Produk: Beras

  • Stok beras nasional untuk ketahanan pangan nasional

    Stok beras nasional untuk ketahanan pangan nasional

    Kamis, 28 Agustus 2025 12:22 WIB

    Pekerja mengangkat karung beras saat bongkar muat di Gudang Bulog Ternate, Maluku Utara, Kamis (28/8/2025).Kementerian Pertanian menyebutkan proyeksi ketersediaan beras nasional periode Januari-Desember 2025 sebanyak 36,98 juta ton dengan kebutuhan beras 23,2 juta ton dan surplus pada Januari-September 2025 diperkirakan mencapai 13,78 juta ton, capaian tersebut positif bagi ketahanan pangan nasional sekaligus mendukung target swasembada yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. ANTARA FOTO/Andri Saputra/sgd

    Sejumlah pekerja membongkar muat beras di Gudang Bulog Ternate, Maluku Utara, Kamis (28/8/2025). Kementerian Pertanian menyebutkan proyeksi ketersediaan beras nasional periode Januari-Desember 2025 sebanyak 36,98 juta ton dengan kebutuhan beras 23,2 juta ton dan surplus pada Januari-September 2025 diperkirakan mencapai 13,78 juta ton, capaian tersebut positif bagi ketahanan pangan nasional sekaligus mendukung target swasembada yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. ANTARA FOTO/Andri Saputra/sgd

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Stabilkan Harga Bapok, Pemprov Sumut Gelar Pasar Murah di 33 Kabupaten/Kota

    Stabilkan Harga Bapok, Pemprov Sumut Gelar Pasar Murah di 33 Kabupaten/Kota

    Jakarta

    Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menggelar Pasar Murah di 33 Kabupaten/Kota Provinsi Sumut. Kegiatan ini digelar guna menstabilkan harga sejumlah komoditas pangan yang naik di pasar, serta mendorong daya beli bagi masyarakat yang membutuhkan.

    Gubernur Sumatera Utara, Muhammad Bobby Afif Nasution pun meninjau pelaksanaan pasar murah di dua kabupaten yaitu Deliserdang dan Binjai, Rabu (27/8). Peninjauan dilakukan untuk memastikan Pasar Murah terlaksana dengan baik dan harga komoditas pangan yang dijual lebih murah dibanding harga pasar.

    Saat mengunjungi Pasar Murah di Lapangan PTPN I, Kabupaten Deliserdang, Bobby berdialog dengan warga tentang harga yang tertera di sejumlah flyer dan kertas. Mulai dari harga beras, Minyakita, gula, telur, cabai merah, bawang merah, dan lainnya.

    Menanggapi permintaan warga, Bobby pun menurunkan sejumlah harga komoditas pangan yang dijual, antara lain, beras SPHP dari Rp56.500 per 5 kg, turun jadi Rp55.000 per 5 kg. Telur Rp51.000 per papan menjadi Rp45.000 per papan. Minyakita Rp16.500/liter menjadi Rp15.500/liter, gula pasir Rp17.500/kg menjadi Rp16.500/kg.

    “Beras SPHP sudah diturunkan ya ibu-ibu dan bapak-bapak harganya. Telur juga sudah diturunkan lagi harganya,” ucap Bobby dalam keterangan tertulis, Kamis (28/8/2025).

    Sementara cabai merah, harga di pasar sudah menyentuh Rp42.000/kg. Di pasar murah harga cabai merah dijual seharga Rp35.000/kg. Begitupun dengan bawang merah, harga di pasar mencapai Rp40.000/kg. Kemudian di pasar murah harga bawang merah dijual Rp35.000/kg.

    “Sebenarnya sejak Senin sudah dilaksanakan pasar murah. Alhamdulillah, beras SPHP kategori medium yang sudah tersalur sebanyak 180 ton di kabupaten/kota. Bulog juga ikut menyalurkan ke pasar ritel. Jumlahnya saat ini sudah mencapai 2.000 ton. Diharapkan gerakan ini bisa menurunkan harga beras di pasar,” paparnya.

    Kegiatan Pasar Murah pun mendapat sambutan positif dari masyarakat. Sebab, kegiatan ini membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

    Usai dari Deliserdang, Bobby didampingi Wakil Walikota Binjai Hasanul Jihadi dan OPD Sumut juga meninjau pelaksanaan Pasar Murah di Lapangan Asrama Kebun Lada, Kota Binjai. Terlihat antusias warga memadati pasar murah ini.

    Warga Binjai bersyukur karena Pasar Murah membantu perekonomian keluarga dalam hal kebutuhan bahan pokok. Warga juga meminta agar pemerintah lebih sering menyelenggarakan pasar murah tersebut.

    “Pastinya kami sangat berterima kasih adanya pasar murah. Ini sangat membantu kami memenuhi bahan pokok, yang kami beli lebih murah dari pasaran. Kalau bisa sebulan ada dua kali pasar murah ini, biar kami lebih terbantu,” ungkap Riri Savira, warga Jati Negara Binjai.

    (ega/ega)

  • Bapanas: Harga cabai rawit Rp34.585/kg, bawang merah Rp39.679/kg

    Bapanas: Harga cabai rawit Rp34.585/kg, bawang merah Rp39.679/kg

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga cabai rawit merah tingkat konsumen Rp34.585 per kilogram dibandingkan sebelumnya Rp44.146 per kg, sedangkan bawang merah Rp39.679 per kg turun dari sebelumnya Rp46.868 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Kamis pukul 07.35 WIB, harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium di harga Rp15.615 per kg turun dari sebelumnya Rp16.095 per kg.

    Lalu, beras medium di harga Rp13.620 per kg turun dari hari sebelumnya Rp13.997 per kg; beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp12.463 per kg naik dari sebelumnya Rp12.595 per kg.

    Komoditas jagung Tk peternak tercatat Rp5.978 per kg turun dari sebelumnya Rp6.559 per kg; kedelai biji kering (impor) di harga Rp10.214 per kg turun dari sebelumnya Rp10.755 per kg.

    Berikutnya bawang putih bonggol di harga Rp33.000 per kg turun dari hari sebelumnya Rp37.558 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp33.857 per kg turun dari sebelumnya Rp40.532 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp30.513 per kg turun dari sebelumnya Rp40.998 per kg.

    Lalu daging sapi murni Rp136.167 per kg naik dari sebelumnya Rp134.981 per kg, daging ayam ras Rp34.676 per kg turun dari sebelumnya Rp35.578 per kg, lalu telur ayam ras Rp28.300 per kg turun dari sebelumnya Rp29.249 per kg.

    Gula konsumsi di harga Rp17.810 per kg turun dari sebelumnya tercatat Rp18.134 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan Rp19.737 per liter turun dari sebelumnya Rp20.739 per liter; minyak goreng curah Rp16.618 per liter turun dari sebelumnya Rp17.495 per liter; Minyakita Rp16.821 per liter turun dari sebelumnya Rp17.489 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah Rp9.279 per kg turun dari sebelumnya Rp9.719 per kg; lalu tepung terigu kemasan Rp12.249 per kg turun dari sebelumnya Rp12.896 per kg.

    Komoditas ikan kembung di harga Rp41.561 per kg naik dari sebelumnya Rp41.484 per kg; ikan tongkol Rp32.438 per kg turun dari sebelumnya Rp34.267 per kg; ikan bandeng Rp35.652 per kg naik dari sebelumnya Rp34.564 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp10.614 per kg turun dari hari sebelumnya Rp11.572 per kg.

    Sementara itu, daging kerbau beku (impor) di harga Rp96.250 per kg turun dari sebelumnya Rp106.144 kg, daging kerbau segar lokal Rp140.000 per kg turun dari sebelumnya mencapai Rp140.893 per kg.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bapanas sebut potensi surplus beras 5 juta ton hingga September 2025

    Bapanas sebut potensi surplus beras 5 juta ton hingga September 2025

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkap Proyeksi Neraca Pangan 2025 menunjukkan potensi surplus beras 5 juta ton hingga September sebagai hasil dari produksi nasional yang melebihi kebutuhan konsumsi masyarakat secara signifikan.

    Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa di Jakarta, Rabu (27/8), mengatakan berdasarkan data dalam Proyeksi Neraca Pangan yang telah disinergikan dengan Kerangka Sampe Area Badan Pusat Statistik (KSA BPS), produksi beras diproyeksikan mencapai 28,22 juta ton hingga September 2025

    “Kemudian kebutuhan konsumsi (beras) sampai September (2025) itu 23,21 juta ton. Artinya kalau melihat produksi sampai September dibandingkan dengan kebutuhan, masih ada surplus 5 juta ton,” kata Ketut.

    Bapanas memastikan dinamika ketersediaan beras di pasaran sedang ditangani pemerintah secara kolaboratif dengan mengandalkan intervensi perberasan yang dijalankan konsisten demi menjaga kestabilan pangan nasional.

    Dalam kalkulasi pemerintah, ia mengatakan proyeksi statistik produksi beras dalam negeri sepanjang 2025 menunjukkan tren positif, menjadi dasar keyakinan tercapainya target ketersediaan beras yang memadai bagi kebutuhan konsumsi masyarakat.

    Meski demikian, Ketut menyoroti pola penyimpanan petani di berbagai daerah sesuai kearifan lokal membuat sebagian beras tidak langsung masuk ke pasar, melainkan ditahan sebagai cadangan rumah tangga produsen dan konsumen.

    “Memang petani kita di beberapa daerah punya pola penyimpanan yang sesuai kearifan lokalnya. Jadi petani itu tidak langsung menjual, ada yang disimpan. Itu tercermin dalam survei kami di 2023 dan 2024 bahwa rumah tangga produsen dan konsumen menyimpan lebih dari 10 persen,” katanya, menjelaskan.

    Ia mengatakan berdasarkan hasil Survei Stok Beras dan Jagung Akhir Tahun 2023 (SSBJAT23) memperlihatkan sebaran ketersediaan beras yang berada di berbagai kategori.

    Secara spesifik ketersediaan beras nasional kala itu berada di rumah tangga produsen dan konsumen 66,34 persen, Perum Bulog 19,60 persen, pedagang 6,74 persen, horeka dan industri 3,72 persen, penggilingan 3,53 persen, hingga Produsen Usaha/Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB) 0,07 persen.

    Dengan kondisi tersebut, Bapanas menegaskan surplus beras nasional relatif sangat bagus hingga September 2025, meski pola penyimpanan lokal perlu diperhitungkan agar distribusi beras ke pasar tetap terjaga lancar.

    “Jadi ini harus diperhitungkan sehingga memang kalau produksinya tinggi, barang itu ada, tapi kemungkinan tidak ke pasar, mereka tahan untuk jaga-jaga. Ini tentu tidak bisa dilarang karena merupakan budaya setempat,” kata Ketut.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Gubernur Sumut gelar pasar murah di 33 kabupaten/kota se-Sumut

    Gubernur Sumut gelar pasar murah di 33 kabupaten/kota se-Sumut

    Medan (ANTARA) – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bobby Nasution mengatakan pemerintah provinsi menggelar pasar murah guna menstabilkan harga bahan pokok di 33 kabupaten/kota se-Sumut.

    “Beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) sudah diturunkan ya ibu-ibu dan bapak-bapak harganya. Telur juga sudah diturunkan lagi harganya,” kata Bobby saat mengunjungi pasar murah di Lapangan PTPN I, Tanjungmorawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (27/8).

    Bobby mengatakan tujuan digelarnya pasar murah ini untuk memastikan harga komoditas pangan dijual lebih murah dibanding harga pasaran.

    Pasar murah tersebut, menurut dia, untuk menstabilkan harga sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan di pasaran, dan membantu daya beli bagi masyarakat yang membutuhkan.

    “Sejumlah harga komoditas pangan yang dijual dalam pasar murah ini, di antaranya beras SPHP dari Rp56.500 turun jadi Rp55.000 per 5 kilogram,” kata Bobby.

    Kemudian, telur ayam ras dari Rp51.000 per papan menjadi Rp45.000 per papan, MinyaKita Rp16.500 per liter menjadi Rp15.500 per liter, dan gula pasir Rp17.500 per kilogram menjadi Rp16.500 per kilogram.

    Sedangkan harga cabai merah di pasaran sudah menyentuh Rp42.000 per kilogram, sementara dalam pasar murah ini dijual seharga Rp35.000 per kilogram.

    “Begitu juga dengan bawang merah harga di pasaran mencapai Rp40.000 per kilogram. Sementara di pasar murah harga dijual Rp35.000/kilogram,” katanya.

    Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumut Fitra Kurnia mengaku pasar murah itu dilaksanakan karena beberapa produk mengalami kenaikan terutama beras.

    Menurut dia, Gubernur Sumut Bobby Nasution menginstruksikan pasar murah dan gerakan pangan murah serentak digelar pada 27-28 Agustus 2025.

    “Sebenarnya sejak Senin (25/8), sudah dilaksanakan pasar murah. Alhamdulillah, beras SPHP kategori medium sudah tersalur sebanyak 180 ton di kabupaten/kota,” ujar dia.

    Ia mengatakan Perusahaan Umum (Perum) Bulog Sumatera Utara juga menyalurkan beras program SPHP ke masyarakat lewat pasar ritel.

    “Jumlahnya saat ini sudah mencapai 2.000 ton. Diharapkan gerakan ini bisa menurunkan harga beras di pasaran,” kata Fitra.

    Ernawati, warga Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara, berterima kasih atas terselenggaranya pasar murah tersebut karena membantu kebutuhan pangan masyarakat.

    “Saya mengucapkan terima kasih. Pasar murah ini membantu sekali buat saya. Saya beli 10 kg beras. Harganya murah kalau dibanding di pasar, apalagi beras dan telur,” kata Ernawati.

    Usai meninjau pasar murah di Deli Serdang, Bobby Nasution didampingi Wakil Wali Kota Binjai Hasanul Jihadi juga meninjau pelaksanaan pasar murah di Lapangan Asrama Kebun Lada, Kota Binjai, Sumatera Utara.

    Pewarta: Muhammad Said
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bulog-Menteri Kabinet Merah Putih salurkan bantuan pangan di Merauke

    Bulog-Menteri Kabinet Merah Putih salurkan bantuan pangan di Merauke

    Jakarta (ANTARA) – Perum Bulog bersama sejumlah Menteri Kabinet Merah Putih menyalurkan bantuan pangan di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, guna memperkuat ketahanan pangan masyarakat, serta mendukung kesejahteraan warga setempat.

    Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani mengatakan pihaknya bersama sejumlah Menteri Kabinet Merah Putih menyalurkan bantuan pangan beras kepada masyarakat di Kampung Wogekel dan Kampung Wanam, Distrik Ilwayab, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

    “Penyaluran bantuan pangan di Kampung Wanam dan Kampung Wogekel merupakan wilayah operasional dari Kantor Bulog Cabang Merauke,” kata Ahmad Rizal Ramdhani dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

    Sejumlah Menteri Kabinet Merah Putih dan beberapa pejabat dari lembaga lainnya yang hadir dalam kegiatan itu yakni Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan; Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman; Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.

    Selain itu, Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo; Menteri Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq; Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi; dan Wakil Panglima TNI Jenderal TNI Tandyo Budi Revita.

    Dia menyampaikan bahwa Perum Bulog melakukan amanah penugasan dari pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menyalurkan bantuan pangan alokasi bulan Juni dan Juli tahun 2025 kepada para Penerima Bantuan Pangan (PBP) yang telah ditentukan datanya dari Kementerian Sosial.

    Rizal menyebutkan untuk wilayah Kampung Wanam dan Kampung Wogekel penyaluran tersebut disalurkan kepada 161 PBP, di mana setiap PBP menerima 10 kg beras, atau total sejumlah 20 kg untuk dua bulan alokasi Juni dan Juli.

    Ia menuturkan penyaluran di kedua kampung tersebut menghadapi tantangan dalam pelaksanaannya, terutama dari geografis dan cuaca ekstrem yang dapat mengakibatkan keterlambatan penyaluran.

    Perum Bulog bersama sejumlah Menteri Kabinet Merah Putih salurkan bantuan pangan di Merauke, Papua Selatan, Rabu (27/8/2025). ANTARA/HO-Humas Perum Bulog

    Penyaluran di Papua Selatan ini, lanjut Rizal, menjadi bagian dari rangkaian program pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan nasional serta memastikan pemerataan akses pangan pokok bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk di wilayah terluar dan terpencil.

    Kendati demikian, Rizal menegaskan distribusi bantuan pangan hingga ke Papua Selatan adalah bukti kehadiran negara dalam menjamin kebutuhan masyarakat.

    “Bulog berkomitmen penuh menghadirkan ketersediaan pangan yang merata,” tegas Rizal,

    Ia mengatakan kehadiran Bulog di Merauke membuktikan distribusi bantuan tidak hanya terfokus di kota besar atau wilayah barat Indonesia, tetapi benar-benar menjangkau pelosok negeri, termasuk Papua Selatan.

    Lebih lanjut Rizal menyebutkan Kantor Bulog Cabang Merauke memiliki wilayah operasional meliputi lima kabupaten, yaitu Merauke, Asmat, Boven Digoel, Mappi, dan Yahukimo dengan jumlah penerima sebanyak 65.774 PBP.

    Adapun realisasi penyaluran bantuan pangan alokasi Juni dan Juli di Kantor Bulog Cabang Merauke telah mencapai 989.560 kg atau 75,22 persen dari total pagu dua alokasi.

    “Selain membantu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, program bantuan pangan ini juga diharapkan mampu memperkuat stabilitas pasokan dan harga pangan di wilayah Papua Selatan,” ucap Rizal.

    Ia menambahkan bahwa dengan dukungan lintas kementerian, penyaluran bantuan pangan tersebut diharapkan berjalan lebih optimal serta memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.

    “Kegiatan ini sekaligus menjadi momentum mempererat sinergi antara Bulog dan kementerian terkait dalam menjaga ketersediaan pangan nasional, sehingga masyarakat di seluruh Indonesia dapat merasakan manfaatnya secara langsung, tanpa terkecuali,” kata Rizal.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Bambang Sutopo Hadi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bapanas: Intervensi pemerintah stabilkan harga beras di 196 daerah

    Bapanas: Intervensi pemerintah stabilkan harga beras di 196 daerah

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan intervensi pemerintah melalui operasi pasar dan distribusi merata berhasil menjaga stabilitas harga beras di 196 kabupaten/kota, sehingga masyarakat tetap memperoleh akses pangan terjangkau.

    “Terkait fluktuasi harga beras di pasaran saat ini, program intervensi telah pemerintah lakukan sejak Juli 2025 antara lain program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dan bantuan pangan beras,” kata Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa di Jakarta, Rabu.

    Dia menyampaikan bahwa intervensi pemerintah meliputi penyaluran beras SPHP serta bantuan pangan beras, yang menjadi instrumen utama keseimbangan pasokan dan harga beras nasional.

    Ia menyebutkan data Panel Harga Pangan Bapanas menunjukkan jumlah kabupaten/kota dengan rata-rata harga beras medium sama atau di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) meningkat 26 persen sejak akhir Juli hingga Agustus.

    Pada akhir Juli tercatat 155 kabupaten/kota dengan harga beras medium stabil, kemudian pada minggu keempat Agustus jumlah tersebut meningkat menjadi 196 kabupaten/kota dengan harga lebih terkendali.

    Pemerintah juga menyalurkan bantuan pangan sekitar 360 ribu ton beras untuk 18,27 juta keluarga selama dua bulan yakni Juni dan Juli 2025 sebagai stimulus ekonomi sekaligus menjaga daya beli masyarakat.

    Sementara itu, SPHP beras periode Juli-Desember 2025 menargetkan penyaluran 1,3 juta ton, dengan realisasi harian Perum Bulog saat ini mampu mencapai lebih dari 7 ribu ton di berbagai wilayah.

    Ketut mengatakan distribusi beras SPHP terus dimasifkan di pasar rakyat maupun ritel modern agar penyebarannya lebih merata, sehingga masyarakat dapat dengan mudah memperoleh beras dengan harga terjangkau.

    Sebelumnya, Anggota Ombudsman Republik Indonesia Yeka Hendra Fatika menekankan pentingnya perhatian penuh pada perkembangan harga beras medium. Kondisi harga beras medium penting distabilkan bagi masyarakat secara luas.

    “Intinya Ombudsman akan mendalami persoalan ini. (Mulai) dari siapa yang bertugas untuk melakukan stabilisasi pada saat ketersediaan (beras) terbatas dan harga sedang melonjak. Itu sudah jelas, itu ranahnya Badan Pangan Nasional,” kata Yeka.

    Terpisah, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menyatakan komitmennya dalam upaya pemerintah memasifkan program intervensi perberasan.

    “Sesuai arahan Presiden Prabowo, program SPHP beras akan terus digenjot hingga Desember. Misalnya sebelum Desember sudah mencapai 1,3 juta ton, akan kami ajukan kembali untuk target tambahannya. Stok beras pemerintah sangat besar saat ini,” kata Arief.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Bambang Sutopo Hadi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mentan tinjau stok dan stabilitas harga beras di Pasar Bulu Semarang

    Mentan tinjau stok dan stabilitas harga beras di Pasar Bulu Semarang

    Sabtu, 23 Agustus 2025 12:37 WIB

    Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kanan) didampingi Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani (kedua kanan) berbincang dengan pedagang sembako saat meninjau Pasar Bulu di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (23/8/2025). Peninjauan tersebut bertujuan untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas harga beras di Kota Semarang, sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.

    Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kiri) berbincang dengan pedagang sembako saat meninjau Pasar Bulu di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (23/8/2025). Peninjauan tersebut bertujuan untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas harga beras di Kota Semarang, sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polda Riau Hadirkan GPM di Pelalawan, 7 Ton Beras Habis Terjual

    Polda Riau Hadirkan GPM di Pelalawan, 7 Ton Beras Habis Terjual

    Pelalawan

    Polda Riau melalui Polres Pelalawan menggelar gerakan pangan murah (GPM) dalam menjaga stabilitas harga pangan. Beras murah sebanyak 7 ton habis terjual dalam waktu singkat.

    Kegiatan tersebut dilaksanakan di Polres Pelalawan pada Selasa (26/8/2025), yang dihadiri langsung oleh Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan. Warga antusias mengantre membeli beras dengan harga yang jauh lebih terjangkau.

    Kapolda Riau menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Polri untuk selalu hadir di tengah-tengah masyarakat.

    Masyarakat antusian membeli kebutuhan pokok di gerakan pangan murah (GPM) Polres Pelalawan. Foto: (dok. Polda Riau)

    “Ini adalah wujud kepedulian kami untuk meringankan beban masyarakat, terutama dalam memenuhi kebutuhan pokok,” ujar Irjen Herry.

    Melalui gerakan pangan murah ini, Polri hadir untuk memperluas jangkauan distribusi beras, menekan disparitas harga, menjaga daya beli masyarakat, serta memberikan akses langsung bagi masyarakat terhadap beras dengan harga lebih terjangkau.

    Adapun, dalam kegiatan tersebut Polres Pelalawan menjual beras SPHP sebanyak 7.000 kg (1.400 karung), 150 kg daging sapi dan 1.500 butir telur ayam. Selain itu, minyak goreng dari berbagai merek, sayur-mayur, hingga produk UMKM juga habis diserbu warga.

    Kegiatan Pangan Murah ini berjalan lancar dari pukul 08.30 hingga 16.00 WIB, dengan situasi yang aman dan kondusif. Kesuksesan ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara kepolisian, Bulog, dan masyarakat dapat menciptakan solusi efektif untuk menjaga stabilitas ekonomi lokal.

    (mei/ygs)

  • Urusan Perut 8 Miliar Lebih Manusia Bumi Dihantui Perubahan Iklim

    Urusan Perut 8 Miliar Lebih Manusia Bumi Dihantui Perubahan Iklim

    Jakarta, CNBC Indonesia – Produksi tanaman pangan, khususnya serealia atau biji-bijian diprediksi melonjak 3% pada periode tahun 2025-2026, menjadi 2,377 miliar ton. Produksi jagung disebut cetak pertumbuhan tertinggi.

    Sementara, produksi gandum dunia pada 2025-2026 diperkirakan naik menjadi 811 juta ton, lebih tinggi dari 800 juta ton tahun sebelumnya.

    Namun, di balik kabar positif itu, para peneliti memberi peringatan, yakni iklim ekstrem kian sering terjadi dan berpotensi memangkas hasil panen di banyak wilayah.

    Disebutkan, pelaku industri biji-bijian global tengah menyoroti adanya variabel negatif iklim yang semakin meningkat, dan memengaruhi setiap hektare. Sementara, ada sekitar 8,2 miliar orang di seluruh bumi yang harus diberi makan. Dan, terus bertambah.

    Demikian melansir World Grain yang membahas tantangan tekanan tanaman pangan di tengah perubahan iklim yang semakin meningkat.

    Tulisan itu mengutip hasil analisis University of Illinois yang menunjukkan, produksi pangan dunia memang menunjukkan peningkatan konstan setiap tahunnya, dalam periode tahun 1981-2022. Hanya saja, di tingkat lokal, perubahan iklim menyebabkan hasil panen, secara konstan, juga mengalami penurunan.

    Disebutkan, meski ada penurunan variabilitas atau keberagaman hasil panen, terutama jagung dan kecelai, namun diduga tak memiliki korelasi antarwilayah akibat perubahan iklim.

    Presiden dan ahli meteorologi pertanian senior di World Weather, Inc Drew Lerner menyatakan, dengan kondisi cuaca ekstrem yang terjadi saat ini, bumi mungkin saja tidak benar-benar kekurangan biji-bijian atau minyak nabati.

    “Saya pikir dengan cuaca ekstrem dan kerusakan yang ditimbulkannya, dengan semua publisitasnya, mudah untuk meyakinkan diri sendiri bahwa kita mungkin tidak dapat menanam cukup banyak tanaman di masa depan, tetapi saya ragu untuk melakukannya,” katanya, seperti dikutip CNBC Indonesia, Rabu (27/8/2025).

    “Saya pikir ada tempat-tempat di planet ini yang mungkin tidak bisa berproduksi seperti dulu, tetapi akan ada tempat-tempat lain yang akan lebih baik. Saya pikir, secara keseluruhan, kita masih bisa sukses,” sambungnya.

    Di sisi lain, studi yang dilakukan Universitas Stanford yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences pada bulan Mei melaporkan, cuaca panas dan kekeringan yang sering terjadi telah menurunkan hasil panen. Terutama untuk biji-bijian utama seperti gandum, jelai, dan jagung.

    Studi itu memperkirakan, hasil panen jelai, jagung, dan gandum global 4-13% lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi tidak ada tren iklim seperti sekarang.

    “Dalam banyak hal, perubahan yang dialami petani sepenuhnya sejalan dengan prediksi model iklim, sehingga dampak keseluruhannya seharusnya tidak mengejutkan,” ujar Analis Riset di Pusat Keamanan Pangan dan Lingkungan (FSE) Stanford, Stefania Di Tommaso.

    Studi tersebut juga menyoroti paradoks iklim, di mana kadar karbon dioksida yang lebih tinggi memang dapat meningkatkan hasil panen, tetapi justru mengurangi kualitas gizi biji-bijian, termasuk protein dan zat mikro penting pada gandum maupun beras.

    Kekhawatiran lain datang dari aspek produktivitas jangka panjang. Laboratorium Inovasi Sereal Tahan Iklim (CRCIL) di Kansas State University mencatat perlambatan pertumbuhan produktivitas pertanian global.

    “Tahun lalu, Laporan Produktivitas Pertanian Global menemukan bahwa produktivitas pertanian hanya meningkat 0,7% per tahun selama 10 tahun terakhir, dan ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia di masa depan,” tegas Dr. Tim Dalton, direktur sementara CRCIL.

    Secara umum, tanaman bisa memperoleh manfaat dari kadar karbon dioksida (CO2) yang lebih tinggi, proses yang dikenal sebagai “pemupukan karbon”. Kedelai, beras, dan gandum mendapat peningkatan signifikan, sementara jagung hanya sedikit terbantu, terutama saat kekeringan.

    Meski begitu, Lerner menekankan, iklim ditentukan banyak faktor, mulai dari komposisi atmosfer, letusan gunung berapi, hingga siklus alam seperti El Niño, La Niña, Osilasi Arktik, maupun Osilasi Atlantik Utara. “”Yang menentukan cuaca kita pada hari tertentu adalah di mana kita berada dalam setiap siklus tersebut dan siklus mana yang memiliki pengaruh paling besar,” ujarnya.

    Ia menegaskan pemanasan atmosfer sudah pasti terjadi. “Pemanasan atmosfer dan pemanasan lautan memiliki banyak implikasi,” kata Lerner.

    Menurutnya, laut yang lebih hangat memicu penguapan tinggi, menghasilkan badai lebih besar, hujan lebih deras, dan membuat hasil panen kian sulit diprediksi. “Jadi, curah hujannya lebih tinggi, suhunya lebih hangat, dan karbon dioksidanya lebih tinggi, dan semua itu akan benar-benar mengendalikan potensi hasil panen di seluruh dunia,” tambahnya.

    Dampak nyata sudah terlihat. Panen gandum Australia pada 2024 anjlok 22% akibat kekeringan, Rusia mengalami rekor panas yang menurunkan hasil dan protein gandum dua musim terakhir, sementara di India proyeksi menunjukkan peningkatan suhu 2,5°-4,9°C dapat memangkas hasil gandum 41-52% dan beras 32-40%.

    Laporan Bank Dunia 2019 juga memperingatkan Asia Tengah akan menjadi kawasan paling rentan, sedangkan laporan IPCC menyebut pemanasan 1,5°C saja bisa memangkas lahan cocok tanam jagung hingga 40% di Afrika sub-Sahara.

    Namun, Lerner menilai adaptasi membuat sebagian petani tetap bertahan. Ia mencontohkan Amerika Serikat yang tetap mencatat hasil baik meski sering kering.

    “Hibridanya telah berubah dan kami, melalui genetika, mampu membuat tanaman ini lebih efisien dalam memanfaatkan curah hujan dan lebih toleran terhadap periode kekeringan,” ujarnya.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]