Produk: bawang putih

  • Jelang Lebaran, Masyarakat Menghadapi Mahalnya Harga Bawang Putih dan Beras Tak Sesuai Takaran – Halaman all

    Jelang Lebaran, Masyarakat Menghadapi Mahalnya Harga Bawang Putih dan Beras Tak Sesuai Takaran – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menjelang Lebaran 2025, masyarakat di hadapi mahalnya harga bawang putih dan beras premium tidak sesuai takaran.

    Hasil penelusuran Tribunnews di Pasar Mede, Fatmawati, Jakarta Selatan, pada Sabtu (29/3/2025), harga bawang putih dibanderol Rp 48 ribu per kilogram.

    Menurut pengakuan seorang pedagang bernama Mulyadi, kenaikan harga bawang putih ini telah terjadi sejak tiga hari yang lalu.

    “Harga bawang putih naik. Biasanya Rp 40 ribu sampai Rp 44 ribu,” katanya ketika ditemui Tribunnews.

    Pedagang lainnya bernama Lili juga mengamini perkataan Mulyadi. Harga bawang putih tengah mengalami kenaikan beberapa hari ke belakang.

    Lili membanderol bawang putih per kilogramnya sebesar Rp 55 ribu. Biasanya, ia menjualnya di bawah itu.

    “Bawang putih Rp 55 ribu. Harganya naik. Biasanya Rp 50 ribu. Sudah 3-4 hari ini naiknya,” katanya.

    Di pasar lainnya, yaitu di Pasar Cipete Selatan, harga bawang putih juga terpantau mengalami kenaikan.

    Siti, salah seorang pedagang di pasar tersebut, menjual bawang putih per kilogram sebesar Rp 60 ribu.

    “Bawang putih lagi naik. Harganya Rp 60 ribu. Biasanya Rp 55 ribu. Karena mau Lebaran naik,” ujarnya.

    Berdasarkan data SP2KP Kementerian Perdagangan, rata-rata harga bawang putih honan secara nasional selama sepekan ke belakang mengalami kenaikan.

    Selama 20 hingga 27 Maret 2025, harganya mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen dari Rp 46 ribu ke Rp 46.300. Harga ini sudah jauh di atas harga acuan penjualan (HAP) yang ditentukan pemerintah, yaitu Rp 38 ribu per kg.

    Realisasikan Impor

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso akan mendorong importir agar merealisasikan izin impor bawang putih yang mereka miliki, sehingga stok yang masuk ke dalam negeri bisa segera didistribusikan dan bisa menekan harga di pasaran.

    “Ya ini beberapa memang kami push terus untuk realisasi impornya. Kemudian yang sudah masuk sudah didistribusikan. Kami hampir tiap Jumat rapat dengan mereka untuk memperlancar pasokan sampai ke daerah-daerah,” katanya ketika ditemui di Pasar Kebon Kembang Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/3/2025).

    Budi mengatakan telah mengeluarkan seluruh izin impor bawang putih pada tahun ini. Namun, para importir lah yang belum merealisasikannya.

    Budi memaklumi belum terlaksananya realisasi impor bawang putih karena membutuhkan proses. Maka dari itu, ia memastikan akan menggencarkan koordinasi dengan para importir agar bisa segera direalisasikan.

    “Belum semua terealisasi karena mungkin proses impor perlu waktu ya. Jadi kami selalu koordinasi dan realisasinya terus bertambah terus ya. Mudah-mudahan segera normal kembali,” ujarnya.

    Ditemui di tempat sama, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Iqbal Shoffan Shofwan menjelaskan bahwa realisasi impor memang mempengaruhi harga bawang putih di pasaran.

    Sebagaimana diketahui, impor bawang putih RI 99 persen berasal dari China.

    Importir perlu ditekan agar bisa segera merealisasikan izin impor bawang putih yang sudah mereka kantongi.

    “Realisasi impornya tuh masih relatif kurang banyak, jadi otomatis akan mempengaruhi harga di dalam negeri. Nah [harga] ini akan terkoreksi nanti, mana kala realisasi impor itu sudah sesuai dengan target,” kata Iqbal.

    “Jadi kami akan menekan kepada para importirnya karena kan proses bisnis B2B ini dari importir kepada para distributor,” ujarnya.

    Beras Disunat

    Praktik mencurangi timbangan pada beras premium terjadi di Bangkalan, Madura.

    Dari pemeriksaan di lima swalayan di Kota Bangkalan, Dinas Koperasi Bangkalan mendapati kecurangan justru pada takaran beras premium merek Raja Lele.

    “Dalam kegiatan hari ini, kami temukan produk beras kemasan 3 KG dan 5 KG dengan takaran tidak sesuai yang tertera dalam kemasan. Produk beras tersebut bermerek  Raja Lele, diproduksi oleh PT Sumber Pangan Abadi,” ungkap Kepada Bidang Metrologi Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Pemkab Bangkalan, Delly Septiana kepada SURYA.

    Lima toko kawasan kota yang disidak adalah Swalayan Tom N Jerry di Jalan Panglima Sudirman, Zavinsi Toserba di Bangkalan Plaza, Indah Swalayan dan Matahari Swalayan di Jalan KH Moh Kholil, serta Hyfresh di Jalan Halim Perdana Kusuma.  

    “Kami telah mengimbau pimpinan/pemilik toko-toko agar menginformasikan kepada pihak distributor,” tegas Delly.

    Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Cabang Bangkalan, Fathurrahman Said menegaskan, perilaku perusahaan-perusahaan selaku distributor yang mengurangi timbangan atau takaran bahan-bahan kebutuhan masyarakat sangat menciderai hak azasi, harkat, dan martabat manusia. 

    “Hanya satu kata yang pantas, yakni culas! Karena mengurangi takaran itu merupakan perbuatan curang, tidak hanya melanggar undang-undang namun juga dilarang Islam. Naudzubillah,” tegas Fathurrahman.  

    Ia menambahkan, masyarakat dalam hal ini bangsa Indonesia mulai lelah dengan perilaku para pemangku kebijakan yang semakin vulgar menyuguhkan ‘drama-drama’ menjijikkan.

    “Kini muncul perilaku-perilaku tidak fair alias culas dengan mengurangi takaran yang sejatinya memang menjadi hak masyarakat selaku konsumen. Belum lagi urusan konflik sosial dan hukum yang terus menerus menjadi sorotan publik, jujur kami merasa miris atas suguhan kondisi-kondisi yang terjadi. Gaduh sekali negara ini,” pungkasnya. 

  • Nanti Sore Bisa Naik Lagi

    Nanti Sore Bisa Naik Lagi

    Jakarta, Beritasatu.com – Menjelang Lebaran 2025, sejumlah harga pangan di Pasar Kramat Jati mengalami kenaikan cukup signifikan. Beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang putih, dan sayuran buncis tercatat mengalami lonjakan harga cukup tinggi.

    Menurut Muhdar, seorang pedagang Pasar Kramat Jati, kenaikan harga pangan menjelang Idulfitri adalah hal yang wajar terjadi. Namun, ia mengungkapkan kenaikan harga pada 2025 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Sebagai contoh, harga cabai merah keriting sebelumnya Rp 70.000 per kilogram kini melonjak menjadi Rp 90.000 per kilogram. Begitu pula dengan cabai rawit yang sebelumnya Rp 120.000 per kilogram kini menyentuh harga Rp 140.000 per kilogram.

    Selain itu, harga bawang merah dan bawang putih mengalami kenaikan signifikan, masing-masing mencapai Rp 80.000 dan Rp 70.000 per kilogram. Sayuran seperti kacang panjang dan buncis meroket dengan harga yang kini mencapai Rp 30.000 per kilogram.

    Kenaikan harga pangan ini berlangsung selama empat hari terakhir, dan diperkirakan akan terus berlanjut menjelang Lebaran pada minggu depan. Menurut Muhdar, harga-harga tersebut benar-benar mengalami lonjakan tajam.

    “Meski banyak keluhan dari pembeli, sudah biasa terjadi menjelang Lebaran. Harga terus naik, dan biasanya nanti sore belanja lagi, harganya bisa naik lagi,” ujar Muhdar kepada wartawan di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (29/3/2025).

    Meski harga pangan melonjak, Muhdar menyatakan jumlah pembeli tetap tinggi karena mereka tetap perlu memenuhi kebutuhan untuk merayakan hari raya.

    Selain pangan, di sepanjang Pasar Kramat Jati juga terlihat sejumlah pengrajin dan penjual anyaman ketupat yang sudah mulai berjualan beberapa hari terakhir.

    Harga ketupat yang ditawarkan cukup terjangkau, yakni sekitar Rp 10.000 per anyaman saat Lebaran.

  • H-2 Lebaran 2025, Harga Bawang Putih di Pasar Jaksel Tembus Rp 60 Ribu Per Kg – Halaman all

    H-2 Lebaran 2025, Harga Bawang Putih di Pasar Jaksel Tembus Rp 60 Ribu Per Kg – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dua hari menjelang Lebaran 2025, harga bawang putih di beberapa pasar di Jakarta Selatan terpantau naik.

    Hasil penelusuran Tribunnews di Pasar Mede di Fatmawati, Jakarta Selatan, pada Sabtu (29/3/2025), harga bawang putih dibanderol Rp 48 ribu per kilogram.

    Menurut pengakuan seorang pedagang bernama Mulyadi, kenaikan harga bawang putih ini telah terjadi sejak tiga hari yang lalu.

    “Harga bawang putih naik. Biasanya Rp 40 ribu sampai Rp 44 ribu,” katanya ketika ditemui Tribunnews.

    Mulyadi menduga larangan angkutan berat melintas ketika periode mudik Lebaran ini menjadi alasan harga bawang putih naik. Akibat kebijakan ini, pasokan tidak bisa tersalurkan secara baik.

    Pembeli bawang putih disebut Mulyadi sudah mewajari kenaikan harga ini karena bertepatan dengan momen Lebaran. Ia pun belum bisa memprediksi kapan harga bawang putih akan turun.

    “Mungkin setelah Lebaran turun harganya. Kadang setelah Lebaran juga naik. Orang juga tidak protes. Kecuali kalau harganya naik saat tidak Lebaran, baru protes,” ujar Mulyadi.

    Pedagang lainnya bernama Lili juga mengamini perkataan Mulyadi. Harga bawang putih tengah mengalami kenaikan beberapa hari ke belakang.

    Lili menjual bawang putih Rp 55 ribu per kilogram. Biasanya, ia menjualnya di bawah itu.

    “Bawang putih Rp 55 ribu. Harganya naik. Biasanya Rp 50 ribu. Sudah 3-4 hari ini naiknya,” katanya.

    Di pasar lainnya, yaitu di Pasar Cipete Selatan, harga bawang putih juga terpantau mengalami kenaikan.

    Siti, salah seorang pedagang di pasar tersebut, menjual bawang putih per kilogram sebesar Rp 60 ribu.

    “Bawang putih lagi naik. Harganya Rp 60 ribu. Biasanya Rp 55 ribu. Karena mau Lebaran naik,” ujarnya.

    Berdasarkan data SP2KP Kementerian Perdagangan, rata-rata harga bawang putih honan secara nasional selama sepekan ke belakang mengalami kenaikan.

    Selama 20 hingga 27 Maret 2025, harganya mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen dari Rp 46 ribu ke Rp 46.300. Harga ini sudah jauh di atas harga acuan penjualan (HAP) yang ditentukan pemerintah, yaitu Rp 38 ribu per kg.

     

  • Dikit Lagi Lebaran, Harga Bawang Putih di Pasar Jaksel Melonjak Jadi Rp60 Ribu per Kg – Halaman all

    Dikit Lagi Lebaran, Harga Bawang Putih di Pasar Jaksel Melonjak Jadi Rp60 Ribu per Kg – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dua hari menjelang Lebaran 2025, warga bawang putih di beberapa pasar di Jakarta Selatan (Jaksel) terpantau mengalami kenaikan.

    Hasil penelusuran Tribunnews di Pasar Mede, Fatmawati, Jakarta Selatan, pada Sabtu (29/3/2025), harga bawang putih dibanderol Rp 48 ribu per kilogram.

    Menurut pengakuan seorang pedagang bernama Mulyadi, kenaikan harga bawang putih ini telah terjadi sejak tiga hari yang lalu.

    “Harga bawang putih naik. Biasanya Rp 40 ribu sampai Rp 44 ribu,” katanya ketika ditemui Tribunnews.

    Mulyadi menduga larangan angkutan berat melintas ketika periode mudik Lebaran ini menjadi alasan harga bawang putih naik. Akibat kebijakan ini, pasokan tidak bisa tersalurkan secara baik.

    Pembeli bawang putih disebut Mulyadi sudah mewajari kenaikan harga ini karena bertepatan dengan momen Lebaran. Ia pun belum bisa memprediksi kapan harga bawang putih akan turun.

    “Mungkin setelah Lebaran turun harganya. Kadang setelah Lebaran juga naik. Orang juga tidak protes. Kecuali kalau harganya naik saat tidak Lebaran, baru protes,” ujar Mulyadi.

    Pedagang lainnya bernama Lili juga mengamini perkataan Mulyadi. Harga bawang putih tengah mengalami kenaikan beberapa hari ke belakang.

    Lili membanderol bawang putih per kilogramnya sebesar Rp 55 ribu. Biasanya, ia menjualnya di bawah itu.

    “Bawang putih Rp 55 ribu. Harganya naik. Biasanya Rp 50 ribu. Sudah 3-4 hari ini naiknya,” katanya.

    Di pasar lainnya, yaitu di Pasar Cipete Selatan, harga bawang putih juga terpantau mengalami kenaikan.

    Siti, salah seorang pedagang di pasar tersebut, menjual bawang putih per kilogram sebesar Rp 60 ribu.

    “Bawang putih lagi naik. Harganya Rp 60 ribu. Biasanya Rp 55 ribu. Karena mau Lebaran naik,” ujarnya.

    Berdasarkan data SP2KP Kementerian Perdagangan, rata-rata harga bawang putih honan secara nasional selama sepekan ke belakang mengalami kenaikan.

    Selama 20 hingga 27 Maret 2025, harganya mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen dari Rp 46 ribu ke Rp 46.300. Harga ini sudah jauh di atas harga acuan penjualan (HAP) yang ditentukan pemerintah, yaitu Rp 38 ribu per kg.

  • Survei KPPU: Dekati Lebaran, Harga Cabai Rawit dan Bawang Putih Melonjak

    Survei KPPU: Dekati Lebaran, Harga Cabai Rawit dan Bawang Putih Melonjak

    Bisnis.com, JAKARTA – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melakukan survei pemantauan komoditas pangan di pasar tradisional dan modern jelang hari raya Idulfitri 1446H/2025M. Cabai rawit dan bawang putih naik signifikan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

    Anggota KPPU Eugenia Mardanugraha menyampaikan survei dilakukan di pasar modern dan tradisional di 7 Kantor Wilayah KPPU yaitu di Medan, Lampung, Bandung, Surabaya, Samarinda, Makassar, dan DI Yogyakarta.

    “Pemantauan dilakukan terhadap harga berbagai komoditas pangan dan perbandingannya dengan Harga Acuan Penjualan (HAP) atau Harga Eceran Tertinggi (HET) dari Badan Pangan Nasional, serta komparasinya dibandingkan harga di awal Ramadan,” kata Eugenia dalam keterangannya, dikutip Sabtu (29/3/2025).

    Dari survei yang dilakukan terhadap 11 komoditas pangan, KPPU menemukan bahwa harga cabai rawit mengalami kenaikan signifikan di hampir seluruh wilayah di Indonesia. 

    Peningkatan harga utamanya terjadi di pasar tradisional di Bandung, Jawa Barat yang tercatat mencapai Rp115.000 per kg atau naik 53% dari harga saat awal Ramadan.

    Sementara, kata Eugenia, peningkatan harga cabai rawit juga terjadi di pasar modern, dengan kenaikan harga tertinggi terjadi di Samarinda yaitu mencapai Rp167.450 per kg, disusul Bandung dan Yogyakarta. 

    Bawang putih juga mengalami kenaikan harga yang signifikan dari saat awal Ramadan, dengan kisaran kenaikan harga tertinggi sebesar Rp8.000 per kg.

    “Khususnya di wilayah Surabaya, Makassar, dan DI Yogyakarta dengan variasi harga jual bawang putih sebesar Rp42.000 per kg sampai Rp47.500 per kg,” ungkapnya.

    Sementara itu di pasar modern, harga bawang putih meningkat signifikan di Rp42.000 per kg sampai Rp47.500 per kg. Kenaikan signifikan tercatat di wilayah Medan, Lampung, Makassar, dan DI Yogyakarta dengan rentang harga jual berkisar Rp46.000 per kg sampai Rp63.000 per kg.

    Eugenia menduga melonjaknya harga bawang putih disebabkan oleh kenaikan harga di tingkat importir dan distributor.

    Dari sisi stok, KPPU mencatat mayoritas terpantau tersedia, baik di pasar tradisional maupun di pasar modern di seluruh Indonesia. Dengan demikian, Eugenia memastikan kebutuhan masyarakat masih dapat terpenuhi tanpa adanya indikasi kelangkaan. 

    “Keterbatasan stok hanya terjadi atas bawang merah di pasar tradisional wilayah DI Yogyakarta dan Samarinda. Sementara di pasar modern di wilayah Surabaya dan DI Yogyakarta, keterbatasan stok terjadi pada beras medium,” pungkasnya. 

  • H-3 Lebaran Harga Bawang Putih Stabil atau Naik?

    H-3 Lebaran Harga Bawang Putih Stabil atau Naik?

    Jakarta: Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 H, harga bawang putih menjadi perhatian utama bagi masyarakat, terutama di Jakarta. 
     
    Pasar Induk Kramat Jati, sebagai pusat distribusi utama, mencatat harga bawang putih berkisar antara Rp32.000 hingga Rp40.000 per kilogram pada Jumat, 28 Maret 2025.
     
    Di pasar ini, harga bawang putih bervariasi tergantung pada jenis penjual. Distributor besar seperti PT Bumi Agro Transport menawarkan bawang putih dengan harga Rp32.500 per kilogram, sedangkan pedagang grosir seperti UD Viorela dan Bintang Kencana Makmur menjualnya seharga Rp33.000 per kilogram. 

    Sementara itu, pedagang eceran di kios-kios seperti milik Kiki dan UD Putra Mulia menjual bawang putih dengan harga lebih tinggi, yaitu Rp40.000 per kilogram.
     

    Perbandingan harga bawang putih dengan rata-rata nasional
    Jika dibandingkan dengan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia, harga rata-rata bawang putih di Jakarta per 28 Maret 2025 tercatat lebih tinggi, yakni Rp41.750 per kilogram. 
     
    Sedangkan, berdasarkan Info Pangan Jakarta, harga rata-rata bawang putih di pasar ibu kota mencapai Rp48.000 per kilogram. Meski demikian, harga ini mengalami sedikit penurunan sebesar Rp2.447 dibandingkan hari sebelumnya.
     
    Pergerakan harga bawang putih ini mencerminkan dinamika pasar menjelang Lebaran, di mana permintaan yang meningkat kerap menyebabkan lonjakan harga. 
     
    Namun, stabilnya pasokan di tingkat distributor dan pedagang grosir tampaknya mampu menjaga harga tetap terkendali di Pasar Induk Kramat Jati. Meskipun demikian, perbedaan harga antara pasar grosir dan eceran menunjukkan bahwa konsumen masih harus cermat dalam memilih tempat membeli untuk mendapatkan harga terbaik.
     
    Bagaimana apakah kamu sudah siap belanja untuk kebutuhan masak menu spesial lebaran?
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Harga Daging Melonjak Jelang Lebaran, Masyarakat Keluhkan Kenaikan

    Harga Daging Melonjak Jelang Lebaran, Masyarakat Keluhkan Kenaikan

    Jakarta, Beritasatu.com – Tiga hari menjelang perayaan Lebaran 1446 H, harga daging menjadi salah satu komoditas yang mengalami lonjakan signifikan. Di Pasar Jatinegara, harga daging lokal kini berkisar antara Rp 150.000 hingga Rp 160.000 per kilogram.

    “Setiap tahun memang seperti ini, tidak ada perubahan. Harga daging paling mahal biasanya mentok di Rp 170.000. Sekarang berkisar Rp 150.000 hingga Rp 160.000,” ujar Hilal, salah satu pedagang daging di Pasar Jatinegara, Jakarta, Jumat (28/3/2025).

    Lonjakan harga daging ini merupakan fenomena tahunan yang kerap dirasakan para pedagang. Meski harga naik, mereka tidak selalu mendapatkan keuntungan lebih.

    “Kalau penyebabnya ya dari pusatnya, dari jagalnya. Kalau dari jagalnya enggak naik, ya kita juga enggak mungkin menaikkan harga,” tambah Hilal.

    Pedagang harus menyesuaikan harga dengan daya beli konsumen. Akibatnya, ketika harga dari pemasok melonjak tajam, keuntungan mereka justru semakin menipis.

    Tak hanya daging, sejumlah komoditas lain juga mengalami kenaikan harga. Cabai rawit kini menembus Rp 130.000 per kilogram, sementara bawang putih dan bawang merah masing-masing dihargai Rp 70.000 per kilogram. Kelapa pun ikut naik, dengan harga mencapai Rp 20.000 per buah.

    “Banyak banget harga yang naik. Gaji habis buat makan saja, enggak ada sisanya. Minta diturunin aja deh harga bahan pokoknya,” keluh Puroyati, salah satu konsumen.

    Masyarakat berharap pemerintah dapat terus memantau dan mengendalikan lonjakan harga daging dan komoditas lain agar tidak semakin memberatkan, terutama bagi mereka yang berada di lapisan menengah ke bawah.

  • Harga Bawang Putih Melejit Jelang Lebaran, Ulah Spekulan? – Page 3

    Harga Bawang Putih Melejit Jelang Lebaran, Ulah Spekulan? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Banyaknya spekulan nakal dinilai membuat harga bawang putih menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 H atau Lebaran 2025 mengalami perbedaan ditingkat distributor dengan harga di pasaran. Pedagang ecaran yang merupakan bagian dari mata rantai terkunci oleh spekulan nakal sehingga terpaksa menjual bawang putih dikisaran 40-45 ribu per kg saat ini.

    Berdasarkan pantauan di Pasar Induk Kramat Jati, harga bawang putih kupas mencapai Rp45 ribu per kilogram, sedangkan bawang putih biasa Rp40 ribu per kilogram. Hal itu disampaikan langsung oleh salah seorang pedagang bahan pokok bernama Andri (48), Jumat (28/3/2025) atau tiga hari menjelang Lebaran.

    “Bawang putih untuk yang kupas sekarang ada di harga Rp45 ribu. Sementara yang biasa itu Rp40 ribu. Ya ini harga memang naik-naik sedikit, terutama yang kupas ya, karena ongkos kupasnya. Jadi naik Rp2 ribu,” kata Andri saat ditemui di lokasi.

    Seperti yang disinggung Andri, lonjakan harga ini disebabkan semakin sedikitnya tenaga kerja pengupas bawang yang tersedia menjelang Lebaran.

    “Bukan karena hari Lebaran juga, karena yang kerja udah mulai enggak ada nih, jadi yang kupas udah pasti naik, karena ongkos kupasnya,” kata Andri.

    Lebih jauh, meski bawang putih mengalami kenaikan, harga komoditas bahan pokok lainnya, menurut Andri, terpantau masih stabil. “Yang lain normal sih,” ujar Andri.

    Menurut dia, harga bawang putih sebelum kenaikan yang kupas antara Rp42-43.000 per kilogram. Sedangkan yang biasa di bawah Rp40 ribu per kilogram.

    Melonjaknya harga bawang putih dikeluhkan oleh pembeli, salah satunya Mira (55). Mira yang sehari-harinya berjualan Warteg di kawasan Ciracas, mengaku keberatan dengan kenaikan harga ini, apalagi menjelang Lebaran saat kebutuhan bahan pokok meningkat.

    “Ya ini emang biasa sebelum Lebaran pasti naik. Susah juga sebenarnya. Soalnya saya butuh banyak buat masak di warung,” ujar Mira.

    Selain harganya yang naik, Mira juga mengaku kesulitan mendapatkan bawang putih karena jumlah pedagang yang menjual semakin berkurang.

    “Nyari bawang putih sekarang susah, enggak sebanyak biasanya. Tadi muter-muter dulu baru ketemu yang jual. ‘Mana sih bawang putih’. Tapi emang tadi kata penjualnya memang yang jual sedikit karena stoknya terbatas,” tambahnya.

    Meski begitu, Mira tetap terpaksa membeli bawang putih untuk memenuhi kebutuhan Wartegnya. “Mau gimana lagi? Enggak pakai bawang putih ya masakan jadi kurang enak,” tuturnya.

     

  • Tumis Cengkaruk, Olahan Bunga Durian Khas Betawi

    Tumis Cengkaruk, Olahan Bunga Durian Khas Betawi

    Liputan6.com, Jakarta – Tumis cengkaruk merupakan kuliner khas Betawi yang kerap hadir saat musim durian tiba. Makanan ini dibuat dari bunga durian sebagai bahan dasar.

    Mengutip dari Seni & Budaya Betawi, kehadiran tumis cengkaruk tak lepas dari keahlian masyarakat betawi dalam bercocok tanam. Sejak dahulu, masyarakat Betawi memang dikenal sebagai masyarakat agraris yang mampu memanfaatkan lahan untuk menanam berbagai jenis tanaman, mulai dari buah, sayur, tanaman hias, hingga obat-obatan.

    Dari beberapa tanaman yang mereka tanam, salah satu yang paling menonjol adalah buah durian. Menariknya, mereka tak hanya memanfaatkan buahnya, melainkan juga bunganya.

    Bunga durian memiliki putik berwarna putih cerah dengan panjang sekitar 4-5 cm. Pada bagian mahkota bunga ini berwarna putih kecokelatan.

    Oleh masyarakat Betawi, bunga tersebut dinamakan karuk. Ketika diolah menjadi makanan, olahan bunga karuk dinamakan tumis bunga karuk atau cengkaruk.

    Dahulu, anak-anak era 1980-an kerap berburu karuk saat musim durian. Pukul 03.00 hingga waktu Subuh, bunga durian banyak berjatuhan. Saat itulah, anak-anak berburu bunga durian.

    Anak-anak memungut bunga yang masih segar dan semerbak. Setelah terkumpul, mereka akan memberikannya kepada emak atau ibu di rumah untuk dimasak. Tak jarang, ada juga anak-anak yang memilih untuk menjual hasil bunga yang mereka kumpulkan ke pasar.

    Selain bunga durian, tumis cengkaruk juga dibuat dengan menggunakan bahan-bahan pelengkap lainnya, seperti ikan teri maupun petai. Cara memasak tumis cengkaruk mirip dengan olahan tumis pada umumnya.

    Pertama-tama, cabai, bawang merah, dan bawang putih yang sudah diiris ditumis hingga harum. Setelahnya, masukkan daun salam, daun jeruk, dan laos.

    Kemudian, baru masukkan bunga durian yang sudah dicuci dan direbus terlebih dahulu. Tak lupa, masukkan teri medan yang sudah digoreng garing.

    Selanjutnya, beri air secukupnya dan bumbui masakan, lalu masak hingga matang. Tumis cengkaruk khas Betawi siap disajikan.

    Penulis: Resla

  • Harga cabai rawit Rp97.450/kg, telur ayam Rp30.200/kg

    Harga cabai rawit Rp97.450/kg, telur ayam Rp30.200/kg

    Ilustrasi – Seorang pedagang menyortir cabai rawit di Pasar Mardika, Kota Ambon, Provinsi Maluku. ANTARA FOTO/FB Anggoro

    PIHPS: Harga cabai rawit Rp97.450/kg, telur ayam Rp30.200/kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Kamis, 27 Maret 2025 – 14:23 WIB

    Elshinta.com – Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat sejumlah komoditas pangan secara umum, cabai rawit merah di harga Rp97.450 per kilogram (kg) dan telur ayam ras di harga Rp30.200 per kg.

    Berdasarkan data dari PIHPS, dilansir di Jakarta, Kamis pukul 11.00 WIB selain cabai rawit merah dan telur ayam ras, tercatat harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional lainnya, yakni bawang merah di harga Rp47.750 per kg, bawang putih di harga Rp46.950 per kg.

    Selain itu beras kualitas bawah I di harga Rp14.100 per kg, beras kualitas bawah II Rp13.850 per kg, beras kualitas medium I Rp15.400 per kg, begitu pun beras kualitas medium II di harga Rp15.300 per kg. Lalu, beras kualitas super I di harga Rp16.800 per kg, dan beras kualitas super II Rp16.300 per kg.

    Selanjutnya, PIHPS mencatat harga cabai merah besar mencapai Rp67.300 per kg, cabai merah keriting Rp65.200 per kg, dan cabai rawit hijau Rp66.650 per kg. Kemudian, daging ayam ras di harga Rp37.600 per kg, daging sapi kualitas I Rp144.550 per kg, daging sapi kualitas II di harga Rp136.600 per kg.

    Harga komoditas berikutnya yakni gula pasir kualitas premium tercatat Rp19.850 per kg, dan gula pasir lokal Rp18.650 per kg. Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp18.950 per liter, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp22.500 per liter, serta minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp21.350 per liter.

    Sumber : Antara