Produk: dolar AS

  • IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Jadi 3%

    IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Jadi 3%

    Bisnis.com, JAKARTA — Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2025 dan 2026 yang didorong oleh lonjakan belanja menjelang kenaikan tarif AS pada 1 Agustus serta turunnya tarif impor efektif yang dikenakan oleh AS.

    Dalam laporan World Economic Outlook edisi Juli 2025 yang dikutip pada Rabu (30/7/2025), IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan global 2025 sebesar 0,2% menjadi 3,0% dan 2026 naik 0,1% menjadi 3,1%. 

    Meski demikian, angka tersebut masih lebih rendah dari proyeksi awal Januari sebesar 3,3% dan rata-rata historis pra-pandemi sebesar 3,7%.

    “Kondisi ini mencerminkan percepatan belanja yang lebih kuat dari perkiraan menjelang kenaikan tarif; tarif efektif rata-rata AS yang lebih rendah dari yang diumumkan pada April; perbaikan kondisi keuangan, termasuk karena pelemahan dolar AS; serta ekspansi fiskal di sejumlah negara besar,” demikian kutipan laporan tersebut

    Sementara itu, inflasi global diperkirakan menurun ke 4,2% pada 2025 dan 3,6% pada 2026. Namun, IMF menilai inflasi di AS masih berisiko tetap tinggi akibat dampak tarif terhadap harga konsumen pada paruh kedua tahun ini.

    Dalam laporannya, IMF menyebut, ketidakpastian global terbilang masih tinggi meskipun tarif impor efektif yang dikenakan AS mengalami penurunan. 

    IMF mencatat tarif efektif AS, yang diukur berdasarkan rasio penerimaan bea masuk terhadap total impor barang, telah turun dari 24,4% pada laporan IMF April 2025 menjadi 17,3%. Sementara itu, tarif rata-rata global turun dari 4,1% menjadi 3,5%.

    Teranyar, China dan AS sepakat untuk menurunkan tarif yang dikenakan akibat eskalasi pasca 2 April, berlaku selama 90 hari hingga 12 Agustus. Sementara itu, jeda pemberlakuan tarif tinggi AS terhadap sebagian besar mitra dagangnya kini akan berakhir pada 1 Agustus, mundur dari tenggat awal 9 Juli.

    Di sisi lain, IMF memperingatkan bahwa perekonomian global masih menghadapi risiko besar, termasuk potensi kembalinya tarif tinggi, ketegangan geopolitik, dan defisit fiskal yang meningkat yang dapat mendorong kenaikan suku bunga serta memperketat kondisi keuangan global.

    Melansir Reuters, Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas menyebut perekonomian dunia masih terluka, dan akan terus terluka dengan tarif di level saat ini, meskipun tidak seburuk yang dikhawatirkan.

    Gourinchas mengatakan IMF tengah mengevaluasi perjanjian tarif baru sebesar 15% yang baru-baru ini dicapai AS dengan Uni Eropa dan Jepang, namun belum dimasukkan dalam proyeksi Juli. Dia menyebut tarif dalam kesepakatan ini masih sejalan dengan asumsi 17,3% dalam proyeksi IMF.

    “Saat ini kami belum melihat perubahan signifikan terhadap tarif efektif yang diberlakukan AS. Tapi masih belum pasti apakah kesepakatan ini akan bertahan atau akan dibatalkan,” katanya.

    Simulasi IMF menunjukkan pertumbuhan global 2025 akan lebih rendah 0,2% jika tarif maksimum yang diumumkan pada April dan Juli diberlakukan penuh.

    Meski ekonomi global dinilai tetap tangguh sejauh ini, IMF menilai distorsi akibat perdagangan masih membayangi, alih-alih didorong oleh kekuatan fundamental ekonomi.

    Gourinchas menyebut adanya dorongan besar dari perilaku penimbunan stok oleh pelaku usaha yang mencoba mendahului pemberlakuan tarif, namun efek ini tidak akan bertahan lama.

    “Dampaknya akan memudar dan menjadi beban bagi aktivitas ekonomi pada paruh kedua 2025 hingga awal 2026. Akan ada efek pembalikan dari percepatan itu,” jelasnya.

    Menurutnya, tarif diperkirakan tetap tinggi, terlihat dari mulai naiknya harga konsumen AS. Dia menyebut, tarif saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan Januari atau Februari. Jika kondisi ini bertahan, pertumbuhan ekonomi global akan terus tertahan.

    Satu hal yang mencolok, menurut IMF, adalah depresiasi dolar AS—fenomena yang belum terlihat pada episode perang dagang sebelumnya. Pelemahan dolar membantu melonggarkan kondisi keuangan global, namun juga memperburuk beban tarif bagi negara lain.

    Proyeksi Pertumbuhan AS, Uni Eropa, Dan China

    Untuk AS, IMF memperkirakan pertumbuhan mencapai 1,9% pada 2025 dan naik tipis ke 2% pada 2026. Kebijakan pemotongan pajak dan belanja baru diperkirakan akan menambah defisit fiskal AS sebesar 1,5%, dengan pendapatan tarif hanya mampu menutupi setengahnya.

    Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan euro dinaikkan 0,2% menjadi 1,0% pada 2025, dengan 2026 tetap di 1,2%. Revisi naik ini sebagian besar dipicu lonjakan ekspor farmasi Irlandia ke AS, yang tanpa itu, revisi hanya naik separuhnya.

    Untuk China, IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan 2025 sebesar 0,8% dan 2026 naik 0,2% ke level 4,2%, mencerminkan pemulihan aktivitas ekonomi dan penurunan tarif AS–China setelah kesepakatan gencatan sementara.

    Secara keseluruhan, pertumbuhan negara berkembang dan emerging market diperkirakan mencapai 4,1% pada 2025 dan sedikit melambat ke 4,0% pada 2026.

    IMF juga merevisi naik proyeksi perdagangan dunia 2025 sebesar 0,9% menjadi 2,6%, namun menurunkan proyeksi 2026 sebesar 0,6% menjadi 1,9%.

  • RI masih negosiasi tarif AS, Jepang dan Eropa sudah dapat 15 persen

    RI masih negosiasi tarif AS, Jepang dan Eropa sudah dapat 15 persen

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    RI masih negosiasi tarif AS, Jepang dan Eropa sudah dapat 15 persen
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 29 Juli 2025 – 22:56 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah Indonesia terus melanjutkan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) untuk menurunkan tarif impor untuk sejumlah komoditas andalan Indonesia, menyusul keputusan Negeri Paman Sam yang memberikan tarif lebih rendah kepada Jepang dan Uni Eropa (UE).

    Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, tarif resiprokal sebesar 19 persen yang disepakati sebelumnya antara Indonesia dan AS kini bukan lagi yang terendah, setelah Jepang dan Uni Eropa berhasil mendapatkan tarif hanya sebesar 15 persen.

    “Sebenarnya kita masih negosiasi semuanya, termasuk tarif resiprokal 19 persen. Posisi saat itu kan kita terendah, kemarin tiba-tiba ada Eropa dengan Jepang yang dapat 15 persen, jadi kita masih negosiasi lagi,” ujarnya usai menghadiri Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2025 di Jakarta, Selasa.

    Meski demikian, Susiwijono menerangkan tarif rendah yang didapat Jepang dan Uni Eropa bukan tanpa syarat. Jepang harus membeli produk AS, termasuk alat pertahanan, dengan total nilai 8 miliar dolar AS. Kemudian Jepang juga harus berinvestasi sebesar 550 miliar dolar AS.

    Sementara, Uni Eropa disyaratkan membeli produk AS senilai 750 miliar dolar AS, dan penanaman investasi 600 miliar dolar AS. Menurutnya, syarat tersebut cukup berat jika dibandingkan dengan apa yang disepakati Indonesia dan AS.

    Meski kesepakatan tarif 19 persen telah dicapai, Indonesia masih menunggu pemberlakuan resmi dari pihak AS. Saat ini, tarif dasar yang berlaku atas ekspor Indonesia ke AS masih tarif dasar yang berada 10 persen dan telah diberlakukan sejak April 2025.

    Lebih lanjut, menanggapi pernyataan Donald Trump yang bakal mengenakan tarif 15-20 persen kepada negara yang belum memiliki perjanjian dagang resmi, Susi mengatakan akan meminta klarifikasi dengan pihak AS terkait kejelasan implementasinya.

    “Masa yang lain enggak ngapa-ngapain, (dikenakan) rata-rata 15-20 persen. Enggak mungkin gitu. Jadi kejelasannya seperti apa, kita harus tanyakan ke USTR, termasuk kita pun negara-negara yang sudah sepakat,” ujarnya.

    Sebagaimana diketahui, selain soal tarif, kesepakatan dagang Indonesia-AS juga mencakup komitmen pembelian sejumlah produk asal AS.

    Di antaranya pembelian energi sebesar 15 miliar dolar AS, produk pertanian senilai 4,5 miliar dolar AS, investasi 10 miliar dolar AS, serta pembelian 50 unit pesawat Boeing, sebagian besar model Boeing 777.

    Meski telah menyepakati tarif resiprokal sebesar 19 persen, pemerintah masih melanjutkan proses negosiasi lanjutan dengan pihak AS.

    Negosiasi lanjutan menyasar berbagai komoditas yang pada dasarnya tidak dapat diproduksi sendiri oleh AS, sehingga memiliki ketergantungan tinggi terhadap impor dari negara lain, termasuk Indonesia.

    Di antara komoditas yang menjadi fokus ialah produk-produk sumber daya alam unggulan Indonesia seperti kelapa sawit, kopi, kakao, dan produk agro lainnya.

    Sumber : Antara

  • S&P Sebut Peringkat Utang Indonesia pada Level BBB, BI Perkuat Sinergi dengan KSSK – Page 3

    S&P Sebut Peringkat Utang Indonesia pada Level BBB, BI Perkuat Sinergi dengan KSSK – Page 3

    Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen pada Juli 2025. BI menurunkan suku bunga (BI Rate) sebesar 25 basis poin dari level sebelumnya.

    Keputusan ini diambil usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 15-16 Juli 2025. “Berdasarkan asesmen proses maupun risiko yang dihadapi kedepan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Rabu (16/7/2025).

    Bank Indonesia juga turut menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Serta, suku bunga lending facility turun 25 basis poin menjadi 6 persen.

    Perry menegaskan keputusan ini diambil sejalan dengan semakin rendahnya perkiraan inflasi pada 2025 hingga 2026. Perry memprediksi inflasi masih berada pada kisaran 1,5-3,5 persen.

    “Ke depan Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap pertahankan stabilitas rupiah,” ucap Perry.

    Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lesu pada pembukaan perdagangan, Rabu pagi, 16 Juli 2025, Rupiah turun tiga poin atau 0,02% ke posisi 16.270 per dolar AS dari sebelumnya 16.267.

    Mengutip Antara, Rabu pekan ini, pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai, pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi data inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar.

    “Data inflasi konsumen AS yang dirilis lebih tinggi dari ekspektasi pasar semalam, menjaga dolar AS tetap menguat,” ujar dia seperti dikutip dari Antara.

  • S&P Sematkan Peringkat Utang Indonesia di Level BBB, Ini Respons BI – Page 3

    S&P Sematkan Peringkat Utang Indonesia di Level BBB, Ini Respons BI – Page 3

    Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen pada Juli 2025. BI menurunkan suku bunga (BI Rate) sebesar 25 basis poin dari level sebelumnya.

    Keputusan ini diambil usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 15-16 Juli 2025. “Berdasarkan asesmen proses maupun risiko yang dihadapi kedepan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Rabu (16/7/2025).

    Bank Indonesia juga turut menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Serta, suku bunga lending facility turun 25 basis poin menjadi 6 persen.

    Perry menegaskan keputusan ini diambil sejalan dengan semakin rendahnya perkiraan inflasi pada 2025 hingga 2026. Perry memprediksi inflasi masih berada pada kisaran 1,5-3,5 persen.

    “Ke depan Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap pertahankan stabilitas rupiah,” ucap Perry.

    Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lesu pada pembukaan perdagangan, Rabu pagi, 16 Juli 2025, Rupiah turun tiga poin atau 0,02% ke posisi 16.270 per dolar AS dari sebelumnya 16.267.

    Mengutip Antara, Rabu pekan ini, pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai, pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi data inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar.

    “Data inflasi konsumen AS yang dirilis lebih tinggi dari ekspektasi pasar semalam, menjaga dolar AS tetap menguat,” ujar dia seperti dikutip dari Antara.

     

  • Rupiah pada Selasa pagi melemah jadi Rp16.387 per dolar AS

    Rupiah pada Selasa pagi melemah jadi Rp16.387 per dolar AS

    Ilustrasi – Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank BSI, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/Spt/am.

    Rupiah pada Selasa pagi melemah jadi Rp16.387 per dolar AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Selasa, 29 Juli 2025 – 11:29 WIB

    Elshinta.com – Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa pagi di Jakarta melemah sebesar 23 poin atau 0,14 persen menjadi Rp16.387 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.364 per dolar AS.

    Sumber : Antara

  • Beli Mobil Listrik Bekas Bisa Untung Besar, Asal Tahu Caranya

    Beli Mobil Listrik Bekas Bisa Untung Besar, Asal Tahu Caranya

    JAKARTA – Harga mobil listrik bekas memang mengalami penurunan yang lebih signifikan dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran internal (ICE) di pasar global. Hal ini karena tingginya produksi dan persaingan di pasar mobil listrik, berimbas harga mobil listrik baru terus menurun, yang berdampak pada nilai jual kembali mobil bekas. Misalnya, data dari Auto Trader di Inggris menunjukkan bahwa harga mobil listrik bekas turun 20,7 persen tahun-ke-tahun pada Juni 2023, sementara mobil ICE juga mengalami penurunan, tetapi tidak sebesar itu.

    Dengan tingginya produksi, pasokan mobil listrik bekas juga meningkat pesat, terutama di pasar seperti Eropa, di mana delapan dari sepuluh orang membeli mobil bekas. Ini menyebabkan oversupply, yang menekan harga lebih jauh. Padahal, menurut IEA (International Energy Agency), pasar mobil bekas sangat penting untuk adopsi massal mobil listrik, terutama karena mobil baru tetap mahal.

    Namun, penting untuk dicatat bahwa tren ini bisa berubah seiring waktu, terutama dengan peningkatan umur baterai, insentif pemerintah, dan peningkatan infrastruktur pengisian daya, yang dapat membantu menstabilkan atau bahkan meningkatkan nilai mobil listrik bekas di masa depan.

    Nah, ada kisah menarik soal membeli mobil listrik bekas seperti generasi pertama dari Tesla Model S. Dilaporkan InsideEVs, Senin, 28 Juli, harga bekas Tesla Model S generasi awal di Amerika Serikat mulai dari 6.000 dolar AS atau setara Rp98,3 juta. Sayangnya, banyak yang belum mengetahui yaitu perbaikan baterai bertegangan tingginya bisa menyebabkan biaya perbaikan lebih dari 20.000 dolar AS (setara Rp327 juta). Namun bagi yang paham ternyata Tesla Model S ini bisa diubah jadi lebih bertenaga dan hemat di kantong.

    Adalah Alex dari Out of Spec Renew, bengkel khusus EV yang membocorkannya. Ia memberi solusi cerdas dengan ganti baterai lama dengan baterai bekas berkapasitas lebih besar dari model Tesla yang lebih baru.

    Contohnya, Tesla Model S 2015 milik Alex. Awalnya memakai baterai 70 kWh, mobil ini sudah menempuh lebih dari 470.000 mil (756.391km). Kini, baterainya ditukar dengan versi 100 kWh dari Tesla lain, hanya dengan biaya sekitar 12.000 dolar AS (setara Rp196 juta).

    Hasilnya? Jauh lebih efisien dan bertenaga. Pengisian Supercharger selama 15 menit yang dulu hanya menambah 15 kWh energi dan 66 kilometer jarak tempuh (41 mil), kini bisa menyerap 29 kWh—cukup untuk 122 kilometer (76 mil). Artinya, peningkatan jangkauan hingga 85 persen!

    Meski ada sedikit penurunan efisiensi sekitar 5 persen karena bobot baterai yang lebih berat, manfaatnya tetap jauh lebih besar. Biaya lebih murah dari beli mobil listrik baru, jangkauan lebih jauh, dan performa meningkat—membuktikan bahwa beli mobil listrik bekas bukan hanya hemat, tapi juga bisa sangat menguntungkan jika tahu trik dan solusinya.

  • Rupiah melemah seiring potensi The Fed pertahankan suku bunga

    Rupiah melemah seiring potensi The Fed pertahankan suku bunga

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Rupiah melemah seiring potensi The Fed pertahankan suku bunga
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 28 Juli 2025 – 17:48 WIB

    Elshinta.com – Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menganggap pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi potensi Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga.

    “Pasar secara umum memperkirakan suku bunga akan tetap stabil antara 4,25 persen dan 4,5 persen,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

    Secara probabilitas, peluang The Fed mempertahankan suku bunga sebesar 96 persen, dan 4 persen Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tersebut akan menurunkan suku bunga 25 basis points (bps).

    Sebagian besar proyeksi memperkirakan penurunan suku bunga akan dilakukan paling cepat pada pertemuan di bulan September.

    Pasar juga disebut akan memantau dengan cermat konferensi pers Federal Open Market Committee (FOMC) untuk mendapatkan beberapa petunjuk tentang penurunan suku bunga tahun ini yang diumumkan pada Rabu (30/8) atau Kamis dini hari (31/8) WIB.

    “Tampaknya, (sebagian besar pejabat The Fed) lebih memilih untuk terus menunggu dan melihat bagaimana tarif akan mempengaruhi perekonomian sebelum mereka melakukan pemotongan,” ucap dia.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari Senin di Jakarta melemah sebesar 44 poin atau 0,27 persen menjadi Rp16.364 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.320 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga melemah ke level Rp16.341 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.325 per dolar AS.

    Sumber : Antara

  • RI pertahankan kinerja ekonomi yang stabil pada kuartal II 

    RI pertahankan kinerja ekonomi yang stabil pada kuartal II 

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    KSSK: RI pertahankan kinerja ekonomi yang stabil pada kuartal II 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 28 Juli 2025 – 19:57 WIB

    Elshinta.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan kinerja perekonomian Indonesia tetap bertahan stabil pada kuartal II-2025 meski berada di tengah gejolak global.

    “Dari hasil pertemuan berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang ketiga tahun 2025, stabilitas sistem keuangan triwulan II tahun 2025 tetap terjaga di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Jakarta, Senin.

    Dia menjelaskan ketidakpastian perekonomian global pada triwulan II tetap tinggi akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

    Kedua gejolak itu menyebabkan perekonomian global diperkirakan melambat, termasuk pemain ekonomi utama AS, Eropa dan Jepang.

    China pun diperkirakan mengalami perlambatan pada triwulan II sebesar 5,2 persen (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan kuartal I sebesar 5,4 persen (yoy). Penurunan itu disebabkan oleh menurunnya ekspor China ke AS.

    Dari sisi aliran modal, terjadi pergeseran dari AS ke aset yang dianggap aman, terutama aset keuangan di Eropa dan Jepang serta komoditas emas.

    Pergeseran modal ke negara berkembang juga berdampak pada pelemahan dolar AS terhadap mata uang global.

    Dengan perkembangan itu, Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang turun dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen.

    Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pun menurunkan prediksi dari 3,1 persen menjadi 2,9 persen.

    Meski begitu, KSSK optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tetap terjaga, seiring dengan konsumsi dan daya beli masyarakat yang masih positif.

    Aktivitas dunia usaha juga disebut tetap tangguh berkat dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang berfungsi sebagai countercyclical maupun dalam memperbaiki distribusi dan efektivitas pasar.

    Selain itu, pemerintah juga telah menyediakan bantalan berupa bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat rentan serta sektor yang dianggap rentan.

    “Kami dari KSSK akan terus memperkuat koordinasi dan sinergi agar kebijakan antarlembaga dapat terus memastikan terjaganya stabilitas sistem keuangan, namun juga sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Sri Mulyani. 

    Sumber : Antara

  • Sri Mulyani Pede Rupiah Bakal Menguat – Page 3

    Sri Mulyani Pede Rupiah Bakal Menguat – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan nilai tukar rupiah akan tetap stabil dalam waktu ke depan. Proyeksi ini, kata Menkeu, tak terlepas dari langkah dan komitmen kebijakan stabilisasi yang terus dijalankan oleh Bank Indonesia (BI) di tengah tekanan ekonomi global.

    “Ke depan nilai tukar (rupiah) diperkirakan stabil didukung oleh komitmen Bank Indonesia,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK yang digelar di kantor Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Senin (28/7/2025).

    Menkeu menyampaikan, stabilitas rupiah selama kuartal kedua tahun 2025 sempat menghadapi tantangan berat. Ketidakpastian ekonomi global yang meningkat telah menekan nilai tukar di pasar offshore Non-Deliverable Forward (NDF).

    Namun, Bank Indonesia merespons cepat dengan melakukan intervensi langsung di pasar valuta asing, termasuk di pasar offshore NDF secara berkelanjutan.

    “Seperti diketahui nilai tukar rupiah di pasar offshore Non diverable forward sempat mengalami tekanan tinggi akibat ketidakpastian ekonomi global pada awal kuartal kedua. Sebagai respon Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valas termasuk intervensi di pasar offshore NDF secara berkesinambungan,” ujarnya.

    Langkah Bank Indonesia ini dinilai efektif, hal itu tercermin dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan tren penguatan dalam beberapa pekan terakhir.

    Menurut Sri Mulyani, hal ini menjadi bukti konsistensi kebijakan stabilisasi yang dijalankan otoritas moneter di tengah ketidakpastian global yang belum reda.

    “Nilai tukar rupiah terhadap dolar menunjukkan tren penguatan didukung oleh konsistensi kebijakan stabilisasi kebijakan Bank Indonesia di tengah masih tingginya ketidakpastian global,” ujarnya.

     

  • Ragam Model Gelang Emas Terbaru, Cek Harga Terbarunya Hari Ini 28 Juli 2025 – Page 3

    Ragam Model Gelang Emas Terbaru, Cek Harga Terbarunya Hari Ini 28 Juli 2025 – Page 3

    Beberapa aspek krusial memengaruhi Harga Gelang Emas Hari Ini dan Model Terbaru di pasaran. Salah satu faktor utama adalah kemurnian emas, yang diukur dalam karat. Semakin tinggi kadar karatnya, seperti 18K atau 22K, semakin tinggi pula kandungan emas murninya dan secara otomatis harganya akan lebih mahal.

    Selain kemurnian, berat gelang emas dalam gram juga berperan signifikan dalam menentukan harga; semakin berat, semakin tinggi biayanya. Desain yang rumit, detail yang indah, serta pengerjaan yang presisi juga dapat meningkatkan nilai perhiasan. Hal ini karena adanya nilai artistik dan biaya produksi yang lebih tinggi.

    Kondisi pasar global juga memiliki dampak besar terhadap harga emas. Permintaan dan penawaran, kondisi ekonomi makro, tingkat inflasi, dan nilai tukar mata uang seperti Dolar AS terhadap Rupiah, semuanya berkontribusi pada fluktuasi harga. Merek perhiasan dan keberadaan batu permata tambahan juga dapat memengaruhi total harga gelang.