Produk: CCTV

  • Sosok Nina Indriana, Kepala MAN 2 Kota Bekasi Didesak Mundur, Siswa Tuntut Transparansi Uang Sekolah – Halaman all

    Sosok Nina Indriana, Kepala MAN 2 Kota Bekasi Didesak Mundur, Siswa Tuntut Transparansi Uang Sekolah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.com – Sebanyak 850 pelajar MAN 2 Kota Bekasi, Jawa Barat, menggelar aksi unjuk rasa pada Senin (17/2/2025) pagi, saat upacara berlangsung.

    Bahkan, aksi protes itu berlangsung saat Kepala Sekolah MAN 2 Kota Bekasi, Nina Indriana, menyampaikan amanat upacara.

    Seorang pelajar MAN 2 Kota Bekasi berinisial J, mengatakan aksi tersebut digelar untuk menuntut Nina agar transparan terkait pengelolaan dana sekolah.

    “Aksi ini sebagai bentuk protes kami agar sekolah transparan mengelola anggaran dan memperbaiki fasilitas,” kata J, Senin, dilansir Wartakotalive.com.

    Lantas, siapakah sosok Nina Indriana?

    Tak banyak informasi yang muncul saat Tribunnews.com mengetikkan nama Nina Indriana di mesin pencarian Google.

    Ia diketahui menjabat sebagai Kepala Sekolah MAN 2 Kota Bekasi sejak Maret 2023, menggantikan Lukmanul Hakim.

    Nina merupakan lulusan Sarjana Agama dan Magister Pendidikan.

    Nama lengkap berikut gelarnya adalah Hj. Nina Indriana, S.Ag., M.Pd.

    Saat lepas sambut yang berlangsung pada 8 Maret 2023, Nina memohon bimbingan dan berjanji melanjutkan program sekolah yang sudah berlangsung.

    “Mohon bimbingan dan motivasinya untuk saya menjalankan dan menjalankan program sekolah yang sebelumnya menjadi lebih baik lagi,” kata Nina, dikutip dari laman resmi MAN 2 Kota Bekasi.

    Dianggap Tak Peduli Terhadap Ekstrakurikuler

    Diketahui, selain mendesak Kepala Sekolah Nina Indriana transparan terkait anggaran sekolah, pelajar MAN 2 Kota Bekasi juga meminta agar Nina lebih peduli terhadap kegiatan ekstrakurikuler.

    Selama ini, Nina dinilai kurang memperhatikan ekstrakurikuler MAN 2 Bekasi, bahkan tak membayarkan gaji pembina selama berbulan-bulan.

    Akibatnya, para pelajar terpaksa menyisihkan yang jajan mereka untuk patungan membayar gaji pembina.

    Selain itu, Nina dikabarkan berencana membekukan salah satu kegiatan ekstrakurikuler.

    “Jadi, anak-anak yang ekskul itu putar otak, entah itu nombok pakai uang sendiri atau apa, supaya bisa bayar gaji pelatihnya itu,” jelas J.

    “Kegiatan ekstrakurikuler tidak dibiayai, bahkan gaji pembina per bulan tidak dikeluarkan sama sekali,” imbuh dia.

    Tak berhenti sampai di situ, menurut J, Nina disebut membuat kegiatan wisuda untuk pelajar kelas XII sebagai ajang mencari uang.

    Sebab, setiap calon wisudawan diwajibkan membayar lebih dari Rp1 juta untuk mengikuti kegiatan tersebut.

    “Itu enggak masuk akal karena Rp1 juta itu sudah mahal banget, tapi pihak sekolah masih minta,” kata J, dikutip dari Kompas.com.

    J juga menyinggung soal janji manis Nina saat awal menjabat sebagai Kepala Sekolah MAN 2 Kota Bekasi.

    Ia menyebut Nina sempat berjanji akan membangun kamar mandi atau toilet, fasilitas fingerprint, dan kamera CCTV.

    Meskit terealisasi, kata J, pelajar MAN 2 Kota Bekasi tak mendapat manfaat dari adanya fasilitas-fasilitas itu.

    “Contohnya toilet, kerannya pada copot, gayung pada ilang-ilangan, penutup toilet duduk patah,” ujarnya, dikutip dari TribunBekasi.com.

    Desak Kepala Sekolah Mundur

    Selama melangsungkan aksi protes, pelajar MAN 2 Kota Bekasi mendesak Nina Indriana agar mundur dari jabatannya sebagai Kepala Sekolah.

    Sejumlah spanduk bernada sindiran tampak dibentangkan selama aksi protes berlangsung.

    Seperti contohnya, “minta prestasi, tapi tidak difasilitasi” dan “transparansi atau mundur”.

    J pun mengatakan ia dan kawan-kawannya berharap Nina mundur dari jabatannya.

    Ia mengungkapkan desakan Nina mundur sedang dipertimbangkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bekasi, yang turun langsung mendengarkan aspirasi para pelajar.

    “Kami minta Ibu turun (dari jabatan) atau ganti kepala sekolah,” pungkas J.

    Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Ratusan Pelajar MAN 2 Kota Bekasi Gelar Aksi Demo Usai Apel Upacara, Ini Tuntutannya dan di Tribunbekasi.com dengan judul Pelajar MAN 2 Kota Bekasi Demo usai Apel Upacara, Tuntut Kepala Sekolah Diganti

    (Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Wartakotalive.com/TribunBekasi.com/Rendy Rutama, Kompas.com/Achmad Nasrudin)

  • Terobos Lampu Merah, Bus Ranajaya Tabrak Pasutri di Blitar

    Terobos Lampu Merah, Bus Ranajaya Tabrak Pasutri di Blitar

    Blitar (beritajatim.com) – Bus Ranajaya terlibat kecelakaan dengan sepeda motor yang dinaiki pasangan suami istri (pasutri) di perempatan Poluhan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Selasa (18/2/2025). Kecelakaan ini terjadi lantaran Bus Ranajaya menerobos lampu merah.

    Awalnya Bus Ranajaya itu melaju kencang dari arah barat ke timur menuju Kota Blitar. Melihat lampu merah menyala, Bus Ranajaya bukannya berhenti namun justru tetap kencang hingga akhirnya menabrak sepeda motor yang melaju dari arah selatan ke utara di perempatan Poluhan.

    “Korbannya dua orang, meninggal dunia di lokasi kejadian,”ungkap Kasatlantas Polres Blitar Kota, AKP Andreas Andang Wastiyono, Selasa (18/2/2025).

    Kedua korban merupakan suami istri yang bekerja sebagai pedagang kaki lima. Saat itu diduga korban yang berboncengan sepeda motor hendak memeriksa lokasi jualan.

    Namun nahas, saat tiba di perempatan Poluhan Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar keduanya justru dihantam oleh Bus Ranajaya yang menerobos lampu merah. Kedua korban pun langsung meninggal dunia di lokasi kejadian.

    “Kalau dilihat dari CCTV bus itu terlihat ngeblong sehingga menyebabkan kecelakaan,” ungkap Andang.

    Kini seluruh kendaraan yang terlibat kecelakaan diamankan oleh Satlantas Polres Blitar Kota. Sopir Bus Ranajaya juga tengah dimintai keterangan terkait kecelakaan yang menyebabkan 2 nyawa melayang tersebut.

    “Ini busnya dalam keadaan kosong bus pariwisata, untuk korban di rumah sakit terdekat sementara untuk sopir kita bawa ke Polres,” tegasnya. [owi/beq]

  • 7
                    
                        Pelajar Madrasah Aliyah di Bekasi Demo Kepsek: Ekskul Mati, Uang Lari, Ini Sekolah atau Dana Pribadi?
                        Megapolitan

    7 Pelajar Madrasah Aliyah di Bekasi Demo Kepsek: Ekskul Mati, Uang Lari, Ini Sekolah atau Dana Pribadi? Megapolitan

    Pelajar Madrasah Aliyah di Bekasi Demo Kepsek: Ekskul Mati, Uang Lari, Ini Sekolah atau Dana Pribadi?
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com
    – Sebanyak 850 pelajar sebuah Madrasah Aliyah Negeri Kota Bekasi menggelar aksi damai di tengah apel upacara di halaman sekolah, Senin (17/2/2025).
    Sosok sang kepala sekolah menjadi pemicu bersatunya ratusan pelajar menyatakan kekecewaannya.
    Saking kecewanya, aksi unjuk rasa dilakukan para pelajar ketika kepala sekolah itu sedang menyampaikan amanat upacara.
    “Itu aksinya ketika kepala sekolah sedang menyampaikan amanatnya,” kata seorang pelajar berinisial J saat dikonfirmasi, Senin.
    Saat kepala sekolah menyampaikan amanat, sejumlah pelajar langsung membentangkan spanduk di tengah kerumunan massa aksi.
    Dua spanduk berukuran besar juga mereka pasang di tembok bangunan sekolah, tepat di belakang podium tempat kepala sekolah menyampaikan amanat upacara.
    Spanduk tersebut berisi kritik pelajar terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Salah satunya bertuliskan, ”
    ekskul mati, uang mati, ini sekolah atau dana pribadi?”.
    Ungkapan dalam spanduk ini mengritik kebijakan kepala sekolah yang dianggap kurang peduli terhadap kegiatan ekstrakurikuler.
    Pasalnya, menurut para pelajar, kepala sekolah berencana membekukan salah satu ekstrakurikuler. Selain itu, sekolah juga disebut tak menggaji pembina ekstrakurikuler.
    Kondisi ini membuat pelajar terpaksa menyisikan uang jajan mereka untuk urunan membayar gaji pembina.
    “Jadi, anak-anak yang ekskul itu putar otak entah itu nombok pakai uang sendiri atau apa supaya bisa bayar gaji pelatihnya gitu,” ujar J.
    J menyatakan, besaran uang SPP Rp 250.000 setiap bulannya tidak sebanding dengan kebijakan sekolah.
    “Kegiatan ekstrakurikuler tidak dibiayai, bahkan gaji pembina per bulan tidak dikeluarkan sama sekali,” ungkapnya.
    J juga menyebutkan, pelajar kecewa dengan kepemimpinan kepala sekolah karena kegiatan wisuda yang akan dijalani pelajar Kelas XII ternyata dikomersialkan.
    Pasalnya, setiap calon wisudawan diwajibkan mengeluarkan biaya lebih dari Rp 1 juta hanya untuk mengikuti kegiatan tersebut.
    “Itu enggak masuk akal karena Rp 1 juta itu sudah mahal banget. Tapi, pihak sekolah masih minta,” ungkap dia.
    Selain upah pembina ekstrakulikuler dan biaya wisuda, mereka juga kecewa dengan kepemimpinan kepala sekolah terkait fasilitas sekolah yang dianggap kurang layak.
    J mengungkapkan, saat pertama kali menjabat pada 2023, kepala sekolah berjanji akan membangun fasilitas seperti kamar mandi,
    fingerprint
    , dan kamera CCTV.
    Meskipun beberapa fasilitas tersebut telah terealisasi, pelajar merasa tidak mendapatkan manfaat yang sesuai.
    “Contohnya toilet, kerannya pada copot, gayung pada ilang-ilangan, penutup toilet duduk patah,” jelas J.
    Dalam aksinya, pelajar juga membentangkan spanduk bertuliskan, ”
    minta prestasi tapi tidak difasilitasi”.
    Kritik tajam juga dibubuhkan pelajar lewat dua spanduk besar yang mereka pasang di tembok sekolah.
    Dua spanduk tersebut masing-masing bertuliskan ”
    transparansi atau mundur”
    dan ”
    minta dipilih, minta didengar, sudah terpilih enggak mau mendengar #antikritik”.
    Atas berbagai masalah ini, para pelajar menuntut agar kepala sekolah mundur dari jabatannya.
    J menyatakan, desakan ini sedang dipertimbangkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bekasi, yang turun langsung untuk mendengar aspirasi para pelajar.
    “Kami minta Ibu turun (jabatan) atau ganti kepala sekolah,” kata J.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Maraknya Kasus Curanmor di Jombang: Polisi Kalah Cepat dari Maling?

    Maraknya Kasus Curanmor di Jombang: Polisi Kalah Cepat dari Maling?

    Jombang (beritajatim.com) – Maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Jombang terus menjadi momok bagi warga. Sejumlah rekaman CCTV memperlihatkan aksi para pencuri yang begitu leluasa dalam menjalankan aksinya.

    Namun, meski telah memiliki bukti visual, aparat kepolisian hingga kini belum berhasil mengungkap satu pun pelaku. Kondisi ini pun menimbulkan tanda tanya besar: apakah kepolisian kalah cepat dari maling?

    Berdasarkan catatan beritajatim.com, mulai Januari hingga Februari 2025 terdapat tujuh kasus curanmor. Semuanya sudah dilaporkan ke polisi. Semua kasus memiliki bukti visual berupa rekaman CCTV. Namun belum ada yang terungkap.

    Kejadian terekam jelas oleh kamera pengawas yang terpasang di rumah warga, warung hingga jalan mum. Dari rekaman yang beredar, para pelaku tampak begitu lihai, hanya butuh waktu beberapa menit untuk membawa kabur kendaraan korban.

    Tujuh Kasus Curanmor Selama Januari – Februari

    Kejadian pertama pada Kamis (16/1/2025) malam di Desa Wuluh, Kecamatan Kesamben. Korbannya adalah Mei (41), warga setempat, yang tengah mengikuti senam yoga di sebuah toko. Nah, sepeda motor Honda Beat bernomor polisi S 3404 OE miliknya digondol pencuri. Pencurian yang sudah dilaporkan ke Polsek Kesamben ini terekam CCTV

    Kasus kedua terjadi pada Jumat (24/1/2025) sekitar pukul 16.20 WIB di depan Toko Ndyfa, Desa Blimbing, Kecamatan Gudo. Kali ini, aksi pelaku lebih terorganisir dengan jumlah tiga orang. Detik-detik pencurian juga terekam CCTV.

    Aksi pencurian kendaraan bermotor ketiga terjadi di Dusun Rejosari, Desa Gondek, Kecamatan Mojowarno, Senin (3/2/2025) dini hari. Korbannya adalah Eko Deswarwanto (56). Pencuri yang memakai cadar berhasil menggondol sepeda motor Honda Vario bernomor polisi S 2818 OCQ milik Eko Deswarwanto (56). Kamera pengawas merekamnya dengan jelas.

    Pencurian motor keempat terjadi di sebuah warung sate di Dusun Ngrawan, Desa Pesantren Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Minggu (9/2/2025) pada siang hari, sekitar pukul 11.25 WIB. Korbannya adalah ayah Rizqo Fitri Amalia (23). Pelaku membawa kabur sepeda motor Honda Vario warna merah nopol S 6417 OCJ.

    Kasus kelima korbannya adalah Lewi (70), warga Dusun Banjarsari Desa/Kecamatan Bareng. Sepeda motor miliknya hilang digondol maling saat ditinggal ke sawah dekat rumahnya, Jumat (14/2/2025) pagi. Wajah pelaku pencurian motor ini terekam CCTV.

    Masih pada Jumat (14/2/2025) sore, pencurian motor juga menyasar pelanggan mie ayam di Dusun Sekaru, Desa Sukopinggir, Kecamatan Gudo. Korban adalah warga Kunjang Kediri. Setelah dilakukan pengecekan pada CCTV, motor korban ternyata dicuri oleh komplotan pelaku yang berjumlah tiga orang.

    Pencurian ketujuh terjadi di Desa Mentoro Kecamatan Sumobito, Sabtu (15/2/2025) dini hari. Korbannya adalah Dewi Umanah (65). Dalam rekaman CCTV pada Sabtu dini hari itu, tampak aksi pelaku masuk setelah terlebih dulu merusak kunci gembok pagar besi dan membukanya.

    Selanjutnya, satu pelaku masuk dan menuju ke garasi samping rumah, merusak kunci motor menggunakan kunci T, dan membawa kabur sebuah motor matic Honda Scoopy. Pelaku juga terlihat membawa senjata tajam berupa pedang.

    Kepercayaan Warga Mulai Luntur

    Mandeknya pengungkapan kasus ini berakibat pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum. Beberapa warga bahkan mengaku enggan lagi melaporkan kasus kehilangan kendaraan karena merasa percuma. “Apa gunanya lapor kalau akhirnya juga tidak ada hasilnya? Mending cari cara sendiri supaya motor aman,” kata Andi (40), salah satu warga Jombang.

    Kondisi ini berpotensi memicu tren main hakim sendiri, di mana masyarakat akan lebih memilih menangkap pelaku secara langsung ketimbang menyerahkannya ke pihak berwajib. Sejumlah warga di beberapa desa bahkan mulai mengaktifkan ronda malam karena merasa tak bisa sepenuhnya mengandalkan polisi.

    Menanggapi kondisi ini, aktivis FRMJ (Forum Rembug Masyarakat Jombang) Joko Fatah Rochim, menilai bahwa polisi harus segera menunjukkan hasil konkret agar kepercayaan publik tidak semakin anjlok.

    “Jika kasus-kasus ini terus dibiarkan tanpa penyelesaian, bukan hanya citra kepolisian yang dipertaruhkan, tetapi juga rasa aman masyarakat. Kejahatan akan semakin marak jika pelaku merasa bahwa mereka bisa lolos begitu saja,” ujarnya, Selasa (18/2/2025).

    Masyarakat kini menunggu langkah nyata kepolisian dalam mengungkap kasus pencurian ini. Jika tidak ada perkembangan signifikan dalam waktu dekat, bukan tidak mungkin Jombang akan menjadi ‘surga’ bagi para pelaku curanmor, sementara warga semakin apatis terhadap penegakan hukum. [suf]

  • 10 Orang Tewas Akibat Longsor di China, 19 Warga Hilang

    10 Orang Tewas Akibat Longsor di China, 19 Warga Hilang

    Beijing

    Tanah longsor di Kota Yibin, Provinsi Sichuan, China, menewaskan 10 orang dan 19 orang lainnya masih hilang. Bencana yang terjadi pada 8 Februari ini dipicu karena hujan deras.

    “Dua orang lainnya terluka, 10 rumah terkubur dan 100 hektar lahan pertanian rusak,” kata pihak berwenang di Kota Yibin, dilansir AFP, Senin (17/2/2025).

    Sebanyak 767 orang telah dievakuasi dari lokasi. Pemerintah setempat juga tengah berupaya untuk memulihkan tatanan kehidupan normal untuk kelompok-kelompok yang terkena dampak.

    Rekaman video CCTV pada saat tanah longsor menunjukkan tim penyelamat dengan obor mencari puing-puing dalam kegelapan. CCTV menunjukkan bencana ini terjadi akibat pengaruh curah hujan yang berkepanjangan baru-baru ini.

    Tiongkok dilanda cuaca ekstrem dalam beberapa bulan terakhir, dengan puluhan orang tewas akibat banjir pada tahun lalu, yang merupakan rekor suhu terpanas.

    Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim membuat kejadian cuaca ekstrem di China lebih sering terjadi.

    (fas/jbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pelaku Pembunuhan dan Perampokan Lansia di Bekasi Sempat Tersetrum Saat Mematikan CCTV – Halaman all

    Pelaku Pembunuhan dan Perampokan Lansia di Bekasi Sempat Tersetrum Saat Mematikan CCTV – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lima pelaku pembunuhan dan perampokan nenek berinisial B (71) di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, ditangkap Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya.

    Kelima pelaku yang diringkus polisi yaitu pria berinisial DA alias M (27), MR (25), AG alias T (30), NM (31), dan RY alias A (31).

    Pembunuhan tersebut diketahui terjadi di warung kelontong milik korban di Jalan Kampung Pulo Rengas, Desa Sindangjaya, Cabangbungin, Kabupaten Bekasi, Senin (10/2/2025) dini hari sekitar pukul 00.30 WIB.

    Para pelaku menggasak uang Rp11,7 juta dan ponsel korban merk Redmi.

    “Korban seorang ibu atau nenek-nenek dengan inisial B yang tinggal seorang diri di tempat kejadian,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra, Senin (17/2/2025).

    Wira menuturkan, para pelaku lebih dulu mengintai warung kelontong yang menjadi target perampokan.

    Salah satu pelaku juga sempat berpura-pura belanja warung milik korban.

    Aksi pura-pura belanja itu juga dilakukan guna mengalihkan perhatian korban.

    Saat RY berbelanja, rekannya yang berinisial AG menyelinap masuk ke dalam rumah korban dan bersembunyi.

    “Tersangka RY berpura-pura berbelanja di warung korban untuk mengalihkan perhatian korban. Maka AG masuk ke dalam rumah dan bersembunyi dengan maksud akan melaksanakan aksinya nanti pada saat malam hari,” ungkap Wira.

    Sementara itu, dua rekannya berinisial N dan MR menyusul ke rumah korban.

    Saat dini hari ketika korban tertidur, tersangka MR dan AG mematikan CCTV.

    Namun, ketika itu MR sempat tersetrum dan membuat korban terbangun.

    Mereka pun panik hingga memutuskan membekap mulut serta mengikat tangan dan kaki korban.

    “Korban terbangun yang mana saudara AG dan MR langsung melakukan membekap mulut korban dan mengikat kaki dan tangan korban.”

    “Selanjutnya saudara AG mencekik leher korban. setelah memastikan korban lemas, MR mengambil uang dari laci kasir dan HP korban,” ujar Wira.

    Setelahnya, MR menghubungi DA, RY, dan NM agar menjemputnya di tempat kejadian perkara (TKP).

    Kelima pelaku pun melarikan diri menggunakan dua sepeda motor. Korban diketahui telah meninggal dunia.

    Para pelaku kini telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Rutan Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan.

    Mereka dijerat Pasal 365 KUHP dan atau Pasal 338 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

    Penulis: Annas Furqon Hakim

  • Motif Pembunuhan Kadek Parwata di Denpasar, Pelaku Ditangkap di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya – Halaman all

    Motif Pembunuhan Kadek Parwata di Denpasar, Pelaku Ditangkap di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kasus penikaman di Denpasar, Bali yang menewaskan Kadek Parwata, terungkap.

    Pelaku penikaman bernama Bastomi Prasetiawan alias Mas Pras diamankan di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur saat hendak kabur ke Kalimantan.

    Kasus penikaman yang terjadi di depan warung terekam kamera CCTV dan viral di media sosial.

    Kapolresta Denpasar, Kombes Pol Muhammad Iqbal Simatupang, menjelaskan kasus penikaman terjadi setelah pelaku bersenggolan motor dengan pengendara lain.

    “Pelaku merasa tersinggung melihat korban yang berada di TKP. Di mana sebelumnya pelaku sempat melakukan penganiayaan terhadap korban lain di TKP.”

    “Pelaku mengira, korban adalah teman dari orang yang sebelumnya pelaku pukul di TKP,” paparnya, Senin (17/2/2025), dikutip dari TribunBali.com.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan, pelaku positif menggunakan narkoba jenis sabu.

    “Jadi hasilnya, pelaku pengguna sabu,” lanjutnya.

    Korban tewas setelah mendapat tiga luka tusukan yang mengenai paru-paru bagian bawah.

    Ia menjelaskan wajah pelaku serta sepeda motor yang dikendarai terekam kamera CCTV sehingga penyidik menjadikannya sebagai barang bukti.

    “Awal pengejaran itu kami mendapatkan bukti dan dari hasil informasi di lapangan serta pemeriksaan saksi-saksi kita dapat dulu barang bukti.”

    “Mulai dari sepeda motor, pisau dan barang bukti lainnya yang kita dapat,” tuturnya.

    Menurutnya, pelaku langsung melarikan diri ke Jawa setelah menikam korban.

    “Jadi pelaku sebelum berangkat sudah kita amankan namun pada saat diamankan pelaku juga melakukan perlawanan makanya tim tindak mengambil tindakan tegas terukur (ditembak)” tandasnya.

    Sebelumnya, ayah korban, I Wayan Merta (60), menyatakan Kadek Parwata meninggalkan seorang istri dan dua orang anak.

    “Anak saya ini tulang punggung keluarga. Ia punya istri, punya anak. Tapi sekarang sudah tidak ada. Kami sangat kehilangan. Sangat keji pelaku yang membunuh anak saya,” ucapnya, Minggu (16/2/2025).

    I Wayan Merta meminta pelaku pembunuhan dihukum mati sesuai dengan perbuatannya.

    “Saya harap pelaku dapat dihukum seberat-beratnya. Bisa dihukum setimpal. Dia membunuh anak saya, pelaku juga agar bisa dihukum mati,” tegasnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunBali.com dengan judul Pelaku Penusukan Kadek Parwata Didor, Diamankan Saat Hendak Kabur ke Kalimantan

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunBali.com/Zaenal Nur Arifin)

  • Polisi Gresik Tangkap 2 Pembobol ATM yang Beraksi di Beberapa Kota

    Polisi Gresik Tangkap 2 Pembobol ATM yang Beraksi di Beberapa Kota

    Gresik (beritajatim.com) – Unit Resmob Polres Gresik berhasil meringkus dua spesialis pembobol mesin ATM asal Palembang, berinisial Y (30) dan FD (20). Keduanya ditangkap setelah menjalankan aksinya di sebuah mesin ATM di Jalan Veteran, Gresik.

    Kasatreskrim Polres Gresik, AKP Abid Uais Al-Qarni Aziz, mengungkapkan bahwa kasus ini terungkap berkat laporan masyarakat. Modus operandi yang digunakan pelaku adalah mengintai korban yang kartu ATM-nya tertelan di mesin.

    “Kedua pelaku yang kami amankan ini mempunyai peran sendiri-sendiri. Pelaku Y mengintai mesin ATM tanpa pengawasan keamanan. Kemudian pelaku FD masuk ke mesin ATM untuk memasang sebuah alat sembari menunggu korban datang,” ujar Abid, Senin (17/2/2025).

    Tersangka memasang alat berupa besi yang dilem di dalam mesin ATM agar kartu korban tidak bisa dikeluarkan. Saat korban panik, FD berpura-pura membantu dan meminta korban menunjukkan PIN ATM-nya. Setelah korban pergi, pelaku mengambil kartu yang tersangkut dan menggunakan PIN untuk menarik uang.

    Setelah menjalankan aksinya, kedua pelaku sempat melarikan diri ke Jakarta sebelum akhirnya ditangkap dan dibawa kembali ke Gresik.

    “Total ada 7 TKP dengan rincian, Surabaya 4 TKP, Gresik 1, Bondowoso 1, dan Kediri 1. Total uang yang dibobol tersangka di sejumlah TKP ratusan juta. Paling banyak di Gresik sekitar Rp15 juta,” ungkap Abid.

    Dari tangan pelaku, polisi menyita sejumlah barang bukti seperti linggis, gerinda, besi, lem perekat, serta rekaman CCTV. Kedua tersangka kini dijerat Pasal 362 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara. [dny/suf]

  • 7
                    
                        Pelajar Madrasah Aliyah di Bekasi Demo Kepsek: Ekskul Mati, Uang Lari, Ini Sekolah atau Dana Pribadi?
                        Megapolitan

    Pelajar MAN 2 Bekasi Mengaku Patungan untuk Upah Guru Ekstrakurikuler yang Tak Digaji Kepsek Megapolitan 17 Februari 2025

    Pelajar MAN 2 Bekasi Mengaku Patungan untuk Upah Guru Ekstrakurikuler yang Tak Digaji Kepsek
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com –
    Sebanyak 850 pelajar MAN 2 Kota Bekasi menggelar aksi damai di tengah apel upacara di halaman sekolah pada Senin (17/2/2025).
    Seorang pelajar berinisial J mengungkapkan, ratusan pelajar terpaksa berunjuk rasa karena kecewa dengan kepemimpinan Kepala Sekolah MAN 2 Kota Bekasi, Nina Indriana.
    Salah satu kebijakan yang membuat pelajar kecewa karena Nina diduga tak pernah memberi upah bulanan kepada pembina ekstrakulikuler.
    Hal ini membuat pelajar terpaksa menyisikan uang jajannya untuk urunan membayar gaji pembina ekstrakulikuler.
    “Jadi, anak-anak yang ekskul itu putar otak entah itu nombok pakai uang sendiri atau apa supaya bisa bayar gaji pelatihnya gitu,” ujar J saat dikonfirmasi, Senin.
    J menyatakan, besaran uang SPP Rp 250.000 setiap bulannya tidak sebanding dengan kebijakan Nina yang enggan memberikan upah kepada pembina ekstrakurikuler.
    “Kegiatan ekstrakurikuler tidak dibiayai, bahkan gaji pembina per bulan tidak dikeluarkan sama sekali,” ungkapnya.
    J juga menyebutkan, pelajar kecewa dengan kepemimpinan Nina karena kegiatan wisuda yang akan dijalani pelajar Kelas XII ternyata dikomersialkan.
    Pasalnya, setiap calon wisudawan diwajibkan mengeluarkan biaya lebih dari Rp 1 juta hanya untuk mengikuti kegiatan tersebut.
    “Itu enggak masuk akal karena Rp 1 juta itu sudah mahal banget. Tapi, pihak sekolah masih minta,” ungkap dia.
    Selain permasalahan upah pembina ekstrakulikuler dan biaya wisuda, mereka juga kecewa dengan kepemimpinan Nina terkait fasilitas sekolah yang dianggap kurang layak.
    J mengungkapkan, saat pertama kali menjabat sebagai kepala sekolah pada 2023, Nina pernah berjanji akan membangun fasilitas seperti kamar mandi,
    fingerprint
    , dan kamera CCTV.
    Meskipun beberapa fasilitas tersebut telah terealisasi, pelajar merasa tidak mendapatkan manfaat yang sesuai.
    “Contohnya toilet, kerannya pada copot, gayung pada ilang-ilangan, penutup toilet duduk patah,” jelas J.
    Atas berbagai masalah ini, para pelajar menuntut agar Nina mundur dari jabatannya sebagai kepala sekolah.
    J menyatakan, desakan ini sedang dipertimbangkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bekasi, yang turun langsung untuk mendengar aspirasi para pelajar.
    “Kami minta Ibu Nina turun (jabatan) atau ganti kepala sekolah,” kata J.
    Kompas.com telah berupaya menghubungi Nina, namun hingga kini nomor yang bersangkutan tidak bisa dihubungi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Perampok Lansia di Bekasi Sempat Tersetrum Saat Curi Rekaman CCTV
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        17 Februari 2025

    Perampok Lansia di Bekasi Sempat Tersetrum Saat Curi Rekaman CCTV Megapolitan 17 Februari 2025

    Perampok Lansia di Bekasi Sempat Tersetrum Saat Curi Rekaman CCTV
    Tim Redaksi
     
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Perampok lansia perempuan di Bekasi bernama Bimih (71) sempat mengambil 
    Digital Video Recorder
    (DVR)
    Closed Circuit Television
    (CCTV) agar aksinya tidak ketahuan.
    Namun, usaha itu sia-sia karena Bimih tiba-tiba terbangun dari tidurnya setelah salah satu tersangka tersetrum saat mengambil rekaman CCTV.
    “Tersangka AG turun dari atas, langsung ke kamar belakangan, diikuti tersangka MR untuk mematikan CCTV. (Tapi) MR tersentrum,” ungkap Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra di Polda Metro Jaya, Senin (17/2/2025).
    Karena korban terbangun, AG dan MR membekap mulut korban lalu mengikat kaki serta tangan Bimih. AG pun mencekik korban hingga tewas.
    Setelah menurut mereka tidak ada saksi mata, keduanya pun mencuri barang berharga Bimih lalu meninggalkan tempat kejadian perkara (TKP).
    Sebelum perampokan, tiga pelaku yakni AD, AG, dan MR terlebih dahulu mensurvei rumah korban.
    Peristiwa bermula saat DA tengah berada di rumahnya bersama AG dan MR di Kampung Teluk Ambulu, Jayalaksana, Cabangbungin, Kabupaten Bekasi, Rabu (5/2/2025) pukul 20.00 WIB.
    Saat itu, DA bercerita kepada MR dan AG bahwa ada warung kelontong milik nenek-nenek yang tinggal seorang diri.
    Berangkat dari informasi itu, mereka berboncengan menggunakan sepeda motor ke rumah pemilik warung kelontong sekaligus korban bernama Bimih dengan waktu tempuh kurang lebih 20 menit.
    Sebelum tiba di tempat kejadian perkara (TKP), MR dan AG menurun DA di depan gang dekat warung kelontong Bimih.
    “Setelah MR dan AG tiba di warung korban, mereka masuk ke warung untuk melihat situasi warung sambil membeli rokok,” ujar Wira.
    Setelah membeli, MR dan AG menjemput DA dan kembali ke rumah.
    Setelah beberapa hari atau Minggu (9/2/2025) pukul 17.00 WIB, MR bersama AG tiba di rumah DA untuk menjalankan aksi perampokan di warung kelontong milik Bimih.
    Tidak lama kemudian, RY alias A alias T (20) juga tiba di rumah DA. Ke-4 pelaku pun menuju tanggul air Toang yang berjarak 500 meter dari TKP. Di sana, mereka menunggu DA menjemput NM (31) yang turut terlibat dalam aksi perampokan.
    Sekitar pukul 18.15 WIB, AG terlebih dahulu tiba dan menyelinap masuk ke dalam rumah korban setelah diantar oleh RY.
    Satu jam kemudian, MR tiba dan menyelinap ke dalam rumah korban usai diantar NM. Namun, MR menyelinap ke dalam rumah korban dibantu oleh NM yang berpura-pura membeli.
    “Pada saat korban melayani saudara NM, saat itulah MR langsung masuk ke dalam warung dan langsung masuk ke rumah serta naik ke lantai dua yang mana tangganya persis setelah pintu masuk rumah,” ungkap Wira.
    MR dan AG pun bersembunyi di lantai dua rumah korban untuk mengawasi Bimih sampai tertidur.
    Kini, ke-5 pelaku telah ditangkap di lokasi yang berbeda.
    MR dan AG ditangkap di Desa Talok, Kresek, Kota Tangerang pada Rabu (12/2/2025) pukul 14.10 WIB.
    Sedangkan DA, NM, dan RY ditangkap di Pakisjaya, Karawang, Jaw Barat, Kamis (13/2/2025) pukul 11.20 WIB.
    Mereka dijerat dengan Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Pencurian dengan Kekerasan atau Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan, dengan ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup atau 15 tahun.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.