Produk: dolar AS

  • Pemerintah godok aturan soal demutualisasi bursa efek

    Pemerintah godok aturan soal demutualisasi bursa efek

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah tengah menyusun rancangan peraturan pemerintah (RPP) mengenai demutualisasi bursa efek sebagai mandat dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).

    Kebijakan tersebut akan mengatur perubahan struktur kelembagaan Bursa Efek Indonesia (BEI), dari bursa yang sepenuhnya dimiliki anggota bursa (struktur mutual), menjadi perseroan yang dapat dimiliki secara lebih luas.

    “Demutualisasi akan membuka kepemilikan BEI bagi pihak selain perusahaan efek dengan memisahkan keanggotaan dan kepemilikan. Ini merupakan langkah strategis untuk mengurangi potensi benturan kepentingan, memperkuat tata kelola, meningkatkan profesionalisme, dan mendorong daya saing global pasar modal Indonesia,” ujar Direktur Jenderal Stabilitas dan Pengembangan Sektor Keuangan Kementerian Keuangan Masyita Crystallin dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

    Ia menjelaskan demutualisasi bukan konsep baru dalam pengembangan pasar modal global.

    Saat ini, BEI termasuk sedikit bursa yang masih berstruktur mutual, sementara negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan India telah lebih dahulu melakukan transformasi itu.

    Model tersebut memungkinkan tata kelola bursa lebih profesional, adaptif, dan responsif terhadap dinamika keuangan global.

    Struktur baru itu juga dinilai dapat mendorong inovasi produk dan layanan, mulai dari pengembangan instrumen derivatif, exchange-traded fund (ETF), hingga instrumen pembiayaan infrastruktur dan transisi energi, sehingga memperdalam serta meningkatkan likuiditas pasar.

    “Melalui demutualisasi, kami ingin memastikan bahwa tata kelola BEI sejalan dengan praktik terbaik internasional, sekaligus tetap menjaga kepentingan publik dan integritas pasar,” jelas Masyita.

    Meski demikian, kebijakan demutualisasi tidak dapat berdiri sendiri dan harus didukung oleh pengembangan pasar modal dari sisi penawaran (supply) maupun permintaan (demand).

    Dari sisi penawaran tantangan yang masih dihadapi adalah rendahnya free float yang menghambat perdagangan aktif dan membuat harga saham kurang mencerminkan kondisi pasar secara optimal.

    Dengan likuiditas yang masih tertinggal dibandingkan negara pembanding, peningkatan free float menjadi agenda penting yang perlu berjalan paralel dengan demutualisasi.

    “Kebijakan demutualisasi bursa efek perlu diiringi penguatan ekosistem, termasuk peningkatan free float, agar dampaknya terhadap kedalaman dan likuiditas pasar modal benar-benar optimal,” kata Masyita.

    Dari sisi permintaan, partisipasi investor domestik, baik institusional maupun ritel, dinilai penting untuk terus ditingkatkan. Pemerintah menyiapkan kebijakan pendukung bagi investor institusional domestik, termasuk lembaga sui generis pengelola dana pensiun, lewat pengaturan mekanisme cut loss.

    “Kebijakan cut loss ini nanti akan diarahkan untuk memberikan kepastian bagi pengelola dana pensiun dalam berinvestasi di pasar modal, sehingga mereka dapat berperan lebih aktif dan bertindak sebagai anchor investors yang mendorong pendalaman pasar modal,” ujar Masyita.

    Ia menambahkan perumusan strategi pengembangan pasar modal juga mempertimbangkan pengalaman negara lain, terutama India.

    Dalam satu dekade terakhir, penguatan tata kelola, peningkatan partisipasi investor domestik melalui skema systematic investment plan (SIP), peningkatan jumlah dan kualitas emiten, serta efisiensi berbasis teknologi telah mengakselerasi pertumbuhan pasar modal India.

    Kapitalisasi pasar negara tersebut meningkat dari 1,56 triliun dolar AS atau 72,86 persen PDB pada 2014 menjadi 5,17 triliun dolar AS atau 133,5 persen PDB pada 2024.

    Pengalaman itu menunjukkan bahwa ekosistem yang kuat, basis investor domestik yang besar, dan teknologi yang inklusif merupakan kunci kesuksesan reformasi pasar modal.

    Adapun RPP demutualisasi bursa efek tetap disusun melalui kajian teknis mendalam dan konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk regulator, self-regulatory organization (SRO) seperti BEI, pelaku industri, serta DPR.

    “Kami memastikan proses penyusunan RPP dilakukan secara cermat, transparan, dan partisipatif. Tujuannya strategis, yaitu memperkuat pasar modal sebagai sumber pembiayaan jangka panjang yang mampu mendorong transformasi ekonomi Indonesia menuju negara maju,” sebut Masyita.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Turun, Harga Minyak Mentah Indonesia Oktober Dipatok 63,62 Dolar AS per Barel

    Turun, Harga Minyak Mentah Indonesia Oktober Dipatok 63,62 Dolar AS per Barel

    JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga Indonesia Crude Price (ICP) untuk bulan Oktober 2025 sebesar 63,62 dolar AS per barel. Diketahui rata-rata minyak mentah Indonesia mengalami penurunan sebesar 3,19 dolar per barel dari sebelumnya sebesar 66,81 dolar AS per barel pada September 2025.

    Penetapan ICP Oktober 2025 sebesar 63,62 dolar AS per barel, tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 351.K/MG.01/MEM.M/2025 tentang Harga Minyak Mentah Bulan Oktober 2025 tanggal 10 November 2025.

    Direktur Jenderal Migas Laode Sulaeman menjelaskan, penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional, antara lain kesepakatan negara-negara OPEC+ yang merencanakan peningkatan suplai minyak untuk November 2025 sebesar 137.000 barel per hari, di tengah kekhawatiran pasar atas kelebihan pasokan minyak global.

    “Penurunan ketegangan geopolitik timur tengah dengan tercapainya gencatan senjata antara Israel dengan Hamas telah menurunkan kekhawatiran pasar pada kelancaran pasokan minyak dari timur tengah, turut memengaruhi penurunan harga minyak mentah,” ujar Laode, Jumat, 21 November.

    Lebih lanjut, Laode menjelaskan terkait pasokan minyak mentah dunia, berdasarkan laporan OPEC, produksi minyak mentah DoC pada bulan September meningkat sebesar 630.000 barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya, dengan rata-rata 43,05 juta barel per hari.

    Selain itu, IEA melaporkan bahwa pengolahan minyak mentah global diperkirakan mencapai titik terendah musiman sebesar 81,6 juta barel per hari pada bulan Oktober, hampir 4 juta barel per hari di bawah level rekor pengolahan pada bulan Juli. Hal ini dikarenakan pemeliharaan berkala kilang minyak terutama di kawasan belahan bumi bagian utara.

    “Faktor lain yang memengaruhi penurunan minyak mentah bulan Oktober 2025 adalah tren peningkatan nilai tukar mata uang dolar AS terhadap mata uang utama Dunia di bulan Oktober turut menekan harga minyak dunia,” tambah Laode.

    Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh produsen utama minyak, Arab Saudi, yang memotong harga penjualan resmi minyak mentah (OSP) untuk para pembeli di Asia.

    “Langkah ini dilakukan di tengah permintaan yang melemah di kawasan tersebut dan penurunan margin kilang. Harga minyak Arab Light untuk bulan Oktober dipotong sebesar 1,40 dolar AS per barel,” jelas Laode.

    Selengkpanya, perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama pada Oktober 2025 dibandingkan September 2025 mengalami penurunan sebagai berikut:

    Dated Brent turun sebesar 3,27 dolar AS per barel dari 68,02 dolar AS per barel menjadi 64,75 dolar AS per barel

    WTI (Nymex) turun sebesar 3,46 dolar AS per barel dari 63,53 dolar AS per barel menjadi 60,07 dolar AS per barel

    Brent (ICE) turun sebesar 3,63 dolar AS per barel dari 67,58 dolar AS per barel menjadi 63,95 dolar AS per barel

    Basket OPEC turun sebesar 5,25 dolar AS per barel dari 70,39 dolar AS per barel menjadi 65,14 dolar AS per barel

    Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia turun sebesar 3,19 dolar AS per barel 66,81 dolar AS per barel menjadi 63,62 dolar AS per barel.

  • Rupiah menguat seiring kebijakan domestik yang solid

    Rupiah menguat seiring kebijakan domestik yang solid

    Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan Jumat sore menguat sebesar 20 poin atau 0,12 persen menjadi Rp16.716 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.736 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat di level Rp16.719 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.742 per dolar AS.

    Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Taufan Dimas Hareva kepada ANTARA di Jakarta, Jumat, mengatakan penguatan nilai tukar rupiah dipengaruhi kebijakan domestik yang solid.

    “Rupiah menutup sesi perdagangan hari ini dalam kondisi menguat seiring meredanya tekanan global dan solidnya dukungan kebijakan domestik,” ucapnya.

    Dia menerangkan bahwa pelemahan dolar AS dari level tertinggi membuat tekanan eksternal berkurang pasca pasar melihat sinyal Federal Reserve (The Fed) takkan agresif dalam memotong suku bunga pada bulan Desember 2025.

    Sentimen regional juga disebut cenderung positif menimbang mayoritas mata uang Asia turut terapresiasi, sehingga memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat di tengah kondisi risk-on yang mulai kembali.

    Melihat sentimen dalam negeri, hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) dinilai menjadi katalis utama.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kurs Dolar AS Hari Ini 21 November 2025, Rupiah Akhirnya Perkasa

    Kurs Dolar AS Hari Ini 21 November 2025, Rupiah Akhirnya Perkasa

    Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar atau kurs rupiah pada pembukaan perdagangan hari in Jumat 21 November 2025, bergerak menguat 5 poin atau 0,03 persen menjadi 16.731 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 16.736 per dolar AS.

    Penutupan Perdagangan Kemarin

    Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (kurs dolar) menutup perdagangan Kamis (21/11/2025) dengan penguatan tipis sebesar 28 poin atau 0,17 persen ke posisi Rp 16.736 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah berada di level Rp16.764 per dolar AS.

    Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia tercatat di posisi Rp 16.742 per dolar AS, melemah dibandingkan sehari sebelumnya yang berada di level Rp 16.732 per dolar AS.

    Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai pergerakan kurs dolar dan rupiah hari ini banyak dipengaruhi meningkatnya sikap skeptis para pejabat Federal Reserve (The Fed) terhadap peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2025 mendatang.

    “Para pejabat masih terpecah antara risiko inflasi yang masih ada dan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja. Para pedagang mengurangi ekspektasi untuk pelonggaran lebih lanjut,” ujar Ibrahim dikutip dari Antara. 

    Dalam notulen FOMC Oktober, sebagian besar peserta rapat menilai penurunan suku bunga lanjutan masih mungkin dilakukan seiring waktu. Namun ada juga anggota yang menilai pemangkasan pada Desember belum tepat dilakukan.

     

  • Harga Emas Antam Anjlok Parah 21 November 2025

    Harga Emas Antam Anjlok Parah 21 November 2025

    Harga emas dunia melemah pada perdagangan Kamis setelah pelaku pasar mencerna laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) untuk September. Data yang lebih kuat dari perkiraan tersebut menurunkan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada Desember.

    Mengutip CNBC, Jumat (21/11/2025), harga emas di pasar spot turun 0,6 persen menjadi USD 4.058,29 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember juga melemah 0,6 persen ke USD 4.060 per troy ounce.

    Penguatan dolar AS terhadap sebagian besar mata uang utama turut menekan harga emas. Kenaikan dolar AS membuat emas yang dihargai dalam greenback menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri.

    Laporan Departemen Tenaga Kerja AS — yang sempat tertunda akibat penutupan pemerintahan — menunjukkan nonfarm payrolls bertambah 119.000 pada September, lebih dari dua kali lipat dari proyeksi 50.000.

    “Data ini pada dasarnya mengonfirmasi apa yang dibahas The Fed pada Oktober lalu, pasar tenaga kerja yang melambat namun tetap stabil. Peluang pemangkasan suku bunga Desember kini makin kecil,” ujar Vice President dan Senior Metals Strategist Zaner Metals Peter Grant.

  • Harga Emas Pegadaian 21 November 2025 Naik Tinggi, Cek Rinciannya di Sini

    Harga Emas Pegadaian 21 November 2025 Naik Tinggi, Cek Rinciannya di Sini

    Harga emas dunia melemah pada perdagangan Kamis setelah pelaku pasar mencerna laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) untuk September. Data yang lebih kuat dari perkiraan tersebut menurunkan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada Desember.

    Mengutip CNBC, Jumat (21/11/2025), harga emas di pasar spot turun 0,6 persen menjadi USD 4.058,29 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember juga melemah 0,6 persen ke USD 4.060 per troy ounce.

    Penguatan dolar AS terhadap sebagian besar mata uang utama turut menekan harga emas. Kenaikan dolar AS membuat emas yang dihargai dalam greenback menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri.

    Laporan Departemen Tenaga Kerja AS — yang sempat tertunda akibat penutupan pemerintahan — menunjukkan nonfarm payrolls bertambah 119.000 pada September, lebih dari dua kali lipat dari proyeksi 50.000.

    “Data ini pada dasarnya mengonfirmasi apa yang dibahas The Fed pada Oktober lalu, pasar tenaga kerja yang melambat namun tetap stabil. Peluang pemangkasan suku bunga Desember kini makin kecil,” ujar Vice President dan Senior Metals Strategist Zaner Metals Peter Grant.

  • Paket Stimulus Jumbo Jepang Rp1.881 Triliun Berisiko Menambah Beban Keuangan Negara

    Paket Stimulus Jumbo Jepang Rp1.881 Triliun Berisiko Menambah Beban Keuangan Negara

    Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi akan mengeluarkan paket stimulus terbesar sejak masa pandemi, senilai ¥17,7 triliun (atau setara Rp1.881,4 triliun) yang berpotensi menambah tekanan pada keuangan negara di tengah lonjakan kebutuhan penerbitan obligasi.

    Dalam sebuah dokumen yang dikutip dari Bloomberg pada Jumat (21/11/2025) menunjukkan paket stimulus tersebut mencakup belanja sebesar ¥17,7 triliun atau sekitar US$112 miliar melalui anggaran tambahan. Angka tersebut meningkat tajam dari paket ¥13,9 triliun yang diluncurkan mantan PM Shigeru Ishiba tahun lalu.

    Menurut seorang sumber, dengan nilai yang lebih besar, penerbitan obligasi tambahan juga diperkirakan meningkat dibandingkan tahun lalu, sehingga menambah tekanan terhadap kondisi fiskal Jepang.

    Total nilai paket stimulus, termasuk sejumlah pos yang telah dianggarkan sebelumnya, mencapai ¥21,3 triliun. Adapun, hingga saat ini Kementerian Keuangan Jepang, belum memberikan komentar terkait kabar itu

    Jika digabung dengan belanja sektor swasta, dampak total paket tersebut diperkirakan membesar hingga ¥42,8 triliun, seiring pemerintah berupaya menghadapi berbagai tantangan, mulai dari tekanan inflasi, pendanaan sektor strategis, hingga penguatan diplomasi dan pertahanan.

    Akhir pekan lalu, media lokal memberitakan bahwa anggaran tambahan akan berada di kisaran ¥14 triliun, mengindikasikan adanya negosiasi menit terakhir untuk menambah belanja. Dalam beberapa hari terakhir, laporan baru juga menyebutkan bahwa pemerintahan Takaichi merencanakan tambahan bantuan tunai senilai ¥20.000 per anak.

    Kohei Okazaki, Kepala Ekonom Pasar Nomura Securities, mengatakan ukuran paket stimulus tersebut berpotensi memanaskan ekonomi secara berlebihan. 

    “Namun, menurut penasihat dekat Takaichi, ekonomi justru seharusnya berada pada tingkat yang sangat panas. Jadi, angka sebesar ini tidak mengejutkan bagi mereka,” jelasnya.

    Awal pekan ini, data menunjukkan produk domestik bruto (PDB) riil Jepang menyusut 1,8% secara tahunan pada kuartal III/2025, kontraksi pertama dalam enam kuartal. Kondisi ini memberi alasan tambahan bagi pemerintahan Takaichi untuk meningkatkan belanja.

    Meski total biaya paket berada di kisaran ¥21,3 triliun, lebih rendah dari tahun lalu, sebagian pos akan didanai dari cadangan anggaran sebelumnya. Anggaran tambahan menjadi indikator utama seberapa besar belanja baru yang benar-benar akan dikucurkan.

    Peningkatan belanja ini berpotensi memperburuk beban utang terbesar di antara negara maju. IMF memperkirakan utang pemerintah Jepang akan setara 230% dari PDB tahun ini. Dengan Bank of Japan telah menaikkan suku bunga tiga kali sejak Maret 2024, biaya layanan utang diperkirakan semakin meningkat dan memberi tekanan lebih lanjut pada fiskal Jepang.

    Kekhawatiran atas kenaikan utang mendorong imbal hasil obligasi pemerintah tenor 5 dan 10 tahun menyentuh level tertinggi sejak 2008 pada Kamis, sementara imbal hasil jangka panjang terus merangkak naik. Yen melemah melewati level ¥157 per dolar AS, terlemah sejak Januari, memicu peringatan verbal dari pejabat senior pemerintah.

    Sejumlah ekonom mempertanyakan kebutuhan stimulus sebesar ini, mengingat kondisi ekonomi saat ini. Meski PDB Jepang terkontraksi pada kuartal III, konsumsi rumah tangga dan investasi korporasi masih bertahan dibandingkan kuartal sebelumnya, menunjukkan permintaan domestik yang relatif solid meski tertekan tarif AS.

    “Paket ekonomi ini hanya peluncuran awal dari sejumlah kebijakan kunci. Strategi pertumbuhan yang lebih luas, mencakup 17 sektor prioritas, masih akan diumumkan. Jadi, kemungkinan ini bukan akhir dari rangkaian belanja besar Takaichi,” ujar Okazaki. 

  • Harga Emas Perhiasan Hari Ini 20 November 2025: Termurah Sentuh Level Segini

    Harga Emas Perhiasan Hari Ini 20 November 2025: Termurah Sentuh Level Segini

    Liputan6.com, Jakarta – Harga emas stabil setelah menguat selama dua hari. Hal ini seiring investor mengurangi harapan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) bulan depan.

    Harga emas batangan diperdagangkan mendekati USD 4.075 per ounce, setelah naik hampir 1%  selama dua sesi sebelumnya. AS tidak akan merilis laporan ketenagakerjaan pada Oktober sehingga para pembuat kebijakan the Fed tidak memiliki data penting sebelum pertemuan terakhir tahun ini. Demikian mengutip Yahoo Finance, Kamis, (20/11/2025).

    Harga logam mulia ini sedikit berubah di level USD 4.074,68 per ounce pada pukul 11.31 pagi waktu Singapura. Indeks Bloomberg Dollar Spot stagnan setelah naik 0,5% pada hari Rabu. Perak diperdagangkan di atas USD 51 per ounce setelah berfluktuasi antara naik dan turun, sementara platinum dan paladium menguat.

    Sementara itu, risalah pertemuan Oktober menunjukkan banyak pejabat mengatakan mempertahankan suku bunga tetap mungkin tepat pada akhir 2025.

    Emas batangan cenderung diuntungkan oleh suku bunga yang lebih rendah karena tidak membayar bunga, jadi jika the Fed tidak mengubah kebijakannya, hal itu dapat mengurangi daya tarik komoditas tersebut.

    Selain itu, nilai tukar dolar AS menguat, dan catat kenaikan tertinggi sejak akhir September pada Rabu yang juga menjadi hambatan karena membuat logam itu lebih mahal bagi sebagian besar pembeli.

    Emas telah menguat tajam tahun ini, naik lebih dari 50% dan mencapai rekor tertinggi pada Oktober, sebelum kembali mencatatkan kenaikan. Kemajuan tersebut didukung oleh dua pemangkasan suku bunga sebelumnya dari Fed, serta meningkatnya pembelian bank sentral dan arus masuk ke dalam dana yang diperdagangkan di bursa yang didukung oleh emas batangan.

  • Harga Emas Bergerak Bullish, Berpeluang Sentuh USD 4.129

    Harga Emas Bergerak Bullish, Berpeluang Sentuh USD 4.129

    Meski potensi penurunan suku bunga The Fed menjadi salah satu pendorong emas, peluang tersebut kini melemah. Risalah rapat FOMC Oktober menunjukkan adanya perbedaan pandangan di antara pejabat The Fed mengenai arah suku bunga.

    Sebagian anggota tidak sepakat untuk melanjutkan tren penurunan, membuat pasar memangkas ekspektasi. Probabilitas penurunan suku bunga Desember kini turun menjadi sekitar 30%, jauh di bawah level 60% pada pekan sebelumnya berdasarkan CME FedWatch.

    Di sisi lain, Dolar AS tetap menguat. Indeks Dolar naik 0,54% ke level 100,13—yang merupakan titik tertinggi dalam dua pekan terakhir. Biasanya, dolar yang menguat memberikan tekanan pada harga emas, namun imbal hasil obligasi AS yang cenderung stabil dengan yield 10 tahun di level 4,11% membantu menahan tekanan itu.

    Dengan pasar yang sensitif terhadap rilis data ekonomi, terutama NFP malam ini, harga emas diperkirakan bergerak fluktuatif. Namun selama tren teknikal masih mendukung, peluang penguatan tetap terbuka.

  • Rupiah Tertekan Jelang Rilis Neraca Pembayaran

    Rupiah Tertekan Jelang Rilis Neraca Pembayaran

    Liputan6.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah atau kurs dolar bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Kamis (20/11/2025) pagi. Rupiah dibuka turun 25 poin atau 0,15 persen ke level Rp 16.733 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp 16.708 per dolar AS.

    Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menjelaskan, pelemahan rupiah terjadi seiring pelaku pasar menanti rilis data neraca pembayaran Indonesia untuk kuartal III-2025.

    “Rupiah diproyeksikan diperdagangkan dalam kisaran Rp16.675–16.775 per dolar AS,” ujar Josua dikutip dari Antara. 

    Bank Indonesia dijadwalkan merilis data neraca pembayaran hari ini, termasuk transaksi berjalan. Josua memperkirakan transaksi berjalan pada kuartal III-2025 akan membukukan surplus 2,93 miliar dolar AS atau setara 0,79 persen dari PDB.

    Angka ini membaik dibanding kuartal sebelumnya yang mencatat defisit 3,01 miliar dolar AS (-0,84 persen dari PDB), didorong lonjakan surplus perdagangan barang.

    Pergerakan kurs dolar juga dipengaruhi sentimen global, terutama dari Amerika Serikat yang sedang menunggu data ketenagakerjaan terbaru.