Produk: bawang putih

  • Daftar Harga Bahan Pokok di Awal Tahun 2025

    Daftar Harga Bahan Pokok di Awal Tahun 2025

    Jakarta

    Awal tahun 2025 diwarnai dengan fluktuasi harga sejumlah bahan pokok. Kenaikan signifikan terjadi pada harga cabai yang mencapai Rp 140.000/kg. Kemudian harga ayam juga mengalami kenaikan. Sementara untuk harga beras dan daging sapi masih stabil.

    Kenaikan harga tersebut terjadi di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dan Pasar Palmerah pada Kamis (2/1/2025). Dari pantauan detikcom, harga cabai kini mengalami kenaikan hingga Rp 30.000/kg.

    Di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, harga cabai rawit merah Rp 140.000/kg, dari harga sebelum pergantian tahun Rp 100.000/kg. Untuk cabai rawit hijau dibanderol Rp 80.000, dari sebelumnya Rp 50.000/kg, cabai merah keriting Rp 80.0000 dari sebelumnya Rp 50.000/kg.

    Kenaikan juga terjadi pada harga bawang merah dan bawang putih. Bawang putih kini dibanderol Rp 60.000/kg, dari harga sebelumnya Rp 55.000/kg. Dan bawang merah Rp 50.000/kg.

    Kenaikan juga terjadi di Pasar Palmerah, harga cabai rawit merah dibanderol Rp 110.000/kg, dari harga sebelumnya Rp 100.000/kg.Kemudian untuk cabai rawit ijo kini Rp 70.000/kg dari sebelumnya Rp 40.000/kg. Dan untuk cabai merah keriting Rp 60.000/kg. Sementara untuk bawang putih Rp 45.000/kg dan bawang merah Rp 42.000/kg.

    Untuk harga ayam di kedua pasar tersebut juga mengalami kenaikan harga di kisaran Rp 1.000/kg.

    Di Pasar Kebayoran Lama, harga ayam potong per kilogramnya dibanderol Rp 29.000 sampai Rp 30.000. Sementara di Pasar Palmerah Rp 30.000 sampai Rp 31.000/kg.

    Kemudian harga daging sapi di Pasar Kebayoran Lama dijual dengan harga Rp 120.000/kg. Untuk harga daging di Pasar Palmerah di jual dengan harga Rp 130.000.

    Untuk telur di kedua pasar tersebut masih menjual di atas harga Rp 30.000/kg. Di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan harga tertinggi untuk telur Rp 31.000/kg. Sementara di Pasar Palmerah Rp 32.000/kg.

    Hal yang sama juga terjadi di harga beras, kedua pasar tersebut menjual beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yakni Rp 12.000/kg. Harga ini masih berada di bawah Harga Eceran tertinggi yakni Rp 12.500/kg

    (kil/kil)

  • BPS: Inflasi Tahun 2024 Capai 1,57 Persen, Lebih Rendah Dibanding 2023 – Halaman all

    BPS: Inflasi Tahun 2024 Capai 1,57 Persen, Lebih Rendah Dibanding 2023 – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada bulan Desember sebesar 0,44 persen. Sedangkan secara tahunan mencapai 1,57 persen.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini mengatakan, nilai inflasi pada tahun 2024 ini justru lebih rendah dibandingkan tahun 2023.

    “Secara tahunan, inflasi tahun 2024 lebih rendah dari tahun 2023,” kata Pudji dalam Rilis BPS, Kamis (2/1/2025).

    Pudji menyatakan, penyumbang inflasi pada Desember 2024 ini adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,55 persen.

    Komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah sigaret kretek mesin dengan andil sebesar 0,13 persen, serta minyak goreng dengan andil sebesar 0,11 persen. 

    “Komoditas lain yang memberikan andil inflasi cukup besar adalah beras, kopi bubuk, bawang merah, ikan segar, daging ayam ras, dan bawang putih,” jelas Pudji.

    Pudji menyebut, komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi cukup signifikan adalah emas perhiasan sebesar 0,35 persen dan nasi dengan lauk sebesar 0,06 persen.

    Sementara itu, untuk kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok transportasi dengan andil deflasi sebesar 0,04 persen. 

    “Deflasi tersebut didorong oleh deflasi pada komoditas tarif angkutan udara di bulan desember 2024,” terangnya.

    Adapun inflasi pada Desember secara bulanan didorong oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil inflasi sebesar 0,38 persen. 

    Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini antara lain adalah temur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng dan bawang merah.

  • Cabai Rawit dan Telur Ayam Jadi Biang Kerok Inflasi Desember 0,44%

    Cabai Rawit dan Telur Ayam Jadi Biang Kerok Inflasi Desember 0,44%

    Jakarta

    Badan Pusat Statistik (BPS) memcatat Desember 2024 terjadi inflasi sebesar 0,44%. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan inflasi yang terjadi utamanya didorong oleh inflasi komponen bergejolak.

    Pudji menyebutkan komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 2,04%. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,33%.

    “Komoditas yang memberikan andil inflasi untuk komponen harga bergejolak ini adalah telur ayam yang ras, cabe rawit, bawang merah dan bawang putih,” kata dia di Kantor BPS, Kamis (2/1/2025).

    Sementara berdasarkan komponen inflasi Desember 2024, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,17% pada Desember 2024. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,11%.

    “Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi untuk komponen inti adalah minyak goreng, emas perhiasan dan kopi bubuk,” terangnya.

    Selanjutnya untuk komponen harga diatur pemerintah, komponen ini mengalami inflasi 0,03% dan tidak memberikan andil inflasi yang signifikan terhadap inflasi.

    (ada/rrd)

  • BPS: Inflasi Desember 2024 Capai 0,44 Persen – Halaman all

    BPS: Inflasi Desember 2024 Capai 0,44 Persen – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,33 pada November 2024 menjadi 106,80 pada Desember 2024.

    “Pada Desember 2024 terjadi inflasi sebesar 0,44 persen secara bulanan,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini dalam Rilis BPS, Kamis (2/1/2025).

    Pudji mengatakan, inflasi secara tahunan atau year on year (YoY) dan secara year to date atau tahun kalender sebesar 1,57 persen. Menurut Pudji, angka inflasi ini sama lantaran pembandingnya Desember tahun 2023.

    “Inflasi bulanan pada Desember 2024 lebih tinggi dibandingkan inflasi November 2024 dan juga inflasi Desember 2023,” jelas Pudji.

    Berdasarkan data BPS, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,33 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,38 persen. 

    Adapun komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini adalah telur ayam ras dan cabai merah yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,06 persen.

    Sementara itu, terdapat juga komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain adalah ikan segar, cabai rawit, bawang merah, dan minyak goreng yang memberikan andil inflasi sebesar 0,03 persen.

    Kemudian bawang putih, sawi hijau, daging ayam ras, dan beras yang memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen. 

    Sedangkan jika dilihat dalam lima tahun terakhir, tingkat inflasi bulanan yang tinggi umumnya terjadi pada periode-periode perayaan hari besar keagamaan nasional, diantaranya adalah pada momen puasa, lebaran, serta perayaan Natal dan Tahun Baru. 

    “Pada momen Nataru Desember 2024 ini, kembali terjadi inflasi sebesar 0,44 persen yang lebih tinggi dari Desember 2023, tetapi tidak setinggi posisi Desember pada Tahun 2020 hingga 2022,” papar Pudji. 

    Pudji juga bilang, bawa selama lima tahun terakhir setiap bulan Desember, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi kelompok utama penyumbang inflasi.

    “Komoditas Tarif Angkutan Udara menjadi peredam inflasi di Desember 2024 ini dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen,” ungkapnya.

  • Inflasi Desember 2024 Capai 1,57 Persen Gara-gara Telur-Cabai Mahal

    Inflasi Desember 2024 Capai 1,57 Persen Gara-gara Telur-Cabai Mahal

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Desember 2024 sebesar 1,57 persen secara tahunan (year on year/yoy).

    Sementara secara bulanan (month to month/mtm), inflasi Desember mencapai 0,44 persen. Penyebab inflasi karena naiknya harga sejumlah bahan pokok.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini mengatakan inflasi Desember secara tahunan disebabkan kenaikan tertinggi komoditas telur ayam ras dan cabai merah yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,06 persen.

    “Sementara itu terdapat juga komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain ikan segar, cabai rawit, bawang merah, dan minyak goreng yang memberikan andil inflasi sebesar 0,03 persen ” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (2/1).

    Komoditas lainnya yang turut mendorong inflasi antara lain bawang putih, sawi hijau, daging ayam ras, dan beras yang memberikan andil masing-masing 0,01 persen.

    Sementara itu, inflasi Desember secara bulanan terutama didorong oleh kenaikan komoditas minyak goreng, emas perhiasan, dan kopi bubuk.

    Berdasarkan wilayahnya, Puji mengatakan 35 provinsi mengalami inflasi dan 3 provinsi mengalami deflasi pada Desember 2024. Inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan sebesar 2,39 persen.

    “Sedangkan deflasi terdalam terjadi di Maluku sebesar 0,41 persen,” katanya.

    (fby/pta)

  • Inflasi RI 1,57% di 2024 Terendah Sepanjang Masa, Ini Sebabnya!

    Inflasi RI 1,57% di 2024 Terendah Sepanjang Masa, Ini Sebabnya!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 1,57% secara tahunan (year on year/yoy) pada 2024. Inflasi tahunan ini merupakan inflasi terendah sepanjang masa.

    Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, mengungkapkan tingkat inflasi tahun ke tahun pada Desember 2024 adalah sebesar 1,57% atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen 105,15 pada Desember 2023, menjadi 106,80 pada Desember 2024.

    “Berdasarkan kelompok pengeluarannnya, inflasi tahunan utamanya didorong oleh kelompok makanan minuman dan tembakau, dengan inflasi sebesar 1,90% dan memberikan andil sebesar 0,55% terhadap inflasi umumnya,” papar Pudji.

    Komoditas dengan andil inflasi terbesar adalah cigaret kretek mesin dengan andil inflasi sebesar 0,13%, serta minyak goreng dengan andil 0,11%.

    Pudji menuturkan komoditas lain yang juga memberikan andil inflasi cukup besar andalah beras, kopi bubuk, bawang merah, ikan segar, daging ayam ras, dan bawang putih.

    Selanjutnya, komoditas lain di luar makanan minuman dan tembakau, yang memerikan andil inflasi cukup signikan adalah emas perhiasan, dan nasi dan lauk, di mana masing-masing memberikan andil inflasi 0,35% dan 0,06%

    “Sementara itu untuk kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok transportasi dengan andil deflasi 0,04%. Deflasi tersebut didorong oleh komoditas tarof angkutan udara di Desember 2024,” paparnya.

    (haa/haa)

  • Biang Kerok Inflasi Desember 2024: Cabai Merah & Telur Ayam!

    Biang Kerok Inflasi Desember 2024: Cabai Merah & Telur Ayam!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 0,44% (month to month/mtm) pada Desember 2024. p

    “Inflasi bulanan Desember 2024 lebih tinggi dibandingkan November 2024, dan juga Desember 2023,” papar Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, dalam rilis BPS, Kamis (2/1/2024).

    “Berikutnya kelompok pengeluaran inflasi terbesar, adalah kelompok makanan minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,33% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,38%,” lanjut Pudji.

    Adapun, dia menuturkan komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini adalah telur ayam ras, cabai merah yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,06% (mtm).

    Berdasarkan komponen inflasi Desember 2024, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,17% pada Desember 2024. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,11%. dan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi untuk komponen inti adalah minyak goreng, emas perhiasan dan kopi bubuk

    Selanjutnya untuk komponen harga diatur pemerintah, komponen ini mengalami inflasi 0,03% dan tidak memberikan andil inflasi yang signifikan terhadap inflasi.

    Lalu, Pudji mengungkapkan komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 2,04% pada Desember 2024. Komponen ini memberikan andil inflasi 0,33%. dan komoditas yang dominan. Komoditas pada komponen ini yang menyumbang inflasi a.l. telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih.

    (haa/haa)

  • Cabe Rawit Merah Turun, Telur Ayam Ras Naik

    Cabe Rawit Merah Turun, Telur Ayam Ras Naik

    JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga pangan pada awal tahun 2025 secara umum fluktuatif, cabai rawit merah turun menjadi Rp56.690 per kilogram (kg), sedangkan telur ayam ras naik menjadi Rp30.930 per kg pada Rabu, 1 Januari 2025.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 10.00 WIB, secara umum harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium turun 0,45 persen atau Rp70 menjadi Rp15.350 per kg.

    Meski begitu harga beras medium naik 1,04 persen atau Rp140 menjadi Rp13.610 per kg; sedangkan beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog turun 1,04 persen atau Rp130 menjadi Rp12.350 per kg.

    Selanjutnya komoditas bawang merah terpantau naik 0,41 persen atau Rp170 menjadi Rp41.400 per kg; begitu pun bawang putih bonggol naik 0,40 persen atau Rp170 menjadi Rp42.880 per kg.

    Kemudian, harga komoditas cabai merah keriting turun 3,77 persen atau Rp1.920 menjadi Rp48.950 per kg; begitu pun cabai rawit merah turun 5,91 persen atau Rp3.560 menjadi Rp56.690 per kg.

    Selanjutnya harga daging sapi murni turun 2 persen atau Rp2.710 menjadi Rp132.690 per kg; sedangkan daging ayam ras naik 4,06 persen atau Rp1.540 menjadi Rp39.510 per kg; lalu telur ayam ras juga naik 0,23 persen atau Rp70 menjadi Rp30.930 per kg.

    Komoditas kedelai biji kering (impor) terpantau naik 2,99 persen atau Rp310 menjadi Rp10.670 per kg; lalu gula konsumsi juga baik 0,22 persen atau Rp40 menjadi Rp18.020 per kg.

    Selanjutnya minyak goreng kemasan sederhana turun 0,43 persen atau Rp80 menjadi Rp18.690 per kg; sedangkan minyak goreng curah naik 1,14 persen atau Rp200 menjadi Rp17.790 per kg.

    Kemudian komoditas tepung terigu curah juga turun 2,09 persen atau Rp210 menjadi Rp9.840 per kg; begitu pula terigu non curah juga turun 0,23 persen atau Rp30 menjadi Rp12.960 per kg.

    Selanjutnya, harga jagung di tingkat peternak turun 1,98 persen atau Rp120 menjadi Rp5.930 per kg; sedangkan harga garam halus beryodium naik 2,52 persen atau Rp290 menjadi Rp11.820 per kg.

    Selanjutnya, untuk harga ikan kembung terpantau turun 1,08 persen atau Rp420 menjadi Rp38.320 per kg; lalu ikan tongkol juga turun 6,23 persen atau Rp2.030 menjadi Rp30.560 per kg; sementara itu ikan bandeng naik 1,35 persen atau Rp460 menjadi Rp34.550 per kg.

  • Harga Cabai Rawit Merah Turun, Telur Ayam Naik

    Harga Cabai Rawit Merah Turun, Telur Ayam Naik

    Jakarta: Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga pangan pada hari pertama di 2025 secara umum fluktuatif. Cabai rawit merah turun menjadi Rp56.690 per kilogram (kg), sedangkan telur ayam ras naik menjadi Rp30.930 per kg.
     
    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 10.00 WIB, dikutip dari Antara, Rabu, 1 Januari 2025, secara umum harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium turun 0,45 persen atau Rp70 menjadi Rp15.350 per kg.
     
    Meski begitu harga beras medium naik 1,04 persen atau Rp140 menjadi Rp13.610 per kg; sedangkan beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog turun 1,04 persen atau Rp130 menjadi Rp12.350 per kg.
     
    Selanjutnya komoditas bawang merah terpantau naik 0,41 persen atau Rp170 menjadi Rp41.400 per kg; begitu pun bawang putih bonggol naik 0,40 persen atau Rp170 menjadi Rp42.880 per kg.
     
    Kemudian, harga komoditas cabai merah keriting turun 3,77 persen atau Rp1.920 menjadi Rp48.950 per kg; begitu pun cabai rawit merah turun 5,91 persen atau Rp3.560 menjadi Rp56.690 per kg.
     
    Selanjutnya harga daging sapi murni turun 2 persen atau Rp2.710 menjadi Rp132.690 per kg; sedangkan daging ayam ras naik 4,06 persen atau Rp1.540 menjadi Rp39.510 per kg; lalu telur ayam ras juga naik 0,23 persen atau Rp70 menjadi Rp30.930 per kg.
     

     

    Harga minyak goreng kemasan turun
     
    Komoditas kedelai biji kering (impor) terpantau naik 2,99 persen atau Rp310 menjadi Rp10.670 per kg; lalu gula konsumsi juga baik 0,22 persen atau Rp40 menjadi Rp18.020 per kg.
     
    Selanjutnya minyak goreng kemasan sederhana turun 0,43 persen atau Rp80 menjadi Rp18.690 per kg; sedangkan minyak goreng curah naik 1,14 persen atau Rp200 menjadi Rp17.790 per kg.
     
    Kemudian komoditas tepung terigu curah juga turun 2,09 persen atau Rp210 menjadi Rp9.840 per kg; begitu pula terigu non curah juga turun 0,23 persen atau Rp30 menjadi Rp12.960 per kg.
     
    Selanjutnya, harga jagung di tingkat peternak turun 1,98 persen atau Rp120 menjadi Rp5.930 per kg; sedangkan harga garam halus beryodium naik 2,52 persen atau Rp290 menjadi Rp11.820 per kg.
     
    Selanjutnya, untuk harga ikan kembung terpantau turun 1,08 persen atau Rp420 menjadi Rp38.320 per kg; lalu ikan tongkol juga turun 6,23 persen atau Rp2.030 menjadi Rp30.560 per kg; sementara itu ikan bandeng naik 1,35 persen atau Rp460 menjadi Rp34.550 per kg.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Apakah Minum Obat Herbal Boleh Bareng dengan Obat Kimia Modern? Ini Penjelasannya

    Apakah Minum Obat Herbal Boleh Bareng dengan Obat Kimia Modern? Ini Penjelasannya

    Jakarta – Efek Konsumsi obat herbal dan kimia modern berbarengan bisa berbeda, bergantung pada kandungan zat aktifnya. Efek ini bisa saja tidak membahayakan, namun tetap wajib diwaspadai.

    Mengonsumsi obat herbal sering dianggap sebagai alternatif untuk memaksimalkan usaha sembuh dan sehat. Sehingga tak jarang konsumsi herbal dibersamai dengan obat kimia modern. Apakah tindakan ini aman dan memberi manfaat maksimal?

    Interaksi Obat Herbal dan Obat Kimia Modern

    Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan, obat herbal dan obat kimia modern memiliki cara kerja yang berbeda. Obat herbal umumnya berperan dalam menyeimbangkan fungsi organ tubuh agar kembali bekerja dengan baik. Sementara obat kimia modern bekerja dengan meredam rasa sakit.

    Obat herbal dan obat kimia modern mengandung senyawa aktif yang sama-sama memengaruhi tubuh, sehingga interaksi keduanya bisa terjadi. Interaksi yang mungkin timbul apabila obat herbal dan kimia modern dikonsumsi secara bersamaan adalah semakin kuat, menjadi berkurang, atau hilang sama sekali.

    Konsumsi Obat Herbal dengan Obat Kimia

    Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Tradisional (PDPOJI), dr Inggrid Tania mengungkapkan, mengonsumsi obat herbal dan kimia modern harus melalui konsultasi lebih dulu dengan dokter. Hal ini untuk memastikan konsumsi obat tidak membahayakan pasien.

    “Perlu berkonsultasi dengan dokter yang paham, karena ada obat herbal yang memang aman dikombinasi bareng dengan obat kimia tapi minumnya nggak bareng-bareng. Biasanya diberi selisih waktu satu jam, antara mengkonsumsi obat kimia dan herbal,” ujar dr Inggrid kepada detikcom, Kamis (10/10/2024) mengutip arsip detikHealth.

    Kombinasi Obat Herbal dan Kimia Modern yang Cocok dan Tidak Cocok

    Menurut dr. Inggrid, ada beberapa obat herbal yang tidak dianjurkan jika dikombinasikan dengan obat kimia modern. Penting untuk mengetahui obat herbal dan kimia modern apa saja yang cocok dan tidak cocok dikombinasikan.

    “Misalnya orang tersebut sedang mengkonsumsi obat kimia heparin yang merupakan obat pengencer darah. Ini tidak boleh dikonsumsi bareng obat herbal yang juga dapat mengencerkan darah, itu harus konsultasi ke dokter. Takutnya efeknya darahnya semakin ‘encer’,” ungkapnya.

    Obat Herbal dan Kimia Modern yang Cocok Dikombinasikan

    1. Obat Umum

    Dalam jangka panjang, obat kimia modern berpotensi mengganggu fungsi hati. Mengonsumsi temulawak atau milk thistle bisa menjadi solusi. Keduanya terbukti tidak berinteraksi dengan obat kimia modern, justru membantu meregenerasi sel-sel hati.

    2. Obat Alergi

    Antihistamin merupakan obat kimia modern yang membantu meredakan gejala alergi. Obat ini bisa dikombinasikan dengan bawang putih dalam masakan dengan jumlah yang banyak.

    3. Obat Pembunuh Virus

    Beberapa jenis herbal bisa meningkatkan sistem imun dan meningkatkan khasiat obat antiviral di antaranya echinacea (Echinacea angustifolia, E. Purpurea, E. Pallida), dan meniran (Phyllanthus niruri). Namun, hindari mengkonsumsi echinacea dan meniran berbarengan, sebab bisa mengganggu sistem imun.

    Obat Herbal dan Kimia Modern yang Tidak Cocok Dikombinasikan

    1. Obat Pengencer Darah

    Hindari bawang putih, jahe, pegagan, nanas, dan ginseng saat mengkonsumsi obat kimia modern seperti warfarin dan aspirin. Waspadai juga kandungan danshen dan dang qui yang biasanya ada dalam ramuan sinse. Obat-obatan herbal ini bisa melancarkan peredaran darah. Apabila dikonsumsi bersama aspirin atau warfarin, maka bisa menyebabkan perdarahan organ.

    2. Obat Umum

    Obat herbal dengan kandungan tanin bisa mengurangi penyerapan tubuh terhadap obat yang mengandung theophylline, codein, dan ephedrine. Selain itu, hindari pula mengkonsumsi daun jambu biji, teh, serta herbal yang rasanya sepat.

    3. Obat Jantung

    Beberapa herbal yang bisa mempengaruhi kerja obat jantung di antaranya jenis pencahar seperti buah senena, ginseng, licorice, dan ma huang. Obat-obatan herbal ini bisa mengganggu ritme denyut jantung.

    Waspadai Konsumsi Obat Herbal Ilegal

    Selain mengetahui kombinasi yang cocok dan tidak cocok antara obat herbal dan kimia modern, penting untuk menghindari obat herbal ilegal yang beredar di pasaran. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Polda Jawa Barat pada Senin (7/10/2024) mengumumkan temuan produk herbal dengan bahan kimia obat (BKO) ilegal dengan nilai ekonomi barang bukti mencapai Rp 8,1 miliar. Termasuk dalam temuan tersebut adalah 10 jenis obat herbal ilegal yang diduga mengandung BKO, yaitu:

    Cobra XSpiderAfrica Black AntCobra IndiaTawon LiarWan TongKapsul Asam Urat TCUAntananTongkat arabXian Ling

    Obat herbal tak seharusnya mengandung BKO, apalagi dengan dosis yang tidak terukur sehingga berisiko membahayakan masyarakat. Dalam konsumsi dengan dosis yang lebih tinggi, obat-obatan ini bisa berakibat fatal.

    (elk/row)