Produk: dolar AS

  • Revisi Permendag 8/2024, Mendag Mulai dengan Pakaian Jadi – Page 3

    Revisi Permendag 8/2024, Mendag Mulai dengan Pakaian Jadi – Page 3

    Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso (Busan) melepas ekspor baja welded beam sebesar 1.200 metrik ton milik PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP). Ekspor baja ini dikirimkan dari pabrik GPR di Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi menuju Selandia Baru.

    Mendag Busan menyampaikan, total nilai ekspor baja yang dilepas GPR ke Selandia Baru mencapai USD 1,5 juta, atau setara Rp 24,45 miliar (kurs Rp 16.300 per dolar AS).

    “Ekspor ke New Zealand ini USD 1,5 juta. Sementara ekspor kita ke New Zealand itu USD 10,9 juta. Jadi GRP sudah memberikan kontribusi USD 1,5 juta,” ujar Mendag dalam acara pelepasan ekspor produk baja welded beam GRP di Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Rabu (15/1/2025).

    Menurut pemaparannya, permintaan dunia untuk produk baja Indonesia konsisten tumbuh positif selama 5 tahun terakhir, sebesar 9,13 persen. Adapun total permintaan pasar global untuk produk baja mencapai USD 866 miliar.

    Saat ini, kata Mendag, Indonesia masih menjadi eksportir baja nomor 7 terbesar di dunia. Namun, rupanya kebutuhan produk baja di dalam negeri masih belum mencukupi, sehingga masih membutuhkan suplai impor.

    “Di dalam negeri kita masih butuh 4 juta ton. Ya makanya kita juga masih impor, masih impor baja. Tapi kita kalau ada pasar besar untuk ekspor, ya kita tetap ekspor,” ungkap dia.

     

  • Dolar AS Sudah Tembus Rp 16.300, Ini Kata BI!

    Dolar AS Sudah Tembus Rp 16.300, Ini Kata BI!

    Jakarta

    Rupiah berada dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Paman Sam tersebut bahkan sudah menembus level Rp 16.300.

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan melemahnya rupiah dipengaruhi oleh indeks mata uang dolar AS yang naik tinggi sehingga membuat pelemahan berbagai mata uang dunia. Hal itu dipengaruhi oleh situasi yang terjadi di AS.

    “Indeks mata uang dolar AS naik tinggi makin menambah tekanan pelemahan berbagai mata uang dunia. Berbagai perkembangan global ini memerlukan penguatan respons kebijakan dalam memitigasi dampak rambatan global tersebut untuk tetap menjaga stabilitas dan di sisi lain mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025).

    Perry menyebut perekonomian AS tumbuh lebih kuat dari perkiraan didukung oleh stimulus fiskal yang meningkatkan permintaan domestik dan kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas. Hal itu menahan proses disinflasi di AS dan berdampak pada menguatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih terbatas.

    Kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif mendorong yield US Treasury tetap tinggi, baik pada tenor jangka pendek maupun jangka panjang. Bersamaan dengan ketegangan geopolitik yang meningkat, perkembangan itu disebut menyebabkan makin besarnya preferensi investor global untuk memindahkan portofolionya ke AS.

    Meski begitu, Perry menyebut nilai tukar rupiah masih terkendali. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sampai 14 Januari 2025 disebut hanya melemah 1% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2024.

    Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga disebut relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya seperti rupee India, peso Filipina dan baht Thailand yang masing-masing melemah 1,20%; 1,33%; dan 1,92%.

    “Nilai tukar rupiah tercatat menguat terhadap mata uang kelompok negara maju di luar dolar AS dan stabil terhadap mata uang kelompok negara berkembang. Perkembangan tersebut sejalan dengan kebijakan stabilisasi BI, serta didukung oleh aliran masuk modal asing yang masih berlanjut, imbal hasil instrumen keuangan domestik yang menarik, serta prospek ekonomi Indonesia yang tetap baik,” bebernya.

    Berdasarkan data RTI, per pukul 14.55 WIB dolar AS sudah berada di level Rp 16.319. Posisi itu menguat 59 poin atau 0,36%.

    Lihat juga video: Horor Jika Dolar Tak Terkendali

    (kil/kil)

  • Tok! BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,75 Persen

    Tok! BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,75 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%.

    Selain itu, suku bunga deposit facility juga diturunkan sebesar 25 basis poin menjadi 5%, dan suku bunga lending facility turun 25 basis poin menjadi 6,5%.

    Keputusan ini diambil dalam rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung pada 14-15 Januari 2024.

    Sebelumnya, BI telah mempertahankan suku bunga acuan di level 6% selama empat bulan. Penurunan terakhir terjadi pada September 2024, dari 6,25% ke 6%.

    “Keputusan ini konsisten dengan rendahnya perkiraan inflasi untuk 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya nilai tukar rupiah sesuai fundamental dalam pengendalian inflasi, dan perlunya upaya mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil RDG Januari 2025 di gedung Thamrin, BI, Rabu (15/1/2025).

    BI terus menjalankan kebijakan makroprudensial yang longgar untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan, khususnya kepada sektor-sektor prioritas, seperti UMKM dan ekonomi hijau.

    Penguatan strategi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial ini mulai diterapkan sejak Januari 2025, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

    Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor perdagangan dan UMKM. Hal ini dilakukan dengan memperkuat infrastruktur sistem pembayaran, memperluas akseptasi digitalisasi, dan menjaga keandalan struktur industri sistem pembayaran.

    “Arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran ditujukan untuk menjaga stabilitas sekaligus memperkuat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” tambah Perry.

    Sebelumnya, ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang memperkirakan, BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada Januari 2025. Menurutnya, kebijakan ini sejalan dengan kondisi perekonomian global dan kebijakan suku bunga bank sentral AS.

    “Perkiraannya tetap di 6% karena adanya antisipasi perkembangan ekonomi global. Hal ini sejalan dengan indeks DXY yang terus menguat hingga level 109,” ujar Hosianna.

    Namun, Hosianna juga menilai bahwa ruang untuk menurunkan suku bunga BI semakin terbatas pada 2025. Hal ini dikarenakan BI harus mempertimbangkan dampak kebijakan tarif dari Donald Trump, yang dikhawatirkan dapat memperkuat dolar AS dan melemahkan mata uang negara berkembang.

    “Jika rupiah tidak mengalami pelemahan yang signifikan, kemungkinan pada semester II 2025, BI dapat kembali menurunkan suku bunga,” jelasnya dalam merespon suku bunga acuan BI atau BI rate.

  • LPEM UI harap BI tahan suku bunga di 6 persen pada RDG Januari 2025

    LPEM UI harap BI tahan suku bunga di 6 persen pada RDG Januari 2025

    Penyesuaian ini mencerminkan inflasi yang masih tinggi di AS dan potensi dampak inflasi dari kebijakan-kebijakan yang mungkin diambil oleh presiden terpilih Trump

    Jakarta (ANTARA) – Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengharapkan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga di angka 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Januari 2025.

    Dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu, ia mengatakan bahwa penahanan suku bunga Bank Indonesia tersebut diperlukan untuk menopang rupiah yang masih berada di bawah tekanan sepanjang Desember 2024.

    Ia menyatakan bahwa tertekannya rupiah terutama karena revisi ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat The Fed akan menurunkan suku bunga hanya dua kali pada 2025, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yaitu empat kali penurunan suku bunga.

    “Penyesuaian ini mencerminkan inflasi yang masih tinggi di AS dan potensi dampak inflasi dari kebijakan-kebijakan yang mungkin diambil oleh presiden terpilih Trump,” jelasnya.

    Riefky menuturkan meskipun The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2024, arus keluar modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, masih berlanjut.

    Pihaknya mencatat bahwa sejak pertengahan Desember 2024 hingga pertengahan Januari 2025, arus modal keluar dari Indonesia mencapai 750 juta dolar AS (Rp12,22 triliun, kurs per Rabu 1 dolar AS = Rp16.292).

    Angka tersebut terdiri atas 120 juta dolar AS (Rp1,96 triliun) yang keluar dari pasar obligasi dan 630 juta dolar AS (Rp10,26 triliun) yang keluar dari pasar saham.

    Selama periode tersebut, Riefky mengatakan bahwa rupiah melanjutkan depresiasi, mencapai Rp16.195 per dolar AS pada 9 Januari 2025, turun 2,11 persen dari level bulan sebelumnya sebesar Rp15.860 per dolar AS.

    Sementara secara year-to-date (ytd), rupiah terdepresiasi sebesar 0,67 persen, berkinerja lebih buruk dibandingkan sebagian besar mata uang negara berkembang lainnya, termasuk peso Argentina, ringgit Malaysia, rand Afrika Selatan, rupee India, peso Filipina, lira Turki, real Brasil, dan rubel Rusia.

    Berbagai mata uang negara berkembang tersebut semuanya mencatatkan pelemahan yang lebih kecil atau bahkan penguatan terhadap dolar AS.

    Walau demikian, kinerja rupiah setara dengan yuan Tiongkok, tapi sedikit lebih baik dibandingkan baht Thailand, yang mengalami depresiasi sebesar 0,90 persen ytd.

    “Kami melihat bahwa Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga BI tidak berubah di level 6 persen pada pertemuan Dewan Gubernur pertama di tahun 2025 untuk mencegah rupiah melemah lebih lanjut,” imbuh Teuku Riefky.

    Pewarta: Uyu Septiyati Liman
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Analis: Saham perbankan terdampak kekhawatiran jelang pelantikan Trump

    Analis: Saham perbankan terdampak kekhawatiran jelang pelantikan Trump

    Karena menjelang kepemimpinan Donald Trump, pasar khawatir kebijakan Trump cenderung merugikan negara berkembang termasuk Indonesia.

    Jakarta (ANTARA) – Ekonom dan Praktisi Pasar Modal Hans Kwee menyampaikan bahwa alasan utama saham-saham perbankan di pasar saham Indonesia cenderung melemah akhir-akhir ini, dikarenakan pelaku pasar utamanya asing khawatir menjelang pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Hans menjelaskan, telah terjadi aliran dana asing keluar (capital outflow), yang utamanya pelaku pasar asing menjual saham- saham Blue Chip, terutama saham bank- bank besar di tanah air.

    “Kenapa asing keluar? Karena menjelang kepemimpinan Donald Trump, pasar khawatir kebijakan Trump cenderung merugikan negara berkembang termasuk Indonesia,” ujar Hans Kwee saat dihubungi, di Jakarta, Rabu.

    Selain itu, ia menjelaskan bahwa faktor lain yang menyebabkan terjadinya capital outflow adalah adanya potensi inflasi yang lebih tinggi di AS, serta imbal hasil (yield) obligasi 10 tahun AS yang naik.

    “Potensi inflasi lebih tinggi, yield oblgiasi naik. Ekonomi AS akan naik dan laba serta pasar saham AS akan naik. Jadi, dana balik ke AS,” ujar Hans.

    Sementara itu, dari dalam negeri, ia menyampaikan bahwa kenaikan yield obligasi di AS akan memberikan tekanan, yaitu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan tren suku bunga acuan yang tinggi dalam jangka waktu lama.

    “Di dalam negeri, menghadapi tekanan kenaikan yield obligasi, pelemahan nilai tukar rupiah dan suku bunga yang tinggi waktu yang lama,” ujar Hans.

    Data perdagangan penutupan sesi I di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (15/1), dalam sepekan terakhir saham BBRI tercatat melemah 3,92 persen ke posisi 3.920, dalam sepekan saham BBTN melemah 7,42 persen ke posisi 1.060, saham BMRI dalam sepekan melemah 4,35 persen ke posisi 5.500.

    Kemudian, saham BBCA dalam sepekan melemah 0,78 persen ke posisi 9,575, saham BBNI dalam sepekan melemah 3,65 persen ke posisi 4.210, saham BNGA dalam sepekan melemah 1,16 persen ke posisi 1.705, dan saham NISP dalam sepekan melemah 0,76 persen ke posisi 1.300.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • Gunung Raja Paksi (GGRP) Ekspor Baja Rp24,45 Miliar ke Selandia Baru

    Gunung Raja Paksi (GGRP) Ekspor Baja Rp24,45 Miliar ke Selandia Baru

    Bisnis.com, CIKARANG — Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan pelepasan ekspor produk baja welded beam sebanyak 1.200 metrik ton milik PT Gunung Raja Paksi Tbk. (GGRP) ke Selandia Baru. Nilai ekspor ini mencapai US$1,5 juta atau setara Rp24,45 miliar (asumsi kurs Rp16.300 per dolar AS).

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menuturkan bahwa ekspor baja yang dilakukan GGRP diharapkan bisa memotivasi eksportir pelaku baja ke kancah luar internasional. Apalagi, kata dia, emiten produsen baja bersandi saham GGRP ini telah mengambil andil dengan mengekspor ke Selandia Baru.

    “Ekspor [produk baja welded beam Gunung Raja Paksi] ke New Zealand ini US$1,5 juta. Sementara ekspor kita ke New Zealand adalah US$10,9 juta. Jadi [GGRP] sudah memberikan kontribusi US$1,5 juta,” kata Budi di Cikarang Barat, Jawa Barat, Rabu (15/1/2025).

    Di samping itu, Budi menyebut ekspor produk baja yang dilakukan GGRP dikenakan bea masuk 0% ke Selandia Baru. Hal ini mengingat adanya perjanjian perdagangan bebas Asean-Australia-Selandia Baru (AANZFTA).

    “Ketika kita ekspor baja ke New Zealand jadi bea masuknya 0%, karena kita ada ASEAN FTA, sehingga baja [bea] masuknya 0%,” ungkapnya.

    Adapun, Budi menuturkan bahwa Indonesia sendiri menjadi negara nomor 7 eksportir baja. Kendati demikian, dia juga tak menyangkal bahwa kebutuhan baja dalam negeri juga masih membutuhkan sekitar 4 juta ton. Alhasil, Indonesia masih mengimpor baja.

    “Makanya kita juga masih impor baja, tetapi kita kalau ada pasar dalam negeri untuk ekspor, ya, kita ekspor,” jelasnya.

    Di sisi lain, Budi menyebut permintaan dunia selama 5 tahun terakhir berada di angka 9,13% atau dengan nilai mencapai US$865 miliar. 

    Presiden Direktur Gunung Raja Paksi Fedaus mengatakan bahwa sebanyak 1.200 metrik ton produk baja welded beam GGRP ini akan diekspor secara bertahap ke Selandia Baru.

    Fedaus menjelaskan bahwa ekspor baja ini akan digunakan untuk mendukung pengembangan infrastruktur vital di Selandia Baru. Produk ini, kata dia, tidak hanya mencerminkan kualitas tinggi, melainkan juga komitmen GGRP terhadap keberlanjutan dan inovasi.

    “Ekspor ini kami kirimkan secara bertahap dari Desember sampai Maret 2025, dan total mencapai US$1,5 juta,” kata Fedaus.

    Adapun pada tahun lalu, Fedaus mengungkap bahwa GGRP berhasil membukukan nilai ekspor senilai US$20 juta. Bukan hanya itu, selama tiga tahun berturut-turut, akumulasi ekspor Gunung Raja Paksi mencapai hampir US$87 juta.

    “Capaian ini tentu sangat membanggakan bagi kami, tidak hanya karena produk kami diminati pasar global, tapi juga karena kami dapat memberikan kontribusi positif terhadap neraca perdagangan ekspor Indonesia,” ujarnya.

    Menurutnya, hal ini menunjukkan produk Indonesia, terutama produk baja dari GRPP dapat bersaing di pasar internasional, baik dari sisi kualitas maupun keberlanjutan.

    Dia mengeklaim bahwa produk ini telah mendapatkan sertifikasi Environmental Product Decoration (EPD). Kami bangga dan dipakai di New Zealand dan Australia.

    “Sertifikasi ini menjadi bukti, bahwa produk dalam negeri Indonesia mampu memenuhi persyaratan nilai emisi green ke negara-negara maju, seperti Selandia Baru,” ujarnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Pj Bupati Bekasi Dedy Supriyadi memandang bahwa pelepasan ekspor baja welded beam Gunung Raja Paksi ke Selandia Baru membuktikan produk baja nasional mampu bersaing di pasar global.

    “Kami percaya kolaborasi antara pemerintah pusat daerah dan pelaku usaha adalah kunci untuk membuka ruang baru di pasar global,” pungkasnya.

  • RI cetak surplus neraca dagang 31,04 miliar dolar AS sepanjang 2024

    RI cetak surplus neraca dagang 31,04 miliar dolar AS sepanjang 2024

    Jakarta (ANTARA) – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu menyatakan kinerja neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun 2024 meraih surplus sebesar 31,04 miliar dolar AS.

    Angka tersebut berasal dari akumulasi nilai ekspor periode tersebut yang sebesar 264,7 miliar dolar AS, dikurangi volume impor tahunan sebesar 233,6 miliar dolar AS.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Indra Arief Pribadi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Mendag lepas ekspor baja ke Selandia Baru senilai 1,5 juta dolar AS

    Mendag lepas ekspor baja ke Selandia Baru senilai 1,5 juta dolar AS

    Kita ke New Zealand juga memanfaatkan ASEAN Australia New Zealand FTA, sehingga baja kita tidak dikenakan bea masuk

    Bekasi, Jabar (ANTARA) – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso melepas ekspor produk baja welded beam produksi PT Gunung Raja Paksi sebesar 1.200 metrik ton atau senilai 1,5 juta dolar AS ke Selandia Baru.

    Budi mengatakan peluang ekspor ini dapat terjadi lantaran Indonesia memanfaatkan kerja sama ekonomi ASEAN Australia New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) sehingga bea masuknya menjadi 0 persen.

    “Kita ke New Zealand juga memanfaatkan ASEAN Australia New Zealand FTA, sehingga baja kita tidak dikenakan bea masuk atau bea masuk 0 persen dan memudahkan kita untuk bersaing dengan negara-negara lain,” ujar Budi saat pelepasan ekspor baja di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu.

    Budi menyampaikan Selandia Baru memiliki banyak proyek pembangunan jembatan dan bandar udara. Oleh karenanya, hal ini bisa menjadi peluang besar untuk masuk ke pasar baja negara tersebut.

    Lebih lanjut, Budi meminta para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan kualitas produk agar bisa masuk pasar ekspor dan mampu bersaing secara sehat dengan negara lain.

    Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong UMKM bisa ekspor guna berkontribusi dalam target ekspor nasional sebesar 7,1 persen pada 2025 dengan nilai ekspor yang dibidik mencapai sebesar 294,45 miliar dolar AS.

    Selain itu, Kemendag juga siap membantu UMKM memulai dan meningkatkan ekspor. Kementerian Perdagangan bersama perwakilan perdagangan di luar negeri terus mempromosikan produk unggulan Indonesia melalui penjajakan kesepakatan bisnis (business matching), misi dagang, dan juga pameran internasional.

    “Jadi UMKM ini jangan sampai di dalam negeri kalah, bersaing, justru target kita UMKM bisa ekspor. Kalau UMKM bisa ekspor bisa itu berani inovasi siap adaptasi, kalau sudah bisa ekspor berarti untuk masuk di pasar dalam negeri lebih mudah,” kata Budi.

    Budi berharap pelepasan ekspor ke Selandia Baru ini bisa mendorong para pengusaha lainnya untuk masuk ke pasar internasional.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Bank DBS salurkan kredit 20 juta dolar ke Indorama

    Bank DBS salurkan kredit 20 juta dolar ke Indorama

    Jakarta (ANTARA) – Bank DBS Indonesia memberikan fasilitas kredit berbasis berkelanjutan (Sustainability-Linked Trade Facility/SLTF) senilai 20 juta dolar AS kepada produsen benang pintal dan poliester, PT Indo-Rama Synthetics Tbk (Indorama).

    “Sebelumnya, pada 2024, Bank DBS Indonesia dan Indorama juga menandatangani fasilitas kredit sebesar 10 juta dolar AS untuk memfasilitasi transisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara serta meningkatkan efisiensi energi di pabrik Purwakarta, Jawa Barat, yang akan berkontribusi terhadap pengurangan jejak karbon Indorama,” kata Presiden Direktur Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

    Lim menjelaskan fasilitas kredit berbasis berkelanjutan atau SLTF ini dirancang selaras dengan target keberlanjutan Indorama, yakni mendukung upaya mereka dalam meningkatkan kinerja di bidang lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).

    Indikator kinerja utama yang terkait dengan fasilitas ini mencakup pengurangan intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) Scope 1 dan Scope 2, pengurangan penggunaan energi, serta peningkatan efisiensi penggunaan air.

    Pencapaian target-target ini akan memungkinkan Indorama untuk mendapatkan pembiayaan yang lebih menguntungkan, sekaligus memperkuat komitmen Indorama terhadap praktik bisnis berkelanjutan.

    “Berlandaskan pada aspirasi kami untuk menjadi Best Bank for a Better World, kami mengintegrasikan prinsip-prinsip ESG ke dalam seluruh aspek operasional kami, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi bisnis, lingkungan, maupun masyarakat,” jelasnya.

    Managing Director and Group Chief Financial Officer of Indorama Vishnu Baldwa menambahkan Indorama mengapresiasi langkah kedua perusahaan untuk bermitra dalam jangka panjang.

    Ia menilai fasilitas ini tidak hanya mendukung kebutuhan pembiayaan perdagangan Perseroan, tetapi juga mendorong komitmen dalam mencapai peningkatan ESG yang terukur di seluruh aspek operasional Indorama

    “Indorama selalu berkomitmen untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan kami bangga dapat bergandeng tangan kembali dengan Bank DBS Indonesia untuk mewujudkannya,” tuturnya.

    Adapun komitmen Bank DBS terhadap keberlanjutan diwujudkan melalui langkah-langkah konkretnya, dengan menjadi bank Singapura pertama yang berkomitmen mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050 atau lebih cepat.

    Bank DBS telah menguraikan perencanaannya dalam laporan bertajuk Path to Net Zero, yang diluncurkan pada tahun 2022, dengan menargetkan dekarbonisasi di sembilan sektor industri utama.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • 5 Emiten Bagikan Dividen Interim Hari Ini, BBRI hingga ADRO

    5 Emiten Bagikan Dividen Interim Hari Ini, BBRI hingga ADRO

    Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan sejumlah aksi korporasi dipenuhi dengan pembayaran dividen tunai interim dari lima emiten. Dividen Interim yang menjadi sorotan oleh pemegang Saham, yakni dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan nilai Rp20,3 triliun, menjadi yang terbesar hari ini, Rabu (15/1).

    Kemudian, emiten pertambangan batu baru PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) akan membagikan dividen interim sebesar Rp3,23 triliun.

    Simak lima emiten yang akan membagikan dividen interim hari ini, 15 Januari 2025:

    1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) telah mengumumkan pembagian dividen interim untuk tahun buku 2024 sebesar Rp135 per saham, dengan total nilai mencapai Rp20,46 triliun. Pencairan dividen interim yang besar ini dijadwalkan akan dilakukan pada Rabu (15/1) hari ini.

    Nilai dividen interim BBRI pada 2024 mengalami lonjakan sebesar 60,7% dibandingkan dengan dividen interim tahun sebelumnya yang sebesar Rp84 per saham atau total Rp12,66 triliun.

    Kenaikan dividen tersebut mencerminkan kinerja keuangan BBRI yang sangat baik, dengan laba bersih yang terus menunjukkan pertumbuhan positif.

    2. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)

    PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) menetapkan kurs dividen sebesar Rp16.157 per dolar AS. Dengan demikian, investor akan menerima dividen interim sebesar Rp106,84 per saham.

    Kurs yang digunakan untuk pembagian dividen interim mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) per 2 Januari 2025.

    “Sehingga total dividen tunai interim yang akan dibagikan ADRO dalam rupiah adalah Rp3.231.367.081.856 atau sekitar Rp3,23 triliun,” ujar Sekretaris Perusahaan ADRO, Mahardika Putranto, dikutip Rabu (15/1).

    3. PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR)

    PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) akan menebar dividen interim sebesar 25 juta dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp154,39 per saham.

    Sebelumnya, BSSR juga membagikan dividen interim sebesar 30 juta dolar AS, yang setara dengan Rp178,8 per saham dengan asumsi kurs Rp15.629. Dividen interim tersebut telah dicairkan pada 21 November 2024. Dengan demikian, total dividen interim yang berasal dari laba bersih 2024 mencapai 55 juta dolar AS, atau setara dengan Rp333,19 per saham.

    4. PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR)

    Emiten bank digital, PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) membagikan dividen interim kepada investor sebesar Rp25,21 miliar, atau setara dengan Rp1,40 per saham.

    Adapun AMAR mencatatkan laba bersih sebesar Rp152,26 miliar pada kuartal III-2024. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 6,11% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp162,17 miliar pada kuartal III-2023.

    5. PT Roda Vivatex Tbk (RDTX)

    PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) akan membagikan dividen tunai interim sebesar Rp40,6 miliar atau setara dengan Rp151 per lembar saham.

    Pembagian dividen ini didasarkan pada kinerja keuangan perusahaan selama periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024.

    Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp203,6 miliar. Selain itu, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya tercatat sebesar Rp2,84 triliun, dengan total ekuitas mencapai Rp2,99 triliun.