Produk: Beras

  • Mendag sebut pasokan bahan pokok aman dan harga stabil 

    Mendag sebut pasokan bahan pokok aman dan harga stabil 

    Nganjuk (ANTARA) – Menteri Perdagangan Budi Santoso meninjau langsung harga dan ketersediaan pasokan barang kebutuhan pokok di Pasar Wage, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

    “Hari ini kami sudah mengecek pasokan dan harga bapok di Pasar Wage. Pasokannya semua ada dan harganya stabil. Kita juga terus menjaga daya beli masyarakat agar pasarnya tetap tumbuh,” kata Mendag Budi Santoso saat di Nganjuk, Jumat.

    Hasil pantauan menunjukkan, harga sejumlah komoditas bahan pokok dijual di bawah harga acuan dan harga eceran tertinggi (HET). Komoditas tersebut, yaitu beras medium Rp13.000 per kilogram, beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog Rp12.000 per kilogram, telur ayam ras Rp28.000/kg, daging ayam ras Rp35.000/kg, dan gula pasir Rp16.000–17.000/kg.

    Kemudian, cabai keriting dijual dengan harga Rp42.000/kg, cabai rawit merah Rp33.000/kg, cabai merah besar Rp42.000/kg, bawang merah Rp26.000/kg, bawang putih kating Rp34.000/kg, dan bawang putih honan Rp28.000/kg.

    Selain itu, terpantau Minyakkita dijual dengan harga Rp15.700 per liter, minyak goreng premium Rp21.000/liter, beras premium Rp16.000–16.500/kg, daging sapi Rp120.000/kg, serta tepung terigu Rp12.000/kg.

    Sementara itu, pedagang ayam di Pasar Wage, Nganjuk Winarko mengatakan tentang pasokan ayam tersedia dan harganya saat ini sudah turun.

    “Stoknya aman. Harganya kemarin Rp38.000/kg, sekarang Rp35.000,”kata dia.

    Pihaknya juga menegaskan untuk memastikan kesediaan pasokan dan stabilitas bahan pokok terus terjaga, Kemendag secara aktif berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Koordinasi dilakukan melalui Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP).

    Sementara itu pedagang cabai, Suparmi, mengungkapkan penurunan harga cabai merah.

    ”Harga cabai merah besar Rp42.000/kg—Rp43.000/kg. Ini sudah turun, kemarin sampai Rp50.000/kg,” ujar dia.

    Ia juga berharap agar harga bahan pokok dapat terus stabil sehingga terjangkau masyarakat.

    Pasar Wage yang terletak di Kabupaten Nganjuk tersebut menjadi salah satu pusat niaga Kabupaten Nganjuk. Pasar seluas 7.709 meter persegi ini berdiri sejak 1973 dan dikelola oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Nganjuk.

    Pasar ini juga telah mendapat predikat Pasar Tertib Ukur. Kini, Pasar Wage mampu menampung sekitar 830 pedagang.

    Hadir dalam kunjungan tersebut, yaitu Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi, Wakil Bupati Nganjuk Trihandy Cahyo Saputro, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur Iwan Setiawan, Kepala Disperindag Kabupaten Nganjuk Sri Handayani, Pemimpin Perum Bulog Cabang Kediri Harisun dan tamu undangan lainnya.

    Pewarta: Asmaul Chusna
    Editor: Triono Subagyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Wagub pastikan pengembangan sorgum di Jabar diperluas

    Wagub pastikan pengembangan sorgum di Jabar diperluas

    dua hektare lahan di Cirebon saat ini digunakan untuk pembibitan. Tahun depan area tersebut diperluas menjadi 18 ha

    Cirebon (ANTARA) – Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Erwan Setiawan memastikan pengembangan tanaman sorgum di provinsi tersebut diperluas, dengan dukungan dari Kementerian Pertanian (Kementan) yang menyiapkan lahan seluas 5.000 hektare di beberapa daerah.

    “Kementan sudah menyiapkan 5.000 hektare lahan untuk penanaman sorgum,” kata Erwan di Cirebon, Jabar, Jumat.

    Menurut dia, lahan di Jabar yang sudah ditetapkan berada di beberapa kabupaten yakni seperti 8 hektare di Cirebon, 20 hektare di Majalengka, 50 hektare di Garut serta sebagian di Kabupaten Sukabumi.

    Ia menyampaikan selanjutnya pengembangan tanaman sorgum akan dilakukan di Indramayu, Subang serta penambahan kembali di Majalengka karena memiliki kondisi dan iklim yang cocok untuk budidaya komoditas tersebut.

    “Ini program strategis. Kita manfaatkan lahan-lahan tidak produktif agar bisa menghasilkan. Kalau berjalan, ketahanan pangan nasional bisa terwujud tanpa bergantung pada impor beras maupun palawija,” katanya.

    Ia menjelaskan pemerintah daerah tingkat provinsi, kota, dan kabupaten didorong untuk menginventarisasi lahan-lahan aset yang tidak aktif untuk dipakai sebagai lokasi budidaya tanaman pangan seperti sorgum.

    Dengan cara itu, kata dia, penanaman sorgum bisa diperluas dan dimanfaatkan untuk mendukung kemandirian pangan di tingkat daerah.

    “Sebagai contoh, dua hektare lahan di Cirebon saat ini digunakan untuk pembibitan. Tahun depan area tersebut diperluas menjadi 18 hektare,” katanya.

    Ia menegaskan potensi sorgum sangat besar karena seluruh bagiannya bermanfaat seperti biji dapat diolah menjadi bahan pengganti beras maupun tepung, batang bisa dipakai sebagai bahan baku bioetanol dan biomassa, sementara akarnya dapat dijadikan pupuk.

    “Tidak ada yang terbuang dari tanaman sorgum ini. Semua bisa dimanfaatkan,” ujarnya.

    Namun, ia mengakui salah satu kendala yang dihadapi petani sorgum adalah pemasaran karena selama ini pengembangan masih dilakukan kelompok kecil sehingga tidak terkoordinasi dengan baik.

    “Ke depan kami bentuk kelompok-kelompok tani sorgum supaya hasilnya bisa diserap, mulai dari panen sampai hilirisasi,” tuturnya.

    Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distanhorti) Dadan Hidayat menyampaikan program pengembangan sorgum ini sejalan dengan upaya pemerintah pusat yang gencar melaksanakan diversifikasi pangan.

    Menurut dia, pengembangan sorgum pernah dicanangkan oleh pemerintah pusat maupun daerah sebelumnya dan kini kembali diprioritaskan.

    Ia menekankan pangsa pasar menjadi kunci, sehingga dukungan dari pihak eksternal seperti PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sangat diperlukan karena telah menjadi perantara untuk mendatangkan off-taker yang akan menyerap hasil produksi sorgum.

    “Kalau petani siap menanam, harus ada pihak yang membeli. Karena itu kami arahkan kontrak farming dengan off-taker supaya saling menguntungkan,” katanya.

    Dadan mengemukakan pada 2025, Provinsi Jabar menargetkan penanaman sorgum seluas 148 hektare dengan produktivitas rata-rata 7 ton per hektare.

    Ia menambahkan fokus pengembangan di Jabar, diarahkan untuk diversifikasi pangan dengan memanfaatkan biji sorgum.

    “Sekarang kami fokuskan untuk pengembangan sorgum sebagai komoditas pangan,” ucap dia.

    Pewarta: Fathnur Rohman
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Dana Pusat Dipangkas Lebih dari Rp100 M, APBD Kota Blitar Terjun Bebas

    Dana Pusat Dipangkas Lebih dari Rp100 M, APBD Kota Blitar Terjun Bebas

    Blitar (beritajatim.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar kini berada di ambang krisis fiskal setelah pemerintah pusat memutuskan memangkas dana transfer ke daerah. Pemotongan anggaran yang diperkirakan mencapai lebih dari Rp100 miliar ini, secara langsung akan mengguncang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Blitar dan mengancam sejumlah program kerakyatan.

    Wali Kota Blitar, Syauqul Muhibbin (Mas Ibin), mengungkapkan kekhawatiran perihal hal itu. Pria yang akrab disapa Mas Ibin tersebut menjelaskan bahwa Blitar sangat bergantung pada dana pusat, di mana hampir 80 persen dari total APBD yang mencapai sekitar Rp1 triliun bersumber dari dana transfer tersebut.

    “Pemangkasan dana transfer dari pusat tentu berdampak besar pada program-program di Kota Blitar,” ujar Mas Ibin, pada Jumat (3/10/2025).

    Pemangkasan dana transfer ini tidak hanya sekedar masalah hitungan angka, tetapi berdampak langsung pada ruang fiskal daerah dan kemampuan Pemkot dalam menjalankan kegiatan, terutama layanan sosial untuk masyarakat

    Mas Ibin menyebut salah satu program yang paling rentan terdampak adalah bantuan Rastra (Beras Sejahtera Daerah). Program yang selama ini menjadi jaring pengaman bagi masyarakat kurang mampu ini terancam dikurangi jumlahnya atau diubah total skemanya.

    “Rastrada kemungkinan besar menjadi evaluasi besar di tahun 2026 karena keterbatasan dana,” tegasnya.

    Menyikapi kondisi darurat keuangan ini, Pemkot Blitar tengah menyusun langkah antisipatif. Wali Kota Syauqul menegaskan komitmennya untuk tetap melindungi masyarakat, meski harus mengubah bentuk bantuan.

    Sebagai langkah antisipasi, Pemkot Blitar berencana mengalihkan bentuk bantuan agar tetap bisa menyentuh masyarakat yang membutuhkan, meski tidak lagi dalam bentuk beras.

    Perubahan skema bantuan ini dilakukan demi penyesuaian keuangan daerah dan merupakan upaya keras untuk menjaga keberlangsungan layanan sosial dasar di tengah kondisi APBD yang “terjun bebas.”

    “Intinya memang ada pemangkasan dana transfer dari pusat. Itu yang membuat beberapa program harus disesuaikan,” pungkasnya. [owi/beq]

  • Kisah Kemanusiaan di Sekitar Proses Penyelamatan Korban Runtuhan Bangunan Pesantren Al-Khoziny Sidoarjo

    Kisah Kemanusiaan di Sekitar Proses Penyelamatan Korban Runtuhan Bangunan Pesantren Al-Khoziny Sidoarjo

    Keluhan sederhana itu akhirnya sampai juga ke telinga sejumlah pihak. Jalan kemanusiaan berlanjut. Rombongan dari Kesirah atau Kesehatan Indonesia Raya datang membawa dukungan berbeda, bukan beras, bukan lauk, melainkan suntikan vitamin dan obat-obatan.

    “Kalau korban dan keluarga korban insyaAllah sudah cukup banyak yang membantu. Tapi relawan, terutama ibu-ibu yang masak, jarang ada yang ingat. Mereka ini juga butuh dijaga kesehatannya,” ujar dr Benjamin Kristianto, anggota komisi E DPRD Jatim.

    Sebanyak 100 ampul vitamin disiapkan. Sasarannya para relawan dapur umum, petugas gotong royong, hingga pekerja lapangan yang tak pernah mengenal lelah.

    Bagi para relawan, bantuan itu bukan sekadar cairan dalam botol kecil. Ada penghargaan yang terasa: bahwa jerih payah mereka dilihat, bahwa keringat mereka tak diabaikan.

    “Kita harus hargai mereka. Mereka rela meninggalkan keluarga, datang ke sini, membantu tanpa pamrih. Itu luar biasa,” ujar Benjamin.

    Seperti halnya doa dan makanan, vitamin itu adalah penguat. Penguat tubuh yang lelah, sekaligus penguat hati yang mulai surut oleh letih.

  • Pemprov Jabar dan PTDI mulai kembangkan komoditas sorgum di Cirebon

    Pemprov Jabar dan PTDI mulai kembangkan komoditas sorgum di Cirebon

    Cirebon (ANTARA) – Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) bersama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mulai mengembangkan bibit tanaman sorgum, sebagai komoditas alternatif pangan di Kabupaten Cirebon.

    Wakil Gubernur Jabar Erwan Setiawan di Cirebon, Jumat, mengatakan penanaman perdana komoditas sorgum hasil kolaborasi lintas sektoral itu dilakukan di lahan milik Pemprov Jabar seluas dua hektare di Kecamatan Plumbon, Cirebon.

    Ia menjelaskan sorgum memiliki keunggulan dibandingkan padi sebagai bahan pangan alternatif, karena hanya perlu ditanam sekali dalam setahun, namun dapat dipanen hingga tiga kali.

    “Sorgum ini adalah inovasi untuk mengganti beras. Ini lebih efektif karena satu kali tanam bisa tiga kali panen,” katanya.

    Menurut dia, sorgum berpotensi menjadi inovasi untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras sebagai bahan pangan pokok.

    Erwan menyebutkan pengembangan sorgum di Cirebon ini dilakukan melalui kolaborasi antara Pemprov Jabar, PTDI dan Universitas Pasundan Bandung.

    Ia pun menyampaikan apresiasi kepada dua lembaga tersebut yang telah menjalin kerja sama untuk memperkenalkan komoditas sorgum di Jabar, khususnya di wilayah Cirebon.

    “Nanti kami membantu petani yang menanam sorgum (di Cirebon) untuk pemasarannya, karena selama ini hanya kelompok-kelompok kecil saja dan tidak terkoordinir,” ujarnya.

    Pewarta: Fathnur Rohman
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bapanas: Harga cabai rawit Rp43.991/kg, bawang merah Rp37.259/kg

    Bapanas: Harga cabai rawit Rp43.991/kg, bawang merah Rp37.259/kg

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga cabai rawit merah secara nasional turun menjadi Rp43.991 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp46.235 per kg, begitu pun bawang merah turun menjadi Rp37.259 dari sebelumnya Rp38.243 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Jumat pukul 09.30 WIB harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran, beras premium di harga Rp15.851 per kg turun dari sebelumnya Rp15.980 per kg.

    Kemudian beras medium turun menjadi Rp13.697 per kg turun dari sebelumnya Rp13.854 per kg, beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp12.530 per kg turun dari sebelumnya Rp12.540 per kg.

    Komoditas jagung Tk peternak tercatat Rp6.398 per kg turun dari sebelumnya Rp6.644 per kg; kedelai biji kering (impor) di harga Rp10.495 per kg turun dari sebelumnya Rp10.713 per kg.

    Berikutnya bawang putih bonggol di harga Rp36.264 per kg turun dari hari sebelumnya Rp37.066 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp55.652 per kg turun dari sebelumnya Rp57.697 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp46.568 per kg turun dari sebelumnya Rp49.990 per kg.

    Lalu daging sapi murni Rp134.397 per kg turun dari sebelumnya Rp134.851 per kg, daging ayam ras Rp37.861 per kg turun dari sebelumnya Rp38.377 per kg, lalu telur ayam ras Rp29.919 per kg turun dari sebelumnya Rp29.998 per kg.

    Sementara itu, gula konsumsi di harga Rp17.923 per kg turun dari sebelumnya Rp18.048 per kg.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Hore! Harga Beras Mulai Turun, Cek Daftar Harga Pangan Hari Ini 3 Oktober

    Hore! Harga Beras Mulai Turun, Cek Daftar Harga Pangan Hari Ini 3 Oktober

    Bisnis.com, JAKARTA — Mayoritas harga pangan mulai mulai mengalami penurunan pada hari ini, Jumat (3/10/2025). Penurunan harga terjadi pada komoditas beras, cabai, hingga telur.

    Melansir panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada pukul 8.00 WIB, harga beras premium tercatat mengalami penurunan 1,70% menjadi Rp15.708 per kilogram (Kg).

    Sementara itu, harga beras medium turun 1,43% menjadi Rp13.656 per kg dan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Ikut turun tipis 0,58% menjadi Rp12.467 per kg.

    Harga Jagung pakan ternak turun cukup signifikan 7,99% menjadi Rp6.113 per kg. Diikuti harga kedelai biji kering yang juga turun 4,27% menjadi Rp10.256 per kg.

    Bawang merah turun 5,63% menjadi Rp36.089 per kg. Sedangkan, bawang putih bonggol juga dalam tren turun harga 3,66% menjadi Rp35.711 per kg.

    Sementara itu, harga cabai merah keriting turun 6,64% menjadi Rp53.864 per kg, cabai merah besar turun 10,08% menjadi Rp44.953 per kg dan cabai rawit merah turun 11,98% menjadi Rp40.694 per kg.

    Harga gula konsumsi turun 0,27% ke level Rp18.000 per liter serta garam turun 1,26% menjadi Rp11.411 per kg, sedangkan, harga minyak goreng kemasan turun 2,84% menjadi Rp20.322 per liter, dan minyak goreng curah turun 1,26% menjadi Rp17.385 per liter. 

    Tepung terigu kemasan Ikut turun 3,02% menjadi Rp12.569 per kg dan tepung terigu curah turun 4,34% menjadi Rp9.323 per kg.

    Harga komoditas pangan sumber protein seperti telur ayam turun 0,92% ke angka Rp29.722 per kg. Bersamaan dengan Hal itu, daging ayam ras juga turun 1,33% menjadi Rp37.868 per kg.

    Kemudian, harga  daging sapi turun 1,31% menjadi Rp133.088 per kg. Meski demikian, harga rata-rata nasional daging kerbau beku (impor) naik 0,94% menjadi Rp106.725 per kg dan daging kerbau segar (lokal) naik 6,63% menjadi Rp150.000 per kg.

    Terakhir, harga ikan bandeng turun 2,15% menjadi Rp34.302 per kg. Sementara ikan tongkol naik 0,50% ke angka Rp34.651 per kg dan ikan kembung naik 6,13% menjadi Rp44.130 per kg. 

  • Produksi beras di Jawa Tengah diperkirakan surplus hingga Oktober 2025

    Produksi beras di Jawa Tengah diperkirakan surplus hingga Oktober 2025

    Senin, 22 September 2025 14:16 WIB

    Pekerja mengemas beras di salah satu toko beras kompleks Pasar Johar, Semarang, Jawa Tengah, Senin (22/9/2025). Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa produksi beras selama periode Januari-Oktober 2025 diperkirakan mencapai 4,95 juta ton, sementara kebutuhan beras di Jawa Tengah sebesar 3,37 juta ton, sehingga diperkirakan mengalami surplus beras sekitar 1,57 juta ton. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nym.

    Pekerja mengemas beras di salah satu toko beras kompleks Pasar Johar, Semarang, Jawa Tengah, Senin (22/9/2025). Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa produksi beras selama periode Januari-Oktober 2025 diperkirakan mencapai 4,95 juta ton, sementara kebutuhan beras di Jawa Tengah sebesar 3,37 juta ton, sehingga diperkirakan mengalami surplus beras sekitar 1,57 juta ton. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nym.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bapanas kirim tim cek gudang Bulog, pastikan kualitas beras terjaga

    Bapanas kirim tim cek gudang Bulog, pastikan kualitas beras terjaga

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menegaskan pihaknya mengirim tim untuk mengecek gudang Perum Bulog secara acak sebagai langkah memastikan kualitas beras tetap terjaga dan layak dikonsumsi masyarakat di seluruh Indonesia.

    “Badan Pangan kirim tim ke Bulog untuk cek secara random. Apalagi, gudangnya ada 1.580,” kata Arief dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

    Dia menyampaikan stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog untuk dibagikan ke masyarakat harus berada di kualitas yang baik.

    Saat ini, program penyaluran yang masih berjalan berupa bantuan pangan dan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras.

    Arief juga mengaku telah meminta jajaran Bulog untuk melaksanakan pengecekan ke gudang-gudang.

    Hal itu penting karena tidak boleh ada beras Bulog berkualitas kurang baik yang sampai ke masyarakat, baik sebagai penerima bantuan pangan maupun sebagai pembeli.

    “Intinya, kalau beras yang dibagikan ke masyarakat harus bagus. Tidak boleh alasan apapun. Jadi, Badan Pangan Nasional menugaskan Bulog untuk menyalurkan bantuan pangan. Itu harus bagus. Lalu, pelaksanaan SPHP beras juga harus bagus. Tidak boleh ada yang kualitasnya jelek,” ujar Arief.

    Menurutnya, di gudang penyimpanan beras umumnya terdapat stok lama, stok baru, dan sebagian yang memerlukan perlakuan khusus, namun ketika sampai ke konsumen harus dalam kondisi baik dan aman.

    “Tapi, kalau sampai ke customer harus bagus. Harus aman juga,” tegasnya.

    Dia juga mengaku telah meminta jajaran di Bulog, mulai dari direksi, pimpinan wilayah (pimwil) sampai pimpinan cabang (pimca), untuk memastikan kualitas tersebut.

    Ia mendorong ada tahapan pemrosesan ulang untuk menjaga mutu stok beras sebelum disalurkan.

    “Saya sudah komunikasi sama teman-teman Bulog. Tidak boleh ada beras yang jelek yang sampai keluar. Tapi, kalau di gudang Bulog itu kan pasti ada yang perlu diproses, kan ada tahapannya. Tahapannya di reprocess dulu,” jelasnya.

    Bagi Arief, stok beras di Bulog memang perlu senantiasa dijaga karena dibutuhkan pemerintah sebagai intervensi tatkala produksi dan konsumsi beras secara bulanan tidak seimbang.

    Pada momentum tersebut, harga beras kerapkali meninggi. Masyarakat memerlukan alternatif beras yang berkualitas baik, tapi masih dengan harga yang di bawah pasaran.

    Dijelaskan pada periode November 2025 hingga Februari 2026, produksi beras diperkirakan tidak setinggi bulan-bulan sebelumnya sehingga kondisi ini perlu diantisipasi bersama karena kebutuhan dan produksi dipastikan tidak seimbang.

    Stok Bulog yang tersedia saat ini diproyeksikan menjadi penyangga penting untuk menutup kekurangan tersebut hingga memasuki panen raya, sehingga pasokan beras ke masyarakat tetap aman dan stabil.

    “Dan, saya juga wanti-wanti. Jangan sampai stok ini tidak keluar, karena nanti di bulan Maret, April, waktunya menyerap panen hasil produksi dalam negeri,” ucap Arief.

    “Pokoknya target (penyaluran beras) SPHP 1,3 juta ton harus diselesaikan. Masih sekitar 1 juta ton lagi sampai Desember 2025. Realisasi SPHP hari ini dari awal tahun sudah 422 ribu ton,” tambah Arief.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Begini Cara SPPG Palmerah Hitung Gizi di Menu MBG
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        2 Oktober 2025

    Begini Cara SPPG Palmerah Hitung Gizi di Menu MBG Megapolitan 2 Oktober 2025

    Begini Cara SPPG Palmerah Hitung Gizi di Menu MBG
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Palmerah, Jakarta Barat, mengaku telah menghitung dengan cermat gizi yang terkandung dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
    Takaran porsi dibuat seragam agar setiap anak penerima program MBG mendapatkan asupan sesuai standar gizi.
    “Di sini kita pakai gramasi. Misalnya, untuk SMA nasi 200 gram, lauk hewani sekian gram, lauk nabati sekian, sayur satu centong, dan ada tambahan buah. Semua sudah ada cetakannya,” ujar ahli gizi SPPG Palmerah, Cut Athaya Artawana Tandy kepada Kompas.com, Kamis (2/10/2025).
    Cut Athaya menjelaskan, meski menunya sama untuk semua jenjang, ukuran porsinya disesuaikan dengan kelompok usia.
    “Yang membedakan di sini paling porsinya. Jadi anak TK dan SD dapat ukuran lebih kecil, sementara SMP dan SMA porsinya lebih besar,” kata dia.
    Agar relawan tidak keliru, dapur SPPG Palmerah menyediakan cetakan khusus.
    “Kita ajari dulu relawan cara mengukur. Jadi untuk nasi 200 gram sudah ada takaran yang pas, begitu juga lauk hewani, lauk nabati, dan sayur,” ucap Athaya.
    Setiap ompreng makanan MBG wajib memenuhi prinsip gizi seimbang, yaitu karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah.
    “Kadang ada tambahan susu, meski tidak setiap hari, biasanya dua atau tiga kali sebulan,” ujar Athaya.
    Selain itu, variasi buah juga terus diupayakan agar anak-anak tidak bosan. Mulai dari jeruk, pisang, anggur moon drop, anggur hijau shiny muscat, hingga kelengkeng.
    Menariknya, anak-anak penerima manfaat kerap menyelipkan catatan kecil di ompreng berisi permintaan menu.
    “Kami menyebutnya surat cinta. Ada yang minta burger, mie Jawa, sampai spaghetti,” kata Athaya.
    Jika permintaan masih bisa disesuaikan dengan standar gizi, tim akan mengakomodasi.
    “Burger misalnya, kami buat versi sehat dengan roti, chicken katsu dari ayam segar, plus sayuran. Jadi tetap seimbang,” ujar dia.
    Meski porsi gizi sudah diperhitungkan dengan ketat, tantangan terbesar justru ada pada sayur.
    “Yang sering tersisa biasanya sayur. Itu PR kami untuk terus mengedukasi anak-anak tentang pentingnya makan sayur,” tutur Athaya.
    Evaluasi dilakukan rutin, termasuk melalui
    food waste
    . Jika menu tertentu banyak tersisa, terutama sayur, maka akan diganti dengan variasi lain yang lebih menarik bagi anak-anak.
    Dengan sistem yang terukur ini, SPPG Palmerah setiap hari mengolah beras hingga 8–9 karung berukuran 75 kilogram. Proses memasak dilakukan bertahap sejak dini hari agar distribusi bisa berjalan tepat waktu.
    “Kerja kami memang dikejar waktu, tapi intinya anak-anak harus dapat makanan bergizi seimbang setiap hari,” ujar Athaya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.