Produk: CCTV

  • Heboh Warga Bekasi di Medsos Ngeluh Cium Bau Mirip Gas Bocor

    Heboh Warga Bekasi di Medsos Ngeluh Cium Bau Mirip Gas Bocor

    Bekasi

    Media sosial (medsos) diramaikan dengan keluhan warga di wilayah Bekasi dengan bau seperti gas bocor. Ada pula warga yang mencium aroma seperti bensin hingga oli.

    Salah satu keluhan itu disampaikan oleh Gea (24), warga Babelan, Kabupaten Bekasi. Dia menyebut bau gas itu cukup menyengat.

    “Terkait bau gas di Bekasi, kebetulan aku emang sempat cium aroma yg agak menyengat, tapi cuma sebentar dan nggak terlalu parah juga kalo di daerahku,” ujar Gea saat dihubungi detikcom, Sabtu (19/4/2025) dini hari.

    “Aku kurang tau pasti sumber atau penyebabnya,” tambahnya.

    Keluhan ini juga diceritakan oleh Kesya (28), warga Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi. Kesya mengaku mencium aroma seperti oli atau karet terbakar pada sekitar pukul 23.00 WIB, Jumat (18/4).

    “Jadi jam 20.30 itu saya udah masuk kamar, nyalain AC seperti biasa. sekitar pukul 23.10 saya keluar kamar, lalu di ruang tamu saya mencium seperti bau oli atau karet yg terbakar, susah untuk dideskripsikan yg jelas baunya nggak enak dan bikin tidak nyaman,” ujarnya.

    “Saya kira di depan rumah ada tetangga yang lagi ngutak-ngatik motor sehingga ada oli yang netes, tapi pas saya cek ulang CCTV di luar nggak ada orang. Saya nggak terlalu merasakan efek apa-apa sih, karena langsung masuk kamar lagi, AC dan air purifier nyala,” katanya.

    detikcom telah berupaya menghubungi BPBD Kota Bekasi. Namun, hingga berita ini tayang pertanyaan terkait hal ini belum mendapatkan respons.

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Muncul Modus Tipu-tipu Edit Bukti Transfer Saat Belanja di Mal

    Muncul Modus Tipu-tipu Edit Bukti Transfer Saat Belanja di Mal

    Jakarta

    Aksi tipu-tipu dengan modus bukti transfer palsu terjadi di mal kawasan Jakarta Selatan. Pelakunya adalah wanita inisial TNA (32).

    Dirangkum detikcom, Jumat (18/4/2025), penipuan yang dilakukan TNA terjadi pada Jumat (11/4) pukul 20.05 WIB. Pelaku melancarkan aksinya saat berbelanja di toko pakaian Jenahara di Mal Pondok Indah, Jakarta Selatan.

    Kasus ini terungkap usai aksi pelaku viral di media sosial. Wanita tersebut terlihat mengedit bukti pembayaran melalui ponselnya. Dalam video yang beredar dinarasikan wanita itu melakukan transaksi dengan total belanja di atas Rp 2 juta.

    Kemudian wanita itu memalsukan bukti pembayaran via transfer ke rekening perusahaan. Penjaga toko mengaku tak menyadari bahwa bukti yang diterimanya adalah palsu.

    Polisi Turun Tangan

    Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Nurma Dewi menyebut pihaknya turun tangan mengusut kasus viral tersebut. Menurutnya, pelaku melancarkan aksinya saat kondisi toko sedang ramai.

    “Saat outlet sedang ramai pengunjung, ada salah satu pembeli (pelaku) ingin membayar. Kemudian pembeli tersebut membayarkan barang belanjaannya via transfer melalui mobile banking sejumlah Rp 2.186.400,” kata Nurma kepada wartawan, Kamis (17/4).

    “Lalu penjaga kasir tersebut mengecek CCTV outlet tersebut dan ditemukan orang yang diduga melalukan tindak pidana penipuan,” ucap Nurma.

    Pihak kasir yang merasa kesal pun akhirnya memviralkan aksi penipuan pelaku ke media sosial. Kemudian polisi pun menindaklanjuti adanya dugaan penipuan yang dilakukan oleh pelaku tersebut.

    Pelaku Ditangkap

    Akhirnya, pada Selasa (15/4), piket Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan melakukan cek TKP dan memeriksa saksi-saksi. Setelah video itu viral, pihak korban kemudian dihubungi pelaku melalui Instagram yang mengatakan akan mengembalikan barangnya yang sudah dibeli.

    Namun pengembalian yang dilakukan pelaku hanya sebagian dari yang telah dibeli. Korban pun sempat menanyakan asal barang itu dikirim dan didapati barang yang diantar ke toko itu berasal dari sebuah hotel.

    “Kemudian tim piket opsnal langsung menuju hotel tersebut dan tim menanyakan ke resepsionis dan didapati pelaku di kamar nomor 15. Selanjutnya diamankan ke Polres Jakarta Selatan,” ujar Nurma.

    Setelah dilakukan penangkapan, pihak pelaku pun mengakui perbuatannya.

    Pelaku Minta Maaf

    Usai ditangakap polisi dan mengakui perbuatannya, pelaku TNA akhirnya meminta maaf. Permintaan maaf itu ditujukan kepada pihak toko.

    “Saya selaku penipu di Jenahara PIM (Pondok Indah Mal) 2 mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada toko Jenahara,” ujar TNA dalam sebuah video yang diterima detikcom, Jumat (18/4).

    TNA berterima kasih kepada manajemen toko Jenahara terkait kebesaran hatinya memaafkan perbuatannya. Selain itu TNA juga meminta maaf kepada kasir yang sudah ia tipu.

    “Saya terima kasih kepada kantor Polres Metro Jakarta Selatan yang sudah memediasikan kami antara saya, korban, dan pelapor sehingga saya bisa mengganti rugi,” imbuhya.

    Karena masalah sudah dimediasi, ia bersyukur bisa pulang ke keluarganya. “Sekali lagi terima kasih untuk semuanya, dan permohonan sebesar-besarnya dari saya,” lanjutnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Angka Kriminalitas Meningkat, Legislator Soroti Kondisi Penerangan Jalan di Surabaya yang Minim
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        18 April 2025

    Angka Kriminalitas Meningkat, Legislator Soroti Kondisi Penerangan Jalan di Surabaya yang Minim Surabaya 18 April 2025

    Angka Kriminalitas Meningkat, Legislator Soroti Kondisi Penerangan Jalan di Surabaya yang Minim
    Editor
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – Anggota Komisi C DPRD Surabaya Achmad Nurdjayanto menyoroti minimnya perawatan dan pemerataan penerangan jalan umum (PJU) di sejumlah titik di Surabaya.
    Achmad menilai, saat ini Surabaya tengah menghadapi kenaikan angka kriminalitas.
    Namun langkah konkret dari Pemerintah Kota justru belum menyentuh aspek fundamental seperti perbaikan dan optimalisasi PJU.
    “Yang dilakukan saat ini hanya sebatas pembangunan portal di wilayah perkampungan. Tapi di sisi lain, banyak PJU yang sudah butuh perawatan ulang atau kurang berfungsi dengan baik dibiarkan begitu saja,” kata Achmad, Jumat (18/4/2025).
    Ia menekankan, keberadaan penerangan jalan yang baik sangat penting.
    Bukan hanya untuk kenyamanan warga saat beraktivitas malam hari, tetapi juga untuk menekan angka kejahatan di jalanan dan di pemukiman.
    “Tanpa penerangan yang cukup, CCTV juga tidak bisa bekerja maksimal. Pelaku kejahatan pun cenderung memilih lokasi-lokasi gelap sebagai sasaran karena minim pengawasan,” katanya.
    Achmad menyebutkan, pencahayaan yang memadai bisa menjadi salah satu penghambat bagi pelaku kejahatan.
    Selain itu, PJU juga memiliki fungsi krusial dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas, khususnya pada malam hingga dini hari.
    “Pada dini hari, jarak pandang pengendara sering terganggu karena mengantuk atau faktor kabut. Di sinilah pentingnya penerangan jalan yang terang dan merata,” ujar dia.
    Ia mendorong Dinas perhubungan untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap keberadaan PJU.
    Termasuk daerah-daerah rawan yang hingga kini belum mendapatkan perhatian serius.
    Pasalnya, dirinya kerap mendapat aduan dari masyarakat yang mengeluhkan kondisi PJU yang redup yang belum mendapat tanggapan dari dinas terkait.
    “Surabaya ini kota besar. Tidak bisa hanya mengandalkan pembangunan fisik saja tanpa memikirkan aspek keamanan dan keselamatan. Saya harap PJU segera masuk prioritas utama dalam perencanaan APBD Perubahan maupun APBD 2026 nanti,” ujar dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Psikolog Duga Pelecehan Pasien oleh Dokter di RS Sering Terjadi

    Psikolog Duga Pelecehan Pasien oleh Dokter di RS Sering Terjadi

    Jakarta, Beritasatu.com – Psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Rose Mini Agoes Salim menduga kuat pelecehan seksual terhadap pasien oleh dokter di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya sudah sering terjadi selama ini.

    Hanya saja, kata Rose, pasien tidak tahu atau dan atau tidak menyadari bahwa tindakan dokter tersebut sudah masuk kategori pelecehan atau kekerasan seksual.

    “Kalau kita lihat kasus ini sebetulnya seperti ini mungkin zaman dahulu juga sudah ada,” ujar Rose saat hubungi, Jumat (18/4/2025).

    Rose mengatakan, kemungkinan besar, selama ini, sebagian besar pasien atau keluarga pasien tidak mendapatkan informasi yang komprehensif soal standar operasional prosedur (SOP) pada saat dokter melakukan pemeriksaan. Apalagi dalam kondisi yang darurat atau kritis, pasien pastinya akan lebih fokus pada penanganan sakit yang dialaminya.

    “Mungkin ketidaktahuan juga pasien, apa yang dilakukan oleh dokter ini, apakah sesuai dengan profesionalisme yang sudah bagus, SOP-nya memang begitu atau tidak? Apakah kalau mau periksa itu memang harus buka baju semuanya atau misalnya kalau mau USG itu harus bisa sampai ke mana-mana, tangan si dokter, itu mungkin karena ketidaktahuan juga,” tandas Rose terkait pelecehan pasien.

    Pada saat yang bersamaan, kata Rose, rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, tidak memberikan penjelasan secara komprehensif kepada pasien soal SOP pemeriksaan oleh dokter atau tenaga kesehatan. Padahal, pemberian informasi tersebut merupakan salah satu kewajiban pihak rumah sakit.

    “Nah berikutnya adalah kalau menurut saya di dalam rumah sakit itu kan harusnya juga sudah ada SOP-nya di mana SOP yang paling utama dalam rumah sakit itu adalah bahwa mereka tidak bisa bekerja, termasuk di dokter melakukan apa-apa sendirian, harus ada suster, harus ada bidan, atau harus ada seseorang lah gitu,” jelas dia.

    Menariknya sekarang, kata Rose, dugaan pelecehan seksual oleh dokter terhadap pasien bakal mudah terekspose karena teknologi yang makin canggih. Dia mencontohkan, adanya CCTV di sejumlah RS yang bisa merekam aksi-aksi buruk atau bejat dokter.

    “Saat ini kita enggak pernah tahu bahwa kemajuan zaman dan teknologi membuat ini jadi mudah dan gampang terekspose. Salah satunya adalah adanya CCTV. Adanya kemungkinan nanti bahwa orang tahu dengan metode hand phone bisa memvideokan segala sesuatu yang dia rasa janggal,” ungkap guru besar psikologi ini.

    Lebih lanjut, Rose mengatakan, dokter-dokter yang diduga terlibat melakukan pelecehan seksual terhadap pasien, harus ditindak tegas secara etik dan pidana. Selain itu, tutur dia, kasus-kasus tersebut harus menjadi pelajaran penting bagi Rumah Sakit untuk memberikan informasi yang lengkap kepada pasien atau keluarga pasien soal SOP pemeriksaan dokter atau tenaga kesehatan.

    Sementara agar tidak ada pelecehan, pasien atau keluarganya juga perlu proaktif mencari tahu informasi SOP pemeriksaan oleh dokter dan jika terdapat kejanggalan tidak perlu takut dan malu melaporkan ke pihak rumah sakit atau aparat penegak hukum.

  • Pamit Shalat Maghrib, Bocah 6 Tahun di Pesanggrahan Sudah 40 Hari Hilang dan Belum Ditemukan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        18 April 2025

    Pamit Shalat Maghrib, Bocah 6 Tahun di Pesanggrahan Sudah 40 Hari Hilang dan Belum Ditemukan Megapolitan 18 April 2025

    Pamit Shalat Maghrib, Bocah 6 Tahun di Pesanggrahan Sudah 40 Hari Hilang dan Belum Ditemukan
    Penulis

    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Pencarian terhadap Alvaro Kiano Nugroho, bocah laki-laki berusia enam tahun yang dilaporkan hilang sejak Kamis, (6/3/2025) masih terus berlangsung.
    Hingga Jumat (18/4/2025) atau memasuki hari ke-40 pencairan, anak yang tinggal di kawasan
    Ulujami
    ,
    Pesanggrahan
    , Jakarta Selatan, itu belum juga ditemukan.
    Kisah hilangnya Alvaro bermula saat ia berpamitan untuk menunaikan shalat Maghrib di masjid terdekat, seperti kebiasaannya selama bulan Ramadan.
    “Iya, jadi kan itu waktu itu bulan puasa ya pada 6 Maret. Biasanya itu setiap menjelang maghrib dia tuh pasti pergi ke masjid dekat rumah,” kata ibunda Alvaro, Arumi dikutip dari
    Antara
    .
    Arumi menjelaskan, setelah waktu salat Maghrib berakhir, Alvaro tidak kunjung kembali ke rumah.
    Keluarga yang mulai panik kemudian mencari ke masjid dan bertanya kepada teman-teman sebayanya, tetapi tak seorang pun mengetahui keberadaannya.
    Merasa ada yang tidak beres, keluarga kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Pesanggrahan keesokan harinya, atau pada Jumat, (7/3/2025).
    Polisi kemudian menindaklanjuti laporan tersebut, dan mulai melakukan cek kamera pengawas (CCTV) di sekitar lokasi.
    Namun, upaya awal penyelidikan mengalami kendala, karena banyak CCTV yang tidak berfungsi. Sedangkan, pada CCTV yang masih berfungsi tidak ditemukan jejak Alvaro.
    Dalam laporannya, keluarga menyebutkan ciri-ciri terakhir Alvaro mengenakan kaos hitam, celana panjang hitam, dan sandal hitam.
    Secara fisik, ia bertubuh kurus, berkulit gelap, berambut cepak, dan memiliki lesung pipi yang khas.
    Pihak kepolisian menyatakan bahwa proses pencarian masih terus dilakukan dengan menyisir berbagai titik di sekitar lingkungan rumah korban.
    “Kami masih terus mendalami dan pengembangan dari setiap info yang masuk,” kata Kapolsek Pesanggrahan AKP Seala Syah Alam.
    Menurut Seala, Polsek Pesanggrahan saat ini menangani dua laporan
    anak hilang
    , termasuk kasus Alvaro.
    Jajaran kepolisian telah melakukan penelusuran ke berbagai lokasi, menyebarkan informasi ke warga, dan memasang poster orang hilang baik secara fisik maupun melalui grup WhatsApp lingkungan setempat.
    Hingga kini, belum ada petunjuk konkret mengenai keberadaan Alvaro. Keluarga pun terus berharap ada titik terang dari pencarian yang mereka lakukan selama lebih dari sebulan ini, dibantu oleh relawan dan warga sekitar.
    Kasus ini menambah daftar panjang anak hilang yang belum ditemukan di wilayah Jakarta dan sekitarnya, memunculkan keprihatinan mendalam dari masyarakat.
    Masyarakat diimbau untuk waspada dan turut aktif memberikan informasi jika menemukan sesuatu yang mencurigakan di lingkungan sekitar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mantan Marketing Judol Asal Bekasi Ungkap Pengalaman Pahit di Kamboja

    Mantan Marketing Judol Asal Bekasi Ungkap Pengalaman Pahit di Kamboja

    Bekasi, Beritasatu.com — Seorang pemuda asal Tambun, Bekasi, Jawa Barat, Febby Febriadi (27), mengungkapkan pengalaman kelam saat bekerja sebagai marketing judi online (judol) selama tujuh bulan di Kamboja. 

    Ia mengaku tertipu oleh temannya sendiri dan harus menjalani tekanan mental hingga kekerasan fisik sebelum akhirnya bisa kembali ke Indonesia. Febri awalnya tergiur tawaran bekerja sebagai video editor di sebuah hotel di Kamboja. Iming-iming gaji besar membuatnya tertarik menerima pekerjaan tersebut.

    “Awal mulanya sih sebenarnya itu ditipu ya oleh teman, karena mereka bilang di sana tuh saya cuma buat jadi editor hotel. Buat bikin kayak video pemasaran hotel itu sendiri. Namun, ketika sampai di sana kayak ngeliat tempatnya kok udah aneh gitu loh,” kata Febri kepada wartawan, Jumat (18/4/2025).

    Ia mulai merasakan keanehan saat akan menandatangani kontrak kerja. Beberapa ruangan di lokasi kerja terlihat mencurigakan.

    “Saya merasakan keanehannya mulai ketika akan tanda tangan kontrak itu banyak ruangan. Dan salah satunya itu ada ruangan yang terbuka. Banyak sekali komputer terus di depan komputer itu sudah ada CCTV. Ini mungkin agar mereka enggak kabur,” tambahnya terkait pekerjaan sebagai marketing judol di Kamboja.

    Selama bekerja, Febri harus menjalani jam kerja selama 12 jam per hari dengan target 100 transaksi. Jika tidak tercapai, berbagai sanksi siap diberikan oleh perusahaan.

    “Banyak sanksi yang didapat sebenarnya. Saya banyak mendapat tekanan mental. Tekanan mental itu berupa saya dimaki dengan kata-kata kasar. Saya juga sering dimaki dengan kata-kata hewan. Ada juga yang katanya organnya dijual segala macam. Bahkan sampai disetrum itu,” ungkapnya.

    Untuk bisa kembali ke Tanah Air, Febri harus membayar uang tebusan sebesar Rp 23 juta kepada pihak perusahaan.

    “Tebusan saya pribadi itu sampai Rp 23 juta. Itu bayar ke perusahaan secara tunai. Jumlah Rp 23 juta itu dihitung dari biaya transportasi saya berangkat, pembuatan paspor, dan jalur VIP segala macam,” ucapnya setelah bebas dari pekerjaaannya sebagai marketing judol di Kamboja.

  • Viral Dugem Narkoba Rutan Pekanbaru, Anggota DPR: Bukti Kegagalan Sistem!
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        18 April 2025

    Viral Dugem Narkoba Rutan Pekanbaru, Anggota DPR: Bukti Kegagalan Sistem! Nasional 18 April 2025

    Viral Dugem Narkoba Rutan Pekanbaru, Anggota DPR: Bukti Kegagalan Sistem!
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI
    Dewi Asmara
    mengatakan kasus
    pesta narkoba
    yang terjadi di Rumah Tahanan (Rutan) Sialang Bungkuk, Pekanbaru, Riau, memperlihatkan betapa lemahnya pengawasan serta rentannya sistem keamanan di balik jeruji besi.
    Dewi pun menyampaikan keprihatinan mendalam serta mendesak adanya reformasi total dalam sistem pembinaan pemasyarakatan.

    Pesta narkoba
    di dalam rutan adalah bentuk kegagalan sistem yang sangat serius. Ini adalah alarm darurat yang tidak boleh diabaikan. Pemerintah harus bertindak cepat dan tegas sebelum rutan maupun lapas benar-benar berubah menjadi pusat kejahatan baru,” ujar Dewi dalam keterangannya, Jumat (18/4/2025).
    Dewi menjelaskan, kasus itu tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan puncak dari berbagai persoalan yang sudah lama terjadi.
    Sebab, selama ini, narkoba selalu masuk ke rutan.
    Kejadian ini, menurut Dewi, diduga kuat melibatkan oknum petugas, jaringan kriminal, atau bahkan keluarga warga binaan.
    Lalu, Dewi juga menyoroti minimnya penggunaan teknologi deteksi yang menyebabkan penyelundupan narkoba sulit terpantau.
    Terlebih, banyak terjadi kolusi antara petugas dan warga binaan yang membuka celah penyalahgunaan kekuasaan.
    Overcapacity lapas juga mengakibatkan pengawasan sulit dilakukan.
    Dewi pun mengusulkan dilakukan peningkatan pengawasan dan teknologi di rutan, baik secara internal maupun eksternal. “Setiap rutan harus dilengkapi dengan alat deteksi narkoba seperti x-ray, drug scanner, dan dilakukan tes urine secara acak, rutin, dan berkelanjutan dengan menggandeng pihak BNN dan Kementerian Kesehatan. CCTV dengan sistem pengawasan real-time juga wajib ada, bukan hanya formalitas,” tuturnya.

    “Investigasi menyeluruh harus dilakukan, baik oleh Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan maupun lembaga independen. Oknum yang terbukti terlibat harus diberi sanksi tegas, termasuk pemecatan dan proses hukum tanpa pandang bulu,” sambung Dewi.
    Dewi mengatakan, tahanan pengguna narkoba perlu dipisahkan ketika menjalani program rehabilitasi intensif.
    Sementara itu, Dewi juga mendorong peningkatan kapasitas lapas atau rutan dan kesejahteraan para petugasnya.
    Menurutnya, petugas rutan harus dibekali pelatihan integritas, serta insentif yang layak agar tidak mudah tergoda oleh praktik suap atau kolusi.
    “Rutan tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada sinergi antara kepolisian, BNN, dan komunitas lokal. Bahkan keluarga dari warga binaan pun perlu diberi edukasi tentang bahaya narkoba dan dampaknya,” katanya.
    “Kita tidak boleh menyerah. Rutan dan juga lapas harus kembali pada tujuan awalnya: menjadi tempat pembinaan, bukan tempat berkembangnya kejahatan. Ini saatnya pemerintah membuktikan keseriusannya dalam perang melawan narkoba,” imbuh Dewi.
    Sebagaimana diberitakan, video yang viral di media sosial menunjukkan sekelompok pria tengah berjoget layaknya sedang dugem di dalam sebuah ruangan yang diduga berada di Rutan Kelas I Pekanbaru.
    Dalam video tersebut, terlihat beberapa napi berjoget mengikuti alunan musik keras, sementara yang lainnya duduk sambil menggoyangkan kepala.
    Di dekat mereka, terdapat botol-botol minuman kemasan berserakan serta sebuah botol bekas dengan sedotan putih yang diduga digunakan sebagai alat isap sabu atau bong.
    Beberapa narapidana juga terlihat menghisap rokok elektrik dan rokok bakar.
    Salah satu pria dalam video bahkan terlihat menggunakan handphone, yang semakin memperkuat dugaan bahwa para tahanan tersebut memiliki akses terhadap barang-barang terlarang di dalam rutan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bocah di Jaksel Alvaro Kiano Hilang selama 43 Hari, Terakhir Pamit Main lalu Mau Shalat di Masjid – Halaman all

    Bocah di Jaksel Alvaro Kiano Hilang selama 43 Hari, Terakhir Pamit Main lalu Mau Shalat di Masjid – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Bocah asal Pesanggrahan, Jakarta Selatan, bernama Alvaro Kiano Nugroho (6) hilang selama 43 hari sejak 6 Maret 2025 lalu.

    Adapun informasi tersebut sempat diunggah oleh akun X @dhemit_is_back pada Kamis (17/4/2025) kemarin.

    Di sisi lain, hilangnya Alvaro pun dibenarkan oleh sang ibu, Arumi.

    Dia mengatakan sebelum hilang, Alvaro berpamitan kepadanya untuk bermain bersama temannya dan lanjut menunaikan ibadah shalat Magrib.

    “Alvaro biasa keluar main sore di sekitar rumah mendekati Magrib. Biasanya dia izin ke masjid dekat rumah untuk shalat Maghrib sama teman-temannya,” kata Arumi kepada Tribunnews.com, Jumat (18/4/2025).

    Namun, sejak berpamitan tersebut, Arumi mengatakan anaknya tidak kunjung pulang.

    Lalu, Arumi bertanya kepada rekan Alvaro terkait keberadaan anaknya. Namun, mereka mengaku tidak melihat Alvaro.

    Tak patah arang, dia lalu bertanya ke tetangga sekitar tetapi tetap tak membuahkan hasil.

    Bahkan, Arumi sampai menyebar poster wajah Alvaro di sekitar Jakarta dan di media sosial.

    “Sudah keliling lampu merah, kolong jembatan sekitar Jakarta, sebar poster, sudah sebar di sosial media juga tetapi tetap nggak ketemu,” ujarnya.

    Arumi pun menduga Alvaro telah diculik oleh seseorang.

    “Besar kemungkinan diculik sebelum pergi ke masjid,” jelasnya.

    Rekaman CCTV Sudah Dicek Polisi, Ternyata Mati

    Arumi lantas melaporkan hilangnya Alvaro ke polisi pada 7 Maret 2025 atau sehari setelahnya.

    Kemudian, sambungnya, polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengecek rekaman CCTV di sekitar rumah Arumi.

    Selain itu, pengecekan juga dilakukan terhadap CCTV yang terpasang di sepanjang jalan menuju masjid yang biasa didatangi oleh Alvaro.

    Namun, Arumi mengungkapkan mayoritas kamera CCTV yang diperiksa polisi dalam kondisi mati.

    Meski ada kamera CCTV yang dalam kondisi hidup, tetapi Alvaro tidak tampak dalam rekaman.

    “Tanggal 6 (Alvaro) hilang dan lapor tanggal 7. Pihak polisi langsung ke TKP untuk ngecek CCTV sekitar.”

    “Kebanyakan CCTV yang hidup pun nggak ada Alvaro disitu,” jelas Arumi.

    Di sisi lain, Arumi mengatakan dirinya dan ayah Alvaro yang sudah berpisah dengannya telah diperiksa polisi.

    Namun, berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP), ayah Alvaro mengaku tidak mengetahui keberadaan sang anak.

    “Kebetulan saya dan ayahnya sudah pisah . Polisi langsung BAP keluarga ayahnya. Kenyataannya (Alvaro) tidak bersama mereka dan mereka ikut mencari juga,” tuturnya.

    Sosok Alvaro

    BOCAH HILANG – Alvaro Kiano Nugroho (6) dinyatakan hilang sejak 6 Maret 2025 lalu. Ibu Alvaro, Arumi mengatakan anaknya terakhir kali berpamitan kepadanya untuk bermain dengan temannya dan lanjut menunaikan ibadah shalat Magrib. Namun, sejak itu Alvaro justru tidak pernah kembali ke rumahnya di kawasan Pesanggrahan, Jakarta Selatan hingga hari ini.

    Arumi mengungkapkan Alvaro bukanlah anak yang suka mencari masalah dengan rekan sebayanya.

    Selain itu, sambungnya, Alvaro adalah sosok yang ceria. Arumi juga mengatakan Alvaro bukan anak yang suka bermain terlalu lama di luar rumah.

    “Alvaro anak yang ceria, menyenangkan tidak pernah buat masalah. Keluar main hanya sebentar habis itu pulang,” tuturnya.

    Arumi juga mengungkapkan saat bulan Ramadan, Alvaro memang lebih senang untuk menunaikan shalat di masjid dekat rumah.

    Hal itu dilakukan Alvaro bersama dengan rekan-rekannya.

    “Waktu itu bulan puasa. Sering shalat ke masjid yang jaraknya sekitar 250 meter dari rumah. Itu memang hal yang biasa dilakukan anak saya dan anak-anak sekitar,” tuturnya.

    Sudah Pasrah

    Arumi mengaku saat ini sudah pasrah terkait keberadaan Alvaro yang tidak kunjung diketahui.

    Dia bahkan sudah mencoba untuk meminta pertolongan ke dukun hingga kyai tetapi Alvaro tetap tidak kunjung kembali atau ditemukan.

    “Masih belum tahu (upaya selanjutnya). Sudah coba ikhtiar yang katanya orang pintar, indigo, kyai, tetap gak ada satupun yang benar-benar (tahu keberadan Alvaro). Saya sudah nggak tau lagi harus gimana,” jelasnya.

    Kata Polisi

    Sementara Kapolsek Pesanggrahan AKP Seala Syah Alam mengatakan, pihaknya menerima dua laporan terkait anak hilang yang salah satunya adalah Alvaro.

    “Sampai saat ini terkait dua anak hilang yang TKP akhirnya berada di Pesanggrahan kami masih terus mendalami dan pengembangan dari setiap info yang masuk,” kata Seala, Jumat, dikutip dari Tribun Jakarta.

    Seala menuturkan, hingga saat ini jajarannya masih berupaya mencari keberadaan Alvaro.

    “Di beberapa platform media dan forum komunikasi grup warga juga kami sebar agar dibantu sebarluaskan juga ke masyarakat lainnya,” tutur Kapolsek.

    Sebagian artikel telah tayang di Tribun Jakarta dengan judul “Bocah 6 Tahun di Pesanggrahan Jaksel Hilang 42 Hari dan Belum Ditemukan”

    (Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Jakarta/Annas Furqon Hakim)

  • 4 Aksi Bejat Dokter Pelaku Pelecehan Seksual Terungkap di Awal Tahun 2025, Terbaru Dokter PPDS UI – Halaman all

    4 Aksi Bejat Dokter Pelaku Pelecehan Seksual Terungkap di Awal Tahun 2025, Terbaru Dokter PPDS UI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dalam kurun waktu dua bulan, yakni Maret hingga April 2025 ini, sudah ada tiga kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang dokter.

    Aksi bejat para dokter tersebut dilakukan di tempat yang semestinya aman bagi para pasien untuk mendapatkan penyembuhan.

    Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh para dokter itu terungkap di media sosial.

    Berikut telah dirangkum Tribunnews empat kasus pelecehan yang dilakukan oleh tiga dokter di awal tahun 2025 ini.

    1. Dokter Anestesi Priguna Anugerah Pratama

    Pertama adalah kasus dokter residen yang melakukan kekerasan seksual terhadap anak pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, pada 18 Maret 2025 lalu.

    Dokter tersebut diketahui bernama Priguna Anugerah Pratama (PAP), seorang mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Jurusan Anestesi Universitas Padjadjaran (Unpad).

    Adapun, korban yang menjadi korban rudapaksa pelaku tersebut diketahui berinisial FH (21).

    Dokter residen itu melakukan aksi bejatnya di salah satu ruangan lantai 7 gedung RSHS atau di ruangan baru.

    Saat itu, korban diketahui tengah menjaga ayahnya yang dirawat dan membutuhkan transfusi darah.

    Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar, Kombes Surawan menegaskan, korban ini tak tahu tujuan dari pelaku namun dibawa ke ruangan yang baru di RSHS.

    Pelaku kemudian mendekati korban dengan dalih melakukan pemeriksaan crossmatch, yakni kecocokan golongan darah untuk keperluan transfusi.

    Dokter residen itu kemudian menyuntikkan cairan yang diduga mengandung obat bius jenis Midazolam hingga korban tidak sadarkan diri.

    Pelaku ini memanfaatkan kondisi kritis ayah korban dengan dalih akan melakukan transfusi darah.

    “Korban berusia 21 tahun sedangkan pelaku 31 tahun. Awal kejadian pukul 17.00 WIB.”

    “Pelaku ini mau mentransfusi darah bapak korban karena kondisinya kritis, dan si pelaku meminta anaknya saja untuk melakukan transfusi,” ujarnya, Rabu (9/4/2025).

    Korban pun siuman beberapa jam kemudian dan mengaku merasa nyeri tidak hanya di bagian tangan bekas infus, tetapi juga di area kemaluan.

    Karena hal tersebut, korban pun langsung menjalani visum dan hasilnya menunjukkan adanya cairan sperma di kemaluannya.

    Berdasarkan hasil visum, kata Surawan, ditemukan sperma untuk diuji DNA dari alat vital korban serta alat kontrasepsi.

    Surawan pun mengatakan kondisi korban saat ini membaik meski sedikit trauma.

    Kasus ini pertama kali terungkap ke publik setelah diunggah akun Instagram @ppdsgram pada Selasa (8/4/2025) malam.

    Selain FH, diketahui ada dua orang lainnya yang menjadi korban rudapaksa Priguna, mereka merupakan pasien RSHS.

    Priguna menggunakan modus yang sama saat akan merudapaksa kedua korban tersebut.

    Atas perbuatannya itu, Priguna Anugerah Pratama dijerat dengan Pasal 6 C UU Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. 

    Dokter residen tersebut terancam hukuman penjara maksimal 12 tahun.

    Kemudian, karena perbuatannya itu berulang, polisi juga menerapkan Pasal 64 KUHP dengan hukuman 17 tahun penjara.

    Tak hanya itu saja, Surat Izin Praktik (SIP) milik Priguna dicabut pihak Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) dan Surat Tanda Registrasi (STR) sebagai dokter juga turut dinonaktifkan.

    Untuk informasi, Priguna kini telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus rudapaksa tersebut dan terbukti memiliki kelainan seksual.

    2. Dokter Kandungan Muhammad Syafril Firdaus

    DOKTER KANDUNGAN GARUT – Sosok dokter kandungan di Garut yang viral di media sosial karena diduga melecehkan ibu hamil jadi sorotan. Beredar CCTV saat dokter tersebut diduga melecehkan pasien ketika USG kehamilan. Berikut telah dirangkum empat kasus pelecehan yang dilakukan oleh tiga dokter di awal tahun 2025 ini, dari dokter anestesi hingga spesialis kandungan. (ist/Instagram drg Mirza)

    Belum selesai kasus dokter anestesi PPDS itu, publik dihebohkan kembali dengan kasus pelecehan seksual dokter kandungan di Garut, Jawa Barat.

    Kasus tersebut viral di media sosial dan dokter itu diketahui bernama Muhammad Syafril Firdaus.

    Aksi dokter spesialis kandungan itu terekam CCTV, dia diduga melakukan hal tak senonoh terhadap pasiennya saat pemeriksaan USG.’

    Dalam rekaman video, dokter kandungan itu sedang mengecek kondisi kandungan pasien menggunakan alat USG di bagian perut.

    Tetapi, alat USG itu terus beralih ke bagian atas perut dan tangan kiri dokter itu memegang bagian atas perut korban, sampai diduga memegang bagian sensitif pasien tersebut.

    Adapun, rekaman video viral itu diunggah oleh drg. Mirza Mangku Anom, seorang Dokter Spesialis Konservasi Gigi.

    “Ini semua bukti aku punya lengkap lho, rekaman CCTV versi lengkap aku juga punya dan aku selalu kesel ngeliat yang begini-begini,” tulis dokter Mirza dalam unggahannya di Instagram.

    Namun, dari pihak Dinkes menyatakan bahwa kasus itu sudah terjadi pada 2024 lalu di klinik yang beralamat di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Pakuwon.

    Kepala Dinas Kesehatan Garut, Leli Yuliani mengatakan, dulu memang sempat ada laporan ke dinkes mengenai hal tersebut.

    Namun, katanya, kasus itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

    Leli mengakui, pihaknya memang belum sempat melakukan pemeriksaan secara mental dan psikologis terhadap pasien itu.

    Pasalnya, pasien atau korban saat ini sudah tidak berada di Garut.

    Leli juga mengatakan bahwa terduga pelaku juga sudah tidak lagi praktik di klinik tersebut, dilihat dari sistem informasi sumber daya manusia dinas kesehatan.

    “(Sekarang) yang bersangkutan sudah tidak ada izin praktek satu pun di wilayah Kabupaten Garut,” ujar Leli kepada awak media melalui keterangan resminya, Selasa (15/4/2025), dikutip dari TribunJabar.id.

    Leli kemudian menegaskan bahwa terduga pelaku bukan aparatur sipil negara (ASN).

    Berdasarkan dari riwayat praktiknya, terduga pelaku pernah bekerja di beberapa fasilitas kesehatan.

    Di antaranya adalah Rumah Sakit Malangbong hingga beberapa klinik dan rumah sakit di Garut.

    Selain itu, dokter kandungan tersebut juga diketahui bukan orang asli Garut.

    “Yang bersangkutan juga bukan orang sini (Garut),” ungkap Leli.

    Sementara itu, Polres Garut mengetahui kejadian viral tersebut pada Senin (14/4/2025) malam. 

    “Kami telah menangani kasus ini dan masih dalam penyelidikan. Kami dapatkan infonya sejak Senin malam,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Garut Ajun Komisaris, Joko Prihatin, Selasa (15/4/2025). 

    Tim gabungan dari Polda Jabar dan Polres Garut kemudian memeriksa tempat praktik dokter yang diduga menjadi pelaku pelecehan seksual itu.

    Kin, pelaku diketahui sudah diamankan. 

    “Jadi perlu saya informasikan bahwasanya untuk update terkini dari peristiwa di Garut, untuk dokter pelaku sudah diamankan,” ujarnya seperti dikutip dari Catatan Demokrasi yang tayang di TV One, Selasa.

    Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol.Hendra Rochmawan mengatakan sang dokter dijerat dengan Pasal 6 B dan C dan atau Pasal Pasal 15 Ayat 1 Huruf B UU RI Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.

    “Dengan ancaman hukumannya 12 tahun penjara dan denda Rp 300 juta,” ujarnya kepada wartawan saat jumpa pers kasus tersebut di Mapolres Garut, Kamis (17/4/2025), dikutip dari TribunPriangan.com.

    Hukuman itu bisa menjadi lebih berat jika semakin banyak korban yang bersedia melapor secara resmi. 

    Menurut Hendra, laporan formil dari para korban sangat dibutuhkan agar pihaknya dapat menjerat sang dengan hukuman yang maksimal.

    “Maka kami membuka layanan aduan, keamanan dan identitas pelapor akan kami jamin rahasianya,” ungkapnya.

    Kapolres Garut AKBP Fajar M Gemilang mengatakan bahwa hingga saat ini baru ada satu korban yang resmi melapor.

    Korban merupakan seorang wanita berusia 24 tahun berinisial AED 

    3. Dokter Persada Hospital Malang Berinisial AY

    Setelah dua kasus dokter di Bandung dan Garut tersebut, muncul lagi kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh dokter di Kota Malang, Jawa Timur.

    Adapun, informasi terkait kejadian itu diposting langsung oleh terduga korban yang merupakan seorang perempuan asal Bandung, Jawa Barat berinisial QAR (31).

    QAR menyatakan kejadian yang dialaminya itu terjadi dua tahun yang lalu atau tepatnya di bulan September 2022.

    “Pada bulan September itu, saya berangkat sendirian ke Malang buat liburan. Tetapi karena saya ini orangnya ringkih, akhirnya saya mengalami sakit,” jelasnya saat dikonfirmasi lewat telepon pada Rabu (16/4/2025), dikutip dari SuryaMalang.com.

    Setelah itu, QAR mencari informasi secara online tentang rumah sakit terbaik di Malang dan diarahkan ke salah satu rumah sakit swasta yang ada di Kecamatan Blimbing Kota Malang.

    “Lalu di tanggal 26 September 2022 sekira jam 01.00 WIB dini hari, saya menuju ke Persada Hospital dan masuk lewat Instalasi Gawat Darurat (IGD). Lalu, disitu saya ketemu dengan dokter berinisial AY dan diperiksa terus sempat diinfus,” terangnya.

    Dalam pemeriksaan itu, pasien QAR didiagnosa mengalami sinusitis dan vertigo berat serta harus dilakukan pemeriksaan rontgen, tapi hasilnya tidak langsung keluar.

    AY pun mengarahkan QAR ke bagian meja perawat dan diminta untuk memberikan nomor kontak WhatsApp, kemudian diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.

    “AY ini bilang untuk menyerahkan nomor kontak WhatsApp (WA) ke meja suster. Alasannya, hasil rontgen akan dikirim oleh pihak rumah sakit ke nomor WA saya,” jelasnya.

    Namun, ternyata kondisinya tak membaik, dan di hari yang sama pada malam harinya, QAR kembali lagi ke rumah sakit tersebut lalu untuk diobservasi, kemudian dipindahkan ke ruangan kamar VIP.

    Lalu, pada keesokan harinya atau di tanggal 27 September 2022, hasil rontgennya telah keluar.

    Namun, QAR dibuat terkejut karena yang memberitahu lewat WhatsApp tentang hasil rontgen itu bukanlah nomor rumah sakit, melainkan nomor dari dokter AY tersebut.

    Awalnya, QAR berpikiran positif karena hanya sekedar mengabarkan hasil rontgen, tapi ternyata dokter AY justru semakin intens melakukan chat dan mengarah ke hal pribadi.

    “Di dalam chatnya, AY tanya kabar saya lalu tanya sudah tidur kah sambil juga menawarkan kopi. Tetapi chat itu tidak saya balas, karena saya merasa dokter kok seperti ini,” ucapnya.

    Ketika menjalani rawat inap tersebut, tiba-tiba dokter AY melakukan kunjungan ke kamar sambil membawa stetoskop.

    Padahal di saat itu, QAR sedang dijenguk oleh temannya, lalu temannya itu berpamitan pulang.

    Di saat itulah, gelagat aneh itu mulai terlihat, diawali ketika dokter AY menutup seluruh gorden kamar inap lalu menyuruh QAR membuka baju rawat inapnya.

    “Alasannya mau diperiksa dan meski sudah tidak nyaman, tapi masih menuruti. Setelah itu, AY menyuruh saya buka bra,”

    “Dari situ saya mulai berpikir, kok jadi seperti ini dan hal itu membuat saya bingung sekaligus ketakutan. Akhirnya, saya menuruti dan membuka bra,” bebernya.

    Selanjutnya, ia melakukan pemeriksaan dengan cara menempelkan stetoskop ke bagian dada kiri dan kanan sekaligus terus menyenggol bagian payudara dari QAR.

    Lalu tidak lama kemudian, si AY mengeluarkan handphone-nya.

    “Saya bilang, ngapain dok kok mengeluarkan HP. Si AY menjawab mau balas WA teman, jadi posisinya tangan kanan masih pegang stetoskop menempel di dada kanan saya dan tangan satunya memegang HP,”

    “Tetapi, posisi HP nya itu berada tepat mengarah ke dada saya. Langsung saya tarik baju ke atas dan menutup bagian dada, dan saya bilang ke AY mau tidur istirahat,” bebernya.

    Setelah itu, AY menghentikan perbuatannya dan langsung keluar kamar.

    Kemudian, keesokan harinya, QAR diperbolehkan pulang karena kondisi yang sudah membaik.

    Atas kejadian tersebut, QAR pun membuat laporan ke Polresta Malang Kota pada Jumat (18/4/2025).

    “Pada hari ini, kami bersama korban akan membuat laporan di Polresta Malang Kota,” jelas Kuasa hukum QAR, Satria Marwan, dikutip dari SuryaMalang.com.

    Untuk diketahui, QAR bukanlah warga Malang, ia menyempatkan diri datang ke Malang dari Jawa Barat untuk membuat laporan polisi tersebut.

    Sementara itu, Satreskrim Polresta Malang Kota menyatakan siap menerima laporan dari QAR.

    Kasat Reskrim Polresta Malang Kota, Kompol Muhammad Soleh mengatakan, setelah laporan diterima, akan segera dilakukan proses ke tahap penyelidikan.

    “Silahkan, segera melapor ke kami. Kami siap menerima laporannya dan selanjutnya kami proses ke tahap penyelidikan,” pungkasnya.

    Hingga saat ini, diketahui bahwa pihak Persada Hospital Malang masih melakukan penyelidikan internal untuk mendalami kejadian dugaan pelecehan seksual tersebut.

    Sebagai langkah awal, pihak manajemen rumah sakit pun telah mengambil sikap tegas. Yaitu menonaktifkan dokter AY selama proses persidangan etik dan disiplin yang dijalaninya.

    4. Dokter PPDS UI Berinisial 

    Terbaru, ada kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Indonesia (UI) inisial MAES (39).

    MAES diduga melakukan pelecehan seksual terhadap mahasiswi Praktik Kerja Lapangan (PKL), inisial SSS, pada Selasa (15/4/2025).

    Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro membenarkan pihaknya menerima laporan korban terkait kasus tersebut. 

    Menurutnya, status kasus masih dalam proses penyelidikan untuk menentukan ada atau tidaknya unsur pidana.

    “Saat ini dalam penyelidikan, empat saksi sudah diperiksa,” kata Susatyo saat dikonfirmasi, Jumat (18/4/2025).

    Namun, Susatyo belum mengungkapkan saksi-saksi yang telah diperiksa. 

    Dari informasi yang beredar, pelaku diam-diam merekam seorang mahasiswi yang sedang mandi di sebuah indekos di Gg. Pancing No. 5 Kel. Rawasari, Kec. Cempaka Putih Jakarta Pusat, pada Selasa (15/4/2025).

    Saat itu, korban melihat ada tangan yang memegang ponsel dari arah ventilasi kamar mandi.

    Sebelum berteriak, mahasiswi itu sempat memegang tangan pelaku yang sedang mengabadikan momen di kamar mandi itu, hingga membuat situasi di kamar kos mendadak geger. 

    Atas kejadian tersebut, korban bersama pihak indekos melaporkannya ke pihak berwajib. 

    Sekarang ini, pelaku diketahui sudah ditetapkan sebagai tersangka.

    Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Muhammad Firdaus mengatakan, kini MAES telah ditahan di Polres Metro Jakarta Pusat.

    “Penyidik sudah melakukan penahanan terhadap tersangka,” katanya, Jumat.

    Firdaus mengungkapkan, akibat kejadian tersebut, korban mengalami trauma.

    “Terlapor dengan sengaja merekam pelapor yang sedang mandi dengan menggunakan handphone milik pribadi sehingga pelapor merasa dirugikan dan trauma,” tuturnya.

    Sementara itu, Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro mengatakan bahwa MAES dijerat dengan pasal tentang pornografi.

    MAES pun terancam hukuman 12 tahun penjara akibat perbuatannya tersebut.

    Susatyo juga mengatakan tersangka sudah ditahan sejak Kamis (17/4/2025) kemarin.

    “Ditahan mulai tanggal 17 April 2025. Terhadap tersangka diterapkan Pasal 29 jo. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 35 juncto Pasal 9 UU RI Nomor 44 tahun 2008 ttg Pornografi ancaman pidana penjara paling lama 12 tahun,” katanya, dikutip dari Kompas.com.

    Terkait dengan kasus ini, Susatyo mengungkapkan, pihaknya akan merilis lebih lengkap terkait kasus ini pada Senin (21/4/2025) pekan depan.

    “Lebih jelasnya, Senin akan dirilis ya,” tuturnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Viral Dokter Rumah Sakit Swasta di Malang Diduga Lakukan Tindakan Cabul ke Pasien

    (Tribunnews.com/Rifqah/Endra/Yohanes Listyo) (TribunJabar.id/Muhamad Nandri) (SuryaMalang.com/Kukuh Kurniawan) (TribunPriangan.com/Sidqi Al Ghifari) (Kompas.com)

  • Pengelola Tol Buka-bukaan Biang Kerok Macet Parah di Tanjung Priok

    Pengelola Tol Buka-bukaan Biang Kerok Macet Parah di Tanjung Priok

    Jakarta

    PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) buka suara terkait penyebab kemacetan yang sempat terjadi di Tol Wiyoto mengarah ke Tanjung Priok. Dikatakan kemacetan terjadi imbas peningkatan volume bongkar muat truk di area pelabuhan.

    “Kepadatan lalu lintas pada Tol Tanjung Priok arah Pelabuhan disebabkan oleh meningkat/tingginya mobilitas kendaraan truck trailer yang tidak dapat masuk ke area Pelabuhan,” kata Kepala Departemen Corporate Communication Madeline D. Rusli kepada detikcom, Jumat (18/4/2025).

    “Antrian truck trailer tersebut sudah sampai di sekitar luar Pelabuhan Tanjung Priok. Hal ini berdampak besar terhadap kepadatan lalu lintas di Tol Dalam Kota,” terangnya lagi.

    Ia mengatakan pihaknya sudah mengetahui adanya kepadatan antrean truk ini sejak Rabu (16/4) malam sekitar pukul 22.23 WIB. Kemudian, CMNP sudah melakukan sejumlah upaya untuk mengurai kepadatan.

    Upaya tersebut mulai dari penyampaian informasi arus lalu lintas hingga rekayasa di pintu keluar Tol Plumpang, Tanjung Priok 1 serta pintu keluar Kebon Bawang oleh Petugas dilapangan yang bekerja sama dengan kepolisian.

    “Mengatasi kondisi kepadatan lalu lintas dengan memberikan informasi lalu lintas melalui Variable Message Signs (VMS), melakukan pemantauan melalui CCTV, melakukan rekayasa lalu lintas lalu lintas di beberapa pintu keluar Tol,” papar Madeline.

    Sebelumnya, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo juga sudah buka suara terkait penyebab kemacetan parah di sejumlah jalur menuju ke arah Pelabuhan Tanjung Priok.

    Dikatakan kondisi ini disebabkan oleh peningkatan arus barang peti kemas yang akan melakukan kegiatan receiving delivery. Sehingga sejumlah jalur mengalami kemacetan, di antaranya macet di Jalan Yos Sudarso hingga Jalan Tol Wiyoto Wiyono arah Tanjung Priok.

    “Betul (macet disebabkan peningkatan volume bongkar muat petikemas). Volume kegiatan receiving delivery lagi tinggi, khususnya di NPCT1 (New Priok Container Terminal One),” kata Senior Manager Komersial Pelindo Regional 2 Tanjung Priok, Chandra Irawan saat dihubungi detikcom, Kamis kemarin.

    Lebih lanjut, Chandra menjelaskan, terjadi peningkatan volume bongkar muat hampir 100% di NPCT1 (New Priok Container Terminal One). Biasanya, secara rata-rata jumlah truk yang masuk kurang dari 2.500 truk.

    “Namun hari ini mencapai di atas 4.000 truk yang menuju NPCT 1. Sistem operasi yang ada di terminal dan di Common Area pintu masuk menuju NPCT 1 dipastikan normal tanpa kendala,” ungkapnya.

    Di samping itu, tidak terdapat hambatan yang terjadi akibat dari error sistem, baik di gate pelabuhan maupun di Terminal Petikemas Pelabuhan Priok. Dipastikan bahwa kegiatan bongkar muat kapal berjalan lancar tanpa ada kendala.

    (igo/fdl)