Produk: CCTV

  • Tas Diplomat Kemlu Ditemukan di Rooftop, Ada Dokumen Rekam Medis
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        27 Juli 2025

    Tas Diplomat Kemlu Ditemukan di Rooftop, Ada Dokumen Rekam Medis Megapolitan 27 Juli 2025

    Tas Diplomat Kemlu Ditemukan di Rooftop, Ada Dokumen Rekam Medis
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Polda Metro Jaya menemukan tas ransel milik diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), ADP (39), di
    rooftop
    Gedung Kemenlu.
    Kasubbid Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak mengatakan, di dalam tas tersebut terdapat beberapa barang.
    Salah satunya dokumen rekam medis ADP.
    “Saya tidak bisa jelaskan rinci, tapi salah satunya adalah penyelidik menemukan ada rekam medis korban di salah satu rumah sakit umum di Jakarta,” ujar Reonald dalam program Berita Utama Kompas TV, Minggu (27/7/2025).
    Dokumen rekam medis tersebut tertanggal 9 Juni 2025.
    Namun, Reonald tidak mengungkap isi rekam medis tersebut. Ia juga enggan menyebutkan benda lain yang ada dalam tas tersebut.
    Sebelum tewas, ADP terekam CCTV berada di
    rooftop
    Gedung Kemenlu selama 1 jam 26 menit. Saat itu, ia membawa sebuah tas ransel dan kantong belanja.
    Namun, saat turun dari
    rooftop,
    ia terlihat tak membawa kedua benda tersebut.
    Tas ransel itu ditemukan sehari setelah dia ditemukan tewas di indekosnya di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).
    “Tim penyelidik langsung mencari dan menemukan tas itu di atas. Di lantai 12, di samping tangga lantai 12,” ujar Reonald.
    Selain itu, hingga saat ini, ponsel ADP juga belum ditemukan.
    Diketahui, ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).
    Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.
    Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.
    Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung, meskipun belum dipastikan kaitannya dengan penyebab kematian.
    Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
    Namun, hingga kini polisi masih menyelidiki apakah lakban tersebut dipasang oleh korban sendiri atau oleh orang lain.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tas Diplomat Arya Daru Ditemukan! Isinya Rekam Medis Korban

    Tas Diplomat Arya Daru Ditemukan! Isinya Rekam Medis Korban

    GELORA.CO – Polisi mengungkap temuan baru dalam kasus tewasnya diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan (39). Temuan anyar ini yakni sebuah tas ransel milik Arya, yang telah ditemukan petugas. 

    Adapun tas sempat dibawa Arya ke rooftop kantornya di lantai 12 Gedung Kemlu, Jakarta, sehari sebelum ia ditemukan tewas. Walau demikian, tas tak dibawa Arya turun dari gedung tersebut.

    Tas itu ditemukan di hari yang sama saat mayat Arya ditemukan di kosannya.

    “(Tim penyidik) menemukan tas itu berada di samping tangga lantai 12,” ujar Kasubbid Penmas Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak, dikutip Minggu, 27 Juli 2025.

    Isi tas itu, diduga terkait dengan kematian korban. Menurut Reonald, isi tas berupa rekam medis milik Arya. Rekam medis tersebut tertulis tertanggal 9 Juni 2025.

    “(Di tas) Penyelidik menemukan rekam medis korban di salah satu rumah sakit umum di Jakarta,” jelasnya.

    Tas sendiri berwarna hitam. Tas itu berukuran cukup besar.

    Diketahui, sebelum ditemukan tewas dengan kepala terlakban, Arya sempat melakukan hal yang tidak wajar. Ia terkam CCTV naik ke rooftop kantornya di lantai 12 Gedung Kemlu. Peristiwa itu berlangsung pada malam sebelum kematiannya.

    Arya terekam naik ke rooftop sekitar pukul 21.43 WIB dan baru turun sekitar pukul 23.09 WIB. Ia menghabiskan waktu lebih dari 1 jam 26 menit di atas gedung.

    “Diduga tanggal 7 Juli 2025 pukul 21.43 sampai pukul 23.09 atau sekitar 1 jam 26 menit diduga korban berada di rooftop lantai 12 Gedung Kemlu,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, Kamis, 24 Juli 2025.

    Saat naik ke atas gedung, Arya terlihat membawa tas ransel dan tas belanja. Walau begitu, ia turun dari rooftop tanpa keduanya.

    “Berdasarkan pengamatan CCTV, awalnya korban naik membawa tas gendong dan tas belanja, kemudian saat turun korban sudah tidak membawa tas gendong dan tas belanja,” jelas Ade Ary.

    Sebelumnya, Arya Daru Pangayunan ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 8 Juli 2025 pagi. Ia ditemukan dalam posisi terbaring di atas kasur dengan kepala terlilit lakban, dan tubuh tertutup selimut.

  • Tas Diplomat Kemlu Ditemukan di Samping Tangga Rooftop Kantornya
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        27 Juli 2025

    Tas Diplomat Kemlu Ditemukan di Samping Tangga Rooftop Kantornya Megapolitan 27 Juli 2025

    Tas Diplomat Kemlu Ditemukan di Samping Tangga Rooftop Kantornya
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Penyelidik Polda Metro Jaya menemukan tas ransel milik diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), ADP (39), yang keberadaannya sempat dipertanyakan di
    rooftop
    Gedung Kemenlu.
    Kasubbid Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak mengatakan, tas tersebut ditemukan sehari setelah ADP ditemukan tewas di indekosnya di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).
    “Tim penyelidik langsung mencari dan menemukan tas itu di atas. Di lantai 12, di samping tangga lantai 12,” ujar Reonald dalam program Berita Utama Kompas TV, Minggu (27/7/2025).
    Sebelum tewas, ADP terekam CCTV berada di
    rooftop
    Gedung Kemenlu selama 1 jam 26 menit. Saat itu, ia membawa sebuah tas ransel dan kantong belanja. 
    Namun, saat turun dari
    rooftop,
    ia terlihat tak membawa kedua benda tersebut.
    Selain itu, hingga saat ini, ponsel ADP juga belum ditemukan.
    Diketahui, ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
    Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.
    Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.
    Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung, meskipun belum dipastikan kaitannya dengan penyebab kematian.
    Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
    Namun, hingga kini polisi masih menyelidiki apakah lakban tersebut dipasang oleh korban sendiri atau oleh orang lain.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pekerjaan Unik! Bukan Pengasuh Biasa

    Pekerjaan Unik! Bukan Pengasuh Biasa

    Jakarta

    Ada peluang usaha baru di balik rasa sayang kepada hewan peliharaan. Yakni jasa mengasuh, bukan mengasuh anak-anak tetapi mengasuh hewan peliharaan yang disebut pet sitter.

    Jasa ini menawarkan perawatan serta mengasuh hewan peliharaan di rumah pemiliknya di saat sang pemilik sibuk.

    Salah seorang penyedia jasa pengasuhan dan perawatan hewan (pet sitting) adalah Galuh Prameswari. Perempuan asal Bekasi ini mulai membuka jasa ini lantaran untuk melepas penat setelah seharian bekerja. Akhirnya, Galuh membuka Paw Sitter Care.

    Profesi sampingan sebagai pet sitter ini telah dilakoninya sejak April 2025 lalu. Meski baru berjalan sekitar empat bulan, Galuh dapat melepas stress serta bebannya di sela-sela kesibukannya bekerja kantoran. Apalagi, Galuh juga memang menyukai hewan, termasuk kucing.

    “Nah, karena aku punya kucing, aku merasa kucing aku tuh me-recharge energi aku. Aku buka pet sitter ya soalnya kalau aku main sama kucing-kucing itu, aku happy gitu. Aku kan melakukan pekerjaan hal yang aku suka gitu. Dan kalau di kantor kan ya memang kewajiban kita untuk bekerja kan,” kata Galuh saat berbincang dengan detikcom, Kamis (25/7/2025).

    Biasanya, pemilik hewan yang sering berpergian ke luar kota yang menggunakan jasa Galuh. Selain itu, merawat hewan sakit menjadi salah satu layanan yang ditawarkan Galuh. Menurut dia, tidak semua orang bisa merawat hewan yang sakit.

    Sebelum mulai sitting, Galuh selalu mengadakan sesi pra-kunjungan untuk pengenalan serta penyesuaian antara sitter dengan hewan. Galuh biasanya membutuhkan waktu 1 hingga 2 jam agar dekat dengan si hewan. Dalam sesi tersebut, sang owner juga akan menjelaskan kebutuhan dan kebiasaan si hewan.

    Pemilik Paw Sitter Care, Galuh Prameswari Foto: Retno Ayuningrum

    “Sama aku kenalan sama sih hewannya. Cara pengenalannya ya aku kalau kucing aku sayang-sayang. Kalau ke doggy sih pertama kali ya aku pasti eye contact dulu sama dia. Itu aku biasanya bisa membedakan suara gonggongan. Kalau dia gonggongnya senyum, berarti dia welcome sama aku,” jelas Galuh.

    Sekali kunjungan, biasanya Galuh memberikan waktu selama tiga jam. Tidak hanya memberi makan dan membersihkan kotoran saja, kegiatan Galuh sebagai pet sitter juga melakukan menyisir bulu kucing serta mengajak main. Menurut Galuh, hewan juga membutuhkan rasa aman dan nyaman, meskipun pemiliknya tidak ada di rumah.

    Ia memastikan setiap kucing yang dirawat mendapat perhatian sesuai dengan kebutuhan mereka. Kendati begitu, semua hal yang dilakukannya ini telah melalui permintaan dari owner-nya.

    “Kalau sama mengajak main, bersihkan telinga, terus mata, gigi, sisir bulu, itu aku by request sih. Kenapa by request? Karena kan kalau telinga itu kan sensitif ya. Ada yang kucingnya tuh ternyata nggak suka bersihkan telinganya, malah menyerang orang lain, ada yang kayak gitu. Ada yang memang kucingnya ini tuh nggak suka dipegang area perutnya. Karena kalau sisir kan kita pegang dari kepala sampai ujung buntutnya kan,” terang Galuh.

    Hal ini juga yang membedakan pet sitter dengan pet hotel. Galuh menilai saat ini banyak owner hewan yang lebih memilih jasa cat sitter dibandingkan pet hotel. Sebab, pet hotel berpotensi membuat hewan rawan sakit dan stres karena berada di lingkungan baru dan dicampur dengan hewan lainnya.

    Namun, kata Galuh, sebagai cat sitter juga harus menumbuhkan rasa kepercayaan ke sang owner. Biasanya, Galuh akan bertanya dahulu rumah si owner-nya mempunyai CCTV atau tidak, rasa nyaman dan aman karena keberadaan Galuh di rumahnya. Apabila tidak ada CCTV, Galuh selalu rutin mengabari kondisi rumah serta hewan saat melakukan kunjungan.

    “Aku record sebelum datang, aku record kondisi gimana, saat aku kerja sama sebelum aku pulang. Sebelum itu aku record kak ini litter box-nya sudah aku bersihkan, kucingnya sudah dikasih makan, makanannya sudah full,” tambah Galuh.

    Panggilan dalam merawat kucing juga ditemukan oleh perempuan yang tinggal di Depok, Desti Prihatiningrum. Profesi ini ditekuninya sejak 2022 dan dimulai dari bekerja di pet shop sebagai cat sitter. Dari sana, Desti melihat banyak hewan peliharaan, termasuk kucing yang mengalami stress saat di pet hotel.

    “Akhirnya dari situ aku mikir, kasihan ya kalau mereka. Apalagi kalau misalnya kucingnya banyak kan, aku mikir apa nggak aku aja yang datangi ke rumah para pawrent. Jadi mereka kucingnya lebih nyaman gitu, paling cuma perkenalan aku sama kucingnya doang. Kalau misalnya aku buka pet hotel atau kayak gitu kan, kucingnya yang diboyong ke tempat pet hotel kan, dengan lingkungan baru, dengan suasana baru,” ujar Desti saat ditemui detikcom.

    Sejak saat itu, Desti membuka jasa pet sitter sendiri dengan mendirikan Mamakdungcak Cat Sitter. Tidak hanya memberikan makanan dan membersihkan kotoran, Desti juga menawarkan layanan perawatan kucing dengan sentuhan kasih sayang.

    Kendati begitu, Desti juga menerapkan syarat atau kriteria saat menerima pesanan. Di antaranya, owner harus pro-steril, pro-vaksin, hingga hewan peliharaan tidak harus selalu di kandang. Dalam satu kali kunjungan, Desi menghabiskan waktu hingga 3 jam. Namun, tak jarang juga dia mengambil pesanan yang menginap di rumah pemilik hewan.

    “Kalau aku sih lebih tergantung beberapa request dari pawrents-nya. Ada yang minta antar ke klinik karena pawrent nggak bisa, ada juga yang minta jagain kucingnya selama mereka lagi nggak ada. Aku lebih sering menginap di rumah pawrent. Alhamdulillah sih dipercaya sama pawrent-nya, untuk meninggalkan kucingnya sama aku. Jadi aku benar-benar jaga dan itu amanah lah,” jelas Desti.

    Paling lama, Desti menginap hingga dua minggu. Sejauh ini, owner yang meminta Desti menginap termasuk pengertian karena memberikan fasilitas selama di sana, seperti makan dan cuci baju. Desti juga rutin memberi kabar terkini si hewan kepada sang owner, termasuk jika terjadi sesuatu dengan hewannya.

    “Pagi kasih makan, kadang-kadang siang ada yang minta kayak makanan snack. Makan sore bersih litter box, bebersih rumah yang harus kita pakai karena kebutuhan aku dipenuhi sama perannya aku masak. Jadi, bebas bisa masak cuci baju,” cerita Desti.

    (rea/kil)

  • Mengurai Misteri Kematian Diplomat Kemlu: Isi Tas, Ponsel, dan Kunci Kamar Kos
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        26 Juli 2025

    Mengurai Misteri Kematian Diplomat Kemlu: Isi Tas, Ponsel, dan Kunci Kamar Kos Megapolitan 26 Juli 2025

    Mengurai Misteri Kematian Diplomat Kemlu: Isi Tas, Ponsel, dan Kunci Kamar Kos
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –

    Sosiolog Kriminalitas
    Soeprapto mengungkapkan kepingan pekerjaan rumah (PR) bagi kepolisian terkait kematian ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas di kamar kosnya, Menteng,
    Jakarta
    Pusat, Selasa (8/7/2025) pagi.
    Sebab, peristiwa kematian ADP ini masih menjadi tanda tanya besar mengingat kepolisian belum mengumumkan penyebab kematian korban.
    Soeprapto menjelaskan, temuan ADP sempat naik ke lantai 12 atau rooftop gedung Kemlu pada Senin (7/7/2025) pukul 21.43 WIB hingga 23.09 WIB atau selama 1 jam 26 menit ini patut ditelusuri lebih dalam.
    Penulusuran ini bertujuan agar membuat terang arah kasus tersebut, apakah bunuh diri atau pembunuhan.
    “Dengan melihat dan mengkaji isi tas plastik dan tas punggungnya apa saja? Apakah hanya dokumen atau hanya pakaian? Atau keduanya?” kata Soeprapto saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (26/7/2025).
    “Juga perlu dikaji jika pakaian laki-laki kira-kira untuk apa? Dan jika pakaian perempuan, untuk apa? Dan siapa?” tambah dia.
    Dosen purna tugas Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menjelaskan bahwa jika isi tas ADP yang dibawa korban ke rooftop gedung Kemlu adalah sebuah dokumen, maka kematiannya kemungkinan berkaitan dengan pihak-pihak yang disebut dalam dokumen tersebut.
    “Jika hanya pakaian laki-laki, maka sulit ditebak apa motif naik ke rooftop. Jika baju perempuan, perlu didalami itu pakaian siapa,” tegas dia.
    Untuk diketahui, ADP saat naik ke rooftop gedung Kemlu membawa tas belanja dan tas gendong. Namun setelah turun, ia tidak membawanya.
    Selain itu, kepolisian disarankan untuk mendalami apakah korban berada seorang diri, atau sempat bertemu maupun berkomunikasi dengan seseorang saat menuju rooftop tersebut.
    Soeprapto berujar, fakta baru tentang kepala korban terbungkus plastik putih sebelum terlilit lakban kuning juga patut ditelusuri oleh kepolisian untuk mengungkap tabir apakah bunuh diri atau pembunuhan.
    “Jika dilakukan sendiri, perlu didalami atas tekanan dari siapa? Dan ini bisa juga dilacak melalui bungkusan plastik yang dibuang sebelum ditemukan meninggal,” tegas Soeprapto.
    Sebagai informasi, berdasarkan rekaman CCTV, ADP sempat keluar dari kamar kos 105 dengan membawa kantong plastik hitam pada Senin (7/7/2025) pukul 23.24 WIB.
    Namun, korban terlihat tidak lagi membawa kantong plastik saat kembali ke kamar kos pada pukul 23.26 WIB.
    “Apakah ada tanda-tanda obat bius atau zat yang berfungsi untuk melumpuhkan korban agar tidak melakukan perlawanan saat dieksekusi, kemudian disinkronkan dengan hasil otopsi,” jelas dia.
    Soeprapto menegaskan, akses masuk kamar ADP yang memiliki slot pengunci dari dalam juga belum dapat dipastikan telah dislot oleh korban pada saat kejadian.
    “Bisa jadi korban belum sempat menguncinya keburu ada yang masuk, dan orang tersebut bisa keluar lewat jendela,” tegas dia.
    “Kemudian jendela juga bisa menjadi akses keluar bagi orang lain dengan mengembalikan posisi slot terkunci jika slotnya vertikal,” kata dia.
    Sejauh ini, kepolisian belum menemukan satu barang bukti digital yakni ponsel milik ADP.
    Soeprapto berpendapat, ponsel yang hilang merupakan sebuah pertanda buruk dalam kasus ini.
    “(Jika ponsel hilang) bahwa ada orang lain yang mengusik kehidupan korban di malam nahas itu. Kita tidak tahu handphone itu diambil siapa, tapi jelas tentang adanya pihak luar yang terlibat, terutama yang berkepentingan agar isi handphone tidak terbaca siapapun,” tegas dia.
    Diketahui,
    diplomat Kemlu
    berinisial ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
    Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur.
    Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.
    Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.
    Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung, meskipun belum dipastikan kaitannya dengan penyebab kematian.
    Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
    Namun, hingga kini polisi masih menyelidiki apakah lakban tersebut dipasang oleh korban sendiri atau oleh orang lain.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tas Diplomat Kemlu Ditemukan di Rooftop, Ada Dokumen Rekam Medis
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        27 Juli 2025

    Ponsel Diplomat Kemlu Belum Ditemukan, Pertanda Apa? Megapolitan 26 Juli 2025

    Ponsel Diplomat Kemlu Belum Ditemukan, Pertanda Apa?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –

    Sosiolog Kriminalitas
    Soeprapto menanggapi soal kepolisian yang belum menemukan ponsel milik ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas di kamar kos, Menteng,
    Jakarta
    Pusat, Selasa (8/7/2025).
    “Handphone yang hilang merupakan pertanda bahwa ada orang lain yang mengusik kehidupan korban di malam nahas itu,” ujar dosen purna tugas Universitas Gadjah Mada (UGM) saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (26/7/2025).
    Jika ponsel ADP benar-benar hilang dan tidak bisa ditemukan oleh kepolisian, kata Soeprapto, maka ia meyakini ada keterlibatan orang lain.
    “Kita tidak tahu handphone itu diambil siapa, tapi jelas tentang adanya pihak luar yang terlibat (jika ponsel benar hilang), terutama yang berkepentingan agar isi handphone tidak terbaca siapapun,” tegas dia.
    Soeprapto menegaskan, akses masuk kamar kos ADP yang salah satunya menggunakan slot pengunci dari dalam belum dapat dipastikan telah dikunci oleh korban beberapa jam sebelum ditemukan tewas.
    “Akses masuk pintu yang slotnya hanya bisa dibuka dari dalam, belum menjamin bahwa saat itu sudah dislot oleh korban,” tegas Soeprapto.
    Sebagai informasi, berdasarkan rekaman CCTV, ADP sempat keluar dari kamar kos 105 dengan membawa kantong plastik hitam pada Senin (7/7/2025) pukul 23.24 WIB.
    Namun, korban terlihat tidak lagi membawa kantong plastik saat kembali ke kamar kos pada pukul 23.26 WIB.
    Dalam rekaman itu, pintu dan jendela kamar kos sang diplomat tidak tersorot kamera.
    Sementara itu, dalam rekaman CCTV lain yang memperlihatkan penjaga kos bersama seorang pria saat membuka paksa kamar, pintu dan jendela kamar tampak jelas pada Selasa (8/7/2025) pukul 07.37–07.40 WIB.
    “Bisa jadi korban belum sempat menguncinya keburu ada yang masuk, dan orang tersebut bisa keluar lewat jendela,” tegas dia.
    “Kemudian jendela juga bisa menjadi akses keluar bagi orang lain dengan mengembalikan posisi slot terkunci jika slotnya vertikal,” kata dia lagi.
    Diketahui,
    diplomat Kemlu
    berinisial ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
    Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur.
    Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.
    Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.
    Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung, meskipun belum dipastikan kaitannya dengan penyebab kematian.
    Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
    Namun, hingga kini polisi masih menyelidiki apakah lakban tersebut dipasang oleh korban sendiri atau oleh orang lain.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Viral Pekerja Kafe Jadi Korban Begal, Ditabrak hingga Pingsan lalu Motor-Dompet Raib
                
                    
                        
                            Medan
                        
                        26 Juli 2025

    Viral Pekerja Kafe Jadi Korban Begal, Ditabrak hingga Pingsan lalu Motor-Dompet Raib Medan 26 Juli 2025

    Viral Pekerja Kafe Jadi Korban Begal, Ditabrak hingga Pingsan lalu Motor-Dompet Raib
    Tim Redaksi
    MEDAN, KOMPAS.com
    – Seorang pekerja kafe berinisial
    MFA
    menjadi
    korban begal
    di Jalan
    Medan
    -Binjai Km 16, Desa Serba Jadi, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Peristiwa ini terjadi pada Kamis (10/7/2025) sekitar pukul 02.00 WIB.
    Kepala Unit Reskrim Polsek Sunggal, AKP Budiman Simanjuntak, menjelaskan bahwa MFA, yang biasanya bekerja di kafe di Binjai, sedang dalam perjalanan pulang ke Medan ketika kejadian.
    “Waktu itu korban yang biasanya kerja di kafe Binjai hendak pulang ke arah Medan,” ungkap Budiman kepada Kompas.com melalui saluran telepon pada Sabtu (26/7/2025).
    Saat melintas, korban yang mengendarai sepeda motor seorang diri tiba-tiba dipepet empat orang pelaku yang mengendarai dua sepeda motor.
    MFA kemudian diancam dengan senjata tajam saat pelaku berusaha merebut kunci sepeda motornya.
    Meskipun sempat melawan, korban akhirnya ditabrak hingga terjatuh.
    “Korban sempat tak sadarkan diri sebentar. Di situ lah, pelaku membawa lari motor dan dompet korban,” ujar Budiman.
    Setelah kejadian, warga setempat dan pengendara lain yang melintas segera memberikan pertolongan kepada MFA, yang menderita luka cukup parah di bagian wajah, tangan, dan kaki.
    “Korban sudah buat laporan. Saat ini kami sedang menyelidiki dan memburu pelaku,” ucap Budiman.
    Peristiwa yang dialami MFA juga terekam dalam video CCTV, yang kemudian viral di media sosial.
    Dalam video tersebut, terlihat jelas momen ketika seorang pengendara motor ditabrak dan sepeda motornya diambil pelaku.
    “Dompet, motor dan nyawa terancam. Begal brutal menghantui,” demikian narasi akun yang mengunggah video tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mengurai Misteri Kematian Diplomat Kemlu: Isi Tas, Ponsel, dan Kunci Kamar Kos
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        26 Juli 2025

    Sosiolog Kriminalitas: Pintu Slot dari Dalam Tak Jamin Diplomat Kemlu yang Mengunci Megapolitan 26 Juli 2025

    Sosiolog Kriminalitas: Pintu Slot dari Dalam Tak Jamin Diplomat Kemlu yang Mengunci
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –

    Sosiolog Kriminalitas
    Soeprapto menegaskan, akses masuk kamar kos diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39) yang menggunakan slot pengunci dari dalam belum dapat dipastikan dikunci oleh korban beberapa jam sebelum ditemukan tewas.
    “Akses masuk pintu yang slotnya hanya bisa dibuka dari dalam, belum menjamin bahwa saat itu sudah dislot oleh korban,” tegas Soeprapto saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (26/7/2025).
    Sebagai informasi, berdasarkan rekaman CCTV, ADP sempat keluar dari kamar kos dengan membawa kantong plastik hitam pada Senin (7/7/2025) pukul 23.24 WIB.
    Namun, korban terlihat tidak lagi membawa kantong plastik saat kembali ke kamar kos pada pukul 23.26 WIB.
    Dalam rekaman itu, pintu dan jendela kamar kos sang diplomat tidak tersorot kamera.
    Sementara itu, dalam rekaman CCTV lain yang memperlihatkan penjaga kos bersama seorang pria saat membuka paksa kamar, pintu dan jendela kamar tampak jelas pada Selasa (8/7/2025) pukul 07.37–07.40 WIB.
    “Bisa jadi korban belum sempat menguncinya keburu ada yang masuk, dan orang tersebut bisa keluar lewat jendela,” tegas dia.
    “Kemudian jendela juga bisa menjadi akses keluar bagi orang lain dengan mengembalikan posisi slot terkunci jika slotnya vertikal,” kata dia lagi.
    Soeprapto berujar, fakta baru tentang kepala korban terbungkus plastik putih sebelum terlilit lakban kuning patut ditelusuri oleh kepolisian untuk mengungkap apakah bunuh diri atau pembunuhan.
    “Jika dilakukan sendiri, perlu didalami atas tekanan dari siapa? Dan ini bisa juga dilacak melalui bungkusan plastik yang dibuang sebelum ditemukan meninggal,” tegas Soeprapto.
    “Apakah ada tanda-tanda obat bius atau zat yang berfungsi untuk melumpuhkan korban agar tidak melakukan perlawanan saat dieksekusi, kemudian disinkronkan dengan hasil otopsi,” jelas dia lagi.
    Diketahui,
    diplomat Kemlu
    berinisial ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng,
    Jakarta
    Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
    Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.
    Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.
    Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung, meskipun belum dipastikan kaitannya dengan penyebab kematian.
    Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
    Namun, hingga kini polisi masih menyelidiki apakah lakban tersebut dipasang oleh korban sendiri atau oleh orang lain.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polisi ungkap kasus pedagang nanas yang diancam oknum ormas di Bekasi

    Polisi ungkap kasus pedagang nanas yang diancam oknum ormas di Bekasi

    Jakarta (ANTARA) – Polres Metro Bekasi Kota mengungkap kasus pengancaman yang dilakukan oleh dua orang berinisial TY (32) dan DBR (23) yang mengaku oknum ormas terhadap pedagang nanas berinisial Y (37) di Kota Bekasi, Jawa Barat.

    Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Pol Kusumo Wahyu Bintoro menjelaskan peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (17/7) sekitar pukul 11.30 WIB di Jalan Raya Mustikasari RT 004/RW 001 Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi.

    “Korban Y sedang berjualan buah nanas di lokasi, kemudian datang dua orang tidak dikenal meminta buah nanas dengan alasan untuk anggota ormas yang berada di pos. Namun, korban tidak mau memberikan buah nanas,” katanya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu.

    Lantaran korban tidak mau memberikan buah nanas, sehingga terjadi cekcok mulut, kemudian kedua orang tersebut meninggalkan TKP.

    “Berselang setengah jam kedua orang tersebut datang lagi ke TKP dengan membawa senjata tajam jenis golok dan terjadi lagi cekcok mulut antara pelaku dengan korban,” katanya.

    Akibat penolakan tersebut tersangka TY langsung mengeluarkan golok dan diacungkan kepada korban sambil mengatakan “ ngomong apa tadi ?” sehingga korban merasa terancam, takut dan korban menjauh dari lapak dagangannya hingga kemudian pelaku mengejar korban.

    “Korban berupaya mencari pertolongan dengan masuk pintu gerbang gudang yang berada di sekitar TKP, namun tersangka lain berinisial DBR mendorong korban serta ditarik pakaiannya sambil mengatakan dirinya adalah putra daerah setempat,” ucap Kusumo.

    Kemudian saksi H selaku sekuriti gudang keluar dari pintu gerbang gudang dan melerai serta mengatakan bahwa di tempat tersebut diawasi CCTV, sehingga kedua pelaku meninggalkan TKP.

    Berdasarkan hasil penyelidikan, Tim Unit Ranmor dan Tim Opsnal Unit Reskrim Polsek Bantar Gebang menangkap kedua pelaku pada 19 Juli 2025 di Kampung Tipar, Desa Argapura, Kecamatan Cigudeng, Kabupaten Bogor dan dibawa ke kantor Polres Metro Bekasi Kota untuk pemeriksaan lebih lanjut.

    Selanjutnya berdasarkan alat bukti yang cukup, terhadap perbuatan tersangka dapat dikenakan tindak pidana kedapatan menguasai, membawa, memiliki, dan menyimpan senjata tajam tanpa hak dan atau perbuatan yang disertai dengan ancaman kekerasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.

    “Dengan ancaman paling lama 10 tahun penjara dan atau Pasal 335 KUHP dengan ancaman hukuman paling lama satu tahun penjara,” katanya.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Hasil Labfor Tewasnya Diplomat Kemlu ADP Sudah Keluar, Kenapa Belum Diumumkan? – Page 3

    Hasil Labfor Tewasnya Diplomat Kemlu ADP Sudah Keluar, Kenapa Belum Diumumkan? – Page 3

    Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Karyoto menargetkan, analisis forensik, autopsi, dan digital forensik kasus kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan alias ADP (39) di indekos Menteng, Jakarta Pusat, rampung dalam waktu seminggu.

    Dia menyatakan, saat ini tim forensik tengah mendalami sejumlah bukti, termasuk CCTV, laptop, dan handphone milik korban.

    “Mungkin seminggu lagi selesai, nanti ada kesimpulan, insya Allah mudah-mudahan seminggu lagi selesai ya,” ujar Karyoto kepada wartawan, Jumat (11/7).

    Karyoto memastikan tidak ada perlakuan khusus dalam penanganan kasus ini. Dia menegaskan, Polda Metro punya banyak pengalaman menangani kasus serupa dan saat ini melakukan penyelidikan secara menyeluruh.