Produk: dolar AS

  • Menanti diplomasi Indonesia di KTT BRICS 2025

    Menanti diplomasi Indonesia di KTT BRICS 2025

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Menanti diplomasi Indonesia di KTT BRICS 2025
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 03 Juli 2025 – 00:05 WIB

    Elshinta.com – Rio de Janeiro, Brasil, bersiap menjadi panggung diplomasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang melibatkan delegasi dari 10 negara anggota penuh dan sembilan negara mitra, saat mereka berkumpul pada 6-7 Juli 2025.

    BRICS yang merupakan akronim dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, telah berkembang menjadi kekuatan ekonomi dan politik yang signifikan. Kelompok ini mewakili lebih dari 40 persen populasi dunia dan sekitar sepertiga produk domestik bruto (PDB) global.

    Kelompok negara berkembang BRICS, yang kini diperkuat dengan penambahan anggota baru, termasuk Indonesia, semakin mengukuhkan posisinya sebagai kekuatan signifikan di panggung global.

    BRICS tidak hanya menjadi penyeimbang ekonomi, tetapi juga pendorong utama terciptanya tatanan dunia yang lebih adil di tengah pengaruh dominasi historis negara-negara Barat.

    Dengan masuknya Iran, Mesir, Etiopia, dan Uni Emirat Arab, serta bergabungnya Indonesia secara resmi sejak 6 Januari 2025, BRICS kini diperkuat 10 negara anggota penuh, meningkatkan bobot ekonomi dan demografi kelompok tersebut.

    Selain itu, banyak anggota BRICS adalah produsen utama komoditas penting global, mulai dari energi, mineral, produk pertanian, hingga sumber daya manusia yang melimpah.

    Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat BRICS menyumbang sekitar 37,3 persen terhadap PDB global pada 2024, melampaui capaian G7 (AS, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Prancis) yang menyumbang 30 persen terhadap PDB global.

    Bagi dosen di Departemen Hubungan Internasional Universitas Bakrie, Sellita Selli, BRICS bukan tentang alternatif, tetapi mengenai tata kelola global baru yang menyeimbangkan kekuatan antara Barat dan Selatan Global yang baru.

    BRICS telah mengukuhkan posisinya sebagai pemain kunci dalam pasar komoditas global, terutama melalui ekspor minyak mentah dan produk pertanian.

    China, sebagai mesin ekspor utama BRICS, membanjiri pasar dunia dengan berbagai produk, mulai dari tekstil hingga elektronik. Kehadiran kolektif BRICS sebagai eksportir dan importir utama menjadi mitra tidak terpisahkan dalam rantai pasok global.

    Tidak hanya sebagai pemasok, negara-negara BRICS juga merupakan pasar impor yang sangat penting, mengonsumsi berbagai bahan baku, mesin, dan teknologi. India, misalnya, adalah importir besar bahan bakar mineral serta besi dan baja, sementara Rusia, selain menguasai ekspor energi, juga mengimpor beragam produk pangan.

    Bagi Indonesia, hubungan perdagangan dengan BRICS sangatlah vital. Pada tahun 2024, ekspor Indonesia ke BRICS mencapai 84,37 miliar AS, dengan ekspor non-migas menyumbang 33,91 persen dari total ekspor non-migas Indonesia.

    Di tengah sorotan terhadap dinamika ekonomi dan geopolitik dunia, posisi Indonesia, sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terkuat di Asia Tenggara yang menganut prinsip politik luar negeri bebas aktif, akan menjadi topik menarik untuk dicermati.

    Peluang kerja sama

    Data IMF pada 2024 menempatkan Indonesia di peringkat lima PDB per kapita dari 11 negara Asia Tenggara. Dengan PDB per kapita sebesar 5.270 dolar AS, Indonesia berada di bawah Singapura ($88.450), Brunei Darussalam ($35.110), Malaysia ($13.310), dan Thailand ($7.810).

    Peringkat ini menempatkan Indonesia di segmen tengah, di atas Vietnam ($4.620), Filipina ($4.130), dan negara-negara lain yang PDB per kapitanya jauh lebih rendah, seperti Kamboja, Laos, Timor-Leste, dan Myanmar.

    Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia telah melampaui fase pembangunan awal, namun masih menghadapi tantangan dalam mendorong kesejahteraan yang lebih merata di seluruh lapisan masyarakatnya.

    Dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa yang berada di jalur perdagangan maritim global antara Samudra Hindia dan Pasifik, Indonesia berada di gerbang pasar domestik bagi negara-negara BRICS dalam mencari peluang ekspor maupun investasi.

    Indonesia kaya akan berbagai sumber daya alam, termasuk nikel, batu bara, minyak kelapa sawit, dan banyak mineral kritis lainnya.

    Teranyar, adalah proyek pembangunan Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi Konsorsium Antam-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada Minggu (29/6), sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional dalam rangka mewujudkan swasembada energi Indonesia.

    Proyek yang mencakup area seluas 3.023 hektare ini memiliki nilai investasi sebesar 5,9 miliar dolar AS dari hulu hingga hilir, serta diproyeksikan menyerap hingga 8.000 tenaga kerja, sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara langsung.

    Dalam sambutannya pada acara peresmian itu, Presiden menyampaikan bahwa proyek tersebut menjadi bagian dari upaya besar bangsa dalam menjalankan hilirisasi dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri demi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

    Proyek hilirisasi terbesar di Asia Tenggara itu relevan bagi negara-negara BRICS sebagai rantai pasok bahan baku industri otomotif, terutama dalam konteks transisi energi dan pengembangan teknologi yang kini selaras dengan harapan KTT BRICS.

    Hubungan bilateral

    Sejak resmi menjadi anggota penuh BRICS, Indonesia kini berada di ambang era baru kerja sama ekonomi. Meskipun status keanggotaan penuh masih terbilang baru, hubungan bilateral yang kuat dengan negara-negara anggota BRICS telah menjadi modal awal dan gerbang menuju kolaborasi yang lebih dalam.

    Ada beberapa bentuk kerja sama konkret yang sebelumnya telah dan sedang bergerak menuju realisasi bersama sejumlah negara BRICS.

    Salah satu keuntungan nyata dari keanggotaan BRICS adalah akses langsung Indonesia ke New Development Bank (NDB). NDB, yang didirikan oleh BRICS adalah lembaga keuangan yang fokus membiayai proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan.

    Bagi Indonesia, ini berarti peluang baru untuk mendapatkan pendanaan bagi proyek-proyek skala besar, seperti inisiatif transisi energi, hingga pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

    NDB dikenal dengan syarat pinjamannya yang seringkali lebih fleksibel dibandingkan lembaga keuangan tradisional, memberikan opsi pembiayaan yang lebih beragam bagi Indonesia.

    Sebelum menjadi anggota penuh, hubungan dagang dan investasi Indonesia dengan negara-negara, seperti China, India, dan Rusia, sudah terjalin dengan baik. Dengan status keanggotaan di BRICS, kerja sama ini diproyeksikan akan semakin diperkuat.

    Diharapkan ada peningkatan investasi langsung dari negara-negara BRICS ke Indonesia, terutama di sektor manufaktur, pertambangan dengan fokus pada hilirisasi dan energi terbarukan. Sebaliknya, produk komoditas kunci Indonesia, seperti minyak sawit dan karet juga berpotensi menemukan pasar yang lebih besar di negara-negara BRICS.

    Keamanan energi dan transisi menuju energi bersih adalah isu krusial bagi negara-negara BRICS. Indonesia, sebagai produsen energi, dapat mempererat kerja sama pasokan dengan anggota lain. Namun, potensi terbesar ada pada pengembangan energi terbarukan.

    Ada ruang luas untuk kolaborasi dalam proyek-proyek tenaga surya, angin, dan hidro. Transfer teknologi dari China dan India, yang merupakan pemimpin global dalam inovasi energi bersih, akan sangat vital bagi ambisi energi hijau Indonesia.

    Selain itu, potensi kerja sama teknologi juga meluas ke sektor digital, kecerdasan buatan (AI), fintech, dan e-commerce, membuka peluang bagi kolaborasi antara startup di negara-negara anggota.

    Politik bebas aktif

    Diplomasi Indonesia di KTT BRICS 2025 juga tidak akan lepas dari tantangan. Dinamika geopolitik global yang kompleks, persaingan antarblok kekuatan, dan perbedaan kepentingan di antara anggota BRICS sendiri memerlukan pendekatan yang hati-hati dan strategis dari delegasi Indonesia.

    Menteri Luar Negeri RI Sugiono menyatakan bahwa keikutsertaan ini selaras dengan diplomasi luar negeri RI yang bebas aktif, yaitu mengambil peran, tanpa terjebak blok geopolitik.

    Keseimbangan antara menjaga hubungan baik dengan semua kekuatan besar dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip politik luar negeri yang independen akan menjadi kunci.

    Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan tampil di Konferensi Tingkat Tinggi BRICS pada 6-7 Juli 2025 di Rio De Jeniro, Brasil, seusai menuntaskan kunjungan resmi ke Kerajaan Arab Saudi.

    Publik menanti narasi diplomasi Indonesia yang adaptif, memastikan bahwa kehadiran di KTT BRICS 2025 di Rio de Janeiro benar-benar memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa dan kontribusi bagi perdamaian serta kemakmuran global.

    Sumber : Antara

  • Menteri ESDM usulkan kuota BBM bersubsidi 19,28 juta KL di RAPBN 2026

    Menteri ESDM usulkan kuota BBM bersubsidi 19,28 juta KL di RAPBN 2026

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, yakni minyak tanah dan solar, berada dalam rentang 19,05 juta –19,28 juta kilo liter (KL) untuk RAPBN 2026.

    “Usulan volume BBM bersubsidi dalam RAPBN tahun 2026 sebesar 19,05 juta –19,28 juta KL,” ucap Bahlil dalam Rapat Kerja dengan Komisi XII DPR di Jakarta, Rabu.

    Adapun rincian dari usulan tersebut, yakni sebesar 0,52 juta – 0,54 juta KL untuk minyak tanah dan 18,53 juta –18,74 juta KL untuk BBM jenis solar.

    Kuota BBM bersubsidi yang diusulkan oleh Bahlil lebih rendah apabila dibandingkan dengan kuota APBN 2025, yakni sebesar 19,41 juta KL, dengan rincian minyak tanah sebesar 0,53 juta KL, dan solar sebesar 18,88 juta KL.

    Dengan demikian, Bahlil memangkas kuota BBM bersubsidi jenis solar untuk RAPBN 2026.

    “Kalau untuk impor solar, kalau kita akan konversi ke B50, Insya Allah kita tidak akan impor lagi, dengan catatan produksi kita tidak boleh turun,” ucap Bahlil.

    Akan tetapi, bila masyarakat tetap menggunakan B40, Bahlil menyampaikan Indonesia tetap harus mengimpor solar karena masih ada selisih antara konsumsi dan produksi minyak di dalam negeri.

    “Jadi, mungkin masih impor sedikit,” kata Bahlil.

    Realisasi penyaluran BBM bersubsidi dari Januari – Mei tercatat sebesar 7,41 juta KL, dengan rincian 0,21 juta KL untuk jenis minyak tanah dan 7,20 juta KL untuk jenis minyak solar.

    Selain soal kuota BBM bersubsidi, Bahlil juga mengusulkan kuota LPG 3 kg, dari 8,17 juta metrik ton (MT) pada APBN 2025, naik menjadi 8,31 juta MT untuk RAPBN 2026. Realisasi penyaluran LPG 3 kg pada Januari–Mei 2025 tercatat sebesar 3,49 juta MT.

    Usulan tersebut menuai revisi dari Komisi XII DPR yang membidangi energi dan sumber daya mineral (ESDM). Komisi XII mengusulkan agar kuota LPG 3 kg sebesar 8,79 juta MT, lebih tinggi dari yang diusulkan oleh Bahlil.

    Dalam rapat tersebut, disepakati penggunaan range atau kisaran kuota, yakni 8,31 juta – 8,79 juta MT. Angka pastinya akan dibahas di Badan Anggaran (Banggar) DPR RI.

    Di luar pembahasan kuota BBM bersubsidi dan LPG 3 kg, rapat tersebut juga menyepakati usulan asumsi harga patokan minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) sebesar 60–80 dolar AS per barel; serta lifting minyak dan gas bumi (migas) sebesar 1,558–1,637 juta barel setara minyak per hari (boepd), dengan rincian lifting minyak sebesar 605–620 ribu barel per hari dan lifting gas bumi sebesar 953 ribu–1,017 juta boepd.

    Target lifting minyak yang disepakati dalam simpulan raker berbeda dengan usulan Kementerian ESDM, yang menargetkan lifting minyak berada dalam rentang 605–610 ribu barel per hari.

    Lebih lanjut, disepakati pula usulan anggaran untuk subsidi listrik sebesar Rp97,37 triliun – Rp104,97 triliun untuk RAPBN 2026, naik lebih dari Rp10 triliun apabila dibandingkan dengan subsidi listrik pada APBN 2025 sebesar Rp87,72 triliun.

    Pada Senin (30/6), BPH Migas dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII mengusulkan kuota Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite untuk RAPBN 2026 sebesar 31,229 juta – 31,23 juta KL.

    Usulan kuota Pertalite untuk RAPBN 2026 relatif sama dengan kuota di APBN 2025, yakni sebesar 31,23 juta KL. Realisasi penyaluran Pertalite sejak Januari–Mei 2025 sebesar 11,6 juta KL.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kemenperin waspadai lonjakan impor baja hingga TPT akibat perang tarif

    Kemenperin waspadai lonjakan impor baja hingga TPT akibat perang tarif

    Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza. ANTARA/HO-Kemenperin

    Kemenperin waspadai lonjakan impor baja hingga TPT akibat perang tarif
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Rabu, 02 Juli 2025 – 16:15 WIB

    Elshinta.com – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mewaspadai potensi lonjakan produk impor di industri baja dan aluminium, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki, industri agro, serta industri aneka akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

    Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu, menyampaikan potensi lonjakan produk tersebut akibat adanya trade diversion atau dumping dari China.

    “Dampak ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China akan berpotensi mendorong trade diversion sebagai respons atas hambatan dagang yang terus meningkat,” kata dia.

    Dirinya mencontohkan di sektor TPT dan alas kaki yang memberikan kontribusi signifikan terhadap ekspor manufaktur nasional, yakni pada 2024 menunjukkan bahwa Amerika Serikat merupakan pasar utama dari kedua sektor tersebut. Pangsa pasar TPT Indonesia ke AS mencapai 40,6 persen, dan alas kaki 34,2 persen. Ini menunjukkan hampir setengah dari ekspor tekstil, dan 1/3 dari ekspor alas kaki nasional bergantung pada permintaan AS.

    Melihat masih tingginya tensi ketegangan antara AS dan China, serta adanya penurunan pangsa pasar China di AS, situasi ini memunculkan tantangan, berupa meningkatnya potensi dumping produk China ke pasar domestik.

    “Ini menunjukkan adanya peningkatan nilai impor TPT dari China ke Indonesia yang mencapai 8,84 persen, sedangkan impor produk alas kaki melonjak hingga 30,89 persen pada Januari hingga April 2025,” katanya.

    Pada sektor industri agro, terdapat indikasi adanya trade diversion produk China dari AS. Pihaknya mencatat Januari hingga April 2025 ekspor produk agro China ke AS turun sebesar 1,17 miliar dolar AS atau sekitar 7 persen. Di saat yang sama, Indonesia justru mencatat lonjakan impor produk agro dari China sebesar 477 ribu dolar AS atau meningkat sekitar 30 persen.

    “Sekurang-kurangnya, terdapat tujuh pos HS yang menunjukkan kenaikan impor yang signifikan. Mulai dari HS 23, yaitu limbah industri makanan dan pakan ternak naik sekitar 11 persen, HS 03 ikan dan krustasea, dan HS 18 kakao dan olahan melonjak impornya lebih dari 100 persen. Lonjakan tertinggi terjadi pada produk perikanan, yaitu sekitar 105,4 persen,” katanya lagi.

    Disampaikan dia, kondisi ini menjadi sinyal penting bagi pemerintah dan bangsa Indonesia untuk mencermati dampak dari trade diversion terhadap struktur impor nasional, sekaligus peluang untuk memanfaatkan potensi dan tantangan industri di dalam negeri.

    “Ini tentu kita harus mitigasi dengan monitoring secara intensif,” ujar Wamenperin.

    Sumber : Antara

  • Menangkap peluang hilirisasi rempah Indonesia

    Menangkap peluang hilirisasi rempah Indonesia

    Hilirisasi rempah bukan sekadar strategi ekonomi, melainkan langkah strategis untuk mengembalikan pamor Indonesia sebagai pusat rempah dunia di era modern.

    Jakarta (ANTARA) – Indonesia pernah menjadi pusat rempah dunia, puncak kejayaan yang menuntun armada bangsa-bangsa Eropa berlayar menembus samudra demi cengkeh Maluku, pala Banda, dan lada Sumatera.

    Ironisnya, setelah berabad-abad berlalu, sebagian besar rempah Nusantara masih keluar negeri dalam rupa bahan mentah. Berangkat dari keinginan untuk keluar dari jebakan skema “jual bahan mentah” inilah kemudian lahir agenda nasional hilirisasi rempah.

    Pemerintah kini mematok rempah sebagai garda depan kebangkitan industri dan perdagangan global, dengan tujuan jelas, yaitu mendongkrak devisa sekaligus menaikkan kesejahteraan jutaan petani kecil.

    Di tingkat nasional, hilirisasi ditempatkan sebagai kebijakan prioritas industrialisasi. Program lintas-kementerian Indonesia Spice Up The World (ISUTW) yang diluncurkan tahun 2021 menargetkan ekspor bumbu olahan 2 miliar dolar AS dan 4.000 restoran Indonesia di mancanegara.

    Kementerian Perdagangan memfasilitasi festival, pameran, hingga negosiasi FTA, PTA, dan CEPA agar bumbu siap saji, minyak esensial, maupun oleoresin produksi domestik kian mulus menembus pasar global.

    Di hulu, Kementerian Pertanian memperkuat kualitas benih dan pascapanen. Sementara itu Kementerian Perindustrian menyiapkan road map peningkatan kapasitas industri kecil dan menengah (IKM) rempah, dari teknologi pengeringan, penggilingan, destilasi, sampai penjaminan mutu agar produk Nusantara mampu bersaing di ritel premium dan segmen horeka (hotel, restoran, kafe) dunia.

    Aksi serupa bergema di daerah. Sumatera Barat, penyumbang 90 persen gambir dunia, tengah merampungkan Peraturan Gubernur tentang Tata Niaga Gambir untuk mengakselerasi produksi tanin dan katekin berkelas industri.

    Lampung menggulirkan proyek Lada Lestari sambil menyiapkan pabrik oleoresin lada hitam. Maluku, Maluku Utara, dan Papua menggelar expo jalur rempah demi mengangkat pala, cengkeh, dan vanili endemik.

    Seluruh dorongan regulatif ini bermuara pada cita-cita hilirisasi terpadu dari kebun petani sampai industri dan pasar global.

    Industri pengolahan rempah

    Modernisasi lini pengolahan, mulai dari mesin pengering, grinder, hingga kemasan kedap udara, menjadi kunci pengerek nilai tambah rempah Nusantara. Di sentra‐sentra pengolahan, pekerja kini tidak sekadar menjemur dan menimbang lada hitam, tetapi menyeleksi butir, menggiling, lalu mengemasnya dalam sachet bermerek yang memenuhi standar HACCP.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Menkeu proyeksikan harga minyak di kisaran 66-94 dolar AS per barel

    Menkeu proyeksikan harga minyak di kisaran 66-94 dolar AS per barel

    Kami memperkirakan harga minyak cukup lebar antara 66 hingga 94 dolar AS per barel di semester II

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan harga minyak dunia akan berada pada kisaran 66 hingga 94 dolar AS per barel pada semester II tahun 2025.

    Proyeksi ini mempertimbangkan dinamika geopolitik global, termasuk ketegangan di Timur Tengah serta arah kebijakan dari negara-negara produsen minyak.

    “Kami memperkirakan (harga minyak) cukup lebar antara 66 hingga 94 dolar AS per barel di semester II,” kata Sri Mulyani dikutip di Jakarta, Rabu.

    Meski demikian, dirinya mengakui outlook harga minyak ke depan masih diliputi ketidakpastian.

    Harga minyak dunia sendiri sempat melonjak akibat insiden pengeboman di Iran oleh Israel.

    Namun, Menkeu yakin kondisi perlahan akan mereda dan mendorong keyakinan bahwa harga minyak tidak akan menembus angka psikologis 100 dolar AS per barel hingga akhir tahun.

    “Semoga tetap terjaga suasana kondusif dari sisi geopolitik dan perang di Timur Tengah,” ujarnya.

    Di sisi lain, Bendahara Negara itu mencermati sejumlah proyeksi dari lembaga global yang menunjukkan angka bervariasi.

    Lembaga Energi Dunia memperkirakan harga minyak bisa berada di level 66 dolar AS per barel, Bloomberg menempatkannya di angka 69 dolar AS, sementara Bank Dunia lebih konservatif dengan estimasi 64 dolar AS per barel.

    Sementara mengenai lifting minyak, pemerintah memperkirakan volume produksi minyak pada semester kedua berada di kisaran 593 ribu hingga 597 ribu barel per hari, termasuk tambahan dari lapangan minyak Banyu Urip.

    Kemudian, lifting gas diproyeksikan antara 976 ribu hingga 980 ribu barel setara minyak per hari.

    “Untuk lifting (minyak) tadi selain yang kami sampaikan di Rapat Paripurna DPR mengenai tambahan dari (lapangan minyak) Banyu Urip, ini adalah antara 593 ribu-597 ribu barel per hari. Sedangkan gas masih di bawah 1 juta, yaitu 976-980 dolar AS per bsmph di semester II,” tutur Menkeu..

    Lebih lanjut, dalam paparannya, Sri Mulyani menjelaskan bahwa pergerakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada semester I tahun 2025 cenderung mengalami penurunan, yang dipengaruhi oleh faktor permintaan global serta dinamika kebijakan luar negeri.

    Intervensi AS terhadap kebijakan OPEC+ untuk menaikkan produksi mulai Juli 2025, serta peluang kesepakatan dagang AS-China, turut memengaruhi ekspektasi pasar.

    Sementara untuk semester II harga masih akan dinamis, dengan potensi tren naik akibat gangguan suplai dari konflik Timur Tengah.

    Namun, menurutnya, tetap ada sinyal OPEC+ untuk melanjutkan rencana peningkatan produksi.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Data Center Google Konsumsi 30,8 Juta Megawatt Sepanjang 2024, Naik 4 Kali Lipat

    Data Center Google Konsumsi 30,8 Juta Megawatt Sepanjang 2024, Naik 4 Kali Lipat

    Bisnis.com, JAKARTA — Google mengungkap bahwa data center mereka telah mengkonsumsi daya hingga 30,8 juta megawatt-jam listrik sepanjang 2024. 

    Melansir laman TechCrunch pada Rabu (2/7/2025) angka tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat apabila dibandingkan pada 2020 yang mencatat 14,4 juta megawatt jam.

    Sebelumnya, Google telah berkomitmen untuk menggunakan sumber energi bebas karbon dalam seluruh operasionalnya.  Namun demikian, pertumbuhan pesat data center mereka membuat komitmen ini semakin menantang untuk diwujudkan. 

    Hampir seluruh kebutuhan listrik Google berasal dari pusat data pada 2024, sekitar 95,8% dari total konsumsi listrik perusahaan digunakan untuk mengoperasikan fasilitas tersebut.

    Rasio konsumsi listrik antara data center dan kebutuhan operasional lainnya juga konsisten selama empat tahun terakhir. 

    Meski Google baru menyediakan data mulai 2020, jika rasio tersebut digunakan untuk menghitung ke belakang, maka diperkirakan pada 2014 pusat data Google hanya mengonsumsi sedikit lebih dari 4 juta megawatt-jam. 

    Dengan perhitungan tersebut, dalam satu dekade, konsumsi energi data center Google naik hampir tujuh kali lipat.

    Google sebenarnya telah mengoptimalkan efisiensi energi data center secara maksimal dan kerap dipuji sebagai perusahaan teknologi terdepan dalam hal ini. 

    Namun, ketika rasio power usage effectiveness (PUE) atau efektivitas penggunaan daya perusahaan mendekati angka ideal 1,0, peningkatan efisiensi menjadi lebih lambat. 

    Pada 2024, PUE Google tercatat sebesar 1,09 hanya membaik 0,01 poin dari tahun sebelumnya dan 0,02 dari satu dekade lalu.

    Menyadari kebutuhan energi yang terus meningkat, Google mulai berinvestasi besar-besaran dalam berbagai sumber energi bebas karbon, termasuk panas bumi (geothermal), dua jenis energi nuklir (fisi dan fusi), serta energi terbarukan lainnya.

    Energi panas bumi dinilai menjanjikan karena dapat menghasilkan listrik stabil tanpa tergantung cuaca. 

    Beberapa startup seperti Fervo Energy—yang didukung Google—berhasil mengembangkan teknologi pengeboran untuk memanfaatkan potensi ini secara lebih luas.

    Di sisi energi nuklir, Google baru saja mengumumkan investasi pada Commonwealth Fusion Systems dan akan membeli 200 megawatt listrik dari pembangkit Arc mereka yang ditargetkan mulai beroperasi awal 2030-an. 

    Sementara itu, untuk energi fisi, Google telah berkomitmen membeli 500 megawatt listrik dari Kairos Power, perusahaan pengembang reaktor modular kecil.

    Meski demikian, kedua proyek nuklir tersebut belum akan menghasilkan listrik dalam waktu dekat, paling tidak dalam lima tahun ke depan. Google juga gencar membeli kapasitas dari sumber terbarukan. 

    Pada Mei 2025, Google membeli kapasitas 600 megawatt dari pembangkit surya di South Carolina, dan pada Januari mengumumkan kerja sama untuk 700 megawatt pembangkit surya di Oklahoma. 

    Bersama Intersect Power dan TPG Rise Climate, Google tengah membangun beberapa gigawatt kapasitas pembangkit bebas karbon, dengan total nilai investasi mencapai US$20 miliar atau setara dengan sekitar Rp 324 triliun dengan kurs 16.202 per dolar AS. 

    Secara total, Google telah mengontrak energi terbarukan dalam jumlah yang setara dengan total konsumsi energinya. Namun, tantangannya adalah sumber-sumber tersebut tidak selalu tersedia pada waktu dan lokasi yang dibutuhkan.

    “Kami sejak awal menyatakan bahwa pencapaian 100% pemadanan energi secara tahunan bukanlah tujuan akhir. Tujuan akhir kami adalah mencapai penggunaan energi bebas karbon 24/7 di seluruh lokasi operasi kami, sepanjang waktu,” kata Michael Terrell, Kepala Divisi Energi Terbarukan Google

    Secara global, baru sekitar 66% konsumsi data center Google yang dipadankan secara real-time dengan listrik bebas karbon. Angka ini juga bervariasi antarwilayah di Amerika Latin, angkanya sudah mencapai 92%, namun di kawasan Timur Tengah dan Afrika, baru menyentuh 5%.

    Menurut Terrell, hambatan-hambatan inilah yang mendorong Google untuk berinvestasi pada sumber energi stabil seperti fisi dan fusi. 

    “Untuk bisa mencapai target kami, teknologi-teknologi ini sangat dibutuhkan,” katanya.

  • RCEP bantu perusahaan Indonesia perluas kehadiran di China Timur

    RCEP bantu perusahaan Indonesia perluas kehadiran di China Timur

    Jinan (ANTARA) – Pameran Impor Regional (Shandong) Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) keempat telah diselenggarakan di Linyi, Provinsi Shandong, China timur, pada 27-29 Juni.

    Dalam acara tersebut, para peserta pameran dari Indonesia menunjukkan minat yang kuat terhadap pasar China, dengan tujuan mempererat kerja sama perdagangan di bawah kerangka RCEP dan menangkap peluang-peluang baru di China utara.

    Di antara banyak peserta pameran, seorang wanita pengusaha asal Indonesia bernama Gina menarik banyak perhatian. Fasih berbahasa Mandarin, Gina memperkenalkan produk sarang burung edibel dari perusahaannya dengan percaya diri dan akrab.

    “Setiap produk memiliki kode tersendiri yang dapat dilacak, seperti kartu identitas. Kode tersebut menunjukkan tempat produksi, tanggal pembuatan, dan semua informasi terkait rantai pasokan,” kata dia sebagaimana warta Xinhua.

    Gina meyakini peningkatan standar hidup di China dan fokus yang semakin besar pada kesehatan di kalangan konsumen akan semakin mendorong permintaan terhadap produk sarang burung berkualitas tinggi.

    “Kami optimistis dengan prospek jangka panjang di pasar ini,” ujarnya.

    Perusahaan Gina telah mengekspor ke China selama lebih dari 10 tahun, menawarkan berbagai produk sarang burung edibel mulai dari yang kering, siap santap, hingga yang rebus segar. “China adalah pasar ekspor utama kami, yang mencakup sekitar 70 persen dari pengiriman tahunan kami, dan volumenya terus meningkat setiap tahun,” ujar Gina.

    Ini kali pertama perusahaannya berpartisipasi dalam pameran di Linyi, dan dia menjelaskan tujuan mereka adalah memperluas pasar ke daerah utara China.
    RCEP, yang terdiri dari 15 anggota, termasuk 10 negara ASEAN bersama dengan China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru, telah memainkan peranan penting dalam mendorong integrasi ekonomi regional dan kerja sama perdagangan multilateral.

    Pameran ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Linyi bersama Departemen Perdagangan Provinsi Shandong.

    Acara yang berlangsung selama tiga hari itu menampilkan 11 area ekshibisi dengan lebih dari 1.200 stan, menarik lebih dari 300 pemasok internasional serta 5.000 lebih pembeli domestik dan asing.

    Adhi Kusuma Yudha Halim, direktur Pusat Promosi Perdagangan Indonesia di Shanghai, mengunjungi setiap bagian pameran tersebut dengan saksama.

    Dia mengatakan bahwa acara ini tidak hanya berfungsi sebagai sebuah platform perdagangan, tetapi juga sebagai jendela untuk mengamati perkembangan teknologi China dan membina kerja sama di masa depan.

    “Saya cukup terkesan dengan inovasi yang ada di pameran ini,” katanya.

    Menurut Bea Cukai Qingdao, perdagangan antara Shandong dan Indonesia mencapai 38,89 miliar yuan (1 yuan = Rp2.260) atau setara sekitar 5,35 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.192) pada lima bulan pertama 2025, melonjak 51,7 persen secara tahunan (year on year/yoy). Perusahaan-perusahaan dari Provinsi Shandong telah berinvestasi di berbagai sektor di Indonesia, termasuk aluminium, listrik, dan bahan bangunan.

    Selain barang-barang tradisional, teknologi pintar juga menjadi daya tarik dalam pameran ini. Di Paviliun Teknologi Pintar, mobil terbang, robot anjing bionik, dan inovasi mutakhir lainnya menarik perhatian banyak orang. Perusahaan teknologi terkemuka seperti Tesla dan Unitree Robotics, bersama perusahaan-perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 seperti CP Group dan Amazon, memamerkan produk dan solusi terbaru mereka, yang mencerminkan tren peningkatan industri global.

    Pada November 2024, China dan Indonesia bersama-sama merilis pernyataan mengenai pembangunan kemitraan strategis komprehensif dan memajukan komunitas China-Indonesia dengan masa depan bersama. Pada bulan yang sama, kedua belah pihak menandatangani protokol fitosanitari untuk kelapa segar yang diekspor dari Indonesia ke China. Batch pertama kelapa segar Indonesia memasuki pasar China pada April 2025.

    “Indonesia umumnya mengekspor produk mineral ke China, tetapi kami sedang berupaya untuk mendiversifikasi ekspor dengan mempromosikan lebih banyak produk pertanian seperti buah-buahan tropis,” ujar Adhi. Dia menekankan bahwa persaingan di antara para pengekspor ASEAN semakin ketat dan perusahaan-perusahaan Indonesia harus bekerja lebih keras agar bisa menonjol di pasar China. “Selain pameran ini, perusahaan-perusahaan Indonesia juga aktif dalam acara-acara besar lainnya seperti China International Import Expo di Shanghai,” ungkapnya.

    Tahun ini menandai peringatan 75 tahun terbentuknya hubungan diplomatik antara China dan Indonesia, serta peringatan tiga tahun diberlakukannya perjanjian RCEP. Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama China-ASEAN telah membuat kemajuan signifikan di bawah naungan RCEP. Pangsa perdagangan China-ASEAN dalam total perdagangan luar negeri ASEAN meningkat dari 11,5 persen pada 2010 menjadi hampir 20 persen pada 2023, melampaui mitra dagang utama lainnya. Pada 2024, China dan ASEAN tetap menjadi mitra dagang terbesar satu sama lain selama lima tahun berturut-turut.

    “China, dengan jumlah penduduknya yang sangat besar, merupakan pasar yang sangat besar. Bagi Indonesia dan negara-negara lain, ini merupakan peluang dan potensi yang luar biasa,” tutur Adhi. “Kami berharap RCEP akan terus memungkinkan kerja sama yang lebih berkualitas dan saling menguntungkan.”

    Penerjemah: Xinhua
    Editor: Alviansyah Pasaribu
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ekspor kopi Vietnam catat rekor tertinggi pada semester I 2025

    Ekspor kopi Vietnam catat rekor tertinggi pada semester I 2025

    Hanoi (ANTARA) – Ekspor kopi Vietnam mencatatkan rekor tertinggi yakni mencapai 5,5 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.192) pada semester pertama 2025, melampaui target setahun penuh sebesar 5,4 miliar dolar AS, demikian pernyataan Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup Vietnam pada Rabu (2/7).

    Peningkatan tajam nilai ekspor ini didorong oleh permintaan yang kuat dari pasar-pasar utama termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan China.

    Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup Vietnam mengaitkan rekor kinerja tersebut dengan pergeseran ke arah produk kopi bernilai tinggi, seperti kopi yang diproses secara mendalam, kopi khas, dan kopi instan.

    Pendapatan ekspor kopi Vietnam diproyeksikan mencapai 7,5 miliar dolar AS pada akhir tahun ini atau naik sekitar 37 persen dari 2024 yang menandai pertumbuhan tahunan tertinggi yang pernah dicatat bagi industri kopi negara tersebut, menurut Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup Vietnam.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Indra Arief Pribadi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Peningkatan pasokan dari Nigeria picu penurunan HR kakao

    Peningkatan pasokan dari Nigeria picu penurunan HR kakao

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan peningkatan produksi dari Pantai Gading dan Nigeria, Afrika, memicu penurunan harga referensi (HR) biji kakao.

    Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim dalam keterangannya diterima di Jakarta, Rabu, mengatakan HR biji kakao periode Juli 2025 ditetapkan sebesar 9.438,60 dolar AS per metrik ton (MT), turun sebesar 152,92 dolar AS atau 1,59 persen dari bulan sebelumnya.

    Menurut dia, hal itu berdampak pada penurunan Harga Patokan Ekspor (HPE) biji kakao pada Juli 2025 menjadi 8.973 dolar AS per MT, turun 154 dolar AS atau 1,69 persen dari periode sebelumnya.

    “Penurunan HR dan HPE biji kakao dipengaruhi adanya peningkatan pasokan dari negara produsen utama, seperti Pantai Gading dan Nigeria,” kata Isy.

    Isy mengatakan penurunan HR dan HPE biji kakao tidak berdampak pada bea keluar (BK) biji kakao yang tetap sebesar 15 persen. Hal itu sesuai Kolom 4 Lampiran Huruf B pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 38 Tahun 2024 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar.

    Sedangkan untuk HPE produk kulit periode Juli 2025 tidak berubah dari Juni 2025. Namun, ada peningkatan HPE produk kayu periode Juli 2025, yaitu kayu keping atau pecahan (wood in chips or particle), keping kayu (chipwood), dan kayu olahan dengan luas penampang 1.000-4.000 mm2 dari jenis sortimen lainnya jenis pinus dan gemelina, akasia, dan sengon.

    Penurunan HPE terjadi pada kayu olahan dengan luas penampang 1.000-4.000 mm2 dari jenis meranti, merbau, rimba campuran, sortimen lainnya jenis eboni, serta sortimen lainnya dari hutan tanaman dari jenis karet dan balsa, eucalyptus, dan lainnya.

    Penetapan HPE biji kakao, HPE produk kulit, dan HPE produk kayu tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor 1552 Tahun 2025 tentang Harga Patokan Ekspor dan Harga Referensi atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan BK.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mendag Budi: Surplus neraca perdagangan dipengaruhi mitra dagang baru

    Mendag Budi: Surplus neraca perdagangan dipengaruhi mitra dagang baru

    ANTARA – Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebut peningkatan nilai surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Mei 2025 dipengaruhi oleh penambahan mitra dagang yang baru. Tercatat, nilai surplusnya pada Mei 2025 sebesar 4,30 miliar dolar AS. (Pradanna Putra Tampi/Sandy Arizona/Gracia Simanjuntak)

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.