Produk: dolar AS

  • Rupiah pada Senin pagi melemah jadi Rp16.455 per dolar AS Senin, 23 Juni 2025 – 11:58 WIB

    Rupiah pada Senin pagi melemah jadi Rp16.455 per dolar AS
    Senin, 23 Juni 2025 – 11:58 WIB

  • Indikator Ekonomi Belum Sesuai Ekspektasi, Perlukah Revisi Target APBN?

    Indikator Ekonomi Belum Sesuai Ekspektasi, Perlukah Revisi Target APBN?

    Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah indikator ekonomi makro mulai dari pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, hingga harga minyak mentah Indonesia alias Indonesia Crude Price atau ICP belum bergerak sesuai ekspektasi.

    Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet menilai jika mengikuti aturan, sebenarnya kondisi saat ini sudah memenuhi persyaratan pemerintah untuk melakukan penyesuaian pada APBN. 

    Melihat data Kementerian Keuangan soal perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro (ADEM) 2025 per Mei 2025, dari tujuh indikator, ICP dan inflasi masih dalam jangkauan pemerintah. 

    Sayangnya, Yusuf memandang pelaksanaan APBN Perubahan (APBN-P) tampaknya sulit dilakukan karena pemerintah punya sederet pekerjaan rumah, yakni perumusan APBN 2026. 

    “Apakah kemudian Pemerintah perlu melakukan penyesuaian dari asumsi makro, menurut saya ini akan tergantung pada apakah perubahan yang terjadi saat ini akan lebih banyak merugikan atau menguntungkan APBN,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (22/6/2025). 

    Misalnya, kata Yusuf, untuk harga komoditas saat ini meskipun berada pada kondisi geopolitik yang bisa mempengaruhi ICP pada asumsi makro namun harga minyak global, saat ini masih berada pada batas asumsi makro yang ditetapkan oleh pemerintah.

    “Dalam konteks tersebut, saya prediksi pemerintah tidak akan mengubah asumsi untuk ICP selama harga minyak belum melampaui asumsi ICP APBN,” lanjutnya. 

    Secara perinci melihat perkembangan ADEM 2025, pada saat rupiah terpengaruh dinamika global dan gejolak pasar keuangan akibat arah kebijakan AS, yield SBN justru terjaga dan relatif stabil meski menghadapi gejolak pasar uang dan dinamika global.

    Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang per 13 Juni 2025 sebesar 6,89%, bergerak mendekati asumsi 7%. 

    Pada periode yang sama, rupiah yang diasumsikan senilai Rp16.000 per dolar AS tercatat rata-rata senilai Rp16.437 (year to date/YtD). Sementara pada penutupan perdagangan Jumat (20/6/2025), rupiah bertengger di level Rp16.396,5 per dolar—lebih tinggi dari asumsi.

    Perkembangan ADEM 2025

    Indikator 
    APBN
    Realisasi 

    Pertumbuhan ekonomi (%, YoY)
    5,2
    4,87 (kuartal I/2025)

    Inflasi (%)
    2,5
    1,6 (YoY), -0,37% (MtM)

    Nilai tukar (Rp/US$)
    16.000
    16.237 (eop), 16.437 (YtD)

    Yield SBN 10 Tahun )%)
    7
    6,89 (eop), 6,72 (YtD)

    ICP (US$/barel)
    82
    62,75 (eop), 70,05 (YtD)

    Lifting minyak (rbph)
    605
    657,9

    Lifting gas (rbsmph)
    1.005
    987,5

    Sumber: Kemenkeu 

    Keterangan: realisasi akhir Mei 2025

    eop: per 13 Juni 2025 

    YtD: per akhir Mei 2025

    Pergerakan tersebut pun turut terjadi pada target ekonomi yang meski tetap tumbuh positif di tengah gejolak global, namun tidak sesuai harapan 5,2%. Pada kuartal I/2025, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% secara tahunan. 

    Sementara inflasi per Mei 2025 cukup rendah di level 1,6% year on year (YoY), namun masih dalam target pemerintah dan Bank Indonesia di kisaran 1,5%—3,5%. 

    Lifting minyak per akhir Mei tercatat sejumlah 567,9 ribu barel per hari, di bawah target 605 ribu barel per hari. Sementara lifting gas juga masih rendah di angka 987,5 ribu barel setara minyak per hari dari target 1.005 ribu barel setara minyak per hari. 

    Terakhir, harga ICP terpantau masih di bawah batas asumsi, yakni US$62,75 per barel dari target US$82 per barel. 

    Dalam sepekan terakhir sejalan dengan meningkatnya tensi Israel dengan Iran, ICP terpantau belum melonjak selayaknya Brent. 

    Di mana ICP pada akhir perdagangan Jumat (20/6/2025), berada di angka US$65,29 per barel—termasuk dalam level terendah sepanjang tahun ini—sementara Brent ditutup pada US$77,17 per barel usai mencapai level tertinggi sepanjang tahun ini pada 19 Juni 2025 senilai US$78,85 per barel. 

    Pada dasarnya asumsi makro menjadi acuan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Misalnya, harga minyak global dan rupiah akan mempengaruhi besaran subsidi energi. 

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun menekankan bahwa APBN bukanlah sesuatu yang tetap, namun bergerak mengikuti kondisi perkembangan ekonomi, misalnya oleh kejadian perang yang berlangsung di sejumlah tempat.  

    Tiga indikator yakni ICP, lifting minyak, dan gas, selain dipengaruhi oleh kondisi di dalam negeri kita, terutama untuk sektor pertahanan minyak juga dipengaruhi oleh apa yang sekarang sedang berlangsung di Timur Tengah, yaitu perang antara Israel dengan Iran. 

    “Tadi karena semua bergerak, jadi APBN itu bukanlah sesuatu yang fix atau tetap, tapi dia terus-menerus mengalami dampak dari kondisi ekonomi yang bergerak,” jelasnya beberapa waktu lalu. 

    Meski demikian, pemerintah terus melakuakn mitigasi khususnya soal pertumbuhan ekonomi dengan melalukan kebijakan countercyclical untuk menahan agar ekonomi tetap tumbuh mendekati 5% pada tahun ini. 

  • Konflik Iran-Israel, Ekonom Wanti-wanti Rupiah Bisa Makin Tertekan

    Konflik Iran-Israel, Ekonom Wanti-wanti Rupiah Bisa Makin Tertekan

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom mewanti-wanti konflik Iran-Israel berpotensi memicu nilai tukar rupiah kian tertekan. Tak hanya itu, konflik tersebut juga memicu ekonomi Indonesia menjadi melambat.

    Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menyebut bahwa jika Selat Hormuz mengalami gangguan, maka pasokan energi menjadi terganggu. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia akan melambat.

    “Tergantung eskalasi, jika selat Hormuz terganggu, suplai energi dunia terganggu, harga naik, ekonomi dunia dan Indonesia melambat,” kata Wijayanto kepada Bisnis, Minggu (22/6/2025).

    Wijayanto menambahkan, konflik Iran-Israel ini juga berpotensi mengganggu arus modal (capital flow) dan nilai tukar rupiah melemah.

    “Selain itu, risiko dunia meningkat, capital flow terganggu, bunga meningkat dan rupiah berpotensi tertekan,” ujarnya.

    Adapun, rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.390 per dolar AS pada akhir perdagangan Kamis (19/6/2025), dan dibuka pada level (bid) Rp16.355 per dolar AS keesokan harinya. Namun pada akhir perdagangan, rupiah tercatat menuju level Rp16.399 per dolar AS (JISDOR 20 Juni 2025).

    Di sisi lain, Wijayanto memperkirakan dampak langsung dari konflik Iran-Israel ke neraca perdagangan Indonesia tidak terlalu signifikan.

    “Yang signifikan adalah dampak tidak langsung yang mempengaruhi Indonesia dari aspek keuangan dan energi,” tuturnya.

    Kendati demikian, menurut Wijayanto, Iran tidak akan memblokir Selat Hormuz lantaran jalur ini akan mempengaruhi China sebagai importir energi besar dari Timur Tengah.

    Mengutip dari Reuters, setelah berhari-hari musyawarah, keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk bergabung dengan kampanye militer Israel melawan saingan utamanya Iran merupakan eskalasi besar konflik.

    Teranyar, pasukan militer AS telah menyerang tiga situs nuklir Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan, pada Sabtu (21/6/2025) malam.

    Trump mengatakan bahwa aksi tersebut merupakan serangan yang sangat sukses. Kini, seluruh awak pesawat yang membawa bom ke Iran telah berhasil keluar.

    Tak sampai di sana, Kepala Negara AS itu juga mengancam akan melakukan serangan yang jauh lebih besar kepada Iran jika tak bersedia melakukan perdamaian.

    “Tetapi sekarang saatnya berdamai. Jika mereka tidak melakukannya, serangan di masa depan akan jauh lebih besar dan jauh lebih mudah,” kata Trump dalam pidato yang disiarkan di akun X The White House, Sabtu (21/6/2025) waktu setempat.

    Trump mengatakan tujuan dari serangan ini untuk menghancurkan kapasitas nuklir dan instrumen Iran serta menghentikan ancaman nuklir. Dia juga telah memutuskan untuk tidak akan membiarkan hal ini kembali terjadi.

    Dia kembali memberikan ultimatum bahwa Iran harus memilih antara menerima perdamaian atau menghadapi serangan yang jauh lebih parah dari apa yang telah terjadi dalam delapan hari terakhir.

    “Tetapi jika perdamaian tidak segera datang, kami akan mengejar target lainnya dengan kecepatan dan keterampilan presisi. Sebagian besar dari mereka dapat disingkirkan dalam hitungan menit,” ujarnya.

  • AS Ikut Perang Israel-Iran, Pemerintah Perlu Jaga Rupiah & Harga Minyak

    AS Ikut Perang Israel-Iran, Pemerintah Perlu Jaga Rupiah & Harga Minyak

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menyoroti perlunya langkah darurat dan sigap dari pemerintah untuk menghadapi potensi volatilitas rupiah dan kenaikan harga minyak usai Amerika Serikat terjun ke medan perang Israel—Iran.

    Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi mengungkapkan perang terbuka antara Israel dan Iran yang kini melibatkan langsung Amerika Serikat dan harus menjadi alarm serius bagi Indonesia. 

    Dirinya menekankan bahwa Indonesia tidak boleh menonton dalam diam. Ketika AS mengerahkan B-2 bomber untuk menghancurkan infrastruktur nuklir Iran, dampaknya tak hanya mengguncang Timur Tengah, tetapi juga menggoyang fondasi ekonomi dan geopolitik negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

    “Pemerintah Indonesia harus segera bertindak, bukan sekadar membuat pernyataan normatif. Presiden dan jajarannya harus mempersiapkan langkah darurat menghadapi lonjakan harga minyak dunia,” ujarnya, Minggu (22/6/2025).  

    Syafruddin memandang ketergantungan Indonesia pada impor energi akan menjadi beban fiskal besar jika harga minyak menembus US$100 per barel. Dalam APBN 2025, pemerintah mengasumsikan harga minyak mentah Indonesia pada level US$82 per barel. 

    Per 20 Juni 2025, harga minyak mentah Indonesia berada di level US$65,29 per dolar AS. Mengacu data Bloomberg, harga minyak Brent telah mencapai puncaknya pada 19 Juni 2025 di angka US$78,85 per barel usai serangan Israel ke Iran. 

    Sementara Kementerian Keuangan telah mewaspadai konflik Israel dan Iran yang memburuk dapat mengganggu pasokan dan mendorong lonjakan harga minyak mentah Indonesia. Di samping harga minyak, Syafruddin menuturkan bahwa menunda revisi kebijakan subsidi energi hanya akan memperparah defisit APBN. 

    Selain itu, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan harus memperkuat koordinasi stabilisasi rupiah. Dengan kondisi saat ini, potensi capital outflow akibat dapat menekan nilai tukar dan mengerek inflasi. Untuk itu, intervensi moneter harus disertai penajaman komunikasi kebijakan agar pasar tetap tenang.

    Terlebih pada pekan ini, Bank Indonesia melaporkan adanya aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Tanah Air senilai Rp2,04 triliun untuk periode 16—19 Juni 2025 atau pekan ketiga Juni.

    Syafruddin melihat saat Presiden Trump mengonfirmasi serangan udara terhadap situs nuklir Iran, termasuk penghancuran fasilitas Fordow, eskalasi konflik berubah drastis dari serangan regional menjadi pertarungan terbuka antara kekuatan global. 

    Saat ini, pemerintah Indonesia Indonesia belum memberikan pernyataan secara khusus terkait langkah menghadapi aksi teranyar Presiden AS Donald Trump. 

    Pasukan militer Amerika Serikat (AS) telah menyerang tiga situs nuklir Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan, pada Sabtu (21/6/2025) malam.  

    Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa aksi tersebut merupakan serangan yang sangat sukses. Kini, seluruh awak pesawat yang membawa bom ke Iran telah berhasil keluar.  

    “Muatan penuh bom dijatuhkan di situs utama, Fordow. Semua pesawat dalam perjalanan pulang dengan selamat. Selamat kepada Prajurit Amerika kita yang hebat. Tidak ada militer lain di dunia yang bisa melakukan ini,” ujar Trump, dikutip dari akun resmi @WhiteHouse, Minggu (22/6/2025).   

    Lewat aksi ini, Trump disebut bertujuan untuk menghentikan perang yang terjadi dalam sepekan terakhir antara Iran dan Israel. 

  • Bolivia Hadapi Risiko Gagal Bayar Utang Jika Tak Ada Pendanaan Baru – Page 3

    Bolivia Hadapi Risiko Gagal Bayar Utang Jika Tak Ada Pendanaan Baru – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Bolivia yang tengah berjuang melawan krisis ekonomi yang telah menjerumuskannya ke dalam keresahan sosial. Presiden Bolivia, Luis Arce menuturkan, pihaknya berisiko gagal bayar utang jika tidak memperoleh pembiayaan asing baru.

    “Kami berusaha untuk tidak gagal bayar. Kami memiliki niat untuk membayar utang, tetapi bagaimana jika kami tidak memiliki sumber daya?,” ujar dia seperti dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Minggu (21/6/2025).

    Utang luar negeri Bolivia mencapai USD 13,3 miliar atau sekitar Rp 218,02 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.393). Kreditor utama adalah the Inter-American Development Bank, the Development Bank of Latin America and the Caribbean (CAF), Bank Dunia dan China.

    Arce tidak dapat meyakinkan parlemen untuk mengizinkannya mencari pinjaman baru USD 1,8 miliar atau sekitar Rp 29,50 triliun dari lembaga multilateral.

    Negara itu membutuhkan USD 2,6 miliar atau Rp 42,62 triliun pada Desember untuk impor bahan bakar dan pembayaran utang luar negeri.

    “Kita membuat kesepakatan terburuk sebagai sebuah negara. Karena ketika seseorang memiliki utang luar negeri, Anda membayar pokok dan bunga kepada kreditor, dan arus keluar dolar AS itu dikompensasi oleh arus masuk pencairan baru dari utang baru yang tidak terjadi,” ujar presiden.

    Utang Bolivia mewakili lebih dari 37 persen dari pendapatan nasional brutonya, menurut Bank Dunia. Terakhir kali negara itu gagal bayar adalah pada tahun 1984.

    Arce telah menolak seruan untuk mundur karena krisis ekonomi yang ditandai dengan kekurangan mata uang asing, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya.

     

     

     

     

     

  • Pasar Bebas Indonesia-Uni Ekonomi Eurasia Diteken Desember

    Pasar Bebas Indonesia-Uni Ekonomi Eurasia Diteken Desember

    JAKARTA – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan dokumen perjanjian pasar bebas (FTA) antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) akan diteken oleh dua negara saat Konferensi Tingkat Tinggi EAEU pada Desember 2025.

    Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia, Airlangga melanjutkan, telah merampungkan perundingan perjanjian pasar bebas, sebagaimana diumumkan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    “Perjanjian (FTA) dengan (Uni Ekonomi) Eurasia sudah selesai, conclusion, sudah selesai materi (perundingan disepakati oleh dua belah pihak.),” kata Menko Airlangga menjawab pertanyaan wartawan saat ditemui di lobi hotel tempat Presiden Prabowo menginap di St. Petersburg, Rusia, dikutip Antara, Sabtu, 21 Juni.

    Airlangga kembali menekankan seluruh materi yang dirundingkan telah disepakati, sehingga tahapan selanjutnya ialah penandatanganan dokumen perjanjian pasar bebas, yang nantinya membuka hambatan pasar antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia.

    “Kemarin sudah dilaporkan, sudah disampaikan oleh Presiden Putin dan Presiden Bapak Prabowo mengenai EAEU,” kata Airlangga.

    Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sesi pernyataan pers bersama di Istana Konstantinovskiy, St. Petersburg, Kamis (19/6), mengumumkan rampungnya perundingan perjanjian pasar bebas antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia. Presiden Prabowo melawat ke St. Petersburg, Rusia, pada 18 Juni sampai dengan 20 Juni untuk kunjungan resmi dan memenuhi undangan Presiden Putin untuk hadir sebagai pembicara utama di Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025, Jumat.

    Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia memulai negosiasi perjanjian pasar bebas sejak bulan Desember 2022. Dalam rentang waktu hingga Juni 2025, ada lima putaran perundingan, dan sejumlah pertemuan intersesi. Uni Ekonomi Eurasia terdiri atas Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan.

    Tim perunding dari Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono.

    Perjanjian pasar bebas dengan Uni Ekonomi Eurasia membuka peluang ekspor baru bagi Indonesia, khususnya untuk komoditas unggulan seperti minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya, kopra, kopi, karet alam, dan mentega kakao.

    Di sisi lain, Indonesia juga mengharapkan peningkatan impor dari EAEU untuk sejumlah komoditas strategis, antara lain gandum, fosfat, batu bara, dan bahan baku pupuk kimia serta besi setengah jadi.

    Dengan jumlah populasi total mencapai lebih dari 460 juta jiwa antara Indonesia dan EAEU, perjanjian pasar bebas itu dipercaya dapat memperluas akses pasar, memperlancar logistik, serta meningkatkan arus investasi dua arah antara Indonesia dan EAEU.

    Nilai perdagangan antara Indonesia dan EAEU pada periode Januari sampai dengan Maret 2025 mencapai 1,57 miliar dolar AS, meningkat tajam sebesar 84,63 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

    Di luar perdagangan, Indonesia juga membuka peluang investasi dari negara-negara EAEU di sektor-sektor prioritas seperti industri pengolahan, transportasi, logistik, pertambangan, dan pertanian.

    Realisasi investasi dari kawasan EAEU ke Indonesia juga menunjukkan tren positif, yaitu mencapai 273,7 juta dolar AS pada 2024.

  • Investor beralih ke Bitcoin saat harga emas terkoreksi

    Investor beralih ke Bitcoin saat harga emas terkoreksi

    Vice President Indodax, Antony Kusuma memberikan pemaparan dalam salah satu diskusi terkait aset kripto di Jakarta. ANTARAHO-Indodax

    Investor beralih ke Bitcoin saat harga emas terkoreksi
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Sabtu, 21 Juni 2025 – 14:31 WIB

    Elshinta.com – Di tengah anjloknya harga emas global sebagai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel serta kebijakan moneter ketat dari Federal Reserve (The Fed), kalangan investor aset digital mengalihkan investasinya ke Bitcoin (BTC).

    Menurut Vice President Indodax, Antony Kusuma, dalam situasi penuh tekanan saat ini ini Bitcoin tetap bertahan di level 104.000 dolar AS sementara itu, harga emas dunia terkoreksi 2,5 persen dari harga 3.420 dolar AS pada 13 Juni 2025 turun ke 3.335 dolar AS pada 20 Juni 2025.

    Sementara The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25 – 4,50 persen dan memberi sinyal bahwa penurunan suku bunga akan dilakukan secara bertahap hingga 2027, tergantung perkembangan data ekonomi dan inflasi

    “Ketahanan Bitcoin dalam situasi penuh tekanan ini menunjukkan transformasi besar dalam pola pikir investor global terhadap aset digital,” kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

    Dia menambahkan, hal itu bukan sekadar soal harga namun tentang pasar global yang kini mulai menempatkan Bitcoin sebagai salah satu poros dalam peta strategi aset dunia.

    “Ketika bank sentral semakin bersikap ketat dan geopolitik makin tidak pasti, investor mencari instrumen yang netral secara politik, terbuka, dan tidak bisa dimanipulasi. Bitcoin menjawab semua itu,” ujarnya.

    Antony menambahkan, tren investasi terhadap Bitcoin terjadi peningkatan minat investor, termasuk sebagian institusi, yang tidak lagi hanya melihat Bitcoin sebagai instrumen spekulatif, tetapi juga sebagai alternatif lindung nilai di tengah ketidakpastian global. Salah satu kekuatan utama Bitcoin, lanjutnya, terletak pada ketidakbergantungannya terhadap otoritas pusat dalam pengelolaan pasokan.

    Bitcoin tidak dikendalikan oleh bank sentral dan tidak bisa dicetak ulang seperti mata uang fiat. Jumlahnya terbatas hanya 21 juta koin, dan hal ini diatur langsung oleh protokolnya. Meski begitu, ia mengingatkan harga Bitcoin tetap bisa dipengaruhi oleh sentimen pasar yang muncul akibat kebijakan moneter global atau ketegangan geopolitik.

    “Namun, berbeda dengan mata uang fiat yang peredarannya bisa ditambah sesuai keputusan bank sentral, suplai Bitcoin bersifat tetap, sehingga memberi nilai protektif terhadap inflasi jangka panjang,” katanya.

    Menurut dia, kondisi saat ini memperlihatkan realita bahwa instrumen-instrumen tradisional seperti emas bisa tertekan oleh kebijakan suku bunga, sementara Bitcoin justru mampu menunjukkan ketahanan dalam tekanan yang sama.

    “Ada realokasi kepercayaan. Aset digital seperti Bitcoin memberi akses ke dunia tanpa batas, dengan efisiensi dan transparansi yang belum pernah ada sebelumnya,” katanya..

    Di Indonesia, tambahnya, tren yang sama mulai tampak jelas, investor muda semakin sadar akan peran Bitcoin dalam diversifikasi portofolio jangka panjang, ada peningkatan minat untuk berinvestasi dengan pendekatan terencana, bukan spekulatif. Meski begitu, Antony menekankan bahwa Bitcoin dan emas bukanlah pesaing mutlak, keduanya bisa memiliki fungsi pelindung nilai dengan cara berbeda.

    Emas punya warisan ribuan tahun, sedangkan Bitcoin menawarkan nilai strategis dalam ekonomi digital masa depan. Keduanya relevan, tergantung konteks dan kebutuhan investor,” katanya.

    Sumber : Antara

  • Dulu Dijanji Bahlil Tawaran Menarik, Kini Investor Asal Korsel Mengeluh: Kita Seperti Ditodong

    Dulu Dijanji Bahlil Tawaran Menarik, Kini Investor Asal Korsel Mengeluh: Kita Seperti Ditodong

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Perusahaan asal Korea Selatan, PT KCC Glass Indonesia mengeluh. Terkait harga gas dan kesiapan industri pendukung di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).

    Keluhan itu diutarakan Direktur Government and Public Affairs KCC Glass Indonesia, Arintoko Utomo. Ia mengungkapkan pihaknya diundang berinvestasi pada 2020 sat Menteri Investasi dijabat Bahlil Lahadalia. 

    Kala itu, pemerintah RI menjanjikan sewa lahan 80 tahun dengan fasilitas lengkap. Serta harga gas industri sebesar 6 dolar AS per MMBTU.

    “Kami tanda tangan MOU tahun 2020, tapi sampai 2024 belum dapat kepastian harga gas. Ketika akhirnya tanda tangan dengan PGN, harganya 9,5 solar AS per MMBTU, 50 persen lebih tinggi dari janji awal,” kata Arintoko dalam acara Himpunan Kawasan Industri Indonesia, di Jakarta, Kamis (19/6/2025).

    Mulanya, selama dua  bulan pihaknya mendapat Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Namun berubah setela diperpanjang lima tahun di Kementerian Investasi, Perindustrian, dan ESDM.

    Menurutnya, itu merupakan kejutan. Ia bahkan mengaku pihaknya seperti ditodong.

    “Untuk investor ini adalah sesuatu kejutan. Kejutan, karena dijanjikannya menarik, tapi ketika tanda tangan kita seperti ditodong,” imbuhnya.

    Tidak hanya itu, ia juga mengatakan pihaknya terkendala dalam pengiriman barang. Itu karena pekerjaan Pelabuhan Batang. 

    Pelabuhan itu dijanjikan selesai Desember 2023. Namun, hingga kini pelabuhan tersebut belum rampung. 

    Akibatnya, perusahaan terpaksa mengimpor bahan baku melalui Pelabuhan Tanjung Mas (Semarang) yang berjarak 70 km. Jauh jaraknya jika pelabuhan Batang beroperasi, yakni 2 km. 

  • Harga Minyak Meroket, Dolar Naik Tajam, Saham Goyah

    Harga Minyak Meroket, Dolar Naik Tajam, Saham Goyah

    PIKIRAN RAKYAT – Konflik bersenjata antara Iran dan Israel penjajah yang makin intens memicu ketidakpastian ekonomi global. Harga minyak dunia melonjak drastis, dolar AS menguat sementara pasar saham menunjukkan sinyal kekhawatiran meskipun belum mengalami guncangan signifikan.

    Lonjakan Harga Minyak: Sentimen Pasar Digerakkan oleh Ketakutan Gangguan Pasokan

    Ketegangan geopolitik di Timur Tengah telah mendorong harga minyak ke titik tertinggi dalam hampir lima bulan. Minyak mentah Brent naik hingga 79,04 dolar AS per barel (sekitar Rp1.287.648), naik 18% sejak 10 Juni.

    Lonjakan harga ini dipicu kekhawatiran gangguan pasokan akibat kemungkinan kerusakan terhadap infrastruktur migas Iran, termasuk potensi terhambatnya pengiriman di Selat Hormuz, jalur penting yang dilalui sekitar 20% pasokan minyak dunia.

    “Jika gangguan pasokan benar-benar terjadi, pasar akan sangat merespons. Saat ini harga belum mencerminkan potensi ancaman pasokan global,” ujar Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B Riley Wealth.

    Simulasi Oxford Economics: Harga Bisa Capai 130 dolar AS per Barel

    Oxford Economics merilis model skenario konflik, salah satunya jika produksi minyak Iran terhenti total dan Selat Hormuz ditutup. Dalam skenario paling ekstrem, harga minyak global diprediksi bisa melonjak ke 130 dolar AS per barel (sekitar Rp2.119.000).

    Inflasi di AS bisa terdorong naik hingga 6% pada akhir 2025. Hal ini akan mempersempit ruang pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan menekan daya beli masyarakat.

    “Besarnya kenaikan inflasi dan efek beruntunnya bisa membuat bank sentral menunda pemangkasan suku bunga, atau bahkan menaikkannya lagi,” tutur Oxford dalam laporannya.

    Dampak ke Pasar Saham: Sementara Stabil, Tapi Risiko Terus Mengintai

    Meski harga minyak naik tajam, S&P 500 belum menunjukkan penurunan berarti. Sejak serangan udara Israel penjajah, indeks ini relatif datar. Namun jika ketegangan meningkat dan AS memutuskan turut serta secara militer, pasar saham diperkirakan akan mengalami koreksi tajam dalam jangka pendek.

    “Pasar saham cenderung mengabaikan ketegangan geopolitik—sampai akhirnya situasi menjadi tak terkendali,” kata analis Citigroup.

    “Kunci volatilitas ekuitas ke depan bukan lagi suku bunga, tapi harga energi,” ucapnya menambahkan.

    Meski begitu, sejarah menunjukkan bahwa efek guncangan geopolitik terhadap pasar saham bisa bersifat sementara. Data Wedbush Securities menunjukkan bahwa dalam konflik Timur Tengah sebelumnya, S&P 500 rata-rata turun 0,3% dalam tiga minggu awal konflik, namun naik 2,3% dua bulan setelahnya.

    Dolar AS Naik, Tapi Tidak Menjanjikan dalam Jangka Panjang

    Ketika konflik meningkat, dolar AS mengalami penguatan signifikan karena statusnya sebagai aset aman. Namun, menurut Thierry Wizman, ahli strategi dari Macquarie Group, kekuatan dolar kemungkinan hanya bertahan sementara.

    “Trader akan lebih fokus pada dampak jangka pendek terhadap perdagangan Eropa, Jepang, dan Inggris, yang lebih rentan terhadap gejolak minyak,” ujarnya.

    “Namun, jika AS kembali masuk dalam fase perang panjang seperti di Irak atau Afghanistan, maka dolar bisa kembali tertekan,” tutur Thierry Wizman menambahkan.

    Wizman juga mengingatkan, setelah peristiwa 11 September 2001, nilai dolar sempat menguat, namun dalam jangka menengah melemah akibat beban fiskal dari keterlibatan militer jangka panjang.

    Energi Jadi Katalis Volatilitas Global

    Konflik Iran-Israel penjajah bukan hanya berdampak pada stabilitas regional, tapi berpotensi mengguncang ekonomi dunia. Harga minyak yang melonjak dapat menjadi pemicu inflasi global, memperketat kebijakan moneter, dan mengguncang pasar keuangan.

    Jika AS memutuskan untuk terlibat langsung dalam konflik, bukan hanya energi yang akan terdampak, tapi juga nilai tukar, suku bunga, dan strategi investasi global. Investor, pelaku usaha, dan pemerintah negara-negara pengimpor energi harus bersiap menghadapi kemungkinan gejolak jangka panjang.

    “Pasar saat ini hanya melihat sebagian dari risiko. Jika konflik makin luas, kita bisa melihat dampak besar terhadap konsumsi, produksi, dan stabilitas ekonomi global,” kata Hogan dari B Riley Wealth, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.***

  • Putin Sebut Rusia dan Brics Sedang Kembangkan Sistem Pembayaran Digital Lintas Negara

    Putin Sebut Rusia dan Brics Sedang Kembangkan Sistem Pembayaran Digital Lintas Negara

    JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin ketika berbicara dalam Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF), Jumat, mengatakan Moskow sedang bekerjasama dengan BRICS untuk mengembangkan sistem pembayaran digital lintas negara.

    “Terkait sistem pembayaran, kita bekerjasama dengan para mitra dari BRICS. Tentu dibutuhkan pengalaman negara-negara kita khususnya untuk membangun valuta nasional di bidang digital,” ujarnya, dilansir dari ANTARA, Sabtu, 21 Juni.

    Ia memaparkan bahwa Rusia telah merealisasikan proyek percontohan untuk implementasi pembayaran digital, yang mencakup pembukaan dan penutupan rekening, transfer antar-perorangan dan badan hukum, serta pembayaran perdagangan dan jasa.

    Putin berharap rubel digital dapat digunakan secara masif, baik oleh pemerintah maupun warga Rusia.

    “Saya mohon kepada bank sentral dan pemerintah untuk mempercepat penggunaan rubel digital ini dalam kehidupan sehari-hari,” kata Putin, yang berbicara dalam sesi pleno bersama Presiden Indonesia Prabowo Subianto.

    Sistem pembayaran BRICS, yang mencakup BRICS Pay dan Brics Bridge, adalah upaya negara-negara anggota BRICS yang diinisiasi Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan untuk mengurangi ketergantungan pada sistem pembayaran internasional yang ada, seperti SWIFT, serta mata uang dolar AS dalam transaksi lintas batas.

    Indonesia, yang baru bergabung dengan BRICS pada 6 Januari lalu, memiliki potensi memanfaatkan sistem pembayaran ini untuk transaksi perdagangan dan investasi, serta mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar.

    Mengutip Sputnik, Putin menggambarkan kuatnya kerja sama BRICS yang ditunjukkan dengan meningkatnya omzet perdagangan di antara negara-negara anggotanya hingga melampaui 1 triliun dolar AS.

    “Omzet perdagangan bersama antara negara-negara kita telah melampaui 1 triliun dolar AS dan terus tumbuh. Semua ini adalah elemen dari platform pertumbuhan global,” kata dia dalam sesi pleno SPIEF.

    “Dan semuanya didasarkan pada prinsip-prinsip utama BRICS, yaitu, konsensus, kesetaraan, dan pertimbangan kepentingan satu sama lain,” ujar Putin, menambahkan.

    Dia menyebut negara-negara BRICS sedang melaksanakan inisiatif skala besar, termasuk dalam energi nuklir dan robotika.

    Putin pun mengeklaim pangsa negara-negara BRICS dalam ekonomi global telah berlipat ganda sejak awal abad ini dan dipastikan akan terus tumbuh.