasi Pemerintah, Startup dan BUMN Bakal Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi – Halaman all

    Kolaborasi Pemerintah, Startup dan BUMN Bakal Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi – Halaman all

     

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – MDI Ventures dan Telkom Indonesia kembali menyelenggarakan acara tahunan “Next Billion Ecosystem Festival” (Nex-BE Fest) 2024.

    Memasuki tahun kelima, acara yang mengusung tema Bridging Digital Inclusivity & Sustainable Growth through Synergy Collaboration tersebut mempertemukan lebih dari 50 startup dengan 50+ perusahaan BUMN, serta entitas Telkom Group.

    Melalui business matching yang diselenggarakan, bertujuan untuk menjajaki potensi kolaborasi dalam mendukung inklusi digital dan pertumbuhan berkelanjutan.

    Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria, menyampaikan dengan kolaborasi strategis antara pemerintah, startup dan BUMN akan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi melalui ekonomi digital.

    “Kami berupaya memastikan bahwa ekonomi digital tidak hanya menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membuka peluang yang merata, mengurangi kesenjangan digital dan mendekatkan kita pada visi Indonesia Emas 2045,” tutur Nezar dalam keterangan, Jumat (6/12/2024).

    Tahun ini, diharapkan tersebut dapat menciptakan sinergi bisnis senilai Rp 4 triliun. Selain itu, setidaknya ada 7 MoU antara startup dan BUMN yang ditandatangani dalam acara ini.

    Direktur Digital Business Telkom Indonesia Fajrin Rasyid, mengatakan Telkom sebagai perusahaan digital telco di Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam mempercepat digitalisasi ekosistem dengan tetap berfokus pada penciptaan dampak berkelanjutan.

    “Kami melihat Nex-BE Fest sebagai salah satu inisiatif strategis yang dapat membuka berbagai peluang baru untuk mendorong kolaborasi yang lebih luas dan menghubungkan inovasi-inovasi yang dihadirkan startup dengan BUMN. Acara ini juga turut memperkuat posisi Telkom sebagai enabler digitalisasi, memfasilitasi transfer teknologi, memperluas adopsi solusi digital secara nasional,” ucap Fajrin.

    Penyelenggaraan Nex-BE Fest tahun 2024 juga dibarengi dengan peluncuran Impact Report 2024 bertajuk “Empowering Progress for Greater Impact” oleh Telkom dan MDI Ventures.

    Impact Report merupakan laporan tahunan yang memaparkan dampak nyata yang dihasilkan oleh startup portofolio MDI di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, aquaculture dan juga fintech, dalam upaya pengurangan emisi karbon pada rantai operasional startup.

    Beberapa startup yang tercakup dalam Impact Report ini diantaranya adalah Amartha, Julo, Delos, Paxel, SwipeRX, Aruna, Qoala dan Cermati.

    CEO MDI Ventures Donald Wihardja, menyebut peluncuran Impact Report 2024 menggambarkan komitmen MDI dalam mendorong kemajuan berkelanjutan melalui inovasi teknologi dan kolaborasi strategis.

    “Peluncuran Impact Report 2024 diharapkan menjadi titik balik penting dalam menunjukkan bagaimana bisnis dan teknologi dapat menjadi kekuatan untuk perubahan positif, serta adanya peningkatan pemahaman publik tentang dampak sosial dan lingkungan dari inovasi teknologi,” ujar Donald.

    Sejak diadakan pertama kalinya di tahun 2019, Nex BE Fest telah mencatatkan cumulative synergy value atau nilai sinergi kumulatif sekitar Rp 12 triliun atau setara 780 juta dolar AS.

    Jumlah pesertanya meningkat sebesar 3,2 kali lipat, pertemuan bisnis meningkat sebesar 5,4 kali lipat dan nilai sinergi yang dihasilkan juga ikut meningkat 2,7 kali lipat dari awal penyelenggaraannya.

  • Nex-BE Fest 2024 Hadirkan Inovasi Inklusi Digital Berkelanjutan, MDI Ventures dan Telkom Pimpin Perubahan – Page 3

    Nex-BE Fest 2024 Hadirkan Inovasi Inklusi Digital Berkelanjutan, MDI Ventures dan Telkom Pimpin Perubahan – Page 3

    Penyelenggaraan Nex-BE Fest tahun 2024 menjadi semakin spesial karena Telkom dan MDI Ventures meluncurkan Impact Report 2024 bertajuk “Empowering Progress for Greater Impact”.

    Impact Report tersebut merupakan laporan tahunan yang memaparkan dampak nyata yang dihasilkan oleh startup portofolio MDI di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, aquaculture, dan juga fintech, dalam upaya pengurangan emisi karbon pada rantai operasional startup. Beberapa startup yang tercakup dalam Impact Report ini di antaranya adalah Amartha, Julo, Delos, Paxel, SwipeRX, Aruna, Qoala, dan Cermati.

    “Kami dengan bangga menandai peluncuran Impact Report 2024: “Empowering Progress for Greater Impact”, terutama karena tema ini menggambarkan komitmen MDI dalam mendorong kemajuan berkelanjutan melalui inovasi teknologi dan kolaborasi strategis. Peluncuran Impact Report 2024 diharapkan menjadi titik balik penting dalam menunjukkan bagaimana bisnis dan teknologi dapat menjadi kekuatan untuk perubahan positif serta adanya peningkatan pemahaman publik tentang dampak sosial dan lingkungan dari inovasi teknologi,” kata CEO MDI Ventures Donald Wihardja.

    Sejak diadakan pertama kalinya di tahun 2019, Nex-BE Fest telah mendukung MDI Ventures untuk terus memfasilitasi dan menumbuhkan nilai sinergi yang terbentuk antara startup dan entitas BUMN sehingga telah mencapai cumulative synergy value sekitar Rp12 triliun ($780 juta).

    Jumlah peserta yang ada pada Nex-BE Fest juga turut meningkat sebesar 3,2x lipat, pertemuan bisnis meningkat sebesar 5,4x, dan nilai sinergi yang dihasilkan juga ikut meningkat 2,7x lipat dari awal penyelenggaraannya. Peningkatan antusiasme ini menunjukkan bahwa kolaborasi digital berkelanjutan di Indonesia telah mendapatkan dukungan besar dari berbagai pihak, mulai dari ekosistem BUMN hingga startup digital di Indonesia dari berbagai bidang.

     

    (*)

  • Istilah Pinjol Dianggap Negatif, Kini Diganti Pindar

    Istilah Pinjol Dianggap Negatif, Kini Diganti Pindar

    Jakarta

    Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengenalkan kata baru untuk mengganti pinjol atau pinjaman online. Kata baru itu adalah pindar atau pinjaman daring.

    Ketua Umum AFPI Entjik S Djafar mengatakan, pihaknya ingin meningkatkan perhatian dari masyarakat melalui penggantian singkatan pinjol menjadi pindar.

    Menurutnya, sebutan pinjol selama ini terkait dengan citra negatif atau ilegal. Pindar akan membedakan antara pinjol ilegal dan legal di masyarakat.

    “Betul Kami bukan pinjol yang meresahkan masyarakat, kami adalah pindar atau pinjaman daring yang berizin OJK. Kami akan meningkatkan edukasi ke masyarakat, terutama ke masyarakat usaha kecil mikro menengah (UMKM) dan ultra mikro kecil, serta mengampanyekan manfaat yang telah diterima oleh para borrower UMKM dan ultra mikro kecil,” ucapnya kepada detikcom, saat dihubungi Sabtu (7/12/2024).

    Seperti diketahui, selama ini pinjol kerap menjadi istilah yang terasosiasikan dengan hal-hal negatif lantaran menjamurnya peredaran pinjol-pinjol ilegal di masyarakat. Bahkan jumlah pinjol legal jauh di bawah jumlah pinjol ilegal yang selama ini terus diblokir oleh otoritas.

    Mengutip data Satgas PASTI (sebelumnya satgas waspada investasi), sejak 2017 s.d. 30 September 2024, Satgas telah menghentikan 9.610 entitas pinjaman online ilegal/pinpri. Angka ini jauh di atas jumlah entitas pinjol legal atau berizin yang sampai saat ini menurut data OJK hanya berjumlah 97 perusahaan.

    Entjik menginginkan agar penggantian istilah pindar dapat dijadikan referensi untuk pinjol legal, meninggalkan istilah pinjol yang terasosiasikan dengan banyak hal negatif. Penggantian istilah ini juga telah didiskusikan dengan OJK.

    “Sudah didiskusikan dan diusulkan. OJK menyerahkan pada industri untuk penggantian nama ini,” ujar Entjik.

    Menurut catatan detikcom sebelumnya, Entjik menjelaskan saat ini pihaknya telah melakukan survei atau riset yang melibatkan masyarakat. Hasilnya, ada 3.972 istilah atau nama yang didapatkannya.

    Atas pergantian istilah pinjol tersebut, dia bilang seluruh industri sepakat untuk mengubahnya. Menurutnya, pinjol erat kaitannya dengan praktik ilegal. Dengan begitu, dia bilang nantinya masyarakat dapat membedakan antara pinjol dan fintech P2P lending yang berizin dari OJK.

    Dinilai Tidak Efektif

    Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai tidak mudah mengubah pandangan yang melekat pada pinjol, meskipun sebutannya kini diganti menjadi pindar.

    “Agak sulit, karena frasa dan kebiasaan masyarakat kita sejak pandemi, budaya online sudah begitu kuat. Jadi, apapun yang berbau online itu akan lebih mudah diterima dan diresapi oleh masyarakat. Kalau pun ada pindar, pasti orang akan mengasosiasikan dengan pinjaman online. Menurut saya tidak akan mengubah tingkat literasi, pengetahuan, maupun pemahaman dari pinjaman online,” terang Tauhid saat dihubungi detikcom pada Sabtu (7/12/2024) malam.

    Penggantian sebutan menjadi pindar, kata Tauhid, menjadi tidak efektif lantaran kondisi saat ini yang terjadi di masyarakat adalah menjadikan pinjaman online sebagai pintu utama untuk melakukan pinjaman, ketimbang melalui jalur pinjaman konvesional seperti ke bank.

    “Sehingga, karena pinjol paling mudah, persyaratan ringan dan cepat, maka otomatis tidak akan efektif. Selain itu, tidak ada sesuatu yang prinsip dari pinjaman daring. Dari segi beban biaya ‘kan sama saja, bunganya sama, tidak ada ada yang membedakan. Menurut saya, tidak akan efektif walaupun dengan istilah-istilah yang ada,” papar Tauhid.

    Dengan kondisi bunga pinjaman online yang terlalu tinggi, sementara kapasitas ekonomi masyarakat saat ini sedang terbatas, Tauhid bilang hal ini akan berbahaya bagi masyarakat.

    “Karena bunganya tinggi, (uang) yang lari ke konsumsi menjadi barang dan jasa itu jauh lebih sedikit. Ini mengurangi aktivitas perekonomian, karena sebagian besar yang dibayar untuk jadi barang dan jasa itu sedikit sekali, yang sisanya adalah bunga. Bunga pinjaman itu menjadi katalisator untuk pendanaan yang larinya bukan ke sektor ril, tapi ke sektor keuangan yang tidak membuat ekonomi bergerak karena bunganya terlalu tinggi,” terang Tauhid.

    (hns/hns)

  • Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025, Menuju Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan

    Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025, Menuju Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan

    Bisnis.com, JAKARTA — Inklusif dan berkelanjutan menjadi dua kata kunci dalam narasi kebijakan ekonomi pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto. Harapannya, Indonesia menunjukkan resiliensi yang solidaa di tengah tantangan dan situasi ekonomi global yang diproyeksi masih penuh tantangan pada 2025.

    Perekonomian Indonesia tentu dipengaruhi oleh dinamika ekonomi global melalui jalur keuangan dan perdagangan. Perkembangan ekonomi di negara-negara utama seperti Amerika Serikat, China, Jepang, dan Uni Eropa perlu terus dimonitor dan diantisipasi dampaknya.

    Dari sentimen makroekonomi, tingkat suku bunga global yang sejatinya masih di level tinggi, juga eskalasi konflik geopolitik yang mengakibatkan fragmentasi ekonomi, telah meningkatkan ketidakpastian ekonomi global pada 2025.

    Perekonomian nasional diharapkan tetap tumbuh kuat tahun depan, melaju di kisaran 5,1%—5,5% seperti tertuang dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2025. Asumsi ini memang cenderung optimistis di tengah perkiraan stagnasi ekonomi dunia.

    Permintaan domestik akan menjadi andalan Indonesia dalam menopang perekonomiannya. Perbaikan daya beli masyarakat dengan tingkat inflasi yang terjaga, diharapkan mampu mendorong konsumsi rumah tangga. Konsumsi pemerintah akan difokuskan pada program-program produktif, sementara kelanjutan proyek-proyek strategis nasional diharapkan berkontribusi pada investasi yang berkelanjutan.

    Target pertumbuhan ekonomi tersebut akan dapat dicapai apabila terjadi konvergensi dalam aktivitas perekonomian regional di seluruh sektor usaha, serta efektivitas kebijakan fiskal yang mendukung akselerasi transformasi ekonomi nasional. Sinergi antara pemerintah, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Otoritas Jasa Keuangan juga harus terus diperkuat sebagai garda terdepan menjaga stabilitas perekonomian.

    Untuk menelaah lebih lanjut prospek ekonomi pada 2025, Bisnis Indonesia menggelar Bisnis Indonesia Economy Outlook 2025, yang akan diselenggarakan pada Selasa, 10 Desember 2025 di Raffles Hotel, Jakarta.

    Acara ini mengusung tema utama yang harmonis dengan visi kebijakan pemerintahan baru yakni “Menuju Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan”. Tema tersebut akan dijabarkan dengan membahas berbagai isu sektoral strategis yang memengaruhi perekonomian Indonesia pada 2025.

    Presiden Direktur Bisnis Indonesia Group Lulu Terianto mengatakan bahwa Bisnis Indonesia Economy Outlook 2025 bakal menjadi navigasi bagi pelaku usaha dan industri serta seluruh pemangku kepentingan dalam menyongsong tantangan ekonomi global dan meresponsnya secara strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi domestik.

    “Kami menghadirkan para ahli dan praktisi di bidangnya, sehingga bisa menjadi referensi yang dapat diimplementasikan oleh berbagai pihak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Lulu.

    Bisnis Indonesia Economy Outlook 2025 berencana menghadirkan Presiden Prabowo Subianto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia sebagai keynote speakers.

    Outlook Ekonomi Sektor Riil dan Finansial

    Selain keynote speakers, Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 akan menampilkan dua sesi diskusi, yakni sesi ekonomi riil dan sesi finansial.

    Di sesi ekonomi riil, Bisnis Indonesia Economy Outlook 2025 mengusung tiga topik. Pertama, ‘Skenario Transisi Energi dalam Mewujudkan Ekonomi Hijau di Indonesia, yang akan membahas urgensi transisi energi, skenario transisi yang diagendakan, serta tantangan seperti mitigasi risiko fiskal dan kolaborasi global dalam mengakselerasi transisi energi.

    Kedua, sesi ekonomi riil mengusung topik Optimalisasi Sektor Mineral demi Mengungkit Pertumbuhan Ekonomi Nasional yang akan membahas program strategis sektor minerba nasional 2025, prioritas hilirisasi, dan menjamin pertumbuhan jangka panjang melalui investasi berkelanjutan di ekosistem industri mineral.

    Sementara itu, di sesi ekonomi finansial, Bisnis Indonesia Economy Outlook 2025 mengusung tiga topik. Pertama terkait tema Memacu Peran Investasi dan Strategi Fiskal dalam Mendukung Ekonomi Berkelanjutan yang akan mendiskusikan strategi memposisikan Indonesia sebagai pusat investasi di Asean, kebijakan moneter dan fiskal pro-investasi, serta prospek pertumbuhan ekonomi 2025 di tengah tantangan global.

    Topik kedua mengangkat tema dinamika dan arah kebijakan moneter di tengah tren pelonggaran global yang akan menyoroti upaya BI menjaga stabilitas makroprudensial, strategi moneter mengejar target pertumbuhan 8%, serta peluang dan tantangan kredit-likuiditas perbankan 2025.

    Ketiga, sesi finansial mengangkat tema Peluang Pertumbuhan Sektor Keuangan Non-Bank Menyusul Transisi Finansial yang akan mendiskusikan cara mendorong pertumbuhan sektor keuangan nonbank termasuk di dalamnya sektor pembiayaan, modal ventura, aset kripto, dan fintech lending sambil mengelola risikonya.

    Selain di Jakarta, Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 juga digelar di 9 kota lainnya secara serentak dan serempak, yakni Medan, Pekanbaru, Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, Balikpapan, dan Makassar. Masing-masing kota tersebut juga akan membahas topik sesuai dengan karakteristik dan keunggulan ekonomi di masing-masing daerah.

    Bisnis Indonesia Group mengundang seluruh pihak yang berkepentingan untuk menghadiri acara ini dan berpartisipasi aktif dalam diskusi.

    “Kami berharap acara ini dapat menjadi pijakan untuk kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada ke depan,” tutup Lulu.

    Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 dengan tema Perbesar

  • Kolaborasi Bank CTBC Indonesia dan AdaKami Hadirkan Teknologi e-KYC untuk Perluas Akses Keuangan

    Kolaborasi Bank CTBC Indonesia dan AdaKami Hadirkan Teknologi e-KYC untuk Perluas Akses Keuangan

    JAKARTA – PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami), platform fintech lending terdepan dari sisi teknologi di Indonesia, mengumumkan kerja sama strategis dengan PT Bank CTBC Indonesia (Bank CTBC Indonesia). 

    Kolaborasi baru ini bertujuan untuk memperkuat inklusi keuangan di Indonesia, dengan memanfaatkan inovasi teknologi AdaKami, terutama bagi masyarakat yang selama ini belum terjangkau oleh layanan keuangan. 

    “Langkah ini sejalan dengan komitmen kami untuk menghadirkan solusi keuangan yang tidak hanya efektif, tetapi juga memberdayakan masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk mewujudkan mimpi mereka,” kata Direktur Utama AdaKami, Bernardino Moningka Vega pada Jumat, 6 Desember. 

    Sementara itu, Presiden Direktur Bank CTBC Indonesia, Iwan Satawidinata juga percaya bahasa teknologi yang dikembangkan AdaKami  akan memperkuat upaya mereka dalam menyediakan layanan keuangan yang aman dan dapat diandalkan. 

    “Kolaborasi ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi sebuah langkah nyata dalam komitmen kami untuk mendukung pertumbuhan perekonomian lokal, sekaligus memperluas akses keuangan bagi masyarakat yang membutuhkan,” lanjut Iwan. 

    Iwan juga mengatakan bahwa Bank CTBC Indonesia memandang teknologi AdaKami merupakan landasan untuk memastikan pendanaan tersalurkan dengan tepat, salah satunya seperti teknologi Electronic Know Your Customer (e-KYC). 

    Menurutnya, teknologi seperti e-KYC ini memastikan layanan pendanaan Bank mereka nantinya dapat disalurkan secara efektif dan efisien, meminimalkan risiko kredit, sambil tetap meningkatkan kepercayaan dan kepuasan nasabah. 

    Tidak hanya itu, kolaborasi ini juga diharapkan bisa mendorong misi sosial yang lebih besar, yakni mendukung pemberdayaan  individu dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia, mendorong adopsi penggunaan teknologi, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat perekonomian lokal.