Produk: dolar AS

  • Bamsoet: Danantara Bukti Presiden Prabowo Konsolidasikan Kekuatan Ekonomi untuk Kemandirian Bangsa – Halaman all

    Bamsoet: Danantara Bukti Presiden Prabowo Konsolidasikan Kekuatan Ekonomi untuk Kemandirian Bangsa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota DPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyatakan pembentukan dan konsolidasi Badan Pengelola Investasi, Danantara, menjadi bukti nyata keseriusan Presiden Prabowo Subianto dalam mengakselerasi kemandirian ekonomi nasional.

    Menurut Bamsoet, langkah Presiden bukan sekadar reformasi struktural, tetapi juga bentuk respons strategis terhadap perubahan tatanan global yang penuh ketidakpastian.

    ‘’Forum konsolidasi Danantara layak dimaknai sebagai langkah lanjutan dari Presiden Prabowo mengonsolidasi semua potensi kekuatan ekonomi nasional, menyusul pendirian Danantara yang akan menjadi salah satu mesin penggerak dan motor pertumbuhan ekonomi nasional. Dari konsolidasi itu, tampak sangat jelas upaya Presiden untuk mengeskalasi potensi kemandirian Indonesia,’’ ujar Bamsoet dalam keterangan pers, dikutip pada Kamis (1/5/2025).

    Pernyataan tersebut disampaikan Bamsoet menanggapi pengarahan Presiden Prabowo Subianto dalam townhall meeting Danantara yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, pada Senin, 28 April 2025. Dalam forum itu, Presiden bahkan sempat menyampaikan teguran kepada para direksi BUMN terkait kinerja dan efektivitas tata kelola.

    Bamsoet menyebut, per Maret 2025, konsolidasi Danantara telah mencakup 844 BUMN dengan total aset mencapai 982 miliar dolar AS atau setara sekitar Rp16.508 triliun (kurs Rp 16.810 per dolar AS). 

    Angka ini diyakini masih bisa meningkat bila digabungkan dengan potensi sumber daya alam (SDA) strategis Indonesia seperti nikel, tembaga, emas, dan batu bara yang sangat dibutuhkan pasar dunia.

    “Ketika sebagian potensi kekuatan ekonomi nasional itu perlu diwadahkan dalam Danantara, itu adalah strategi dan kebijakan Presiden Prabowo menanggapi perubahan tatanan dunia yang ditandai dengan berlarut-larutnya ketidakpastian,” tegas Ketua MPR RI ke-15 danKetua DPR RI ke-20 tersebut.

    “Tatanan dunia praktis telah berubah, sehingga NAFTA (Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara) bubar dengan sendirinya karena Amerika Serikat (AS) menetapkan tarif impor semaunya sendiri,” sambungnya.

    Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini juga menyoroti perubahan arus investasi dunia, di mana banyak negara kini mulai mengalihkan fokus pada industri strategis, terutama pertahanan. Indonesia, kata dia, tidak bisa tinggal diam dan harus memperkuat ketahanan ekonominya.

    Bamsoet menegaskan bahwa keberadaan Danantara sebagai badan pengelola investasi negara (BPI) akan memainkan peran penting dalam mengolah kekayaan nasional menjadi nilai tambah, membuka lapangan kerja, dan mewujudkan kesejahteraan rakyat secara nyata.

    “Melalui konsolidasi yang berkelanjutan, Danantara diharapkan dapat memaksimalkan nilai tambah semua sumber daya alam Indonesia untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat Indonesia. Dari pengelolaan semua potensi SDA itu diharapkan akan tercipta banyak lapangan kerja,’’ pungkasnya.

  • Prasyarat bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara maju

    Prasyarat bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara maju

    Sejumlah warga mengamati aplikasi-aplikasi \\\’start up\\\’ yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021). Start-up diharapkan bukan simbol gaya hidup digital semata, tetapi sebagai tulang punggung ekonomi masa depan. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.

    Prasyarat bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara maju
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Kamis, 01 Mei 2025 – 13:13 WIB

    Elshinta.com – Untuk membayangkan Indonesia sebagai negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045 bukanlah sekadar permainan angka dalam proyeksi makroekonomi.

    Ini adalah tantangan peradaban yang menuntut lompatan struktural, bukan sekadar pertumbuhan bertahap.

    Laporan terbaru McKinsey Global Institute memberikan peta jalan yang masuk akal dan konkret, tetapi keberhasilannya akan sangat tergantung pada keseriusan dan keberanian dalam menata ulang fondasi pembangunan ekonomi nasional.

    Kuncinya terletak pada dua hal yakni peningkatan produktivitas secara radikal dan penciptaan ekosistem yang memungkinkan lahirnya tiga kali lipat lebih banyak perusahaan menengah dan besar.

    Dalam laporan yang berjudul The Enterprising Archipelago: Propelling Indonesia’s Productivity, terdapat dua faktor besar yang bisa menjadi acuan bagi Indonesia meraih tujuan menjadi negara berpenghasilan tinggi, yaitu pertumbuhan rasio antara modal terhadap jumlah pekerja (capital per worker), atau disebut pendalaman modal (capital deepening). Selain itu sektor-sektor bisnis yang lebih kompetitif yang dapat mencetak lebih banyak perusahaan menengah dan besar.

    Sebagai ekonomi terbesar ke-16 di dunia, Indonesia sejatinya tidak kekurangan skala. Yang menjadi pertanyaan utama adalah apakah skala itu mampu dikonversi menjadi kekuatan produktif yang unggul.

    Indonesia telah mengambil langkah besar untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem sejak 1980.

    Untuk beralih ke negara berstatus high-income, Indonesia harus mampu menaikkan pertumbuhan produktivitas (output per worker) tahunannya yang sejak tahun 2000 berada di angka 3,1 persen menjadi 4,9 persen. Sebab negara-negara berstatus high-income ditandai dengan pendapatan per kapita setidaknya 14.000 dolar AS.

    Ini bukan hanya soal efisiensi kerja, tetapi juga soal bagaimana memproduksi nilai tambah dalam rantai ekonomi yang semakin kompleks dan kompetitif.

    Dalam konteks inilah, peran perusahaan menjadi vital. Bukan sembarang perusahaan, tetapi perusahaan yang memiliki kapasitas untuk tumbuh, mengadopsi teknologi, menciptakan lapangan kerja berkualitas, dan berekspansi lintas sektor serta wilayah.

    Ketiadaan perusahaan besar yang memadai di Indonesia bukan hanya masalah jumlah, tetapi juga cerminan dari lemahnya struktur insentif ekonomi nasional.

    Banyak usaha kecil tetap kecil karena sistem yang tidak memungkinkan mereka bertumbuh. Terlalu banyak hambatan administratif, pembiayaan terbatas, dan regulasi yang berubah-ubah, menciptakan ekosistem yang membuat usaha berskala besar menjadi eksklusif bagi segelintir pihak.

    Maka, target untuk melipatgandakan jumlah perusahaan besar bukan sekadar ambisi kuantitatif. Ini adalah panggilan untuk revolusi institusional di mana birokrasi tidak lagi menjadi beban, tetapi enabler (pemberi dukungan) pertumbuhan.

    Senior Partner McKinsey dan Direktur MGI, Chris Bradley, mengatakan, Indonesia harus meningkatkan jumlah perusahaan menengah dan besar sebanyak tiga kali lipat, sehingga menciptakan lebih banyak lapangan kerja berkualitas tinggi, dan mendorong pertumbuhan berbagai sektor value added, “Selain manufaktur dan pertanian, pangsa terbesar dari value added kemungkinan berasal dari sektor jasa,” katanya.

    Lima Modal

    Managing Partner, McKinsey & Company, Indonesia Khoon Tee Tan mengatakan, dalam upaya meraih status high-income economy, Indonesia perlu memperkuat lima capital, termasuk sistem keuangan yang tangguh, sistem pendidikan yang kuat, peraturan dan kebijakan kegiatan usaha yang mudah, infrastruktur kelas dunia, dan ekosistem yang mendukung bagi start-up dan perusahaan kecil.

    “Dengan berfokus pada bidang-bidang tersebut, Indonesia dapat membangun kondisi yang mendukung pertumbuhan produktivitas yang lebih tinggi,” ucapnya.

    Lima jenis modal yang disoroti McKinsey dalam laporannya ini sebenarnya bukanlah konsep baru. Kekuatan laporan ini terletak pada penekanan bahwa kelima modal tersebut harus bekerja serentak, bukan parsial.

    Modal keuangan, misalnya, terlalu lama didominasi oleh sektor perbankan dengan pola konservatif yang tidak selaras dengan kebutuhan dunia usaha modern.

    Kredit swasta yang rendah dan pasar modal yang dangkal membuat banyak perusahaan rintisan stagnan sebelum sempat tumbuh.

    Tanpa reformasi mendalam terhadap struktur pembiayaan dan insentif fiskal yang progresif, pertumbuhan perusahaan akan terus tersandera likuiditas.

    Modal manusia juga membutuhkan pendekatan yang jauh lebih strategis ketimbang sekadar memperluas akses pendidikan.

    Tantangan sesungguhnya adalah pada ketidakcocokan keterampilan antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri.

    Negeri ini tidak hanya memerlukan lebih banyak tenaga kerja berpendidikan, tetapi juga tenaga kerja yang fleksibel, adaptif, dan kreatif.

    Skill matching yang buruk akan terus menjadi batu sandungan apabila pendidikan tinggi tetap berkutat pada kurikulum yang ketinggalan zaman dan terlepas dari realitas pasar.

    Modal institusional menjadi ujian terbesar bagi komitmen reformasi. Peraturan perundang-undangan yang tidak sinkron, proses perizinan yang lambat, dan ketidakpastian hukum adalah biang keladi stagnasi investasi.

    Jika Indonesia ingin menjadi magnet investasi global, maka simplifikasi birokrasi bukan hanya soal mempercepat layanan, tetapi juga soal membangun kepercayaan.

    Dunia usaha harus percaya bahwa aturan akan berlaku konsisten, bahwa negara adalah mitra yang andal, bukan ancaman yang tak terduga.

    Infrastruktur dan konektivitas juga harus dibaca dalam spektrum yang lebih luas dari sekadar membangun jalan dan pelabuhan.

    Infrastruktur digital adalah tulang punggung ekonomi baru, dan kesenjangan akses internet yang masih lebar akan menciptakan jurang baru antara pelaku usaha di kota besar dan daerah tertinggal.

    Pembangunan harus inklusif secara spasial dan digital, jika tidak ingin potensi luar Jawa terus tertinggal dan terpinggirkan.

    Terakhir, tetapi tidak kalah penting, adalah modal kewirausahaan. Indonesia memiliki semangat wirausaha yang besar, tetapi tanpa dukungan sistemik, ia mudah padam.

    Perlu ada mekanisme pendanaan inovatif seperti venture capital dan private equity yang mampu menampung risiko dan mendampingi pertumbuhan.

    Pemerintah juga harus berhenti melihat start-up sebagai simbol gaya hidup digital semata, tetapi sebagai tulang punggung ekonomi masa depan.

    Transformasi menuju negara berpendapatan tinggi bukanlah narasi retoris yang bisa dijual dalam kampanye politik. Ia adalah proses menyakitkan, penuh negosiasi, dan menuntut keberanian dalam mengambil keputusan-keputusan yang tidak populer.

    Membiarkan sektor-sektor tidak efisien hidup karena pertimbangan politik adalah kontraproduktif. Mengabaikan inovasi dan mempertahankan status quo birokrasi adalah sabotase terhadap generasi mendatang.

    Sebaliknya, memberikan ruang bagi dinamika usaha yang sehat, mendukung ekspansi perusahaan lokal agar bisa menembus pasar global, serta menciptakan iklim usaha yang kompetitif, adalah jalan menuju masa depan yang layak diperjuangkan.

    Jika Indonesia mampu menciptakan keseimbangan antara peran negara yang strategis dan dinamika pasar yang sehat, maka status negara berpendapatan tinggi bukan lagi mimpi di ujung horizon, melainkan keniscayaan yang tinggal menunggu eksekusi yang cerdas dan konsisten.

    Sumber : Antara

  • NASA Blak-blakan Tanda Kiamat, Wilayah RI Dalam Bahaya Besar

    NASA Blak-blakan Tanda Kiamat, Wilayah RI Dalam Bahaya Besar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah negara di dunia perlu waspada terhadap ramalan NASA yang dapat mengakibatkan bencana besar akibat dari perubahan iklim. NASA memprediksi ketinggian air laut akan meningkat sekitar 3-6 kaki pada 2100 mendatang. Pemicunya adalah perubahan iklim yang melelehkan es di kutub dan menaikkan air laut secara masif.

    Jika hal itu terjadi, maka ratusan juta orang terancam kehilangan tempat tinggal. Wilayah pesisir dengan populasi padat disebut berada di ambang kepunahan karena terancam tenggelam.

    Dikutip dari Sciencing, setidaknya ada 10 kota besar di berbagai belahan dunia yang dikhawatirkan akan tenggelam. Jakarta masuk dalam daftar tersebut.

    Tanda-tanda petaka ini mulai terlihat dari fenomena banjir yang paling umum dan makin sering terjadi. Di awal Maret 2025 saja, banjir sudah menggenangi beberapa area Jabodetabek dan Jawa. Bahkan, area Bekasi mencatat kondisi banjir terparah dibandingkan 2016 dan 2020.

    “Jakarta diketahui merupakan salah satu kota yang paling cepat tenggelam di dunia. Masalah ini kian ekstrem, hingga pemerintah Indonesia memilih memindahkan ibu kota [ke IKN],” tulis laporan Sciencing.

    Sciencing melaporkan Jakarta sudah mulai mengalami proses tenggelam dengan air yang naik 17 cm per tahun. Secara geografis, Jakarta terletak di dataran rendah yang dulunya didominasi oleh rawa.

    Ada 13 sungai yang mengalir melalui wilayah perkotaan hingga ke Laut Jawa, sehingga seluruh wilayah sangat rentan terhadap naiknya permukaan air. Jakarta juga telah mengalami peningkatan jumlah banjir sejak pergantian abad.

    Banjir paling parah terjadi pada tahun 2007, ketika bencana itu merenggut 80 nyawa dan menimbulkan kerugian hingga ratusan juta dolar.

    Sciencing juga menyinggung keputusan pemerintah untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke IKN pada 2022. Laman tersebut mengatakan risiko banjir yang tinggi di Jakarta merupakan salah satu alasan pemindahan tersebut, dibarengi dengan polusi dan penyumbatan di mana-mana.

    “Ibu kota baru yang dinamai IKN diprediksi akan rampung sepenuhnya pada 2045. Pada saat itu, IKN kemungkinan menjadi pelarian dari Jakarta yang tenggelam,” tertulis dalam laporan Sciencing.

    Selain Jakarta, berikut beberapa kota besar lain yang terancam tenggelam, menurut laporan Sciencing:

    Alexandria, Mesir

    Kota terbesar kedua di Mesir ini memiliki populasi yang ditaksir mencapai 5,7 juta orang pada 2024. Hingga saat ini, Alexandria menjadi salah satu hub penting untuk perdagangan transbenua, terutama pengapalan minyak.

    Kota ini berfungsi sebagai salah satu terminal Pipa SUMED, pipa minyak antara Laut Merah dan Mediterania yang digunakan untuk mengirim minyak mentah dan gas alam dari Jazirah Arab ke Eropa.

    Sayangnya, dampak negatif dari penggunaan bahan bakar fosil tersebut adalah mencairnya es gletser. Panel iklim PBB memperkirakan sebanyak 30% kota tersebut dapat terendam air pada tahun 2050, yang akan menyebabkan setidaknya 1,5 juta orang mengungsi.

    Banjir juga dapat meluas hingga sebagian besar Delta Nil, menghancurkan salah satu tempat lahirnya peradaban.

    Miami, Florida

    Lebih dari setengah area Miami-Dade County hanya bertengger pada ketinggian 6 kaki di atas air laut. Sebanyak 60% di antaranya terancam tenggelam pada 2060 mendatang.

    Situasi di Miami makin parah dengan banyaknya pembangunan gedung-gedung mewah di area pesisir. Sciencing mengatakan pada skenario terburu, tenggelamnya Miami akan menjadi bencana alam terburuk sepanjang sejarah dari segi kerusakan ekonomi.

    Lagos, Nigeria

    Lagos adalah kota terbesar di Afrika dengan populasi sebanyak 16,5 juta orang pada 2024. Bencana banjir kerap menghantam Lagos pada musim panas, sehingga berdampak pada kerugian ekonomi sebesar miliaran dolar AS per tahun.

    Saat ini, area tersebut memiliki level tenggelam lebih dari 3 inci per tahun.

    Dhaka, Bangladesh

    Ibu kota Bangladesh ini merupakan kota dengan populasi terbesar dengan estimasi populasi 23,9 juta orang pada 2024. PBB menempatkan Bangladesh dalam jejeran ‘Top 10’ negara paling terdampak bencana alam.

    Di kala perubahan iklim makin parah, frekuensi dan intensitas banjir di negara tersebut juga kian mengkhawatirkan. Secara spesifik, Dhaka sudah ‘tenggelam’ sebanyak setengah inci per tahun.

    Yangon, Myanmar

    Yangon memiliki populasi sebanyak 5,7 juta orang pada 2024. Sama seperti kota-kota terancam lainnya, Yangon juga kerap dihadang bencana banjir.

    Yangon terletak hanya beberapa kilometer dari Sesar Sagaing. Jika gempa bumi besar melanda wilayah tersebut, sumur air tanah dapat runtuh dan menenggelamkan sebagian besar kota.

    Bangkok, Thailand

    Bangkok memiliki populasi sekitar 11,2 juta orang pada 2024. Dari tahun-ke-tahun, Bangkok telah kehilangan wilayah daratan karena peningkatan air laut.

    Garis pantainya akan merayap lebih dalam, diperkirakan mencapai lebih dari satu kilometer setiap tahun. Dalam satu abad, mayoritas dari kota Bangkok diprediksi akan lenyap.

    Kolkata, India

    Kota terbesar ketiga di India ini diestimasikan memiliki 15,6 juta populasi pada 2024. Selain ancaman peningkatan air laut, Kolkata diprediksi akan tenggelam karena ekstraksi air tanah yang berlebihan.

    Banjir juga menjadi bencana rutin di Kolkata. Pada 2024, banjir di Bengal Barat di Kolkata berdampak pada 250.000 orang. Jika bencana banjir ini makin sering terjadi dengan intensitas parah, lebih dari 10 juta orang terancam harus mengungsi.

    Manila, Filipina

    Manila adalah ibu kota Filipina yang memiliki 14,9 juta penduduk pada 2024. Ekstraksi air tanah dan aktivitas seismis dari volkanu Taal yang aktif membuat Manila menjadi area yang tidak stabil.

    Kota ini memiliki level ‘tenggelam’ yang cepat, yakni 4 inci per tahun atau lebih tinggi dari rata-rata kenaikan level air laut global per tahun. Masalah lainnya adalah kerusakan hutan mangrove di Manila di sepanjang Manila Bay.

    Pohon-pohon di hutan itu selama ini menjadi penghadang erosi di Manila. Sejak memasuki abad ke-20, sebanyak 130.000 hektar hutan mangrove di sepanjang Manila Bay telah ditebang.

    Megalopolis Guangdong-Hong Kong-Makau

    Area ini merupakan yang terbesar dan paling banyak area urbannya di seluruh dunia. Diestimasikan populasinya mencapai 86,9 juta orang pada 2024. Keseluruhan area urbannya terkonsentrasi di antara Pearl River Delta dekat Laut China Selatan.

    Pearl River Delta diperkirakan memiliki kenaikan air laut setinggi 5 kaki pada 100 tahun mendatang. Dengan level tersebut, tak menutup kemungkinan area ini akan tenggelam di masa.

    (fsd/fsd)

  • Dolar AS Hampir Tembus Rp 17 Ribu, Sudah Melenceng dari APBN

    Dolar AS Hampir Tembus Rp 17 Ribu, Sudah Melenceng dari APBN

    Jakarta

    Nilai tukar Rupiah tergencet Dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan Rupiah itu mendongkrak Dolar AS mendekati Rp 17.000.

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun buka suara. Dia mengatakan sampai akhir Maret 2025 rata-rata nilai tukar berada di level Rp 16.829/US$ dan secara year to date Rp 16.443/US$.

    Kondisi tersebut sudah melenceng dari yang diasumsikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yakni US$ 16.000/US$.

    “Untuk nilai tukar, (dalam) APBN 2025 diasumsikan Rp 16.000/US$, sampai year to date rata-rata nilai tukar kita di Rp 16.443/US$, end of period suasana akhir Maret ada di Rp 16.829/US$,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di kantornya, Jakarta, Rabu (30/4/2025).

    Menurut Sri Mulyani pemicu Rupiah tertekan lantaran ketidakpastian global yang meningkat sehingga suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) tidak turun seperti yang diperkirakan sebelumnya. Penurunan itu terhambat oleh inflasi AS yang masih tinggi dan ketatnya pasar tenaga kerja.

    “Fed Fund Rate menjadi lebih berhati-hati menurunkan suku bunganya dan ini menyebabkan capital flow ke AS atau dalam hal ini menyebabkan dolar indeks menjadi menguat,” ucap Sri Mulyani.

    Situasi semakin rumit setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana kebijakan tarif impor tinggi atau tarif resiprokal kepada sekitar 70 negara mitra dagang.

    “Tindakan drastis dari Presiden AS tersebut mempengaruhi sentimen dan dinamika sektor keuangan sangat signifikan. Ketidakpastian dan dinamika atau kita sebut gejolak dari pasar keuangan sangat besar terjadi di kuartal I tahun ini,” tutur Sri Mulyani.

    Pelemahan Rupiah Tak Cerminkan Fundamental Ekonomi

    Sri Mulyani menyebut pelemahan Rupiah tidak mencerminkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

    “Pergerakan nilai tukar lebih mencerminkan dinamika global dan tidak selalu sama atau identik dengan kondisi fundamental Indonesia,” ucap Sri Mulyani.

    Sri Mulyani mengklaim stabilitas ekonomi Indonesia masih baik di tengah ketidakpastian global. Hal itu menjadi pertimbangan investor untuk menempatkan uangnya di Tanah Air.

    Sri Mulyani mengatakan di tengah ketidakpastian global saat ini investor di seluruh dunia sedang mencari tempat yang dianggap aman untuk investasi. Indonesia diklaim sebagai salah satu tempat pilihannya.

    “Dalam suasana ketidakpastian dan dinamika global, investor seluruh dunia mencari tempat yang dianggap pasti dan aman. Untuk saat ini Indonesia dengan pengelolaan ekonomi dan APBN, serta makro yang stabil merupakan salah satu tempat yang dianggap menjadi tempat pilihan,” kata Sri Mulyani.

    (aid/hns)

  • Rupiah menguat seiring optimisme tensi perdagangan global mereda

    Rupiah menguat seiring optimisme tensi perdagangan global mereda

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Rupiah menguat seiring optimisme tensi perdagangan global mereda
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 30 April 2025 – 20:10 WIB

    Elshinta.com – Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menyatakan nilai tukar (kurs) rupiah menguat seiring optimisme tensi perdagangan global yang mereda.

    “Rupiah melanjutkan tren apresiasi pasca meningkatnya optimisme terkait meredanya tensi perdagangan global,” ucapnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

    Optimisme ini tergambar dari keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menandatangani executive order untuk memberikan pengecualian bagi beberapa tarif impor yang berkaitan dengan sektor otomotif di AS.

    The Wall Street Journal melaporkan bahwa langkah AS itu akan membebaskan produsen mobil yang saat ini sudah dikenai tarif atas kendaraan dari beban tarif tambahan lainnya, khususnya atas baja dan aluminium. Produsen mobil juga bisa mendapatkan pengembalian atas tarif yang telah mereka bayarkan.

    Pada saat yang sama, tarif atas suku cadang luar negeri yang digunakan untuk merakit mobil di AS, yang awalnya diperkirakan mencapai 25 persen dan mulai berlaku pada Sabtu (26/4), juga kemungkinan akan dikurangi.

    Josua juga melaporkan bahwa sebagian besar mata uang Asia menguat terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, termasuk rupiah.

    Pada hari Jumat (2/5) mendatang, pasca libur hari buruh, rupiah disebut berpotensi melanjutkan penguatan akibat kemungkinan data ketenagakerjaan serta Produk Domestik Bruto (PDB) di AS yang melemah. Hal ini berpotensi meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, sehingga sentimen risk-on kembali meningkat pada perdagangan dua hari lagi.

    “Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.525-16.650 per dolar AS pada hari Jumat mendatang,” kata dia.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta menguat sebesar 158 poin atau 0,94 persen menjadi Rp16.603 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.856 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu sore juga menguat ke level Rp16.679 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.787 per dolar AS.

    Sumber : Antara

  • Rupiah Melemah, Sri Mulyani Bilang Bukan Salah Ekonomi RI! Ini Biang Keroknya

    Rupiah Melemah, Sri Mulyani Bilang Bukan Salah Ekonomi RI! Ini Biang Keroknya

    Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati angkat suara soal pelemahan nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir. 
     
    Ia menegaskan, pergerakan rupiah tidak mencerminkan kondisi ekonomi Indonesia yang sebenarnya.
     
    “Pergerakan nilai tukar lebih mencerminkan dinamika global, dan tidak selalu sama atau identik dengan kondisi fundamental Indonesia,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa edisi April 2025, dilansir Antara, Rabu, 30 April 2025.

    Rata-rata kurs rupiah pada Januari-Maret 2025 tercatat sebesar Rp16.443 per dolar AS. Sementara itu, posisi rupiah di akhir Maret sempat melemah hingga menyentuh level Rp16.829 per dolar AS.
     
    Padahal, dalam asumsi makro APBN 2025, pemerintah menargetkan nilai tukar rupiah lebih kuat di kisaran Rp16.000 per dolar AS.
     

    Ternyata ini biang kerok pelemahan rupiah
    Bendahara Negara itu menyebut penyebab utama tekanan terhadap rupiah berasal dari faktor eksternal alias global. 
     
    Salah satunya adalah keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang menahan penurunan suku bunga.
     
    Pasar sebelumnya berharap suku bunga acuan (Fed Funds Rate) akan turun, namun harapan itu tertahan karena inflasi di AS masih tinggi dan pasar tenaga kerja di sana masih ketat.
     
    Kondisi tersebut membuat The Fed cenderung lebih berhati-hati dan akhirnya memicu aliran modal masuk ke AS. Dampaknya, dolar AS menguat dan mata uang negara-negara lain, termasuk Indonesia, ikut tertekan.
    Donald Trump kembali terpilih, pasar global makin goyang
    Gejolak global makin diperparah dengan kemenangan Donald Trump dalam pemilu Presiden AS. Di awal pemerintahannya, Trump langsung membuat pasar ketar-ketir dengan kebijakan tarif baru yang agresif dan bersifat resiprokal.
     
    Kebijakan itu berdampak pada sekitar 70 negara mitra dagang AS yang dianggap terlalu untung besar dalam perdagangan. Efeknya? Ketidakpastian di pasar keuangan dunia melonjak tajam dan membuat nilai tukar berbagai negara mengalami penyesuaian, termasuk Indonesia.
     
    “Ini menyebabkan nilai tukar terhadap dolar di banyak negara mengalami penyesuaian, tak terkecuali Indonesia,” ujar Sri Mulyani.
    Rupiah mulai pulih, tapi masih terbatas
    Meskipun sempat melemah, rupiah mulai menunjukkan tanda-tanda penguatan. Pada pembukaan perdagangan hari Rabu, 30 April 2025, rupiah naik 46 poin atau 0,27 persen menjadi Rp16.715 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.761.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • BPS Buka Suara soal Standar Perhitungan Bank Dunia Terkait Angka Kemiskinan RI

    BPS Buka Suara soal Standar Perhitungan Bank Dunia Terkait Angka Kemiskinan RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) meminta pemaknaan yang bijak terhadap laporan Bank Dunia (World Bank) terbaru soal angka kemiskinan di Indonesia yang mencapai 60,3% dari populasi.

    Utamanya lantaran standar yang digunakan yakni ambang batas kemiskinan negara berpendapatan menengah atas. 

    Sebagaimana diketahui, Indonesia masuk kategori negara berpendapatan menengah atas atau upper-middle income country pada 2023 setelah mendapatkan gross national income (GNI) atau pendapatan nasional bruto sebesar US$4.850 per kapita.

    Standar itu lalu digunakan Bank Dunia dalam mengukur angka kemiskinan Indonesia dalam laporan terbarunya bertajuk Macro Poverty Outlook edisi April 2025. 

    Persentase tersebut berdasarkan ambang batas garis kemiskinan negara berpendapatan menengah-atas yaitu pengeluaran per kapita sebesar US$6,85 per hari. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan bahwa angka itu merupakan median. Sedangkan, GNI Indonesia masih berada di tingkatan bawah kisaran pendapatan nasional bruto negara-negara upper-middle income yakni US$4.466-US$13.845. 

    “Standarnya yang US$6,85 itu kan adalah median dari upper middle income. Indonesia sendiri di dalam status upper-middle income itu masih di bawah. Sebenarnya yang paling penting adalah bukan angkanya dan levelnya, seberapa cepat kita bisa menurunkan kemiskinan,” jelasnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/4/2025). 

    Amalia juga menerangkan bahwa Indonesia, seperti halnya negara-negara lain, memiliki national poverty line yang diukur dengan karakteristiknya sendiri. Hasilnya pun berbeda dengan yang dirilis oleh World Bank. 

    Dia mencontohkan China yang mendeklarasikan bahwa kemiskinan di negaranya sudah mencapai level 0%, sedangkan Bank Dunia menyebut masih 17%.

    Mantan Deputi di Kementerian PPN/Bappenas itu menerangkan, pengukuran angka kemiskinan di Indonesia dilakukan di masing-masing provinsi. Kemudian, angka itu diagregasi menjadi angka nasional. 

    Di sisi lain, Amalia turut menekankan bahwa garis kemiskinan tidak sama dengan pendapatan. Dia juga menerangkan bahwa cara mengukur garis kemiskinan oleh BPS dan Bank Dunia berbeda. 

    Meski demikian, dia menyebut BPS telah memedomani Bank Dunia dalam mengukur kemiskinan ekstrem yakni US$2,15. Standar itu digunakan oleh Bank Dunia berbasis pada negara paling miskin. 

    “Kita sudah ikut. Nah selain kemiskinan ekstrem, kami juga punya (kategori) kemiskinan. Nah kemiskinan itulah yang kita menghitung National Poverty Line tadi,” terang Amalia. 

    Di sisi lain, Amalia juga mengingatkan bahwa keluarga yang tingkat pengeluarannya berada di atas garis kemiskinan bukan berarti dikategorikan keluarga kaya. Namun, mereka masih dikategorikan rentan miskin. 

    Lulusan ITB serta Amerika dan Australia itu menjelaskan, kelompok keluarga rentan miskin itu bisa sewaktu-waktu jatuh miskin. Oleh sebab itu, pemerintah menggelontorkan sederet program bantuan sosial.

    “Makanya itu bansos pemerintah, bantuan program itu selalu sampai empat kali di atas garis kemiskinan, atau dua sampai tiga kali di atas garis kemiskinan,” papar Amalia. 

    Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, laporan Bank Dunia bertajuk Macro Poverty Outlook edisi April 2025 mengungkap angka kemiskinan Indonesia sebesar 60,3%. Laporan itu mengungkap jumlah penduduk miskin di Indonesia pada 2024. 

    Persentase tersebut berdasarkan ambang batas garis kemiskinan negara berpendapatan menengah-atas yaitu pengeluaran per kapita sebesar US$6,85 per hari. Apabila dihitung dengan kurs Jisdor Rp16.829 per dolar AS, maka US$6,85 menjadi sekitar Rp115.278. 

    Namun, perlu dicatat, garis kemiskinan dalam PPP tidak bisa dikonversi dengan kurs biasa. Angka garis kemiskinan itu harus dihitung dengan PPP Conversion Factor, yang nominalnya berbeda untuk setiap negara. 

    Bank Dunia sendiri sudah mengategorikan Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah-atas atau upper-middle income country pada 2023, setelah mencapai gross national income (GNI) atau pendapatan nasional bruto sebesar US$4.580 per kapita. 

    Bank Dunia sendiri mengklasifikasikan sebuah negara sebagai negara berpendapatan menengah-atas apabila memiliki GNI di kisaran US$4.466—US$13.845 per kapita. 

    Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 285,1 juta berdasarkan Susenas 2024 Badan Pusat Statistik (BPS). Mengacu pada data kemiskinan Indonesia Bank Dunia terbaru, 60,3% jumlah penduduk miskin itu setara dengan 172 juta orang. 

    Bank Dunia memproyeksikan jumlah penduduk miskin Indonesia tersebut akan menurun sedikit demi sedikit beberapa tahun mendatang, yaitu menjadi 58,7% pada 2025, 57,2% pada 2026, dan 55,5% pada 2027.

  • Pelemahan rupiah tak cerminkan fundamental ekonomi RI

    Pelemahan rupiah tak cerminkan fundamental ekonomi RI

    Arsip foto – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan paparan dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Senayan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/Spt/aa.

    Sri Mulyani: Pelemahan rupiah tak cerminkan fundamental ekonomi RI
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Rabu, 30 April 2025 – 18:31 WIB

    Elshinta.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah beberapa waktu terakhir tidak mencerminkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

    “Pergerakan nilai tukar lebih mencerminkan dinamika global, dan tidak selalu sama atau identik dengan kondisi fundamental Indonesia,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Pergerakan rata-rata nilai tukar rupiah secara tahun berjalan Januari-Maret 2025 tercatat mencapai Rp16.443 per dolar AS (year-to-date/ytd). Sedangkan kurs pada akhir Maret berada pada level Rp16.829 per dolar AS.

    Sebagai perbandingan, pemerintah menargetkan nilai tukar rupiah berada pada level yang lebih kuat, yakni Rp16.000 per dolar AS, dalam asumsi makro APBN 2025.

    Akan tetapi, kondisi global terus mengalami perubahan signifikan. Saat itu, pasar berharap suku bunga acuan Federal Funds Rate (Fed Fund Rate) akan turun. Namun, harapan ini tertahan oleh inflasi di Amerika Serikat yang masih relatif tinggi dan pasar tenaga kerja yang cukup ketat.

    Hal itu mendorong The Fed lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga, menyebabkan terdorongnya aliran modal (capital flow) ke Amerika Serikat dan menyebabkan penguatan indeks dolar AS.

    Gejolak global terus berlanjut dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, yang mengambil sejumlah langkah drastis pada awal jabatannya, termasuk kebijakan tarif resiprokal. Tarif itu cukup agresif dan berdampak pada sekitar 70 negara mitra dagang yang dianggap memiliki surplus perdagangan dengan AS dan perlu dikoreksi.

    Kebijakan tersebut memicu gejolak di sektor keuangan global. Ketidakpastian meningkat tajam, dan dinamika pasar keuangan menjadi sangat fluktuatif, terutama pada kuartal pertama 2025. Situasi ini serupa dengan yang terjadi pada April tahun sebelumnya.

    “Ini menyebabkan nilai tukar terhadap dolar di banyak negara mengalami penyesuaian, tak terkecuali Indonesia,” ujar Sri Mulyani.

    Untuk diketahui, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Rabu pagi di Jakarta menguat sebesar 46 poin atau 0,27 persen menjadi Rp16.715 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.761 per dolar AS.

    Analis mata uang dan komoditas Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah menguat terbatas seiring harapan pada perundingan soal kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

    Sumber : Antara

  • 60% Warga RI Orang Miskin

    60% Warga RI Orang Miskin

    Jakarta

    World Bank alias Bank Dunia melaporkan sebanyak 60,3% atau sekitar 171,91 juta penduduk Indonesia masuk dalam kategori miskin. Jumlah ini tercatat mengalami penurunan dari 61,8% pada 2023, dan 62,6% pada 2022 lalu.

    Sementara itu, untuk 2025 World Bank memprediksi tingkat kemiskinan Indonesia kembali turun menjadi 58,7%. Kemudian angka ini diramal kembali turun jadi 57,2% pada 2026, dan 55,5% pada 2027.

    Untuk diketahui, pengelompokan penduduk miskin yang digunakan World Bank tersebut didasari dari acuan garis kemiskinan untuk kategori negara berpendapatan menengah ke atas atau upper middle income dengan Purchasing Power Parity (PPP) sebesar US$ 6,85 atau Rp 113.730 per kapita per hari (kurs Rp 16.603/dolar AS).

    “Pertumbuhan konsumsi swasta akan tetap tangguh, dengan sedikit perlambatan karena kurangnya lapangan kerja berkualitas meningkatkan tabungan untuk berjaga-jaga. Dengan permintaan yang berkelanjutan, tingkat kemiskinan, yang diukur berdasarkan garis LMIC, diproyeksikan akan turun menjadi 11,5% pada tahun 2027,” tulis World Bank dalam laporannya.

    Selain menggunakan acuan kategori negara berpendapatan menengah ke atas, dalam laporan ‘Macro Poverty Outlook’ edisi April 2025, World Bank juga memberikan ukuran tingkat kemiskinan RI berdasarkan acuan garis kemiskinan negara berpendapatan menengah ke bawah atau lower middle income.

    Berdasarkan acuan negara berpendapatan kelas menengah ke bawah dengan PPP sebesar US$ 3.65 atau Rp 60.600 per kapita per hari, tingkat kemiskinan RI berada di level 15,6% pada 2024 kemarin; 17,5% pada 2023; dan 19,1% pada 2022.

    Sementara untuk 2025, menggunakan acuan ini World Bank memprediksi tingkat kemiskinan Indonesia kembali turun jadi 14,2%. Kemudian angka ini diramal kembali turun jadi 12,8% pada 2026, dan 11,5% pada 2027.

    (igo/fdl)

  • Rupiah pada Rabu pagi menguat jadi Rp16.715 per dolar AS

    Rupiah pada Rabu pagi menguat jadi Rp16.715 per dolar AS

    Arsip – Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank BSI, Jakarta, Selasa (3/9/2024). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/Spt.)

    Rupiah pada Rabu pagi menguat jadi Rp16.715 per dolar AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Rabu, 30 April 2025 – 11:40 WIB

    Elshinta.com – Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu pagi di Jakarta menguat sebesar 46 poin atau 0,27 persen menjadi Rp16.715 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.761 per dolar AS.

    Sumber : Antara