Produk: bedug

  • Masjid Agung Sorowaden: Mengungkap Sejarah dan Perkembangan Islam di Klaten

    Masjid Agung Sorowaden: Mengungkap Sejarah dan Perkembangan Islam di Klaten

    Klaten, Beritasatu.com – Masjid Agung Sorowaden yang terletak di Desa Kahuman, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, merupakan salah satu masjid tertua di daerah tersebut.

    Bangunan masjid ini bergaya joglo dengan empat tiang utama yang menjaga kestabilan atap. Tiang-tiang tersebut terbuat dari kayu jati utuh dengan tinggi sekitar 9 meter.

    Di bagian depan masjid, terdapat sumur tua yang digunakan untuk mengambil air. Alat pengambil air tersebut terbuat dari besi dan digunakan dengan cara diputar. Selain sumur, masjid ini juga dilengkapi dengan sebuah bedug yang terpasang di sebelah kanan masjid, serta mimbar yang mirip dengan mimbar di masjid Demak.

    Masjid Agung Sorowaden sering dikunjungi oleh umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut pengurus masjid, Basri, nama masjid ini diambil dari nama Kiai Sorowadi. Meskipun telah mengalami renovasi dan penambahan serambi, bangunannya tetap asli.

    Masjid Agung Sorowaden di Klaten merupakan salah satu masjid tertua di daerah tersebut dan konon diambil dari nama Kiai Sorowadi. – (Beritasatu.com/Joko Laksono)

    “Masjid ini tidak ada yang tahu kapan dibangun. Bahkan, ayah saya yang lahir pada 1914 pun tidak tahu. Kami hanya tahu masjid ini sudah ada sejak lama. Berdasarkan cerita, masjid ini didirikan oleh Kiai Sorowadi,” ujar Basri kepada Beritasatu.com pada Sabtu (1/3/2025).

    Basri menjelaskan, masjid ini pernah mengalami penambahan serambi oleh Mbah Haji Adam di masa lalu. Kini, masjid tersebut dapat menampung sekitar 500 jemaah.

    “Bagian dalam masjid dapat menampung sekitar 200 hingga 250 jemaah. Dengan adanya tambahan serambi, masjid ini dapat menampung sekitar 500 jemaah,” ungkap Basri.

    Usut punya usut, masjid ini dibangun oleh Kiai Sorowadi yang memiliki hubungan dengan Ki Ageng Gribig di Jatinom, Klaten. Tanah tempat berdirinya masjid ini merupakan tanah perdikan dari Kasunanan Surakarta.

    “Kemungkinan besar, Kiai Sorowadi adalah santri Ki Ageng Gribig, yang kemudian diperintahkan untuk menyebarkan agama Islam di Desa Kahuman dan sekitarnya. Tanah ini tidak tercatat dalam leter C saat dicek oleh pemerintah desa,” jelas Basri.

    Basri juga menambahkan, konon masjid Agung Sorowaden ini sudah berdiri jauh sebelum penjajahan Belanda. “Masjid ini sudah ada sejak sebelum penjajahan Belanda,” katanya.

    Pada bulan suci Ramadan, masjid ini digunakan oleh warga untuk salat tarawih, kajian Al-Qur’an, dan kegiatan TPQ bagi anak-anak.

    “Selama Ramadan, masjid Agung Sorowaden digunakan untuk salat tarawih, TPQ, dan kajian Al-Qur’an, seperti masjid pada umumnya,” kata Basri.

    Basri juga menceritakan, masjid Agung Sorowaden pernah memiliki sebuah Al-Qur’an yang ditulis tangan dan terbuat dari kulit. Namun, Al-Qur’an tersebut kini sudah tidak ada lagi di masjid ini.

    “Dahulu, ada peninggalan Kiai Sorowadi berupa Al-Qur’an yang terbuat dari kulit dan ditulis tangan . Namun, sekarang kami mendengar Al-Qur’an tersebut dibawa ke Keraton Yogyakarta atau tempat lain, tetapi kami kurang tahu pasti,” ujar Basri yang menjelaskan tentang masjid Agung Sorowaden.

  • MAJT Semarang Ingin Tradisi Dugderan Terus Dilakukan, Prof Noor Achmad Sampaikan 3 Alasan

    MAJT Semarang Ingin Tradisi Dugderan Terus Dilakukan, Prof Noor Achmad Sampaikan 3 Alasan

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Tradisi tahunan Dugderan telah terlaksana dengan lancar dan meriah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Kota Semarang, pada Jumat (28/2/2025) sore dengan disaksikan oleh ribuan masyarakat.

    Dugderan adalah tradisi di Kota Semarang yang menandai datangnya bulan suci Ramadan.

    Tradisi yang sudah ada sejak tahun 1881 bertujuan untuk mengingatkan masyarakat bahwa Ramadan sudah dekat.

    Sebagai puncak dari tradisi ini adalah pemukulan Bedug Ijo Mangunsari beberapa kali di halaman MAJT Semarang, yang diiringi dengan dentuman meriam.

    Kata dugder berasal dari suara yang bersumber dari tabuhan bedug dan dentuman meriam itu, yang kemudian oleh masyarakat disebut Dugderan.

    Pemukulan Bedug Ijo Mangunsari pada dugderan kali dilakukan sekitar pukul 17.50 WIB oleh Sekda Jateng Sumarno, yang berperan sebagai Kanjeng Raden Mas Tumenggung Prawirapradja.

    Menyaksikan pemulukan bedug antara lain Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, yang memerankan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbadiningrum, dan Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin.

    Ketua PP MAJT Semarang sekaligus Ketua Baznas Pusat, Prof. Dr. KH Noor Achmad, Ketua MUI Jateng yang juga Ketua Baznas Jateng, Dr. KH Ahmad Darodji, pengurus MAJT, jajaran Forkopimda Jateng, serta ribuan warga juga turut meramaikan perayaan tersebut.

    Rombongan Wali Kota Semarang tiba di MAJT Semarang sekitar pukul 16.30 WIB. 

    Mereka berangkat dari Balai Kota Semarang.

    Sebelum ke MAJT Semarang, mereka singgah terlebih dahulu di Masjid Besar Kauman Semarang.

    Kedatangan Wali Kota Semarang sudah ditunggu ribuan masyarakat di halaman masjid. 

    Rombongan disambut di pintu masjid oleh Sekda Jateng Sumarno, yang mewakili Gubernur Jateng, serta oleh Ketua PP MAJT Semarang, Prof. Dr. KH Noor Achmad, Ketua MUI Jateng, Dr. KH Ahmad Darodji, dan para pengurus MAJT.

    Begitu tiba di masjid, rombongan Wali Kota langsung masuk ke ruang utama masjid. 

    Pada kesempatan itu digelar acara penyerahan Suhuf Halaqah dari Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbadiningrum (Wali Kota Semarang) kepada Kanjeng Raden Mas Tumenggung Prawirapradja (Sekda Jateng).

    Selanjutnya, Suhuf Halaqah dibacakan oleh Kanjeng Raden Mas Tumenggung Prawirapradja sebelum pemukulan Bedug Ijo Mangunsari.

    Isi Suhuf Halaqah adalah memberikan kabar bahwa bulan suci Ramadan segera tiba, serta mengajak umat Islam untuk mengisi Ramadan dengan ibadah, memperbanyak amal, serta melakukan hal-hal bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan bangsa.

    Tiga Alasan Tradisi Dugderan Harus Terus Dilestarikan

    Prof. Dr. KH Noor Achmad mengatakan bahwa Dugderan adalah tradisi yang baik karena tujuannya adalah menyampaikan kabar datangnya bulan suci Ramadan.

    Selain itu, tradisi ini juga telah berlangsung selama bertahun-tahun.

    “Kami, dalam hal ini, MAJT Semarang, akan terus melestarikan tradisi ini agar tetap terjaga keberlangsungannya,” kata Prof. Noor Achmad usai acara.

    Menurutnya, ada tiga alasan utama mengapa Dugderan layak dipertahankan.

    Pertama tradisi dugderan ini memperkuat kerukunan dan persatuan.  

    “Dugderan menunjukkan bahwa kekuatan budaya mampu merukunkan berbagai perbedaan di Kota Semarang khususnya, serta Jawa Tengah secara umum. Artinya, tradisi ini dapat memperkuat elemen-elemen sosial dalam masyarakat,” ujarnya.

    Adapun yang kedua, tambahnya, tradisi dugderan ini adalah menjadi tradisi khas dan unik bagi warga Semarang menyambut Ramadan.

    “Tradisi ini adalah cara warga Semarang menyambut bulan Ramadan dengan penuh kebahagiaan. Harapannya, semua masyarakat dapat ikut bergembira dengan datangnya bulan puasa,” lanjutnya.

    Selain itu, ia juga menegaskan bahwa semua masyarakat harus saling menghormati selama bulan Ramadan.

    “Bagi umat Islam, ini adalah momen untuk beribadah, sedangkan bagi mereka yang tidak berpuasa, diharapkan dapat ikut menjaga keharmonisan dengan saling menghormati,” tambahnya.

    Sedang ketiga, antusiasme masyarakat yang tinggi untuk datang dan menyaksikan langsung dugderan ini. Setiap tahun, jumlah warga yang hadir dan menyaksikan Dugderan selalu tinggi.

    “Ini membuktikan bahwa tradisi ini dinanti-nantikan oleh masyarakat.  Pengunjungnya begitu banyak. Itu terlihat sejak dari Balai Kota Semarang dan Masjid Besar Kauman hingga tiba di sini (MAJT),” tuturnya.

    Dugderan Berdampak Positif bagi Ekonomi Warga

    Sementara itu, Sekda Jateng Sumarno menambahkan bahwa Dugderan bukan hanya sekadar tradisi keagamaan, tetapi juga memiliki dampak ekonomi positif, terutama bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

    “Kami berharap tradisi ini dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat, tidak hanya dari Semarang tetapi juga dari luar Jawa Tengah. Dengan begitu, acara ini bisa mendorong perekonomian dan menjadi salah satu event wisata unggulan,” ujar Sumarno.

    Di sisi lain, Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, berharap agar Dugderan dapat semakin mempererat persatuan warga Kota Semarang, terutama setelah melewati masa pesta demokrasi.

    “Semoga momentum ini bisa menyatukan seluruh warga Kota Semarang agar bersama-sama membangun Semarang tanpa adanya sekat-sekat perbedaan,” pungkasnya. (Rad)

  • Lima Lokasi Berburu Takjil di Bandung Dengan Aneka Jajanan Menggoda Selera

    Lima Lokasi Berburu Takjil di Bandung Dengan Aneka Jajanan Menggoda Selera

    JABAR EKSPRES – Ramadan di sore hari menjadi saat yang paling dinantikan, karena bisa mengisi waktu menunggu Bedug Magrib sambil berburu takjil.

    Jika kamu ingin berburu takjil di Bandung, Jabar Ekspres akan memberikan lima lokasi yang selalu ramai pengunjung di saat sore hari di bulan Ramadhan.

    Berbagai menu makanan dan jajanan berderet epanjang jalan, kamu bisa memilihnya dengan leluasa sambil mengendarai motor atau mobilmu.

    Baca juga : Mengintip Ngabuburit di Masjid Al Jabbar Bandung, Ada Takjil Gratis hingga Wisata Kemolekan Arsitektur

    Bukan hanya menu makanan berat dan makanan ringan, bahkan aneka menu minuman dan takjil tersaji lengkap disana, dari yang khas sunda hingga dari daerah lain. Kamu hanya perlu menyiapkan isi dompet agar bisa memilih menu sesuai dengan seleramu.

    Berikut lima lokasi berburu takjil di Bandung yang kami rekomendasikan :

    1. Pasar Metro

    Berlokasi di Perumahan Margahayu Bandung Timur, tepatnya di sepanjang jalan Tata Surya atau di komplek perumahan metro.

    Dulunya di lokasi ini ada pasar kaget yang dibuka setiap Minggu, namun saat Ramadhan, sepanjang jalan ini disulap menjadi pasar takjil dengan aneka menu yang menggoda.

    Para pedagang bukan hanya dari warga erumahan, bahkan datang jauh-jauh dari luar komplek.

    Disini kamu bisa menemukan aneka sajian berbuka, seperti serabi, kolak, bubur, kerupuk banjur, hingga sajian tradisional awug yang cukup legendaris di tempat ini.

    2. Pasar PSM

    Lokasi kedua yang tak kalah ramainya dengan penjual takjil adalah di sepanjang jalan PSM Kiara Condong.

    Disini banyak sekali penjual kaki lima yang menjajakan aneka menu takjil, mulai dari menu jajanan anak kekikinian, makanan khas dari Korea hingga Jepang.

    Ada toko Donat Susu, Burger, Corndog, cimol bojot yang selalu mengantre dan aneka menu lainnya.

    Baca juga : Inilah Lokasi Takjil Gratis Di Kota Bandung, Catat Biar Ga Lupa!

    3. Pasar Ujung Berung

    Rekomendasi ketiga ada di Pasar Ujung Berung, di sini kamu bisa menemukan penjual takjil dengan aneka ragam sajian.

    Ada aneka gorengan, awug dan kue basah, ayam goreng, sate, bakso, es buah, cakue, sekoteng, dan masih banyak lagi.

  • Wabup Bellinda Putri Susul Bupati ke Magelang, Dijadwalkan Kembali ke Kudus Besok

    Wabup Bellinda Putri Susul Bupati ke Magelang, Dijadwalkan Kembali ke Kudus Besok

    TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Wakil Bupati Kudus, Bellinda Putri Sabrina Birton menyusul Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris mengikuti kegiatan retret kepemimpinan di Magelang.

    Bellinda tiba di Magelang pada, Rabu (26/2/2025) malam. Selanjutnya dijadwalkan mengikuti kegiatan retret mulai hari ini, Kamis (27/2/2025) hingga besok, Jumat (28/2/2025).

    Setelah mengikuti kegiatan retret kepemimpinan di Magelang, Sam’ani dan Bellinda Putri dijadwalkan kembali ke Kabupaten Kudus setelah penutupan retret pada Jumat.

    Setelah sampai di Kudus, keduanya dijadwalkan mengikuti kegiatan kirab dan penutupan Tradisi Dandangan, juga pemukulan bedug di Menara Kudus tanda dimulainya puasa Ramadan.

    Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris menyampaikan, retret menjadi ajang pembekalan penting bagi para pemimpin daerah dalam memperkuat wawasan dan sinergi dalam pembangunan.

    Kesempatan yang didapatkan sangat berharga dalam rangka memperdalam pemahaman dan memperkuat strategi pembangunan di daerah masing-masing.

    Sam’ani mengapresiasi kepada Presiden RI Prabowo Subianto yang telah mendukung penyelenggaraan retret ini. Karena mengandung manfaat dalam membangun chemistry antarkepala daerah, juga memperkuat wawasan kebangsaan.

    “Kami ucapkan terima kasih kepada Presiden RI Bapak Prabowo Subianto yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengikuti retret. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk membangun chemistry dan wawasan Nusantara,” terangnya.

    Sam’ani menyebut, Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming Raka turut hadir di Magelang memberikan pengarahan kepada peserta retret di Akademi Militer (Akmil) Magelang, kemarin Rabu (26/2/2025).

    Kata dia, kehadiran Wakil Presiden menjadi salah satu momen penting dalam rangkaian acara  retret, bertujuan memperkuat koordinasi dan kolaborasi antarpimpinan daerah di berbagai sektor.

    Sementara itu, Wakil Bupati Kudus Bellinda Putri Sabrina Birton sudah terlibat langsung dalam kegiatan retret bersama Bupati Kudus dan kepala daerah lainnya.

    Menurut dia, kegiatan retret kepemimpinan menjadi modal bagi kepala daerah dan wakilnya, agar semakin memperkuat sinergitas dalam mengimplementasikan kebijakan pembangunan di daerah.

    “Semua wakil kepala daerah tetap wajib mengikuti retreat sebagaimana yang diikuti kepala daerah terpilih,” terang dia. (Sam)

  • Tradisi Dandangan Lestari Sejak Abad ke-16 di Kudus, Kini Digelar Selama 10 Hari Jelang Ramadan

    Tradisi Dandangan Lestari Sejak Abad ke-16 di Kudus, Kini Digelar Selama 10 Hari Jelang Ramadan

    TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Tradisi budaya Dandangan dalam rangka menyambut Ramadan di Kabupaten Kudus resmi dibuka pada, Rabu (19/2/2025) sore.

     Seremonial pembukaan Dandangan dilakukan di Taman Menara Kudus dengan mengusung konsep “Tradisi Dandangan dan Pentas Seni Tahun 2025”.

    Penyelenggaraan Dandangan tahun ini digelar selama 10 hari, mulai 19 Februari hingga 28 Februari.

    Menggandeng ratusan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari wilayah Kabupaten Kudus, juga pelaku UMKM dari berbagai daerah.

    Ketua Penyelenggara Kegiatan, Imam Prayitno mengatakan, Dandangan merupakan tradisi budaya yang ada di Kabupaten Kudus hadir diperkirakan sejak abad ke-16.

    Yaitu sebuah tradisi yang dimulai dengan pemukulan bedug di pelataran Masjid Al Aqsho Menara Kudus oleh Sunan Kudus.

    Tradisi tersebut konon sebagai tanda atau pengumuman kepada masyarakat tentang datangnya Ramadan atau memasuki awal puasa.

    Seiring berjalannya waktu, Dandangan digelar dengan waktu yang lebih panjang sebelum Ramadan datang.

    Diisi dengan pesta rakyat menyuguhkan aneka ragam produk kuliner, kerajinan, hingga fesyen.

    TRADISI DANDANGAN – Pelaku UMKM dari berbagai daerah meriahkan Tradisi Dandangan sambut Ramadan di Kabupaten Kudus, Kamis (20/2/2025). Ratusan tenda dagang disiapkan selama pelaksanaan Tradisi Dandangan berlangsung mulai 19-28 Februari 2025. (Tribunjateng/Saiful Ma’sum)

    Aktivitas berdagang yang dihadirkan dalam tradisi Dandangan sebagai bagian dari upaya masyarakat mengharap berkah dari Sunan Kudus.

    Sekaligus mengimplementasikan filosofi ajaran Sunan Kudus yaitu Gusjigang, bagus perilakunya, pintar ngaji, dan pintar dagang.

    “Pelaksanaan Tradisi Dandangan tahun ini dimeriahkan dengan pentas seni, juga stand UMKM. Mulai 19 hingga 28 Februari, atau memasuki hari pertama Ramadan,” tuturnya, Kamis (20/2/2025).

    Lebih lanjut, pelaksanaan tradisi Dandangan dipusatkan di kawasan Taman Menara Kudus dan area Jalan Sunan Kudus.

    Dimeriahkan oleh 450 pedagang menempati lapak-lapak yang telah disediakan.

    Terdiri dari 380 pedagang asal Kabupaten Kudus dan sisanya dari berbagai daerah.

    Imam menambahkan, disediakan pula 400 lapak lesehan yang dimanfaatkan oleh pedagang lokal di Kabupaten Kudus.

    Berada di sebelah kanan dan kiri lapak-lapak tenda yang ada di sepanjang Jalan Sunan Kudus.

    “Perayaan Dandangan tahun ini hasil kolaborasi Dinas Perdagangan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, juga pihak terkait yang terlibat. Didanai dengan APBD Kabupaten Kudus senilai Rp 108 juta,” tuturnya.
     
    Tradisi Dandangan merupakan warisan budaya yang tidak bisa dipisahkan, kini sudah menjelma menjadi bagian dari kebahagiaan masyarakat Kudus.

    Utamanya dalam rangka menyambut datangnya Ramadan.

    Tradisi Dandangan di Kabupaten Kudus sudah ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda sejak 2021.

    Menunjukkan bahwa Tradisi Dandangan juga menjadi perhatian pemerintah.

    Perayaan tradisi Dandangan, menjadi wadah perputaran roda ekonomi masyarakat.

    Dengan harapan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kudus semakin meningkat.

    Pemerintah kabupaten bersama masyarakat berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan Tradisi Dandangan yang berbasis pada kearifan lokal, sekaligus penggerak roda perekonomian daerah.

    Mengingat tradisi ini wujud nyata filosofi Sunan Kudus terkait Gusjigang, artinya tidak hanya fokus pada nilai kegamaan dan budaya, juga pembangunan karakter dan sosial yang saling mendukung.

    Kepala Disbudpar Kudus, Mutrikah menyampaikan, puluhan pelaku kesenian di Kota Kretek siap menunjukkan keterampilan masing-masing selama perayaan Dandangan berlangsung.

    “Setiap hari minimal ada dua kelompok kesenian yang tampil. Ada group seni musik, seni barongan, juga seni tari akan tampil setiap harinya sampai Dandangan selesai. Supaya pelaksanaan Dandangan tidak terkesan boring, biar lebih meriah,” jelas dia. (Sam)

  • Gordang Sambilan, Alat Musik Tradisional Suku Mandailing

    Gordang Sambilan, Alat Musik Tradisional Suku Mandailing

    Liputan6.com, Medan – Gordang sambilan adalah alat musik tradisional yang dimiliki masyarakat Mandailing, Sumatra Utara. Alat musik ini berupa gendang atau bedug dengan panjang dan diameter berbeda.

    Mengutip dari ksdae.menlhk.go.id, gordang memang berarti gendang atau bedug. Adapun sambilan artinya sembilan.

    Setiap gendang atau bedug memiliki panjang dan diameter berbeda, sehingga dapat menghasilkan harmonisasi nada yang beragam. Umumnya, alat musik ini dimainkan oleh enam orang.

    Masing-masing dari mereka memainkan nada gendang yang paling kecil (satu dan dua) sebagai taba-taba, gendang tiga sebagai tepe-tepe, gendang empat sebagai kudong-kudong, gendang lima sebagai kudong-kudong nabalik, gendang enam sebagai pasilion, dan tiga gendang sisanya sebagai jangat.

    Pada masa dahulu atau sebelum agama Islam masuk ke Sumatra Utara, masyarakat Mandailing menggunakan gordang sambilan dalam upacara paturuan sibaso. Upacara tersebut merupakan ritual memanggil roh nenek moyang yang nantinya akan merasuki medium sibaso.

    Upacara ini biasanya dilakukan jika ada kesulitan yang menimpa masyarakat Mandailing, misalnya saat ada wabah penyakit menular. Gordang sambilan juga dimainkan dalam upacara mangido udan atau meminta hujan oleh masyarakat Mandailing. Sebaliknya, jika hujan berlangsung cukup lama fan menimbulkan banjir hingga kerusakan hasil panen, maka gordang sambilan digunakan untuk memohon agar hujan berhenti.

    Gordang sambilan memiliki tabung resonator yang terbuat dari kayu. Kayu tersebut dilubangi dan salah satu ujung lobang di bagian kepalanya ditutup dengan membran. Membran yang digubakan terbuat dari kulit lembu yang ditegangkan dan diikat dengan rotan.

    Umumnya, instrumen musik tradisional ini dilengkapi dengan sebuah ogung boru-boru, yakni gong berukuran paling besar yang disebut gong betina. Selain itu, ada juga ogung jantan (gong berukuran lebih kecil), doal (gong yang lebih kecil dari ogung jantan), dan tiga salempong atau atau mongmongan (gong dengan ukuran yang paling kecil).

    Bukan itu saja, ada juga instrumen lain berupa alat tiup yang terbuat dari bambu bernama sarune atau saleot. Ada juga sepasang simbal kecil yang dinamakan tali sasayat.    

    Ensambel gordang sambilan umumnya dipimpin oleh panjangati. Ia akan memainkan gordang yang paling besar atau jangat.

    Seorang panjangati harus menguasai pola ritmik setiap instrumen dalam ansambel gordang sambilan. Ia juga harus memiliki selera ritme yang tinggi.

    Panjangati bertugas mengolah nada-nada ritme dari semua pola ritmik instrument gordang sambilan. Setiap instrument yang diberi aksen berbeda akan menimbulkan efek ketegangan yang juga berbeda-beda.

    Saat ini, gordang sambilan kerap dimainkan dalam upacara perkawinan (orja godang markaroan boru) dan upacara kematian (oja mambulungi). Penggunaannya tak bisa sembarangan dan harus mendapatkan izin melalui suatu musyawarah adat yang disebut markobar adat.

    Musyawarah itu dihadiri oleh tokoh-tokoh Namora Natoras, Raja, beserta pihak yang akan menyelenggarakan upacara tersebut. Syarat lainnya adalah harus menyembelih paling sedikit satu ekor kerbau jantan dewasa.

     

    Penulis: Resla

  • Daftar Harga Gift TikTok live dan Cara Menukarnya Menjadi Uang Tunai

    Daftar Harga Gift TikTok live dan Cara Menukarnya Menjadi Uang Tunai

    JABAR EKSPRES – Sering melakukan live streaming di TikTok, baik untuk menjual produk atau hanya berbagi aktifitas harian, ternyata bisa menghasilkan banyak uang, terutama dengan hadiah atau gift yang diberikan penonton. Berikut daftar harga Gift TikTok live lengkap dengan cara menukarnya menjadi uang.

    Saat ini banyak yang melakukan live TikTok sebagai mata pencaharian, selain menjadi sarana promosi yang ampuh untuk memasarkan produknya, dengan TikTok kita juga bisa menggaet jutaan penonton untuk menyaksikan konten kita.

    Sumber pendapatan dari TikTok bisa beraneka ragam bentuknya, bukan hanya melakukan live Tiktok saja, menjadi affiliate, menjual produk hingga monetisasi konten bisa menghasilkan banyak uang jika kita tahu syarat dan ketentuannya.

    Baca juga : Tutorial Cara Daftar TikTok Affiliate, Tips Cepat Dapat Uang dari Medsos

    Sementara Gift TikTok diakui bisa menjadi sumber pendapatan tertinggi dibanding yang lainnya, karena setiap gift yang diberikan penonton saat kita melakukan live bernilai uang.

    Gift TikTok merupakan hadiah virtual yang diberikan oleh penonton kepada kreator TikTok selama live streaming atau membuat konten sebagai bentuk apresiasi.

    Setiap gift yang diterima bisa dikumpulkan untuk mendapat diamond yang dapat ditukar dengan uang tunai.

    Dalam melakukan live Tiktok, interaksi sangat dibutuhkan, dan memberikan hadiah akan meningkatkan interaksi hingga antara penggemar dan pembuat konten akan menjadi lebih dekat.

    Berikut Daftar harga Gift TikTok Live 2024, yang kadang kita lihat diberikan oleh penonton kepada kreatornya.

    Baca juga : Scroll Tiktok Dibayar Rp100.000 Sehari, Begini Caranya

    – Surat cinta, sepak bola, tenis, speaker mini, kopi, es krim kerucut, barbel, mawar, logo TikTok, dan nasi uduk (1 koin): Rp250.

    – Jari hati, mikrofon, panda, dan kolak (5 koin): Rp1.250.

    – Tangan melambai dan surat ajaib (7 koin): Rp1.750.

    – Snowboard dan botol harapan (9 koin): Rp2.250.

    – Gamepad, kopi, dan lolipop (10 koin): Rp2.500

    – Bedug dan parfum (20 koin): Rp5.000

    – Topi penyihir (177 koin): Rp44.250.

    – Nasi tumpeng dan balon joget (300 koin): Rp75.000.

    – Ayunan dan mimpi indah (399 koin): Rp99.750.

    – Perangkap lalat dan kalung (400 koin): Rp100.000

    – Kembang api (1.088 koin): Rp272.000

  • Mancing di Tambak, Cara Asyik Warga Sampang Tunggu Bedug Magrib

    Mancing di Tambak, Cara Asyik Warga Sampang Tunggu Bedug Magrib

    Sampang (beritajatim.com) – Mancing di tambak menjadi tradisi sejumlah warga di Sampang untuk menunggu datangnya buka puasa atau bedug magrib. Lokasi mancing yang paling digemari yakni tambak milik pemerintah Provinsi Jawa Timur yang ada di Kelurahan Polagan dan sejumlah tambak warga yang ada di Kecamatan Pengarengan.

    Pantauan di lokasi, Kamis (28/3/2024), semenjak pukul 13.00 WIB pematang atau pembatas tambak, mulai ditempati warga untuk memancing. Ikan yang menjadi sasaran bermacam-macam mulai dari ikan nila, mujaer hingga kakap. Jika beruntung pemancing bisa membawa pulang ikan namun sebaliknya tidak sedikit warga yang boncos alias pulang dengan tangan kosong.

    “Mancing sembari menunggu datangnya buka puasa ini sudah menjadi tradisi. Selain itu banyaknya tambak ikan di sekitar kota membuat para penghobi mancing tidak harus jauh-jauh mencari spot,” ujar Yudha, salah satu pemancing asal Kelurahan Rongtengah, Sampang, Jumat (29/3/2024).

    Yudha mengaku tidak selalu beruntung saat memancing sebab bukan tujuan utama mencari ikan. Melainkan mengisi waktu sembari menunggu bedug magrib. Kegiatan itu sudah menjadi tradisi warga khsususnya yang hobi memancing.

    Apalagi lokasi tambak sangat terjangkau dan bisa cepat pulang jika azan magrib mulai berkumandang. “Jarak dari rumah ke tambak paling lama 2 menit, jadi tidak sampai ketinggalan berbuka puasa,” imbuhnya.

    Hal senada juga dikatakan oleh H. Budi pemancing lainya. Dia mengaku memilih memancing untuk ngabuburit. Menurutnya hal itu lebih bermanfaat daripada keliling kota mengunakan motor. “Memancing sambil menunggu datangnya berbuka puasa menurut kami lebih baik daripada nongkrong di pingir jalan atau keluyuran,” pungkasnya. [sar/suf]

  • Sidoarjo Gercep Perbaikan di 39 Titik Ruas Jalan Rusak, Ini Rinciannya

    Sidoarjo Gercep Perbaikan di 39 Titik Ruas Jalan Rusak, Ini Rinciannya

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Pekan ke-3 bulan Maret 2024, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo gerak cepat menuntaskan perbaikan jalan berlubang. Dinas PU Bina Marga dan SDA telah menginventarisir terdapat 39 titik ruas jalan rusak dan jalan berlubang yang masuk dalam prioritas perbaikan.

    Titik kerusakan jalan tersebut tersebar di 15 kecamatan. Pasalnya, jalan rusak tersebut dinilai urgent mengingat kondisi jalan yang ramai agar tidak membahayakan pengguna jalan dan dapat meningkatkan perekonomian di wilayah setempat.

    Bupati Sidoarjo H. Ahmad Muhdlor Ali (Gus Muhdlor) mengatakan bahwa pengerjaan akan segera dikebut guna akses jalan masyarakat yang lebih baik. Proyek pemeliharaan jalan ini mencakup berbagai titik yang mengalami kerusakan, termasuk jalan utama, jalan desa, dan akses ke berbagai wilayah di Kabupaten Sidoarjo. Ia menekankan pentingnya pemeliharaan jalan untuk memastikan mobilitas masyarakat dan kelancaran arus lalu lintas.

    “39 titik jalan rusak yang ada di Kabupaten Sidoarjo akan diperbaiki semua. Saya harap masyarakat untuk bersabar dan saya juga meminta maaf jika nantinya ada gangguan akibat pemeliharaan jalan yang tengah kami lakukan,” katanya Kamis (21/3/2024).

    Gus Muhdlor juga mendorong dalam waktu 2 bulan kedepan pengerjaan proyek pemeliharaan jalan rusak akan rampung. Sehingga tidak ada lagi kendala jalan rusak di titik yang sudah dilakukan perbaikan.

    “Dua bulan kami targetkan 39 titik jalan rusak itu di aspal semua, harapannya jalan rusak semakin berkurang dan selanjutnya dipetakan untuk prioritas betonisasi di tahun depan,” ucapnya.

    Sementara itu, Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Dinas PU Bina Marga SDA Kabupaten Sidoarjo, Rizal Asnan mengatakan pemeliharaan jalan ini sudah masuk pada Renja (rencana kerja) tahun 2024 dengan anggaran dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

    “Pengerjaan tersebut kita menggunakan kontraktor, yang kesemua pengerjaan SPK (Surat Perintah Kerja) nya sudah turun semua,” ungkapnya.

    Rizal juga menambahkan untuk pengerjaan tiap titik jalan rusak bisa membutuhkan waktu hingga 2 minggu atau berbeda-beda tergantung dari tingkat kerusakan jalan.

    “Semua rata-rata kerusakannya berlubang dan lebar dan sudah kami klasifikasikan menurut tingkat pengerjaan ada yang masuk kerusakan ringan hingga berat. InsyaAllah semua selesai 2 bulan kedepan,” jelasnya.

    Berikut rincian ke-39 proyek jalan rusak di 15 Kecamatan di Sidoarjo :

    1. Jalan Sumput – Anggaswangi Kecamatan Sidoarjo
    2. Jalan Magersari – Pagerwojo Kecamatan Sidoarjo
    3. Jalan Mutiara Regency Kecamatan Sidoarjo
    4. Jalan Sekardangan – Gebang Kecamatan Sidoarjo
    5. Jalan Gelam – Kedungkendo Kecamatan Tanggulangin
    6. Jalan Ketegan – Gagang Panjang Kecamatan Tanggulangin
    7. Jalan Randegan – Lajuk Kecamatan Tanggulangin
    8. Jalan Kalisampurno – Kedensari Kecamatan Tanggulangin
    9. Jalan Durung Bedug – Modong Kecamatan Candi
    10. Jalan Sumokali – Durung Bedug Kecamatan Candi
    11. Jalan Candi – Klurak Kecamatan Candi
    12. Jalan Kebonagung – Tambakrejo Kecamatan Porong
    13. Jalan Pamotan – Candipari Kecamatan Porong
    14. Jalan Porong – Juwet Kenongo Kecamatan Porong
    15. Jalan Tambakrejo – Tanjek Wagir Kecamatan Krembung
    16. Jalan Tarik – Tarik Kecamatan Tarik
    17. Jalan Bakung pringgodani – Kedungbocok Kecamatan Tarik
    18. Jalan Mergosari – Mergobener Kecamatan Tarik
    19. Jalan Singkalan – Sebani Kecamatan Balongbendo
    20. Jalan Balongmacekan – Gampingrowo Kecamatan Balongbendo
    21. Jalan Sidomojo – Sidomulyo Kecamatan Krian
    22. Jalan Jeruk Gamping – Junwangi Kecamatan Krian
    23. Jalan Prambon – Tarik Kecamatan Prambon
    24. Jalan Klantingsari – Prambon Kecamatan Prambon
    25. Jalan Bulang – Prambon Kecamatan Prambon
    26. Jalan Wirobiting – Kedungsugo Kecamatan Prambon
    27. Jalan Punggul – Gemurung Kecamatan Gedangan
    28. Jalan Tebal – Ganting Kecamatan Gedangan
    29. Jalan Markas Komandan Pasmar 2 Kecamatan Gedangan
    30. Jalan Jumputrejo – Karangbong Kecamatan Sukodono
    31. Jalan Pelarungan – Terung Wetan Kecamatan Sukodono
    32. Jalan Kwangsan – Gemurung Kecamatan Sedati
    33. Jalan Pulungan – Kwangsan Kecamatan Sedati
    34. Jalan Prasung – Dukuh Tengah Kecamatan Buduran
    35. Jalan Pagerwojo – Sidokerto Kecamatan Buduran
    36. Jalan Kletek – Sukodono Kecamatan Taman
    37. Jalan Kureksari – Kepuh Kiriman Kecamatan Waru
    38. Jalan Waru – Pepelegi Kecamatan Waru
    39. Jalan Medaeng – Pepelegi Kecamatan Waru.

    [isa/aje]

  • Memanah, Cara Asyik Santri Jombang Tunggu Bedug Magrib

    Memanah, Cara Asyik Santri Jombang Tunggu Bedug Magrib

    Jombang (beritajatim.com) – Latihan memanah menjadi salah satu kegiatan santri AIS (Aqobah International School) Desa Jombok Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang dalam menunggu bedug magrib. Mereka ngabuburit di lapangan olahraga sekolah setempat, Selasa (19/3/2024).

    Hanif (16), salah satu santri AIS memicingkan matanya. Tangan kanannya memegang anak panah, sedang tangan kirinya memegang busur. Sementara itu, papan sasaran berjarak 100 meter di depannya. Di tengah papan kotak tersebut terdapat lingkaran-lingkaran aneka warna.

    Hanif tidak sendiri. Di sebelahnya ada sejumlah santri lainnya. Sama halnya dengan Hanif, mereka juga sedang memicingkan mata untuk membidik sasaran. Ketika dirasa cukup, anak panah itu pun dilepaskan.

    Dalam sekejap, anak panah itu menghujam titik sasaran. Hanif tersenyum girang ketika anak panah yang ia lepaskan bersarang di tengah lingkaran. Namun tidak demikian dengan santri yang berada di sebelah Hanif. Karena busur panah itu mengenai luar lingkaran. dia hanya geleng kepala.

    “Alhamdulillah, tepat sasaran yang saya incar. Harus konsentrasi. Selain itu, tangan sebagai tumpuan juga harus kuat. Sehingga ketika anak panah kita lepas, busur tidak bergoyang,” ujar remaja asal Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo yang sudah satu tahun menjadi santri AIS Jombang ini.

    Para santri itu buka hanya sekali membidik sasaran. Mereka mengulanginya berkali-kali. Di sela itu, seorang ustaz bernama Abdullah memberikan evaluasi. Santri dikumpulkan membentuk lingkaran. Dia kemudian menjelaskan kesalahan para santri ketika membidik.

    Dengan evaluasi itu, kesalahan yang dilakukan oleh santri tidak terulang. Abdullah juga meminta agar santri membaca doa terlebih dulu sebelum melepas anak panah. Tak teras matahari semakin condong ke arah barat. Para santri itu terus berlatih. Jumlahnya semakin banyak. Mereka memicingkan mata, membidik, lalu melepas anak panah.

    Beberapa saat sebelum azan magrib berkumandang, santri AIS Jombang mengakhiri kegiatannya. Mereka kembali ke asrama. Membersihkan badan dan bersiap menyambut buka puasa. Latihan memanah menjadikan mereka lupa lapar dan dahaga.

    Pengasuh Ponpes (Pondok Pesantren) Al Aqobah KH Ahmad Junaidi Hidayat mengatakan bahwa kegiatan santri sangat padat selama Ramadhan. Selain kegiatan bersifat spiritual, juga ada yang non-spiritual seperti olahraga.

    Ada tiga olahraga yang selama ini menjadi andalan santri AIS Jombang. Masing-masing memanah, berenang, serta berkuda. Walhasil, selama Ramadhan ini kegiatan tersebut juga dijadikan sarana untuk ngabuburit atau menunggu bedug magrib.

    Menurut KH Junaidi, memanah, berkuda dan berenang, adalah tiga olahraga yang menjadi sunah nabi. “Di AIS ini sudah ada sarana memanah dan kolam renang. Untuk berkuda biasanya kita ke Wonosalam. Karena kita belum punya kuda, sehingga menyewa di sana,” ujat Kiai Junaidi. [suf]