Produk: bawang putih

  • Pepes Terasi, Kuliner Tradisional Karawang yang Menggugah Selera

    Pepes Terasi, Kuliner Tradisional Karawang yang Menggugah Selera

    Karawang, Beritasatu.com – Pepes terasi merupakan salah satu makanan tradisional yang sangat populer di Karawang, Jawa Barat. Selain memiliki cita rasa yang khas dan menggugah selera, harga makanan ini juga sangat terjangkau, sehingga menjadi favorit masyarakat setempat maupun wisatawan.

    Pepes terasi adalah olahan terasi yang dibumbui dengan rempah-rempah khas, dibungkus daun pisang, dan kemudian dikukus hingga matang. Proses memasaknya yang unik ini menghasilkan aroma dan rasa yang semakin nikmat.

    Salah satu tempat yang terkenal menjual pepes terasi lezat adalah Rumah Makan Ibu Alo, yang terletak di Jalan Syeh Quro, Telagasari, Karawang. Ade Nurhayati, pemilik rumah makan tersebut, mengungkapkan bahwa pepes terasi mengingatkannya pada masa kuliah, ketika ibunya sering membawa pepes terasi untuk diserahkan saat Ade menjalani praktik kerja lapangan (PKL). 

    “Saya sangat suka terasi, dan teman-teman saya pun menyukainya,” kata Ade kepada Beritasatu.com Selasa (11/2/2025).

    Dari pengalaman tersebut, Ade pun memutuskan untuk membuka rumah makan dengan menu khas terasi begitu memiliki modal. “Alhamdulillah, kini niat tersebut bisa terwujud,” tambahnya.

    Proses pembuatan pepes terasi di rumah makan ini cukup sederhana. Terasi dihaluskan bersama bawang merah, bawang putih, cabai, dan rempah-rempah lainnya, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus hingga matang.

    Pelanggan yang datang ke rumah makan ini tidak hanya berasal dari Karawang, tetapi juga dari daerah lain seperti Bandung, Bekasi, Purwakarta, dan Subang. Bahkan, banyak anggota dewan yang juga datang untuk mencicipi pepes terasi di rumah makan Ibu Alo.

    Salah satu pelanggan, Rosi mengungkapkan pepes terasi yang ia coba sangat lezat serta harganya pun cukup terjangkau sehingga membuat dirinya senang dan merasa kenyang.

    “Selain rasanya yang enak dan khas, makanan ini juga memiliki harga yang sangat terjangkau. Saya suka karena bau terasinya tidak terlalu kuat, dan rasa manis pedasnya pas banget,” kata Rosi.

    Menurutnya, pepes terasi sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan awalnya hanya dibuat sebagai hidangan rumahan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, makanan ini semakin populer berkat promosi dari mulut ke mulut dan media sosial.

    Selain cita rasanya yang khas dengan perpaduan gurih dan pedas, pepes terasi juga memiliki harga yang sangat terjangkau. Mulai dari Rp 8.000 hingga Rp 13.000 per porsi, sedangkan untuk jam operasionalnya dibuka pukul 09.00 WIB hingga 20.00 WIB.

    Pepes terasi Karawang bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari warisan kuliner yang harus dilestarikan. Jadi, apabila Anda berkunjung ke Karawang, jangan lupa untuk mencicipi kelezatan pepes terasi yang fenomenal ini.

  • Perbedaan Coto dan Konro, Dua Hidangan Ikonik dari Sulawesi Selatan

    Perbedaan Coto dan Konro, Dua Hidangan Ikonik dari Sulawesi Selatan

    YOGYAKARTA – Sulawesi Selatan, dengan kekayaan kulinernya, menawarkan dua hidangan beraroma dan kaya rempah yang telah melegenda: coto dan konro. Namun tidak sedikit orang tergocek dan tidak mengetahui perbedaan coto dan konro.

    Sekilas, keduanya tampak serupa, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan mendasar yang membuatnya unik. Mari kita telusuri lebih dalam perbedaan antara kedua hidangan ikonik ini.

    Perbedaan Coto dan Konro

    Sekilas, coto dan konro tampak serupa, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan mendasar yang membuatnya unik. Dilansir dari laman Wikipedia, berikut perbedaan antara kedua hidangan ikonik ini:

    Coto Makassar menggunakan jeroan sapi (seperti lidah, hati, jantung, babat, paru, dan lainnya) yang direbus dalam waktu lama hingga empuk. Beberapa variasi juga menambahkan daging sapi.

    Sementara itu, konro menggunakan iga sapi sebagai bahan utama. Iga sapi direbus hingga empuk dan bumbunya meresap.

    Coto Makassar dikenal dengan penggunaan sekitar 40 macam rempah yang disebut “Rampa patang pulo”. Beberapa rempah yang dominan antara lain bawang merah, bawang putih, ketumbar, jintan, kemiri, pala, cengkeh, kayu manis, dan tauco.

    Konro juga menggunakan rempah-rempah yang kaya, meskipun tidak sebanyak coto. Beberapa rempah yang menonjol antara lain ketumbar, kluwak (yang memberikan warna hitam pada kuah), kunyit, kencur, dan kayu manis.

    Baca juga artikel yang membahas Mengenal Tradisi Nyadran dalam Masyarakat Islam di Jawa

    Kuah coto berwarna coklat dan kental, dihasilkan dari rebusan jeroan dan rempah-rempah yang kaya.

    Kemudian kuah konro berwarna coklat kehitaman, berasal dari kluwak. Kuahnya lebih encer dibandingkan coto.

    Coto Makassar biasanya disajikan dalam mangkuk bersama ketupat atau burasa yang dipotong-potong. Taburan daun bawang dan bawang goreng, serta perasan jeruk nipis menambah cita rasa segar.

    Sedikit berbeda dengan coto, konro biasanya disajikan dengan burasa atau ketupat yang dipotong-potong. Saat ini, konro juga memiliki variasi bakar yang disajikan dengan kuah terpisah.

    Coto Makassar diperkirakan telah ada sejak abad ke-16 pada masa Kerajaan Gowa. Dulu, coto dengan daging sirloin dan tenderloin disajikan untuk keluarga kerajaan, sementara jeroan untuk masyarakat kelas bawah.

    Konro berasal dari tradisi Etnik Makassar. Sama seperti coto, konro juga merupakan hidangan berkuah yang kaya rempah. Nama “Konro” sendiri diambil dari bahasa setempat yang berarti tulang rusuk sapi, bahan utama yang memberikan cita rasa khas pada hidangan ini.

    Sup Konro telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi kuliner masyarakat Sulawesi Selatan, seringkali disajikan dalam acara-acara khusus seperti perayaan hari raya, pertemuan keluarga, dan upacara adat.

    Sup Konro terkenal dengan kuahnya yang kaya rempah dan daging sapi yang empuk. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuatnya antara lain tulang rusuk sapi, daging iga sapi, serta rempah-rempah seperti cengkeh, kayu manis, kapulaga, dan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, dan kunyit.

    Kedua hidangan ini memiliki sejarah yang panjang dan terkait erat dengan tradisi masyarakat Makassar. Coto Makassar dipercaya berasal dari tradisi upacara adat, di mana daging kurban diolah menjadi hidangan yang lezat.

    Sementara itu, Konro juga memiliki akar budaya yang kuat dan sering disajikan dalam acara-acara khusus.

    Jika Anda berkunjung ke Makassar, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi Coto Makassar dan Konro. Kedua hidangan ini dapat ditemukan di berbagai rumah makan dan warung makan di seluruh kota.

    Selain perbedaan coto dan konro, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya! 

  • Bawang merah Rp37.350kg, telur ayam Rp29.950/kg

    Bawang merah Rp37.350kg, telur ayam Rp29.950/kg

    Menteri Koordinator bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) membayar telur ayam ras yang dibeli di Pasar Klender, Jakarta Timur, lalu dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang berdatangan di pasar tersebut, Rabu (5/2/2025). ANTARA/Harianto

    Harga pangan Minggu: Bawang merah Rp37.350kg, telur ayam Rp29.950/kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 09 Februari 2025 – 13:16 WIB

    Elshinta.com – Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat sejumlah komoditas pangan secara umum, bawang merah di harga Rp37.350 per kilogram, dan telur ayam ras Rp29.950per kg.

    Berdasarkan data dari PIHPS, dilansir di Jakarta, Minggu pukul 10.00 WIB, selain bawang merah dan telur ayam, tercatat harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional lainnya, yakni bawang putih di harga Rp44.500 per kg.

    Selain itu beras kualitas bawah I di harga Rp14.000 per kg; beras kualitas bawah II Rp13.800 per kg; beras kualitas medium I Rp15.300 per kg; beras kualitas medium II Rp15.200 pr kg. Lalu, beras kualitas super I di harga Rp16.650 per kg; dan beras kualitas super II Rp16.200 per kg.

    Selanjutnya, PIHPS mencatat harga cabai merah besar mencapai Rp58.550 per kg; cabai merah keriting Rp58.150 per kg; dan cabai rawit hijau Rp62.650 per kg, cabai rawit merah Rp68.400 per kg.

    Kemudian, daging ayam ras segar Rp36.500 per kg; sedangkan daging sapi kualitas I Rp138.600 per kg, daging sapi kualitas II di harga Rp129.800 per kg.

    Harga komoditas berikutnya yakni gula pasir kualitas premium tercatat Rp19.600 per kg; gula pasir lokal Rp18.550 per kg.

    Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp18.700 per kg, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp21.900 per kg; minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp20.800 per kg.

    Sumber : Antara

  • Mangut Kepala Manyung, Warisan Kuliner Pesisir Pati

    Mangut Kepala Manyung, Warisan Kuliner Pesisir Pati

    Liputan6.com, Pati – Tradisi kuliner Pati, Jawa Tengah semakin dikenal melalui mangut kepala manyung yang kini menjadi buruan wisatawan kuliner dari berbagai daerah. Hidangan berbahan dasar kepala ikan manyung ini menggabungkan teknik pengasapan tradisional dengan racikan bumbu rempah khas pesisir utara Jawa.

    Mengutip dari berbagai sumber, proses pembuatan mangut kepala manyung dimulai dengan pemilihan kepala ikan manyung segar yang dibersihkan dengan teliti. Pengolahan ikan manyung membutuhkan keahlian khusus karena ukurannya yang besar dan struktur dagingnya yang tebal.

    Bagian kepala dipilih karena mengandung daging yang lebih gurih dan berlemak, memberikan cita rasa yang khas pada hidangan ini. Bumbu yang digunakan merupakan perpaduan rempah-rempah lokal seperti bawang merah, bawang putih, cabai merah besar, dan kemiri yang dihaluskan.

    Penggunaan santan kelapa segar menambah rasa yang kompleks pada kuah mangut. Cabai rawit hijau dan tomat merah segar ditambahkan di akhir proses memasak untuk memberikan kesegaran dan warna yang menggugah selera.

    Proses pembuatan mangut kepala manyung dimulai dengan menumis bumbu halus hingga benar-benar matang untuk mengeluarkan aroma rempah. Penambahan santan dilakukan secara bertahap untuk mencegah santan pecah dan menghasilkan kuah yang kental sempurna.

    Hidangan ini biasanya disajikan dalam porsi besar. Mangut kepala manyung hadir sebagai kuliner tradisional yang berkembang tanpa kehilangan keasliannya.

    Para pelestari kuliner mencatat bahwa mangut kepala manyung telah ada sejak generasi ke generasi di wilayah Pati. Hidangan ini menjadi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat setempat melalui wisata kuliner.

    Popularitas mangut kepala manyung kini merambah ke berbagai daerah. Pemerintah daerah Pati juga mendukung pengembangan kuliner ini sebagai salah satu daya tarik wisata kuliner.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Rahasia Kelezatan Bebek Bumbu Hitam Khas Madura

    Rahasia Kelezatan Bebek Bumbu Hitam Khas Madura

    Liputan6.com, Madura – Pengolahan bebek bumbu hitam membutuhkan ketelatenan dan pemahaman tentang karakter rempah-rempah khas Madura. Hidangan yang berasal dari pulau garam ini menghadirkan perpaduan cita rasa gurih, sedikit pahit, dan aroma rempah yang menggugah selera.

    Mengutip dari berbagai sumber, proses pembuatan bebek bumbu hitam diawali dengan pemilihan bebek berkualitas. Daging bebek yang ideal berusia 2-3 bulan karena teksturnya masih empuk dan mudah menyerap bumbu.

    Sebelum diolah, daging bebek dibersihkan dan direbus dengan jahe serta daun salam untuk menghilangkan aroma amis. Bumbu hitam yang menjadi ciri khas masakan ini menggunakan kluwek sebagai bahan utama.

    Kluwek yang baik memiliki daging kehitaman dan tidak berbau tengik. Rempah-rempah pendukung meliputi bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, merica, jahe, lengkuas, dan daun jeruk.

    Teknik memasak menjadi kunci kesempurnaan hidangan ini. Bumbu dihaluskan kemudian ditumis hingga matang dan mengeluarkan minyak.

    Proses ini membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit dengan api sedang. Setelah itu, bumbu dimasak bersama daging bebek menggunakan api kecil selama kurang lebih 45 menit hingga meresap sempurna.

    Kaldu dari hasil rebusan bebek tidak dibuang, melainkan dimanfaatkan untuk menambah cita rasa masakan. Campuran kaldu dan minyak yang dihasilkan selama proses memasak menciptakan rasa yang khas pada bumbu hitam Madura.

    Penyajian bebek bumbu hitam Madura dilengkapi dengan srundeng kelapa dan sambal. Srundeng dibuat dari parutan kelapa yang disangrai bersama bumbu hingga kecokelatan dan kering.

    Sambal hijau yang terbuat dari cabai hijau segar juga menambah rasa pedas sesuai selera penikmat. Bebek bumbu hitam Madura menyimpan warisan teknik memasak tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Harga Pangan 7 Februari 2025: Minyakita Masih Melonjak

    Harga Pangan 7 Februari 2025: Minyakita Masih Melonjak

    Jakarta, FORTUNE – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat beberapa Harga Pangan meroket hari ini, Jumat (7/2) seperti Minyakita, minyak goreng curah, cabai rawit merah, bawang putih bonggol, sampai jagung tk peternak.

    Merujuk data dari panel harga di Bapanas hari ini sekitar pukul 11.56 WIB di tingkat konsumen secara nasional, Minyakita meroket harganya hingga 12,34 persen menjadi Rp17.638 per liter atau masih di atas harga eceran tertinggi (HET) nasional Rp15.700 per liter.

    Selain Minyakita, harga minyak goreng curah pun melambung tinggi sampai 13,32 persen menjadi Rp17.791 per liter. Lalu, minyak goreng kemasan di tingkat konsumen secara nasional tercatat seharga Rp20.388 per liter.

    Harga komoditas beras naik

    Komoditas beras premium juga harganya naik 4,15 persen menjadi Rp15.518 per kg atau masih di atas HET nasional Rp14.900 per kg. Selanjutnya, harga beras medium melonjak hingga 8,88 persen menjadi Rp13.610 per kg atau masih di atas HET nasional Rp12.500 per kg.

    Adapun harga beras program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog pun terpantau naik 0,23 persen menjadi Rp12.529 per kg atau masih di atas HET nasional Rp12.500 per kg. Sementara, tepung terigu kemasan di tingkat konsumen secara nasional tercatat sebesar Rp12.844 per kg.

    Kemudian, harga tepung terigu curah tercatat seharga Rp9.815 per kg. Sementara, gula konsumsi harganya naik sampai 4,42 persen menjadi Rp18.274 per kg dengan harga acuan pembelian (HAP) Indonesia non timur Rp17.500 per kg dan Indonesia timur Rp18.500 per kg.

    Harga daging sapi murni, daging ayam ras, dan telur ayam ras turun

    Lalu, harga garam halus beryodium tercatat sebesar Rp11.686 per kg. Di samping itu, komoditas daging sapi murni di tingkat konsumen secara nasional harganya turun 3,55 persen menjadi Rp135.029 per kg dengan HAP nasional Rp140 ribu per kg.

    Adapun harga daging ayam ras merosot hingga 10,08 persen menjadi Rp35.969 per kg dengan HAP nasional Rp40 ribu per kg. Telur ayam ras juga harganya terpantau turun 2,42 persen menjadi Rp29.273 per kg dengan HAP nasional Rp30 ribu per kg.

    Selanjutnya, komoditas ikan kembung di tingkat konsumen secara nasional tercatat sebesar Rp39.829 per kg. Lalu, harga ikan tongkol tercatat sebesar Rp32.811 per kg.

    Harga cabai rawit merah dan cabai merah keriting naik

    Sementara, ikan bandeng tercatat seharga Rp33.404 per kg. Di samping itu, komoditas cabai rawit merah harganya meroket sampai 16,13 persen menjadi Rp66.196 per kg atau masih di atas HAP nasional yang berkisar Rp40.000–Rp57.000 per kg.

    Cabai merah keriting pun harganya naik 3,95 persen menjadi Rp57.172 per kg atau masih di atas HAP nasional yang berkisar Rp37.000-Rp55.000 per kg. Selanjutnya, harga cabai merah besar di tingkat konsumen secara nasional tercatat seharga Rp56.358 per kg.

    Sementara, komoditas bawang merah harganya merosot hingga 13,59 persen menjadi Rp35.860 per kg dengan HAP nasional  yang berkisar Rp36.500–Rp41.500 per kg. Sedangkan harga bawang puting bonggol melambung tinggi sampai 11,54 persen menjadi Rp42.387 per kg atau masih di atas HAP nasional Rp38 ribu per kg.

    Selain bawang merah, harga kedelai biji kering impor juga merosot hingga 13,03 persen menjadi Rp10.436 per kg dengan HAP nasional Rp12 ribu per kg. Sementara, harga jagung tk peternak meroket sampai 11,21 persen menjadi Rp6.450 per kg atau masih di atas HAP nasional Rp5.800 per kg.

  • Harga cabai rawit merah Rp55.000/kg, bawang merah Rp32.950/kg

    Harga cabai rawit merah Rp55.000/kg, bawang merah Rp32.950/kg

    Cabai rawit merah di jual di Pasar Klender, Jakarta Timur, Rabu (5/2/2025). ANTAR/Harianto

    PIHPS: Harga cabai rawit merah Rp55.000/kg, bawang merah Rp32.950/kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Jumat, 07 Februari 2025 – 11:39 WIB

    Elshinta.com – Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat sejumlah komoditas pangan secara umum antara lain  cabai rawit merah di harga Rp55.000 per kilogram, dan bawang merah Rp32.950 per kg. Berdasarkan data dari PIHPS, dilansir di Jakarta, Jumat, pukul 10.00 WIB, selain cabai rawit merah, tercatat harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional lainnya, yakni bawang putih di harga Rp43.100 per kg.

    Selain itu beras kualitas bawah I di harga Rp12.150 per kg; beras kualitas bawah II Rp12.500 per kg; beras kualitas medium I Rp14.150 per kg; beras kualitas medium II Rp13.450 pr kg. Lalu, beras kualitas super I di harga Rp15.150 per kg; dan beras kualitas super II Rp14.700 per kg.

    Selanjutnya, PIHPS mencatat harga cabai merah besar mencapai Rp41.000 per kg; cabai merah keriting Rp42.700 per kg; dan cabai rawit hijau Rp36.000 per kg. Kemudian, daging ayam ras segar Rp27.850 per kg; sedangkan daging sapi kualitas I Rp127.200 per kg, daging sapi kualitas II di harga Rp122.300 per kg.

    Harga komoditas berikutnya yakni gula pasir kualitas premium tercatat Rp18.150 per kg; gula pasir lokal Rp18.600 per kg. Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp18.900 per kg, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp21.800 per kg; minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp22.000 per kg.

    Sedangkan, telur ayam ras segar di harga Rp28.100 per kg.

    Sumber : Antara

  • Harga Pangan Hari Ini 7 Februari: Harga Gula & Minyak Goreng Kompak Naik

    Harga Pangan Hari Ini 7 Februari: Harga Gula & Minyak Goreng Kompak Naik

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah harga pangan nasional pada hari ini, Jumat (7/2/2025) mulai mengalami penurunan. Akan tetapi, harga gula dan minyak masih tinggi.

    Mengutip laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga gula pasir lokal masih naik 0,54% ke level Rp18.550 per kg.

    Kemudian harga gula pasir premium stagnan di harga Rp19.600 per kg, diikuti minyak goreng yang naik 0,23% menjadi Rp21.900 per kg dan minyak goreng bermerek 2 stagnan di level Rp20.800 per kg.

    Harga cabai rawit hijau menjadi komoditas terakhir yang mengalami kenaikan, terkerek 2,56% menjadi Rp62.050 per kg.

    Berbanding terbalik, harga rata-rata nasional cabai merah besar turun 0,08% menjadi Rp59.550 per kg, cabai merah keriting turun 1,41% menjadi Rp59.400 per kg dan cabai rawit merah turun 0,15% menjadi Rp68.450 per kg.

    Sementara itu, harga bawang merah ukuran sedang turun 3,6% menjadi Rp37.450 per kg dan bawang putih ukuran sedang turun 0,34% menjadi Rp44.500 per kg.

    Kemudian, harga beras kualitas bawah I dan beras kualitas bawah II stagnan masing-masing di harga Rp14.000 per kg dan Rp13.800 per kg.

    Harga beras kualitas medium I juga tidak mengalami kenaikan atau masih tetap di harga Rp15.30p per kg, beras kualitas medium II di harga Rp15.200, beras kualitas super I di harga Rp16.650 per kg dan beras kualitas super II di harga Rp16.200 per kg.

    Pangan sumber protein seperti daging ayam juga turun 2,4% menjadi Rp36.440 diikuti harga telur ayam yang juga turun 0,33% menjadi Rp29.950 per kg.

    Terakhir, daging sapi kualitas 1 turun 0 04% menjadi Rp138.600 dan daging sapi kualitas 2 turun 0,88% menjadi Rp128.850 per kg.

  • Merajut Mimpi Swasembada Pangan hingga Tutup Keran Impor    
        Merajut Mimpi Swasembada Pangan hingga Tutup Keran Impor

    Merajut Mimpi Swasembada Pangan hingga Tutup Keran Impor Merajut Mimpi Swasembada Pangan hingga Tutup Keran Impor

    Jakarta

    Swasembada pangan menjadi target ambisius pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Tugas untuk mencapai target itu berada di bawah koordinator Zulkifli Hasan yang ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Bidang Pangan.

    Pria yang akrab disapa Zulhas itu telah memetakan bagaimana langkah Indonesia untuk mencapai cita-cita swasembada pangan. Target itu harus tercapai untuk memastikan ketersediaan pangan nasional tanpa ketergantungan pada impor.

    Kepada detikcom, Zulhas blak-blakan cara kepemimpinan dan koordinasi yang dilakukan untuk mengejar target swasembada pangan. Berikut petikan wawancara lengkapnya.

    Dari 100 hari ini, pekerjaan Pak Menko yang paling berat. Urusan makan gratis ini bukan perkara mudah, tapi sudah berjalan. Itu bisa diceritakan lebih dahulu barangkali?

    Ya, memang ujungnya itu Pak Prabowo itu kan sangat cinta kepada rakyat, sebenarnya seorang patriot. Oleh karena itu saya 15 tahun, baru menang pun ya setia. Karena kami setia dengan perjuangan.

    Kalau Indonesia mau maju, kan tergantung manusianya. Manusianya harus sehat, harus pintar, cerdas, kuat badannya. Ya tentu kaitannya sama pangan, makan bergizi yang cukup. Karena anak-anak Indonesia rata-rata itu IQ di bawah 80.

    Saya pernah jadi ketua karate, tarung, kita belum keluar jurus, kaki kita ditendang, kalah langsung. Karena kalah dengan kekuatan gizinya. Nah itu kesana kan secara mutlak pangan, gizi itu pangan. Makanya tidak ada negara yang maju tanpa berdaulat di bidang pangan.

    Nah itu jadi sangat penting. Kita ini 28 tahun ribut terus soal demokrasi, macam-macam ya, sehingga ini agak terabaikan. Dibangun, tetapi tidak diprioritaskan, baru Pak Prabowo menjadi top prioritas utama.

    Kalau bicara soal swasembada itu bagian dari upaya untuk meneguhkan Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Tapi kemudian reformasi, kita membenahi demokrasi, terus bicara soal partai politik. 29 tahun habis waktu kita.

    Berarti sekarang kembali ke hal dasar?

    Harus, karena mau bagaimana. Bayangkan, kita kan walaupun baru 15 juta yang dapat manfaat, makan bergizi gratis itu, tetapi sudah berjalan. Mudah-mudahan nanti kalau Pak Presiden, APBN kita longgar, tambah lagi Rp 140 triliun di bulan Agustus atau September. Maka akan bermanfaat kepada 82 juta orang. Artinya seluruh rakyat Indonesia akan mendapat manfaat itu. Nah kalau itu nanti diukur, kelihatan hasilnya, fisiknya, kesehatannya, kecerdasan dan sebagainya.

    Sekali lagi, untuk itu kan program pokoknya ini, harus, bayangkan, kalau 82 juta, beras saja harus tambah 4,5 juta ton. Beras saja, belum telur, belum ikan, belum lagi ayam, sayur sayuran dan lain lain. Nah oleh karena itu program kedaulatan pangan, atau swasembada pangan memang nggak boleh ditawar-tawar.

    Kan semua program nggak pasti berjalan dengan mulus 100%, berjalan sempurna di awal-awal. Ada yang bilang kurang enak lah, kurang ini, itu pasti jadi catatan. Faktanya ini tetap berjalan programnya dan yang menerima manfaat sudah ada.

    Saya kan barusan dari Banyuwangi, bagus. Memang anak-anak kita itu, kadang-kadang sayur kan nggak suka. Tapi ini kan ada ahli gizinya, ada ahli nutrisi, dan sebagainya itu kan.

    Jadi bukan sekedar memberikan makan gratis?

    Enggak, nanti kan diukur, berapa tahun (umur anak) diukur. Nah makanya harus memenuhi standar itu, harus ada sayur sebagai serat, harus ada protein, karbohidrat cukup. Makanya harus ada ikan, atau ayam, atau telur, ada nasinya, sayurnya, ada buahnya. Belum tentu anak-anak suka, tapi ini harus.

    Ini akan sustain nggak, Pak Menko? Artinya apakah ini takutnya ini cuma sesaat aja beban negara berat, kemudian ditangguhkan dulu? Ini menjadi prioritas, anggaran dipotong-potong untuk ini?

    Itu duluan, bahkan sebelum beliau dilantik sudah “ini dulu nih”, yang dibahas beliau, sudah siap.

    Bicara swasembada pangan sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi kalau misalnya program ini berjalan terus. Pak Menko katakan tadi ada tambahan 4,5 juta ton?

    Iya, kalau sudah penerima sudah 82 juta anak kita, oh beras saja 4,8 juta (ton).

    Sementara di saat yang sama Pak Menko akan mencanangkan tidak akan impor beras, mungkin nggak untuk tercapai?

    Iya, jadi gini. Kita tahun lalu, baru sebulan lewat kan. Kita putuskan waktu itu, Pak Menko, rapat kita akan impor beras 4 juta (ton), masuk 3,6 juta (ton). Tetapi tahun ini kami sudah putuskan kami rapat koordinasi, kita putuskan kita tidak impor beras lagi tahun ini.

    Karena perintah Bapak Presiden kita ini harus percaya diri, kita bekerja keras, kita ikhtiar dulu. Jangan belum-belum, ah mana mungkin swasembada pangan, mana bisa mana, jangan begitu ya. Kita insyaallah bisa. Dan selalu di mana ada kemauan, ada kesungguhan, ada ikhtiar, di situ ada jalan.

    Dan kami melihat ya kita bisa tahun ini tidak impor beras. Ada dua, itu yang kami lakukan. Pertama, swasembada itu kita tentu membangun baru, ada di Merauke itu 1 juta (hektare) lebih, ada di Kalimantan Tengah, di Kalimantan Timur, yang kita sebut food estate itu. Itu mungkin totalnya 2-3 juta (hektare) yang akan dibangun. Itu penting, penting sekali. Karena kita ini negara besar, penduduk kita bertambah terus. Masa maka kita tergantung sama luar negeri.

    Saya kemarin Menteri Perdagangan, pelan pelan aja ini ngomongnya, setahun bolak balik India mau beli beras nggak dikasih, bayangin kita punya uang buat beli, harganya mahal US$ 6.200 per ton. Jadi memang kita harus bisa mandiri. Karena ini menyangkut negara besar, jumlah uang yang besar.

    Jadi tadi pertambahan bangun (lahan pertanian) baru tapi ini nggak bisa cepat. Nggak mungkin kita tahun besok langsung, nggak bisa. Kalau bangun baru kan perlu waktu. Perlu ada resetnya, perlu ada penelitiannya, perlu bangun jalan, perlu bangun irigasi, penyesuaian lahan sawahnya, buka lahan publik. Waktunya mungkin 5 tahun sampai 7 tahun.

    Nah, setelah kami pelajari, ada yang cepat. Itu yang kita sebut optimalisasi atau intensifikasi. Misalnya saya lihat berapa sih luas baku sawah kita? 8,4 juta (hektare). Itu sudah dikurangi alih fungsi lahan 7,4 juta (hektare).

    Luas tanah, panen berapa yang dipanen. yang dipanen 10 juta (hektare), kalau sekali panen 7,4 juta (hektare) berarti sisanya 2,5 juta (ha) yang dua kali. Berarti masih banyak lahan-lahan sawah kita yang cuma sekali panen.

    Artinya ini sebenarnya sawah-sawah kita nggak seragam?

    Artinya ada masalah. Ada yang tanam sekali, ada yang dua kali, ada yang tiga kali, kecil sekali. Berarti yang sekali itu bisa dioptimalisasi (menjadi panen) dua kali. Kita pelajari. Oh, saya telepon Pak Menteri PU, ‘Pak Menteri PU, coba cek, ada ga sawah-sawah yang belum ada irigasi?’, ‘Baik Pak.’ Kami suruh Sekjen Kementan ‘Perlu berapa lama?’, ‘Seminggu, Pak.’ Ketemu angka 2,6.

    Ini semua karena kita tuh membelakangi pertanian barangkali ya selama 29 tahun?

    Nggak membelakangi juga, tapi tidak program utama. Misalnya, kita stabil kan demokrasi kita mungkin baru Pak Jokowi ya, itu agak stabil, membangun kan ga ada gangguan banyak gitu ya. Tapi fokusnya kan infrastruktur, banyak hasilnya. Nah sekarang fokusnya itu pertanian.

    Kembali lagi ke cita-cita awal kita. Ya ini beresin dulu, hal dasar. Pak Menko juga sebutkan bahwa petani kita sudah tua-tua, varitas yang ditanam itu itu aja.

    Sekarang orang pakai GMO (Genetically Modified Organism), mau jagung, mau padi, mau ayam, gitu. Kita, varitas kita mungkin 20 tahun yang lalu masih kita pakai, termasuk perkebunan rakyat, termasuk perkebunan tebu itu ya, termasuk kopi, termasuk kelapa itu masih dulu-dulu.

    Jadi kita 28 tahun terus terang saya akui tertinggal. Pertanian itu dibangun oleh Pak Harto. Irigasi yang sekunder, tersier itu, premier Pak Harto. Tetapi kalau bendungan itu Pak Jokowi, tapi sampai (irigasi) primer, tersier, sekunder belum. Jadi kalau kita lihat irigasi, wah Pak Harto. Bangun pabrik pupuk, zaman Pak Harto.

    Bulog karena dibeli hasil pertanian, gudang-gudang 1.800, Pak Harto. Jadi memang kita 28 tahun ini tertinggal, makanya Thailand, Vietnam jauh maju.

    Padahal kita pemakan nasi paling banyak di dunia.

    Tapi bukan nggak bisa, kita bisa.

    Bagaimana kemudian menyeimbangkannya Pak Menko? Karena kita mau juga, kita kan sekarang cuma 18% katanya PDB kita dari industrialisasi, dari manufakturing. Jadi kan harus diakselerasi juga. Itu otomatis kan butuh lahan juga. Bagaimana kemudian menyeimbangkan antara lahan pertanian?

    Jadi kita Jawa nggak mungkin bertambah, Sumatera tidak mungkin bertambah, Sulawesi Selatan nggak mungkin bertambah, itu yang kita optimalisasi. Karena jangka panjang, Jawa itu harusnya menjadi pusat pendidikan, pusat keuangan, pusat industri yang industri kreatif, perdagangan dan lain-lain.

    Nah sementara untuk pertanian memang kita harus siapkan tempat-tempat yang baru. Itulah yang food estate itu. Misalnya Merauke, Kalimantan Timur. Walaupun kita ini kan baru bangun ibu kota baru aja udah ribut. Memang Jawa ya harusnya bisa cuma 80 juta kan pulau Jawa ini, sekarang kapal ini kan 160 juta, ya kapal namanya pulau Jawa ini, 160 juta lebih, kan sudah over. Maka kita harus memperluas. Kayak Barat dulu nemukan Australia, maju. Nah kita punya Papua.

    Tapi tanahnya itu memang layak untuk jadi sawah? Karena kan orang bilang wah ini tanahnya beda nih.

    Apa saja bisa tumbuh, selama ada teknologi.

    Pak Menko, ini juga salah satu statement yang agak promising sebenarnya. Optimistis tapi ya mungkin menimbulkan sinisme juga soal kita harus diversifikasi harga, jadi satu harga. Jadi kalau dulu ada BBM itu satu harga. Nah sekarang ini gabah satu harga, dicanangkan Rp 6.500/kg nggak boleh kurang?

    Begini, kita filosofinya itu harus mendidik rakyat kita itu produktif. Produktif itu, pemerintah, negara harus hadir, kita harus berpihak. Karena terus terang, petani kita itu petani paling rajin di dunia.

    Tapi kalau tidak berpihak, mau tanam, pupuk datangnya waktu panen. Harga bagus waktu tanam, begitu panen harganya murah. Ya lama-lama juga nggak ada yang mau. Sekarang anak muda ditanya jadi petani, nggak ada yang mau. Petani-petani kita sudah aging, dulu 60% petani itu tenaga kerjanya, sekarang tinggal 20-25%. Jadi anak anak muda nggak mau lagi.

    Nah itu tuh ada yang keliru. Kita pelajari itu apa? Nggak boleh dong inflasi, tapi yang korban petani kan, nggak boleh. Negara hadir dalam bentuk subsidi. Kan Thailand juga begitu, Vietnam juga begitu.

    Karena itu kita harus membeli hasil produksi petani-petani kita dengan harga yang layak, yang untung. Jangan mereka terjebak dengan tengkulak terus. Oleh karena itu kami rapat atas dipimpin Pak Presiden, atas usulan saya, Bapanas, gabah harus dibeli Rp 6.500/kg.

    Oleh karena itu yang paling depan Bulog. Ada masalah lagi kemarin, lama ini persiapannya, ada ini segala macam, ada uang. Sekarang Bulog, uang nggak ada masalah lagi. Uangnya cukup, sudah ada Rp 23 triliun tambah Rp 16 triliun. Jadi cukup untuk (menyerap) setara beras 3 juta.

    Nah, tinggal sekarang gudang. Dengan Bulog kami sudah rembuk berkali-kali rapat ini. Ini kan di balik, di dapurnya, lama ini urusannya. Kita sudah ada tersedia gudang bisa nampung 2 juta ton dan kami masih cari (gudang untuk menyimpan) 1 juta ton lagi, 2 juta ton sudah ada. Karena kita akan panen raya bulan Februari, Maret, April.

    Uang ada, gudang ada, apa lagi? Tinggal beli. Kami juga tahu, Bulog punya SDM terbatas di level kabupaten, sedangkan sawah ini kan desa-desa kan. Oleh karena itu tidak mungkin ini kerja sendiri, ini mesti melibatkan kepala daerah, kepala desa, Camat, Bupati, dan TNI, Polri. Kita satu tim. Karena kalau satu, tetapi tidak melakukan tugasnya, gol bunuh diri, nggak bisa.

    Jadi itu ada jaminan tetap ya? Silakan lapor atau memberitahu kepada pemerintah kalau misalnya dibeli tidak di angka itu?

    Saya di kantor saya sekarang saya buka crisis center. Begitu mau tanam, pupuk nggak ada, lapor. Kita akan perintah pupuk Indonesia kabupaten itu untuk kasih. Satu kali, dua kali dua puluh empat jam, dua hari nggak ada, kita minta diganti yang di kabupaten itu. Begitu juga kalau harga gabah tidak Rp 6.500/kg, itu lapor. Ada masalah pupuk, masalah harga, silahkan menghubungi nomor itu, semacam crisis center.

    Sudah ada jalan keluarnya, sudah ada duitnya ada, dalam pelaksanaannya karena ini kerja besar ya, dalam waktu singkat. Karena panen raya itu hanya Februari, Maret, April, 3 bulan, Bulog harus dapat setara beras, 2-3 juta.

    Pak Menko, ngomong soal Bulog ini kan, apa namanya, organ pemerintah. Terus sekarang jadi BUMN, sekarang akan ada perubahan struktur untuk mensukseskan ini?

    Hanya penyesuaian pengurusnya, tapi tugasnya sama saja. Karena walaupun dia juga bayar bunga, bunganya juga rendah, bunga pun disubsidi juga oleh pemerintah. Jadi itu tidak menjadi… uang cukup, untungnya ada, walaupun nggak besar. Jadi bunganya akan ditanggung oleh pemerintah. Jadi nggak ada alasan, duit cukup untuk membeli sebanyak 3 juta ton. Kalau Bulog mampu menyerap 2-3 juta, maka harga otomatis akan terkerek. Tapi kalau Bulog nggak beli, nggak ada persaingan.

    Kalau kita dengar asta cita dan rencana pemerintah ini kan sebenarnya memberikan insentif banyak kepada rakyat kecil. Ini mungkin angin segar buat rakyat kecil karena selama ini rakyat kecil kan di saat-saat tertentu aja diperhatikan dan lain sebagainya. Nah pertanyaannya insentif ini sampai kapan? Sehingga masyarakat kemudian bisa mandiri misalnya?

    Ini harus continue karena begini, kita harus mendidik masyarakat kita produktif. Nggak boleh terus terusan mengandalkan sumbangan, bantuan sosial, nggak bisa dong. Mereka harus produktif, mereka harus bekerja keras, hasilnya bagus, dia harus kreatif, melahirkan berbagai kreatifitas.

    Seperti di Thailand, mereka kan begitu. Tapi kalau yang pasif, cuman nunggu aja gitu, lama lama mimpi jadi orang kaya ikut judol (judi online), kita kan nggak mau begitu. Nah tentunya harus continue. Kalau harganya nggak dijamin, jatuh, jadi nggak tanam lagi. Sekarang kita lebih produksinya. Besok, dia rugi, ya nggak tanam lagi dia.

    Jadi itu bagian dari mendidik publik ya? Karena banyak sekali, sekarang kalau tinggal satu rumah, anak sekolah dapat bantuan, keluarga miskin dapat bantuan, lansia dapat bantuan. Ini satu rumah akhirnya nungguin bantuan semua?

    Banyak pelajarannya kita ambil ya. Kadang-kadang tetangga, ibu-ibu dua, akrab dekat, gitu ya, begitu ada yang bagikan minyak goreng, bisa berkelahi. Saya pengalaman beberapa tempat, bagi buku tulis aja, itu anak-anak SMA bisa berantem sama temannya. Nah ini kan harus kita, harus kita didik, anak-anak kita produktif, masyarakat kita masyarakatnya produktif, pemerintah harus hadir, dan ini Pak Prabowo paham betulnya.

    Dan Pak Prabowo, dia cinta, mengerti, memang syaratnya jadi pemimpin nih, jadi bupati, jadi kades, jadi camat, itu harus cinta. Cinta itulah baru akan ada keberpihakan dan inisiatif-inisiatif.

    Misalnya kemarin kita itu ya, kenapa agak sulit, karena banyak sekali yang terlibat. Pupuk aja aturnya menggurita, makanya pupuk hadir saat panen. Ini kita pangkas, beberapa kali rapat, selesai. Sekarang dipangkas, misalnya pupuk hanya SK Mentan, langsung ke Gapoktan.

    Dan sebenarnya kan kita juga tahu, baik sembunyi-sembunyi maupun terbuka, segala sesuatu yang datang dari luar negeri itu kan mendatangkan rente untuk sebagian orang.

    Ya gini, bukan hanya itu, kita ini nggak sadar lama-lama kita akan tergantung. Kita ini makan beras, nasi goreng. Tapi kita sekarang pagi udah makan roti. Nah itu kita kan nggak bisa menanam gandum, apa nggak kita tergantung? Tahu berapa kita impor gandum? 13 juta ton satu tahun.

    Apalagi? kita suka bawang merah, tetapi dicekoki terus bawang putih, sekarang separuh-separuh. Buah kita kan banyak, buah kita segala macam dulu, ada jeruk, ada mangga, banyak lah itu ya, buah naga, rambutan, manggis. Tetapi sekarang yang kita makan (di Indonesia) tidak tumbuh. Lama-lama kita tergantung (dengan impor).

    Penelitian kita kan ada di BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), dia anggarannya. Orang sudah pakai GMO, kita masih yang dulu. Jadi memang banyak PR yang mesti kita kerjakan. Tapi kalau kita mulai, kita sungguh-sungguh, Presiden langsung memimpin kita, kalau bupati, gubernur, sampe Camat, Kades ikut, kita bisa

    Dan satu yang saya ucapkan syukur adalah salah satu yang akan untuk tidak diimpor. Tapi juga ada cita-cita untuk tidak mengimpor garam, tidak mengimpor garam. Negara kita ini adalah negara dengan garis pantai terpanjang. Impor garam nggak masuk akal.

    Tahu nggak berapa impornya? 3 juta ton, dulu terakhir 4 juta ton.

    Itu gimana ceritanya, laut kita kan luas?

    Kita kan kalau susah, dikit-dikit, beli, dikit-dikit, beli, susah dikit, beli.

    Ini katanya akan ada panen raya garam?

    Iya, jadi, saya karena perintah presiden kita kerja keras, maka kami sudah larang (impor). Satu, beras nggak boleh impor tahun ini semua, jagung nggak impor tahun ini, gula untuk konsumsi ya, kita tidak impor tahun ini. Kemudian garam untuk konsumsi dan mamin (makanan dan minuman) kita tidak impor tahun ini.

    Izin kita awasi ya?

    Iya, itu tentu dong. Jadi, tadi kalau dibilang saya yang hebat, nggak. Ini timnya yang hebat. Kalau Menko itu kan kerjanya koordinasi-koordinasi aja, amal salehnya yang banyak. Tapi yang kerja itu ada Mentan, Bapanas, ada Gubernur, dari Menteri KP, menteri yang lain, semua terlibat.

    Dan itu semua bisa tercapai, (setop impor) beras, gula, garam, jagung?

    Kalau jagung ini akan ada problem. Tapi problem-nya enak, ini problem memang kita ini kurang masalah, lebih masalah. Jadi jagung ini kebutuhan kira-kira 11 juta (ton). Tapi produksi tahun ini mungkin bisa sampai 18 juta (ton).

    Sekarang kan berbarengan ya panennya nih, ini beras panen Februari, Maret April, jagung panen Februari, Maret April, bayangkan itu. Bagaimaa nampungnya itu? Itu PR yang besar. Karena kalau tidak, waktunya 3 bulan kan, Februari, Maret, April. Jagung dan padi sama, barengan ini, panen raya.

    Saya udah mulai ditelepon nih, (harga) jagung sudah mulai Rp 3.500 (per kg), perintah kita harus (beli) Rp 5.500 (per kg). Harga untuk pemerintah harus Rp 5.500 (per kg). Tapi dalam lapangan ini kita lagi kerja keras sekarang, agar dua masalah ini bisa kita handle.

    Ya, mudah-mudahan semua ikhtiar bisa terlaksana dengan baik, karena ya ini jadi semangat kita. Karena selama ini kan masalah pangan itu, kita bayangkan saja Pak Menko, kita ini pernah kelangkaan tempe karena kedelai itu nggak ada gitu kan. Ya itu kan artinya mungkin setelah ini bisa masuk ke kedelai, kita bisa mandiri.

    Sekarang tugas pokok kita, gula, beras, jagung. Kemudian gula memang masih kurang. Tapi kita berani dulu kalau dulu kurangnya jutaan, mungkin kurangnya besok dikit, ratusan lah. Garam kita kalau untuk pangan cukup, yang memang kita belum bisa garam ini industri. Ini tetap masih ada impornya. Misalnya untuk rumah sakit rupanya kan kalau infus, itu ada garamnya. Atau untuk industri yang tekstil itu rupanya pakai garam juga gitu.

    Pak Menteri, setelah itu barangkali kita masuk ke protein ya?

    Saya, kalau ini beres, kalau sampai bulan April Bulog bisa di gudangnya masuk beras 2 juta sampai 2,5 juta, maka mungkin Juni kita sudah dengan fokus protein. Karena kita ini di Pulau Jawa aja kan budidaya besar sekali, budidaya tangkap, belum lagi budidaya udang.

    Ini ikan sama ayam?

    Ikan, ayam, susu, daging.

    Isu kita kan daging selalu impor kan?

    Daging juga impor terus kan. Ini yang kita… Saya akan masuk ke sana nanti setelah ini kan PR beratnya sampai di April yang panen raya itu gabah dan jagungnya. Kalau ini bisa lewat, maka nanti Juni geser mulai protein.

    Saya masih ingat waktu Pak Menko masih di Menteri Perdagangan, waktu kita ngobrol-ngobrol santai itu Pak Menko seperti lah, saya nggak mau jadi Menteri Perdagangan lagi kerjanya capek. Ini kerjanya lebih capek.

    Tapi bahagia. Saya itu, saya dulu jadi Menteri Kehutanan saya nggak pernah minta, diminta Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Saya jadi Ketua MPR, nggak minta itu bukan hak saya, tetapi Pak SBY minta agar saya maju, akhirnya terpilih. Kemarin Pak Jokowi minta saya jadi Menteri Perdagangan. Tapi yang ini, Pak Prabowo bilang saya mau dijadikan Menko, ‘Pak kalau ini saya boleh minta nggak’, ‘Apa pak Zul?’, ‘Kalau boleh saya bidangnya pangan.’ Saya masuk politik sebetulnya pesanan orang tua saya.

    Jadi ada semacam cita-cita yang terpendam?

    Jadi ayah saya juga pesan, kami kalau di kampung kami kan kalau laki-laki salat di Masjid, kalau di Masjid itu perempuan di rumah. Jadi setiap pulang Masjid, di kampung saya itu Ayah bilang, ‘Lihat saudara-saudara kamu pergi gelap, badannya gelap, pulang gelap, rezekinya gelap.’ Jadi ayah saya bilang, ‘Kamu biar keluarga kita susah, kamu sekolah, tapi nanti kalau sudah berhasil, ingat nih, kamu bantu saudara-saudara kamu.’

    Ini saya masih terdengar suara ayah saya. Walaupun itu sudah 50 tahun yang lalu, waktu saya masih usia 6 tahun, 7 tahun. Tapi saya masih terngiang-ngiang. Dan itulah sebetulnya mimpi saya waktu saya masuk politik tahun 1996.

    Barangkali ini juga fase ya, sekarang ini Pak Menko ini sudah di posisi tertinggi partai politik. Ya ini kan tinggal di atasnya Menko kan tinggal Wapres sama Presiden. Artinya semua sudah selesai lah, urusan hidup pribadi sudah selesai. Ini sekarang bagian dari berbagi kepada masyarakat. Tapi kan kita tetap sering melihat penjabat bolak-balik, naik turun, naik turun. Nggak terlaksana juga apa janji-janjinya. Kalau ini memang sungguh-sungguh mau?

    Saya yakin, saya haqulyakin ini bisa lebih cepat dari yang kita rencanakan hasilnya, asal kita bisa mengelola produksi yang meningkat cepat. Itu aja, kalau kita bisa mengelola dan kata kunci kedua, ini kita satu tim. Ini contoh saja, kemarin saya ke Pekalongan, Pekalongan itu di 1 meter di bawah permukaan laut, begitu tanggul jebol, banjir kan. Apa yang lakukan Camat? Ini Camat luar biasa. Camat mengumpulkan warganya, dia kumpulkan karung, dia pergi ke pantai, diisi karung itu sama pasir, di tanggul, akhirnya banjirnya reda.

    Dia kerja dulu gitu, kerja dulu. Nah baru mereka berencana akan menghubungi pemerintah, kan perlu waktu. Tapi masalahnya selesai, jadi camat ini tidak perlu diam action.

    Nah kalau, nanti makanya kan kita ini sebetulnya dimandori. Maka saya keliling rapat di kantor gubernur, kita berdiskusi apa yang masalah, kita selesaikan. Nah saya berharap nanti bupati-bupati yang akan dilantik, juga rutin bupati rapat rutin, mingguan dengan kadesnya, dengan camatnya, ‘Eh kami panen di sana. Tapi Bulog kan jauh di kabupaten.’ Kades kan bisa ditanggulangi dulu, kan ada dana desa, ada dana ketahanan pangan, Rp 200 juta cukup, kalau kurang bisa pinjem BRI Rp 100 juta kan bisa, tangani dulu.

    Baru dia lapor (nanti) ke Bulog. Jadi kalau kadesnya sikapnya sama, camat-nya sikapnya sama, bupatinya sama, pemerintahan sama, kita sama, bisa. Bisa cepat.

    Benar-benar itu bisa terlaksana baik semua sehingga, ya sebenarnya ini masalah dasar. Masalah dasar yang kemudian jadi masalah kenapa kemudian negara sekaya Indonesia itu masih ada yang stunting gitu kan, memprihatinkan. Artinya kita tanam apa aja bisa tumbuh?

    Ini yang sederhana nya 62-63 tahun lalu kita kan lahir, ya keadaan Indonesia kayak apa. Kok kita bisa sehat kan? Berarti kan kita diurus benar gitu. Nah sekarang kan jauh lebih maju mestinya, kok ini kurang, ini kurang, ini kurang. Berarti kan kita yang nggak mau.

    Walaupun sebenarnya cerita Pak Menko ini, jabatan Menko ini cuma gagah gagahan saja, karena beberapa hari nggak punya kantor katanya?

    Iya kan. Itu karena maksudnya gini, kadang-kadang mau ketemu saya nggak bisa. Nggak ada, semua ada jalan. Saya baru punya kantor 3 hari, saya melantik eselon saya di depan lift, belum ada kantor. Tapi saya bilang sama eselon I, ini tidak menentukan kinerja kita. Kinerja kita ditentukan oleh kita yang kerja, kerja kita.

    Anggaran saya tahun lalu Rp 90 juta, tahun ini Rp 40 juta, itu dipotong separuh, ya nggak apa-apa. Rapat di sini, rapat di sini, rapat di sini, rapat di sini. Intinya saya percaya selalu ada ada jalan. Tentu dana penting ya, tapi dana banyak, kalau kita yang nggak siap juga nggak bisa juga.

  • Beras dan Bawang Putih Naik

    Beras dan Bawang Putih Naik

    Jakarta, FORTUNE – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga beras premium, beras medium, Minyakita, minyak goreng curah, gula konsumsi, cabai rawit merah, cabai keriting, sampai bawang putih bonggol mengalami kenaikan per hari ini, Kamis (6/2).

    Berdasarkan data panel harga di Bapanas hari ini pukul 12.13 WIB di tingkat konsumen secara nasional, komoditas beras premium harganya naik 4,26 persen menjadi Rp15.537 per kg atau masih di atas harga eceran tertinggi (HET) nasional Rp14.900 per kg.

    Lalu, harga beras medium juga melonjak hingga 9,34 persen menjadi Rp13.667 per kg atau masih di atas HET nasional Rp12.500 per kg. Adapun harga beras program stabilisasi pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog terpantau naik 0,42 persen menjadi Rp12.552 per kg atau masih di atas HET nasional Rp12.500 per kg.

    Harga Minyakita masih naik

    Harga minyak goreng kemasan di tingkat konsumen secara nasional tercatat sebesar Rp20.503 per liter. Kemudian, Minyakita harganya meroket hingga 12,26 persen menjadi Rp17.625 per liter atau masih di atas HET nasional Rp15.700 per liter.

    Selain Minyakita, harga minyak goreng curah pun melambung tinggi sampai 13,56 persen menjadi Rp17.832 per liter. Sementara, tepung terigu kemasan di tingkat konsumen secara nasional tercatat sebesar Rp12.955 per kg.

    Adapun harga tepung terigu curah tercatat senilai Rp9.808 per kg. Sementara, gula konsumsi harganya melonjak hingga 4,59 persen menjadi Rp18.304 per kg dengan harga acuan pembelian (HAP) Indonesia non timur Rp17.500 per kg dan Indonesia timur Rp18.500 per kg.

    Harga cabai rawit merah dan cabai merah keriting melonjak

    Lalu, harga garam halus beryodium di tingkat konsumen secara nasional tercatat sebesar Rp11.636 per kg. Sementara komoditas cabai rawit merah harganya melambung tinggi sampai 16,76 persen menjadi Rp66.554 per kg atau masih di atas HAP nasional yang berkisar Rp40.000–Rp57.000 per kg.

    Selain cabai rawit merah, harga cabai merah keriting pun melonjak hingga 5,93 persen menjadi Rp58.259 per kg atau masih di atas HAP nasional yang berkisar Rp37.000–Rp55.000 per kg. Selanjutnya, harga cabai merah besar di tingkat konsumen secara nasional tercatat sebesar Rp57.847 per kg.

    Sementara itu, komoditas bawang merah harganya merosot sampai 12,82 persen menjadi Rp36.180 per kg dengan HAP nasional  yang berkisar Rp36.500–Rp41.500 per kg. Sedangkan harga bawang puting bonggol meroket hingga 12,34 persen menjadi Rp42.690 per kg atau masih di atas HAP nasional Rp38 ribu per kg.

    Kemudian, kedelai biji kering impor harganya merosot sampai 12,8 persen menjadi Rp10.464 per kg dengan HAP nasional Rp12 ribu per kg. Sementara, harga jagung tk peternak melambung tinggi hingga 13,5 persen menjadi Rp6.583 per kg atau masih di atas HAP nasional Rp5.800 per kg.

    Harga daging sapi sampai telur ayam ras merosot

    Di samping itu, komoditas daging sapi murni di tingkat konsumen secara nasional harganya ikut turun sampai 3,88 persen menjadi Rp134.571 per kg dengan HAP nasional Rp140 ribu per kg. Selain daging sapi murni, harga daging ayam ras pun merosot hingga 9,46 persen menjadi Rp36.217 per kg dengan HAP nasional Rp40 ribu per kg.

    Adapun telur ayam ras juga harganya terpantau turun 1,37 persen menjadi Rp29.590 per kg dengan HAP nasional Rp30 ribu per kg. Selanjutnya, komoditas ikan kembung di tingkat konsumen secara nasional tercatat sebesar Rp39.789 per kg.

    Lalu, harga ikan tongkol tercatat seharga Rp32.924 per kg. Sementara, ikan bandeng tercatat sebesar Rp33.657 per kg.