Produk: bitcoin

  • Ramai Investasi Kripto? Waspadai Penipuan Berkedok Cuan Instan!

    Ramai Investasi Kripto? Waspadai Penipuan Berkedok Cuan Instan!

    Jakarta: Dunia investasi kripto kembali ramai peminat. Banyak orang tergiur dengan potensi cuan besar dari aset digital seperti Bitcoin, Ethereum, hingga berbagai altcoin baru. 
     
    Tapi, di balik potensi keuntungan itu ada satu hal yang tak kalah penting yaitu waspada terhadap penipuan!
     
    Seiring naiknya antusiasme terhadap kripto, berbagai modus scam dan penipuan digital juga ikut bermunculan. Sayangnya, banyak korban terjebak karena tergiur janji manis keuntungan instan tanpa memahami risikonya.
     

    Jenis-jenis penipuan kripto yang harus kamu waspadai
    Menurut laporan dari Pintu Academy, platform edukasi dari aplikasi PINTU, penipuan di dunia kripto kini semakin beragam dan canggih. Berikut beberapa modus yang perlu kamu waspadai:

    1. Tawaran hadiah koin gratis

    Seringkali scammer menawarkan koin gratis sebagai iming-iming. Padahal, ini hanya akal-akalan untuk mencuri data pribadi atau akses wallet kamu.

    2. Akun palsu influencer

    Jangan mudah percaya dengan akun media sosial yang mengatasnamakan tokoh kripto populer. Banyak akun palsu yang sengaja dibuat untuk menipu pengikutnya dengan ajakan investasi bodong.

    3. Bursa kripto palsu

    Beberapa situs bursa kripto palsu sengaja didesain mirip dengan platform asli. Jika kamu lengah, data dan dana bisa langsung raib tanpa jejak.

    4. Nomor WhatsApp penipu

    Penipuan lewat nomor WhatsApp juga semakin sering terjadi. Mereka biasanya menyamar sebagai customer service, mengajak investasi, atau mengarahkan untuk klik link tertentu.
     

    Phishing, Ransomware, hingga Pump and Dump jadi serangan canggih dunia kripto
    Modus penipuan makin berkembang ke arah yang lebih teknikal dan sulit dikenali. Salah satunya adalah phishing, yaitu penipuan lewat situs atau email palsu yang tampak seperti dari lembaga resmi. Tujuannya? Mencuri data penting kamu.

    Contoh nyatanya adalah kasus kebocoran data pengguna wallet Ledger. Para peretas menggunakan informasi korban untuk menyebarkan email dan link penipuan yang sangat meyakinkan.
     
    Selain itu, ada juga serangan ransomware, di mana file kamu dikunci dan hanya bisa dibuka setelah membayar tebusan dalam bentuk Bitcoin.
     
    Tak ketinggalan, modus lama tapi tetap marak yaitu pump and dump. Ini adalah skema di mana harga sebuah koin “bodong” dinaikkan secara buatan, lalu para pelaku menjualnya saat harga tinggi dan meninggalkan investor retail merugi.
     
    Penting bagi investor kripto, baik pemula maupun berpengalaman, agar selalu waspada dan melakukan verifikasi terhadap setiap tawaran investasi atau informasi yang diterima. 
     
    Menggunakan platform yang terdaftar di OJK seperti aplikasi PINTU dan mengedukasi diri tentang keamanan aset digital adalah langkah penting untuk menghindari kerugian.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Bitcoin sentuh Rp1,56 miliar, Indodax: Kepercayaan publik makin besar

    Bitcoin sentuh Rp1,56 miliar, Indodax: Kepercayaan publik makin besar

    Jakarta (ANTARA) – Harga Bitcoin kembali menguat dengan menembus angka 93.000 dolar AS atau sekitar Rp1,56 miliar pada pekan ini di tengah ketidakpastian makroekonomi global.

    CEO Indodax Oscar Darmawan, menilai lonjakan harga Bitcoin bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, melainkan buah dari adopsi jangka panjang dan kepercayaan publik terhadap aset digital yang semakin besar.

    “Bitcoin sedang mengalami validasi ulang sebagai aset safe haven. Ketika dunia dihantui inflasi, gejolak geopolitik, dan ketidakpastian suku bunga, justru BTC memperlihatkan ketahanannya. Ini bukan hanya tren, ini pergeseran paradigma,” ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, lonjakan harga Bitcoin kali ini tidak didominasi oleh spekulasi ritel semata, namun investor besar dan institusi menjadi pendorong utama kenaikan harga, yang berarti adopsi Bitcoin sudah memasuki fase kedewasaan baru.

    Selain itu, tambahnya, pergerakan Altcoin juga memperlihatkan tren positif meski tidak setinggi Bitcoin. Ethereum naik 13 persen dalam sepekan terakhir menjadi sekitar 1.790 dolar AS, Solana melonjak 4,2 persen di angka sekitar 151 dolar AS, dan Polygon bahkan naik hingga 10 persen di angka sekitar 4,08 dolar AS.

    Namun demikian, Oscar menyarankan agar lonjakan harga ini menjadi sinyal kuat bagi investor ritel di Indonesia untuk tidak tergesa-gesa mengambil keuntungan jangka pendek.

    Ia mengimbau agar masyarakat mulai membangun strategi investasi jangka panjang yang berlandaskan kesabaran dan kepercayaan terhadap fundamental Bitcoin.

    “Jangan tergoda untuk panic selling saat harga naik. Justru sekarang adalah saat untuk mempertahankan aset,” katanya.

    Sejarah menunjukkan, lanjutnya, mereka yang “diamond hand”, yang sabar dan tidak mudah tergoda, adalah yang meraih keuntungan terbesar.

    Ia juga mengingatkan bahwa proyeksi jangka panjang Bitcoin sangat menjanjikan. Standard Chartered masih mempertahankan prediksi bahwa harga Bitcoin bisa mencapai 200.000 dolar AS (sekitar Rp3,37 miliar) pada akhir 2025.

    Bahkan, tokoh finansial global Robert Kiyosaki memprediksi BTC bisa melampaui 350.000 dolar AS (Rp5,9 miliar) pada tahun yang sama.

    Kondisi tersebut, menurut Oscar menunjukkan masa depan aset kripto di Indonesia optimistis , seperti terlihat volume transaksi di Indodax naik 1,5 persen senilai Rp9,8 triliun dari awal bulan April yang menandakan bahwa minat masyarakat terhadap Bitcoin dan aset digital lainnya terus tumbuh.

    “Angka ini menunjukkan bahwa masyarakat kita semakin memahami pentingnya aset digital dalam portofolio investasi mereka. Adopsi bukan hanya tren luar negeri, tapi juga berkembang sangat cepat di dalam negeri,” jelasnya.

    Oscar juga menegaskan bahwa investor pemula tidak perlu menunggu “harga koreksi” untuk mulai masuk pasar. Strategi seperti Dollar Cost Averaging (DCA) dapat digunakan untuk mulai berinvestasi secara konsisten tanpa harus menebak puncak atau dasar harga.

    Pewarta: Subagyo
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Bitcoin Tembus USD93.000, Ini Pemicu dan Peluangnya untuk Investor

    Bitcoin Tembus USD93.000, Ini Pemicu dan Peluangnya untuk Investor

    Jakarta: Harga Bitcoin kembali bikin kejutan. Pada Rabu, 23 April 2025, mata uang kripto terbesar ini melonjak ke level USD93.000, naik lebih dari 5 persen hanya dalam 24 jam. 
     
    Kenaikan ini jadi sorotan karena tidak hanya Bitcoin yang menguat, tapi juga beberapa altcoin seperti Ethereum yang naik 13 persen ke level USD1.784, Solana 20 persen ke USD151, dan DOGE yang ikut hijau 18,77 persen.
     
    Tidak hanya pasar kripto, saham-saham Amerika Serikat juga terlihat rebound usai sempat terkoreksi lebih dari 2 persen sehari sebelumnya. Indeks seperti S&P 500 dan Nasdaq pun ikut menguat. Di sisi lain, harga emas justru terkoreksi sekitar 1 persen dari posisi tertingginya.
    Optimisme perdagangan AS-Tiongkok picu aksi borong aset 
    Menurut Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, kenaikan tajam harga Bitcoin dan pasar kripto dipicu oleh sentimen positif dari pernyataan Presiden Trump dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent terkait kemungkinan pelonggaran tarif terhadap Tiongkok.

    “Namun, beberapa pertimbangan mengisyaratkan bahwa reli ini bisa saja turut membawa risiko penurunan harga kembali,” ujar Fahmi dalam keterangan tertulis, Rabu, 23 April 2025.
     
    Trump menyatakan bahwa tarif 145 persen terhadap Tiongkok akan diturunkan secara substansial. Scott Bessent bahkan menyebut kebijakan tarif saat ini sebagai bentuk embargo dagang yang tak berkelanjutan. Harapannya, de-eskalasi antara dua raksasa ekonomi dunia ini akan segera terjadi.
     

    Pernyataan tersebut membuat investor lebih berani mengambil risiko dan memburu aset berisiko seperti kripto. Terutama meme coin, yang sempat jenuh jual, kini bangkit karena memiliki volume perdagangan tinggi dan likuiditas yang besar.
     
    “Kedua faktor tersebut akan memudahkan investor untuk keluar dari posisi yang diambilnya di tengah momentum yang ada jika sentimen positif yang ada dirasa mulai meredup. Akan tetapi, hal itu bukanlah satu-satunya kemungkinan yang bisa terjadi. Seperti yang kita tahu, minat investor ritel terhadap meme coin di berbagai negara cukup besar. Semakin banyaknya investor dan traders yang bergabung dengan tren yang ada dapat menahan reli untuk berlangsung lebih lama,” jelas Fahmi.
    Permintaan institusi naik
    Dalam dua hari terakhir, permintaan Bitcoin dari institusi menunjukkan pemulihan. Data Coinglass mencatat, aliran dana masuk ke ETF Bitcoin spot mencapai USD381 juta pada 21 April dan USD719 juta pada 22 April.
     
    Namun demikian, menurut Fahmi, kenaikan likuiditas di pasar kripto secara umum masih tergolong terbatas. Total nilai terkunci (TVL) di platform DeFi juga belum menunjukkan lonjakan besar.
     
    “Kenaikan Bitcoin saat ini mencerminkan respon cepat pasar terhadap katalis makro, terutama kabar positif terkait geopolitik dan suku bunga. Pertimbangan tersebut turut berpotensi menjadi faktor yang dapat membuat para investor lebih waspada dalam reli kali ini, terlebih dinamika tarif AS ini telah berlangsung selama beberapa pekan sejak pertama kali mencuat,” ucap Fahmi.
     

    The Fed dan inflasi bisa jadi kunci
    Fahmi juga menyoroti pentingnya peran bank sentral AS (The Fed) dalam situasi saat ini. Seperti diketahui, Trump ingin The Fed menurunkan suku bunga. Penurunan suku bunga di tengah kondisi inflasi yang ada saat ini dan potensi kenaikan inflasi di masa depan imbas telah diberlakukannya tarif impor AS dapat sangat mengkhawatirkan bagi investor yang menyimpan asetnya di instrumen seperti uang fiat atau bahkan mungkin juga surat hutang. 
     
    “Hal ini jika terjadi dapat memicu kenaikan harga besar-besaran di pasar kripto dan saham AS,” ujar Fahmi.
    Waktunya ambil posisi?
    Bagi investor yang ingin mengambil peluang dari potensi reli pasar kripto dan saham AS, saat ini bisa jadi momen yang tepat. Fahmi menyarankan strategi aktif untuk mengelola portofolio.
     
    “Bagi investor yang ingin mengoptimalkan keuntungan, maka strategi pengelolaan portofolio secara lebih aktif semakin menarik untuk dipertimbangkan di situasi seperti ini. Sementara bagi investor pemula, saat ini belum tergolong telat untuk mulai berinvestasi crypto dan Saham AS,” tutur Fahmi.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Sama-sama Online Tapi Tak Sama, Apa Perbedaan Uang Digital dan Bitcoin?

    Sama-sama Online Tapi Tak Sama, Apa Perbedaan Uang Digital dan Bitcoin?

    Jakarta: Di era digital seperti sekarang, transaksi keuangan makin praktis dengan kehadiran uang digital. 
     
    Kita bisa beli makanan, bayar tagihan, atau transfer ke teman cukup lewat e-wallet atau mobile banking. 
     
    Tapi, pernah nggak sih kamu kepikiran apa bedanya uang digital yang kamu pakai sehari-hari dengan Bitcoin yang lagi hits di dunia investasi?

    Mengutip dari Pintu Academy, Bitcoin dan uang digital punya perbedaan mendasar, mulai dari cara kerja hingga kontrol sistemnya. Yuk, kita bedah satu per satu!

    Uang digital
    Uang digital sejatinya adalah representasi dari uang fiat (seperti rupiah atau dolar) yang tersimpan dalam bentuk saldo. Bisa di bank digital, e-wallet, atau aplikasi pembayaran lain. 
    Transaksi lewat uang digital memang cepat dan sudah bisa lintas negara, seperti ke Malaysia, Thailand, atau Singapura.
     
    Tapi, sistem ini tetap dikendalikan oleh penyedia jasa. Mulai dari limit transaksi, biaya layanan, sampai waktu penyelesaian yang bisa memakan waktu beberapa hari. Artinya, kamu tetap bergantung pada lembaga keuangan yang jadi pihak ketiga.
     

    Bitcoin
    Berbeda dengan uang digital, Bitcoin adalah mata uang kripto berbasis teknologi blockchain. Sifatnya desentralisasi alias nggak dikendalikan oleh satu lembaga pun. 
     
    Transaksi Bitcoin bisa dilakukan antar pengguna tanpa perlu bank atau penyedia layanan lainnya.
     
    Bitcoin memungkinkan kamu mengirim dan menerima dana secara langsung, dengan waktu konfirmasi sekitar 10 hingga 60 menit. 
     
    Selain itu, biaya transaksinya fleksibel, tergantung dari kondisi jaringan dan keputusan pengguna. Cocok buat kamu yang pengin kontrol penuh atas dana sendiri.
    Desentralisasi vs Sentralisasi
    Poin paling krusial dalam membedakan Bitcoin dan uang digital adalah konsep pengelolaannya:
     
    Bitcoin = Desentralisasi. Siapa pun bisa bergabung, semua transaksi transparan, dan tidak ada pihak yang bisa memblokir atau mengontrol dana kamu.
     
    Uang Digital = Sentralisasi. Kamu harus percaya pada bank atau platform yang menyimpan dan mengatur akses ke saldo kamu.
     
    Uang digital dan Bitcoin punya perannya masing-masing. Uang digital cocok buat kebutuhan sehari-hari karena praktis dan sudah banyak diterima. 
     
    Sementara Bitcoin menawarkan alternatif yang lebih bebas, transparan, dan tahan sensor bagi kamu yang ingin kontrol lebih atas aset digital.
     
    Jadi, kamu tim uang digital atau Bitcoin?
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Mengenal Trading Futures Crypto

    Mengenal Trading Futures Crypto

    Jakarta: Dalam dunia aset digital yang terus berkembang, trading futures crypto menjadi salah satu instrumen yang paling populer di kalangan trader. Tidak hanya memberikan potensi keuntungan besar, tetapi juga menawarkan fleksibilitas dalam strategi perdagangan. Namun, seperti halnya instrumen keuangan lainnya, trading futures juga memiliki risiko tinggi yang perlu dipahami secara mendalam.
     
    Dengan leverage yang tersedia pada trading futures crypto, trader bisa mengontrol posisi besar hanya dengan modal kecil. Namun, potensi keuntungan yang tinggi juga disertai risiko kerugian yang signifikan. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara kerja futures, menerapkan strategi yang tepat, dan memiliki manajemen risiko yang kuat.
     

    Apa Itu Trading Futures Crypto?

    Secara sederhana, futures adalah kontrak derivatif yang memungkinkan dua pihak untuk membeli atau menjual aset di masa depan dengan harga yang telah disepakati sebelumnya. Dalam konteks crypto, aset yang dimaksud bisa berupa Bitcoin, Ethereum, atau mata uang crypto lainnya.
     
    Trading futures berbeda dari spot trading. Jika dalam spot trading Anda membeli aset crypto secara langsung (misalnya membeli 1 BTC), maka dalam futures, Anda hanya memperdagangkan kontrak yang merepresentasikan aset tersebut, tanpa benar-benar memilikinya.
     

    Sebagai contoh, btc usdt perp (harga Perpetual Bitcoin didalam Dollar US), dikutip dari Pintu Pro Futures, harga Mark tanggal 13 April 2025 (ditentukan dari rata-rata harga spot di beberapa exchange dan nilai funding) berada pada harga 85.417,81. sedangkan nilai funding 0,0100%. Harga BTCUSD Perp mengalami kenaikan sebesar 2,96%.
     

    Jenis-jenis Kontrak Futures Crypto

    Terdapat beberapa jenis kontrak futures yang umum digunakan di pasar crypto:

    1. Futures Berkala (Delivery Futures)
     
    Kontrak ini memiliki tanggal kedaluarsa tertentu. Ketika kontrak berakhir, aset harus diserahkan atau diselesaikan secara tunai. Suatu instrumen derivatif yang diperdagangkan di bursa. Lembaga kliring akan bertindak selaku mitra transaksi atas semua kontrak yang diperdagangkan, dan menentukan aturan marjin yang dibutuhkan, dll.
     
    2. Perpetual Futures (Futures Abadi)
     
    Jenis ini tidak memiliki tanggal kedaluarsa. Posisi dapat dibuka selama yang diinginkan, selama memenuhi margin requirement. salah satu fitur trading yang paling populer di kalangan para trader. Melalui perpetual trading, trader bisa mendapatkan keuntungan baik ketika pasar sedang bullish ataupun bearish. Apalagi, adanya leverage pada perpetual trading juga menawarkan potensi keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan spot trading. Kendati begitu, potensi keuntungan tersebut juga sebanding dengan risiko yang lebih tinggi. 
     
    3. Cash Settled vs. Physically Settled
     
    Beberapa kontrak diselesaikan dalam bentuk tunai (cash settled), sementara yang lain melibatkan pertukaran aset secara fisik (physically settled).
     

    Bagaimana Trading Futures Crypto Bekerja?

    Trading futures crypto melibatkan dua pihak utama:
     
    Long (Buy): Trader yang percaya bahwa harga crypto akan naik di masa depan.
     
    Short (Sell): Trader yang memperkirakan harga akan turun.
     
    Misalnya, jika Anda membuka posisi long pada kontrak BTC/USDT di harga USD30.000, dan kemudian harga naik ke USD32.000, Anda akan mendapatkan keuntungan dari selisih harga tersebut. Sebaliknya, jika harga turun, Anda akan mengalami kerugian.
     
    Fitur utama dari futures adalah leverage kemampuan untuk mengontrol posisi besar dengan modal kecil. Misalnya, dengan leverage 10x, Anda hanya membutuhkan USD100 untuk mengontrol posisi senilai USD1.000. Namun, leverage juga memperbesar risiko kerugian.
     

    Keuntungan Trading Futures Crypto

    1. Potensi Keuntungan dari Kedua Arah Pasar: Anda bisa menghasilkan profit baik saat harga naik (long) maupun saat turun (short).
     
    2. Leverage Tinggi: Membuka peluang besar dengan modal kecil. Cocok bagi trader yang ingin memaksimalkan potensi keuntungan dalam jangka pendek.
     
    3. Likuiditas Tinggi: Platform seperti Binance, Bybit, dan OKX menyediakan likuiditas besar, memungkinkan trader untuk masuk dan keluar pasar dengan cepat.
     
    4. Hedging (Lindung Nilai): Futures juga digunakan oleh investor besar untuk melindungi portofolio mereka dari pergerakan harga yang merugikan.
     

    Risiko dalam Trading Futures Crypto

    1. Risiko Likuidasi: Karena adanya leverage, jika pasar bergerak berlawanan dari posisi Anda, akun bisa dilikuidasi (ditutup secara otomatis) jika saldo margin tidak mencukupi.
     
    2. Volatilitas Tinggi: Pasar crypto sangat fluktuatif. Pergerakan harga bisa sangat cepat, yang berpotensi menyebabkan kerugian besar dalam waktu singkat.
     
    3. Overtrading dan Emosi: Banyak trader terpancing untuk membuka posisi terlalu sering atau terlalu besar karena tergoda potensi keuntungan cepat.
     
    4. Biaya Pendanaan (Funding Rate): Untuk kontrak perpetual, biasanya ada biaya pendanaan yang dibayar antara long dan short secara berkala, tergantung dari arah dominan pasar.
     

    Strategi Umum dalam Trading Futures

    1. Scalping: Strategi jangka pendek yang memanfaatkan pergerakan harga kecil dalam waktu sangat singkat. Membutuhkan fokus tinggi dan eksekusi cepat.
     
    2. Day Trading: Posisi dibuka dan ditutup dalam hari yang sama. Cocok bagi mereka yang aktif memantau pasar.
     
    3. Swing Trading: Mengejar tren harga dalam jangka menengah (beberapa hari hingga minggu). Mengandalkan analisis teknikal dan fundamental.
     
    4. Hedging: Digunakan oleh investor untuk melindungi nilai investasi utama. Misalnya, jika Anda memegang BTC di spot, Anda bisa membuka posisi short di futures untuk menyeimbangkan risiko.
     

    Cara Menghindari Likuidasi dalam Trading dengan Leverage

    Likuidasi adalah proses di mana posisi terbuka seorang trader ditutup secara otomatis ketika margin usage mencapai 100%. Dalam perdagangan futures, saat seorang trader mengambil posisi leverage, kemudian pasar bergerak berlawanan dari posisi yang sudah diambil, maka mereka berisiko untuk ditutup posisinya oleh exchange.
     
    Ada beberapa strategi yang bisa digunakan, yaitu:
     
    1. Gunakan Leverage Sesuai dengan Manajemen Risiko yang Kamu Tentukan
     
    Cara termudah untuk mengurangi risiko likuidasi adalah dengan menyesuaikan leverage sesuai risiko yang bisa kamu antisipasi. Leverage yang lebih rendah memberikan ruang lebih bagi pasar untuk bergerak melawan posisi yang sudah ditentukan, tanpa mencapai harga likuidasi atau tanpa menguras seluruh dana yang dimiliki.
     
    2. Pahami Ukuran Posisi
     
    Ukuran posisi lebih penting daripada leverage itu sendiri. Sebagai contoh, jika kamu trading dengan leverage 5x dan margin Rp1.000.000, ukuran posisi kamu adalah Rp10.000.000. Namun, jika kamu menggunakan leverage 100x dengan margin USD1, ukuran posisi tetap sama, tetapi risikonya jauh lebih tinggi. Dengan leverage yang lebih tinggi, harga likuidasi lebih dekat dengan entry, sehingga kemungkinan untuk kehilangan posisi menjadi lebih besar.
     
    3. Fokus pada Manajemen Risiko dan Psikologi Trading
     
    Keberhasilan dalam trading tidak tentang menemukan strategi “sempurna,” tetapi tentang manajemen risiko yang disiplin. Bahkan strategi trading terbaik tidak efektif tanpa manajemen risiko yang tepat, termasuk pengaturan ukuran posisi dan fokus pada pengendalian kerugian.
     

    Tips Sukses dalam Trading Futures

    1. Manajemen Risiko: Gunakan stop loss dan atur besaran risiko per transaksi.
     
    2. Pahami Leverage: Gunakan leverage dengan bijak. Lebih tinggi bukan berarti lebih baik.
     
    3. Analisis yang Kuat: Kombinasikan analisis teknikal dan fundamental untuk menentukan arah pasar.
     
    4. Disiplin Psikologis: Hindari keputusan emosional seperti revenge trading atau overconfidence.
     
    5. Gunakan Akun Demo: Berlatih terlebih dahulu untuk memahami mekanisme futures tanpa risiko kehilangan uang sungguhan.
     
    Perlu diingat, semua aktivitas jual beli crypto memiliki resiko dan volatilitas yang tinggi karena sifat crypto dengan harga yang fluktuatif. Maka dari itu, selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan gunakan dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat (uang dingin) sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab para trader dan investor.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)

  • Memahami USDT dan Token Binance LDUSDT

    Memahami USDT dan Token Binance LDUSDT

    Ditengah pergerakan harga cryptocurrency yang fluktuatif akibat kebijakan tarif Trump yang membuat ekonomi global bergejolak. Akibatnya banyak investor yang melepas aset berisiko seperti cryptocurrency.

    Namun harga Tether atau usdt to idr terpantau stabil, karena USDT merupakan cryptocurrency yang nilai tukarnya dijamin 1:1 dengan dolar Amerika. USDT tergolong dalam kategori stablecoin, yaitu mata uang digital yang dirancang agar memiliki nilai yang stabil sama dengan uang fiat.Seperti diketahui bahwa satu keuntungan besar dari kripto adalah kemampuannya dalam memindahkan aset lebih cepat, lebih murah, dan dengan keamanan lebih baik antara pengguna. Namun, fluktuasi nilai cryptocurrency adalah salah satu alasan mengapa saat ini ia jarang digunakan sebagai penyimpan nilai atau alat tukar untuk transaksi sehari-hari. Apa itu USDT?

    Dilansir dari Pintu, USDT adalah token yang nilainya setara dengan dolar AS dan dibangun di atas jaringan blockchain Ethereum, mengikuti standar token ERC-20. Nilainya dijamin oleh perusahaan yang menerbitkannya, Tether, untuk menjaga agar tetap sama dengan dolar AS. 

    Tether memastikan bahwa setiap kali mereka mengeluarkan token USDT baru, mereka menyimpan jumlah USD yang setara dalam cadangan, menciptakan jaminan bahwa USDT sepenuhnya didukung oleh uang tunai dan aset setara kas.

    Untuk Apa USDT digunakan? 

    Dengan tingginya volatilitas harga aset kripto, harga dapat mengalami perubahan signifikan hingga 20% dalam satu hari, sehingga hal ini menjadikannya tidak selalu dapat diandalkan sebagai penyimpan nilai. Di sisi lain, USDT bersifat lebih stabil terhadap fluktuasi ini.

    Hal ini menjadikan USDT pilihan yang aman bagi para investor cryptocurrency, sehingga mereka dapat menyimpan nilai aset dalam USDT tanpa harus menukarkan cryptocurrency mereka menjadi fiat dan kehilangan kesempatan untuk melakukan transaksi saat terjadi volatilitas tinggi.

    Berikut adalah beberapa contoh penggunaan USDT, diantaranya adalah:

    1. Perdagangan 

    Pasar cryptocurrency beroperasi sepanjang waktu. Dengan mengubah nilai menjadi USDT, seorang trader dapat mengurangi risiko kerugian akibat penurunan cepat harga cryptocurrency. Proses mentransfer BTC ke USDT lebih cepat dan lebih hemat biaya dibandingkan mentransfer ke dolar AS.

    USDT menawarkan likuiditas yang stabil, memungkinkan transfer dilakukan dengan kecepatan dan fleksibilitas yang setara dengan cryptocurrency lainnya, sehingga trader lebih mudah melakukan transaksi. Misalnya:

    Jika seorang trader melakukan konversi dari BTC menjadi dolar AS atau mata uang fiat lainnya, proses konversi tersebut bisa memakan waktu lebih dari satu hari untuk diselesaikan.

    Sementara itu, dia melihat kesempatan untuk mendapatkan cryptocurrency lain, mengingat sifat mata uang digital yang bisa berubah nilai dalam waktu singkat. 

    Pada waktu semacam ini, investor tersebut tidak bisa segera mengakses dananya yang sedang dalam proses konversi ke mata uang fiat, sehingga berpotensi kehilangan momen.

    2. Pembayaran Global 

    Salah satu fitur unggul dari Tether (USDT) adalah kemampuannya untuk melakukan transaksi menggunakan dolar AS di berbagai wilayah, negara, atau bahkan benua dengan mudah. 

    Teknologi blockchain yang mendasari cryptocurrency memungkinkan transaksi internasional dilakukan tanpa membutuhkan perantara yang biasanya memakan waktu lama dan biaya yang tinggi. Berbeda dengan menggunakan layanan bank atau penyedia jasa keuangan lainnya.

    3. Menyimpan Uang Setara Dolar 

    Orang-orang yang tinggal di negara dengan mata uang yang lemah atau tidak stabil cenderung menyimpan aset mereka dalam bentuk dolar AS. Namun, ini bukanlah hal yang mudah dilakukan karena mereka harus menyimpannya dalam bentuk tunai atau bergantung pada bank lokal yang tidak selalu dapat menyediakan kebutuhan tersebut.

    Salah satu solusi untuk masalah ini adalah menyimpan aset mereka dalam bentuk stablecoin seperti USDT yang mudah untuk diperdagangkan dan memiliki nilai yang konsisten.

    4. Infrastruktur DeFi 

    DeFi atau keuangan terdesentralisasi merupakan salah satu inovasi dalam dunia cryptocurrency yang semakin mendapatkan perhatian dan banyak digunakan. Terdapat beragam produk atau aplikasi DeFi yang memungkinkan pinjaman, memberikan bunga, dan fungsi lainnya.

    Namun demikian, karena aplikasi DeFi hanya dapat berinteraksi dengan aset kripto, fluktuasi yang sangat tinggi dapat membawa risiko keuangan yang besar bagi pengguna produk DeFi. Ini karena harga yang tidak stabil dapat menyebabkan likuidasi atau kerugian yang signifikan.

    Tether memberikan solusi dalam bentuk jaminan on-chain yang memastikan nilai tetap konstan. Token Tether bisa digunakan sebagai jaminan untuk berpartisipasi dalam jaringan DeFi tanpa perlu khawatir tentang fluktuasi.

    Apa Itu Token LDUSDT Binance? 

    Binance Futures memperkenalkan LDUSDT, sebuah aset margin yang memberikan imbalan dengan menggunakan stablecoin populer Tether. Produk ini dirancang untuk memberikan pengguna keleluasaan untuk memperdagangkan LDUSDT sambil mendapatkan imbalan APR.

    Ini merupakan produk kedua dari jenis ini yang ditawarkan oleh Binance Futures setelah BFUSD diluncurkan pada bulan November silam. 

    Binance Futures Akan Meluncurkan LDUSDT

    Binance, sebagai bursa kripto terkemuka di dunia, terus melakukan ekspansi pada produk-produk yang ditawarkannya. Meskipun Binance memimpin dalam perdagangan aset kripto serta sebagian besar staking reward, mereka juga menyediakan beberapa aset margin.

    Hari ini, Binance Futures menambah aset baru yaitu LDUSDT, yang merupakan aset margin dengan imbalan yang memberi pengguna kesempatan untuk mendapatkan imbalan APR dari Produk Fleksibel Simple Earn USDT.

    Setelah peluncuran aset margin berhadiah pertama BFUSD, dengan senang hati mempersembahkan produk lain untuk memberikan lebih banyak keuntungan. LDUSDT meningkatkan efisiensi penggunaan modal untuk pengguna dan memungkinkan mereka untuk memanfaatkan aset yang dimiliki.

    Aset baru dari Binance ini berbasis pada USDT Tether, yang merupakan stablecoin terkemuka secara global, tetapi LDUSDT merupakan aset yang berbeda sepenuhnya. 

    Tujuan utama dari produk ini adalah memberikan lebih banyak fleksibilitas kepada pengguna Binance, memungkinkan mereka untuk melakukan perdagangan sambil tetap memperoleh pendapatan pasif dari APR.

    Opsi ini terbuka untuk semua pengguna yang memiliki USDT dalam Produk Fleksibel Simple Earn di Binance Earn. LDUSDT adalah aset margin non-stablecoin kedua yang memberikan imbalan dari Binance, setelah peluncuran BFUSD pada bulan November lalu.

    Walaupun perusahaan baru-baru ini menghentikan penggunaan USDT dalam operasionalnya di Eropa karena alasan regulasi, produk ini tetap berfokus pada stablecoin yang terkenal.

    Dalam pengumuman tersebut, bursa merencanakan untuk meluncurkan LDUSDT dalam waktu dekat tanpa tanggal pasti untuk rilis. Menurut siaran pers resmi, aset ini diharapkan akan dirilis sekitar bulan April ini.

    Perusahaan belum memberikan informasi apakah akan menyediakan lebih banyak aset margin sejenis di masa depan. Namun, LDUSDT menawarkan fleksibilitas yang signifikan bagi pengguna Binance Futures, dan diharapkan dapat mendorong mereka untuk mencoba berbagai kemungkinan.

    Perlu diingat, semua aktivitas jual beli kripto memiliki resiko dan volatilitas yang tinggi karena sifat kripto dengan harga yang fluktuatif.

    Maka dari itu, selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan gunakan dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat (uang dingin) sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab para trader dan investor.

  • Volatilitas Bitcoin Dipicu Tarif Global dan Likuiditas

    Volatilitas Bitcoin Dipicu Tarif Global dan Likuiditas

    Jakarta, Beritasatu.com – Pergerakan harga Bitcoin yang cukup fluktuatif dalam beberapa hari terakhir dinilai sebagai respons pasar terhadap perkembangan kebijakan perdagangan internasional, serta dampak dari rendahnya likuiditas pasar saat akhir pekan.

    CEO Indodax Oscar Darmawan menyebut, lonjakan harga Bitcoin yang sempat menembus level US$ 86.000 per koin disebabkan oleh optimisme pasar terhadap berita terkait pelonggaran tarif perdagangan, meskipun efeknya hanya bersifat sementara.

    “Kabar tersebut sempat memberi dorongan singkat pada pasar,” ujarnya pada Minggu (20/4/2025).

    Namun, menurut Oscar, ketidakpastian arah kebijakan dagang dari AS, ditambah kondisi likuiditas yang tipis di akhir pekan, membuat sentimen pasar kembali berhati-hati. Hal inilah yang kemudian menyebabkan koreksi harga secara wajar hingga turun ke kisaran US$ 84.000 per koin.

    Meski demikian, Oscar menambahkan bahwa selama pertengahan April 2025, Bitcoin menunjukkan ketahanan dengan bergerak stabil di rentang US$ 84.000 hingga US$ 86.000.

    Meskipun belum menunjukkan tren kenaikan yang signifikan, kestabilan ini dinilai sebagai sinyal kekuatan Bitcoin di tengah situasi ekonomi dunia yang belum pasti dan meningkatnya ketegangan geopolitik.

    Lebih lanjut, Oscar menilai bahwa meningkatnya minat institusi terhadap Bitcoin, termasuk melalui instrumen seperti Exchange-Traded Fund (ETF), menunjukkan bahwa aset kripto mulai dilihat sebagai bagian dari strategi keuangan jangka panjang.

    “Pandangan bahwa Bitcoin hanyalah instrumen spekulatif perlahan mulai berubah. Kini ia mulai dianggap sebagai penyimpan nilai dan pelindung kekayaan dalam jangka panjang,” katanya.

    Oscar juga menyoroti bahwa apabila negara-negara besar, seperti AS, secara terbuka mempertimbangkan akumulasi Bitcoin dalam portofolio keuangannya, hal ini akan mendorong kepercayaan global terhadap teknologi blockchain dan aset digital, tidak hanya dari kalangan investor individu, tetapi juga dari lembaga keuangan serta negara-negara lainnya.

    Namun, ia mengingatkan bahwa berbagai risiko makroekonomi, seperti potensi resesi atau konflik dagang tetap menjadi faktor yang perlu dicermati.

    “Bitcoin memang bisa menjadi alternatif investasi yang telah teruji, tetapi penting untuk tetap menjaga disiplin dalam manajemen risiko. Hindari keputusan investasi yang didorong oleh euforia,” tambahnya.

    Oscar menyarankan para investor untuk menerapkan pendekatan investasi jangka panjang seperti Dollar-Cost Averaging (DCA), terutama mengingat harga Bitcoin saat ini sedang berada pada fase konsolidasi. Strategi ini efektif untuk mengurangi tekanan psikologis dalam menghadapi fluktuasi pasar, khususnya di tengah ketidakstabilan ekonomi global.

  • Video: Trump dan Kripto: Janji, Gejolak, & Galau Pemilik Aset Digital

    Video: Trump dan Kripto: Janji, Gejolak, & Galau Pemilik Aset Digital

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebijakan perang tarif dagang yang dilontarkan Trump antara AS dan China terus membuat pergerakan signifikan terhadap Kripto termasuk Bitcoin. Padahal para pelaku bisnis aset kripto yakin kalau Donald Trump terpilih maka nasib mereka akan lebih baik.

    Lalu mau dibawa kemana asset digital ini sebenarnya oleh Trump?

    Simak informasi selengkapnya dalam program Big Stories CNBC Indonesia (Jumat, 18/04/2025) berikut ini.

  • Bitcoin Tembus USD 85.000! Apakah Ini Sinyal Bullish Lanjutan?

    Bitcoin Tembus USD 85.000! Apakah Ini Sinyal Bullish Lanjutan?

    Jakarta: Harga Bitcoin (BTC) kembali menanjak ke kisaran USD 85.000 di awal pekan April 2025, di tengah ketidakpastian global dan tarik ulur kebijakan tarif dari pemerintahan Trump. 
     
    Pergerakan ini menjadi angin segar bagi investor aset digital, khususnya setelah beberapa pekan terakhir Bitcoin sempat tertahan di area konsolidasi.
    Sentimen tarif Trump jadi katalis positif
    Kebijakan tarif impor terbaru dari pemerintahan Trump memicu reaksi pasar yang cukup kuat. Pada Jumat lalu, pemerintah mengumumkan bahwa produk seperti smartphone dan laptop asal China tidak dikenakan tarif impor sebesar 145 persen, setidaknya untuk sementara waktu. Keputusan ini menjadi kabar baik untuk sektor teknologi AS dan turut mendorong minat terhadap aset kripto.
     
    Namun sehari setelahnya, Trump menyatakan tarif tetap akan berlaku, meskipun nilainya lebih rendah dan bersifat “spesial”. Ini menciptakan ketidakpastian baru, terutama bagi industri semikonduktor.

    “Pemulihan ini bukan hanya respons terhadap kebijakan tarif, tapi juga cermin dari daya tahan pasar kripto yang mulai terbentuk di tengah ketidakpastian global,” ujar Financial Expert Ajaib, Panji Yudha dalam keterangan tertulis, Kamis, 17 April 2025.
     

     

    Inflasi melandai, tapi pasar masih waspada
    Dari sisi makroekonomi, data inflasi AS terbaru memberi kejutan positif. Indeks Harga Konsumen (CPI) hanya naik 2,4 persen secara tahunan pada Maret, lebih rendah dari ekspektasi 2,8 persen. 
    Sementara itu, Indeks Harga Produsen (PPI) turun 0,4 persen secara bulana mengalami penurunan terbesar sejak Oktober 2023.
     
    “Hasil data Inflasi (CPI & PPI) juga berperan terhadap pemulihan harga BTC dalam beberapa hari terakhir. Namun, penurunan inflasi ini bisa saja hanya jeda sementara. Risiko dari efek lanjutan tarif dan sikap The Fed yang masih hawkish tetap menjadi sumber tekanan,” tambah Panji.
     
    Risalah rapat The Fed terakhir menunjukkan kekhawatiran terhadap kemungkinan inflasi kembali meningkat, apalagi jika kebijakan tarif kembali mendorong naiknya biaya impor.
    Pasar tarik ulur soal suku bunga
    Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed juga mulai menguat. Mayoritas pelaku pasar memperkirakan akan ada penurunan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,00-4,25 persen pada pertemuan 18 Juni 2025. 
     
    Sinyal ini mendukung narasi pelonggaran moneter, yang umumnya berdampak positif pada aset kripto seperti Bitcoin.
    Bitcoin Spot ETF Masih Lesu, Tapi Ethereum Curi Perhatian
    Meskipun harga Bitcoin menguat, arus keluar dari ETF spot Bitcoin di AS tercatat sebesar USD 172,69 juta sepanjang pekan lalu. Ini menandakan investor institusional masih bersikap hati-hati terhadap potensi risiko jangka pendek.
     
    Di sisi lain, SEC AS resmi menyetujui perdagangan Ethereum options. Ini bisa membuka jalan bagi instrumen lindung nilai yang lebih kompleks, dan menarik minat dari institusi yang selama ini menghindari eksposur langsung.
    BTC Menuju Breakout?
    Pada Selasa pagi, 15 April 2025, harga Bitcoin tercatat di USD84.932 (sekitar Rp1,43 miliar). BTC sudah menembus garis MA-20 dan kini diperdagangkan di atas MA-50 (USD 84.329), membuka peluang breakout dari resistance USD 85.000. Jika tembus, BTC berpotensi lanjut menguat menuju resistance berikutnya di USD 91.000.

    Data ekonomi AS jadi penentu arah 
    Pekan ini, investor kripto menanti rilis data ekonomi penting dari AS yang berpotensi mempengaruhi arah pasar, diantaranya:
     
    – Consumer Inflation Expectations 
    – US Retail Sales 
    – Industrial Production 
    – Initial Jobless Claims 
     
    Meski harga Bitcoin menunjukkan sinyal penguatan, ketidakpastian arah suku bunga dan kebijakan dagang AS tetap menjadi katalis dominan dalam jangka pendek.
     
    “Pasar saat ini sedang berada dalam fase ketidakpastian. Investor yang siap dengan strategi defensif namun fleksibel akan lebih mampu memanfaatkan peluang tanpa terjebak dalam volatilitas jangka pendek,” ucap Panji.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Bitcoin Masih Tertahan di US Ribu, Bakal Naik ke US Ribu atau Anjlok Lagi?

    Bitcoin Masih Tertahan di US$85 Ribu, Bakal Naik ke US$95 Ribu atau Anjlok Lagi?

    Jakarta: Bitcoin sempat menyentuh level USD75 ribu sebelum kembali menguat ke kisaran USD85 ribu sejak akhir pekan lalu. 
     
    Meski pasar kripto secara umum menghijau dalam sepekan terakhir, pergerakan Bitcoin belum mampu menembus tren kenaikan yang signifikan.
     
    Sentimen positif dari pelonggaran kebijakan tarif AS dan rilis data inflasi Maret yang lebih baik dari ekspektasi hanya mampu menahan harga Bitcoin di level saat ini. 

    Investor masih menanti kepastian dari data ekonomi lanjutan, sehingga arah Bitcoin ke depan masih penuh spekulasi.

    Antara sideways dan potensi rally
    Menurut Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, saat ini Bitcoin masih bergerak dalam pola sideways. Namun, jika mampu menembus garis tren tersebut, Bitcoin berpotensi naik ke USD95 ribu.
     
    “Akan tetapi, potensi penurunan dari level saat ini hingga menyentuh area USD74 ribu juga cukup terbuka. Salah satu variabel yang penting untuk diperhatikan adalah data penjualan ritel AS yang akan dirilis 16 April. Data ini bisa memberikan gambaran tentang kepercayaan diri konsumen dan potensi risiko resesi serta inflasi yang masih membayangi,” jelas Fahmi dalam keterangan tertulis, Rabu, 16 April 2025.
     

    Faktor yang pengaruhi gerak Bitcoin
    Fahmi juga menyoroti pentingnya data suplai uang beredar (money supply M2) yang akan diperbarui pada 22 April. Data terakhir pada Februari menunjukkan angka USD21.671 miliar, salah satu level tertingginya sepanjang masa.
     
    “Berlanjutnya peningkatan suplai uang beredar dapat mendorong pertumbuhan aset berisiko, termasuk kripto, saat situasi pasar terasa lebih kondusif,” imbuh Fahmi.
     
    Selain itu, indeks DXY yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang global berada di titik terendah sejak April 2022. Menurut Fahmi, kondisi ini bisa mendorong investor AS untuk melirik aset alternatif seperti Bitcoin dan altcoin.
    Strategi investor
    Di tengah kondisi yang belum pasti, Fahmi menyarankan investor untuk tetap tenang dan disiplin menjalankan strategi.
     
    “Semakin besar ukuran pasar kripto saat ini, semakin kompleks tantangannya, khususnya bagi investor pemula. Karena itu, penting untuk selalu mengandalkan sumber informasi yang kredibel seperti Learning Hub dari Reku,” ujarnya.
     
    Fahmi juga merekomendasikan strategi dollar cost averaging (DCA) atau membeli aset kripto secara bertahap dan konsisten.
     
    “Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip dengan performa terbaik dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi,” ucapnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)