Produk: CCTV

  • Detik-detik Penangkapan 3 Aktor Intelektual Pembunuh Kacab Bank di Solo

    Detik-detik Penangkapan 3 Aktor Intelektual Pembunuh Kacab Bank di Solo

    Jakarta

    Tim gabungan Jatanras Polda Metro Jaya, Polrestabes Semarang, dan Polres Demak menangkap 3 orang aktor intelektual kasus pembunuhan kepala cabang (kacab) salah satu bank, Ilham Pradipta. Ketiganya ditangkap saat tengah menggunakan mobil di salah satu jalanan Solo, Jawa Tengah.

    Dalam kasus pembunuhan Ilham terdapat empat aktor intelektual yang ditangkap, yakni berinisial C, DH, YJ, dan AA. Penangkapan DH, YJ dan AA dilakukan di Solo, Jawa Tengah pada Sabtu (23/8) malam, sedangkan C ditangkap pada Minggu (24/8) sore, di kawasan PIK, Jakarta Utara.

    Berdasarkan video yang diterima detikcom pada Minggu (24/8/2025), tim gabungan Jatanras Polda Metro Jaya, Polrestabes Semarang, dan Polres Demak membuntuti mobil yang membawa 3 pelaku di salah satu jalanan Solo.

    Ketika mobil polisi sudah dekat dengan mobil ketiga pelaku, polisi kemudian memepet mobil pelaku. Polisi menghalau mobil pelaku, membuka pintu mobil, lalu menangkap ketiganya di tengah jalan.

    “Tangan di belakang. Turun semua. Tiarap,” ujar polisi yang menangkap.

    Ketiga pelaku tampak tiarap, lalu tangannya diborgol menggunakan kabel ties. Polisi kemudian membawanya ke dalam mobil untuk diinterogasi lebih lanjut.

    Informasi mengenai penangkapan keempat aktor intelektual ini dibenarkan oleh Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Abdul Rahim. “Benar,” kata AKBP Abdul Rahim saat ditanya soal penangkapan aktor intelektual kasus penculikan kacab bank.

    Ilham Pradipta ditemukan tewas di Serang Baru, Kabupaten Bekasi, pada Kamis (21/8) pagi. Ilham tewas setelah diculik para pelaku setelah selesai melaksanakan meeting bersama rekan kerjanya di supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Rabu (20/8).

    Momen Ilham diculik terekam CCTV. Dari rekaman itu terlihat, Ilham berjalan menuju parkiran lalu membuka mobilnya yang berkelir hitam.

    Tanpa dia sadari, para pelaku rupanya sudah ada di lokasi dan memarkirkan mobil putih tepat di samping mobil Ilham. Saat membuka pintu mobil, Ilham disergap para pelaku dan dimasukkan ke dalam mobil putih.

    Setelah itu, tidak ada kabar dari Ilham hingga kasus penculikan dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Timur pada Kamis dini hari. Kamis (21/8) pagi, Ilham ditemukan tewas dengan kondisi mata, tangan, dan kaki terikat di semak-semak di Serang Baru, Bekasi.

    Polisi kemudian menangkap empat pelaku yang menculik korban. Keempat pelaku penculikan itu ditangkap di Jakarta Pusat dan Bandara Labuan Bajo, NTT.

    Halaman 2 dari 2

    (rfs/lir)

  • Subdit Jatanras PMJ Tangkap 4 Aktor Intelektual Pembunuhan Kacab Bank

    Subdit Jatanras PMJ Tangkap 4 Aktor Intelektual Pembunuhan Kacab Bank

    Jakarta

    Subdit Jatanras Polda Metro Jaya berhasil menangkap empat aktor intelektual di balik penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang (Kacab) bank bernama Ilham Pradipta (37). Keempat pelaku ditangkap di daerah yang berbeda.

    Keempat aktor intelektual itu berinisial C, DH, YJ, dan AA. Penangkapan DH, YJ dan AA dilakukan di Solo, Jawa Tengah pada 23 Agustus pukul 20.15 WIB. Sedangkan C ditangkap pada 24 Agustus sore ini di kawasan PIK, Jakarta Utara.

    Saat ini keempat pelaku sedang diperiksa intensif oleh penyidik. Pemeriksaan dilakukan untuk mengungkap lebih terang kasus penculikan Ilham ini.

    Informasi mengenai penangkapan ini dibenarkan oleh Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Abdul Rahim.

    “Benar,” kata AKBP Abdul Rahim saat ditanya soal penangkapan aktor intelektual kasus penculikan Kacab bank, Minggu (24/8/2025).

    Momen Ilham diculik terekam CCTV. Dari rekaman itu terlihat, Ilham berjalan menuju parkiran lalu membuka mobilnya yang berkelir hitam.

    Tanpa dia sadari, para pelaku rupanya sudah ada di lokasi dan memarkirkan mobil putih tepat di samping mobil Ilham. Saat membuka pintu mobil, Ilham disergap para pelaku dan dimasukkan ke dalam mobil putih.

    Polisi kemudian menangkap empat pelaku yang menculik korban. Keempat pelaku penculikan itu ditangkap di Jakarta Pusat dan Bandara Labuan Bajo, NTT.

    (knv/fjp)

  • Misteri Uang Rp 8 Juta yang Diterima Istri Penculik Kacab Sebelum Penangkapan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        24 Agustus 2025

    Misteri Uang Rp 8 Juta yang Diterima Istri Penculik Kacab Sebelum Penangkapan Megapolitan 24 Agustus 2025

    Misteri Uang Rp 8 Juta yang Diterima Istri Penculik Kacab Sebelum Penangkapan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Rumah kontrakan di Jalan Johar Baru III Nomor 42, Jakarta Pusat, menjadi lokasi penangkapan tiga pelaku penculikan Kepala Kantor Cabang Pembantu (KCP) bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta (37).
    Ketiganya, berinisial AT, RS, dan RAH, ditangkap polisi pada Kamis (21/8/2025), sehari setelah korban ditemukan tewas di persawahan Bekasi.
    Sedangkan satu pelaku lagi berinisial RW, ditangkap Nusa Tenggara Timur (NTT) saat diduga hendak melarikan diri.
    Di balik penangkapan itu, muncul cerita mengenai uang tunai Rp 8 juta yang sempat diterima istri salah satu pelaku.
    Uang tersebut akhirnya disita polisi saat penggerebekan.
    Ketua RT setempat, Sella (43), mengatakan, istri pelaku berinisial M menerima uang Rp 8 juta dari suaminya, AT beberapa jam sebelum penangkapan.
    “Iya, katanya debt collector. Terakhir saja dia dapat uang itu. Pagi-pagi pulang itu kejadian. Dapat uang Rp 8 juta, katanya gitu. Tapi disita sama polisi,” ujar Sella, Sabtu (23/8/2025).
    Sella menyebut polisi sempat menanyakan langsung soal keberadaan uang tersebut saat melakukan penggerebekan.
    “Iya. ‘Mana uangnya yang 8 juta?’ begitu kata polisi pas gerebek. Itu cerita istrinya,” lanjut Sella.
    Ketua RW 09 Johar Baru, Rizal (54), juga memastikan sang istri tidak mengetahui asal-usul uang itu.
    “Entah dapat dari penculikan atau bukan, masih simpang siur. Intinya istrinya enggak tahu sumber dana. Biar polisi yang mendalami,” ujar Rizal.
    M sendiri mengaku hanya menerima uang dari AT tanpa tahu sumbernya.
    Setelah menyerahkan uang itu, AT justru tidur di kontrakan sebelum digerebek polisi.
    Sella juga menyoroti kehadiran M di rumah kontrakan tersebut.
    Menurutnya, sejak rumah ditempati Juni 2025, tak pernah ada perempuan yang tinggal di sana.
    “Mengaku baru dua hari ini mau pindah, barang dicicil pakai motor. Memang ada lemari belum dirakit,” kata Sella.
    Namun, M mengaku tidak tahu alasan suaminya tiba-tiba ditangkap.
    Ia bahkan panik dan mengaku dilarang berteriak saat AT digelandang polisi.
    “Saya panik. Saya enggak boleh kemana-mana, enggak boleh teriak,” tutur M seperti ditirukan Sella.
    Polisi disebut melakukan dua kali penggerebekan di kontrakan.
    Operasi pertama sekitar pukul 10.00 WIB dilakukan secara senyap.
    Kemudian penggerebekan kedua pukul 14.00 WIB baru melibatkan RT setempat.
    Pada kesempatan kedua inilah Sella berbincang langsung dengan M dan mengetahui soal uang Rp 8 juta.
    Rizal menambahkan, operasi pertama kemungkinan bagian dari strategi kepolisian.
    “Jadi operasi pertama ini mungkin teknik kepolisian, senyap. Kita enggak tahu, enggak mengerti,” katanya.
    Sehari sebelum penangkapan, korban Mohamad Ilham ditemukan tewas di persawahan Kampung Karangsambung, Bekasi, Kamis (21/8/2025) pagi.
    Tubuh korban terikat, wajah dililit lakban, dan penuh luka lebam.
    Korban diketahui disergap saat hendak masuk ke mobil di area parkir supermarket Pasar Rebo, Jakarta Timur.
    CCTV memperlihatkan korban dipaksa masuk ke mobil putih oleh sekelompok orang.
    Korban sempat melawan, namun pelaku berhasil melarikan diri.
    Tiga pelaku akhirnya ditangkap di Johar Baru, sementara satu lainnya, RW ditangkap di Bandara Komodo, NTT.
    Mereka kini diperiksa intensif oleh penyidik Polda Metro Jaya.
    Polisi masih mendalami kasus ini, termasuk keterkaitan antara uang Rp 8 juta yang diterima istri pelaku dengan aksi penculikan berujung maut tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 5 Kejanggalan Kematian ADP Versi Keluarga: Surat Kaleng Berisi Simbol hingga Dugaan Pembunuh Profesional
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        24 Agustus 2025

    5 Kejanggalan Kematian ADP Versi Keluarga: Surat Kaleng Berisi Simbol hingga Dugaan Pembunuh Profesional Yogyakarta 24 Agustus 2025

    5 Kejanggalan Kematian ADP Versi Keluarga: Surat Kaleng Berisi Simbol hingga Dugaan Pembunuh Profesional
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com –
    Kasus kematian misterius diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) ADP, memasuki babak baru dengan sejumlah kejanggalan yang diungkap oleh pihak keluarga.
    Dalam konferensi pers yang digelar di Yogyakarta pada Sabtu (23/8/2025), keluarga yang didampingi oleh tim kuasa hukum, Nicholay Aprilindo dan Dwi Librianto, membeberkan berbagai temuan yang memperkuat dugaan adanya pihak lain di balik meninggalnya ADP.
    Salah satu temuan paling janggal diungkap oleh kuasa hukum keluarga, Nicholay Aprilindo.
    Ia menjelaskan bahwa saat acara pengajian untuk mendiang ADP pada 9 Juli 2025, asisten rumah tangga keluarga menerima sebuah amplop cokelat dari seorang pria tak dikenal.
    Isi amplop tersebut bukanlah surat, melainkan simbol-simbol yang terbuat dari gabus putih.
    “Ada seseorang membawa amplop coklat, yang berisi simbol-simbol dari gabus putih, yaitu simbol bintang, hati, dan simbol bunga kamboja,” katanya dalam konferensi pers di Yogyakarta, Sabtu (23/8/2025).
    Nicholay menegaskan bahwa temuan ini telah diserahkan kepada pihak berwenang untuk didalami lebih lanjut, karena keluarga meyakini simbol tersebut membawa pesan tersembunyi.
    “Itu sudah diserahkan kepada pihak keluarga kepada pihak-pihak yang melakukan penyelidikan. Kami minta diperdalam apa makna dari simbol-simbol itu, pesan apa yang terkandung dalam simbol itu,” kata dia.
    Kejanggalan lain datang dari aktivitas digital almarhum.
    Kuasa hukum menyebutkan bahwa istri ADP, Meta Ayu – yang akrab disapa Pita – menemukan akun media sosial dan aplikasi perpesanan suaminya sempat aktif setelah dinyatakan meninggal dunia, padahal ponselnya dilaporkan hilang.
    “Kami baru dapat informasi dari istrinya atau keluarganya, Instagram milik almarhum
    on
    padahal sempat dikatakan HP-nya hilang,” ujar Nicholay Aprilindo.
    Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Meta Ayu sempat mencoba mengirim pesan ke nomor WhatsApp milik suaminya dan pesan tersebut menunjukkan status terkirim dengan tanda centang dua.
    “Berarti kan on kalau centang dua, ini kan jadi misteri juga. Dikatakan kalau HP-nya hilang, tapi kok bisa ada on di Instagram dan centang dua,” katanya.
    “Untuk waktunya (medsosnya aktif) kami akan mendalami.”
    KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Kuasa Hukum keluarga ADP Nicholay bersama orangtua ADP Subaryano, Sabtu (23/8/2025)
    Istri almarhum, Meta Ayu, sempat menelpon Polsek Menteng sebanyak tujuh kali, pada malam hari sebelum ADP ditemukan meregang nyawa. Namun tidak direspons.
    Hal itu disampaikan oleh Kuasa Hukum keluarga diplomat Kemenlu, Dwi Librianto.
    Kronologi dimulai saat Meta Ayu, tidak bisa menghubungi suaminya sejak Senin, 7 Juli 2025, pukul 21.20 WIB.
    “Pertama sejak Senin, 7 Juli 2025, pukul 21.20, Pita (panggilan Meta Ayu) tidak dapat menghubungi Daru karena WA tidak aktif, centang satu,” jelas Dwi Librianto.
    Setelah itu, Pita mencoba menghubungi penjaga kos, Siswanto. Sebab Pita sudah tidak bisa menghubungi Daru pada pukul 22.23 dan 22.25 pada hari Senin itu.
    Setelah gagal menghubungi penjaga kos, Pita mencoba menghubungi pihak kepolisian pada dini hari.
    “Dini hari tanggal 8 Juli 2025, menelpon Polsek Menteng tujuh kali. Tadi pagi saya coba menghubungi (nomor Polsek Menteng), memang ada, tapi tidak ada respons. Jadi, tujuh kali istri almarhum menghubungi Polsek Menteng,” ungkapnya.
    Tim kuasa hukum juga menyoroti adanya kejanggalan dalam keterangan penjaga kos kepada penyidik.
    Nicholay Aprilindo membantah keras pernyataan bahwa istri ADP pernah meminta posisi kamera pengawas (CCTV) diubah.
    “Dan perlu saya sampaikan keterangan dari istri almarhum bahwa istri almarhum yang bernama Meta Ayu tidak pernah meminta pergeseran CCTV,” tegas Nicholay.
     
    Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai motif di balik keterangan penjaga kos tersebut.
    “Istri almarhum menyatakan tidak pernah meminta penjaga kos untuk menggeser CCTV, sehingga timbul pertanyaan kami dari mana penjaga kos, Siswanto, itu menyatakan ada permintaan dari istri almarhum untuk menggeser CCTV,” tambahnya.
    Berdasarkan serangkaian kejanggalan tersebut, keluarga dan kuasa hukum meyakini kematian ADP bukanlah peristiwa biasa dan diduga melibatkan pembunuh profesional. Pihak keluarga menyatakan ketidakpuasan atas kesimpulan awal yang disampaikan oleh kepolisian.
    “Jadi ketidakpuasan pihak keluarga, khususnya orangtua, setelah melihat kejanggalan yang saya sebut, sehingga pada kesimpulan sementara bahwa kematian almarhum ada pihak lain yang terlibat,” kata Nicholay.
    Menanggapi tidak ditemukannya sidik jari di lokasi, Nicholay berpendapat bahwa pelaku profesional menggunakan teknologi canggih untuk menghilangkan jejak seperti sarung tangan tanpa jejak.
    “Kalau dikatakan sidik jari dan sebagainya, sekarang pembunuh profesional yang mempunyai keahlian khusus menggunakan peralatan canggih, contohnya sarung tangan tanpa jejak, tidak meninggalkan sidik jari,” jelasnya.
    Di tengah upaya mencari keadilan, Subaryono, ayah dari almarhum ADP, menyampaikan permohonan tulus kepada Presiden RI, Prabowo Subianto, untuk membantu mengungkap misteri kematian putranya.
    Subaryono (70 tahun) merasa lemah dan tidak berdaya, terlebih karena anaknya adalah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mengabdi pada negara. Oleh karena itu, ia berharap pimpinan tertinggi negara dapat memberikan perhatian khusus pada kasus ini.
    “Kami memohon kepada yang terhormat presiden Republik Indonesia, yang terhormat bapak Prabowo Subianto, kami mohon dengan rendah hati dan kami mohon setulus-tulusnya,” ucap Subaryono dengan suara bergetar, Sabtu (23/8/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Temuan mayat di Reservoir Siranda pastikan air pelanggan PDAM tidak tercemar

    Temuan mayat di Reservoir Siranda pastikan air pelanggan PDAM tidak tercemar

    Sumber foto: Joko Hendrianto/elshinta.com.

    Temuan mayat di Reservoir Siranda pastikan air pelanggan PDAM tidak tercemar
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Sabtu, 23 Agustus 2025 – 18:14 WIB

    Elshinta.com – Polda Jateng menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan penyelidikan dan penyidikan guna mengungkap kasus penemuan mayat di Reservoir Siranda pada Sabtu (16/8/2025) silam. Hal ini disampaikan Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto saat mendampingi Direktur Utama PDAM Tirta Moedal Kota Semarang Yudi Indardo saat meninjau lokasi dan memberikan keterangan pers terkait pelayanan PDAM pasca penemuan mayat di Reservoir Siranda.

    “Sebagai bahan penyelidikan hingga saat ini pihak penyidik dari Polrestabes Semarang telah memeriksa delapan orang saksi. Terhadap jenazah korban atas nama Dion Kusuma Pratama (21) juga telah dilakukan Visum et Repertum (VER), diharapkan hasilnya nanti akan jadi petunjuk bagi penyidik untuk mengungkap kasus tersebut,” ujar Kombes Pol Artanto.

    Pihaknya juga telah memeriksa rekaman CCTV di sekitar lokasi Reservoir Siranda. Dari hasil rekaman didapatkan petunjuk bahwa pada malam hari tanggal 30 Juli 2025 korban datang ke lokasi dengan berboncengan tiga oleh dua orang rekannya. Diungkapkan bahwa dalam rekaman tersebut nampak korban awalnya duduk di tengah diapit kedua temannya menggunakan satu sepeda motor.

    “Sesampainya di dekat lokasi, korban diturunkan dan ditinggal oleh kedua rekannya yang boncengan tadi. Korban yang masih sempoyongan kemudian sempat terlihat berjalan di sekitar lokasi hingga kemudian hilang dari pantauan cctv,” lanjutnya.

    Karena tidak kunjung pulang dan tidak diketahui keberadaannya, keluarga korban kemudian melaporkan kehilangan orang di kepolisian. Laporan ini kemudian ditindaklanjuti petugas yang kemudian melakukan penyelidikan dan menemukan korban pada tanggal 16 agustus 2025 di dalam reservoir siranda dalam kondisi tewas. Dari kondisi saat ditemukan, diduga korban telah tewas lebih dari dua minggu di dalam reservoir.

    Hal ini sempat memicu keresahan masyarakat yang khawatir jika air dari Reservoir Siranda sempat digunakan PDAM untuk memenuhi kebutuhan warga selama dua minggu sebelum penemuan korban. Menanggapi hal ini, Direktur Utama PDAM Tirta Moedal Kota Semarang, Yudi Indardo, memastikan bahwa pengguna air PDAM tidak terdampak atas penemuan mayat tersebut karena air dari tandon Reservoir Siranda tidak dialirkan ke pelanggan selama dua bulan terakhir.

    “Reservoir Siranda sejak bulan Maret 2025 hanya digunakan sebagai cadangan. Terakhir digunakan pada tanggal 5 Juli 2025 untuk back up kepada sekitar 3000 pelanggan atau 1,5 persen dari total pelanggan PDAM Kota Semarang karena ada perbaikan sistem di Semarang Barat. Itupun hanya digunakan selama 7-8 jam saja, dan sejak saat itu tidak digunakan lagi hingga terjadi kasus penemuan mayat tersebut,” jelas Yudi Indardo.

    Karena hanya difungsikan sebagai cadangan, dirinya juga menyebut tidak ada penjaga yang standby di Reservoir Siranda selama 1×24 jam. Meski demikian, setiap hari petugas penjaga saluran hanya mengecek rutin secara fisik dari luar. Untuk pengecekan mendalam bersama teknisi hanya dilakukan pada saat Reservoir Siranda akan digunakan sebagai back up ke pelanggan.

    “Pengecekan terakhir dilakukan pada tanggal 5 Juli 2025 pada saat akan digunakan sebagai cadangan ketika ada perbaikan. Jadi selama tanggal 29 atau 30 Juli sejak korban dilaporkan hilang hingga ditemukan tewas pada tanggal 16 Agustus 2025, Reservoir Siranda tidak digunakan,” tegasnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Joko Hendrianto, Sabtu (23/8).

    Atas kejadian penemuan mayat tersebut, Reservoir Siranda telah dikuras dan dibersihkan dengan disinfektan. Air yang tercemar mayat juga dibuang melalui pipa saluran pembuangan yang terpisah dengan pipa saluran pengairan.

    Kabid Humas  Artanto menghimbau kepada masyarakat agar tidak khawatir lagi karena air di Reservoir Siranda sudah dua bulan lebih tidak digunakan untuk mengaliri jaringan PDAM. Dirinya juga memohon doa dari masyarakat agar kasus tersebut dapat segera terungkap.

    “Dengan keterangan ini kami harap dapat meluruskan informasi yang beredar di masyarakat bahwa tidak benar jika air PDAM yang tercemar mayat dialirkan ke pelanggan. Dengan demikian kami harap masyarakat terutama pelanggan PDAM tidak perlu khawatir akan kualitas air yang digunakan. Kami mohon doa dan kerjasama dari masyarakat agar kasus ini dapat segera terungkap,” tandasnya. 

    Sumber : Radio Elshinta

  • Ketua RT Tegur Istri Penculik Kacab Bank BUMN Tak Lapor Suaminya Ditangkap
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        23 Agustus 2025

    Ketua RT Tegur Istri Penculik Kacab Bank BUMN Tak Lapor Suaminya Ditangkap Megapolitan 23 Agustus 2025

    Ketua RT Tegur Istri Penculik Kacab Bank BUMN Tak Lapor Suaminya Ditangkap
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Sella (43), Ketua RT 05/RW 09, Johar Baru, Jakarta Pusat, menegur M, istri salah satu pelaku bernama Andre, karena tidak melapor suaminya ditangkap polisi atas kasus penculikan terhadap Kepala Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank BUMN di Cempaka Putih berinisial MIP (37).
    Andre bersama dua rekannya yang lain ditangkap di rumah Jalan Johar Baru III No.42, RT 05/RW 09, Johar Baru Jakarta Pusat pada Kamis (21/8/2025) pukul 10.00 WIB. Padahal, rumah itu bersebelahan dengan kediaman Sella.
    Sella sempat berbincang dengan M saat polisi datang ke rumah tersebut untuk kedua kalinya pada Kamis pukul 14.00 WIB.
    Kali ini, polisi meminta Sella untuk mendampingi.
    “Ibu kenapa enggak lapor saya kalau ada masalah. Kalau enggak ada kedatangan polisi yang kedua, mungkin enggak lapor,” kata Sella saat ditemui pada Sabtu (23/8/2025). “Saya panik. Saya enggak boleh kemana-mana, enggak boleh teriak,” jawab M.
    Sella mencecar M dengan sejumlah pertanyaan. Sebab, menurut pengakuannya, sejak rumah itu ditempati pada 20 Juni 2025, tidak pernah ada seorang wanita pun yang terlihat di sana.
    “Katanya, ‘saya baru mau dua hari ini. Mau pindah ke sini barang dicicil pakai motor’. Memang ada lemari yang belum dirakit gitu. Saya bilang, ‘ibu harusnya melapor,” kata Sella.
    “Kalau sudah bener-bener mau lapor ke bu RT. Tapi entah kenapa, tadi pagi-pagi suami saya kok tiba-tiba dibawa,” jawab M yang perkataannya ditiru oleh Sella.
    Rupanya penggerebekan dilakukan dua kali, Rizal menjelaskan operasi pertama berlangsung pukul 10.00 WIB.
    “Jadi ada dua operasi. Operasi pertama itu jam 10.00 WIB. Hari Kamis tanggal 21 Agustus. Jadi hari Kamis ada dua operasi dari Polda dan jam 14.00 WIB operasi kedua,” ujar Rizal dalam kesempatan yang sama.
    Menurut dia, operasi pagi itu berlangsung layaknya operasi senyap, kemungkinan merupakan bagian dari taktik kepolisian, mengingat para pelaku masih berada di dalam rumah.
    “Jadi operasi pertama ini mungkin teknik kepolisian, senyap. Kita enggak tahu, enggak mengerti,” ujar Rizal.
    Diberitakan sebelumnya, MIP ditemukan tewas di area persawahan Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Kamis (21/8/2025), sekitar pukul 05.30 WIB.
    Mayat korban pertama kali ditemukan oleh salah satu warga yang tengah menggembala sapi di area persawahan.
    Saat pertama ditemukan, saksi melihat korban dalam kondisi tangan dan kaki terikat, serta mata terlilit lakban.
    Setelah temuan tersebut, warga langsung melapor ke perangkat desa dan aparat kepolisian setempat.
    Selanjutnya, petugas kepolisian mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan menemukan mayat dengan kondisi tubuh penuh luka lebam.
    Belakangan diketahui, korban sempat diculik dari supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, sebelum jasadnya dibuang ke area persawahan Kampung Karangsambung.
    Berdasarkan rekaman CCTV yang diterima Kompas.com, korban tampak mengenakan kemeja batik cokelat berlengan pendek dan celana panjang krem.
    Ia berjalan sambil menutupi kepala dengan tangan kiri, berusaha menghindari rintik hujan di area parkir supermarket di Pasar Rebo.
    Setibanya di mobil, saat hendak membuka pintu kemudi kendaraan berwarna hitam, tiba-tiba beberapa orang keluar dari sebuah mobil putih yang terparkir tepat di sebelahnya.
    Korban sempat berusaha melawan ketika disergap, tetapi usahanya tak membuahkan hasil.
    Korban kemudian dipaksa masuk ke dalam mobil putih tersebut. Tak lama, kendaraan itu langsung melaju meninggalkan area parkir.
    Seorang saksi yang melihat kejadian itu sempat menyadari adanya aksi penculikan. Namun, mobil berkelir putih tersebut keburu tancap gas dan menghilang dari lokasi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 7
                    
                        Istri Diplomat ADP Akui 7 Kali Telepon Polsek Menteng Sebelum Suaminya Ditemukan Tewas, Tak Direspons
                        Yogyakarta

    7 Istri Diplomat ADP Akui 7 Kali Telepon Polsek Menteng Sebelum Suaminya Ditemukan Tewas, Tak Direspons Yogyakarta

    Istri Diplomat ADP Akui 7 Kali Telepon Polsek Menteng Sebelum Suaminya Ditemukan Tewas, Tak Direspons
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Istri mendiang diplomat Kemenlu ADP, Meta Ayu, mengungkapkan bahwa pada malam hari sebelum ADP ditemukan meregang nyawa, Ayu sempat menelpon Polsek Menteng sebanyak tujuh kali, namun tidak ada respons.
    Hal itu disampaikan oleh Kuasa Hukum keluarga diplomat Kemenlu, Dwi Librianto, saat konferensi pers di Yogyakarta, Sabtu (23/8/2025).
    Dari keterangan Meta Ayu, ia mendapatkan informasi kronologis saat mencoba menghubungi suaminya, yaitu ADP.
    “Pertama sejak Senin, 7 Juli 2025, pukul 21.20, Pita (panggilan istri ADP) tidak dapat menghubungi Daru karena WA tidak aktif, centang satu,” katanya, Sabtu (23/8/2025).
    Setelah itu, Pita mencoba menghubungi penjaga kos, Siswanto, sebab Pita sudah tidak bisa menghubungi Daru pada pukul 22.23 dan 22.25 hari Senin itu.
    Saat itu, Siswanto tidak bisa dihubungi karena nomor WA tidak aktif.
    Dwi, melanjutkan pada dini hari, yaitu pada 8 Juli 2025 sekitar pukul 00.14, Pita berinisiatif untuk menghubungi Polsek Menteng, namun tak ada respons.
    “Dini hari tanggal 8 Juli 2025, menelpon Polsek Menteng tujuh kali, nomornya 02131926390. Tadi pagi saya coba menghubungi, memang ada, tapi tidak ada respons. Jadi, tujuh kali istri almarhum menghubungi Polsek Menteng,” kata dia.
    Dwi menyampaikan bahwa pada tanggal 8 Juli 2025 pukul 00.30, istri ADP kembali menghubungi Siswanto ke nomor handphone-nya dan saat itu diangkat.
    Dari telepon tersebut, Pita menjelaskan kepada Siswanto agar mengecek kamar ADP.
    Pita kembali menelpon penjaga kos pada pukul 05.00 untuk mengecek kamar Daru, saat itu Pita mendapatkan jawaban bahwa pengecekan dilakukan pagi hari saat menjelang ADP berangkat, karena pada waktu telepon masih dalam keadaan gelap.
    “Sekitar pukul 06.00, Pita kembali minta tolong ngecek kos. Lalu, Siswanto mengirim pesan ke saksi, bahwa nanti pukul 07.30 dicek karena nomor Daru tidak aktif. Pada pukul 07.30, pengecekan dilakukan dan sudah diketahui meninggal dunia,” katanya.
    Kasus kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI berinisial ADP (39) menarik perhatian publik setelah ditemukan tewas di kamar indekosnya, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa, 8 Juli 2025.
    Penemuan jasad dalam kondisi sejumlah kejanggalan di tempat kejadian memicu banyak spekulasi. Namun, penyelidikan mendalam oleh Polda Metro Jaya dan para ahli akhirnya menyimpulkan bahwa kematian ADP tidak melibatkan pihak lain.
    Berikut ini kronologi lengkap kasus kematian diplomat Kemlu ADP dari hasil penyelidikan yang disampaikan Polda Metro Jaya pada Selasa (29/7/2025).
    Polisi telah melacak jejak ADP dari Senin (7/7/2025) pagi hingga Selasa (8/7/2025) pagi melalui 20 titik CCTV.
    Dari pelacakan tersebut, tidak ada orang lain yang masuk ke kamar korban. Kemudian, untuk barang bukti lakban ditemukan menggantung di leher, dililit dari kanan ke kiri dengan posisi akhir masih menempel.
    Sidik jari pada lakban cocok dengan milik ADP sendiri.
    Barang bukti yang ditemukan, diantaranya:
    Pemeriksaan digital forensik menunjukkan ADP pernah mengakses layanan bantuan emosional pada 2013 dan 2021.
    Kemudian, ditemukan adanya komunikasi via email dengan lembaga pendamping psikis. Serta, ADP menyampaikan keinginan mengakhiri hidup karena tekanan pribadi.
    Menurut Ketua Umum Apsifor, Nathanael Sumampouw, ADP mengalami “compassion fatigue” atau kelelahan empati akibat pekerjaannya melindungi WNI di luar negeri.
     
    Ia dikenal positif dan bertanggung jawab, namun sulit mengekspresikan tekanan emosional.
    Akumulasi tekanan itu menghambat aksesnya pada bantuan psikologis langsung.
    Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya menyatakan bahwa tidak ada peran orang lain dalam kasus kematian ADP.
    “Indikator dari kematian ADP mengarah pada kematian tanpa keterlibatan pihak lain,” jelas Wira.
    Sementera itu, Dokter forensik dr. Yoga Tohijiwa, Sp.FM menjelaskan bahwa penyebab kematian adalah mati lemas akibat gangguan oksigen pada saluran napas atas.
    Adapun hasil laboratorium dan visum terhadap jenazah ADP, yakni:
    (Penulis: Mohamad Bintang Pamungkas)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ketua RT Tegur Istri Penculik Kacab Bank BUMN Tak Lapor Suaminya Ditangkap
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        23 Agustus 2025

    10 Detik-detik Polisi Gerebek Rumah Penculik Kacab Bank BUMN di Jakpus Megapolitan

    Detik-detik Polisi Gerebek Rumah Penculik Kacab Bank BUMN di Jakpus
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya menggerebek sebuah rumah berkelir merah jambu di Jalan Johar Baru III No.42, RT 05/RW 09, Kelurahan Johar Baru, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2025).
    Dari penggerebekan tersebut, Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menangkap tiga orang yang terlibat aksi penculikan Kepala Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank BUMN di Cempaka Putih berinisial MIP (37). Para pelaku adalah AT, RS, dan RAH.
    Momen penggerebekan ini diceritakan oleh Sella (43), Ketua RT 05/RW 09 Johar Baru, serta Rizal (54), Ketua RW 09 Johar Baru dari salah satu penghuni bernama Berto.
    Mereka merupakan pasangan suami istri yang tinggal di samping rumah para penculik.
    Pada Kamis sekitar pukul 14.00 WIB, rumah Sella dan Rizal tiba-tiba diketuk oleh seorang pria yang belakangan diketahui adalah anggota kepolisian.
    “Assalamualaikum Pak RT, Pak RT,” kata Sella menirukan ucapan anggota kepolisian, saat ditemui di Sekretariat RW 09, Johar Baru, Jakarta Pusat, Sabtu (23/8/2025).
    “Saya bilang, ‘ada apa, Pak?’, ‘saya cari Pak RT, bu’, ‘di sini RT-nya ibu,” tambah Sella.
    Anggota polisi meminta untuk menemani masuk rumah yang dihuni oleh para penculik.
    “Bu izin bu antar saya ke sebelah, saya mau masuk rumah itu,” kata si polisi.
    “Ada apa, Pak?” tanya Sella.
    “Ibu enggak tahu ya tadi ada penggerebekan,” jawab polisi.
    Sella bersama beberapa anggota polisi masuk ke dalam rumah tersebut.
    Betapa terkejutnya ia ketika mendapati beberapa orang yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
    Salah satunya adalah seorang wanita berinisial M, yang belakangan diketahui sebagai istri salah satu pelaku bernama Andre.
    “Nah pas masuk ketemulah istri salah satu tersangka,” ujar Sella.
    Sella sempat berbincang dengan M. Menurutnya, M sama sekali tidak mengetahui apa pun tentang aktivitas Andre.
    Tiba-tiba, sang suami ditangkap polisi saat sedang tidur pada Kamis (21/8/2025) pukul 10.00 WIB.
    Dalam kesempatan itu, Sella sempat menegur M karena tak melapor kepadanya.
    “Ibu kenapa enggak lapor saya kalau ada masalah. Kalau enggak ada kedatangan polisi yang kedua, mungkin enggak lapor,” kata Sella.
    “Saya panik. Saya enggak boleh kemana-mana, enggak boleh teriak,” jawab M.
    Sella mencecar M dengan pertanyaan. Sebab, menurut pengakuannya, sejak rumah itu ditempati pada 20 Juni 2025, tidak pernah ada seorang wanita pun yang terlihat di sana.
    “Katanya, ‘saya baru mau dua hari ini. Mau pindah ke sini barang dicicil pakai motor’. Memang ada lemari yang belum dirakit gitu. Saya bilang, ‘ibu harusnya melapor,” kata Sella.
    “Kalau sudah bener-bener mau lapor ke bu RT. Tapi entah kenapa, tadi pagi-pagi suami saya kok tiba-tiba dibawa,” jawab M yang perkataannya ditiru oleh Sella.
    Rupanya penggerebekan dilakukan dua kali, Rizal menjelaskan operasi pertama berlangsung pukul 10.00 WIB.
    “Jadi ada dua operasi. Operasi pertama itu jam 10.00 WIB. Hari Kamis tanggal 21 Agustus. Jadi hari Kamis ada dua operasi dari Polda dan jam 14.00 WIB operasi kedua,” ujar Rizal dalam kesempatan yang sama.
    Menurut dia, operasi pagi itu berlangsung layaknya operasi senyap, kemungkinan merupakan bagian dari taktik kepolisian, mengingat para pelaku masih berada di dalam rumah.
    “Jadi operasi pertama ini mungkin teknik kepolisian, senyap. Kita enggak tahu, enggak mengerti,” ujar Rizal.
    Diberitakan sebelumnya, MIP ditemukan tewas di area persawahan Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Kamis (21/8/2025), sekitar pukul 05.30 WIB.
    Mayat korban pertama kali ditemukan oleh salah satu warga yang tengah menggembala sapi di area persawahan.
    Saat pertama ditemukan, saksi melihat korban dalam kondisi tangan dan kaki terikat, serta mata terlilit lakban.
    Setelah temuan tersebut, warga langsung melapor ke perangkat desa dan aparat kepolisian setempat.
    Selanjutnya, petugas kepolisian mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan menemukan mayat dengan kondisi tubuh penuh luka lebam.
    Belakangan diketahui, korban sempat diculik dari supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, sebelum jasadnya dibuang ke area persawahan Kampung Karangsambung.
    Berdasarkan rekaman CCTV yang diterima Kompas.com, korban tampak mengenakan kemeja batik cokelat berlengan pendek dan celana panjang krem.
    Ia berjalan sambil menutupi kepala dengan tangan kiri, berusaha menghindari rintik hujan di area parkir supermarket di Pasar Rebo.
    Setibanya di mobil, saat hendak membuka pintu kemudi kendaraan berwarna hitam, tiba-tiba beberapa orang keluar dari sebuah mobil putih yang terparkir tepat di sebelahnya.
    Korban sempat berusaha melawan ketika disergap, tetapi usahanya tak membuahkan hasil.
    Korban kemudian dipaksa masuk ke dalam mobil putih tersebut. Tak lama, kendaraan itu langsung melaju meninggalkan area parkir.
    Seorang saksi yang melihat kejadian itu sempat menyadari adanya aksi penculikan. Namun, mobil berkelir putih tersebut keburu tancap gas dan menghilang dari lokasi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 3
                    
                        4 Penculik Kacab Bank BUMN Tinggal di Rumah Jakpus Atas Perintah Sosok di Surabaya
                        Megapolitan

    3 4 Penculik Kacab Bank BUMN Tinggal di Rumah Jakpus Atas Perintah Sosok di Surabaya Megapolitan

    4 Penculik Kacab Bank BUMN Tinggal di Rumah Jakpus Atas Perintah Sosok di Surabaya
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Para penculik Kepala Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank BUMN berinisial MIP (37) mendapat perintah dari seseorang di Surabaya, Jawa Timur, untuk menempati rumah di Jalan Johar Baru III No.42, RT 05/RW 09, Johar Baru, Jakarta Pusat.
    Kediaman berkelir merah jambu dengan gerbang berwarna silver itu menjadi lokasi penangkapan tiga dari empat penculik MIP, yakni AT, RS, dan RAH, pada Kamis (21/8/2025).
    Sedangkan, RW ditangkap saat baru saja tiba di Bandara Udara Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
    Perintah menempati rumah tersebut diketahui oleh Sella (43), Ketua RT 05/RW 09 Johar Baru, serta Rizal (54), Ketua RW 09 Johar Baru dari salah satu penghuni bernama Berto.
    Sella dan Rizal merupakan pasangan suami istri yang tinggal di samping rumah para penculik.
    “(Mereka pertama kali datang itu) tanggal 20 Juni 2025, lapor ke rumah (saya),” kata Sella saat ditemui pada Sabtu (23/8/2025).
    “Lapornya, ‘Bu, saya yang menempati rumah ini, disuruh sama bos saya. Bos saya lagi di Surabaya. Dia rumahnya banyak’. Nah, di sini saya yang menempati’,” kata Sella melanjutkan.
    Kendati demikian, Rizal menimpali pernyataan dari Sella.
    “Kalau izin ke saya itu, (diperintah) temannya, bukan si bos. Ada teman juga, ada di Surabaya,” tegas Rizal.
    Dalam laporan awal, Sella hanya mengetahui ada tiga pria yang akan menempati rumah tersebut.
    Namun, seiring waktu, jumlahnya bertambah menjadi lima orang.
    “Dia selalu open kok. Pintu gerbang, pintu rumah selalu terbuka. Terlihat lima orang di sana. Memang dari awal saya sudah minta KTP sama KK. Yang bertanggung jawab di sini siapa? Terus dia bilang, ‘Anti bu saya sibuk’,” ucap Sella.
    Setelah penangkapan para penculik di rumah tersebut pada Kamis (21/8/2025), Sella baru mengetahui keberadaan seorang perempuan berinisial M serta seorang bayi berusia dua bulan. M disebut sebagai istri dari salah satu penghuni bernama Andre.
    Di sisi lain, Sella mengungkapkan bahwa rumah itu bersengketa. Sebab, ada sebuah spanduk yang sempat terpasang di rumah tersebut sebelum Berto dan kawan-kawan menempati bangunan satu lantai tersebut.
    “Sebelumnya kosong hampir setahun. Dulunya warga saya di situ tinggal. Dia KTP dan KK warga saya. Asli Jakarta. Cuma tiba-tiba, ‘Bu, saya pamit, mau pindah. Pas (spanduk sengketa) dicabut, dia (Berto) masuk,” jelas Sella.
    Diberitakan sebelumnya, MIP ditemukan tewas di area persawahan Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Kamis (21/8/2025), sekitar pukul 05.30 WIB.
    Mayat korban pertama kali ditemukan oleh salah satu warga yang tengah menggembala sapi di area persawahan.
    Saat pertama ditemukan, saksi melihat korban dalam kondisi tangan dan kaki terikat, serta mata terlilit lakban.
    Setelah temuan tersebut, warga langsung melapor ke perangkat desa dan aparat kepolisian setempat.
    Selanjutnya, petugas kepolisian mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan menemukan mayat dengan kondisi tubuh penuh luka lebam.
    Belakangan diketahui, korban sempat diculik dari supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, sebelum jasadnya dibuang ke area persawahan Kampung Karangsambung.
    Berdasarkan rekaman CCTV yang diterima Kompas.com, korban tampak mengenakan kemeja batik cokelat berlengan pendek dan celana panjang krem.
    Ia berjalan sambil menutupi kepala dengan tangan kiri, berusaha menghindari rintik hujan di area parkir supermarket di Pasar Rebo.
    Setibanya di mobil, saat hendak membuka pintu kemudi kendaraan berwarna hitam, tiba-tiba beberapa orang keluar dari sebuah mobil putih yang terparkir tepat di sebelahnya.
    Korban sempat berusaha melawan ketika disergap, tetapi usahanya tak membuahkan hasil.
    Korban kemudian dipaksa masuk ke dalam mobil putih tersebut. Tak lama, kendaraan itu langsung melaju meninggalkan area parkir.
    Seorang saksi yang melihat kejadian itu sempat menyadari adanya aksi penculikan. Namun, mobil berkelir putih tersebut keburu tancap gas dan menghilang dari lokasi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 3
                    
                        4 Penculik Kacab Bank BUMN Tinggal di Rumah Jakpus Atas Perintah Sosok di Surabaya
                        Megapolitan

    2 Empat Penculik Kacab Bank BUMN Ternyata Debt Collector Megapolitan

    Empat Penculik Kacab Bank BUMN Ternyata Debt Collector
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    AT, RS, RW, dan RAH penculik Kepala Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank BUMN Mohamad Ilham Pradipta (37) sehari-hari bekerja sebagai debt collector.
    “Iya, katanya debt collector,” kata Sella (43), Ketua RT 05/RW 09, Johar Baru, Jakarta Pusat, saat ditemui pada Sabtu (23/8/2025).
    Meski begitu, dalam keseharian, Sella mengenal salah satu pelaku yang bersikap ramah saat bertemu.
    “Makanya saya kaget kalau ada penangkapan,” ucap dia.
    Pada Kamis (21/8/2025) pagi, istri salah satu pelaku sempat menerima uang sebesar Rp 8 juta dari suaminya.
    “Terakhir saja dia dapat uang itu. Pagi-pagi pulang itu kejadian. Dapat uang Rp 8 juta, katanya gitu. Tapi disita sama polisi,” kata Sella.
    “Iya. ‘Mana uangnya yang 8 juta?’, katanya gitu kata polisi pas gerebek. Dia (istrinya) cerita nih,” tambah dia lagi.
    Dalam kesempatan yang sama, Ketua RW 09 Johar Baru, Rizal (54), yang juga suami Sella, menegaskan bahwa istri pelaku tidak mengetahui asal-usul uang tersebut.
    “Iya. Entah itu dapatnya dari peristiwa itu (penculikan) atau bukan, masih simpang siur. Intinya istrinya enggak tahu sumber dana. Biar polisi saja,” ungkap Rizal.
    Sella menceritakan bahwa polisi sempat datang dua kali ke rumah yang sudah dua bulan terakhir dihuni oleh para pelaku. Rumah itu berlokasi di Jalan Johar Baru III, Johar Baru, Jakarta Pusat.
    Pertama pada Kamis (21/8/2025) pukul 10.00 WIB dan hari yang sama pada pukul 14.00 WIB.
    Pada kedatangan pertama, Sella tidak mengetahui adanya penangkapan karena ia sedang berada di dapur rumahnya.
    Padahal, rumah Sella dan tempat bermukim para pelaku bersebelahan.
    Polisi langsung menggerebek rumah itu dan menangkap tiga pelaku. Sella baru mengetahui peristiwa tersebut dari tetangganya.
    Kemudian, sekitar pukul 14.00 WIB, polisi kembali datang dan kali ini meminta Sella untuk mendampingi atau menyaksikan prosesnya.
    Pada kedatangan kedua inilah Sella sempat berbincang dengan istri salah satu pelaku.
    “Saya bilang, ‘Mbak, kalau misalnya polisi yang kedua enggak datang, mungkin mbak enggak lapor sama saya. Dari jam 11.00 WIB sampai 14.00 WIB ini, lama lho waktunya’,” tegas Sella.
    “Katanya, ‘iya, saya masih panik bu. Saya enggak tahu harus bilang apa. Handphone-handphone saya diambil semua sama polisi, disita. Terus juga uang saya Rp 8 juta dapat dikasih dari suami saya diambil juga’, gitu,” lanjutnya.
    Diberitakan sebelumnya, M Ilham Pradipta ditemukan tewas di area persawahan Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Kamis (21/8/2025), sekitar pukul 05.30 WIB.
    Mayat korban pertama kali ditemukan oleh salah satu warga yang tengah menggembala sapi di area persawahan.
    Saat pertama ditemukan, saksi melihat korban dalam kondisi tangan dan kaki terikat, serta mata terlilit lakban.
    Setelah temuan tersebut, warga langsung melapor ke perangkat desa dan aparat kepolisian setempat.
    Selanjutnya, petugas kepolisian mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan menemukan mayat dengan kondisi tubuh penuh luka lebam.
    Belakangan diketahui, korban sempat diculik dari supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, sebelum jasadnya dibuang ke area persawahan Kampung Karangsambung.
    Berdasarkan rekaman CCTV yang diterima Kompas.com, korban tampak mengenakan kemeja batik cokelat berlengan pendek dan celana panjang krem.
    Ia berjalan sambil menutupi kepala dengan tangan kiri, berusaha menghindari rintik hujan di area parkir supermarket di Pasar Rebo.
    Setibanya di mobil, saat hendak membuka pintu kemudi kendaraan berwarna hitam, tiba-tiba beberapa orang keluar dari sebuah mobil putih yang terparkir tepat di sebelahnya.
    Korban sempat berusaha melawan ketika disergap, tetapi usahanya tak membuahkan hasil.
    Korban kemudian dipaksa masuk ke dalam mobil putih tersebut.
    Tak lama, kendaraan itu langsung melaju meninggalkan area parkir.
    Seorang saksi yang melihat kejadian itu sempat menyadari adanya aksi penculikan. Namun, mobil berkelir putih tersebut keburu tancap gas dan menghilang dari lokasi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.