Produk: bitcoin

  • Rupiah Melemah, Warga Mulai Lirik Kripto? Ini Strategi Cerdas Investasi ala Upbit!

    Rupiah Melemah, Warga Mulai Lirik Kripto? Ini Strategi Cerdas Investasi ala Upbit!

    Jakarta: Saat nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat, banyak masyarakat mulai mencari jalan alternatif untuk menjaga daya beli dan nilai kekayaan mereka. 
     
    Salah satu opsi yang makin dilirik adalah investasi aset kripto.
     
    Menurut Chief Operating Officer (COO) Upbit Indonesia, Resna Raniadi, tren ini cukup masuk akal. Pasalnya, kripto punya karakteristik unik yang tidak terpengaruh langsung oleh kebijakan moneter lokal.

    “Dalam kondisi seperti ini, aset digital, termasuk stablecoin dan aset kripto utama, mulai dipertimbangkan sebagai opsi untuk menjaga nilai aset atau sebagai diversifikasi portofolio,” kata Resna dilansir Antara, Selasa, 15 April 2025.
     

    Kenapa kripto jadi menarik saat rupiah melemah?
    Saat nilai tukar rupiah makin tergerus, masyarakat makin waspada terhadap inflasi dan penurunan daya beli. Di tengah kondisi ini, stablecoin muncul sebagai salah satu pilihan aman. 
     
    Nilainya dipatok terhadap mata uang fiat seperti dolar AS, dan biasanya didukung cadangan dalam jumlah yang sama. Alhasil, stablecoin relatif stabil dibanding aset kripto lain yang volatil.
     
    Selain stablecoin, Bitcoin dan Ethereum tetap jadi primadona di dunia kripto. Keduanya dianggap lebih tangguh karena berkapitalisasi besar, terdesentralisasi, dan punya potensi pertumbuhan jangka panjang.
    Strategi investasi kripto saat rupiah tertekan
    Agar tak salah langkah, Upbit Indonesia membagikan beberapa strategi aman untuk masyarakat yang ingin masuk ke dunia kripto, seperti diiversifikasi portofolio, pahami aset yang dibeli, dan kelola risiko secara bijak.
     
    “Pengelolaan risiko dan pemahaman terhadap aset yang dibeli adalah kunci,” ujar Resna.
     
    Pelemahan rupiah memang bikin khawatir, tapi bukan berarti kamu nggak bisa bersikap proaktif. 
     
    Dengan strategi yang tepat, investasi kripto bisa jadi solusi untuk lindungi nilai aset di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Kebijakan Tarif Trump Bikin Waswas, Investor Kripto Beralih ke Stablecoin

    Kebijakan Tarif Trump Bikin Waswas, Investor Kripto Beralih ke Stablecoin

    JAKARTA – Ketidakpastian global kembali meningkat seiring kebijakan tarif besar-besaran yang diumumkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terhadap negara-negara mitra dagang. 

    “Situasi makro saat ini memaksa investor untuk lebih berhati-hati, terutama terhadap aset berisiko,” ujar Wan Iqbal, Chief Marketing Officer Tokocrypto dalam pernyataannya dikutip Minggu, 13 April. 

    Bitcoin bahkan sempat turun lebih dari 25 persen dari harga tertingginya. Dan menurut Iqbal, Investor cenderung memilih aset yang lebih aman seperti bitcoin dan stablecoin, sambil menjauhi altcoin yang lebih berisiko.

    Di tengah isu ini, Tokocrypto melihat bahwa investor kripto di Indonesia terlihat mulai beralih ke aset yang lebih stabil seperti stablecoin, khususnya Tether (USDT). 

    Menurut data yang dihimpun dari CoinMarketCap, volume perdagangan USDT di tiga bursa kripto terbesar Indonesia telah melampaui angka 7 miliar dolar AS sejak awal 2024. 

    Sedangkan di Tokocrypto sendiri, pasangan perdagangan USDT/IDR menyumbang lebih dari 25 persen dari total volume harian dalam 24 jam terakhir.

    “Selain menawarkan stabilitas harga, USDT juga digunakan investor sebagai alat lindung nilai terhadap volatilitas rupiah. Dominasi ini juga memperkuat posisi USDT sebagai gateway untuk masuk ke berbagai platform DeFi atau aplikasi crypto lainnya,” jelas Iqbal.

    Melihat kondisi pasar saat ini, Iqbal merekomendasikan beberapa pendekatan strategis untuk para investor. Pertama, investor disarankan untuk fokus pada aset mayor seperti Bitcoin, penggunaan strategi Dollar Cost Averaging (DCA), serta menghindari altcoin spekulatif. 

    “Selain itu, diversifikasi sebagian portofolio ke stablecoin seperti USDT atau USDC dapat menjadi langkah protektif terhadap depresiasi Rupiah,” tambahnya. 

    Bagi investor yang tetap ingin menjaga imbal hasil, investor bisa mengeksplorasi produk staking yang bisa menjadi opsi untuk menjaga cash flow selama periode volatilitas. 

    Namun, penting untuk tetap memperhatikan aspek likuiditas dan risiko lock-up, agar strategi ini tetap sejalan dengan kebutuhan jangka pendek dan tujuan investasi masing-masing.

    “Dalam situasi seperti sekarang, penting bagi investor untuk tetap waspada dan mengambil langkah cerdas dalam mengelola portofolio mereka,” tutupnya.

  • XRP Diprediksi Melampaui Ethereum pada 2028

    XRP Diprediksi Melampaui Ethereum pada 2028

    Jakarta: Pasar cryptocurrency dalam beberapa hari terakhir mendapat tekanan kuat di tengah kekhawatiran kebijakan tarif Trump. Bahkan, Standart Chartered beranalisa bahwa XRP akan melewati Ethereum yang saat ini masih terperangkap tekanan.
     
    Harga ETH pada beberapa hari terakhir mengalami penurunan yang tajam, sehingga ada analisa yang menyatakan apakah Ethereum akan mencapai USD1.000 yang berarti berada di bawah titik psikologis dan historis.
     
    Standard Chartered: XRP siap unggul, potensi melebihi Ethereum pada 2028
    Di tengah meningkatnya ketegangan dalam perdagangan global, Standard Chartered melihat peluang positif bagi investor crypto, mendorong mereka untuk memperhatikan pemenang jangka panjang yang akan mendapatkan keuntungan dari gangguan ini.
     
    Keributan tarif Trump menciptakan kesempatan untuk menemukan nilai jangka panjang/memilih pemenang di Aset Digital dalam langkah berikutnya yang lebih tinggi. Hari ini, XRP masuk ke dalam daftar pemenang, bersama BTC dan AVAX.

    Sementara ETH akan terus mengalami penurunan. Penggunaan utama XRP adalah sebagai platform untuk pembayaran internasional dan multi-mata uang. Segmen Aset Digital ini mengalami peningkatan volume, yang diperkirakan akan terus berlanjut. 
     
    Standart Chartered memprediksi bahwa pada akhir tahun 2028, kapitalisasi pasar XRP bisa melebihi Ethereum. Ini akan menjadikan XRP sebagai Aset Digital terbesar kedua (bukan stablecoin) saat itu. Lanjutkan untuk mencari pemenang dan HODLing.
     
    Geoff Kendrick, Kepala Riset Aset Digital di Standard Chartered, menunjukkan keberlanjutan Bitcoin sebagai indikator bagi apa yang akan terjadi di pasar crypto secara keseluruhan. Ia juga menyoroti poin penting terkait performa terbaru XRP.
     
    Harga XRP melonjak enam kali lipat dalam dua bulan setelah kemenangan pemilu Trump, yang menjadikannya sebagai yang terkuat di antara 15 aset digital teratas berdasarkan kapitalisasi pasar. Ini mencerminkan ekspektasi pasar bahwa SEC akan menarik kembali bandingnya terhadap keputusan pengadilan terkait Ripple. 
     
     

     
    Juga penting untuk dicatat bahwa Ripple baru-baru ini mengumumkan akuisisi broker terkemuka Hidden Road senilai USD1,25 miliar untuk memperluas layanan kepada institusi. Namun, Kendrick meyakini bahwa faktor fundamental yang menjadi pendorong momentum XRP, bukan hanya politik.
     
    Ia juga meyakini XRP berada di posisi yang unik sebagai salah satu penggunaan aset digital yang tumbuh paling cepat, yang memfasilitasi pembayaran internasional dan multi-mata uang. Dalam hal ini, XRPL memiliki kesamaan dengan penggunaan utama untuk stablecoin seperti Tether.
     
    Transaksi berbasis blockchain yang selama ini dilakukan melalui lembaga keuangan tradisional (TradFi). Penggunaan stablecoin telah meningkat 50 persen setiap tahun dalam dua tahun terakhir, dan memperkirakan transaksi stablecoin akan meningkat sepuluh kali lipat dalam empat tahun mendatang.
     
    Langkah baru dari Tether: Stablecoin kelas institusi menargetkan pasar AS
    Dengan adopsi yang semakin marak di kalangan institusi, rencana Tether untuk meluncurkan stablecoin kelas institusi yang fokus pada AS dapat menjadi langkah penting bagi stablecoin dan langkah maju menuju integrasi crypto ke dalam arus utama.
     
    Charles Wayn, salah satu pendiri super-app Web3 terdesentralisasi Galxe, menyatakan berita mengenai Tether yang merencanakan peluncuran stablecoin untuk institusi di pasar Amerika sangat menggembirakan bagi sektor crypto. 
     
    Tether telah menjadi pelopor dalam dunia stablecoin, dimulai dengan peluncuran produk pertamanya pada 2014. Produk utama mereka USDT, kini menjadi cryptocurrency terbesar ketiga di dunia. USDT belum pernah menjalani audit resmi, yang mengakibatkan seringnya muncul pertanyaan mengenai laporan keuangannya. 
     
    Walaupun begitu, ini tetap menjadi pilihan utama di kalangan industri, terbukti dengan kapitalisasi pasarnya yang melebihi USD144 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan USDC yang memiliki ukuran sekitar USD60 miliar.
     
    Wayn meyakini bahwa tindakan ini, ditambah dengan komitmen Tether terhadap transparansi, akan menempatkan perusahaan sebagai pemimpin di masa depan dalam penerimaan crypto oleh institusi. Meskipun USDT, sayangnya, tidak memenuhi standar baru UE mengenai stablecoin di bawah MiCA, produk terbaru ini mungkin dirancang untuk mematuhi regulasi yang akan datang dari AS. 
     
     

     
    Ia juga mencatat bahwa perkembangan dari pihak institusional, yang didorong oleh perusahaan seperti BlackRock, menguatkan argumen bahwa saat ini adalah waktu yang krusial untuk perkembangan stablecoin dan stabilitas pasar secara umum.
     
    BlackRock semakin aktif di pasar dengan membeli Bitcoin senilai USD66 juta pekan lalu, bersamaan dengan pertumbuhan pesat dari dana RWA BUIDL, penerimaan institusi kini tengah mengalami percepatan.
     
    Byte-Sized Alpha 

    Para analis memperingatkan bahwa kemungkinan kembalinya Quantitative Easing pada 2025 dapat memicu rally besar pada aset crypto, berpotensi mendorong Bitcoin mendekati angka USD1 juta dan membawa lonjakan pada altcoin.
    Meskipun tidak ada arus masuk ke dalam ETF Bitcoin dan minat terhadap futures yang menurun menunjukkan bahwa kepercayaan investor menurun, namun peningkatan dalam kontrak put dan tingkat pendanaan positif menunjukkan adanya optimisme yang hati-hati.
    Galaxy Digital mendapatkan persetujuan dari SEC untuk melakukan restrukturisasi dan menuju pencatatan di Nasdaq pada Mei 2025, menandakan pemulihan kepercayaan terhadap aset crypto di tengah dukungan regulasi yang membaik di AS.
    Penelitian dari Binance mencatat bahwa dalam periode tarif, token RWA telah mengungguli Bitcoin, karena meningkatnya tekanan ekonomi makro yang mengurangi fungsi BTC sebagai aset diversifikasi.
    Penghentian pembelian Bitcoin oleh MicroStrategy minggu lalu, ditengah kerugian yang belum terealisasi sebesar USD5,91 miliar, menunjukkan adanya kehati-hatian yang semakin meningkat dan memunculkan pertanyaan seputar likuiditas, utang, dan kepercayaan institusional secara umum.
    Potensi penurunan suku bunga oleh Fed bisa memberikan angin segar bagi aset crypto, meningkatkan selera risiko dan melemahkan nilai dolar, tetapi ketidakpastian masih ada di tengah sikap skeptis dari Larry Fink.

     

    Pergerakan harga XRP 
    Dilansir dari Pintu Market, harga XRP hari ini adalah Rp33.509 dengan volume perdagangan mencapai Rp262,59 triliun, yang mencerminkan peningkatan sebesar 12,11 persen jika dibandingkan dengan sehari yang lalu.
     
    Tren bearish yang ada cukup untuk menghapus euforia atas peluncuran ETF XRP oleh Teucrium di AS. Jika keadaan ini berlanjut, tekanan penjualan terhadap XRP bisa menjadi semakin serius. XRP masih terperangkap di bawah garis tren menurun sejak awal Maret, dan kemungkinan penurunan lebih lanjut menuju USD1,70 terlihat semakin tinggi.
     
    Namun, jika XRP berhasil merebut kembali dukungan di USD2,02, itu dapat menjadi tanda pembalikan dari tren bearish. Jika pemantulan dari titik ini berhasil, harga bisa melewati USD2,14, membatalkan proyeksi bearish dan memungkinkan altcoin ini untuk keluar dari tren penurunan.
     
    Sementara itu, XRP mencatat harga tingkat tertinggi sepanjang sejarahnya di USD3,40 dan harga terendah sepanjang masa di USD0,002686. Saat ini, harganya berada 47,04 persen lebih rendah dari puncak itu dan 66.904,74 persen lebih tinggi dari titik terendahnya.
     
    Untuk kapitalisasi pasar XRP saat ini adalah USD104.689.833.041. Nilai kapitalisasi pasar dihitung dengan mengalikan harga per token dengan jumlah total token XRP yang beredar, yaitu 58 miliar token yang siap diperdagangkan saat ini.
     
    Perlu diingat, semua aktivitas jual beli crypto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi karena sifat crypto dengan harga yang fluktuatif.
     
    Maka dari itu, selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan gunakan dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat (uang dingin) sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab para trader dan investor. 
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)

  • IHSG Jeblok, Ini Saran Pakar untuk Investor Pemula

    IHSG Jeblok, Ini Saran Pakar untuk Investor Pemula

    Liputan6.com, Yogyakarta Kondisi ekonomi global dan melemahnya harga komoditas yang turut membuat Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG jeblok dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi ini menurut Kepala Departemen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, I Wayan Nuka Lantara adalah waktu yang tepat untuk membeli saham terutama investor pemula yang belajar berinvestasi.

    “Sekarang ini sebenarnya justru bisa jadi waktu yang bagus untuk masuk, karena harga saham sedang diskon. Tetapi bukan berarti asal beli. Pilih yang fundamentalnya kuat dan masa depannya masih cerah,” ujarnya saat diwawancarai di Kampus UGM, Selasa (9/4/2025).

    Menurutnya, sebelum memulai investasi dengan membeli saham masyarakat juga harus bijak dalam mengelola keuangannya dengan memastikan kebutuhan konsumsi terpenuhi, memiliki dana darurat yang cukup, baru kemudian mengalokasikan dana untuk investasi. Hal ini berkaitan dengan istilah ‘mantap’ atau makan tabungan yang saat ini tengah marak. “Kalau tabungan tipis dan pemula melakukan investasi tanpa dikalkulasikan, akan jebol juga,” ujarnya soal membeli saham.

    Dalam investasi menurutnya bukan soal keberuntungan atau tren sesaat. Terlebih, dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil, sehingga keputusan emosional ingin memburu cuan akan dapat memperbesar risiko. “Jangan sampai keinginan untuk untung besar membuat orang mengorbankan prinsip dasar. Punya penghasilan 10 juta tetapi 9 juta diinvestasikan semua, bahkan sampai berani pinjam, itu sangat tidak disarankan,” tegasnya.

    Sebab, Wayan melihat anomali pasar terkait produk investasi belakangan ini seperti, harga emas yang sempat naik, namun turun lagi di tengah pelemahan ekonomi global. Ia juga menyebut jatuhnya nilai Bitcoin dan saham teknologi di Amerika Serikat yang turut anjlok dengan portofolio merah di berbagai tempat.

    Beberapa fenomena ini, menjadi ukuran bahwa pola-pola lama tidak lagi dapat menjadi patokan mutlak. Di tengah kondisi ketidakpastian ini menurutnya investasi tetap penting untuk menjaga daya beli dalam jangka panjang. Jika uang hanya disimpan untuk konsumsi, nilainya akan terus tergerus oleh inflasi. “Satu-satunya cara membangun ‘sekoci’ masa depan ya tetap lewat investasi,” tuturnya.

    Wayan memberikan ramalan tren pasar setidaknya untuk tiga bulan ke depan berdasarkan analisa pengamatannya yang tidak melihat adanya sinyal positif yang kuat, bahkan cenderung mengarah pada pesimisme. Jika sentimen tersebut tidak berhenti, kondisi ini membahayakan. Sehingga ia mendorong pemerintah melakukan pengkajian fundamental dan pemetaan ulang terhadap sektor ekspor nasional yang masih bertumpu pada komoditas seperti batubara dan nikel. “Kita perlu segera mencari celah baru di tengah tekanan global,” pesannya berkaitan dengan investasi salah satunya membeli saham.

     

  • Video: Prospek Investasi Bitcoin Cs Saat Trump “Kobarkan” Perang Tarif

    Video: Prospek Investasi Bitcoin Cs Saat Trump “Kobarkan” Perang Tarif

    Jakarta, CNBC Indonesia- Langkah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang melakukan penundaan tarif terhadap banyak negara selama 90 hari mampu menjadi pendongkrak harga aset kripto.

    Dilansir data coinmarketcap.com, pada hari ini Kamis (10/4/2025) pukul 09:30 WIB, Bitcoin naik 8,42% ke angka USD82.314 dalam 24 jam terakhir. Begitu pula dengan Ethereum yang terbang 13,46%.

    Di tengah gejolak pasar imbas perang dagang Donald Trump, Direktur Utama PT Sentra Bitwewe Indonesia, Hamdi Hassyarbaini melihat prospek investasi aset kripto khususnya Bitcoin.

    Selain itu pemerintahan Trump yang “cenderung” pro-kripto menjadi sentimen positif bagi peningkatan harga Bitcoin.

    Seperti apa prospek investasi kripto di masa perang dagang? Selengkapnya simak dialog Safrina Nasution dengan Direktur Utama PT Sentra Bitwewe Indonesia, Hamdi Hassyarbaini dalam Profit,CNBCIndonesia (Jum’at, 11/04/2025)

  • Bukan Emas, Ini Aset yang Diam-diam Jadi Andalan Investor saat Ketidakpastian Global

    Bukan Emas, Ini Aset yang Diam-diam Jadi Andalan Investor saat Ketidakpastian Global

    Jakarta: Aset kripto dinilai bisa menjadi peluang investasi baru di tengah gejolak ekonomi global dan kebijakan tarif baru Amerika Serikat (AS) yang mengguncang pasar keuangan dunia. Selain itu, aset kripto juga menjadi instrumen investasi yang paling dilirik oleh generasi muda. 
     
    Chief Technology Officer Indodax William Sutanto mengatakan, kripto mulai menjadi alternatif yang mulai dilirik.
     
    “Volatilitas bukan sekadar risiko, melainkan celah strategis bagi investor yang memahami arah pergerakan pasar,” ujar dia dilansir Antara, Sabtu, 12 April 2025.

    Ia menambahkan kebijakan tarif baru AS yang menyasar mitra dagang utama telah menciptakan efek domino di berbagai sektor, termasuk pasar saham dan aset kripto.
     
    William pun menilai meskipun volatilitas tinggi, Bitcoin sudah membuktikan diri menjadi aset kripto yang sudah teruji sebagai aset lindung nilai yang diadopsi oleh negara-negara maju.
     
    “Bitcoin memiliki fundamental yang berbeda dengan aset keuangan konvensional. Justru di tengah ketidakpastian global, aset kripto seperti Bitcoin bisa menjadi alternatif diversifikasi investasi,” jelas dia.
     

     
    Ia menjelaskan bahwa volatilitas yang terjadi saat ini seringkali dimanfaatkan oleh investor berpengalaman untuk masuk di harga rendah dan mengambil posisi strategis jangka panjang.
     
    Di lain sisi, William mencatat adanya peningkatan volume transaksi kripto hingga 30–50 persen di market kripto dalam seminggu terakhir, terutama saat pasar mengalami koreksi, menunjukkan tingginya antusiasme investor dalam memanfaatkan momentum pasar.
     
    William pun mengutip laporan dari salah satu perusahaan riset kripto global yang menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat adopsi kripto tertinggi ketiga di dunia. 
     
    Adanya 22,9 juta investor kripto per 2024, ia optimistis bahwa masa depan industri ini akan semakin cerah.
     
    “Minat masyarakat Indonesia terhadap kripto sangat tinggi. Kami percaya, dengan kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan edukasi yang masif, Indonesia bisa menjadi pusat pertumbuhan kripto di Asia Tenggara,” tutur dia.
    Minat generasi muda terhadap aset kripto
    Sementara itu menanggapi fenomena minat generasi muda terhadap kripto, dia mengingatkan pentingnya edukasi dan strategi investasi yang bijak. 
     
    Investasi di kripto, imbuh dia memiliki potensi tinggi, namun tetap mengandung risiko yang tidak bisa diabaikan.
     
    “Gunakan dana dingin, yakni dana yang tidak mengganggu kebutuhan utama sehari-hari. Jangan gunakan dana penting seperti dana pendidikan atau kesehatan untuk berinvestasi di aset kripto,” ungkap dia.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Investor Kripto Diajak Jeli Membaca Peluang di Tengah Gejolak Ekonomi Dunia – Halaman all

    Investor Kripto Diajak Jeli Membaca Peluang di Tengah Gejolak Ekonomi Dunia – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Investor aset kripto diajak untuk tetap membaca peluang, di tengah gejolak ekonomi global dan kebijakan tarif baru Amerika Serikat yang mengguncang pasar keuangan dunia.

    Chief Technology Officer Indodax, William Sutanto, menyampaikan, volatilitas yang saat ini terjadi bukan sekadar risiko, melainkan celah strategis bagi investor yang memahami arah pergerakan pasar.

    Ia menambahkan, kebijakan tarif baru Amerika Serikat yang menyasar mitra dagang utama telah menciptakan efek domino di berbagai sektor, termasuk pasar saham dan aset kripto.

    William menilai meskipun volatilitas tinggi, Bitcoin sudah membuktikan diri menjadi aset kripto yang sudah teruji sebagai aset lindung nilai yang diadopsi oleh negara-negara maju.

    “Bitcoin memiliki fundamental yang berbeda dengan aset keuangan konvensional. Justru di tengah ketidakpastian global, aset kripto seperti Bitcoin bisa menjadi alternatif diversifikasi investasi,” ujar William dikutip Sabtu (12/4/2025).

    Ia menjelaskan, volatilitas yang terjadi saat ini seringkali dimanfaatkan investor berpengalaman untuk masuk di harga rendah dan mengambil posisi strategis jangka panjang.

    Di lain sisi, William juga mencatat adanya peningkatan volume transaksi kripto hingga 30–50 persen di market kripto dalam seminggu terakhir, terutama saat pasar mengalami koreksi. Ini menunjukkan tingginya antusiasme investor dalam memanfaatkan momentum pasar.

    Selain itu, menanggapi fenomena minat generasi muda terhadap kripto, William mengingatkan pentingnya edukasi dan strategi investasi yang bijak.

    Ia menekankan, investasi di kripto memiliki potensi tinggi, namun tetap mengandung risiko yang tidak bisa diabaikan.

    “Gunakan dana dingin, yakni dana yang tidak mengganggu kebutuhan utama sehari-hari. Jangan gunakan dana penting seperti dana pendidikan atau kesehatan untuk berinvestasi di aset kripto,” tegasnya.

     

  • Bitcoin jadi peluang investasi jangka panjang di tengah krisis global

    Bitcoin jadi peluang investasi jangka panjang di tengah krisis global

    Jakarta (ANTARA) – Aset kripto dinilai menjadi peluang investasi baru di tengah gejolak ekonomi global dan kebijakan tarif baru Amerika Serikat (AS) yang mengguncang pasar keuangan dunia.

    Ketika banyak investor dilanda ketidakpastian, menurut Chief Technology Officer Indodax William Sutanto dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu bahwa kripto hadir sebagai alternatif yang mulai dilirik, terutama oleh generasi muda yang melek teknologi dan cermat membaca momentum.

    “Volatilitas bukan sekadar risiko, melainkan celah strategis bagi investor yang memahami arah pergerakan pasar,” ujarnya.

    Ia menambahkan bahwa kebijakan tarif baru AS yang menyasar mitra dagang utama telah menciptakan efek domino di berbagai sektor, termasuk pasar saham dan aset kripto.

    William menilai meskipun volatilitas tinggi, Bitcoin sudah membuktikan diri menjadi aset kripto yang sudah teruji sebagai aset lindung nilai yang diadopsi oleh negara-negara maju.

    “Bitcoin memiliki fundamental yang berbeda dengan aset keuangan konvensional. Justru di tengah ketidakpastian global, aset kripto seperti Bitcoin bisa menjadi alternatif diversifikasi investasi,” ujarnya.

    Ia menjelaskan bahwa volatilitas yang terjadi saat ini seringkali dimanfaatkan oleh investor berpengalaman untuk masuk di harga rendah dan mengambil posisi strategis jangka panjang.

    Di lain sisi, William mencatat adanya peningkatan volume transaksi kripto hingga 30–50 persen di market kripto dalam seminggu terakhir, terutama saat pasar mengalami koreksi, menunjukkan tingginya antusiasme investor dalam memanfaatkan momentum pasar.

    Pada kesempatan itu William mengutip laporan dari salah satu perusahaan riset kripto global yang menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat adopsi kripto tertinggi ketiga di dunia.

    Adanya 22,9 juta investor kripto per 2024, ia optimistis bahwa masa depan industri ini akan semakin cerah.

    “Minat masyarakat Indonesia terhadap kripto sangat tinggi. Kami percaya, dengan kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan edukasi yang masif, Indonesia bisa menjadi pusat pertumbuhan kripto di Asia Tenggara,” katanya.

    Sementara itu menanggapi fenomena minat generasi muda terhadap kripto, dia mengingatkan pentingnya edukasi dan strategi investasi yang bijak.

    Investasi di kripto, imbuh dia memiliki potensi tinggi, namun tetap mengandung risiko yang tidak bisa diabaikan.

    “Gunakan dana dingin, yakni dana yang tidak mengganggu kebutuhan utama sehari-hari. Jangan gunakan dana penting seperti dana pendidikan atau kesehatan untuk berinvestasi di aset kripto,” ujarnya.

    Pewarta: Subagyo
    Editor: Iskandar Zulkarnaen
    Copyright © ANTARA 2025

  • Demi lindungi nilai, investor ramai-ramai borong emas dan bitcoin

    Demi lindungi nilai, investor ramai-ramai borong emas dan bitcoin

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Demi lindungi nilai, investor ramai-ramai borong emas dan bitcoin
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 08 April 2025 – 22:56 WIB

    Elshinta.com – Di tengah ketidakpastian global, pasar kembali memalingkan wajahnya ke aset safe haven yang telah berusia ribuan tahun yakni logam mulia, emas.

    Maka jika lonjakan harga emas spot hampir satu persen hari ini bukan hanya refleksi dari kepanikan jangka pendek akibat perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok, tetapi juga sinyal yang lebih dalam tentang bagaimana pasar mulai mendefinisikan ulang fungsi emas di era ekonomi yang terfragmentasi dan tidak pasti.

    Konteksnya sederhana namun mengkhawatirkan. Ketika Presiden AS Donald Trump melontarkan ultimatum kepada Beijing untuk mencabut tarif balasan sebesar 34 persen atau menghadapi tambahan tarif 50 persen, pasar global langsung tersentak.

    Bukan karena pernyataan itu tak terduga, tapi karena timing dan skalanya yang memaksa pelaku pasar mempertimbangkan kembali asumsi-asumsi dasar yang selama ini menopang perdagangan global.

    Harga emas, yang sebelumnya sempat tergelincir ke titik terendah empat pekan karena semu harapan akan meredanya ketegangan, kini kembali melesat ke atas 3.000 dolar AS per ons.

    Zain Vawda, analis di MarketPulse dari OANDA dalam pernyataannya kepada Reuters mengatakan, emas kembali menguat didukung oleh pelemahan dolar AS dan ketidakpastian yang terus berlanjut terkait perkembangan perang dagang.

    Kenaikan harga emas ini juga tidak semata reaksi spontan. Ini adalah refleksi dari krisis kepercayaan terhadap sistem yang selama dua dekade terakhir menjadi fondasi globalisasi, stabilitas tarif, prediktabilitas kebijakan, dan kepastian rantai pasok.

    Dalam lanskap seperti ini, emas tak lagi dilihat hanya sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi atau pelarian modal jangka pendek.

    Ia mulai diposisikan sebagai jangkar nilai dalam sistem yang sedang mencari titik keseimbangannya kembali.

    Investor cerdas memahami bahwa risiko yang dihadapi saat ini bukan lagi volatilitas biasa, melainkan kemungkinan restrukturisasi menyeluruh terhadap arsitektur ekonomi dunia. Dengan kata lain, emas mulai dilihat sebagai alat lindung nilai lintas siklus dan lintas sistem.

    Inilah mengapa banyak manajer investasi atau analisis pasar yang terus menyarankan agar eksposur terhadap emas spot setidaknya berkisar antara 5 hingga 10 persen dari total portofolio.

    Ini bukan semata strategi defensif, tetapi bentuk kesiapan menghadapi kemungkinan masa depan yang tak bisa lagi dijelaskan dengan model-model ekonomi lama.

    Sementara itu, untuk emas berjangka, meski banyak yang melewatkan sebagian keuntungan karena harga sempat menembus 3.200, pendekatan konservatif tetap menjadi prinsip utama dalam menghadapi pasar yang rentan terhadap kejutan geopolitik.

    Konsolidasi Bitcoin

    Namun, narasi emas sebagai pelindung nilai tak bisa berdiri sendiri. Seseorang juga harus melihat bagaimana Bitcoin, sebagai aset digital yang sering dijuluki “emas versi milenial”, bereaksi terhadap tekanan pasar.

    Analis Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan, kebijakan tarif Trump menekan Bitcoin pada awal April 2025, turun ke level 83.000 dolar AS walaupun sempat naik  ke level 87.000 dolar AS saat pengumuman awal.

    Hingga berlanjut sempat menyentuh titik terendah di 74.604 dolar AS, dan kini mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan kembali naik ke atas 79.000 dolar.

    Meski dalam jangka pendek masih mencatat penurunan 3,1 persen dan telah terkoreksi hampir 30 persen dari puncaknya di awal tahun, struktur pergerakannya mengisyaratkan sesuatu yang berbeda, ini bukan kehancuran, tapi lebih serupa fase konsolidasi.

    Koreksi tajam seperti ini kerap kali menjadi filter alami terhadap modal spekulatif jangka pendek. Dalam konteks pasar bullish, koreksi semacam ini justru membuka ruang bagi penguatan yang lebih sehat. Indikator Exchange Inflow Coin Days Destroyed (CDD), yang melacak pergerakan koin lama ke bursa, menunjukkan lonjakan tajam.

    Banyak analis melihat ini sebagai sinyal bahwa investor jangka panjang tengah mempertimbangkan profit taking.

    Namun sejarah menunjukkan bahwa lonjakan indikator CDD justru sering kali terjadi di tengah fase konsolidasi sebelum tren naik berikutnya.

    Dengan kata lain, Bitcoin sedang mengalami proses “pembersihan”, di mana posisi-posisi lemah disingkirkan demi membuka ruang bagi kelanjutan tren naik.

    Ini bukan tanda bahwa pasar kehilangan kepercayaan terhadap aset digital ini, melainkan proses alamiah dari siklus pembentukan harga.

    Fenomena koin lama yang kembali berpindah tangan lebih mencerminkan keputusan rasional untuk merealisasikan keuntungan, bukan eksodus karena ketakutan mendasar terhadap masa depan teknologi blockchain atau aset kripto itu sendiri.

    Persamaan antara emas dan Bitcoin dalam konteks ini sangat menarik. Keduanya sedang menguji batas peran masing-masing dalam lanskap ekonomi baru.

    Jika emas mulai dilihat sebagai jangkar nilai sistemik di tengah hancurnya kepercayaan terhadap stabilitas geopolitik, maka Bitcoin tengah berevolusi dari sekadar aset spekulatif menjadi bagian dari infrastruktur finansial yang sedang tumbuh.

    Kedua aset ini tidak berada dalam kompetisi, melainkan saling melengkapi sebagai dua sisi dari mata uang yang sama yakni pencarian akan nilai yang tahan terhadap guncangan dunia.

    Manusia saat ini hidup di zaman ketika kesepakatan internasional dapat runtuh dalam satu cuitan, ketika tarif dapat berubah dalam hitungan jam, dan ketika sistem yang dibangun atas dasar efisiensi mulai digantikan oleh sistem berbasis resiliensi.

    Dalam dunia seperti ini, pendekatan investasi tak lagi cukup hanya berbasis logika pertumbuhan. Investor harus mulai berpikir dalam kerangka perlindungan nilai, diversifikasi ekstrem, dan adaptasi terhadap disrupsi sistemik.

    Emas dan Bitcoin, dalam caranya masing-masing, menawarkan bukan hanya perlindungan tetapi juga refleksi bahwa dunia saat ini sedang berubah, dan bahwa strategi masa depan bukan tentang meramal arah pasar, tapi memahami logika baru yang sedang terbentuk di bawah permukaan.

    Sumber : Antara

  • Bitcoin Ambruk! Harga Kripto Anjlok Setelah Tarif Trump Dirilis

    Bitcoin Ambruk! Harga Kripto Anjlok Setelah Tarif Trump Dirilis

    Jakarta: Bitcoin dan pasar kripto global mengalami koreksi tajam setelah Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru yang menyasar mitra dagang utama AS. 
     
    Apa yang sebenarnya terjadi?
     
    Bitcoin mendadak tergelincir tajam hingga 12 persen hanya dalam beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan banjir tarif terhadap sejumlah negara. Langkah ini memicu efek domino, tak hanya ke saham, tapi juga ke aset kripto seperti Ethereum, XRP, dan Solana.

    Trump menargetkan impor dari Tiongkok, Jepang, dan Vietnam, yang langsung mengundang respons negatif dari pasar. Investor cemas bahwa langkah ini akan mengganggu rantai pasok global, memicu inflasi, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.
     
    Merangkum artikel Fortune, Selasa, 8 April 2025, dalam 24 jam terakhir, Bitcoin sempat menyentuh level terendah di USD74.700, menghapus seluruh lonjakan harga pasca-kemenangan Trump di pemilu 2024.
     

    Kripto rontok
    Kejatuhan Bitcoin bukan satu-satunya. Aset digital lain ikut terkoreksi, seperti Ethereum (ETH) turun 10 persen, XRP turun 9 persen, dan Solana (SOL) turun 7 persen.
     
    Kapitalisasi pasar kripto global menyusut drastis dari USD2,72 triliun menjadi USD2,47 triliun, atau turun sekitar 9 persen hanya dalam waktu singkat. 
     
    Aksi jual massal ini mencerminkan kepanikan pasar terhadap gejolak ekonomi global yang dipicu tarif perdagangan.
     

    Apa kata pakar?
    Tarif Trump diperkirakan akan mengganggu rantai pasokan global, meningkatkan inflasi, dan berpotensi memicu resesi dengan membuat harga barang-barang asing menjadi lebih tinggi. 
     
    Meskipun Bitcoin disebut-sebut oleh beberapa pemimpin industri sebagai lindung nilai inflasi, Bitcoin juga sering kali dipandang oleh penasihat keuangan dan investor ritel sebagai aset berisiko seperti saham dan komoditas. 
     
    Hal itu membuat para investor mempersiapkan diri untuk menghadapi konsekuensi ekonomi dengan melepas kepemilikan kripto mereka untuk membatasi jumlah risiko dalam portofolio mereka.
     
    “Penurunan pasar kripto mencerminkan sentimen penghindaran risiko yang lebih luas. Ini bukan eksodus dari kripto, tetapi kalibrasi ulang yang digerakkan oleh makro,” kata Ekonom Global Bursa Kripto Kraken, Thomas Perfumo.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)