Produk: Batu Bara

  • Ekspor Batu Bara RI ke China & India Merosot, Ini Biang Keroknya

    Ekspor Batu Bara RI ke China & India Merosot, Ini Biang Keroknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Volume ekspor batu bara Indonesia ke negara tujuan utama seperti China dan India diprediksi akan mengalami penurunan dalam beberapa tahun mendatang. Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru Energy Shift Institute (ESI) “Coal in Indonesia Paradox of Strength and Uncertainty”.

    Hazel Ilango, Principal dan Pemimpin Kajian Transisi Batu Bara Indonesia di ESI, mengungkapkan bahwa ke depan akan ada pergeseran struktural dalam hal permintaan batu bara RI. Ini menyusul penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

    Berdasarkan riset EMBER misalnya, permintaan listrik baru di China terus meningkat, namun pertumbuhan pembangkit listrik berbasis batu bara mulai melambat sejak awal 2010-an.

    “Kita juga melihat pergeseran struktural dalam permintaan. Berdasarkan riset EMBER, grafik di sebelah kiri menunjukkan bahwa di Tiongkok, permintaan listrik baru (garis hitam) terus meningkat, sementara pembangkit fosil (garis merah) mulai melandai sejak awal 2010-an,” kata dia dalam peluncuran laporan The Energy Shift Institute “Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty”, dikutip Rabu (18/6/2025).

    Sementara, di India tren yang sama juga mulai terlihat meskipun lebih lambat. Setidaknya, sekitar dua pertiga pertumbuhan permintaan listrik di sana masih ditopang batu bara, namun arah pergeseran ke energi bersih juga semakin terlihat.

    “Jika tren ini berlanjut, ekspor batu bara Indonesia bisa stagnan atau bahkan turun dalam jangka panjang,” katanya.

    Selain itu, Presiden Xi Jinping baru-baru ini juga kembali menegaskan komitmennya terhadap target iklim 2035 dan penggunaan energi bersih. Pada 2024, energi bersih memenuhi 81% pertumbuhan permintaan listrik Tiongkok. Ketergantungan pada batu bara diprediksi akan mencapai titik jenuh dan mulai menurun.

    “Intinya meski tidak akan ada penurunan permintaan secara mendadak, arah trend jangka panjangnya makin jelas dan tidak bisa diabaikan oleh produsen batu bara Indonesia,” ujarnya.

    Di sisi lain, kebijakan domestik juga turut menekan sektor ini. Misalnya saja royalti yang lebih tinggi, kewajiban hilirisasi batu bara, dan kewajiban pasar domestik (DMO). Meski masing-masing bertujuan baik, gabungan kebijakan ini menciptakan trade-off nyata, mengurus margin laba, mempersempit ruang keuangan, dan mengurangi insentif untuk diversifikasi atau transisi.

    “Sebagian besar perusahaan batu bara Indonesia masih belum memiliki rencana transisi atau diversifikasi yang kredibel. Minimnya komitmen nyata untuk beralih dari batu bara meningkatkan risiko transisi sektor ini. Ini akan menjadi fokus utama seri riset lanjutan kami,” kata Hazel.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Sosok Ini Ungkap, Batu Bara Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi RI!

    Sosok Ini Ungkap, Batu Bara Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi RI!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebagai eksportir batu bara termal terbesar di dunia, Indonesia disebut-sebut telah lama menggantungkan perekonomiannya pada komoditas emas hitam ini. Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru Energy Shift Institute (ESI) “Coal in Indonesia Paradox of Strength and Uncertainty”.

    Hazel Ilango, Principal dan Pemimpin Kajian Transisi Batu Bara Indonesia di ESI, menjelaskan bahwa sektor ini tercatat masih berkontribusi sekitar 3,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, menjadikannya salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi.

    Di daerah-daerah penghasil batu bara, kontribusi sektor ini mencapai 40% di Kalimantan Timur, 25% di Sumatra Selatan, dan 15% di Kalimantan Selatan. Namun, dengan temuan dalam laporan ini, kontribusi tersebut berpotensi terus berkurang dalam jangka panjang.

    “Sebagai eksportir batu bara termal terbesar di dunia, Indonesia sejak lama mengandalkan batu bara untuk pendapatan, ekspor, dan lapangan kerja. Tidak mengherankan, sektor ini masih menyumbang sekitar 3,6% terhadap PDB nasional. Singkatnya, batu bara tetap menjadi mesin utama ekonomi negara,” kata dia dalam peluncuran laporan The Energy Shift Institute “Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty”, Selasa (17/6/2025).

    Mengacu pada laporan tersebut, sektor pertambangan dan jasa batu bara nasional bahkan menghasilkan laba bersih hingga US$ 31,4 miliar selama 2019-2023, hanya kalah dari sektor perbankan. Sektor ini bahkan seolah tidak terdampak tren penurunan permintaan global, dengan produksi terus naik dan mencapai rekor 836 juta ton pada 2024 atau naik 7,9% dari tahun sebelumnya.

    Meski begitu, ia mengingatkan bahwa kondisi tersebut tidak akan berlangsung dalam jangka panjang. Pasalnya, kemampuan industri batu bara menghasilkan keuntungan besar dalam beberapa tahun terakhir hanyalah lonjakan sementara.

    “Apalagi periode harga tinggi yang berkepanjangan tampaknya sudah berlalu. Meski harga masih di atas tingkatan pra-pandemi, nilainya telah turun lebih dari separuh sejak 2022,” kata Hazel.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pengusaha Proyeksi Ekspor Batu Bara RI ke China & India Lesu Tahun Ini

    Pengusaha Proyeksi Ekspor Batu Bara RI ke China & India Lesu Tahun Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha memproyeksi volume ekspor batu bara ke China dan India merosot tahun ini. Hal ini tak lepas dari melemahnya permintaan dari kedua pasar terbesar emas hitam RI itu.

    Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan, melemahnya permintaan itu terjadi karena China dan India tengah meningkatkan konsumsi energi dalam negeri.

    “Memang trennya di tahun 2025 ini akan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nah, ini karena tentu saja market demand-nya juga melemah di China dan India, mereka boosting domestic consumption,” kata Hendra dalam acara peluncuran laporan The Energy Shift Institute (ISI), Selasa (17/6/2025).

    Khusus pasar China, impor batu bara RI ke negara turun secara tahunan (yoy) dalam 3 bulan berturut-turut. Bea Cukai China mencatat impor batu bara dari Indonesia mencapai 14,28 juta ton pada April 2025. Volume impor itu merosot 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Kendati demikian, Hendra tak begitu khawatir. Sebab, permintaan batu bara untuk domestik dinilai masih tinggi. Hal ini seiring dengan pemerintah yang memiliki target mewujudkan swasembada energi.

    “[Permintaan batu bara] relatif masih cukup panjang hanya untuk memenuhi kepentingan domestik, apalagi di asta cita pemerintah, swasembada energi ini merupakan salah satu prioritas,” katanya.

    Lebih lanjut, Hendra juga mengungkapkan ketegangan geopolitik di Timur Tengah maupun India-Pakistan juga tak akan mengganggu kinerja ekspor batu bara.

    Pasalnya, sekitar 98% hingga 99% ekspor batu bara Indonesia ditujukan ke negara-negara di kawasan Asia.

    “Jadi kita banyak mendapat pertanyaan satu dua hari ini mengenai konflik di Timur Tengah, bagaimana dampaknya terhadap batu bara Indonesia, tentu saja minimum impak ya. jadi less impact lah gitu ya,” tutur Hendra.

  • Legenda Urban: Sosok Penunggu Gaib di Tambang Batu Bara Kalimantan Tengah

    Legenda Urban: Sosok Penunggu Gaib di Tambang Batu Bara Kalimantan Tengah

    Liputan6.com, Palangkaraya – Sejumlah pekerja tambang batu bara di Kalimantan Tengah percaya bahwa area pertambangan tidak hanya dihuni manusia, tetapi juga makhluk tak kasatmata. Kisah-kisah mistis tentang penunggu gaib yang menghantui lorong tambang, mes karyawan, dan alat berat telah menjadi cerita turun-temurun di kalangan pekerja.

    Mengutip dari berbagai sumber, salah satu legenda yang paling sering diceritakan adalah tentang sosok penunggu gaib yang diyakini menghuni area pertambangan. Beberapa mengaku mengalami gangguan, sementara yang lain meyakini keberadaan sosok-sosok tersebut sebagai penjaga yang murka.

    Sosok ini sering digambarkan sebagai manusia tinggi berwajah hitam atau genderuwo yang muncul di tempat-tempat sepi, seperti terowongan tambang yang sudah tidak aktif atau pinggiran hutan sekitar lokasi penambangan. Banyak pekerja mengaku melihat penampakan sosok tersebut saat bekerja di malam hari.

    Beberapa menceritakan pengalaman dikejar-kejar oleh bayangan hitam, mendengar suara langkah kaki di belakang mereka, atau menemukan bekas tangan berdebu di kaca alat berat yang baru saja dibersihkan. Ada pula yang mengaku ditarik paksa saat berada di dekat lubang tambang yang dalam.

    Selain penampakan, beberapa pekerja juga percaya bahwa sosok penunggu tersebut dapat memengaruhi kondisi alat berat. Beberapa insiden aneh, seperti mesin yang tiba-tiba mati padahal bahan bakar masih penuh atau rem truk yang tidak berfungsi tanpa alasan jelas, sering dikaitkan dengan gangguan makhluk halus.

     

    Jenazah Ibu dan Anak Korban Longsor Ditemukan Berpelukan

  • Tak Biasa, Ekspor Batu Bara Kokas China ke RI Tiba-tiba Melonjak

    Tak Biasa, Ekspor Batu Bara Kokas China ke RI Tiba-tiba Melonjak

    Bisnis.com, JAKARTA – China dilaporkan mengekspor tiga kargo batu bara kokas ke pabrik-pabrik pengolahan di Sulawesi pada Mei 2025. Pengiriman batu bara ini terbilang langka lantaran pasar batu bara kokas biasanya didominasi oleh pasokan dari Australia dan Indonesia.

    Sebagai importir batu bara kokas terbesar di dunia, China bukanlah pengekspor utama bahan bakar pembuatan baja tersebut. Data bulanan bea cukai China menunjukkan bahwa China hanya mengekspor batu bara kokas ke Indonesia sebanyak tiga kali sejak awal 2024.

    China tercatat mengekspor 78.030 metrik ton batu bara kokas ke Indonesia pada April 2025, pengiriman pertama sejak Juli 2024. Volume ekspor tersebut melonjak bila dibandingkan Juli 2024 yang mencapai sekitar 20.000 metrik ton dan Januari 2024 yang kurang dari 40.000 metrik ton. Data untuk bulan Mei belum tersedia.

    Melansir Reuters, Senin (16/6/2025), Shanxi Coking Coal Group menjual batu bara kokas kepada China Risun Group yang kemudian diekspor ke Indonesia pada bulan lalu, ungkap tiga orang narasumber. Risun mengoperasikan salah satu pabrik pengolahan kokas terbesar di wilayah Sulawesi.

    Seorang sumber mengatakan bahwa BUMN China tersebut juga menjual kargo kokas lainnya ke Hong Kong Jinteng Development Ltd untuk diekspor ke Indonesia. Sementara itu, sumber kedua menambahkan bahwa Shanxi juga menjual kargo ketiga ke pabrik Dexin Steel di Indonesia.

    Shanxi Coking Coal, China Risun, dan Dexin Steel tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar. Reuters juga tidak dapat menghubungi Hong Kong Jinteng Development Ltd.

    Konsultan independen Lawrence Yan mengatakan bahwa langkah tersebut dirancang untuk menguji kelayakan ekonomi dari pasokan China dan menunjukkan kepada penjual tradisional, seperti Australia, bahwa pabrik-pabrik di Indonesia memiliki alternatif pasokan lain.

    Namun, dia menilai dengan tingginya biaya dan persaingan ketat dari Rusia serta Mongolia membuat ekspor batu bara kokas ini kecil kemungkinan akan menjadi arus utama perdagangan China.

    Sementara itu, menurut seorang eksekutif di perusahaan perdagangan China Winsway, dalam jangka panjang, kokas berpotensi menjadi produk eskpor reguler China seiring lemahnya permintaan domestik lantaran perlambatan industri baja China.

    Adapun, pabrik pengolahan kokas di Sulawesi telah berkembang menjadi pusat pasokan kokas metalurgi — bahan baku yang digunakan oleh produsen baja — sehingga mendorong meningkatnya permintaan batu bara kokas yang digunakan untuk membuat kokas tersebut.

    Ekspor kokas metalurgi Indonesia mencapai rekor tertinggi pada 2024, menurut data dari Kpler. Namun, menurut salah satu sumber, kawasan tersebut kini menghadapi masalah kelebihan kapasitas, dengan tingkat pemanfaatan hanya sekitar 60% hingga 70%.

    Ekspor kokas metalurgi Indonesia juga terdampak oleh pembatasan impor yang diberlakukan India — salah satu pembeli utama — sejak Desember lalu.

  • Entitas BUMI, KPC Akselerasi Digitalisasi Demi Daya Saing di Industri Pertambangan

    Entitas BUMI, KPC Akselerasi Digitalisasi Demi Daya Saing di Industri Pertambangan

    Bisnis.com, JAKARTA — Anak usaha PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Kaltim Prima Coal (KPC) mengakselerasi teknologi digital secara progresif dalam operasional, guna meningkatkan daya saing di industri pertambangan.

    Chief Executive Officer KPC Ashok Mitra menyebut bahwa filosofi ‘More than Mining’ menjadi landasan dalam setiap langkah strategis yang diambil KPC, baik sebagai perusahaan maupun sebagai bagian dari komunitas yang lebih luas.

    “Digitalisasi merupakan elemen kunci yang membantu pertumbuhan perusahaan. BUMI berkomitmen untuk terus memperkuat upaya digitalisasi guna memastikan keunggulan dan daya saing perusahaan, sebagai bentuk nyata penerapan prinsip Good Mining Practice,” kata Ashok dalam keterangannya, dikutip Minggu (15/6/2025).

    Sejauh ini, imbuhnya, KPC telah mengakselerasi berbagai inisiatif digitalisasi yang bertujuan untuk menyederhanakan proses operasional, memperbaiki kualitas pengambilan keputusan, dan pada akhirnya meningkatkan profitabilitas perusahaan.

    Salah satu inisiatif strategis utama adalah implementasi mine-to-market (M2M) digitalization, yang mencakup sistem seperti advanced blending optimization (ABO), coal flow coordination centre (CFCC), project execution dashboard, dan road heatmap.

    Adapun, proyek-proyek ini dirancang untuk meningkatkan transparansi end-to-end, ujar Ashok, dilakukan mulai dari perencanaan tambang hingga pemasaran, serta memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap kinerja operasional.

    Dia menjelaskan, ABO dikembangkan untuk mengoptimalkan kualitas batu bara guna meningkatkan pendapatan perusahaan dengan memilih kombinasi produk dari berbagai kualitas sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

    Kemudian, CFCC bertujuan melacak kinerja seluruh rantai pasok, mulai dari lubang tambang (pit) hingga pelabuhan muat (port), dengan mengintegrasikan data dari berbagai departemen ke dalam satu sistem dashboard terpadu yang memberikan transparansi penuh dan efektivitas pengambilan keputusan oleh manajemen.

    Sementara itu, project execution dashboard dan LOM dashboard digunakan untuk memantau kemajuan proyek infrastruktur kritikal, sedangkan road heatmap memberikan informasi kondisi jalan yang membutuhkan perbaikan berdasarkan data kecepatan kendaraan dan kondisi permukaan jalan.

    Ashok memaparkan bahwa KPC juga mengoperasikan fleet management system (FMS) sebagai sistem kendali operasi alat berat, yang memungkinkan pemantauan kinerja secara real time dan mempercepat penanganan penyimpangan dari target.

    Inovasi digital lainnya juga diterapkan melalui aplikasi seperti Miners Apps, Real-time Dashboard, dan Control Tower Divisional, yang semuanya mendukung pengambilan keputusan berbasis data dan peningkatan manajemen kinerja.

    “Sejak tahun 2021, dalam upaya mendukung transformasi digital, KPC membentuk tim khusus bernama Digital Centre of Excellence (DCoE),” ujar Ashok.

    Tim ini memiliki peran strategis dalam mendorong percepatan digitalisasi di seluruh lini perusahaan, tidak hanya melalui pengelolaan proyek-proyek digital, tetapi juga dalam membangun budaya kerja yang digital dan inovatif.

    Sejalan dengan itu, KPC juga mengembangkan aplikasi Ideku sebagai wadah formal untuk menyampaikan, menilai, dan mengelola proyek-proyek improvement, guna mendorong budaya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dan inovasi di lingkungan kerja.

    Aplikasi ini tidak hanya menampung ide dari seluruh karyawan, tetapi juga mengatur proses eksekusi berdasarkan skala dampak finansial melalui tahapan yang sistematis. Dengan adanya Ideku, pengelolaan proyek improvement menjadi lebih terstruktur, terdokumentasi, dan terintegrasi dengan proses pengambilan keputusan di perusahaan.

  • Harga Batu Bara Acuan (HBA) Periode Kedua Juni 2025, Kalori Tinggi Merosot

    Harga Batu Bara Acuan (HBA) Periode Kedua Juni 2025, Kalori Tinggi Merosot

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) untuk penjualan periode kedua Juni 2025. Tercatat HBA untuk semua jenis bergerak bervariasi, khusus kalori tinggi anjlok.

    HBA periode kedua Juni 2025 tertuang dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 209.K/MB.01/MEM.B/2025. Beleid ini ditandatangani Menteri ESDM Bahlil Lahadalia pada 13 Juni 2025.

    Perinciannya, HBA untuk batu bara kalori tinggi dalam kesetaraan nilai kalori 6.322 kcal/kg GAR pada periode kedua Juni ditetapkan sebesar US$98,61 per ton. Harga tersebut turun dibanding periode pertama Juni 2025 yang sebesar US$100,97 per ton.

    Selanjutnya, HBA untuk batu bara nilai kalori 5.300 kcal/kg GAR ditetapkan sebesar US$75,64 per ton. Angka ini naik dibandingkan periode pertama Juni, yakni US$77,59 per ton.

    Sementara itu, HBA batu bara dengan kesetaraan nilai kalori 4.100 kcal/kg GAR dipatok US$50,25 per ton untuk periode kedua Juni ini. Angka tersebut naik tipis dibandingkan pada periode pertama Juni yang senilai US$50,08 per ton.

    Berikutnya, HBA batu bara dengan kesetaraan nilai kalor 3.400 kcal/kg GAR dipatok US$36,14 per ton. Angka itu naik dibandingkan periode pertama Juni yang sebesar US$35,47 per ton.

    Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 72 Tahun 2025 tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan untuk Penjualan Komoditas Mineral Logam dan Batu bara, nilai HBA periode kedua bulan berjalan merupakan rata-rata tertimbang volume harga jual batu bara pada titik serah secara free on board di atas kapal pengangkut (FOB vessel).  

    Harga jual itu juga dalam kesetaraan spesifikasi HBA dengan rentang sampel 6.100-6.500 kcal/kg GAR transaksi penjualan batu bara untuk pembayaran royalti pada aplikasi ePNBP Minerba, pada tanggal pengapalan minggu keempat dua bulan sebelumnya hingga minggu ketiga bulan sebelumnya.

    Selain HBA, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga menetapkan harga mineral acuan (HMA) berbagai komoditas mineral periode kedua Juni 2025. Tercatat, HMA nikel dipatok US$15.221/dmt. Ini turun dibanding periode pertama Juni yang senilai US$15.405/dmt.

    Kemudian, HMA aluminium dipatok US$2.457,1/dmt. HMA tersebut naik dibanding periode pertama Juni, yakni $2.443,3/dmt.

    Lalu, HMA tembaga dipatok US$9.649,6/dmt pada periode kedua Juni ini. Angka tersebut naik dibidang HMA tembaga pada periode pertama Juni yang senilai US$9.530,3/dmt.

    Adapun HMA kobalt dipatok US$33.235,3,7/dmt pada periode kedua Juni. Angka ini turun dibandingkan periode pertama Juni yang senilai US$33.256,7/dmt.

    Melalui Kepmen ESDM Nomor 80.K/MB.01/MEM.B/2025 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan, HBA dan HMA akan terbit sebanyak dua kali dalam 1 bulan, yakni setiap tanggal 1 dan 15. 

  • Ekspor Listrik EBT Solusi Saat Polemik Power Wheelin

    Ekspor Listrik EBT Solusi Saat Polemik Power Wheelin

    JAKARTA – Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai kesepakatan terkait ekspor listrik bersih dari Indonesia ke Singapura dengan kapasitas sebesar 3,4 gigawatt (GW) hingga 2035 merupakan solusi di tengah polemik power wheeling di dalam negeri.

    Power wheeling merupakan mekanisme yang memperbolehkan pihak swasta atau Independent Power Producer (IPP) untuk membangun pembangkit listrik dan menjual secara langsung terhadap masyarakat melalui jaringan transmisi PLN.

    “Di tengah problem-problem itu (power wheeling), kalau ada kesepakatan dengan Singapura, otomatis ini menjadi solusi secara tidak langsung yang ada di kita. Di sisi lain kita ada masalah, di sisi lain kita ada peluang untuk menjadi market,” ujar Komaidi saat dihubungi di Jakarta, Sabtu.

    Dari dalam negeri, ia menjelaskan PLN masih belum bersedia untuk menyerap listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) seiring harganya yang relatif mahal.

    Seiring dengan itu, tarif dasar listrik (TDL) telah ditentukan oleh pemerintah yang membuat PLN tidak memiliki fleksibilitas untuk menentukan harga jual listrik.

    Sehingga, PLN masih cenderung memilih listrik dari energi fosil (batu bara) yang harganya jauh lebih murah dibandingkan listrik berbasis EBT, yang mana akan memberikan margin keuntungan besar bagi PLN,

    “Di tengah polemik power wheeling yang implementasinya masih belum ada kesepakatan final, karena PLN masih belum bersedia. Kemudian ini menjadi hambatan bagi pengembang EBT, karena as bisnis teman-teman di PLN harus mempertimbangkan margin itu yang utama, sementara kalau kalau beli yang EBT mahal,” ujar Komaidi.

    Lebih lanjut, ia tidak memungkiri bahwa energi listrik berbasis EBT seharusnya dimanfaatkan di dalam negeri apabila merujuk aspek lingkungan, aspek teknik, dan lainnya.

    Namun, menurutnya lagi, terdapat problematika terkait aspek daya beli masyarakat yang belum dapat menjangkau listrik dengan harga mahal, karena terbiasa dengan listrik subsidi.

    “Kalau EBT mau ditambah, kan harganya mahal, kalau harganya mahal terkendala di daya beli kita yang belum menjangkau ke sana. Kita terbiasa dengan harga yang subsidi. Kalau subsidi yang ditambah, kapasitas fiskal kita terbatas,” ujar Komaidi.

    Pada Jumat (13/6), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Kedua Bidang Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait ekspor listrik bersih ke Singapura dengan kapasitas sebesar 3,4 gigawatt (GW) hingga 2035.

    Selain itu, disepakati pula pengembangan zona industri berkelanjutan yang direncanakan berlokasi di Kepulauan Riau, tepatnya di Bintan, Batam, dan Karimun, oleh Singapura, serta disepakati juga kerja sama penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS) di Indonesia.

    Potensi investasi yang diserap dari kesepakatan itu sebesar 30-50 miliar dolar AS untuk investasi pembangkit panel surya, serta 2,7 miliar dolar AS untuk manufaktur panel surya dan baterai, selain itu juga berpotensi membuka 418 ribu lapangan kerja baru dari manufaktur, konstruksi, operasi, serta pemeliharaan panel surya dan baterai.

    Di sisi lain, sebelumnya, Kementerian ESDM menegaskan bahwa Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EBET) tetap menjadi pembahasan prioritas antara pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

    Meskipun hampir seluruh pasal RUU telah disepakati bersama DPR, Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Sahid Junaidi mengatakan pembahasan mengenai pemanfaatan bersama jaringan transmisi (PBJT) atau power wheeling masih menjadi perdebatan dan memerlukan penyelesaian.

    “Secara formal, pemerintah sudah menyampaikan tanggapannya, kemudian di dalam dinamikanya kebutuhan akan PBJT ini meningkat. Dan di internal pemerintah sepakat bahwa isu ini perlu dinaikkan,” ujar Sahid.

  • Video: Menilik Prospek & Tantangan Akselerasi Hilirisasi Minerba

    Video: Menilik Prospek & Tantangan Akselerasi Hilirisasi Minerba

    Jakarta, CNBC Indonesia- Chairman Indonesian Mining Institute, Irwandy Arif optimistis terhadap pengembangan proyek hilirisasi sektor minerba di Indonesia.

    Dukungan pemerintah terhadap percepatan proyek hilirisasi dan industrialisasi sebagai penopang target pertumbuhan ekonomi 8% menjadi prospek bagi hilirisasi minerba untuk diperluas.

    Salah satu hilirisasi minerba yang tengah didorong adalah hilirisasi batu bara menjadi produk bernilai tambah seperti Dimetil Eter (DME), Metanol hingga amonia meski masih menghadapi tantangan terkait investasi, teknologi dan manufakturnya.

    Seperti apa prospek dan tantangan RI percepat hilirisasi minerba? Selengkapnya simak dialog Maria Katarina dengan Chairman Indonesian Mining Institute dan Komisaris PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), Irwandy Arif dalam Closing Bell CNBC Indonesia (Jum’at, 13/06/2025)

  • Jerry Duga Ada Misi Terselubung Tito cs soal 4 Pulau Aceh ‘Diberikan’ ke Bobby, Singgung Potensi SDA

    Jerry Duga Ada Misi Terselubung Tito cs soal 4 Pulau Aceh ‘Diberikan’ ke Bobby, Singgung Potensi SDA

    GELORA.CO – Direktur eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, menilai kebijakan pemerintau pusat yang mengalihkan 4 (empat) pulau dari Aceh ke Sumatera Utara bukan hanya cacat secara administrasi, tetapi juga sarat muatan politis yang berpotensi memicu konflik horizontal di lapangan.

    “Empat pulau itu harus dikembalikan ke pemilik yang sah, yaitu Aceh. Masuknya ke wilayah Sumut tanpa alasan yang jelas dan mendesak, bisa dikatakan sebagai pencaplokan,” kata Jerry dalam pernyataannya yang diterima Holopis.com, Sabtu (14/6/2025).

    Keempat pulau yang dimaksud adalah Pulau Mangkir Besar, Mangkir Kecil, Pulau Lipan, dan Pulau Panjang.

    Penetapan tersebut resmi tertuang dalam Kepmendagri Nomor 300.2.2-2138 Tahun 2025 yang diteken 25 April lalu oleh Muhammad Tito Karnavian.

    Namun, bagi Jerry, keputusan itu terlalu janggal untuk dianggap kebetulan. Ia menyinggung sosok Gubernur Sumut, Muhammad Bobby Afif Nasution yang juga menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai turut diuntungkan secara politik dalam dinamika wilayah ini.

    “Dulu sempat heboh soal isu penjualan pulau, sekarang malah main caplok empat pulau milik Aceh dan diberikan ke Bobby. Saya menduga ada keterkaitan dengan Jokowi dan potensi sumber daya alam di sana, mulai dari nikel, batu bara, hingga emas,” ungkap Jerry.

    Ia menduga kuat bahwa keberadaan kekayaan alam inilah yang menjadi pemantik utama klaim wilayah oleh Kemendagri. Oleh sebab itu, ia menilai rakyat patut menduga ada misi terselubung di balik pengalihan kawasan tersebut oleh Tito.

    “Kalau tak ada apa-apa di pulau itu, tak mungkin tiba-tiba diambil alih. Ini soal kepentingan ekonomi terselubung yang dibungkus kebijakan administratif,” lanjutnya.

    Jerry pun menyebut bahwa langkah Mendagri Tito Karnavian bukan hanya mengganggu stabilitas, tetapi juga berpotensi menyulut konflik antaretnis di kawasan perbatasan Aceh dan Sumut.

    “Kalau ini terus dibiarkan, bisa terjadi chaos, dan Mendagri harus bertanggung jawab. Ini pelanggaran terhadap wilayah otonom Aceh,” tandasnya.

    Ia menekankan bahwa berdasarkan sejarah, garis pantai, hingga peta geografis, keempat pulau tersebut secara turun-temurun berada dalam wilayah Aceh. Pertanyaannya, mengapa baru sekarang status kepemilikannya dipindahkan?

    “Jangan sampai pemerintah pusat mempermainkan batas wilayah seenaknya demi kepentingan politik jangka pendek. Ini bukan hanya persoalan administratif, tapi menyangkut harga diri dan kedaulatan daerah,” pungkasnya.