Produk: batubara

  • Dukung Stand Up Fest 2025, PLN siap hadir momen penting masyarakat

    Dukung Stand Up Fest 2025, PLN siap hadir momen penting masyarakat

    PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya memastikan keandalan listrik selama Stand Up Fest 2025 yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta 11-13 Juli 2025 (Foto : PLN Jakarta Raya)

    Dukung Stand Up Fest 2025, PLN siap hadir momen penting masyarakat
    Dalam Negeri   
    Editor: Nandang Karyadi   
    Minggu, 13 Juli 2025 – 15:02 WIB

    Elshinta.com – PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya memastikan keandalan listrik selama Stand Up Fest 2025 yang tengah berlangsung di Istora Senayan, Jakarta. Festival yang digelar pada 11–13 Juli 2025 ini menggunakan daya 714.000 VA untuk penyelenggaraan acara.

    “Kami sangat berterima kasih kepada PLN atas dukungan luar biasanya. Keandalan listrik menjadi faktor krusial dalam kelancaran acara ini. Berkat PLN, seluruh penampilan komika dapat dinikmati tanpa gangguan, dan ribuan penonton pun merasa nyaman,” ungkap Ketua Penyelenggara Stand Up Fest 2025, Abdul Aziz Batubara.

    Untuk memastikan keandalan kelistrikan selama acara berlangsung, PLN UID Jakarta Raya mengerahkan tiga unit Gardu Bergerak (UGB) dengan total daya 2.260 kVA, dua unit Uninterruptable Power Supply (UPS) sebesar 1.100 kVA, serta menurunkan 79 petugas siaga yang bersiaga penuh selama kegiatan.

    “PLN siap hadir di setiap momen penting masyarakat, termasuk ajang hiburan nasional seperti Stand Up Fest 2025. Dengan persiapan teknis dan personel yang matang, kami pastikan keandalan listrik tetap terjaga demi kenyamanan seluruh pengisi acara dan penonton,” ujar General Manager PLN UID Jakarta Raya, Moch. Andy Adchaminoerdin.

    Manager PLN UP3 Bulungan, Dasih Listyanto, menambahkan bahwa keberhasilan menjaga pasokan listrik dalam acara ini merupakan hasil dari inspeksi teknis, pengujian sistem, dan koordinasi intensif dengan pihak penyelenggara.

    “Kami melakukan pengawasan kelistrikan secara berlapis, mulai dari inspeksi lokasi, pengujian instalasi, hingga penyiagaan tim teknis selama acara berlangsung. Ini adalah bentuk tanggung jawab kami untuk menghadirkan listrik yang andal, aman, dan tanpa gangguan,” jelas Dasih.

    Stand Up Fest 2025 menghadirkan deretan komika papan atas dari seluruh Indonesia dan menjadi magnet hiburan bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Keberhasilan acara ini menjadi bukti kesiapan PLN UID Jakarta Raya dalam menghadirkan listrik tanpa kedip untuk mendukung berbagai event besar berskala nasional. (*/Vit)

    Sumber : Radio Elshinta

  • Kalimantan Pasok 70 Persen Energi Nasional, Pengelolaan Harus Bertanggung Jawab

    Kalimantan Pasok 70 Persen Energi Nasional, Pengelolaan Harus Bertanggung Jawab

    Liputan6.com, Samarinda – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa 70 persen sumber energi Indonesia dari batu bara berasal dari Kalimantan. Pengelolaan kekayaan ini diminta dilakukan secara ramah dan penuh tanggung jawab.

    “Pada 2024, batu bara berkontribusi 40,56 persen untuk bauran energi nasional,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Siti Sumilah Rita Susilawati saat Roadshow Edisi Kalimantan oleh APBI/ICMA di Samarinda, Rabu, (9/7/2025).

    Siti menjelaskan, 50 hingga 60 persen pembangkit listrik nasional masih mengandalkan batu bara. Dari jumlah itu, 70 persen dipasok dari Kalimantan sebagai sumber energi utama.

    Ia menyebut target produksi batu bara pada 2024 adalah 710 juta ton, namun realisasinya mencapai 836,1 juta ton. Capaian itu melebihi target hingga 117,76 persen dengan nilai 37.773 miliar dolar AS.

    Untuk 2025, target produksi kembali ditingkatkan menjadi 739,674 juta ton. Hingga Mei, produksi telah mencapai 357,6 juta ton dengan nilai sebesar 12.350 miliar dolar AS.

    Menurutnya, batu bara masih menjadi tumpuan utama dalam pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat. Energi ini dinilai memegang peran penting dalam keberlangsungan aktivitas kehidupan.

    “Bayangkan saja jika hidup tanpa listrik karena tidak ada batu bara. Misalnya di acara ini tiba-tiba listrik padam, pasti acara terganggu. Kita buka komputer atau laptop juga butuh listrik, handphone pun butuh listrik. Jadi ketika kita terima telepon juga ingat batu bara yang menjadi sumber energi listrik,” katanya.

    Siti juga menyinggung penerimaan negara dari sektor mineral dan batu bara yang cukup besar. Pada 2024, PNBP sektor ini mencapai Rp140,460 triliun atau 123,75 persen dari target yang ditetapkan.

    “Jadi, minerba untuk menggerakkan ekonomi Indonesia itu bukan omong kosong, tapi realita. Untuk mewujudkan Indonesia emas pun, batu bara memiliki peran penting karena turut menggerakkan ekonomi nasional. Tapi ingat, sumber daya ini harus dikelola secara bertanggungjawab. Pengelolaan secara ramah harus dikedepankan,” kata Siti.

     

  • Posisinya Dikelilingi Gunung, Ini 6 Stasiun Kereta yang Letaknya Tertinggi di Daop Bandung

    Posisinya Dikelilingi Gunung, Ini 6 Stasiun Kereta yang Letaknya Tertinggi di Daop Bandung

    Berikut adalah beberapa stasiun yang kini tidak lagi beroperasi:

    1.⁠ ⁠Adan-Adan (Jawa Timur): Bagian dari Daop VII Madiun, pernah menjadi titik transit penting.

    2.⁠ ⁠Anyer Kidul (Banten): Dulu bagian dari jalur pengangkutan hasil bumi, kini menjadi monumen sejarah.

    3.⁠ ⁠Rangkasbitung-Labuan (Banten): Ditutup pada 1984, jalur ini pernah menjadi penghubung utama pengangkutan hasil perikanan.

    4.⁠ ⁠Saketi-Bayah (Banten): Dibangun oleh Jepang selama pendudukan, jalur ini ditutup pada 1951.

    5.⁠ ⁠Banda Aceh (Aceh): Stasiun utama di Aceh yang kini menjadi kenangan masa lalu.6.⁠ ⁠Setiap stasiun memiliki cerita unik, baik sebagai bagian dari jalur perdagangan, tambang, atau transportasi umum.

    Sementara di Pulau Jawa menjadi pusat pengembangan kereta api pada masa kolonial. Beberapa stasiun yang kini tidak beroperasi adalah:

    •⁠ ⁠Stasiun Banjarnegara (Jawa Tengah): Pernah menjadi penghubung daerah pertanian dan kota besar.

    •⁠ ⁠Stasiun Cibangkong (Jawa Barat): Salah satu jalur yang ditutup pada tahun 1980-an.

    •⁠ ⁠Stasiun Magelang Kota (Jawa Tengah): Kini menjadi situs sejarah yang menarik wisatawan.

    Modernisasi jalur kereta api membuat beberapa jalur lama ditinggalkan. Namun, banyak stasiun yang tetap dipertahankan sebagai cagar budaya.

    Seperti jalur kereta api Saketi-Bayah dibangun oleh pemerintah Jepang pada tahun 1943 untuk mendukung pengangkutan batubara dari tambang Bayah. Jalur ini dikenal sebagai “Jalur Maut” karena dibangun menggunakan tenaga kerja paksa Romusha.

    Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, jalur ini tetap beroperasi hingga tahun 1951. Namun, keterbatasan dana untuk perawatan dan minimnya populasi di wilayah tersebut membuat jalur ini ditutup. Kini, jejak jalur ini hanya berupa pondasi rel dan bekas stasiun.

    Saat ini, beberapa jalur nonaktif sedang dipertimbangkan untuk diaktifkan kembali. Pemerintah Provinsi Banten, misalnya, berencana mereaktivasi jalur Cigading-Anyer Kidul dan Rangkasbitung-Labuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pariwisata.

    Reaktivasi jalur ini tidak hanya meningkatkan konektivitas, tetapi juga menjadi upaya pelestarian sejarah. Jalur-jalur ini menyimpan potensi besar untuk mendorong pembangunan kawasan, khususnya di daerah pedesaan.

  • Prospek Bisnis Batu Bara Jika Pemerintah Kenakan Bea Keluar

    Prospek Bisnis Batu Bara Jika Pemerintah Kenakan Bea Keluar

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah tengah menggodok wacana pengenaan bea keluar batu bara dan emas untuk menambah pundi-pundi penerimaan negara. Namun, langkah ini mendapat keberatan dari para pelaku usaha batu bara di tengah kondisi permintaan yang lesu.

    Usulan pengenaan bea keluar untuk emas dan batu bara muncul dalam pembahasan antara Kementerian Keuangan dengan Komisi XI DPR RI di Panja Penerimaan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026.

    Untuk emas, pada dasarnya memang sudah dikenai bea keluar seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38/2024. Hanya saja, yang dikenai bea keluar hanya emas mentah/konsentrat/dore bullion, tidak dengan emas batangan/perhiasan.

    Sementara untuk batu bara, sudah tidak termasuk komoditas yang dikenai bea keluar sejak 2006. Komoditas batu bara hanya dikenai tarif royalti, yang tergolong sebagai penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

    Atas usulan DPR tersebut, Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu menyebut bahwa pihaknya segera berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mendiskusikan wacana pengenaan bea keluar untuk komoditas emas dan batu bara.

    “Kami berterima kasih untuk masukkan itu dari DPR. Tentunya kami akan konsolidasi dengan kementerian/lembaga terkait khususnya Kementerian ESDM,” ujar Febrio di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).

    Sementara itu, Kementerian ESDM menilai wacana pengenaan bea keluar batu bara dan emas perlu dikaji secara mendalam.

    Menurut Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, pengenaan bea keluar, khususnya untuk batu bara, perlu memperhatikan kondisi pasar. Sebab, bila kebijakan ini diterapkan saat permintaan pasar lemah, industri batu bara dalam negeri bisa tertekan.

    “Kalau permintaannya lemah, [lalu] kenakan bea keluar, justru ini akan berdampak. Jadi ini enggak ada yang beli juga. Jadi kita melihat kompetitif dari komoditas yang kita miliki,” jelas Yuliot.

    Namun demikian, Yuliot mengatakan, pihaknya akan duduk bersama dengan Kemenkeu untuk membahas wacana tersebut.

    Dampak ke Bisnis Batu Bara

    Pelaku usaha batu bara merasa keberatan dengan wacana pengenaan bea keluar terhadap komoditas emas hitam.

    Plt Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani menilai langkah pemerintah itu kian menambah beban pengusaha. Sebab, selama ini pelaku usaha telah dikenai kewajiban membayar royalti batu bara. Di samping itu, saat ini harga batu bara juga tengah lesu. 

    “Rencana pemberlakuan bea masuk ini tentunya akan menambah lagi beban bagi perusahaan batu bara. Selama ini sudah ada royalti juga. Belum lagi pengenaan ini makin tidak tepat dengan kondisi harga batu bara saat ini,” kata Gita kepada Bisnis, Selasa (8/7/2025) malam.

    Selain itu, Gita menyebut, perusahaan batu bara juga tengah dihadapkan pada beban operasional yang meningkat lantaran harga bahan bakar B40 naik signifikan.

    Dia menuturkan, APBI sejatinya mendukung kebijakan pemerintah yang mampu mendorong keberlangsungan usaha serta upaya peningkatan penerimaan negara.

    Namun, terkait rencana pemerintah akan menerapkan bea keluar atas batu bara, dia mengingatkan pemerintah untuk melakukan kajian mendalam terkait hal tersebut lebih dulu.

    “Sehingga baik keberlangsungan usaha, ketahanan energi nasional serta peningkatan penerimaan negara menjadi tolak ukur yang berkesinambungan antara pelaku usaha pertambangan serta industri pendukungnya dan juga pemerintah,” jelas Gita.

    Senada, Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral dan Batubara Indonesia (Aspebindo) Anggawira mendukung semangat pemerintah untuk menambah nilai tambah sektor tambang nasional, termasuk lewat kebijakan fiskal seperti bea keluar.

    Namun, dalam konteks batu bara, kebijakan ini perlu dikaji ulang secara lebih komprehensif, agar tidak menggerus daya saing dan kelangsungan industri.

    “Perlu kajian dampak ekonomi menyeluruh, termasuk simulasi sensitivitas terhadap harga batu bara global,” katanya.

    Menurut Anggawira, pengenaan bea keluar itu berpotensi memberikan dampak negatif bagi pelaku usaha. Dampak itu seperti menurunkan daya saing ekspor.

    Lalu, bea keluar bisa mengurangi margin pengusaha batu bara, terutama bagi produsen dengan kualitas batu bara rendah (low-CV), yang pasar ekspornya sensitif terhadap harga. Apalagi, negara pesaing seperti Australia, Rusia, atau Afrika Selatan tidak mengenakan bea serupa.

    Selain itu, dampak dari kebijakan itu juga bisa membuat banyak pelaku batu bara, khususnya kelas menengah dan kecil, kesulitan memenuhi kewajiban keuangan baru di tengah volatilitas harga global.

    Di samping itu, kebijakan tersebut juga berpotensi membuat investor menahan ekspansi. Industri hilir, logistik, hingga pelabuhan bisa ikut terdampak.

    Tak hanya itu, kebijakan itu pun berpotensi membuat ekspor menurun dan mengganggu target produksi serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

    “Bila ekspor melemah, maka target lifting dan PNBP dari sektor ini justru bisa turun,” imbuh Anggawira.

    Lebih lanjut, dia pun mengingatkan pemerintah untuk membedakan antara pemain besar dan kecil. Menurutnya, pemerintah jangan menyamakan beban fiskal bagi semua level pelaku usaha. UMKM tambang butuh perlakuan khusus.

    Dia juga menekankan bahwa penggunaan bea keluar harus jelas arahnya.

    “Apakah untuk mendukung hilirisasi, pendanaan transisi energi, atau perlindungan lingkungan? Transparansi penting,” katanya.

    Dia juga menyarankan, jika pengenaan bea keluar diberlakukan, sebaiknya dibuat dengan skema insentif-diskriminatif atau reward and punishment. Anggawira mencontohkan, perusahaan yang menyuplai ke dalam negeri (DMO) dan melakukan hilirisasi bisa mendapatkan pengurangan atau penghapusan bea keluar.

    Anggawira menambahkan bahwa Aspebindo siap berdialog dan memberikan masukan konstruktif demi menciptakan kebijakan yang berkeadilan, berkepastian, dan mendukung daya saing nasional.

    “Prinsipnya, jangan sampai niat menambah penerimaan negara justru mengganggu kelangsungan sektor yang menopang energi nasional dan ekonomi daerah,” ucapnya.

    Permintaan dari China Melemah

    Permintaan batu bara dari China, pasar ekspor utama Indonesia, melemah sepanjang awal tahun ini. Impor batu bara Indonesia oleh China turun secara tahunan (yoy) dalam 3 bulan berturut-turut. Bea Cukai China mencatat impor batu bara dari Indonesia mencapai 14,28 juta ton pada April 2025. Volume impor itu merosot 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Merosotnya permintaan dari China lantaran stok dari negara tersebut masih melimpah. Terlebih, produksi batu bara China cukup tinggi.

    Ketua Badan Kejuruan Teknik Pertambangan Persatuan Insinyur Indonesia (BK Tambang PII) Rizal Kasli menyebut, lesunya permintaan batu bara dari China itu membuat harga batu bara terus turun. Menurutnya, dengan kondisi lesunya harga dan permintaan batu bara, wacana pengenaan bea keluar akan menekan industri batu bara.

    “Dampaknya akan sangat signifikan bagi industri pertambangan batu bara mengingat saat ini komoditas tersebut sedang tertekan harganya. Tentu akan berdampak kepada keuntungan bisnis tersebut,” ujar Rizal kepada Bisnis, Rabu (9/7/2025).

    Ucapan Rizal tentu bukan isapan jempol. Harga batu bara acuan (HBA) sepanjang tahun ini relatif turun. Tercatat HBA untuk batu bara kalori tinggi dalam kesetaraan nilai kalori 6.322 kcal/kg GAR pada periode pertama Juli 2025 ditetapkan sebesar US$107,35 per ton. Angka itu turun dibanding Januari 2025 yang senilai US$124,01 per ton.

    Rizal menuturkan, pemerintah memang sedang menggenjot pendapatan negara di tengah gejolak geopolitik global yang saat ini terjadi. Namun, dia mengingatkan agar pemerintah dapat mempertimbangkan kembali rencana pengenaan bea kelauar untuk emas dan batu bara itu.

    “Mengingat saat ini juga terjadi kelesuan impor batu bara oleh China yang menjadi penentu harga batu bara global,” imbuhnya.

    Selain itu, dia mengatakan, para pelaku usaha juga ternah menanggung beban pengenaan royalti. Saat ini, kata Rizal, pemerintah juga sudah melakukan perubahan untuk prosentase royalti terhadap komoditas batu bara dan bahkan ada yang mencapai 28% terutama untuk Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) atau kelanjutan perpanjangannya.

    “Apabila harga terus menurun dan pengeluaran tambahan meningkat tentu saja akan dilakukan rasionalisasi stripping ratio sehingga terganggunya konservasi batu bara ke depan,” ucap Rizal.

  • Bahas Peluang Industri Batu Bara, APBI-ICMA Lakukan Ini

    Bahas Peluang Industri Batu Bara, APBI-ICMA Lakukan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia– Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia atau Indonesian Coal Mining Association (APBI-ICMA) menggelar diskusi bertajuk “Penggerak Energi dari Kalimantan untuk Keberlanjutan” di Samarinda, Kalimantan Timur. Kegiatan tersebut membahas beragam tantangan sekaligus peluang dalam industri batu bara.

    Saat ini Kalimantan menjadi tulang punggung industri batu bara nasional dengan kontribusi sebesar 688 juta ton atau 82% dari total produksi Indonesia pada 2024. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan bahwa 70% sumber energi dari batu bara di Indonesia dipasok oleh Pulau Kalimantan, sehingga pengelola harus memanfaatkan secara ramah dan bertanggung jawab.

    “Pada 2024, batu bara berkontribusi 40,56% untuk bauran energi nasional,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Siti Sumilah Rita Susilawati, Rabu (8/7/2025).

    Dia melanjutkan, terdapat sekitar 50%-60% pembangkit listrik di Indonesia masih bergantung dari batu bara, yang sebesar 70% dihasilkan dari Kalimantan. Menurutnya, pertambangan batu bara memiliki peran dalam menerangi dunia karena kebutuhan listrik terbesar masih mengandalkan produksi batu bara.

    “Bayangkan saja jika hidup tanpa listrik karena tidak ada batu bara. Misalnya tiba-tiba listrik padam, pasti acara terganggu. Kita buka komputer atau laptop juga butuh listrik, handphone pun butuh listrik. Jadi ketika kita terima telepon juga ingat batu bara yang menjadi sumber energi listrik,” katanya.

    Rita melanjutkan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor mineral dan batu bara pada 2024 sebesar Rp140.460 triliun dan mencapai 123,75% dari target atau setara dengan 52% dari total PNBP Kementerian ESDM.

    “Jadi, minerba untuk menggerakkan ekonomi Indonesia itu bukan omong kosong, tapi realita. Untuk mewujudkan Indonesia emas pun, batu bara memiliki peran penting karena turut menggerakkan ekonomi nasional. Tapi ingat, sumber daya ini harus dikelola secara bertanggung jawab. Pengelolaan secara ramah harus dikedepankan,” kata Rita.

    Sementara itu, Ketua Umum APBI-ICMA Priyadi, menyebut batu bara bukan hanya komoditas, melainkan instrumen pembangunan yang membuka akses, mendorong ekonomi, dan menciptakan peradaban baru. Kalimantan Timur dinilai sebagai kontributor utama sektor energi nasional sekaligus kekuatan besar dalam keanggotaan APBI.

    Di tengah tekanan global seperti penurunan harga dan ketidakpastian geopolitik, Priyadi mengajak seluruh pihak untuk tetap adaptif, kolaboratif, dan berkomitmen pada keberlanjutan.

    “Industri ini harus tetap kuat, tapi juga harus bertanggung jawab secara sosial dan ekologis untuk keberlanjutan,” tegasnya.

    Model Pembangunan Pertambangan Modern

    Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyatakan bahwa transformasi pembangunan ekonomi pascatambang dan transisi menuju energi rendah emisi adalah keniscayaan. Hal ini karena ketergantungan terhadap sumber daya tak terbarukan tidak bisa berlangsung lama.

    Staf Ahli Gubernur Kalimantan Timur Bidang III Arief Murdiyatno menyebut seiring dengan adanya komitmen dari APBI-ICMA dalam melakukan pembangunan sektor tambang yang bertanggung jawab, maka pihaknya mendukung komitmen tersebut.

    “Kami mendukung penuh komitmen bersama dalam membangun sektor pertambangan yang bertanggungjawab, transparan, berdaya saing global, peduli terhadap pemulihan lahan, keselamatan kerja, pemberdayaan masyarakat, dan transisi menuju energi rendah karbon,” ujar dia.

    Dia berharap setiap perusahaan tambang mengambil bagian dalam pembangunan daerah pascatambang melalui pengelolaan reklamasi optimal, penataan lahan bekas tambang yang fungsional, dan penyusunan program tanggung jawab sosial yang berbasis pemberdayaan masyarakat, pendidikan vokasi, dan penguatan UMKM lokal.

    Dia menegaskan saat ini Kaltim sedang menjalankan transformasi menuju provinsi yang modern, hijau, dan inklusif. Sehingga ia berharap sektor pertambangan berjalan dalam koridor tata kelola yang baik (good mining governance), menjunjung keterbukaan informasi, pelibatan masyarakat, dan kepastian hukum.

    Sebagai informasi, diskusi antara pelaku usaha batu bara ini juga membahas beragam persoalan teknis terkait isu logistik yang merupakan aspek fundamental dalam operasional pertambangan. Terdapat berbagai tantangan infrastruktur, mulai dari keterbatasan fasilitas pelabuhan hingga padatnya lalu lintas sungai, seperti yang terjadi pada Sungai Mahakam dengan belum adanya sistem pengaturan terpadu.

    Para pelaku industri menegaskan bahwa tanpa logistik yang efisien dan terintegrasi, seluruh proses produksi hingga ekspor batu bara tidak akan dapat berjalan optimal. Karena itu, digitalisasi serta integrasi sistem logistik yang adaptif dinilai memperkuat daya saing sektor ini di tengah tekanan biaya dan kompetisi global.

    Melalui kegiatan ini, APBI-ICMA berharap dapat memperkuat sinergi lintas sektor, mendorong praktik tambang yang bertanggung jawab, serta menunjukkan bahwa kemajuan industri batu bara dapat sejalan dengan keberlanjutan dan kepentingan jangka panjang bangsa.

    (dpu/dpu)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Strategi BNI Jaga Nasabah di Era Transformasi Digital – Page 3

    Strategi BNI Jaga Nasabah di Era Transformasi Digital – Page 3

    PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung agenda transisi energi di Indonesia.

    Hingga Mei 2025, portofolio pembiayaan hijau perseroan tercatat sebesar Rp13,37 triliun, atau setara dengan 18,19% dari total portofolio kredit hijau BNI. Angka ini tumbuh 2,9% secara year-to-date (YtD).

    Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengungkapkan, pertumbuhan pembiayaan hijau tersebut didorong oleh ekspansi BNI pada proyek-proyek energi bersih, seperti pembangkit listrik tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, dan biogas.

    Advertisement Loyo di Ranjang? Pil Sakti Datang, Malam Jadi Terang!Lihat “Sebagai bagian dari strategi berkelanjutan BNI untuk mengelola eksposur terhadap sektor dengan intensitas karbon tinggi, kami terus mengurangi porsi pembiayaan untuk sektor migas dan batubara. Sebaliknya, pembiayaan untuk sektor energi terbarukan terus kami tingkatkan,” ujar Okki dalam keterangan resmi, Sabtu (5/7/2025).

    Ke depan, BNI melihat potensi pembiayaan di sektor green energy sangat menjanjikan. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan global dan nasional terhadap energi yang lebih bersih dan efisien, serta dukungan dari kebijakan pemerintah seperti peta jalan Net Zero Emission 2060 dan taksonomi hijau dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

     

  • Gas untuk Listrik Dikurangi Tapi EBT Ditambah, Ini Alasannya

    Gas untuk Listrik Dikurangi Tapi EBT Ditambah, Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara tegas menyatakan, bahwa porsi gas dalam pembangkit listrik dikurangi. Penggunaan gas akan dialihkan untuk kebutuhan industri di dalam negeri.

    Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 di Indonesia masih akan menggunakan sumber energi yang dinilai minim emisi yakni gas.

    Namun, penggunaan gas tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri. Hal itu tidak lain untuk menumbuhkan sektor industri di Indonesia melalui pemanfaatan gas.

    Sebagai catatan, dalam RUPTL 2025-2034 yang sudah dirilis oleh pemerintah, tambahan energi basis fosil yang digunakan adalah gas sebanyak 10,3 GW dan batubara sebesar 6,3 GW.

    “Nah, ini arahan Pak Menteri waktu itu untuk menurunkan pemakaian gas ini sehingga ada perhitungan ulang. Jadi, beberapa kali kita melakukan perhitungan ulang dan pemakaian gas diturunkan karena arahnya kita ingin menumbuhkan penggunaan gas ini di industri,” terang Eniya kepada CNBC Indonesia dalam program Economic Update, Selasa (8/7/2025).

    Untuk menyeimbangkan bauran energi, pemerintah akan memasifkan penggunaan EBT. Dalam 10 tahun ke depan di dalam RUPTL akan ada tambahan pembangkit EBT sebanyak 42,6 Giga Watt (GW) atau 61% dari bauran energi nasional.

    Lebih detail, dari seluruh jenis pembangkit EBT, sumber energi surya memiliki porsi yang cukup besar yakni 17,1 GW. Kemudian, disusul oleh Air sebesar 11,7 GW, Angin sebesar 7,2 GW, Panas bumi sebesar 5,2 GW, Bioenergi sebesar 0,9 GW, dan Nuklir sebesar 0,5 GW.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kisah Pencipta ‘Bau Kentut’ Elpiji Tak Dibayar, Cuma Dapat ‘Selamat’

    Kisah Pencipta ‘Bau Kentut’ Elpiji Tak Dibayar, Cuma Dapat ‘Selamat’

    Jakarta, CNBC Indonesia – Saat ini, umat manusia bisa meminimalisir kecelakaan akibat kebocoran gas. Ini terjadi karena gas, termasuk elpiji, memiliki bau khas seperti bau kentut, belerang atau telur busuk.

    Jika bau ini tercium oleh hidung manusia, langkah antisipatif bisa segera diambil sebelum terjadi bencana. Sebelumnya, gas sebagai salah satu wujud dasar zat bersifat tidak berwarna dan tidak berbau. Sifat ini membuat gas sangat membahayakan jika terjadi kebocoran. Sewaktu-waktu bisa meledak jika mengenai percikan api.

    Untungnya, situasi ini berubah berkat tangan dingin seorang ilmuwan asal Inggris bernama Pete Hansen. Pada 1970-an, Hansen menemukan cara agar gas alam memiliki bau menyengat yang khas. Inovasi ini menjadi tonggak penting dalam sistem keamanan gas modern yang masih digunakan hingga hari ini.

    Penemuan Hansen bisa terjadi tak terlepas dari kebijakan konversi energi pemerintah Inggris. Sekitar 55 tahun lalu, Inggris menjalankan proyek konversi energi dari gas kota yang berasal dari batubara ke gas alam demi mewujudkan energi bersih.

    Namun, gas alam punya kelemahan besar, yakni tidak berbau. Artinya, kebocoran gas bisa terjadi tanpa disadari manusia. Untuk mengatasi risiko itu, Hansen diminta bekerja sama oleh salah satu perusahaan gas alam. 

    Tugasnya mencari zat kimia khusus yang bisa memberikan bau pada gas.

    “Saya harus mencari bau yang paling tidak enak yang dapat saya bayangkan,” kata Hansen, kepada BBC International, dikutip Senin (7/7/2025).

    Bersama tim, Hansen meneliti sejumlah zat yang punya bau menyengat dan bisa digunakan dalam skala besar. Mereka harus berpacu dengan waktu. Sebab, gas dari kilang harus segera didistribusikan ke rumah-rumah lewat jaringan pipa. Tanpa bau tambahan, ribuan liter gas bisa bocor dan menyebabkan ledakan kapan saja. 

    Mengutip Stroud Times, Hansen kemudian berhasil menemukan bau tersebut dan menambahkannya ke kilang minyak sebelum didistribusikan. Kelak, bau tersebut berasal dari senyawa kimia bernama ethyl mercaptan (CH3CH2SH).

    Dari senyawa ini, manusia bisa mengetahui keberadaan gas dari kemunculan bau busuk, seperti kentut, belerang atau telur busuk. Dengan demikian, jutaan rumah di Inggris bisa lebih waspada terhadap kebocoran gas.

    Dari Inggris, temuan Hansen kemudian menjadi formula wajib bagi perusahaan ketika memproduksi gas alam di seluruh dunia. Di Indonesia, kita bisa merasakan senyawa tersebut dari gas LPG ketika mengeluarkan bau yang sangat menyengat hidung. 

    Namun, ciptaan Hansen tidak membuatnya kaya raya. Setelah perusahaan gas menerima sampel, mereka meminta Hansen memproduksi dan mengirim 40.000 liter material tersebut dalam 2 bulan.

    “Perusahaan saya baru berdiri, [besaran] itu butuh setahun untuk saya produksi,” katanya.

    Hansen sempat mencoba mengalihkan produksi “bau kentut” tersebut ke perusahaan milik temannya. Namun, perusahaan temannya bangkrut sebelum bisa menyelesaikan semua pesanan. Akhirnya, formula hasil karyanya dijual ke perusahaan gas.

    “Usia saya saat itu baru 30-an, saya tidak terlalu lihai berbisnis. Seharusnya saya punya sesuatu hitam di atas putih, tetapi saat itu semua cuma berdasarkan saling percaya. Saya diberikan selamat [kudos] karena berhasil menciptakan bau yang pas, itu saja saat itu sudah cukup buat saya,” kata Hansen.

    (mfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Penerapan ESG Penting Bagi Keberlanjutan Bisnis Industri Nikel – Page 3

    Penerapan ESG Penting Bagi Keberlanjutan Bisnis Industri Nikel – Page 3

    Hendra Gunawan, Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan posisi Indonesia hingga kini merupakan sebagai pemain utama Nikel dunia karena tercatat 5,3 miliar ton ore cadangannya yang bisa diproduksikan, serta mencapai 18,5 miliar ton ore sumber daya tersebar utamanya di timur indonesia. “Ini peluang dan tantangan dalam upaya transisi energi,” ujar Hendra.

    Hendra menuturkan dalam rangka mendukung transisi energi, konsep pertambangan hijau merupakan suatu keniscayaan yang harus dijalankan sesuai dengan kerangka ESG.

    “Sejalan hal tersebut, undang-undang pertambangan beserta peraturan turunnya terus mendukung dan mendorong pertambangan standar ESG sebagai landasan bagi praktik pertambangan hijau,” ungkap Hendra.

    Sementara itu, Meidy Katrin Lengkey, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), menuturkan bahwa produsen mobil (OEM) juga mencari pasokan yang bertanggung jawab dengan standar ESG yang kuat. Ini yang memang sedang dikejar oleh para pelaku usaha produsen nikel di tanah air salah satunya Harita Nickel yang saat ini sedang disertifikasi oleh IRMA.

    Indonesia bahkan kata Meidy pada dasarnya bisa membuat standar ESG sendiri namun tetap harus sejalan dengan beberapa parameter yang disyaratkan oleh para konsumen nikel dunia yakni manajemen tailing, transparansi, keselamatan dan kesehatan kerja, dekarbonisasi, deforestasi dan keanekaragaman hayati, keterbukaan informasi bagi masyarakat yang terdampak, penegakan hukum.

    Nikel di pasaran dunia banyak mendapat perhatian terutama terkait dampak lingkungan. Standarisasi ESG dalam proses penambangan ini menunjukkan bahwa komitmen perusahaan yang menjalankan ESG dalam kegiatan operasinya justru memberikan dampak positif ke lingkungan sekitar.

    “Kami diskusi dengan Tesla, Mercedes, BMW pangsa pasar dari eropa , market membutuhkan ESG standard. Indonesia bisa saja menyusun standarisasi ESG tapi harus mengacu pada parameter yang sudah ditentukan,” ungkap Meidy.

    Tri Budhi Soesilo, Akademisi Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (UI), menilai pelaku usaha tambang di Indonesia boleh dibilang telah menerapkan ESG cukup baik. Namun yang jadi masalah ada masyarakat yang tidak sabar dengan hasil dari apa yang sudah dilakukan oleh perusahaan untuk bisa beroperasi dengan memperhatikan lingkungan.

    “Menggandeng jurnalis sebagai mitra seperti yang dilakukan Harita ini jadi jalan yang bagus untuk menyebarkan apa yang telah dilakukan perusahaan mensosialisasikan program keberlanjutan lingkungannya ke masyarakat,” jelas Tri Budhi.

  • Pengusaha Minta Indonesia Tetap Komitmen pada Energi Hijau – Page 3

    Pengusaha Minta Indonesia Tetap Komitmen pada Energi Hijau – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), Anggawira, meminta pemerintah untuk tetap bertahan pada komitmen di jalur energi hijau.

    Di tengah seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang bakal kembali mendorong penggunaan energi fosil, dengan slogan, “Drill, Baby, Drill.”

    Anggawira mengatakan, meskipun Washington DC melalui kebijakan One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) mencabut berbagai insentif energi bersih dan memperkuat eksploitasi minyak dan gas AS, mayoritas negara dunia justru mempercepat transisi energi.

    Ia mencontohkan Uni Eropa, yang tetap berkomitmen pada CBAM (Carbon Border Adjustment Mechanism) yang akan mengenakan pajak karbon pada barang ekspor dari negara yang tidak menerapkan standar rendah emisi.

    Kemudian China, dengan Belt and Road Initiative bakal mengedepankan green infrastructure dan investasi energi bersih. Termasuk negara-negara ASEAN seperti Vietnam dan Thailand, yang semakin agresif mengadopsi solar PV, EV, dan green hydrogen untuk menarik investor industri bersih.

    “Kesimpulannya, OBBBA bersifat domestik dan temporer, sedangkan arah global sudah mengunci jalur transisi energi,” ujar Anggawira kepada Liputan6.com, Sabtu (5/7/2025).

    Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo) tersebut menilai, Indonesia punya modal energi baru terbarukan (EBT) yang sangat besar, sehingga sayang untuk diabaikan.