Produk: disinfektan

  • Wabah PMK Kembali Terjadi di Blora, Berikut Gejala-gejala PMK yang Perlu Diketahui oleh Peternak 

    Wabah PMK Kembali Terjadi di Blora, Berikut Gejala-gejala PMK yang Perlu Diketahui oleh Peternak 

    TRIBUNJATENG.COM, BLORA – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali mewabah di beberapa daerah termasuk di Kabupaten Blora.

    Oleh karena itu, peternak diminta untuk mengenali gejala PMK, sekaligus cara penanganan ketika ternak terpapar PMK.

    Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora, Rasmiyana, menyampaikan peternak atau pedagang perlu mengenali gejala PMK.

    “Gejala ternak yang terkena PMK itu biasanya mengeluarkan air liur yang berlebih, sampai berbusa di mulutnya.”

    “Kemudian diikuti dengan suhu tubuh yang meningkat atau demam, di samping itu sapi tidak mau makan, kondisi tubuhnya juga lemas,” jelasnya, kepada Tribunjateng, Senin (6/1/2025).

    Suasana Pasar Pon Kabupaten Blora, Senin (6/1/2025). (Tribunjateng/M Iqbal Shukri)

    Lebih lanjut, menurutnya gejala PMK lainnya yakni kaki ternak pincang. Lantaran PMK menyerang mulut dan kuku ternak.

    “Kalau sampai parah ya biasanya sampai ada luka di lidah, dan di gusi ternaknya,” jelasnya.

    Rasmiyana meminta kepada peternak jika mengetahui terdapat gejala-gejala PMK pada ternaknya untuk segera melaporkannya ke petugas kesehatan hewan dibawah DP4 Blora.

    “Jika ternak bergejala PMK, segera laporkan ke petugas. Petugas nanti akan memberikan arahan dan juga akan memberikan pengobatan-pengobatan yang diperlukan.

    “Misalnya sapi demam, tidak mau makan, juga harus diberikan obat untuk menambah nafsu makan, dan mengurangi rasa sakitnya kalau sudah menunjukkan gejala luka-luka,” terangnya.

    Selain itu, kata Rasmiyana, peternak juga bisa melakukan perawatan secara rutin terhadap ternak yang terpapar PMK.

    “Seperti pemberian makanan yang cukup bergizi. Kalau pun jika ternak luka dan tidak mau makan, jadi minumnya harus diperkuat.”

    “Misalnya diberikan bahan empon-empon seperti kunir, jahe, direbus, kemudian dicampur gula. Setelah itu diberikan ke ternak. Cara itu bisa membantu pertahanan tubuh sapi,” paparnya.

    Rasmiyana juga menekankan agar peternak selalu menjaga kebersihan kandang, untuk mencegah penyebaran virus di kandang.

     “Kandang harus dijaga kebersihannya, bisa dilakukan penyemprotan disinfektan, untuk mengurangi penyebaran virus PMK,” paparnya. (Iqs)

  • PMK dan Pupuk Subsidi Jadi Atensi DPRD Pamekasan

    PMK dan Pupuk Subsidi Jadi Atensi DPRD Pamekasan

    Pamekasan (beritajatim.com) – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan pupuk bersubsidi menjadi atensi Komisi 2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pamekasan, bersama mitra kerja terkait.

    Atensi tersebut dibahas dalam rapat koordinasi Komisi 2 DPRD Pamekasan, bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pamekasan, di Gedung Wakil Rakyat Jl Kabupaten 107 Pamekasan, beberapa waktu lalu.

    “Dalam rapat koordinasi bersama DKPP, banyak hal yang kami koordinasikan, beberapa di antaranya poin tentang banyaknya sapi sakit mendadak hingga pupuk bersubsidi,” kata salah satu anggota Komisi 2 DPRD Pamekasan, Tabri S Munir, Senin (6/1/2025).

    Poin pertama berkenan dengan temuan yang diduga PMK yang mulai meresahkan masyarakat, khususnya para peternak maupun pemilik sapi. “Dengan adanya temuan ini, segera lakukan proteksi dengan pemberian vaksin PMK maupun penyemprotan disinfektan,” ungkapnya.

    “Terlebih ada temuan 19 ekor sapi di Pamekasan, justru disembelih paksa karena sakit, diduga akibat PMK yang mulai menjangkit ternak. Hal ini tentu mulai meresahkan masyarakat,” sambung legislator muda Partai Demokrat Pamekasan.

    Dalam kesempatan itu, pihaknya juga meminta DKPP agar lebih memudahkan dalam peningkatan swasembada pangan. “Komisi 2 meminta DKPP agar pasar hewan yang ada dikembangkan sebagai pasar hewan terpadu, termasuk melakukan perencanaan seluruh Puskeswan berada di pasar hewan sebagai upaya menjaga dan memastikan kesehatan hewan,” pintanya.

    “Karena itu kami juga berencana memfasilitasi pembahasan pasar hewan terpadu dengan melibatkan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait, yakni OPD pengelola pasar maupun OPD pengelola limbah atau sampah pasar,” tegasnya.

    Tidak hanya itu, pupuk subsidi juga tidak lepas dari pembahasan dalam rapat koordinasi mitra kerja. “Serapan pupuk subsidi pada 2024, tidak mencapai 100 persen karena ada beberapa permasalahan, di antaranya mundurnya masa hujan sekitar 32 hari,” jelasnya.

    “Termasuk juga ada beberapa kios yang tidak melakukan tebus pupuk karena petani tidak melakukan tebus beli pupuk subsidi, hal itu terjadi karena banyak petani yang belum melakukan beli tebus karena baru tanam padi,” sambung Tabri.

    Bahasan lainnya juga berkenaan dengan alokasi pupuk 2025 yang mengalami penurunan dibanding sebelumnya. “Alokasi pupuk bersubsidi 2025 turun dibanding 2024, atas kondisi ini DKPP masih terus mendalami alasan dari Pemprov Jatim,” pungkasnya. [pin/beq]

  • Kasus PMK Merebak di Kabupaten Mojokerto, Ini Langkah Disperta

    Kasus PMK Merebak di Kabupaten Mojokerto, Ini Langkah Disperta

    Mojokerto (beritajatim.com) – Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Mojokerto melakukan langkah antisipasi dam penyegahan terhadap kasus Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) yang mulai merebak di Kabupaten Mojokerto. Sepanjang Desember 2024, ada 244 ekor sapi terjangkit PMK dan 16 ekor diantaranya mati.

    Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat, Disperta Kabupaten Mojokerto, Tutik Suryaningdyah mengatakan, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah antisipasi dan pencegahan. “Petugas memberi pengobatan dan vitamin terhadap sapi-sapi yang terjangkit PMK,” ungkapnya, Sabtu (4/1/2025).

    Sejauh ini, pihaknya sebatas memberi pengobatan dan vitamin terhadap sapi-sapi yang terjangkit PMK. Pasalnya, belum ada alokasi vaksin dari pemerintah pusat. Pengobatan diberikan kepada hewan ternak tersebut berupa antibiotik, analgesik dan antipiretik. Selain itu, para peternak juga diberikan disinfektan.

    “Disinfektan itu ntuk disemprotkan ke kandang mereka. Penyemprotan disinfektan untuk membunuh virus penyebab PMK. Kami sampai saat ini masih menunggu alokasi vaksin dari Pemprov Jatim karena dari Kementerian sudah tidak ada. Sedangkan di APBD, kami belum ada anggaran untuk pengadaan vaksin,” katanya.

    Gejalah PMK ditandai dengan gejala air liur berlebihan atau hipersalivasi dan luka-luka pada kaki sapi. Pihaknya mengimbau para peternak yang sapinya terjangkit PMK segera melapor ke petugas medik dan paramedik veteriner terdekat sehingga sapi yang sakit segera mendapatkan pengobatan dan vitamin.

    “Para peternak juga sebisa mungkin agar bisa memastikan sapi yang sakit tetap makan untuk mencegah kematian. PMK tidak menular ke manusia. Daging dari ternak yang terjangkit PMK tidak berbahaya, aman dikonsumsi,” pungkasnya. [tin/ted]

  • Ratusan Sapi di Ponogoro Diduga Terserang PMK, Pemkab Sebut Kasus Naik Usai Banjir
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        3 Januari 2025

    Ratusan Sapi di Ponogoro Diduga Terserang PMK, Pemkab Sebut Kasus Naik Usai Banjir Regional 3 Januari 2025

    Ratusan Sapi di Ponogoro Diduga Terserang PMK, Pemkab Sebut Kasus Naik Usai Banjir
    Tim Redaksi
    PONOROGO, KOMPAS.com
    – Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) Kabupaten
    Ponorogo
    , Jawa Timur, melaporkan sebanyak 157 sapi terdampak penyakit mulut dan kuku (PMK) selama bulan Desember 2024.
    Kabid Peternakan Kesehatan Hewan dan Perikanan Ponorogo, Siti Barokah, menyatakan bahwa peningkatan kasus PMK disebabkan
    banjir
    yang melanda wilayah tersebut. Kondisi tersebut menciptakan kondisi lembap yang mendukung perkembangan virus PMK.
    “Selama Desember 2024, dari data terakhir ada 157 sapi. Kasus masih landai awalnya, tetapi begitu banjir menerjang Ponorogo, langsung kasus meningkat,” ujar Siti Barokah di ruang kerjanya, Jumat (3/1/2025).
    Siti menambahkan, meskipun terjadi lonjakan kasus PMK, jumlah sapi yang mati baru mencapai satu ekor, sementara dua ekor sapi terpaksa disembelih.
    Sebaran kasus PMK terjadi di 15 kecamatan dan 41 desa, dengan jumlah sapi yang diduga terjangkit terbanyak berada di Desa Wagir Kidul, Kecamatan Pulung, sebanyak 16 ekor.
    Di sisi lain, di Desa Plalangan, Kecamatan Jenangan, pemilik sapi memilih untuk menjual ternak mereka dengan harga murah karena khawatir tertular PMK.

    Kepala Desa Plalangan, Ipin Herdianto, menjelaskan bahwa warga takut ternak mereka mati akibat PMK sehingga memilih menjualnya dengan harga yang lebih rendah.
    “Banyak sapi yang terpaksa dijual murah, baik yang terjangkit maupun yang masih sehat. Warga takut jika dibiarkan malah mati dan merugi banyak,” katanya.
    Ipin Herdianto juga menambahkan bahwa laporan dari warga menunjukkan sekitar 30 ekor sapi diduga terjangkit PMK.
    Kondisi sapi yang dilaporkan tidak mau makan, dan kebanyakan dari mereka adalah sapi yang baru dibeli beberapa bulan lalu.
    Warga secara mandiri melakukan disinfeksi di kandang ternak mereka untuk mengantisipasi penyebaran penyakit.
    “Kurang lebih ada 30-an sapi yang sakit diduga PMK. Kami mengantisipasi sendiri dengan melakukan penyemprotan disinfektan,” ucapnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Disnak Jatim: 30 Daerah Alami Kenaikan Kasus PMK

    Disnak Jatim: 30 Daerah Alami Kenaikan Kasus PMK

    Surabaya (beritajatim.com) – Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Jatim akhirnya buka suara terkait merebaknya kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Bahkan, beberapa daerah sudah masuk Kejadian Luar Biasa (KLB).

    “Kami sudah drop obat-obatan dan vitamin kepada kabupaten/kota. Kemarin bantuan vaksin dari Pusvetma didrop, untuk selanjutnya melaksanakan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) dan disinfektan, pengobatan dan vaksinasi,” kata Kadisnak Jatim, Indyah Aryani dikonfirmasi beritajatim.com, Kamis (2/1/2025).

    Menurut Indyah, sebanyak 30 kabupaten/kota di Jatim mengalami kenaikan kasus. “Untuk populasi yang kecil seperti Kota Surabaya belum ada laporan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK),” ujarnya.

    Diberitakan sebelumnya, memasuki 2025, Kabupaten Blitar masuk dalam kategori daerah dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Blitar masuk kategori KLB usai 235 sapi terjangkit PMK, bahkan 30 ekor di antaranya mati.

    Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Blitar, Nanang Miftahudin menyebut bahwa berdasarkan melonjaknya kasus yang jauh diatas standar, sebenarnya di Kabupaten Blitar sudah bisa dikategorikan wabah atau KLB.

    Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) juga mulai mengancam kesehatan ternak di Kabupaten Ponorogo. Di Desa Jimbe, Kecamatan Jenangan, sejumlah sapi milik warga dilaporkan menunjukkan gejala khas PMK, seperti mulut berlendir dan luka pada kuku. Bahkan, beberapa sapi dilaporkan telah mati akibat penyakit tersebut.

    Meski kasus Penyakit Kulit dan Kuku (PMK) di Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan, namun sejumlah ternak masih belum disuntik vaksin. Kondisi ini terjadi lantaran vaksin dari Kementerian Pertanian masih belum datang. [tok/beq]

  • Vaksin PMK Belum Datang, Disnakkeswan Pasuruan Sebar Obat dan Vitamin

    Vaksin PMK Belum Datang, Disnakkeswan Pasuruan Sebar Obat dan Vitamin

    Pasuruan (beritajatim.com) – Meski kasus Penyakit Kulit dan Kuku (PMK) di Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan namun sejumlah ternak masih belum disuntik vaksin. Kondisi ini terjadi lantaran vaksin dari Kementerian Pertanian masih belum datang.

    Meski begitu, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan telah memberikan obat dan vitamin untuk sejumlah ternak. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Ainur Alfia mengatakan saat ini sudah disalurkan di sejumlah peternak.

    “Untuk vaksinnya kami masih menunggu dari Kementerian namun kita sudah memberikan obat dan vitamin,” jelasnya, Kamis (2/1/2025).

    Alfi juga mengatakan pihaknya telah menyalurkan 562 botol obat dan 720 boks vitamin serta 48 liter disinfektan. Vitamin dan obat-obatan tersebut seluruhnya diambilkan dari APBD Pemkab Pasuruan.

    “Anggaran tersebut sudah masuk APBD dan setiap tahun selalu ada. Tinggal kita melakukan distribusi ke peternak,” lanjutnya.

    Diketahui sebelumnya kasus PMK di Kabupaten Pasuruan kembali merebak setelah dua bulan telah dinyatakan hilang. Terdapat kurang lebih 99 kasus baru yang muncul pada bulan Desember 2024 lalu.

    Kasus tersebut muncul dan menyerang ternak di 6 kecamatan Kabupaten Pasuruan. Keenam kecamatan tersebut yakni di Prigen, Pandaan, Nguling, Purwodadi, Winongan, dan Gempol. [ada/beq]

  • 43 Sapi Suspek PMK di Gunungkidul Mati
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        2 Januari 2025

    43 Sapi Suspek PMK di Gunungkidul Mati Yogyakarta 2 Januari 2025

    43 Sapi Suspek PMK di Gunungkidul Mati
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH)
    Gunungkidul
    , DI Yogyakarta, mencatat ada 43 ternak sapi suspek Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), mati sejak beberapa pekan terakhir.
    “Sampai saat ini data yang masuk ke kita antara 42 sampai 43 yang mati,” kata Kepala DPKH Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, saat dihubungi melalui telepon pada Kamis (2/1/2025).
    Dikatakannya, untuk pencegahan dilakukan disinfektan wilayah yang muncul PMK setiap hari. Selain itu, pihaknya mengimbau pemilik ternak agar mencegah orang lain yang tidak memiliki kepentingan masuk kandang.
    “Ketika kita berkunjung dari pasar atau berkunjung ke kandang orang lain, harapan kita pulang mandi dulu baru masuk kandang,” kata dia.
    Hal ini untuk mencegah virus masuk ke area kandang dan menyebabkan ternak sakit.
    Wibawanti mengaku tidak bisa mencegah ternak dari luar masuk ke Gunungkidul karena setiap daerah memiliki kebijakan berbeda dalam penanganan.
    Pihaknya melakukan pemantauan dengan menjadwalkan pelayanan pengobatan hingga uji kebuntingan.
    Dia mengimbau kepada peternak agar melaporkan jika mendapati sapinya sedang sakit atau mati agar bisa segera dilakukan penanganan lebih jauh.
    “Itu terus kita lakukan di pasar,” kata dia.
    Sebelumnya, Lurah Pampang, Kapanewon Paliyan, Saiful Khohar, mengatakan wilayahnya sejak Minggu (22/12/2024) telah mencatat total ada 15 sapi mati di lima padukuhan.
    Adapun di Padukuhan Polaman terdapat sembilan ekor mati. Kemudian di Kedungdowo Wetan ada dua ekor. 
    Lalu di Jetis ada satu ekor, di Kedungdowo Kulon ada satu ekor, dan di Pampang ada satu ekor.
    “Baru saja (Senin hari ini) sekitar pukul 10.40 WIB ada satu mati di Padukuhan Polaman,” kata Saiful saat ditemui di Balai Padukuhan Polaman, Senin (30/12/2024).
    Dikatakannya, kematian ternak ini memukul petani atau peternak, karena biasanya sapi digunakan untuk tabungan.
    Pihaknya berharap ada ganti rugi atau bantuan dari pemerintah terhadap petani yang kehilangan hewan ternaknya.
    “Ternak ini tabungannya orang tani. Kejadian ini sangat memprihatinkan kami,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Disnak Jatim Ambil Sampel Sapi Diduga PMK di Magetan

    Disnak Jatim Ambil Sampel Sapi Diduga PMK di Magetan

    Magetan (beritajatim.com) – Dinas Peternakan (Disnak) Jawa Timur (Jatim) turun tangan mengambil sampel sapi yang diduga terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku di Magetan. Hal ini untuk menangani merebaknya wabah PMK yang memicu kematian sejumlah sapi.

    Direktur Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan sekaligus Penjabat (Pj) Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis Disnak Jatim, drh. Makmun menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, petugas kesehatan, dan peternak untuk mengatasi kasus penyakit pada ternak.

    Kunjungan lapangan, tim dari Dinas Peternakan Jawa Timur bersama dengan Balai Veteriner Wates dan Pusat Veteriner Farma segera turun tangan ketika menerima laporan dari peternak terkait adanya sapi yang menunjukkan gejala tertentu. Langkah awal berupa pengambilan sampel untuk mengidentifikasi penyakit dilakukan guna memastikan diagnosis yang akurat. Tim mendatangi langsung kandnagnwarga di Desa Kedungguwo, Kecamatan Sukomoro, Magetan, Selasa (31/12/2024).

    “Kami membawa bantuan berupa obat antibiotik, vitamin, dan disinfektan sebagai langkah awal untuk mengendalikan penyebaran penyakit,” ujar Drh. Makmun.

    Dia juga mengimbau para peternak untuk tidak panik dan segera melaporkan setiap kejadian kepada petugas kesehatan hewan.

    Para peternak diajak untuk memberikan perawatan ekstra kepada ternak yang sakit, seperti memberikan makanan secara manual (dicekok) dengan campuran jamu atau gula untuk menambah energi. Pemerintah juga telah melakukan disinfeksi di pasar hewan sebagai upaya memutus rantai penularan.

    “Kami berharap peternak tidak menjual ternak yang sakit karena ini berpotensi menyebarkan penyakit ke wilayah lain. Sebaiknya ternak dirawat hingga sembuh, karena nilai jualnya juga akan lebih tinggi,” lanjutnya.

    Pemerintah telah membangun Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS) yang memungkinkan laporan penyakit dari lapangan langsung diteruskan ke pusat. Dengan sistem ini, Jakarta dapat segera mengetahui kasus di berbagai daerah dan mengoordinasikan tindakan pengendalian bersama dinas setempat.

    Vaksinasi menjadi kunci utama dalam mencegah penyebaran penyakit. Pemerintah terus menggalakkan program vaksinasi, baik melalui bantuan langsung maupun secara mandiri oleh peternak. “Kesadaran masyarakat untuk vaksinasi ulang setelah enam bulan sangat diperlukan. Vaksinasi harus dilakukan dengan panduan petugas agar tepat sasaran dan aman,” ujar drh. Makmun.

    Pemerintah mengimbau peternak untuk selalu bekerja sama dengan petugas kesehatan hewan. Jika ada ternak yang sakit, segera laporkan dan isolasi ternak tersebut agar tidak menulari hewan lainnya. Langkah isolasi ini, menurut drh. Makmun, mirip dengan karantina manusia saat pandemi, di mana hewan yang sakit harus tetap di tempat dan tidak dipindahkan.

    Melalui kolaborasi antara pemerintah, petugas kesehatan, dan peternak, diharapkan penyakit hewan menular strategis dapat dikendalikan dengan baik. “Kami ingin memastikan kesehatan ternak tetap terjaga agar para peternak dapat terus meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya,” tutup drh. Makmun.

    Upaya ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah dalam mendukung sektor peternakan yang menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Peternak pun diharapkan untuk terus meningkatkan kesadaran dan kerja sama demi tercapainya peternakan yang sehat dan berkelanjutan. [fiq/beq]

  • Perjalanan 5 Dekade Nestle Indonesia Berdayakan Peternak Sapi Perah di Jatim

    Perjalanan 5 Dekade Nestle Indonesia Berdayakan Peternak Sapi Perah di Jatim

    Jakarta

    Selama hampir lima dekade, PT Nestlé Indonesia telah menjalin kemitraan dengan komunitas peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur. Hal ini termasuk upaya Nestlé untuk meningkatkan komoditas susu sapi perah yang berdampak positif pada perekonomian Jawa Timur.

    Selain membantu memenuhi kebutuhan pasokan susu segar untuk kegiatan operasional pabrik, inisiatif ini juga sebagai kontribusi untuk membantu pengembangan komunitas peternakan sapi perah rakyat di sekitar wilayah operasional Nestlé Indonesia agar lebih tangguh dan makmur.

    Diketahui, agribisnis sapi perah di Jawa Timur berawal dari usaha keluarga sejak masa kolonial, ketika sapi perah jenis Friesian Holstein (FH) diimpor dari Belanda. Pada 1970, agribisnis ini berkembang menjadi usaha swasta skala menengah, meskipun hanya terdapat di beberapa wilayah tertentu.

    Saat ini, Jawa Timur menjadi produsen susu sapi terbesar di Indonesia yang telah berkontribusi signifikan terhadap industri susu sapi nasional.

    Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), provinsi Jawa Timur mencatat produksi susu sapi tahunan sebesar 456,34 ribu ton pada 2021, memperkuat posisinya sebagai produsen susu sapi terbesar secara nasional.

    Adapun PT Nestlé Indonesia yang telah berdiri lebih dari 52 tahun di Indonesia, terus menunjukkan perhatian terhadap pertanian berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia. Termasuk pengembangan peternakan sapi perah rakyat di Jawa Timur.

    “Sejalan dengan cara berbisnis yang kami usung yaitu Creating Shared Value, PT Nestlé Indonesia bermitra dengan para peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur sebagai wujud komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka, serta mendukung peningkatan perekonomian di daerah. Saat ini, kami turut mendorong mereka untuk mengimplementasikan praktik pertanian berkelanjutan sebagai bagian untuk melestarikan sumber daya bagi generasi mendatang,” kata Head of Sustainable Agri PT Nestlé Indonesia Syahrudi dalam keterangan tertulis, Kamis (19/12/2024).

    Jawa Timur: Memelihara Tradisi Peternakan Sapi Perah Rakyat

    Foto: dok. Nestle Indonesia

    Kemitraan pertama PT Nestlé Indonesia dengan komunitas peternak sapi perak rakyat di Jawa Timur dimulai pada 1975. Pada tahun tersebut, PT Nestlé Indonesia menjalin kemitraan bersama Koperasi Susu SAE Pujon, Malang dengan membeli 160 liter susu segar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku operasional pabrik pertama Nestlé yang berada di Waru, Jawa Timur.

    Seiring berjalannya waktu, PT Nestlé Indonesia telah bekerja sama dengan lebih dari 31 koperasi di Jawa Timur dan lebih dari 27.000 peternak sapi perah rakyat. Pasalnya, PT Nestlé Indonesia menyadari perlunya lebih banyak dukungan untuk meningkatkan peternakan sapi perah rakyat di Jawa Timur.

    Pada 1985, perusahaan membentuk tim khusus bernama AgriService yang bertugas mendampingi para peternak untuk membantu mereka meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar mereka.

    Hal ini menandai perubahan signifikan menuju pendekatan yang lebih kolaboratif. Nestlé secara aktif terlibat dengan komunitas peternak untuk mengatasi kebutuhan dan tantangan spesifik mereka.

    Pada 1988, Nestlé Indonesia membangun pabrik baru di Kejayan, Pasuruan, Jawa Timur. Maka dari itu, mitra koperasi susu segar mulai mengirimkan pasokan susu segar ke pabrik Kejayan.

    “Pabrik Kejayan diperuntukkan untuk menghasilkan beberapa produk-produk susu PT Nestlé Indonesia. Tentunya, kami memerlukan bahan baku susu segar yang kami perolah secara lokal dari mitra kami, para peternak sapi perah rakyat yang berada di Jawa Timur,” Kata PT Nestlé Indonesia Factory Manager Kejayan Imelda Mayasari.

    “Dengan menggunakan sumber daya lokal, kami dapat memastikan kualitas dan kesegaran tertinggi untuk produk kami sekaligus mendukung penghidupan para peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur. Hal ini semakin memperkuat rantai pasokan dan memastikan aliran bahan baku berkualitas tinggi yang stabil,” imbuhnya.

    Kemudian, pada 2007 perusahaan mengubah nama tim AgriService menjadi Milk Procurement and Dairy Development (MPDD). Berfokus pada wilayah unit khusus ini bekerja sama dengan koperasi dan peternak sapi perah rakyat, memberikan dukungan dan bimbingan secara komprehensif.

    Tim MPDD hingga kini telah mendampingi lebih dari 27.000 peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur dengan serangkaian program, di antaranya pelatihan praktik peternakan sapi perah yang baik dan berkelanjutan, pengoptimalan produktivitas dan kualitas, serta dorongan untuk menjalankan bisnis yang lebih ramah lingkungan.

    Bantuan dan pelatihan ini sejalan dengan misi jangka panjang Nestlé untuk mendukung dan mempercepat transisi menuju sistem pangan regeneratif, yang tidak hanya melindungi tetapi juga memulihkan lingkungan untuk generasi masa depan.

    “Di Nestlé, kami berkomitmen untuk mendorong peningkatan peternakan sapi perah rakyat di Jawa Timur, sekaligus membangun masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat. Apabila pada awal kerja sama, kami fokus untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu perah, saat ini kami sudah menuju bagaimana para peternak dapat menjalankan usaha dengan penerapan praktik peternakan yang ramah lingkungan demi melindungi lahan dan sumber daya untuk tahun-tahun mendatang. Salah satu contohnya ialah mendorong pemanfaatan pakan ternak yang mampu menekan emisi karbon yang dihasilkan sapi,” ungkap Head of Milk Procurement & Dairy Development PT Nestlé Indonesia Ida Royani.

    Salah satu faktor pendorong inisiatif yang dilakukan di Jawa Timur tidak terlepas dari komitmen keberlanjutan PT Nestlé Indonesia. Pada 2008, perusahaan membangun fasilitas air bersih yang menjangkau 2.300 keluarga peternak sapi perah.

    Fasilitas ini dirancang untuk mendukung para peternak dalam menjaga kualitas susu segar melalui penerapan praktik kebersihan yang baik, mencakup perawatan sapi dan kebersihan kandang. Selain itu, akses air bersih juga meningkatkan kesehatan masyarakat.

    Lebih lanjut, sebagai kontribusi untuk menjaga kebersihan lingkungan secara bersama-sama dan upaya pengurangan emisi gas rumah kaca, PT Nestlé Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Rumah Energi.

    Keduanya memperkenalkan program untuk mengelola limbah peternakan sapi perah menjadi biogas, mendorong ekonomi sirkular dan mengurangi dampak industri terhadap lingkungan sejak 2010.

    Hingga kini, PT Nestlé Indonesia telah membantu membangun lebih dari 8.700 unit kubah biogas untuk mengelola kotoran sapi menjadi energi terbarukan yang dapat digunakan untuk memasak dan penerangan.

    Adapun limbah slurry yang dihasilkan dari pengolahan biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan lahan pakan ternak. Hal ini menciptakan sistem pertanian sirkular terintegrasi pada peternakan sapi perah di Jawa Timur, sejalan dengan ambisi Nestlé untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2050.

    Pada 2014, PT Nestlé Indonesia menerapkan inisiatif pembagian pemgembangan produk susu untuk meningkatkan kualitas sapi perah, sehingga ternak sapi perah dipastikan lebih kuat dan produktif.

    Pendekatan langsung perusahaan terus berkembang, dengan PT Nestlé Indonesia membimbing para peternak untuk memprioritaskan kenyamanan dan kesejahteraan sapi mereka demi produksi susu yang optimal.

    Salah satu peternak sapi perah Siswantoro yang berasal dari anggota Koperasi Unit Desa Sumber Makmur, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, menceritakan dampak yang dirasakan dari dukungan PT Nestlé Indonesia.

    “Manfaat yang saya peroleh dari Nestlé Indonesia antara lain subsidi pengadaan mesin pemerah susu, chopper, kipas angin; maupun ilmu berharga melalui pelatihan dan bimbingan mereka. Hal ini bermanfaat bagi kami sebagai peternak sapi perah bagaimana kami dapat menjaga kesehatan sapi perah untuk menghasilkan susu yang berkualitas, sehingga masyarakat dapat mengonsumsi produk susu bergizi yang bahan bakunya berasal dari sapi kami,” kata Siswantoro.

    Pada tahun 2021, perusahaan meluncurkan inisiatif terbaru yang berfokus pada pertanian regeneratif, sebuah pendekatan holistik yang memprioritaskan praktik peternakan berkelanjutan.

    Melalui kerja sama yang erat dengan para peternak untuk menerapkan metode-metode ini, PT Nestlé Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas dan hasil susu. Akan tetapi, juga mengembangkan industri susu yang lebih sadar lingkungan sehingga memberikan manfaat bagi komunitas peternak dan ekosistem yang lebih luas.

    Selain itu, Nestlé juga memperluas jangkauannya dengan menjalin kerja sama dengan para peternak sapi perah rakyat di Jawa Tengah. Adapun hasil susu segar yang dihasilkan para peternak sapi perah rakyat akan diserap oleh pabrik terbaru Nestlé Indonesia yang berada di Batang, Jawa Tengah.

    Terdapat berbagai isu dan tantangan yang dihadapi dalam proses perjalanan pemberdayaan para peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur.

    Pada awal 2022, muncul wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang turut menyerang hewan, termasuk sapi-sapi di Indonesia. Langkah yang diambil Nestlé Indonesia untuk mendukung pemerintah Jawa Timur menanggulangi penyebaran wabah tersebut adalah dengan pengadaan program vaksinasi bagi mitra peternak sapi perah di Jawa Timur.

    Lalu, mendistribusikan bantuan sebesar Rp 7,7 miliar kepada peternak sapi perah rakyat, termasuk 35 mitra koperasi, dalam bentuk obat-obatan, vitamin, disinfektan, dan pakan tambahan dari bulan Juni hingga September.

    Foto: dok. Nestle Indonesia

    Kerja sama berkelanjutan antara PT Nestlé Indonesia dan peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur diharapkan dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya melalui pengembangan komoditas susu sapi perah.

    (prf/ega)

  • Imbas Kecelakaan, Warga Korsel Boikot Produk Konglomerasi Jeju Air

    Imbas Kecelakaan, Warga Korsel Boikot Produk Konglomerasi Jeju Air

    Jakarta, CNBC Indonesia – Warga Korea Selatan (Korsel) mulai melakukan boikot terhadap produk-produk dari konglomerasi induk maskapai Jeju Air, Aekyung Group. Hal ini terjadi setelah insiden Jeju Air di Bandara Muan hari Minggu lalu yang merenggut nyawa 179 penumpang.

    Dalam laporan Korea Times, boikot tersebut dipicu oleh kemarahan publik atas kecelakaan mematikan itu. Sejumlah sinisme netizen pun mulai bermunculan di media sosial seperti X, yang meminta agar warga menjauhi produk Aekyung Group.

    Produk-produk tersebut meliputi kosmetik, perawatan rambut, perawatan gigi, kebersihan, dan barang-barang perawatan rumah. Sebagian besar produk ini dibuat oleh Aekyung Industrial, yang memproduksi barang-barang rumah tangga sehari-hari.

    “Ini adalah merek Aekyung Group, yang memiliki Jeju Air,” kata sebuah unggahan di media sosial pada hari Selasa, disertai montase logo dari puluhan merek, termasuk pasta gigi 2080, perawatan rambut Kerasys, pembersih dapur Trio, dan kosmetik LUNA.

    Sebelumnya, pada Minggu pagi, pesawat Jeju Air penerbangan 2216 mengalami insiden pendaratan tanpa roda di Bandara Muan setelah penerbangan dari Bangkok, Thailand. Nampak video menggambarkan bagaimana pesawat itu tak dapat berhenti hingga menabrak sebuah tembok yang akhirnya membuat badan pesawat hancur terbakar.

    Pesawat tersebut membawa 181 orang, yang terdiri dari 179 warga Korsel dan 2 warga Thailand. Dalam insiden ini, 179 tewas, sementara 2 orang yang merupakan awak kabin masih dalam perawatan intensif.

    Maskapai Jeju Air mengatakan pihaknya ‘dengan tulus’ meminta maaf. Para pejabat tinggi maskapai tersebut bahkan terlihat membungkuk dalam-dalam pada konferensi pers di Seoul.

    “Penerbangan Jeju Air lainnya yang menggunakan model pesawat yang sama mengalami kerusakan yang terkait dengan roda pendaratan dan terpaksa kembali ke Bandara Internasional Gimpo di Seoul tak lama setelah lepas landas pada hari Senin,” kata maskapai tersebut.

    Kekhawatiran yang mendorong boikot ini muncul saat meningkatnya kecurigaan bahwa Jeju Air telah bekerja berlebihan pada pesawatnya sambil mengabaikan perawatan. Penyidik menemukan bahwa, selama kuartal ketiga, Jeju Air mengumpulkan total 418 jam layanan per bulan, jauh melebihi jam operasional bulanan maskapai lainnya.

    Di sisi lain, boikot tersebut semakin dipicu oleh fakta bahwa Pimpinan Aekyung Group Chang Young Shin membutuhkan waktu 11 jam untuk mengeluarkan pernyataan permintaan maaf setelah kecelakaan terjadi. Selain itu, terungkap bahwa pernyataan tersebut awalnya hanya dibagikan kepada wartawan, bukan langsung kepada publik.

    Sementara itu, pertarungan hukum Aekyung Industrial yang sedang berlangsung dengan para korban produk disinfektan pelembap udaranya juga telah memicu boikot tersebut. Kasus itu melibatkan tuduhan bahwa produk Aekyung menyebabkan cedera pada paru-paru 98 konsumen antara tahun 2002 dan 2011, 12 di antaranya akhirnya meninggal.

    Pada tanggal 26 Desember, Mahkamah Agung mengembalikan kasus tersebut ke Pengadilan Tinggi Seoul, membatalkan hukuman penjara empat tahun untuk mantan CEO perusahaan tersebut, Ahn Yong Chan. Saat itu, putusan tersebut mengatakan tidak jelas apakah para korban hanya terpengaruh oleh disinfektan.

    (sef/sef)