Kota Tangerang Disebut sebagai Kota Hijau dengan Teknologi Pengelolaan Sampah Terpadu
Tim Redaksi
KOMPAS.com
– Pemerintah Kota (Pemkot) terus berupaya mengatasi pengelolaan
sampah
yang menjadi permasalahan serius dengan membangun infrastruktur dan memanfaatkan teknologi terkini.
Salah satu upaya itu dilakukan dengan mengintegrasikan teknologi dalam
pengelolaan sampah
dan lingkungan.
Dalam hal ini,
Pemkot Tangerang
menjalankan program menjemput sampah organik hingga memanfaatkan teknologi dengan mesin
refused derived fuel
(RDF).
Dengan Program Jemput
Sampah
Organik, masyarakat dapat meminta layanan penjemputan sampah organik dari rumah ke rumah. Sampah tersebut kemudian diolah menjadi kompos.
Kepala Dinas Lingkungan HIdup (DLH) Kota Tangerang Wawan Fauzi mengatakan, pihaknya berupaya mewujudkan Kota Tangerang sebagai kota layak dengan langkah-langkah nyata yang melibatkan teknologi dan partisipasi aktif masyarakat.
“Urusan sampah menjadi tanggung jawab bersama dengan pemerintah sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku perubahan. Teknologi juga terus dikembangkan untuk dijadikan alat untuk mempercepat,” katanya melansir tangerangkota.go.id, Senin (14/4/25).
Sementara itu, pengoperasian mesin RDF dalam pengolahan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Rawa Kucing diubah menjadi bahan bakar yang setara dengan batu bara.
Fasilitas RDF TPA Rawa Kucing mempunyai dua
line
produksi yang bisa mengolah sampah 48-64 ton per hari dengan RDF yang dihasilkan sebanyak 7,2 -9,6 ton RDF per hari per line mesin.
Kapasitas produksi satu
line
itu sekitar 20 ton per hari. Dua
line
produksi maksimal bisa 60 ton per hari.
Pemkot Tangerang juga mulai merealisasikan kebijakan penyerahan kewenangan pengelolaan sampah dari DLH Kota Tangerang kepada perangkat kewilayahan.
Terobosan baru tersebut dilengkapi dengan penyerahan 208 becak motor (bentor) kebersihan kepada 104 kelurahan yang tersebar di seluruh Kota Tangerang.
Lebih lanjut, Pemkot Tangerang juga aktif memperluas ruang hijau dengan membangun dan merevitalitasi taman kota serta menambah ruang terbuka hijau (RTH) di seluruh wilayah.
Untuk diketahui, saat ini terdapat 31 taman tematik hingga 230 ruang terbuka hijau di Kota Tangerang.
Semua RTH tersebut tidak hanya menjadi paru-paru kota, tetapi juga ruang interaksi sosial, edukasi lingkungan, dan rekreasi sehat bagi warga.
Pemkot Tangerang juga masif memperkuat urban farming yang tersebar di lingkungan RW dan sekolah-sekolah.
Warga didorong untuk memanfaatkan lahan sempit di pekarangan rumah, gang, dan atap bangunan untuk budi daya sayuran, buah, hingga tanaman obat.
Pemkot Tangerang juga berencana menambah teknologi RDF di tingkat wilayah, salah satunya TPST Benua Indah, Kecamatan Karawaci.
Salah satu langkah yang telah dilakukan adalah menetapkan Peta Jalan Akselerasi Penuntasan
Pengelolaan Sampah
di Kota Tangerang hingga menutup TPS di seluruh jalan protokol.
Untuk mendukung program pengelolaan sampah tersebut, fasilitas pendukung telah tersedia di 456 tempat pembuangan sementara, 209 unit armada, 238 unit bentor, biokonversi
maggot
, tujuh unit Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) dan satu
intermediate treatment facility
(ITF).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Produk: Batu Bara
-
/data/photo/2025/04/16/67ff2a9b6a23f.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kota Tangerang Manfaatkan Teknologi RDF, Ubah Sampah Jadi Kompos Megapolitan 16 April 2025
-

Lebih Murah dari BBM, Bos PLN Bandingkan Biaya Mobil ‘Bensin’ Hidrogen
Jakarta –
PT PLN (Persero) mengungkap biaya penggunaan bahan bakar hidrogen lebih murah daripada menggunakan bensin. Saat ini penggunaan hidrogen setara dengan penggunaan energi listrik.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan penggunaan hidrogen bisa diambil dari produksi elektrolisis air pembangkit PLN yang kelebihan pasokan.
“Kebetulan pembangkit kami di PLN butuh pendingin, nah pendinginnya itu apa? Hidrogen. Maka kami nyetrum air untuk dapat hidrogen, untuk mendinginkan pembangkit kami. Eh salah hitung, produksinya 200 sekian ton yang dipake 75 ton. 128 tonnya menjadi excess supply,” kata Darmawan Praasodjo dalam Global Hydrogen Ecosystem Summit & Exhibition (GHES) 2025 di Jakarta, Selasa (15/4/2025).
“Dari excess ini, murah ya murah. Karena excess, capex sudah ada,” tambah dia.
Dia menambahkan pemanfaatan energi yang kelebihan pasokan itu bikin mobil berbahan bakar hidrogen lebih hemat apabila dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM).
“Perbandingannya seperti ini, satu kilometer mobil innova kalau menggunakan bensin biayanya 1.300 per kilometer. Kalau pakai mobil listrik, kalau home charging biayanya sekitar 300 per kilometer. Kalau pakai SPKLU harganya Rp 550 per kilometer. Kalau pakai hidrogen dari PLN, karena ini excess supply. Tidak ada investasi pembangkit, tidak ada investasi elektrolisis, ini hanya Rp 550 per kilometer,” kata dia.
“Jadi lebih murah daripada bensin karena hidrogennya setengah gratis. Kalau tidak ya dibuang ke udara,” jelasnya lagi.
“Tetapi kalau kita membangun pembangkit baru, PLTS, disimpan dalam bentuk hidrogen ya digunakan lagi, beda tipis lah daripada bensin yaitu sekitar 1.200 per kilometer,” ungkapnya.
Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral Bahlil menyebut penggunaan hidrogen menjadi salah satu program yang dicanangkan dalam asta cita.
“Ini merupakan salah satu dari program asta cita bapak presiden dan ini menyangkut swasembada energi dan pakai energi baru terbarukan,” kata Bahlil.
“Ini merupakan bagian dari hilirisasi sebab bahan baku daripada hidrogen ini adalah biasa memakai batu bara, bisa pakai gas, dan juga bisa memakai air dengan proses energi baru terbarukan,” ujar dia.
“Saya pikir ini menjadi salah satu alternatif menggantikan fosil dalam rangka mencapai net zero emission 2060,” sambungnya lagi.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi menyatakan realisasi bauran EBT Indonesia baru tercapai 15 persen.
“Kita mempunyai potensi luar biasa namun saat ini energi terbarukan alhamdulillah di 2024 itu sudah mencapai pemakaian 3,687 giga watt dan ini kira-kira merupakan sudah mencapai sekitar 15 persen bauran energi mix kita di dalam energi di Indonesia,” kata dia.
“Izinkan kami juga melaporkan pengembangan ekosistem yang sudah ada di Indonesia walaupun saya pribadi sudah mulai menggaungkan hidrogen ini sejak 20 tahun lalu. Kali ini alhamdulillah semua perserta, industri sudah support dan mulai mengembangkan, menunjukkan minat dan kemajuan merealisasikan ekosistem hidrogen,” ungkapnya.
Soal jumlah stasiun pengisian bahan bakar hidrogen, saat ini tersedia satu Hydrogen Refueling Stasion (HRS) di pabrik Karawang, Jawa Barat. Selain itu, HRS lain juga didirikan di Senayan, Jakarta Selatan.
Sebagai catatan, Toyota sudah menampilkan mobil hidrogennya, Toyota Mirai dan Toyota Crown di Indonesia. Namun, hingga saat ini, kendaraan tersebut belum dijual secara massal.
(riar/din)
-
/data/photo/2025/04/16/67fee6ce6757a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pimpinan MPR RI: Ironis, Energi Terbarukan Kita Kaya, tetapi yang Sehari-Hari Dipakai dari Impor Nasional 16 April 2025
Pimpinan MPR RI: Ironis, Energi Terbarukan Kita Kaya, tetapi yang Sehari-Hari Dipakai dari Impor
Tim Redaksi
CHINA, KOMPAS.com
– Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PAN
Eddy Soeparno
menyayangkan Indonesia yang masih banyak melakukan impor dalam hal penggunaan energi, termasuk energi terbarukan.
Eddy menilai ini adalah ironi besar yang terjadi.
Hal ini diungkapkan saat berdiskusi dengan mahasiswa di KBRI Beijing, China, Selasa (16/4/2025) malam.
“Energi terbarukannya kita kaya, tetapi energi sehari-hari yang kita pakai diimpor. Nah, ini ironi besar yang ada di dunia,” kata Eddy.
Dia menjelaskan, Indonesia adalah negara yang kaya dengan
sumber daya energi
.
Menurutnya, Indonesia memiliki panas bumi kedua terbesar di dunia.
Bukan hanya itu, Indonesia juga memiliki sumber daya angin, air, solar, hingga fosil yang luar biasa.
“Nomor dua terbesar di dunia. Batu bara kita. Hari ini produksi batu bara per tahun 900 juta ton. Dalam 200 tahun kita tetap produksi itu, tidak akan habis-habis batu bara kita. Itu kayanya. Jadi fosilnya kita kaya,” ucap dia.
Oleh karenanya, ia meminta agar sumber daya yang ada dimanfaatkan secara optimal.
“Inilah yang perlu sekarang kita perbaiki. Apalagi pemerintah sudah mencadangkan kita akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita,” ujar dia.
Dalam kesempatan ini, Eddy mengatakan bahwa Indonesia masih melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan gas elpiji dalam negeri.
“Misalkan begini, Bapak Pak, kita masak pakai elpiji di rumah. Elpiji itu banyak yang melon. Elpiji itu beban yang besar untuk pemerintah karena pertama, kita punya kebutuhan elpiji 7 juta kiloliter per tahun. 75 persennya diimpor. Artinya, defisit ke luar untuk membeli elpiji,” ujar Eddy.
Di saat yang sama, Indonesia pun masih memberikan subsidi terhadap gas elpiji, termasuk gas elpiji dalam tabung melon.
“Elpiji itu disubsidi oleh pemerintah. Nah, subsidi dari mana? Satu tahun elpiji itu, ada subsidi pemerintah Rp 11.000. Sementara satu tahun itu tiga liter. Jadi, Rp 33.000. Kaliin aja, 7 juta kiloliter. Itu subsidi per tahunnya,” imbuh dia.
Ironinya lagi, kata Eddy, banyak masyarakat yang mampu justru menggunakan elpiji bersubsidi.
Padahal, seharusnya elpiji bersubsidi dengan tabung seperti melon itu digunakan oleh masyarakat yang betul-betul membutuhkan.
Wakil Ketua Umum PAN ini pun berharap agar pengelolaan soal penerima
subsidi elpiji
bisa diatur agar semakin tepat sasaran.
“Jadi salah sasaran. Jadi lebih baik kita atur secara rupa, supaya yang betul-betul berhak membeli adalah mereka-mereka yang misalkan saja punya kartu, keluarga miskin, atau dengan KTP dan yang memang betul-betul kita bisa data agar betul-betul tepat sasaran,” tuturnya.
Begitu juga BBM bersubsidi di Indonesia, yakni Pertalite.
Eddy menilai BBM Pertalite juga masih banyak diimpor, sementara penggunaannya cukup banyak di Indonesia.
“Itu disubsidi oleh pemerintah. Hari ini Pertalite dijual berapa? Rp10.000. Nah, harga pokok produksinya Rp15.600. Nah, itu jadi besar sekali. Sementara Pertalite itu 33 juta kiloliter per tahun. Itu juga impor,” kata Eddy.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

KAI Hadirkan 54 Unit Lokomotif Baru dari Paman Sam, NIlainya Rp3,56 Triliun
JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI melakukaan pengadaan 54 unit lokomotif baru CC 205 asal Amerika Serikat (AS) senilai 222,5 juta dolar AS atau sekitar Rp3,56 triliun.
Langkah ini dilakukan untuk memperkuat layanan angkutan batu bara di Sumatera Selatan dan Lampung.
Vice President Public Relations KAI Anne Purba menyampaikan, investasi ini bukan sekadar pembaruan sarana, melainkan bentuk kontribusi nyata untuk mendukung ketahanan energi nasional dan keberlanjutan layanan logistik berbasis rel yang andal.
“Sebagian besar batu bara yang diangkut KAI digunakan untuk bahan bakar PLTU yang menerangi rumah, kantor, hingga industri menengah maupun kecil di Jawa dan Bali. Inilah esensi investasi kami, menghadirkan manfaat besar bagi masyarakat luas,” ujar Anne dalam keterangan resmi, Selasa, 15 April.
Saat ini, sambung Anne, batch pertama sebanyak 12 unit lokomotif sedang dalam proses pengiriman ke Indonesia dan dijadwalkan mulai beroperasi pada awal Juli 2025.
“Sebelum dioperasikan, seluruh lokomotif akan menjalani serangkaian uji coba menyeluruh guna memastikan performa optimal dan aspek keselamatan maksimal di lapangan,” katanya.
Sepanjang Maret 2025, KAI mencatat volume angkutan batu bara sebesar 4.446.255 ton, meningkat 5,28 lersen dibandingkan Maret 2024.
Sementara selama Januari hingga Maret 2025, total batu bara yang berhasil diangkut mencapai 13.299.409 ton, tumbuh 7,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Dalam tiga bulan pertama tahun ini saja, kami sudah mengangkut 13,29 juta ton batu bara. Ini bukan sekadar angka, tapi bukti kereta api tetap menjadi moda logistik yang efisien, andal, dan esensial dalam menjaga pasokan bahan energi,” jelas Anne.
Anne bilang volume batu bara mewakili 82,75 persen dari total angkutan barang KAI selama kuartal I 2025 yang mencapai 16.072.802 ton (unaudited).
“Mayoritas pengangkutan dilakukan di wilayah KAI Divre III Palembang dan Divre IV Tanjungkarang dengan menggunakan lokomotif CC 205, dua wilayah krusial dalam rantai pasok batu bara nasional,” katanya.
Dengan pendekatan logistik berbasis rel yang efisien dan ramah lingkungan, KAI tidak hanya berkontribusi terhadap pasokan energi, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada moda transportasi berbasis jalan yang lebih rentan terhadap kemacetan dan cuaca ekstrem.
“Kami ingin masyarakat tahu di balik lampu yang menyala di rumah dan industri yang terus berjalan, ada kerja besar dan terstruktur dari sistem transportasi logistik berbasis rel yang dilakukan oleh KAI,” ucapnya.
Ke depan, sambung Anne, dengan penguatan sarana dan strategi operasional yang matang, KAI akan terus menjadi pilar penting dalam menjaga pasokan energi nasional, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Serta menjawab kebutuhan masyarakat modern yang semakin bergantung pada infrastruktur yang andal,” tutup Anne.
-

Reaksi Bahlil Soal PLN Kembangkan Hidrogen: Dukung Industri Nasional!
Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan dukungannya terhadap langkah PT PLN (Persero) dalam mengembangkan hidrogen sebagai sumber energi alternatif. Langkah ini dinilai penting untuk menunjang industri strategis nasional dan sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam mendorong swasembada energi.
Bahlil menekankan bahwa pemanfaatan hidrogen akan mendukung pengembangan industri strategis nasional, terutama dalam sektor kendaraan listrik.
“Pemanfaatan hidrogen turut mendukung industri strategis nasional. Saya tahu betul ketika Indonesia mendorong pengembangan mobil listrik atau mobil baterai. Hidrogen ini masih mahal dahulunya, belum kompetitif secara harga, dan ini merupakan teknologi yang baru,” ungkap Bahlil dalam acara Global Hydrogen Ecosystem Summit and Exhibition di Jakarta International Convention Center (JICC), Selasa (15/4/2025).
Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi hidrogen melalui hilirisasi, dengan tiga sumber utama yang dapat dimanfaatkan, yaitu batu bara, gas, dan air.
Bahlil menjelaskan, Indonesia memiliki cadangan batu bara terbesar keenam di dunia, produksi gas nasional yang akan meningkat dua kali lipat dalam dua tahun ke depan, dan sumber air yang mencapai 3.600 giga watt. Potensi ini menjadikan Indonesia unggul dalam pengembangan hidrogen.
“Kalau kita mampu lakukan itu (pengembangan hidrogen), kita akan mampu menciptakan lapangan pekerjaan (untuk) sekitar 300.000 orang dan bisa mendatangkan devisa sekitar US$ 70 miliar,” kata Bahlil.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, PLN memiliki kelebihan pasokan hidrogen dari hasil proses elektrolisis air yang digunakan untuk mendinginkan pembangkit listrik. PLN menghasilkan 200 ton hidrogen, sementara hanya membutuhkan 75 ton. PLN akan menggandeng pemerintah agar pasokan hidrogen berlebih ini dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan industri.
Darmawan menjelaskan, penggunaan hidrogen dari kelebihan produksi dapat menekan biaya operasional kendaraan hingga hanya Rp 550 per kilometer, yang lebih murah dibandingkan bensin atau pengisian daya di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
“Perbandingannya adalah seperti ini, 1 kilometer mobil Innova kalau menggunakan bensin biayanya Rp 1.300 per kilometer. Kalau pakai mobil listrik, home charging biayanya sekitar Rp 300 per kilometer.”
“Kalau pakai SPKLU, harganya Rp 550 per kilometer. Nah, kalau pakai hidrogen dari PLN, karena ini excess supply, tidak ada investasi pembangkit, tidak ada investasi elektrolisis, ini hanya Rp 550 per kilometer.”
“Jadi, lebih murah dari pada pakai bensin, karena hidrogennya setengah gratis gitu. Kalau tidak, ya dibuang ke udara,” jelas Darmawan.
PLN memiliki 28 lokasi dengan potensi kelebihan hidrogen yang dapat dioptimalkan sebagai sumber energi alternatif yang efisien tanpa memerlukan tambahan belanja modal atau operasional baru.
“Kami berharap pemerintah dapat mendukung secara penuh pengembangan dan penggunaan hidrogen bagi kebutuhan industri tanah air ke depan,” kata Darmawan.
-

Punya Bahan Baku Melimpah, Bahlil Minta Investor Tak Ragu Investasi Sektor Hidrogen RI – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta agar investor tidak ragu menanamkan modal di sektor hidrogen RI.
Sebab, menurut Bahlil, Indonesia memiliki sumber bahan baku produksi hidrogen yang melimpah, yaitu batu bara, gas, dan air.
Ia mengatakan, Indonesia merupakan negara keenam dengan batu bata cadangan terbesar di dunia.
“Jadi bagi teman-teman investor, apa yang teman-teman harus lakukan? Tidak perlu ragu. Kami nomor enam di dunia,” kata Bahlil dalam acara Global Hydrogen Ecosystem 2025 di Jakarta International Convention Center, Selasa (15/4/2025).
Berikutnya, kata Bahlil, Indonesia memiliki jumlah gas yang cukup besar. Dia bilang, dalam 10 tahun ke depan, produksi gas RI akan naik dua kali lipat dibandingkan dengan sekarang.
Berdasarkan paparan Bahlil, produksi gas alam Indonesia diproyeksikan bertambah hampir 2 kali lipat dari 5,996 BBTUD pada 2025 menjadi 10,536 BBTUD pada 2034.
Selain itu, ia kini tengah mendorong sumur-sumur gas baru dan akan lebih diprioritaskan kepada market dalam negeri serta hilirisasi, termasuk hidrogen.
Terkahir, ia mengatakan Indonesia memiliki air yang cukup karena RI merupakan negara kepulauan.
“Menurut saya, tidak banyak negara di dunia yang Allah berikan karunia seperti Indonesia. Kita punya gas, batu bara, air. Hidrogen ini energi hijau,” ujar Bahlil.
-

Daftar Identitas 15 Jenazah Korban Pembunuhan Teroris KKB di Yahukimo
Jakarta –
Sebanyak 15 pendulang emas korban serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Yahukimo, Papua Pegunungan telah teridentifikasi. Jenazah korban telah diserahkan kepada keluarga.
“Betul (15 jenazah korban sudah teridentifikasi dan diserahkan kepada keluarga)” kata Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz Kombes Yusuf Sutejo saat dikonfirmasi, Selasa (15/4/2025).
Prosesi penyerahan tiga jenazah dilakukan di RSUD Dekai, Yahukimo siang ini.Penyerahan dilakukan setelah proses identifikasi oleh Tim DVI Polri dinyatakan lengkap dan valid.
Adapun 12 jenazah korban lainnya telah teridentifikasi lebih awal dan sudah diserahkan kepada keluarga. Direktur RSUD Dekai, Glenn M Nurtanyo, mengatakan bahwa ketiga jenazah tersebut telah melalui pemeriksaan DVI dan telah teridentifikasiberdasarkan pencocokan data antemortem dan postmortem.
“Setelah dilakukan pemeriksaan DVI dan hasilnya memang sudah diidentifikasi, maka jenazah ini kami serahkan secara resmi kepada keluarga,” ujar Glenn.
Namun, dia menyebut proses pemakaman akan dilakukan langsung di wilayah Dekai. Hal ini didasarkan pada kondisi jenazah yang sudah mengalami dekomposisi berat dan tidak memungkinkan untuk dipindahkan ke daerah asal masing-masing.
Dia menegaskan keputusan ini murni karena alasan medis demi mencegah risiko penyebaran penyakit, bukankarena alasan biaya.
“Jadi perlu kami luruskan, ini bukan karena alasan biaya atau alasan lain sejenisnya, tetapi murni karena pertimbangan medis agar risiko penyebaran infeksi tidak meluas,” tegas Glenn.
“Hari ini akan kami serahkan surat keterangan kematian dan berita acara serah terima jenazah kepada pihak keluarga masing-masing. Termasuk untuk Haidil Isdar, agar segera dimakamkan hari ini juga,” imbuhnya.
Berikut rincian 15 korban telah teridentifikasi dan diserahkan ke pihak keluarga;
1. Wawan Tangahu – Dusun III, Kab. Bolmong Selatan, Sulawesi Utara (TKP Area 22 pendulangan emas Yahukimo)
2. Suardi Laode alias Kaswadi – Dusun III, Kab. Bolmong Selatan, Sulawesi Utara (TKP Area 22 pendulangan emas Yahukimo)
3. Stenli Humena – Kampung Kalama Darat, Kab. Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara (TKP Muara Kum)
4. Yuda Lesmana – Kos Jalan Paradiso, Dekai (TKP Camp Muradala, Kampung Bingki)
5. Riki Rahmat – Desa Ranomolua, Kec. Besulutu, Kab. Konawe, Sulawesi Tenggara (TKP Camp Muradala, Kampung Bingki)
6. Muhammad Arif – Kos Pemukiman Jalur II, Dekai (TKP Camp Muradala, Kampung Bingki)
7. Safaruddin – Kos Pemukiman Jalur II, Dekai (TKP Camp Muradala, Kampung Bingki)
8. Abdur Raffi Batu Bara – Kos Pemukiman Jalur II, Dekai (TKP Camp Muradala, Kampung Bingki)
9. Stefanus Gisbertus – Desa Tala, Kab. Seram Barat, Maluku (TKP Tanjung Pamali)
10. Zamroni – Dukuh Dulak, Desa Gantungan, Kab. Tegal, Jawa Tengah (TKP Tanjung Pamali)
11. Ariston Kamma – Tantanan, Tallunglipu, Sulawesi Selatan (TKP Kab. Pegunungan Bintang)
12. Rusli – Desa Buti, Kab. Merauke, Papua (TKP Area 22 pendulangan emas Yahukimo)
13. Sahar – Pasare Apua, Kec. Lantari Jaya, Kab. Bombana, Sulawesi Tenggara (TKP Area 33 pendulangan emas Yahukimo)
14. Saharudin – Toddolimae, Kec. Tompobulu, Kab. Maros, Sulawesi Selatan (TKP Area Kepala Air Mumok)
15. Haidil Isdaar-Ds. Boddie, Kec. Mandalle, Kab. Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan (TKP Tanjung Pamali).(ond/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Kenaikan Royalti Nikel di Depan Mata, Bahlil: Aturannya Sudah Terbit!
Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan, bahwa payung hukum baru yang mengatur perubahan royalti mineral dan batu bara (minerba) sudah keluar dan hanya menunggu waktu untuk diterbitkan.
“Nomornya (aturannya) sudah keluar. Tapi sudah keluar, tapi kan ada transisi. Transisi kurang lebih sekitar 10 hari, kalau tidak salah sudah jalan,” terang Bahlil, Selasa (15/5/2025).
Sebelumnya, Bahlil mengatakan, perubahan tarif royalti mineba termasuk diantaranya adalah nikel, dilakukan untuk mengerek penerapaan negara dari sektor pertambangan.
Atas kebijakan itu, Bahlil mengaku sudah melakukan sosialisasi untuk penerapan skema royalti yang baru. Skema royalti terbaru nantinya akan menggunakan sistem range yang bergantung pada harga komoditas mineral di pasar global.
“Kalau harganya nikel atau emas naik, ada range tertentu. Tapi kalau tidak naik, itu tidak juga naik. Memang ada tabelnya. Kalau harga naik, otomatis perusahaan dapat untung. Masa kemudian kalau dapat untung, negara tidak mendapat bagian. Kita mau win-win. Kita ingin pengusahanya baik, negaranya juga baik,” tambahnya.
(pgr/pgr)
-

PLN Ajak Swiss Genjot Potensi PLTA di Indonesia
Jakarta –
PT PLN (Persero) menyatakan komitmennya dalam transisi energi dan penggunaan energi bersih, termasuk dalam pengembangan hydropower atau Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). PLN menyatakan terbuka dengan berbagai pihak untuk mengembangkan potensi yang tersedia, termasuk dengan Swiss.
Direktur Manajemen Risiko PT PLN (Persero) Suroso Isnandar menyatakan, saat ini potensi energi hydro yang berhasil dimanfaatkan baru mencapai 5,8 gigawatts (GW) dari total potensi yang ada sebesar 29 GW.
“Kita sedang ada di persimpangan jalan, kita sedang mengarah ke renewable energy. Kita akan meningkatkan yang hydro, dari saat ini hanya 5,8 GW, termasuk large scale dan mini hydro power plant, kita akan meningkatkannya,” ujarnya dalam Konferensi Pembangkit Listrik Tenaga Air Indonesia-Swiss 2025 di Kantor Pusat PLN, Jakarta Selatan, Selasa (15/4/2025).
Suroso menambahkan, saat ini 66% dari total pembangkit listrik PLN masih berasal dari batu bara, sementara energi bersih baru 13%. Artinya masih ada peluang yang dapat terus dioptimalkan di sektor energi air.
Menurutnya dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru pemerintah dan PLN sudah menyepakati adanya tambahan pembangkit listrik mencapai 71 GW dalam 10 tahun ke depan. Nantinya sekitar 59% kapasitas listrik dipasok dari sumber yang bersih.
“Kapasitas baru tambahan sekitar 71,2 GW. 59% berasal dari renewable energy, yang mana 11,7 GW, 28% berasal dari large dan mini hydropower,” sebutnya.
Pada kesempatan itu ia mengajak investor Swiss bekerja sama dalam pengembangan PLTA di Indonesia. Menurut Suroso Swiss punya reputasi baik di sektor PLTA yang teknologinya sudah diterapkan di Indonesia.
“Generator PLTA tertua (di Indonesia), tahun 1901 atau 1908 mesinnya dibuat oleh Swiss. Bendungan Citarum, Saguling, Cirata, PLTA Saguling 884 MW, PLTA yang cukup besar di Indonesia, dan di sekitarnya ada PLTA Bengkok di Dago, semuanya menunjukkan testimoni bagaimana teknologi Swiss berkontribusi dalam pengembangan PLTA di Indonesia,” bebernya.
Sementara itu, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor-Leste dan ASEAN, Olivier Zehnder menyebut Swiss punya reputasi baik dalam pengembangan PLTA. Saat ini, kata dia, 60% listrik di Swiss disuplai dari PLTA.
“Swiss dikenal dengan keahliannya di hydropower dengan lebih dari 700 PLTA yang mencakup 60% dari total kapasitas,” ujar Olivier.
Menurutnya Konferensi Pembangkit Listrik Tenaga Air Indonesia-Swiss diharapkan bisa mempererat kerja sama kedua negara dan pertukaran pengetahuan di bidang energi air. Terlebih, kata dia, banyak perusahaan Swiss unggul dalam teknologi PLTA canggih seperti pumped storage, turbin, hingga infrastruktur grid.
(ily/ara)
-

OPINI : Mimpi Besar Reformasi Pajak
Bisnis.com, JAKARTA – Reformasi perpajakan di Indonesia digadang-gadang sebagai langkah strategis untuk meningkatkan penerimaan negara, memperbaiki kepatuhan wajib pajak, dan menciptakan sistem yang lebih adil serta transparan.
Namun, hingga kini, harapan tersebut belum sepenuhnya terwujud. Berbagai hambatan, mulai dari ketergantungan pada sektor tertentu, kegagalan implementasi sistem digital, hingga masalah kelembagaan, membuat reformasi pajak berjalan jauh lebih lambat dari yang diharapkan.
Data terbaru menunjukkan bahwa penerimaan pajak pada awal 2025 turun hingga 30,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini menjadi alarm serius bagi pemerintah, terutama karena pajak adalah sumber utama pendapatan negara. Jika reformasi pajak tidak segera dibenahi, Indonesia akan terus menghadapi kesulitan dalam menjaga stabilitas fiskal.
Salah satu penyebab utama penurunan penerimaan pajak adalah ketergantungan terhadap sektor komoditas unggulan seperti batu bara dan minyak sawit. Kedua sektor ini menyumbang porsi besar dalam penerimaan pajak, sehingga ketika harga komoditas turun, dampaknya langsung terasa pada pendapatan negara.
Ketergantungan semacam ini membuat sistem perpajakan Indonesia rentan terhadap guncangan ekonomi global. Negara yang sistem perpajakannya lebih maju umumnya memiliki basis pajak yang lebih luas dan beragam, sehingga tidak terlalu bergantung pada satu atau dua sektor saja. Indonesia perlu mengefektifkan penerimaan dari basis pajak yang ada dan sekaligus dengan menggali potensi penerimaan dari sektor lain.
Sebagai bagian dari reformasi pajak, pemerintah telah meluncurkan Core Tax System untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi perpajakan. Sayangnya, implementasinya jauh dari kata sempurna. Banyak wajib pajak mengalami kendala teknis saat mengakses sistem ini.
Masalah ketidaksesuaian data antara sistem lama dan baru menyebabkan gangguan besar, membuat pelaporan pajak menjadi sulit dan memunculkan ketidakpastian bagi pelaku usaha. Gangguan teknis lainnya juga memperlambat penerbitan dokumen pajak, hingga akhirnya pemerintah memutuskan untuk kembali menggunakan sistem lama sementara perbaikan dilakukan.
Kegagalan ini menunjukkan bahwa reformasi berbasis teknologi memerlukan persiapan yang lebih matang. Uji coba harus dilakukan secara menyeluruh sebelum sistem baru diberlakukan secara penuh. Tanpa kesiapan infrastruktur yang baik, digitalisasi justru dapat menjadi penghambat alih-alih solusi.
Jika dibandingkan dengan negara lain, reformasi pajak di Indonesia masih jauh tertinggal. Sejumlah negara telah berhasil melakukan reformasi pajak yang efektif, seperti Australia, India, Korea Selatan, dan Kenya.
Australia sukses menerapkan Goods and Services Tax (GST) pada tahun 2000, yang menyederhanakan sistem pajak dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Kenya berhasil dengan iTax, sistem digital yang memungkinkan pelaporan pajak secara online, meningkatkan transparansi dan mempermudah wajib pajak.
India juga memberikan contoh menarik. Pada 2017, mereka menggantikan berbagai pajak regional dengan satu mekanisme GST yang lebih sederhana, yang mengurangi kompleksitas administrasi dan meningkatkan kepatuhan bisnis. Sementara itu, Korea Selatan berhasil dengan e-Tax, sistem elektronik yang mendokumentasikan transaksi pajak secara otomatis.
Negara-negara Skandinavia seperti Swedia dan Norwegia bahkan telah membangun sistem perpajakan yang efisien dengan tingkat kepatuhan tinggi. Kunci keberhasilan mereka terletak pada transparansi kebijakan, sistem digital yang kuat, serta kelembagaan yang independen dan profesional.
Selain sistem pajak itu sendiri, kelembagaan yang mengelola pajak juga berperan penting dalam keberhasilan reformasi. Negara dengan sistem perpajakan yang lebih efisien umumnya memiliki lembaga pajak yang lebih otonom.
Di Australia, Australian Taxation Office (ATO) tetap berada di bawah Kementerian Keuangan, tetapi memiliki kendali penuh atas administrasi dan anggarannya sendiri.
Korea Selatan juga menerapkan model serupa melalui National Tax Service (NTS), yang memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan sumber daya manusia dan kebijakan pajak.
Sebaliknya, di India, Central Board of Direct Taxes (CBDT) masih berada dalam struktur birokrasi Kementerian Keuangan, sehingga kurang fleksibel dalam merespons dinamika perpajakan.
Kenya menerapkan model Semi-Autonomous Revenue Authority (SARA), yang memberikan otonomi lebih besar kepada otoritas pajaknya.
Di Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) masih memiliki keterbatasan kewenangan dalam mengelola kebijakan perpajakan. Tanpa otonomi yang lebih besar, DJP sulit untuk menjalankan reformasi yang lebih cepat dan fleksibel. Jika ingin mencapai keberhasilan seperti Australia dan Korea Selatan, pemerintah perlu mempertimbangkan pemberian otonomi yang lebih luas bagi DJP.
Langkah Konkret
Agar mimpi besar reformasi pajak dapat terwujud, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan.
Pertama, memperluas basis pajak agar tidak terlalu bergantung pada sektor tertentu. Sektor penerimaan pajak yang ada harus dioptimalkan. Potensi penerimaan yang masih belum terjangkau kebijakan perpajakan harus mulai dimasukkan ke dalam sistem dengan cara yang lebih adil dan terstruktur.
Kedua, memperbaiki digitalisasi perpajakan dengan evaluasi menyeluruh terhadap Core Tax System sebelum kembali diterapkan. Infrastruktur teknologi harus siap, data harus bersih dan terintegrasi, serta wajib pajak harus mendapatkan edukasi yang cukup agar dapat beradaptasi dengan sistem baru.
Ketiga, memberikan otonomi yang lebih besar kepada DJP agar lembaga ini dapat beroperasi dengan lebih fleksibel dan profesional. Otonomi ini akan memungkinkan DJP mengambil langkah-langkah strategis tanpa harus tersandung birokrasi yang berlebihan.
Keempat, menyederhanakan sistem pajak agar lebih mudah dipahami dan diterapkan. India telah membuktikan bahwa pajak yang lebih sederhana dapat meningkatkan kepatuhan. Pajak yang terlalu kompleks justru membuka celah bagi penghindaran pajak dan menambah beban administrasi bagi masyarakat.
Meskipun tantangan dalam reformasi pajak masih besar, harapan untuk perbaikan tetap ada. Reformasi ini harus dirancang dengan matang, didukung oleh data yang kuat, serta melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha dan masyarakat.
Jika langkah-langkah ini dapat diterapkan dengan baik, Indonesia memiliki peluang untuk membangun sistem perpajakan yang lebih transparan, adil, dan berkelanjutan. Namun, tanpa perbaikan yang nyata, mimpi besar reformasi pajak akan tetap menjadi sekadar harapan yang sulit terwujud.