Produk: dolar AS

  • Marak Orang Kaya Jepang Ambil Langkah “Tabu”, Ekonomi Terancam Panas

    Marak Orang Kaya Jepang Ambil Langkah “Tabu”, Ekonomi Terancam Panas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di seluruh Jepang, para pemilik bisnis yang menua kini dihadapkan pada dilema besar, yakni minimnya ahli waris yang mau meneruskan usaha keluarga, serta beban pajak warisan yang tinggi. Kondisi ini membuat banyak pelaku usaha mulai mempertimbangkan opsi yang dulu dianggap tabu – menjual perusahaan mereka ke investor private equity (PE).

    Mengutip CNBC International, fenomena tersebut kini menjadi pemicu ledakan aktivitas private equity di Negeri Sakura. Menurut Bain & Co., nilai transaksi pasar private equity Jepang telah menembus 3 triliun yen (sekitar US$20 miliar) per tahun selama empat tahun berturut-turut. Data PitchBook menunjukkan, hingga tahun ini aktivitas transaksi meningkat lebih dari 30% menjadi US$29,19 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.

    Lonjakan ini terutama didorong oleh banyaknya perusahaan keluarga yang memutuskan menjual bisnisnya, seiring para pendiri yang menua menghadapi masalah suksesi dan pajak warisan yang berat.

    Jun Tsusaka, CEO Nippon Sangyo Suishin Kiko, menuturkan kisah seorang pengusaha berusia 61 tahun yang meminta bantuannya untuk menjual perusahaan.

    “Mereka di usia di mana mereka berkata: ‘Saya sudah bekerja keras, tapi anak-anak saya tidak mau meneruskan bisnis ini,’” ujarnya, dikutip dari CNBC, Sabtu (1/11/2025).

    Jepang dikenal memiliki pajak warisan tertinggi di dunia, mencapai 55% untuk harta warisan bernilai besar, menurut Tax Foundation. Pajak ini harus dibayar maksimal 10 bulan setelah kematian, sehingga sering kali ahli waris terpaksa menjual aset perusahaan dengan cepat demi mendapatkan uang tunai. Kondisi tersebut menjadikan penjualan ke private equity semakin menarik.

    Lebih dari 90% usaha kecil dan menengah (UKM) di Jepang merupakan bisnis keluarga, dan sekitar 65% dari kesepakatan akuisisi di negara tersebut kini terkait kasus suksesi, menurut data Neuberger Berman.

    Laporan World Economic Forum memperkirakan, pada 2025 sekitar 1,27 juta pemilik UKM berusia 70 tahun ke atas tidak memiliki penerus – mencakup sepertiga dari seluruh perusahaan di Jepang.

    Analis private equity PitchBook Kyle Walters mengatakan isu suksesi menjadi pendorong utama aktivitas transaksi domestik.

    “Kekurangan penerus dan populasi Jepang yang menua adalah faktor penting dalam pertumbuhan private equity di negara ini,” katanya kepada CNBC. “Banyak penjual melihat PE sebagai opsi realistis karena pilihan lain sangat terbatas.”

    Dulu, menjual ke investor asing hampir tak terpikirkan.

    “Sepuluh tahun lalu, menjual perusahaan dianggap hal yang tabu,” kata Manoj Purush, mitra korporasi di Reed Smith yang fokus pada merger dan akuisisi.

    “Awalnya, hanya investor lokal yang dipertimbangkan. Tapi lama-kelamaan, mereka mulai membuka diri pada investor asing.”

    Perubahan budaya itu makin terasa setelah beberapa raksasa asing seperti KKR, Carlyle, dan Bain sukses melakukan restrukturisasi perusahaan Jepang tanpa merusak fondasi bisnisnya. KKR, misalnya, membeli 80% saham unit bisnis Panasonic pada 2013, menamainya PHC Holdings, yang kemudian melantai di bursa pada 2021.

    “Mereka melihat investor asing masuk dan ternyata berhasil,” kata Purush.

    Tren ini juga mendorong sejumlah pendiri muda untuk menjual bisnis mereka di tengah kekurangan tenaga kerja dan sulitnya menarik manajemen profesional. Fenomena ini diperparah oleh “Generasi Zaman Es Pekerjaan” – masa antara awal 1990-an hingga awal 2000-an ketika pasar kerja Jepang terpuruk akibat gelembung ekonomi pecah, menyebabkan kekosongan di lapisan tenaga profesional berpengalaman.

    Kekurangan manajer berpengalaman itu memperburuk krisis suksesi dan kepemimpinan di sektor UKM.

    Dukungan Regulasi dan Faktor Makro

    Jim Verbeeten, mitra Bain & Co., menilai ledakan PE Jepang juga ditopang reformasi regulasi pemerintah.

    “Jika melihat akar pertumbuhannya, semuanya kembali ke 2015-2016,” ujarnya.

    Saat itu, pemerintah Jepang memberlakukan kewajiban direktur eksternal dan tekanan dari Bursa Efek Tokyo agar perusahaan meningkatkan return on equity.

    Selain masalah suksesi, fenomena corporate carve-out atau pelepasan divisi bisnis juga mendorong aktivitas PE. Banyak konglomerasi Jepang menjual aset non-inti untuk memperkuat neraca dan meningkatkan efisiensi modal. Tekanan dari investor aktivis pun mendorong dewan direksi untuk melakukan divestasi atau membawa perusahaan ke ranah privat.

    Faktor makro turut memperkuat tren ini. Pelemahan yen membuat aset Jepang lebih murah bagi investor asing, terutama yang memegang dolar AS. Menurut Ohira dari Neuberger Berman, para investor institusional global kini menuntut eksposur lebih besar terhadap Jepang, mendorong manajer dana PE untuk memperluas skala investasinya.

    Suku bunga Jepang yang jauh lebih rendah dibanding negara maju lain juga membuat akuisisi berbasis utang (leveraged buyouts) semakin menarik. Yen sendiri telah melemah hampir 4% terhadap dolar AS sejak awal tahun, dengan kurs saat ini sekitar 150,93 per dolar.

    Waspada Risiko Overheating

    Namun, derasnya arus modal juga memunculkan kekhawatiran.

    “Kalau pasar terlihat sangat menarik, semua ingin ikut masuk. Uang semakin banyak mengejar peluang yang sama, dan harga jadi naik,” ujar Verbeeten.

    Ia mengingatkan agar tidak terulang fenomena “vintage lemah” seperti periode 2006-2007, ketika valuasi yang terlalu tinggi membuat banyak investasi gagal pasca-krisis keuangan global 2008.

    Meski pasar PE Jepang sedang booming, kontribusinya baru sekitar 0,4% terhadap PDB, jauh di bawah AS (1,3%) dan Eropa (1,9%). “Jepang memang kini jadi pusat perhatian, tapi dari sisi kematangan pasar, ini masih tahap pertumbuhan,” kata Verbeeten.

    Dengan krisis suksesi yang belum menunjukkan tanda mereda, Jepang kemungkinan besar akan tetap menjadi ladang subur bagi perusahaan private equity yang berburu peluang investasi menarik.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kia Putuskan Tunda Peluncuran Sedan Listrik EV4, Kenapa?

    Kia Putuskan Tunda Peluncuran Sedan Listrik EV4, Kenapa?

    JAKARTA – Kia memutuskan menunda peluncuran sedan listrik terbarunya, EV4, di pasar Amerika Serikat tanpa batas waktu. Padahal, mobil ini sebelumnya dijadwalkan meluncur pada kuartal pertama tahun 2026.

    Dalam pernyataan resminya, pihak Kia menyebut perubahan kondisi pasar kendaraan listrik menjadi alasan utama di balik keputusan tersebut.

    “Karena dinamika pasar EV yang berubah, peluncuran sedan listrik EV4 ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut,” bunyi pernyataan Kia dikutip dari Carbuzz, Sabtu, 1 November.

    Kia EV4 pertama kali diperkenalkan pada pameran otomotif di Amerika Serikat pada April 2025. Sedan listrik ini menggunakan platform E-GMP 400 volt dan dirancang untuk menawarkan performa efisien serta desain yang lebih dinamis.

    Mobil tersebut akan tersedia dalam dua pilihan baterai, yakni versi 58 kWh dengan jarak tempuh sekitar 235 mil, serta varian 81 kWh yang mampu menempuh hingga 330 mil.

    Harga dasar EV4 di pasar Amerika Serikat diperkirakan mulai dari 39.000 dolar AS, atau setara sekitar Rp648 juta.

    Sedan listrik Kia EV4/FOTO: Kia

    Kendati belum ada konfirmasi apakah model ini akan dibatalkan sepenuhnya, sejumlah pengamat menilai keputusan Kia mencerminkan tantangan serius yang dihadapi produsen kendaraan listrik di pasar Amerika.

    Faktor-faktor seperti penghapusan insentif pajak, meningkatnya tarif impor, serta penurunan minat konsumen terhadap EV disebut menjadi penyebab utama.

    EV4 sebelumnya sempat dipandang sebagai penantang potensial bagi Tesla Model 3 karena kombinasi harga yang kompetitif dan fitur modern. Namun, dengan penundaan ini, Kia tampaknya akan meninjau kembali strategi produknya sebelum melanjutkan langkah di pasar tersebut.

    Hingga kini, Kia belum memberikan jadwal baru untuk peluncuran EV4 di Amerika Serikat.

    Keputusan ini menambah daftar panjang produsen otomotif yang menyesuaikan rencana elektrifikasi akibat kondisi pasar yang semakin tidak menentu.

  • Daftar 10 Negara dengan Inflasi Tertinggi 2025

    Daftar 10 Negara dengan Inflasi Tertinggi 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan inflasi global masih belum merata, dan segelintir negara masih harus berjuang melawan pertumbuhan harga yang luar biasa tinggi yang didorong oleh pelemahan mata uang, tekanan fiskal, dan kerapuhan ekonomi struktural.

    Dari Afrika hingga Amerika Selatan, inflasi telah mengikis daya beli dan menguji respons kebijakan, dengan beberapa negara masih mencatat tingkat inflasi dua bahkan tiga digit pada 2025.

    Venezuela, di Amerika Selatan, seharusnya berada di peringkat pertama dengan tingkat inflasi 172%, tetapi data terbaru yang tersedia hanya mencakup April 2025, sehingga tidak termasuk dalam daftar.

    Meskipun banyak negara maju telah mengalami penurunan inflasi, beberapa negara berkembang juga masih terjebak dalam siklus harga tinggi, mata uang yang tidak stabil, dan rantai pasokan yang rapuh.

    Mengutip Riset Nairametrics terhadap data terbaru yang tersedia, sebagian besar berasal dari kantor statistik masing-masing negara, menunjukkan bahwa negara-negara seperti Venezuela, Sudan Selatan, dan Sudan memimpin dunia dengan tingkat inflasi di atas 80%, yang menggarisbawahi ketidakseimbangan makroekonomi dan tantangan tata kelola yang terus berlanjut.

    Berikut adalah negara-negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia.

    10. Angola – 18,2% (September 2025, Afrika)

    Tingkat inflasi tahunan Angola mencapai 18,2% pada September 2025, mencerminkan moderasi yang stabil dari tingkat inflasi yang tinggi yang tercatat pada tahun 2024. 

    Menurut data dari Institut Statistik Nasional (INE) dan Bank of Angola, penurunan ini menandai kemajuan dalam upaya disinflasi negara tersebut, yang didukung oleh kebijakan moneter yang lebih ketat dan stabilitas nilai tukar yang relatif.

    Stabilitas kwanza (AOA) yang membaik sejak akhir 2024 juga telah memperlambat inflasi impor, terutama pada kategori makanan dan bahan bakar yang sebelumnya mendorong lonjakan harga.

    Namun, kerentanan struktural, seperti ketergantungan yang tinggi pada impor, produksi domestik yang terbatas, dan paparan terhadap fluktuasi harga minyak, terus memberikan tekanan mendasar pada harga.

    Untuk mendorong kemajuan, Angola mungkin perlu mempertahankan manajemen moneter yang bijak, memperkuat transparansi fiskal, dan berinvestasi dalam produksi domestik untuk mengurangi ketergantungan impor. 

    Reformasi berkelanjutan juga diperlukan untuk membangun kepercayaan investor dan meningkatkan produktivitas pertanian dapat membantu melindungi perekonomian dari guncangan eksternal dan mempertahankan stabilitas harga dalam jangka menengah.

    9. Malawi – 28,7% (September 2025, Afrika)

    Inflasi Malawi naik menjadi 28,7% pada September 2025, naik dari 28,2% pada Agustus, menurut Badan Pusat Statistik. Faktor pendorong utamanya adalah kenaikan harga pangan dan bahan bakar, depresiasi mata uang, dan gangguan rantai pasokan. Ketergantungan pada barang impor dan tingginya biaya transportasi terus memperkuat tekanan inflasi.

    Untuk menstabilkan kwacha Malawi (MWK) perlu manajemen moneter yang bijak, meningkatkan hasil pertanian, dan mengatasi hambatan struktural di sektor energi dan logistik dapat membantu. Disiplin fiskal yang ketat dan penargetan inflasi yang kredibel dapat memulihkan stabilitas secara bertahap.

    8. Argentina – 31,8% (September 2025, Amerika Selatan)

    Inflasi Argentina sedikit melambat menjadi 31,8% pada September 2025 dari sekitar 33,6% pada Agustus, menurut data Instituto Nacional de Estadística y Censos (INDEC). 

    Meskipun lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, inflasi tetap menjadi masalah kronis yang berakar pada ketidakseimbangan fiskal dan kredibilitas moneter yang lemah.

    Defisit pemerintah yang besar yang dibiayai melalui pinjaman bank sentral, peso Argentina yang terdepresiasi (ARS$), dan ekspektasi inflasi yang terus-menerus terus memicu kenaikan harga.

    Konsolidasi fiskal, rencana disinflasi yang kredibel, dan pemulihan otonomi bank sentral menjadi langkah penting. Manajemen nilai tukar yang konsisten dan reformasi struktural untuk meningkatkan daya saing ekspor dapat membantu mengendalikan ekspektasi dan menstabilkan peso.

    7. Haiti – 31,9% (September 2025, Amerika Utara)

    Inflasi Haiti mencapai 31,9% pada September 2025, di tengah ketidakstabilan politik, tantangan keamanan, dan rantai pasokan yang rapuh. 

    Depresiasi gourde Haiti (HTG) terhadap dolar AS dan tingginya biaya impor pangan serta bahan bakar telah menyebabkan harga konsumen terus naik. Kelemahan struktural, terbatasnya produksi lokal, infrastruktur yang buruk, dan seringnya gangguan perdagangan memperkuat inflasi impor.

    Lingkungan politik dan keamanan yang stabil menjadi syarat penting untuk perbaikan ekonomi Haiti. Memperkuat pengelolaan mata uang, meningkatkan produktivitas pertanian, dan berinvestasi dalam transportasi dan logistik pasar, semuanya dapat membantu menurunkan inflasi secara berkelanjutan. 

    6. Zimbabwe – 32,7% (Oktober 2025, Afrika)

    Tingkat inflasi tahunan Zimbabwe mencapai 32,7% pada Oktober 2025, menurut laporan yang mengutip Badan Statistik Nasional Zimbabwe (ZimStat). Zimbabwe mengalami perubahan inflasi tahunan (YoY) bulanan paling dramatis, turun tajam dari 82,7% pada September 2025 menjadi 32,7% pada Oktober 2025.

    Meskipun ini menandai perbaikan dari episode hiperinflasi dalam beberapa tahun terakhir, inflasi tetap tinggi karena ketidakstabilan mata uang dan terbatasnya kepercayaan terhadap mata uang domestik, Zimbabwe Gold (ZWG) yang diperkenalkan pada April 2024 oleh Bank Sentral Zimbabwe (RBZ) untuk menggantikan dolar Zimbabwe (ZWL) yang sedang melemah.

    Ketergantungan yang terus-menerus pada impor, ketidakseimbangan moneter, dan kapasitas produksi yang lemah terus memicu volatilitas harga.

    Untuk memperkuat reformasi moneter, khususnya rasionalisasi mata uang, Zimbabwe perlu meningkatkan manufaktur domestik, dan memulihkan transparansi fiskal. Membangun kepercayaan investor dan memperluas investasi produktif juga dapat memoderasi inflasi jangka panjang.

    5. Turki – 33,29% (September 2025, Asia/Eropa)

    Inflasi Turki tetap tinggi di angka 33,29% per September 2025, naik dari 32,95% pada Agustus, mencerminkan pelemahan mata uang yang berkelanjutan dan kebijakan moneter yang tidak lazim sebelumnya yang mempertahankan suku bunga tetap rendah meskipun harga melonjak.

    Depresiasi lira Turki (TRY) telah meningkatkan biaya barang impor secara signifikan, terutama energi dan pangan. Permintaan domestik, yang didorong oleh dukungan fiskal dan ekspansi kredit, juga terus menekan harga.

    Komitmen yang kredibel terhadap pengetatan moneter, yang didukung oleh bank sentral independen, dapat membantu memulihkan kepercayaan dan memperkuat lira. Kehati-hatian fiskal, reformasi struktural, dan upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri juga penting untuk semakin menstabilkan lintasan inflasi.

    4. Burundi – 36,9% (September 2025, Afrika)

    Inflasi Burundi mencapai 36,9% pada September 2025, sedikit meningkat dari 36,6% pada Agustus, yang sebagian besar didorong oleh biaya pangan dan transportasi, menurut kantor statistik nasional. 

    Tekanan tersebut mencerminkan depresiasi nilai tukar, tingginya harga impor, dan lemahnya produksi pangan domestik akibat cuaca yang tidak menentu dan terbatasnya infrastruktur. Seperti banyak negara berpenghasilan rendah, Burundi juga menghadapi kendala fiskal dan moneter yang membatasi kemampuannya untuk menahan lonjakan harga.

    Untuk memperkuat ekonominya, perlu meningkatkan produktivitas pertanian, memperbaiki infrastruktur transportasi, dan mempertahankan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ketat. Memperkuat pengelolaan mata uang dan mengurangi ketergantungan impor, terutama untuk pangan dan bahan bakar, juga akan meredakan tekanan harga.

    3. Iran – 38,9% (Oktober 2025, Asia)

    Tingkat inflasi Iran mencapai 38,9% pada Oktober 2025, melonjak dari 37,5% pada September, menurut Pusat Statistik Iran. Tekanan inflasi berasal dari defisit fiskal, volatilitas mata uang, dan dampak sanksi internasional yang membatasi akses terhadap valuta asing. 

    Depresiasi Rial Iran (IRR) yang terus-menerus dan tingginya biaya impor terus mengikis daya beli rumah tangga. Otonomi bank sentral yang lemah dan monetisasi defisit telah membuat inflasi tetap tinggi.

    Memperkuat independensi bank sentral, membangun kembali penyangga valuta asing, dan konsolidasi fiskal secara bertahap akan menjadi langkah yang krusial. Terobosan yang meringankan sanksi eksternal atau memulihkan pendapatan ekspor minyak yang stabil juga dapat membantu menstabilkan rial dan meredam inflasi.

    2. Sudan – 83,47% (September 2025, Afrika)

    Inflasi di Sudan sudah turun menjadi 83,47% pada September 2025 dari sekitar 156,3% pada April 2025, sebagaimana dilaporkan oleh Sudan Tribune, mengutip statistik resmi. 

    Meskipun mengalami penurunan, inflasi tetap sangat tinggi, didorong oleh pasokan uang yang ekspansif, depresiasi nilai tukar, dan distorsi struktural di pasar pangan dan energi. Konflik dan fragmentasi kebijakan selama bertahun-tahun juga telah melemahkan kapasitas produksi. Kekurangan pasokan dan implementasi kebijakan yang tidak menentu terus menghambat stabilitas.

    Membangun kembali kerangka moneter yang stabil, mengendalikan pertumbuhan pasokan uang, dan meningkatkan produksi serta logistik pangan domestik akan membantu menurunkan harga. Stabilisasi nilai tukar dan konsistensi kebijakan kelembagaan merupakan kunci untuk memulihkan kepercayaan investor.

    1. Sudan Selatan – 107,9% (September 2025, Afrika)

    Inflasi Sudan Selatan masih termasuk yang tertinggi secara global, mencapai 107,9% pada September 2025, sedikit turun dari sekitar 112,6% tahun sebelumnya. 

    Perekonomiannya masih terus berjuang dengan nilai tukar yang fluktuatif, koordinasi kebijakan yang lemah, dan ketergantungan yang besar pada pendapatan minyak yang berfluktuasi seiring dengan harga global.

    Depresiasi tajam pound Sudan Selatan (£SSP) telah membuat biaya impor tetap tinggi, sementara gangguan pada jaringan transportasi dan pasokan mendorong kenaikan harga pangan dan bahan bakar. Ketidakpastian politik dan defisit fiskal yang terus-menerus semakin mempersulit upaya untuk menstabilkan harga.

    Membangun disiplin fiskal yang lebih kuat di sekitar pendapatan minyak, meningkatkan infrastruktur dan logistik perbatasan, serta mengadopsi kebijakan nilai tukar yang lebih kredibel dapat membantu mengendalikan inflasi seiring waktu. Mendorong produksi dalam negeri juga dapat mengurangi tekanan dari sisi penawaran.

  • Menteri Pertanian Andi Amran Borong Dagangan PKL di Jember Pakai Dolar AS

    Menteri Pertanian Andi Amran Borong Dagangan PKL di Jember Pakai Dolar AS

    Jember (beritajatim.com) – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memborong dagangan sejumlah pedagang kaki lima dengan menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat, saat membuka Festival dan Expo Sapi Jawa Timur, di kawasan Stadion Jember Sport, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (1/11/2025).

    Aksi borong dagangan ini diawali Amran saat hendak menutup pidatonya. “Bapak, Ibu sekalian, sebelum aku pulang izinkan aku bertanya: ada enggak anak yatim? Yatim piatu?” tanyanya kepada hadirin.

    Ditanya begitu, hadirin dan para tamu penting di antaranya Wakil Gubernur Emil Dardak, Ketua MPR RI Ahmad Muzani, Bupati Muhammad Fawait, dan anggota DPR RI Kawendra Lukistian hanya bisa saling toleh.

    Panitia tidak mempersiapkan anak yatim piatu, karena tidak ada dalam susunan acara. Namun Amran tidak kekurangan akal. Mendadak dia memanggil seorang penyuluh pertanian yang kebetulan di samping panggung.

    Penyuluh pertanian yang dari perawakannya berusia sekitar 30-40 tahunan itu pun nyengir saat disuruh naik ke atas panggung dan berdiri di samping Amran.

    Amran pun mengajaknya bercanda. “Dek, sudah sekolah? Kelas berapa SMP? Kelas berapa?” tanyanya kepada penyuluh tersebut, disambut tawa hadirin.

    “Hampir lulus, Pak,” jawab Si Penyuluh.

    “Dek, jaga kesehatan, ingat orang tua. Bapak sudah tidak ada? Ini anak yatimnya Pak Bupati. Jadi Bapak tidak ada? Ibu tidak ada?” kata Amran.

    Amran kemudian memberikan amplop kepada Si Penyuluh. “Pak Bupati, tolong perhatikan beliau. Ini anak yatim yang harus mendapat perhatian. Nanti kalau singgah beli buku ya,” katanya sembari mengajak tos Si Penyuluh.

    Amran lalu menggeledah tas Si Penyuluh. Begitu ditemukan sebungkus rokok, dia tunjukkan ke hadirin yang menyambut dengan gelak tawa. “Ana yatim rokoknya alhamdulillah,” kata Amran

    Tawa terdengar makin keras, saat Amran menegur Si Penyuluh. “Berarti kau belikan rokok nanti ini. Ya, sudahlah terserah. Kita sama-sama bertanggung jawab. kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Terserahlah,” katanya disambut tawa hadirin dan senyum Si Penyuluh.

    Setelah Si Penyuluh naik panggung, panitia membawa seorang anak kecil. Amran kemudian memberikan amplop kepada anak tersebut.

    Memborong Balon dan Es Teh
    Spontanitas Amran belum berakhir. “Ada janda umur 60 ke atas?” tanyanya.

    Tak butuh waktu lama, panitia mengajak seorang perempuan paruh baya penjual balon mainan ke atas panggung. Amran bertanya harga semua balon tersebut. “Kalau enggak dihitung Rp 2 juta, Pak,” jawab perempuan bernama Siti, warga Kecamatan Ajung itu.

    Amran kemudian meminta agar semua balon itu dilepas. Lalu dia meminta amplop berisi uang kepada ajudannya untuk diberikan kepada Siti. “Enggak apa-apa dolar ya? Kebetulan kok enggak ada uang rupiah. Enggak ada, ya sudah ini saja,” katanya.

    Amran kemudian bertanya kepada hadirin. “Siapa yang mau tukar? Ini 500 dolar, tukar Rp 5 juta. Ada enggak?” katanya,

    “Tukar di Pak Bupati,” kata Siti.

    “Oh, iya tukar di Pak Bupati saja. Pasti mau. Tapi jangan mau kalau tidak Rp 10 juta ya?” kata Amran disambut tepuk tangan hadirin.

    Namun beberapa saat kemudian, Amran meminta ajudannya untuk membantu Siti menukar uang dolar itu ke Desrial, seorang guru besar yang juga Staf Ahli Menteri Bidang Pengembangan Pertanian Presisi.

    Aksi borong rupanya belum selesai. Saat turun panggung setelah memberikan hadiah umrah kepada pemenang undian, Amran meminta sejumlah pedagang es dan buah mendekat. Dia meminta kepada pedagang-pedagang itu untuk memberikan minuman-minuman yang dijual gratis kepada hadirin.

    Reaksi Pedagang
    Kurang lebih ada 10 pedagang yang ketiban rezeki. Masing-masing mendapat uang kurang lebih 100 dolar Amerika Serikat atau Rp 1,6 juta.

    “Nggak nyangka. Punya rezeki seperti ini. Ini kalau laku semua dapat uang Rp 50 ribuan,” kata Annurrohim, seorang pedagang yang juga warga Kecamatan Jenggawah.

    Annurrohim belum punya anak. “Uangnya mau saya pakai untuk kebutuhan sehari-hari bersama istri,” katanya.

    “Bapak Ibu, apa sih ini arti hidup? Mari kita berbuat yang terbaik untuk rakyat Indonesia. Itu perintah Bapak Presiden,” kata Amran.

    “Hilangkan korupsi, hilangkan mafia, bela petani, bela orang kecil, bela kaum fakir, bela yang miskin ekstrem. Itu perintah Bapak Presiden dan kami pegang teguh itu,” kata Amran.

    Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan itu, berjanji tidak akan mengkhianati rakyat Indonesia selama menjabat. “Kalau kami khianati, kami siap turun dan kembali kampung. Karena itu pesan Bapak Presiden. Kami pegang teguh,” kata Amran, menutup pidatonya. [wir]

  • “Si Doel Anak Sekolahan” bawa investasi Indonesia hingga Rp21 triliun

    “Si Doel Anak Sekolahan” bawa investasi Indonesia hingga Rp21 triliun

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno mengungkapkan sinetron “Si Doel Anak Sekolahan” membawa investasi ke Indonesia hingga mencapai sekitar Rp21 triliun.

    “Saya ke Turki, saya membawa 1,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp21 triliun. Si Doel Anak Sekolahan bisa membawa investasi dari luar ke Indonesia,” kata Rano dalam acara IdeaTalks di Jakarta Internasional Convention Center (JICC), Sabtu.

    Dia mengatakan hal itu setelah mengenalkan film ternama tersebut dengan berkeliling ke empat negara Eropa.

    Kemudian, dia menyebutkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen mengejar predikat kota global yang mampu memimpin dalam aliran bisnis, manusia, modal, intelektual, dan ide.

    Dengan adanya investasi yang menjanjikan di kancah internasional, dia pun berharap dapat mengembangkan keuangan kreatif (creative financing).

    Oleh karena itu, dia menilai pentingnya mendorong interaksi ekonomi global, dan melalui film serta kesenian, diharapkan Jakarta semakin dikenal di kancah dunia.

    “Kota global adalah kota yang berperan sebagai pusat komando ekonomi dunia, tempat pengambilan keputusan penting, dan sebagai pusat budaya, pengetahuan, dan teknologi,” ucap Rano.

    Di sisi lain, dia juga mengaku tengah menyiapkan lembaga Jakarta Film Commission (JFC) yang nanti salah satu perannya, yakni mempermudah masyarakat dalam melakukan proses syuting di wilayah Jakarta.

    “Makanya, kita tengah menyusun Jakarta Film Commission, kalau memang Jakarta yang menjadi kota sinema,” tutur Rano.

    Berdasarkan data yang diterima, jumlah penonton bioskop di Indonesia sebanyak 122 juta orang, dengan 65 persen atau 80 juta penonton film lokal.

    Selain itu, Indonesia memiliki 491 lokasi bioskop, dengan 2.361 layar dan 491 lokasi bioskop yang tersebar di 115 kota/kabupaten.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Harga Emas Antam Hari Ini Sabtu 1 November 2025, Beli Mumpung Lebih Murah

    Harga Emas Antam Hari Ini Sabtu 1 November 2025, Beli Mumpung Lebih Murah

    Harga emas turun 1% pada hari Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Harga emas dunia hari ini terbebani oleh ketidakpastian atas pemotongan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) tahun ini, tetapi logam mulia tersebut tetap siap untuk kenaikan bulanan ketiga berturut-turut.

    Dikutip dari CNBC, Sabtu (1/11/2025), harga emas spot turun 0,6% menjadi USD 4.001,74 per ons dan berada di jalur kenaikan 3,7% bulan ini.

    Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup 0,5% lebih rendah pada USD 3.996,5 per ons.

    Indeks dolar bertahan mendekati level tertinggi tiga bulan, membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

    Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Beth Hammack mengatakan pada hari Jumat bahwa dia menentang pemotongan suku bunga bank sentral minggu ini, dan menambahkan bahwa Fed perlu mempertahankan beberapa pembatasan untuk menurunkan inflasi.

    “Hammack sedang gencar-gencarnya mengincar emas karena ia menjadi Presiden Fed regional ketiga yang secara terbuka menentang penurunan suku bunga lebih lanjut pada tahap ini mengingat inflasi yang tinggi. Hammack akan menjadi pemilih FOMC pada tahun 2026 dan menunjukkan bahwa pasar terlalu optimistis dalam memperkirakan suku bunga yang lebih rendah,” kata Pedagang Logam Independen, Tai Wong.

    The Fed memangkas suku bunga pada hari Rabu, tetapi pernyataan agresif dari Ketua Jerome Powell berarti pasar sekarang memperkirakan peluang sebesar 63% akan terjadinya pemangkasan suku bunga pada bulan Desember, turun dari lebih dari 90% pada awal minggu, menurut alat CME FedWatch.

     

  • Melesat, Cek Harga Emas di Pegadaian Hari Ini Sabtu 1 November 2025

    Melesat, Cek Harga Emas di Pegadaian Hari Ini Sabtu 1 November 2025

    Sebelumnya, harga emas turun 1% pada hari Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Harga emas dunia hari ini terbebani oleh ketidakpastian atas pemotongan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) tahun ini, tetapi logam mulia tersebut tetap siap untuk kenaikan bulanan ketiga berturut-turut.

    Dikutip dari CNBC, Sabtu (1/11/2025), harga emas spot turun 0,6% menjadi USD 4.001,74 per ons dan berada di jalur kenaikan 3,7% bulan ini.

    Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup 0,5% lebih rendah pada USD 3.996,5 per ons.

    Indeks dolar bertahan mendekati level tertinggi tiga bulan, membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

    Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Beth Hammack mengatakan pada hari Jumat bahwa dia menentang pemotongan suku bunga bank sentral minggu ini, dan menambahkan bahwa Fed perlu mempertahankan beberapa pembatasan untuk menurunkan inflasi.

    “Hammack sedang gencar-gencarnya mengincar emas karena ia menjadi Presiden Fed regional ketiga yang secara terbuka menentang penurunan suku bunga lebih lanjut pada tahap ini mengingat inflasi yang tinggi. Hammack akan menjadi pemilih FOMC pada tahun 2026 dan menunjukkan bahwa pasar terlalu optimistis dalam memperkirakan suku bunga yang lebih rendah,” kata Pedagang Logam Independen, Tai Wong.

    The Fed memangkas suku bunga pada hari Rabu, tetapi pernyataan agresif dari Ketua Jerome Powell berarti pasar sekarang memperkirakan peluang sebesar 63% akan terjadinya pemangkasan suku bunga pada bulan Desember, turun dari lebih dari 90% pada awal minggu, menurut alat CME FedWatch.

     

  • Apple Siapkan iPad Air dan iPad Mini dengan Layar OLED, Harga Diprediksi Naik Rp 1,6 Juta

    Apple Siapkan iPad Air dan iPad Mini dengan Layar OLED, Harga Diprediksi Naik Rp 1,6 Juta

    Liputan6.com, Jakarta – Apple kabarnya sedang mempersiapkan pembaruan besar-besaran untuk lini iPad terbaru mereka. Sukses membawa layar OLED ke iPad Pro, perusahaan rumornya bakal menyematkan panel tersebut ke seri iPad Air dan iPad Mini.

    Mengutip laporan Bloomberg via Gizmochina, Sabtu (1/12/2025), iPad Mini akan menjadi model pertama beralih ke OLED pada 2026. Setelah itu, iPad Air akan menyusul pada 2027.

    Menariknya, raksasa teknologi berbasis di Cupertino itu juga akan menyematkan panel OLED ke model baru MacBook Pro dengan target peluncuran sekitar 2028.

    Layar OLED dikenal mampu menghadirkan kualitas warna lebih hidup, hitam lebih pekat, dan kontra tinggi dibandingkan layar Liquid Retina saat digunakan.

    Tak hanya itu, panel OLED juga sangat efisien dari sisi daya baterai serta pengalaman visual lebih imersif, terutama untuk pengguna yang gemar menonton atau mengedit konten.

    Selain peningkatan layar, Apple juga dikabarkan sedang menguji desain baru iPad Mini yang lebih tangguh hingga tahan air. Kabarnya, tablet mungil Apple ini akan menggunakan speaker berbasis getaran untuk menggantikan lubang speaker konvensional.

    Dengan cara ini, maka iPad Mini baru tersebut lebih tahan terhadap debu dan cipratan air, cocok bagi pengguna sering memakai tablet di luar ruangan.

    Akan tetapi, peningkatan fitur ini berpotensi menaikkan harga iPad Air dan iPad Mini baru di pasaran. Sumber dari rantai pasokan sempat mengungkap, ada kemungkinan kenaikan harga hingga 100 dolar AS atau sekitar Rp 1,6 juta per unit akibat pemakaian panel OLED.

     

  • Harga Minyak Dunia Melonjak Hari Ini, Aksi AS Jadi Penyebabnya

    Harga Minyak Dunia Melonjak Hari Ini, Aksi AS Jadi Penyebabnya

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak melonjak usai laporan bahwa serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela berpotensi dimulai dalam beberapa jam lagi. Namun harga minyak sempat turun setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan bantahan terhadap laporan tersebut di media sosial.

    Dikutip dari CNBC, Sabtu (1/11/2025) , harga minyak mentah Brent naik 6 sen atau 0,09%, pada USD 65,06 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada pada USD 60,90 per barel atau naik 33 sen atau 0,54%.

    Analis Price Futures Group, Phil Flynn mencatat bahwa Trump sebelumnya membantah laporan rencana serangan terhadap Iran sebelum melancarkan serangan udara terhadap Republik Islam tersebut.

    “Pasar jelas terdampak ketika laporan pertama tentang rencana serangan terhadap Venezuela keluar. Jika terjadi serangan di akhir pekan, harga akan melonjak pada hari Senin,” kata  kata Flynn.

    Amerika Serikat telah mengerahkan satuan tugas yang dipusatkan di sekitar kapal induk terbesar negara itu, Gerald Ford, di lepas pantai Venezuela, jauh melampaui kebutuhan menyerang pengedar narkoba di kapal-kapal kecil, yang telah menjadi fokus aktivitas angkatan laut AS di Karibia dalam beberapa minggu terakhir.

    Dolar AS mendekati nilai tertinggi tiga bulan terhadap mata uang utama, membuat pembelian komoditas berdenominasi dolar seperti minyak menjadi lebih mahal.

    Sementara itu, sejumlah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Arab Saudi, eksportir minyak utama dunia, mungkin akan menurunkan harga minyak mentah bulan Desember untuk pembeli Asia ke level terendah dalam beberapa bulan, yang menandakan sentimen negatif.

    Harga minyak juga turun setelah survei resmi menunjukkan aktivitas pabrik China menyusut selama tujuh bulan pada bulan Oktober.

     

  • Harga Emas Anjlok di Akhir Pekan, Ada Apa?

    Harga Emas Anjlok di Akhir Pekan, Ada Apa?

    Liputan6.com, Jakarta Harga emas turun 1% pada hari Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Harga emas dunia hari ini terbebani oleh ketidakpastian atas pemotongan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) tahun ini, tetapi logam mulia tersebut tetap siap untuk kenaikan bulanan ketiga berturut-turut.

    Dikutip dari CNBC, Sabtu (1/11/2025), harga emas spot turun 0,6% menjadi USD 4.001,74 per ons dan berada di jalur kenaikan 3,7% bulan ini.

    Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup 0,5% lebih rendah pada USD 3.996,5 per ons.

    Indeks dolar bertahan mendekati level tertinggi tiga bulan, membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

    Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Beth Hammack mengatakan pada hari Jumat bahwa dia menentang pemotongan suku bunga bank sentral minggu ini, dan menambahkan bahwa Fed perlu mempertahankan beberapa pembatasan untuk menurunkan inflasi.

    “Hammack sedang gencar-gencarnya mengincar emas karena ia menjadi Presiden Fed regional ketiga yang secara terbuka menentang penurunan suku bunga lebih lanjut pada tahap ini mengingat inflasi yang tinggi. Hammack akan menjadi pemilih FOMC pada tahun 2026 dan menunjukkan bahwa pasar terlalu optimistis dalam memperkirakan suku bunga yang lebih rendah,” kata Pedagang Logam Independen, Tai Wong.

    The Fed memangkas suku bunga pada hari Rabu, tetapi pernyataan agresif dari Ketua Jerome Powell berarti pasar sekarang memperkirakan peluang sebesar 63% akan terjadinya pemangkasan suku bunga pada bulan Desember, turun dari lebih dari 90% pada awal minggu, menurut alat CME FedWatch.