Produk: Beras

  • RAPBD Sidoarjo 2026 Dinilai Melenceng, Fraksi Gerindra Warning Defisit Pangan Makin Parah

    RAPBD Sidoarjo 2026 Dinilai Melenceng, Fraksi Gerindra Warning Defisit Pangan Makin Parah

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Sidoarjo Tahun Anggaran 2026 dinilai Fraksi Gerindra belum mencerminkan keseriusan pemerintah daerah dalam memperkuat ketahanan pangan, padahal isu ini telah menjadi prioritas nasional dalam RPJMN 2025–2029 dan agenda jangka panjang daerah dalam RPJPD Sidoarjo 2025–2045.

    Data RPJPD menunjukkan tren penurunan produksi pangan dalam satu dekade terakhir, luas panen padi turun dari 37.277 hektare pada 2018 menjadi 30.915 hektare pada 2023, sementara produksi beras merosot dari 142.577 ton menjadi 112.426 ton. Penurunan ini mendorong munculnya defisit beras tahunan yang pada 2026 diproyeksikan mencapai 88.870 ton dan meningkat tajam menjadi 170.289 ton pada 2045.

    Ketua Fraksi Gerindra DPRD Sidoarjo, H. Ahmad Muzayin Syafrial, menyatakan bahwa situasi ini merupakan alarm keras bagi pemerintah daerah. Ia menilai RAPBD 2026 justru menjauh dari mandat nasional maupun arah pembangunan jangka panjang daerah.

    “Sidoarjo menghadapi defisit pangan setiap tahun hingga 2045, tapi arah RAPBD justru menjauh dari mandat nasional. Ini sangat kontradiktif dan tidak boleh dibiarkan,” tegasnya, Senin (17/11/2025).

    Anggota Banggar DPRD Sidoarjo itu juga mengingatkan bahwa KLHS RPJPD turut menyoroti penurunan daya dukung pangan akibat penyusutan lahan pertanian, perubahan iklim, keterbatasan air, serta masifnya alih fungsi lahan yang terus menggerus kapasitas produksi.

    Fraksi Gerindra juga menyoroti sektor perikanan yang sesungguhnya merupakan kekuatan besar Sidoarjo, namun tidak memperoleh dukungan anggaran memadai dalam RAPBD 2026.

    Data Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka 2025 mencatat total luas tambak mencapai 14.794 hektare, menjadikannya salah satu daerah tambak terbesar di Jawa Timur. Produksi komoditas unggulan pada 2024 sangat besar: 35,3 juta kg bandeng, 4,03 juta kg udang windu, 5,96 juta kg udang vaname, dan 15,7 juta kg ikan nila.

    Produksi ikan lele dari kolam bahkan lebih dari 2 juta kg per bulan, sementara perairan umum menghasilkan lebih dari 563 ribu kg per tahun. Namun dalam RAPBD 2026 tidak terdapat anggaran untuk cold storage, sentra tambak, peningkatan alat tangkap, maupun unit pengolahan hasil ikan.

    Menurut Muzayin, ini adalah kelemahan mendasar. “Produksi besar tanpa dukungan rantai dingin sama saja membiarkan petambak merugi,” tukasnya.

    Pada sektor pertanian, ketiadaan anggaran alsintan seperti traktor, pompa irigasi, cultivator, transplanter, hingga combine harvester membuat Fraksi Gerindra mempertanyakan arah pembangunan daerah.

    Muzayin menegaskan bahwa tanpa mekanisasi dan infrastruktur pendukung, peningkatan produktivitas mustahil dicapai. Mantan aktivis PMII Jatim itu mengutip kaidah ushul fiqh “Maa laa yatimmu al-waajibu illaa bihii fahuwa waajib.” Bahwa kewajiban tidak akan sempurna tanpa sarana pendukungnya. “Ketahanan pangan itu wajib. Maka penyediaan alat, air, dan seluruh infrastruktur penunjangnya juga wajib,” urainya menegaskan.

    Fraksi Gerindra juga menilai ketimpangan prioritas belanja semakin terlihat dari dominasi anggaran pembangunan jalan dibandingkan irigasi, embung, dan drainase pertanian.

    Sementara itu, sektor penataan ruang juga dinilai tidak menunjukkan komitmen terhadap perlindungan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B), padahal RPJPD secara eksplisit menempatkan perlindungan lahan pertanian sebagai pilar ketahanan pangan jangka panjang.

    Muzayin menilai bahwa absennya penguatan KP2B dapat mempercepat penyusutan lahan produktif dan memperburuk defisit pangan di masa depan.

    Melihat berbagai persoalan tersebut, Fraksi Gerindra mendesak pemerintah daerah melakukan realokasi besar-besaran dari belanja operasional seperti rapat, honor, perjalanan dinas, dan konsumsi ke belanja strategis yang berdampak langsung pada sektor pangan.

    Dinilainya bahwa prioritas anggaran harus diarahkan pada pengadaan alsintan, pembangunan sistem cold chain terpadu, penguatan jaringan irigasi dan embung, perlindungan KP2B, serta pengembangan sentra hortikultura, biofarmaka, dan tambak. Ia menekankan bahwa ketahanan pangan bukan sekadar isu sektoral, tetapi fondasi stabilitas ekonomi dan sosial masyarakat Sidoarjo.

    “Tanpa intervensi yang serius dan terukur, Sidoarjo akan terus berada dalam bayang-bayang defisit pangan. Jika ketahanan pangan itu wajib, maka seluruh sarana pendukungnya juga wajib untuk diwujudkan. Ini bukan pilihan, tetapi keharusan,” pungkasnya. (isa/kun)

  • Bulog Apresiasi Polsek Mojokerto, Penyaluran Beras SPHP Tembus 753 Ton

    Bulog Apresiasi Polsek Mojokerto, Penyaluran Beras SPHP Tembus 753 Ton

    Mojokerto (beritajatim.com) — Perum Bulog Kantor Cabang Mojokerto memberikan apresiasi dan piagam penghargaan kepada tiga Kapolsek yang dinilai paling berperan aktif dalam membantu penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Tiga Kapolsek yang menerima penghargaan tersebut yakni Kapolsek Ngoro Kompol Heru Purwandi, Kapolsek Sooko AKP Syaiful Isro’, dan Kapolsek Pacet Iptu Khoirul Umam.

    Ketiganya dinilai memiliki kontribusi terbesar dalam membantu penyaluran beras SPHP hingga menjangkau masyarakat di berbagai desa. Piagam penghargaan tersebut diserahkan Kepala Perum Bulog Cabang Mojokerto, Muhammad Husin, di Ruang Presisi Polres Mojokerto dan dihadiri jajaran Pejabat Utama (PJU) Polres Mojokerto serta para Kapolsek.

    Kepala Perum Bulog Kantor Cabang Mojokerto, Muhammad Husin, mengatakan jika keberhasilan program Gerakan Pangan Murah (GPM) tak lepas dari dukungan jajaran Polsek. Melalui kegiatan GPM yang digelar di Mapolsek hingga balai desa, penyaluran beras dengan harga di bawah pasar tersebut mampu terserap dengan cepat dan merata.

    “Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Kapolres Mojokerto dan seluruh jajaran. Sinergi ini membuat Bulog dapat menjangkau masyarakat secara langsung, terutama di saat harga pangan bergejolak,” ungkapnya, Senin (17/11/2025).

    Polres Mojokerto sendiri tercatat berhasil membantu distribusi 753,8 ton beras SPHP, atau lebih dari 10 persen dari total target distribusi Bulog yang mencapai 7.000 ton. Bulog berharap penghargaan tersebut dapat semakin memperkuat sinergi antara instansi dan menjadi contoh kolaborasi strategis dalam menjaga ketahanan pangan di daerah.

    Sementara itu, Kapolres Mojokerto AKBP Ihram Kustarto menegaskan bahwa Polri berkomitmen untuk terus mendukung program pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan. “Ini wujud kepedulian kami kepada masyarakat. Kami siap mengamankan dan memfasilitasi GPM agar beras SPHP tersalurkan tepat sasaran dan membantu meringankan beban ekonomi warga,” tegasnya. [tin/kun]

  • Eksepsi Tempo soal Gugatan Amran Dikabulkan, Hakim: Bukan Kewenangan Pengadilan

    Eksepsi Tempo soal Gugatan Amran Dikabulkan, Hakim: Bukan Kewenangan Pengadilan

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan telah mengabulkan eksepsi PT Tempo Inti Media Tbk terkait gugatan yang diajukan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

    Majelis hakin PN Jaksel menyatakan pihaknya tidak berwenang mengadili Putusan perkara perdata dengan nomor 684/Pdt.G/2025/PN JKT.SEL itu.

    “Mengadili: Mengabulkan eksepsi Tergugat; Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak berwenang mengadili perkara ini,” bunyi amar putusan perkara, dikutip pada Senin (17/11/2025).

    Selain mengabulkan eksepsi Tempo, Hakim juga menghukum Kementerian Pertanian sebagai penggugat untuk membayar biaya perkara senilai Rp240.000 dalam perkara ini.

    Sekadar informasi, gugatan antara Mentan Amran dengan Tempo bermula dari aduan terhadap pemberitaan berjudul “Poles-Poles Beras Busuk” yang tayang di akun X dan Instagram Tempo.co pada 16 Mei 2025.

    Singkatnya, Dewan Pers kemudian mengeluarkan Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi (PPR) Nomor 3/PPR-DP/VI/2025 yang menyatakan pemberitaan Tempo melanggar Kode Etik Jurnalistik Pasal serta Pasal 3.

    PPR tersebut itu kemudian memberikan sanksi agar Tempo mengganti judul poster, meminta maaf, melakukan moderasi konten, dan melaporkan pelaksanaan rekomendasi kepada Dewan Pers. Tempo pun memenuhi rekomendasi tersebut dalam batas waktu 2×24 jam.

    Namun, Amran tetap mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan nomor perkara 684/Pdt.G/2025/PN JKT SEL, menilai Tempo tetap melakukan perbuatan melawan hukum yang menyebabkan kerugian materiil dan imateriil bagi Kementerian Pertanian.

    Sebelumnya, Ketua Umum AJI Indonesia Nany Afrida menilai bahwa langkah Amran yang menggugat Tempo ke pengadilan merupakan keliru. Sebab, sengketa pemberitaan bisa diselesaikan melalui mekanisme yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. 

    Dia menjabarkan bahwa sengketa pers memiliki dua mekanisme penyelesaian, yakni melalui hak jawab atau hak koreksi, serta mediasi di Dewan Pers. 

    Sementara itu, menurut Nany, langkah Menteri Amran ini bisa jadi merupakan bentuk upaya pembungkaman terhadap media.

    “Gugatan sebesar Rp200 miliar ini merupakan bentuk upaya pembungkaman dan pembangkrutan media,” ujar Nany dalam orasinya di PN Jaksel, Senin (3/10/2025).

    Menurut Nany, gugatan ini tak hanya mengancam Tempo sebagai perusahaan media. Namun, kebebasan pers media lainnya juga ikut terancam akibat gugatan ini.

    Oleh karena itu, AJI menyerukan agar Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menolak gugatan tersebut berdasarkan Undang-Undang Pers.

    “Hari ini Tempo yang digugat, tapi ke depan bisa saja gugatan serupa ditujukan kepada media lain yang mengkritik pemerintah,” pungkasnya.

  • ISRF 2025 Dorong Transformasi Beras Rendah Karbon di Indonesia

    ISRF 2025 Dorong Transformasi Beras Rendah Karbon di Indonesia

    Jakarta: International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025 digelar di Jakarta pada 17–18 November 2025. Forum ini menegaskan urgensi transformasi sistem pertanian padi yang lebih ramah lingkungan, sekaligus membuka peluang pasar bagi beras berkelanjutan dan rendah karbon.
     
    Menurut World Resources Institute, budidaya beras menghasilkan sekitar 1,0 gigaton CO₂e emisi gas rumah kaca yang memicu krisis iklim. Penyebabnya adalah praktik irigasi yang tidak efisien dan penggunaan agrokimia berlebih. Dengan beras sebagai makanan pokok lebih dari separuh populasi dunia, peralihan menuju sistem pertanian rendah karbon menjadi kebutuhan mendesak.
     
    ISRF 2025, yang diinisiasi Preferred by Nature bersama Sustainable Rice Platform (SRP), Rikolto, dan International Rice Research Institute (IRRI), mengangkat tema “Low Carbon Rice. High Global Impact.”
     
    Dalam forum ini, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menegaskan komitmen pemerintah untuk memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan melalui produksi beras, jagung, dan protein yang lebih produktif, berkelanjutan, dan tahan terhadap perubahan iklim.
     
    Ia menyebut, dalam 1–5 tahun ke depan, Indonesia akan membangun sektor pertanian secara besar-besaran, mulai dari varietas unggul, mekanisasi, hingga teknologi baru, dengan kolaborasi berbagai pihak, termasuk mitra internasional.
     
    “Tujuannya jelas, yaitu memastikan pangan bergizi dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Zulkifli Hasan.

     

    Dukungan internasional juga menguat. Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, H.E. Denis Chaibi, menegaskan kesiapan Uni Eropa untuk mendukung transformasi pangan Indonesia melalui program SWITCHAsia.
     
    “Kami mendorong praktik yang lebih hijau, memperkuat rantai nilai regional, dan mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan kolaborasi yang tepat, kita dapat membangun sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan bagi masyarakat di seluruh dunia,” ujarnya.
     
    Forum yang dihadiri pembuat kebijakan, peneliti, petani, penggilingan, dan lembaga donor internasional ini menjadi ruang untuk membahas strategi konkret dalam mempercepat adopsi pertanian padi rendah karbon.
     
    Peter Feilberg, Executive Director Preferred by Nature, menilai sektor perberasan memiliki potensi besar untuk mendorong perubahan iklim positif. 

    “Kita perlu menjembatani sains, kebijakan, dan praktik di lapangan agar transformasi benar-benar terjadi. Untuk itu kami mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bergerak bersama, agar rantai nilai padi menjadi lebih tangguh dan kita mendekati sistem pangan yang lebih tangguh, tanah yang lebih sehat, serta iklim yang lebih stabil,” tegasnya. 
     

    Jakarta: International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025 digelar di Jakarta pada 17–18 November 2025. Forum ini menegaskan urgensi transformasi sistem pertanian padi yang lebih ramah lingkungan, sekaligus membuka peluang pasar bagi beras berkelanjutan dan rendah karbon.
     
    Menurut World Resources Institute, budidaya beras menghasilkan sekitar 1,0 gigaton CO₂e emisi gas rumah kaca yang memicu krisis iklim. Penyebabnya adalah praktik irigasi yang tidak efisien dan penggunaan agrokimia berlebih. Dengan beras sebagai makanan pokok lebih dari separuh populasi dunia, peralihan menuju sistem pertanian rendah karbon menjadi kebutuhan mendesak.
     
    ISRF 2025, yang diinisiasi Preferred by Nature bersama Sustainable Rice Platform (SRP), Rikolto, dan International Rice Research Institute (IRRI), mengangkat tema “Low Carbon Rice. High Global Impact.”
     
    Dalam forum ini, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menegaskan komitmen pemerintah untuk memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan melalui produksi beras, jagung, dan protein yang lebih produktif, berkelanjutan, dan tahan terhadap perubahan iklim.
     
    Ia menyebut, dalam 1–5 tahun ke depan, Indonesia akan membangun sektor pertanian secara besar-besaran, mulai dari varietas unggul, mekanisasi, hingga teknologi baru, dengan kolaborasi berbagai pihak, termasuk mitra internasional.
     
    “Tujuannya jelas, yaitu memastikan pangan bergizi dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Zulkifli Hasan.
     
     

     
    Dukungan internasional juga menguat. Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, H.E. Denis Chaibi, menegaskan kesiapan Uni Eropa untuk mendukung transformasi pangan Indonesia melalui program SWITCHAsia.
     
    “Kami mendorong praktik yang lebih hijau, memperkuat rantai nilai regional, dan mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan kolaborasi yang tepat, kita dapat membangun sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan bagi masyarakat di seluruh dunia,” ujarnya.
     
    Forum yang dihadiri pembuat kebijakan, peneliti, petani, penggilingan, dan lembaga donor internasional ini menjadi ruang untuk membahas strategi konkret dalam mempercepat adopsi pertanian padi rendah karbon.
     
    Peter Feilberg, Executive Director Preferred by Nature, menilai sektor perberasan memiliki potensi besar untuk mendorong perubahan iklim positif. 

    “Kita perlu menjembatani sains, kebijakan, dan praktik di lapangan agar transformasi benar-benar terjadi. Untuk itu kami mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bergerak bersama, agar rantai nilai padi menjadi lebih tangguh dan kita mendekati sistem pangan yang lebih tangguh, tanah yang lebih sehat, serta iklim yang lebih stabil,” tegasnya. 
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • Indonesia Jadi Model Transformasi Beras Rendah Karbon

    Indonesia Jadi Model Transformasi Beras Rendah Karbon

    Jakarta: Indonesia menunjukkan peran strategisnya dalam penerapan praktik beras rendah karbon melalui Proyek Low Carbon Rice. Proyek ini menjadi sorotan dalam International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025 yang digelar pada 17-18 November 2025. 
     
    Sebagai salah satu produsen beras terbesar dunia, Indonesia dianggap mampu menyediakan model transformasi sistemik yang dapat direplikasi di negara lain. Dalam empat tahun terakhir, proyek ini berhasil menunjukkan hasil konkret di lapangan.

    Ketua Umum PERPADI, Sutarto Alimoeso, menyebut proyek Low Carbon Rice berfokus di lima kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Proyek ini juga telah membangun keterlibatan aktif para petani, perwakilan pemerintah, hingga pelaku sektor swasta.

    “Jawa Tengah ada di Klaten, Sragen, dan Boyolali. Kemudian Jawa Timur itu di Ngawi dan Madiun,” ujar Sutarto dalam konferensi pers International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025, Senin, 17 November. 
     

    Ia menekankan bahwa transformasi tidak hanya bertumpu pada petani, tetapi juga pelaku penggilingan padi. Menurutnya, perubahan teknologi di sektor penggilingan dapat memperbesar dampak pengurangan karbon.
     
    PERPADI mendorong penggunaan mesin listrik sebagai pengganti mesin diesel, yang hasilnya terbukti signifikan.
     
    “Dampak setelah peralhan adalah, membantu menekan biaya operasional hingga 40% dan mengurangi emisi karbon hingga sekitar 15%. Kami melihat langkah ini sebagai wujud nyata transformasi menuju sistem produksi beras rendah karbon,” jelas Sutarto.
     
    Ia menilai bahwa jika langkah ini didukung penuh melalui kebijakan nasional dan kemitraan lintas sektor, model tersebut bisa diperluas ke lebih banyak wilayah di Indonesia.
     

    Adapun sejumlah capaian proyek Low Carbon Rice antara lain:
     
    1. Mendukung 67 penggilingan kecil untuk beralih dari mesin diesel ke mesin listrik
     
    2. Membangun kemitraan dengan lebih dari 2.650 petani di lahan seluas 1.037 hektar
     
    3. Mengenalkan beras berkelanjutan ke pasar domestik, termasuk restoran dan pembeli institusional
     
    4. Memperkuat kebijakan nasional melalui pembentukan SRP National Working Group
     
    5. Mengembangkan panduan interpretasi standar beras berkelanjutan untuk Indonesia
     
    Proyek ini menunjukkan bagaimana inovasi, pembiayaan hijau, dan kerja sama teknis dapat menciptakan dampak nyata terhadap lingkungan sekaligus meningkatkan daya saing sektor perberasan.

     

    Jakarta: Indonesia menunjukkan peran strategisnya dalam penerapan praktik beras rendah karbon melalui Proyek Low Carbon Rice. Proyek ini menjadi sorotan dalam International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025 yang digelar pada 17-18 November 2025. 
     
    Sebagai salah satu produsen beras terbesar dunia, Indonesia dianggap mampu menyediakan model transformasi sistemik yang dapat direplikasi di negara lain. Dalam empat tahun terakhir, proyek ini berhasil menunjukkan hasil konkret di lapangan.
     
    Ketua Umum PERPADI, Sutarto Alimoeso, menyebut proyek Low Carbon Rice berfokus di lima kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Proyek ini juga telah membangun keterlibatan aktif para petani, perwakilan pemerintah, hingga pelaku sektor swasta.
     
    “Jawa Tengah ada di Klaten, Sragen, dan Boyolali. Kemudian Jawa Timur itu di Ngawi dan Madiun,” ujar Sutarto dalam konferensi pers International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025, Senin, 17 November. 
     

    Ia menekankan bahwa transformasi tidak hanya bertumpu pada petani, tetapi juga pelaku penggilingan padi. Menurutnya, perubahan teknologi di sektor penggilingan dapat memperbesar dampak pengurangan karbon.
     
    PERPADI mendorong penggunaan mesin listrik sebagai pengganti mesin diesel, yang hasilnya terbukti signifikan.
     
    “Dampak setelah peralhan adalah, membantu menekan biaya operasional hingga 40% dan mengurangi emisi karbon hingga sekitar 15%. Kami melihat langkah ini sebagai wujud nyata transformasi menuju sistem produksi beras rendah karbon,” jelas Sutarto.
     
    Ia menilai bahwa jika langkah ini didukung penuh melalui kebijakan nasional dan kemitraan lintas sektor, model tersebut bisa diperluas ke lebih banyak wilayah di Indonesia.
     

     
    Adapun sejumlah capaian proyek Low Carbon Rice antara lain:
     
    1. Mendukung 67 penggilingan kecil untuk beralih dari mesin diesel ke mesin listrik
     
    2. Membangun kemitraan dengan lebih dari 2.650 petani di lahan seluas 1.037 hektar
     
    3. Mengenalkan beras berkelanjutan ke pasar domestik, termasuk restoran dan pembeli institusional
     
    4. Memperkuat kebijakan nasional melalui pembentukan SRP National Working Group
     
    5. Mengembangkan panduan interpretasi standar beras berkelanjutan untuk Indonesia
     
    Proyek ini menunjukkan bagaimana inovasi, pembiayaan hijau, dan kerja sama teknis dapat menciptakan dampak nyata terhadap lingkungan sekaligus meningkatkan daya saing sektor perberasan.
     
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • Eksepsi Dikabulkan PN Jaksel, Gugatan Mentan Amran Rp200 M ke Tempo Kandas

    Eksepsi Dikabulkan PN Jaksel, Gugatan Mentan Amran Rp200 M ke Tempo Kandas

    Jakarta (beritajatim.com) – Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan eksepsi yang diajukan Tempo dalam perkara perdata yang dilayangkan Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Putusan sela yang dibacakan pada Senin (17/11/2025) itu menegaskan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak berwenang memeriksa gugatan senilai Rp 200 miliar tersebut.

    “Majelis mengabulkan eksepsi Tergugat. Majelis menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak berwenang mengadili perkara ini,” demikian bunyi amar yang dibacakan dalam sidang putusan sela PN Jaksel.

    Dalam putusan itu, hakim juga mewajibkan Kementerian Pertanian sebagai penggugat membayar biaya perkara sebesar Rp 240 ribu. Humas Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Asropi membenarkan isi putusan.

    “Betul. Kalau di e-court nanti sudah ditandatangani oleh panitera, para pihak bisa men-download putusan tersebut,” ujar Asropi, dikutip dari Tempo, Senin (17/11/2025).

    Ia berharap salinan putusan dapat diakses tanpa kendala. “Semoga tidak ada trouble di e-court,” ujarnya.

    Eksepsi Tempo sejak awal menekankan bahwa sengketa ini bukan ranah perdata umum, melainkan sengketa pers yang tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Karena itu, menurut kuasa hukumnya, kewenangan penyelesaian berada pada Dewan Pers. Mereka juga menyebut penggugat belum menempuh mekanisme wajib dalam UU Pers seperti hak jawab, hak koreksi, maupun pengaduan ke Dewan Pers.

    Kuasa hukum Tempo turut menyatakan bahwa gugatan yang diajukan Amran merupakan bentuk Unjustified Lawsuit Against Press (ULAP) yang dianggap muncul dari itikad buruk. Mereka menilai gugatan ini tidak memiliki legal standing. Pertama, pengaduan ke Dewan Pers sebelumnya diajukan oleh Wahyu Indarto, bukan Menteri Pertanian. Kedua, objek sengketa berupa pemberitaan justru membahas aktivitas Bulog dalam penyerapan beras dan/atau gabah, bukan mengenai penggugat secara langsung.

    Tim hukum Tempo juga menilai gugatan ini sarat penyalahgunaan hak dan berpotensi menjadi intimidasi karena adanya tuntutan ganti rugi sebesar Rp 200 miliar. Selain itu, gugatan disebut salah pihak karena berita yang disengketakan dipublikasikan oleh tempo.co di bawah PT Info Media Digital, bukan PT Tempo Inti Media Tbk. Mereka menegaskan bahwa seorang menteri tidak dapat menggugat atas nama pegawai kementerian, Bulog, dan petani Indonesia tanpa landasan hukum eksplisit.

    Gugatan Amran terhadap Tempo sebelumnya berkaitan dengan sampul berita “Poles-poles Beras Busuk” yang diposting di Instagram dan X. Artikel tersebut memuat ilustrasi karung beras dan berisi laporan mengenai langkah Bulog membeli seluruh gabah petani dengan satu harga Rp 6.500 per kilogram. Amran menuduh Tempo tidak menjalankan Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi (PPR) Dewan Pers, sehingga ia menempuh gugatan perdata. [beq]

  • Kemendagri Apresiasi Upaya Sumut Tekan Inflasi dari 5,32% Menjadi 4,97%

    Kemendagri Apresiasi Upaya Sumut Tekan Inflasi dari 5,32% Menjadi 4,97%

    Bisnis.com, MEDAN – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengapresiasi langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) yang berhasil menurunkan inflasi dari 5,32% pada September 2025 menjadi 4,97% pada Oktober 2025. Penurunan ini dinilai sebagai bukti keseriusan Sumut dalam mengendalikan harga kebutuhan pokok di tengah tekanan cuaca dan pasokan.

    Apresiasi tersebut disampaikan Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Tahun 2025 yang digelar secara daring dari Gedung Sasana Bhakti Praja, Jakarta, Senin (17/11/2025).

    “Kami mengapresiasi langkah-langkah yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Sumut, seperti Gerakan Pangan Murah, operasi pasar, serta kerja sama dengan daerah champion seperti Jember,” ucap Bima Arya.

    Ia menambahkan, bahwa kenaikan harga beberapa komoditas seperti cabai merah dan bawang merah sebelumnya dipengaruhi oleh faktor cuaca, sehingga intervensi cepat dari pemerintah daerah menjadi sangat penting.

    Wakil Gubernur Sumut Surya yang mengikuti Rakor tersebut dari Ruang Sumut Smart Province, Lantai 6, Kantor Gubernur Sumt, memaparkan bahwa inflasi Sumut turun dari 5,32% menjadi 4,97% berkat sejumlah langkah strategis. Bersama instansi lainnya, Pemprov Sumut melakukan sejumlah upaya dalam menurunkan inflasi, seperti melakukan kolaborasi lintas sektor dan menugaskan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yakni mengelola pasokan komodtas strategis seperti cabai, bawang merah dan beras.

    Pemprov Sumut juga melaksanakan 11 aksi cepat dalam mengendalikan inflasi, berupa subsisdi operasi pasar murah, sidak harga, dan intervensi langsung ke rantai pasok. “Stabilisasi pasokan melalui intervensi Perum Bulog yaitu realisasi penyaluran beras SPHP mencapai 34,90 juta kg atau setara dengan 38,84% dari target 89,86 juta kg. Bantuan Pangan juga terealisasi sebanyak 16,65 juta kg,” sebutnya.

    Wagub Sumut melanjutkan, Pemprov Sumut juga melakukan intervensi harga cabai merah melalui pembelian lintas daerah, yang telah dilaksanakan pembelian cabai merah dari Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur sebanyak 50 ton. Pasokan cabai tersebut dikirim melalui tiga tahap yang diturunkan ke Pasar Induk dan Dinas Ketahan Pangan dan Hortikultura.

    Pemprov Sumut juga rutin melakukan kegiatan pengendalian inflasi daerah, baik dengan Kemendagri, serta kabupaten/kota. Juga melaksanakan koordinasi pendistribusian minyak goreng menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang telah dilaksanakan pada 7 November 2025. “Kami juga melaksanakan rapat perkembangan harga pakan ternak,” ucapnya.

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan sejumlah provinsi mengalami penurunan indeks perkembangan harga (IPH) pada minggu kedua November 2025. Salah satunya Provinsi Sumut, yang mengalami penurunan IPH sebesar 3,56% terhadap komoditas cabai mrah, beras, dan bawang merah. Penurunan IPH terjadi di Kabupaten Batubara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Padanglawas, dan Kota Tebingtinggi.

    “Jumlah kabupaten/kota yang mengalami penurunan IPH bertambah dari minggu sebelumnya. Sebanyak 33 provinsi mengalami penurunan IPH dibanding bulan sebelumnya,” ucapnya.(H21/DISKOMINFO SUMUT)

  • Kemendagri Apresiasi Upaya Pemprov Sumut Turunkan Inflasi dari 5,32% Menjadi 4,97%

    Kemendagri Apresiasi Upaya Pemprov Sumut Turunkan Inflasi dari 5,32% Menjadi 4,97%

    Liputan6.com, Medan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengapresiasi upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) yang berhasil menurunkan angka inflasi dari 5,32% pada September 2025 menjadi 4,97% pada Oktober 2025. Penurunan ini dinilai sebagai bukti keseriusan Sumut dalam mengendalikan harga kebutuhan pokok di tengah tekanan cuaca dan pasokan.

    “Kami mengapresiasi langkah-langkah yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Sumut, seperti Gerakan Pangan Murah, operasi pasar, serta kerja sama dengan daerah champion seperti Jember,” ucap Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Tahun 2025 yang digelar secara daring dari Gedung Sasana Bhakti Praja, Jakarta, Senin (17/11/2025).

    Bima Arya menambahkan, kenaikan harga beberapa komoditas seperti cabai merah dan bawang merah sebelumnya dipengaruhi oleh faktor cuaca, sehingga intervensi cepat dari pemerintah daerah menjadi sangat penting.

    Perbesar

    Wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Surya mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025 dengan Kementerian Dalam Negeri secara daring melalui aplikasi zoom meeting di Ruang Sumut Smart Province Lantai 6 Kantor Gubernur Sumut Jalan Diponegoro Kota Medan, Senin (17/11/2025). (Foto: Alexander AP Siahaan/Diskominfo Provsu)…. Selengkapnya

    Wakil Gubernur Sumut Surya, memaparkan bahwa inflasi Sumut turun dari 5,32% menjadi 4,97% berkat sejumlah langkah strategis. Bersama instansi lainnya, Pemprov Sumut melakukan sejumlah upaya dalam menurunkan inflasi, seperti melakukan kolaborasi lintas sektor dan menugaskan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yakni mengelola pasokan komodtas strategis seperti cabai, bawang merah dan beras.

    Pemprov Sumut juga melaksanakan 11 aksi cepat dalam mengendalikan inflasi, berupa subsidi operasi pasar murah, sidak harga, dan intervensi langsung ke rantai pasok.

    “Stabilisasi pasokan melalui intervensi Perum Bulog yaitu realisasi penyaluran beras SPHP mencapai 34,90 juta kg atau setara dengan 38,84%  dari target 89,86 juta kg. Bantuan Pangan juga terealisasi sebanyak 16,65 juta kg,” kata Surya saat mengikuti Rakor dari Ruang Sumut Smart Province, Lantai 6, Kantor Gubernur Sumut.

    Perbesar

    Wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Surya mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025 dengan Kementerian Dalam Negeri secara daring melalui aplikasi zoom meeting di Ruang Sumut Smart Province Lantai 6 Kantor Gubernur Sumut Jalan Diponegoro Kota Medan, Senin (17/11/2025). (Foto: Alexander AP Siahaan/Diskominfo Provsu)…. Selengkapnya

    Wagub Sumut melanjutkan, Pemprov Sumut juga melakukan intervensi harga cabai merah melalui pembelian lintas daerah, yang telah dilaksanakan pembelian cabai merah dari Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur sebanyak 50 ton. Pasokan cabai tersebut dikirim melalui tiga tahap yang diturunkan ke Pasar Induk dan Dinas Ketahan Pangan dan Hortikultura.

    Pemprov Sumut juga rutin melakukan kegiatan pengendalian inflasi daerah, baik dengan Kemendagri, serta kabupaten/kota. Juga melaksanakan koordinasi pendistribusian minyak goreng menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang telah dilaksanakan pada 7 November 2025.

    “Kami juga melaksanakan rapat perkembangan harga pakan ternak,” ucapnya. 

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan sejumlah provinsi mengalami penurunan indeks perkembangan harga (IPH) pada minggu kedua November 2025. Salah satunya Provinsi Sumut, yang mengalami penurunan IPH sebesar 3,56% terhadap komoditas cabai mrah, beras, dan bawang merah. Penurunan IPH terjadi di Kabupaten Batubara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Padang Lawas, dan Kota Tebingtinggi. 

    “Jumlah kabupaten/kota yang mengalami penurunan IPH bertambah dari minggu sebelumnya. Sebanyak 33 provinsi mengalami penurunan IPH dibanding bulan sebelumnya,”  ucapnya.

     

    (*)

  • KPK Cecar Pendamping PKH di Jawa Tengah soal Distribusi Bansos Beras

    KPK Cecar Pendamping PKH di Jawa Tengah soal Distribusi Bansos Beras

    Bisnis.com, JAKARTA — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah memeriksa pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) terkait dugaan korupsi penyaluran bantuan sosial (Bansos) beras di Lingkungan Kementerian Sosial pada tahun 2020.

    Juru Bicara KPK Budi Prasetyo menyampaikan pemeriksaan bertujuan untuk mendalami proses distribusi penyaluran bantuan sosial di Jawa Tengah.

    “Dalam rangkaian pemeriksaan terhadap para pendamping PKH tersebut, penyidik meminta keterangan para saksi berkaitan dengan proses distribusi bansos beras di masing-masing wilayah di jawa tengah,” ujar Budi, Senin (17/11/2025).

    Penyidik lembaga antirasuah menanyakan perihal proses yang dijalankan sesuai aturan yang dijanjikan dan termuat dalam kontrak antara PT Dos Ni Roha Corporation dengan Kementerian Sosial.

    Selain itu, Budi menuturkan pemeriksaan juga mendalami mengenai kendala pendistribusian di lapangan.

    Sebelumnya, KPK memeriksa enam pendamping PKH Koordinator Wilayah Jawa Tengah pada Selasa (11/11/2025) di Polrestabes Semarang.

    Mereka adalah Theo Markis, Titik Puji Rahayu, Setiawan Kosasih, Muhammad Arifin Arif RM, Ibnu Rouf, dan Vita Kurniasari (pendamping di Kabupaten Semarang).

    Kasus ini merupakan pengembangan perkara korupsi bansos beras untuk Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) tahun 2020–2021, yang sebelumnya menjerat mantan Direktur Utama PT Bhanda Ghara Reksa (BGR), Muhammad Kuncoro Wibowo, bersama sejumlah pihak lain.

    Kuncoro divonis enam tahun penjara karena terbukti melakukan korupsi dalam penyaluran bansos beras. Ia dinyatakan melanggar Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

    Dalam perkara itu, Kuncoro terbukti merekayasa pekerjaan konsultansi dengan menunjuk PT Primalayan Teknologi Persada sebagai konsultan PT BGR dalam penyaluran bansos beras Kemensos, yang merugikan negara Rp127,14 miliar. 

    Selain Kuncoro, dua petinggi PT BGR lainnya juga ikut didakwa, yakni Budi Susanto (Direktur Komersial periode Juni 2020–Desember 2021) serta April Churniawan (Vice President Operation and Support periode Agustus 2020–Maret 2021).

    Lembaga antirasuah menyebut potensi kerugian negara dalam kasus ini diperkirakan mencapai Rp200 miliar dari total nilai proyek sekitar Rp336 miliar.

  • Wamendag Tinjau Pasar Besar Madiun, Pastikan Harga Pangan Stabil Jelang Nataru

    Wamendag Tinjau Pasar Besar Madiun, Pastikan Harga Pangan Stabil Jelang Nataru

    Madiun (beritajatim.com) – Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Putri meninjau langsung stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok di Pasar Besar Kota Madiun, Senin (17/11/2025). Kunjungan ini dilakukan bersama Wakil Wali Kota Madiun, jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta rombongan Kementerian Perdagangan untuk memastikan kesiapan pasokan jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    Dalam kunjungannya, Dyah Roro menegaskan bahwa pemerintah pusat terus memantau pergerakan harga di berbagai daerah sebagai langkah mitigasi gejolak pasar. Ia menyampaikan bahwa setiap komoditas yang ditemukan dijual di atas harga acuan atau harga eceran tertinggi (HET) akan dicatat dan dipetakan untuk perbaikan distribusi ke depannya.

    “Salah satu langkah kami adalah memastikan harga aman dan stabil. Kalau ada harga di atas acuan atau HET, kita akan catat dan mapping bagaimana memperbaiki distribusinya,” jelasnya di sela-sela pemantauan.

    Wamendag juga mengapresiasi inovasi Pemerintah Kota Madiun melalui keberadaan Warung Tekan Inflasi yang berada di depan Pasar Besar. Ia menyebut inovasi ini tidak dimiliki semua daerah dan berfungsi menjaga harga tetap stabil ketika stok pasar menipis.

    “Ini inovasi yang patut diapresiasi. Ketika stok di pasar habis, masih ada pasokan dari warung ini. Stok terjaga, harga tidak naik,” ujarnya.

    Sejumlah komoditas strategis seperti minyak goreng, beras, bawang merah, bawang putih, dan buah-buahan dilaporkan dalam kondisi stabil. Dyah Roro memastikan kebutuhan masyarakat menjelang Nataru terpenuhi.

    “Tadi minyak stabil, beras stabil, bawang-bawangan juga stabil. Menjelang Nataru semuanya aman sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi,” katanya.

    Terkait kenaikan harga telur di beberapa wilayah, Wamendag menjelaskan kenaikan tersebut berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan untuk program prioritas pemerintah, termasuk bantuan pangan MBG. Program ini disebut memberi dampak positif bagi pedagang karena memastikan permintaan rutin.

    “Program MBG ini prioritas Pak Presiden. Pedagang sekarang punya langganan tetap, salah satunya SPPG. Tantangannya menjaga keseimbangan antara kebutuhan lintas daerah dan pasokan untuk masyarakat luas,” terangnya.

    Dyah Roro menegaskan bahwa pemerintah akan memperkuat koordinasi lintas kementerian apabila ke depan ditemukan kendala ketersediaan maupun distribusi. Kerja sama dengan Badan Pangan Nasional juga akan dioptimalkan untuk memantau komoditas non-minyak goreng demi menjaga stabilitas harga di seluruh daerah.

    “Sinergi lintas kementerian adalah kunci, dan itu yang diharapkan Bapak Presiden kepada kami,” pungkasnya. [rbr/beq]