Produk: bitcoin

  • Bursa Kripto Diretas, Total Kerugian Tembus Rp440 Miliar

    Bursa Kripto Diretas, Total Kerugian Tembus Rp440 Miliar

    Bisnis.com, JAKARTA — Bursa aset kripto, BigONE melaporkan adanya peretasan berbagai aset digital mereka senilai US$27 juta atau sekitar Rp440,1 miliar (Kurs: Rp16.000) pada Rabu  (16/07/25).

    “Setelah penyelidikan, dipastikan bahwa ini adalah hasil serangan pihak ketiga yang menargetkan dompet panas kami,” kata pihak BigONE dalam pengumumannya mengenai peretasan tersebut, dilansir Bleeping Computer (18/07/25).

    BigONE bermitra dengan perusahaan keamanan SlowMist untuk melacak dana yang telah dicuri, serta memantau pergerakannya di seluruh blockchain. Mereka meyakinkan pengguna bahwa metode serangan siber telah diidentifikasi dan diatasi sepenuhnya.

    Platform jual beli mata uang kripto tersebut juga mengumumkan, kunci pribadi dan data pengguna tidak terpengaruh oleh peretasan tersebut, dan menjamin ganti rugi untuk pelanggan dari cadangan yang tersedia.

    Beberapa jam setelahnya, admin BigONE mengumumkan layanan penyetoran dan perdagangan mereka telah dipulihkan sepenuhnya setelah serangan yang terjadi, dan akan segera mengaktifkan kembali fungsi penarikan dan Over-The-Counter (OTC) pada waktu yang belum ditentukan.

    SlowMist tidak membagikan informasi apapun tentang cara pelaku meretas bursa dan mencuri dana tersebut. Tetapi yang jelas, bursa kripto itu sudah menjadi korban serangan berantai peretas spesialis blockchain.

    Observatorium khusus BlockChain, Lookochain melaporkan, para peretas telah terlibat dalam sejumlah pencucian uang dan menukar aset yang dicuri dengan 120 Bitcoin, 1272 Ether, 2.625 Solana, dan 23,3 juta Tron.

    Sementara itu, Investigator kejahatan bursa kripto, ZachXBT dalam akun X-nya mengomentari insiden ini dengan menggarisbawahi peran BigONE dalam memproses jumlah besar hasil yang berasal dari penipuan investasi, dengan kata lain, peretasan semacam itu dapat membantu menghadirkan “pembersihan alami” di bidang blockchain.

    Tahun 2025 Merupakan Rekor Pencurian Kripto

    Berdasarkan laporan kejahatan kripto yang dibuat Chain Analysis pada pertengahan 2025, total ada lebih dari US$2,17 miliar atau Rp44,17 triliun (Kurs: Rp16.000). Jumlah itu sudah jauh melampaui angka keseluruhan pada 2024.

    Jumlah yang sedemikian besar itu salah satunya disebabkan oleh peretasan ByBit senilai US$1,5 miliar atau Rp24,45 triliun (Kurs: Rp16.000).

    Platform tersebut juga menyoroti tren penting, yang menunjukkan peretas kini lebih berfokus pada dompet pribadi, yang juga mencakup 23,35% dari semua dana yang dicuri tahun ini.

    (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • BEI suspend saham COIN, lonjakan harga jadi alasan

    BEI suspend saham COIN, lonjakan harga jadi alasan

    Penghentian sementara perdagangan saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) tersebut dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai,

    Jakarta (ANTARA) – Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menghentikan sementara perdagangan saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) pada perdagangan 17 Juli 2025.

    Keputusan tersebut diambil setelah saham COIN mengalami kenaikan harga kumulatif yang signifikan sejak pertama kali melantai di bursa pada 9 Juli 2025.

    Dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Yulianto Aji Sadono menyampaikan bahwa penghentian sementara atau suspensi diberlakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai dalam rangka cooling down guna melindungi investor dan menjaga perdagangan efek yang wajar.

    “Penghentian sementara perdagangan saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) tersebut dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai,” katanya.

    Hal itu bertujuan untuk memberikan waktu memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasi di saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), tambahnya.

    Sejak penawaran awal di harga Rp100 per saham, COIN memang terus mencetak rekor Auto Reject Atas (ARA) selama enam hari berturut-turut dan ditutup pada level Rp474 pada 16 Juli 2025, mencatat lonjakan harga hingga 374 persen.

    Menanggapi suspensi dari bursa, Direktur Utama COIN Ade Wahyu menyampaikan terima kasih kepada para investor.

    Dia menyatakan bahwa tingginya antusiasme investor terhadap saham COIN sejalan dengan tren positif di pasar aset kripto global.

    “Tingginya minat terhadap saham COIN terjadi secara bersamaan dengan tren positif yang terjadi di pasar aset kripto,” katanya.

    Bitcoin sebagai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar kembali berhasil mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa.

    Peningkatan harga kripto, khususnya Bitcoin yang mencetak rekor all time high (ATH) di level 122.838 dolar AS pada 14 Juli 2025 lalu turut mendorong lonjakan aktivitas di ekosistem kripto.

    Volume perdagangan harian spot kripto di PT Central Finansial X (CFX), salah satu anak usaha COIN, juga dilaporkan mencapai hampir Rp3 triliun pada akhir pekan lalu, naik tajam dari rata-rata harian Rp1 triliun sepanjang bulan Juli.

    “Kami sangat berterima kasih atas kepercayaan dan antusiasme dari para investor sejak hari pertama COIN melantai di bursa saham,” kata Ade.

    Antusiasme yang tinggi terhadap aset kripto tentunya dapat memberikan dampak positif kepada COIN, sekaligus kepada dua anak usaha kami, yaitu PT Central Finansial X (CFX) sebagai bursa aset kripto dan PT Kustodian Koin Indonesia (ICC) sebagai lembaga kustodian aset kripto.

    Ade menegaskan bahwa pihaknya akan terus menjaga minat pasar dengan memastikan ekosistem kripto COIN dijalankan secara transparan dan sesuai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG).

    Kapitalisasi pasar COIN pun melonjak dari Rp1,4 triliun saat IPO menjadi Rp6,5 triliun pada penutupan perdagangan terakhir.

    Adapun pada tanggal yang sama, BEI juga menghentikan sementara perdagangan saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dengan alasan serupa.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bitcoin terkoreksi usai cetak rekor, dipengaruhi inflasi AS 

    Bitcoin terkoreksi usai cetak rekor, dipengaruhi inflasi AS 

    Jika tren ini berlanjut, altcoin lain bisa memperoleh dorongan lebih kuat, meskipun optimisme terkait potensi penurunan suku bunga The Fed masih menjadi faktor penentu.

    Jakarta (ANTARA) – Bitcoin terpantau terkoreksi usai mencetak sejumlah rekor tertinggi sepanjang masa dalam tiga hari berturut-turut, yakni di level 122.800 dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (14/7), melanjutkan kenaikan dari harga sebelumnya 119.300 dolar AS pada Minggu (13/7), dan 118.500 dolar AS pada Jumat (11/7).

    Terciptanya harga All-Time-High (ATH) baru Bitcoin tersebut, salah satunya didorong oleh berita kebijakan tarif perdagangan baru AS terhadap impor dari Uni Eropa dan Meksiko. Namun, Rabu (16/7) ini, harga Bitcoin mulai terkoreksi di level 117.000 dolar AS.

    Dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu, Analis Reku Fahm Almuttaqin mengatakan, kenaikan inflasi Indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) AS yang lebih tinggi di bulan Juni turut menekan kondisi pasar di tengah aksi profit taking yang sedang terjadi.

    “Data CPI AS bulan Juni yang dirilis tadi malam menunjukkan kenaikan harga konsumen sebesar 0,3 persen secara bulanan dan 2,7 persen secara tahunan, peningkatan paling signifikan sejak Januari. Lonjakan tersebut didorong oleh kenaikan harga barang impor seperti perabot rumah tangga, elektronik, dan pakaian yang terdampak oleh tarif perdagangan AS. Kenaikan tersebut selaras dengan kekhawatiran The Fed bahwa inflasi akibat kebijakan tarif Trump baru mulai terasa. Hal ini meningkatkan kemungkinan akan dipertahankannya suku bunga di level 4,25-4,50 persen hingga paling cepat September,” ujar Fahmi.

    Terlepas dari koreksi yang dialami Bitcoin hari ini, beberapa altcoin besar masih terpantau melanjutkan kenaikan. Beberapa altcoin di jajaran top 100 telah membukukan kenaikan harga lebih dari 50 persen dalam satu pekan terakhir, seperti PENGU, XLM, CRV, dan ALGO.

    Kenaikan altcoin tersebut menjadi indikasi terjadinya rotasi kapital dari Bitcoin ke aset berkapitalisasi menengah.

    “Jika tren ini berlanjut, altcoin lain bisa memperoleh dorongan lebih kuat, meskipun optimisme terkait potensi penurunan suku bunga The Fed masih menjadi faktor penentu. Intervensi Trump seperti melalui tekanan pada pemimpin The Fed Jerome Powell, untuk menurunkan suku bunga hingga ke level 1 persen maupun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin bank sentral tersebut, turut menjadi faktor potensial yang dapat mempengaruhi dinamika optimisme investor,” katanya pula.

    Lebih lanjut, Fahmi menyampaikan bahwa saat ini banyak investor yang berada pada posisi wait and see menunggu diturunkannya suku bunga untuk mengalokasikan dana ke altcoin.

    Sinyal positif terkait hal itu dapat memicu upaya antisipatif lanjutan yang dapat mengalirkan lebih banyak dana ke sektor altcoin khususnya yang memiliki kekuatan likuiditas dan support harga yang solid.

    “Tren tersebut apabila terjadi, akan menjadi sinyal klasik fase lanjutan siklus bullish yang ada. Untuk investor kripto, ini membuka peluang profit baru, namun juga memperbesar risiko volatilitas karena reli altcoin seringkali lebih fluktuatif dan cepat berbalik arah. Investor disarankan tetap disiplin, memanfaatkan momentum, tetapi waspada terhadap tanda-tanda reversal atau rotasi kapital kembali ke Bitcoin khususnya jika ketidakpastian global meningkat,” kata Fahmi.

    Sementara, aliran dana masuk baru yang kemungkinan masih akan didominasi oleh investor institusional, kemungkinan besar masih akan mengarah ke Bitcoin. Terlepas dari potensi altcoin dan tren akumulasi ETH yang terlihat semakin solid dalam beberapa pekan terakhir, Bitcoin masih menjadi pilihan utama investor institusi saat ini.

    Terlepas dari potensi ketidakpastian ke depan, kenaikan harga Bitcoin melampaui level 120.000 dolar AS, juga sudah menjawab beberapa keraguan terkait level harga yang dirasa sudah terlalu tinggi di level 116.000 dolar AS.

    “Potensi aliran dana yang cukup masif ke pasar kripto masih berpotensi terjadi apabila investor semakin mempertimbangkan kemungkinan akan diberlakukannya kebijakan pelonggaran ekonomi AS,” ujarnya lagi.

    Kenaikan lanjutan dapat semakin meningkatkan relevansi dari strategi adopsi Bitcoin, seperti sebagai corporate treasury misalnya, dengan semakin banyak Bitcoin dijadikan instrumen lindung nilai oleh perusahaan-perusahaan besar di berbagai sektor dan negara.

    “Meningkatnya relevansi tersebut dapat menciptakan efek lanjutan di mana semakin banyak institusi berpotensi mengalokasikan aset ke Bitcoin yang dapat semakin meningkatkan legitimasinya sebagai instrumen investasi yang bernilai,” ujar Fahmi lagi.

    Di tengah kondisi yang masih cukup bullish ini, pasar kripto menawarkan berbagai prospek menarik yang dapat dieksplorasi oleh para pelaku pasar sesuai dengan preferensi dan strategi investasi masing-masing.

    Bagi investor pemula yang ingin memanfaatkan momentum namun masih belum terlalu percaya diri dengan tingkat risiko yang ada, Fahmi menyarankan bisa mempertimbangkan untuk berinvestasi di indeks fund seperti Reku Packs di mana investor bisa mendapatkan eksposur ke berbagai aset kripto dengan sekali beli.

    “Reku Packs juga menyediakan serangkaian portofolio Saham AS yaitu Web3 Wall Street Fund yang memungkinkan investor mendapatkan eksposur pasar kripto melalui perusahaan global yang berkorelasi dengan sektor blockchain, tanpa berinvestasi langsung ke crypto. Sementara itu, untuk strategi pembelian, di tengah masih relatif terbukanya potensi ketidakpastian makro, investor juga bisa mempertimbangkan strategi DCA (dollar cost averaging) di mana investor dapat melakukan pembelian dengan nominal dan periode waktu tertentu seperti satu kali setiap bulan misalnya untuk mendapatkan harga rata-rata dari setiap fluktuasi yang terjadi di pasar,” kata Fahmi pula.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pelaku pasar ingatkan investor tetap bijak hadapi lonjakan harga BTC

    Pelaku pasar ingatkan investor tetap bijak hadapi lonjakan harga BTC

    Jakarta (ANTARA) – Pelaku pasar kripto dalam negeri mengingatkan investor untuk tetap bijak di tengah melonjaknya harga Bitcoin (BTC) yang menembus angka 123.000 dolar AS pada 14 Juli 2025.

    “Harga tinggi bukan berarti kita harus buru-buru ikut euforia. Gunakan strategi investasi yang aman, seperti beli bertahap (dollar-cost averaging), agar risiko terkendali,” ujar Vice President Indodax Antony Kusuma dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

    Harga Bitcoin kembali meroket, pada 14 Juli 2025 menembus 123.000 dolar AS untuk pertama kalinya, sehingga mendorong kapitalisasi pasar BTC mencapai 3,67 triliun dolar AS, menjadikannya salah satu aset paling bernilai di dunia, menggeser Google dan menempati posisi keenam global.

    Menurut Antony, kenaikan ini dipicu oleh kombinasi arus masuk besar ke ETF Bitcoin, peningkatan minat institusi, serta ekspektasi regulasi yang lebih jelas di Amerika Serikat.

    Farside Investors mengungkapkan ETF Bitcoin spot di AS mencatat arus masuk 1,17 miliar dalam satu hari, menjadikannya arus masuk harian terbesar kedua sepanjang sejarah ETF kripto.

    BlackRock memimpin dengan iShares Bitcoin Trust (IBIT) senilai 448 juta dolar AS, disusul Wise Origin Bitcoin Fund milik Fidelity sebesar 324 juta dolar AS. Total dana yang terkumpul di ETF Bitcoin spot kini melampaui 50 miliar dolar AS.

    “Jika permintaan jauh lebih besar daripada pasokan, wajar kalau harga terus naik dan mencetak rekor baru,” katanya.

    Antony menegaskan tren ini juga didukung oleh regulasi yang semakin jelas di negara besar, ini memberi sinyal bahwa kripto bukan sesuatu yang akan hilang, tapi semakin diakui.

    Dalam jangka panjang, tambahnya, hal itu bisa membuat harga Bitcoin dan Ether bertahan di level tinggi atau bahkan naik lebih jauh.

    “Namun, meskipun prospeknya cerah, kripto tetap mengalami fluktuasi, lanjutnya, dengan permintaan yang jauh melampaui suplai, dukungan regulasi global, dan peran ETF sebagai penggerak likuiditas, rekor 123.000 dolar AS kemungkinan hanya menjadi permulaan dari babak baru dalam sejarah keuangan global,” ujarnya.

    Pewarta: Subagyo
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Satoshi Nakamoto Pencipta Bitcoin Jadi Manusia Rp 2.100 Triliun

    Satoshi Nakamoto Pencipta Bitcoin Jadi Manusia Rp 2.100 Triliun

    Jakarta

    Satoshi Nakamoto adalah pencipta bitcoin dan sampai saat ini, belum terungkap identitas aslinya. Namun kemungkinan besar, Sakamoto masuk deretan orang terkaya di dunia.

    Nilai Bitcoin belakangan ini semakin tinggi, bahkan tembus di kisaran USD 122 ribu. Nah, Nakamoto diperkirakan memiliki sekitar 1,1 juta Bitcoin yang ia simpan.

    Seperti dikutip detikINET dari Coindesk, kekayaan total Nakamoto pun diperkirakan mencapai USD 134 miliar berkat koleksi Bitcoin itu, atau di kisaran Rp 2.183 triliun.

    Jumlah itu menjadikan Nakamoto hampir menembus daftar 10 besar orang terkaya real time versi Forbes. Ia lebih kaya dari CEO Dell, Michael Dell ataupun pewaris Walmart, Rob Walton. Bahkan ia tidak begitu jauh dengan kekayaan pendiri Google, Larry Page, yang sekitar USD 142 miliar.

    Dompet Satoshi, yang seluruh asetnya diperoleh dari penambangan pada masa-masa awal Bitcoin, tetap utuh sejak 2010. Tak satu pun Bitcoin miliknya pernah dipindahkan, memicu spekulasi tentang apakah Nakamoto telah meninggal, hilang, atau hanya berkomitmen untuk tidak pernah terlibat proyek tersebut lagi.

    Tidak seperti kebanyakan miliarder, Satoshi tidak membangun perusahaan atau mencatatkan apa pun di pasar saham. Bitcoin mencapai rekor tertinggi baru minggu ini, didorong antara lain oleh permintaan yang terus-menerus dari institusi.

    Meski kekayaan Nakamoto masih teoretis, valuasi tersebut menyoroti seberapa jauh perkembangan kripto sejak postingan terakhir Satoshi pada tahun 2011.

    Identitas asli Nakamoto tidak diketahui. Ada yang menduganya satu orang atau sekelompok orang. Namanya berasal dari Jepang, dan personanya menunjukkan bahwa ia tinggal di Jepang, tapi banyak yang berspekulasi ia adalah seorang ahli software dan kriptografi dari Amerika Serikat atau Eropa.

    (fyk/fay)

  • Pengguna Nvidia Diimbau Terapkan Mitigasi Terhadap Serangan Rowhammer

    Pengguna Nvidia Diimbau Terapkan Mitigasi Terhadap Serangan Rowhammer

    Bisnis.com, JAKARTA – Nvidia mengimbau para pelanggannya untuk menerapkan langkah mitigasi terhadap serangan Rowhammer setelah salah satu GPU kelas workstation perusahaan ditemukan dalam kondisi rentan.

    Sebagai informasi, Rowhammer adalah metode untuk merusak memori dengan cara menghantam baris-baris sel memori secara berulang melalui operasi baca atau tulis intensif. 

    Hal ini dapat menciptakan interferensi listrik antarbaris sel memori yang berpotensi mengganggu kinerja sistem.

    Mengutip The Register, Selasa (15/7/2025), Nvidia menyebut peneliti dari Universitas Toronto berhasil mendemonstrasikan eksploitasi Rowhammer pada GPU NVIDIA A6000 dengan memori GDDR6, di mana Error Correcting Code (ECC) tingkat sistem tidak diaktifkan.

    Terkait dengan hal itu, perusahaan merekomendasikan pelanggan agar memastikan ECC tingkat sistem (System-Level ECC) diaktifkan di berbagai model produk, termasuk seri Blackwell, Ada, Hopper, Ampere, Jetson, Turing, serta Volta.

    Sebelumnya, serangan berantai Rowhammer yang memanfaatkan empat celah eksploitasi bluetooth membuat kendaraan-kendaraan roda empat dari perusahaan seperti Mercedes-Benz, Volkswagen, dan Skoda rentan terhadap serangan melalui sistem hiburan (infotainment) mereka.

    Selain itu, ide salah satu pendiri Twitter Jack Dorsey untuk menciptakan jaringan komunikasi aman yang tidak bergantung pada jaringan ponsel tradisional atau Wi-Fi — yang disebut Bitchat — juga menghadapi sejumlah masalah terkait bluetooth.

    Tak berhenti di situ, Bitcoin Depot yang mengklaim mengoperasikan jaringan ATM bitcoin terbesar di dunia mengajukan pemberitahuan pelanggaran data serta memberi tahu sekitar 27.000 pengguna bahwa peretas telah mengakses nama, nomor telepon, dan nomor SIM mereka.

    Termasuk, kemungkinan juga alamat, tanggal lahir, serta alamat email para pengguna.

  • Bitcoin Cetak Rekor Baru Tembus Rp 1,94 MIliar!

    Bitcoin Cetak Rekor Baru Tembus Rp 1,94 MIliar!

    Jakarta

    Harga Bitcoin tembus rekor baru ke level US$ 120.000 atau Rp 1,94 miliar (kurs Rp 16.217) untuk pertama kalinya pada Senin (14/7). Capaian ini menandai tonggak sejarah bagi mata uang kripto terbesar di dunia.

    Dilansir dari CNN, Selasa (15/7/2025), Bitcoin mencapai rekor tertinggi di US$ 122.571 atau Rp 1,98 miliar, sebelum akhirnya sedikit melemah hingga perdagangan terakhir di US$ 121.953 atau Rp 1,97 miliar.

    Pada hari yang sama, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS akan membahas serangkaian Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk menyediakan industri aset digital dengan kerangka peraturan negara yang telah lama dituntut.

    Tuntutan tersebut telah mendapat sambutan dari Presiden AS Donald Trump yang menyebut dirinya presiden kripto dan mendesak para pembuat kebijakan untuk merombak aturan agar menguntungkan industri.

    “Saat ini Bitcoin sedang diuntungkan oleh sejumlah faktor pendorong (seperti) permintaan institusional yang kuat, ekspektasi kenaikan lebih lanjut dan dukungan dari Trump sebagai alasan di balik optimisme tersebut,” kata analis pasar IG, Tony Sycamore.

    Sycamore bahkan memperkirakan Bitcoin akan dengan mudah mencapai level US$ 125.000. Lonjakan Bitcoin yang telah naik 29% sepanjang tahun ini telah memicu reli yang lebih luas di seluruh mata uang kripto lainnya selama beberapa sesi terakhir, bahkan di tengah tarif Trump yang bikin geger banyak negara.

    Ether, token terbesar kedua mencapai level tertinggi lebih dari lima bulan di US$ 3.059,60, sementara XRP dan Solana masing-masing naik sekitar 3%. Total nilai pasar sektor ini telah membengkak menjadi sekitar US$ 3,81 triliun, menurut data dari CoinMarketCap.

    “Yang kami temukan menarik dan kami pantau dengan saksama adalah tanda-tanda bahwa Bitcoin sekarang dipandang sebagai aset cadangan jangka panjang, tidak hanya oleh investor ritel dan institusi, tetapi bahkan beberapa bank sentral,” kata CEO OKX Singapura, Gracie Lin.

    “Kami juga melihat peningkatan partisipasi dari investor yang berbasis di Asia. Ini merupakan tanda-tanda kuat peran bitcoin dalam sistem keuangan global dan pergeseran struktural dalam cara pandangnya, yang menunjukkan bahwa ini bukan sekadar reli yang didorong oleh sensasi,” tambahnya.

    Awal bulan ini, Washington mendeklarasikan tanggal 14 Juli sebagai ‘pekan kripto’, di mana anggota Kongres akan memberikan suara untuk Genius Act, Clarity Act dan Anti-CBDC Surveillance State Act. RUU yang paling signifikan adalah Genius Act, yang akan menciptakan aturan federal untuk stablecoin.

    Tonton juga video “Harga Bitcoin Sentuh Rp 1,8 M, Apa Penyebabnya?” di sini:

    (aid/rrd)

  • Reli Bitcoin Dipicu Permintaan Institusional, Bukan Sekadar Spekulasi

    Reli Bitcoin Dipicu Permintaan Institusional, Bukan Sekadar Spekulasi

    JAKARTA – Bitcoin mencatat rekor tertinggi baru pada hari Senin, menembus angka 123.000 dolar AS (sekitar Rp2 miliar dengan kurs 1 dolar AS = Rp16.210), di tengah optimisme terhadap pembahasan regulasi aset digital oleh DPR Amerika Serikat. Kenaikan ini memperluas penguatan Bitcoin sepanjang tahun 2025 menjadi sekitar 30 persen.

    Namun berbeda dengan reli sebelumnya yang banyak didorong oleh spekulasi, bukti terbaru dari arus dana institusional dan data derivatif menunjukkan bahwa lonjakan kali ini memiliki fondasi yang lebih stabil dan berkelanjutan.

    Analis menilai bahwa reli Bitcoin saat ini didorong oleh arus dana institusional yang kuat, mencerminkan transformasi Bitcoin menjadi aset yang lebih stabil dan diminati investor sebagai bentuk diversifikasi dari volatilitas pasar dan pelemahan dolar AS.

    Aliran dana institusional umumnya bersifat jangka panjang dan tidak mudah berbalik arah, memberikan stabilitas yang lebih besar pada reli kali ini.

    ETF (exchange-traded fund) berbasis Bitcoin menunjukkan performa kuat di bulan Juli. Hingga saat ini, aliran dana masuk ke ETF Bitcoin telah mencapai 3,4 miliar dolar AS (sekitar Rp55,11 triliun), termasuk rekor 2,2 miliar dolar AS (sekitar Rp35,66 triliun) hanya dalam dua hari terakhir—menjadi aliran dana bersih dua hari terbesar dalam sejarah menurut data dari Farside Investors.

    Sementara itu, open interest di pasar futures Bitcoin—yang mencerminkan nilai total kontrak berjangka yang belum diselesaikan—juga melonjak ke rekor tertinggi 57,4 miliar dolar AS (sekitar Rp930,45 triliun) per Jumat lalu, menurut data dari CoinDesk.

    Kenaikan ini mengindikasikan keterlibatan institusional yang meningkat, karena investor besar cenderung memegang posisi yang lebih besar dan jangka panjang, serta menggunakan futures sebagai alat lindung nilai (hedging).

    Meski begitu, tingkat pendanaan (funding rate) di pasar futures tetap rendah. CoinDesk mencatat bahwa tingkat pendanaan tahunan berada di angka 10 persen, jauh lebih rendah dibandingkan puncaknya di tahun 2023 yang mencapai 80 persen, atau 40 persen pada akhir tahun lalu.

    Tingkat pendanaan menunjukkan biaya yang harus dibayar trader untuk mempertahankan posisi beli dengan leverage. Penurunan tingkat ini mengindikasikan bahwa spekulan mulai enggan membayar mahal untuk mempertahankan taruhan bullish mereka—tanda bahwa permintaan spekulatif telah berkurang.

    Data dari Glassnode juga menunjukkan bahwa rasio leverage Bitcoin menurun menjadi 0,25, dari 0,32 di awal tahun 2025. Rasio ini membandingkan ukuran posisi futures trader besar terhadap jumlah Bitcoin yang tersedia di bursa. Rasio yang lebih rendah menunjukkan bahwa posisi tersebut didukung oleh modal nyata yang lebih besar, bukan hanya pinjaman.

    Selain itu, terjadi peningkatan likuidasi posisi pendek (short liquidation) saat para trader yang bertaruh terhadap Bitcoin terpaksa membeli kembali aset tersebut karena harga terus naik. Aksi beli ini turut mendorong reli harga lebih lanjut.

    Dengan latar belakang ini, reli Bitcoin kali ini tampak lebih sehat dan terkendali dibandingkan reli-reli sebelumnya yang lebih bersifat spekulatif. Perubahan struktur permintaan ini bisa menjadi sinyal penting bagi investor yang mencari eksposur jangka panjang terhadap aset kripto terbesar di dunia.

  • Saham Perusahaan Kripto COIN ARA Debut di BEI, Kantongi Dana Segar Rp 220 M

    Saham Perusahaan Kripto COIN ARA Debut di BEI, Kantongi Dana Segar Rp 220 M

    Jakarta

    PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan menjadi perusahaan kripto pertama yang mencatatkan saham di perdagangan saham.

    Berdasarkan data di papan perdagangan BEI, saham COIN terbang 35% hingga Auto Reject Atas (ARA) ke harga Rp 135 per lembar. COIN melepas sebanyak 2.205.882.400 saham pada debut perdananya.

    Perseroan menetapkan harga saham sebesar Rp 100 untuk setiap saham. Dengan begitu, perseroan akan meraup dana segar dari IPO sebesar Rp 220,58 miliar. COIN mencatatkan kelebihan permintaan atau oversubscribed lebih dari 180 kali dengan total pemesanan 200.000 lebih calon investor.

    “Kami percaya animo dari masyarakat terhadap saham COIN menggambarkan penerimaan aset kripto yang semakin luas dari masyarakat dan mengajak seluruh pihak untuk ikut melakukan pengawasan,” ujar Direktur Utama Indokripto Koin Semesta Ade Wahyu di Main Hall BEI, Jakarta Selatan, Rabu (09/07/2025).

    Ia menjelaskan, Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam adopsi aset kripto global berdasarkan data laporan terbaru dari Chainalysis Global Crypto Adoption Index. Karenanya, ia menilai Indonesia menjadi negara dengan adopsi aset kripto nomor satu di kawasan Asia Tenggara.

    Peningkatan terhadap adopsi aset kripto secara global didukung oleh semakin meningkatnya jumlah konsumen aset kripto nasional yang sudah mencapai 14,16 juta orang per April 2025, atau terus bertambah dibandingkan Januari 2025 di angka 12 juta orang.

    Menurutnya, dengan pengawasan Bursa CFX dan Lembaga Kustodian ICC, aset kripto mampu mendorong pertumbuhan total transaksi aset kripto Indonesia yang mencapai hingga Rp 650,61 triliun di akhir 2024.

    “Saat ini Indonesia menempatkan peringkat ketiga secara global dan tertinggi di ASEANdalam adopsi kripto dengan lebih dari 14,2 juta pengguna dan nilai tertinggi transaksi mencapai Rp 650 triliun pada akhir tahun 2024,” imbuhnya.

    Dana IPO ini akan dialokasikan untuk modal kerja anak usaha. Adapun rinciannya, sekitar 85% akan diberikan kepada perusahaan anak, yakni CFX dalam bentuk penyertaan modal yang akan digunakan untuk modal kerja meliputi pembiayaan teknologi, dana cadangan, hingga beban umum operasional.

    Kemudian 15 % sisa dana IPO juga akan diberikan kepada perusahaan anak, yaitu ICC, dalam bentuk penyertaan modal yang akan digunakan untuk modal kerja.

    Tonton juga “Harga Bitcoin Sentuh Rp 1,8 M, Apa Penyebabnya?” di sini:

    (ara/ara)

  • 14 Tahun Nganggur Tiba-Tiba Transfer Rp 139 Triliun

    14 Tahun Nganggur Tiba-Tiba Transfer Rp 139 Triliun

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah transfer Bitcoin disebut jadi yang terbesar sepanjang masa. Terdapat 80 ribu BTC atau US$8,6 miliar (Rp 139 triliun) yang mengendap selama 14 tahun.

    Ribuan Bitcoin tersebut berasal dari delapan dompet yang tidak aktif sejak 2011. Transfer dibagi menjadi beberapa kali dengan masing-masing sebesar 10 ribu BTC.

    Saat itu perdagangan Bitcoin masih di bawah US$4 per koin atau disebut sebagai era Satoshi. Jumlah Bitcoin yang ditransfer melampui rekor sebelumnya hanya 3.700 BTC.

    “Ini merupakan pergerakan harian koin terbesar berusia 10 tahun atau lebih dalam sejarah,” kata kepala penelitian CryptoQuant, Julio Moreno, dikutip dari Tech Spot, Senin (7/7/2025).

    Sejumlah pengamat mengatakan transfer dapat menjadi penanda perubahan kepemilikan. Selain itu dapat meningkatkan ke alamat dompet lebih baru atau kemungkinan pelanggaran keamanan.

    Namun Direktur di Coinbase, Conor Grogan mengatakan kecil kemungkinan transfer 80 ribu BTC bukan karena peretasan. Namun kemungkinan karena pengujian kunci yang dimiliki pribadi apakah masih bisa dibuka.

    “Kemungkinan kecil US$8 miliar dalam BTC telah diretas atau kunci pribadi yang dikompromikan,” ujarnya.

    Namun jika memang ada peretasan, maka bisa jadi pencurian terbesar yang pernah ada.

    “Jika benar [sekali lagi, saya berspekulasi] ini akan jadi pencurian terbesar dalam sejarah manusia,” kata Grogan.

    Tech Spot juga mengatakan tidak ada bukti Bitcoin dijual atau dipindahkan. Arkham Intelligence mengatakan kemungkinan adanya peningkatan alamat dari format lama ke alamat yang lebih baru dan aman.

     

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]