Produk: Batu Bara

  • KPK Tetapkan Pemilik PT SMJL Hendarto Tersangka Baru di Kasus Korupsi LPEI
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        28 Agustus 2025

    KPK Tetapkan Pemilik PT SMJL Hendarto Tersangka Baru di Kasus Korupsi LPEI Nasional 28 Agustus 2025

    KPK Tetapkan Pemilik PT SMJL Hendarto Tersangka Baru di Kasus Korupsi LPEI
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Hendarto, pemilik PT Sakti Mait Jaya Langit (PT SMJL) dan PT Mega Alam Sejahtera (PT MAS), sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pemberian fasilitas pembiayaan di Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
    “KPK kembali menetapkan dan menahan satu orang tersangka yakni Sdr. HD selaku pemilik PT SMJL dan PT MAS pada grup BJU (PT Bara Jaya Utama) sebagai penerima manfaat kredit,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu di Gedung Merah Putih, Jakarta, Kamis (28/8/2025).
    Asep mengatakan, kasus korupsi ini bermula saat Hendarto selaku pemilik PT SMJL dan PT MAP ingin mendapatkan pencairan fasilitas kredit dari LPEI.
    Hendarto melakukan pertemuan dengan Kukuh Wirawan selaku Kadiv Pembiayaan I dan Dwi Wahyudi selaku Direktur Pelaksana I LPEI untuk memuluskan proses pencairan fasilitas kredit oleh LPEI.
    “Permohonan tersebut ditanggapi positif oleh Sdr. DW yang selanjutnya memerintahkan Sdr. KW untuk memproses pemberian pembiayaan melalui pengkondisian pengajuan Memorandum Analisis Pembiayaan (MAP) atas perusahaan milik Sdr. HD,” ujarnya.
    Kemudian, PT SMJL dan PT MAP mendapatkan fasilitas kredit dari LPEI berupa Kredit Investasi Ekspor (KIE) dan Kredit Modal Kerja Ekspor (KMKE).
    Rinciannya, pada periode Oktober 2014 hingga Oktober 2015, PT SMJL mendapatkan fasilitas KIE sebanyak dua kali dengan total Rp950 miliar untuk refinancing kebun kelapa sawit dengan luas lahan inti sekitar 13.075 Ha di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, dengan jangka waktu 9 tahun sejak 25 November 2014 hingga 25 Oktober 2023.
    Sementara itu, PT SMJL mendapat KMKE senilai Rp115 miliar, yang diperuntukkan untuk refinancing kebun kelapa sawit milik PT SMJL.
    Kemudian, untuk PT MAS, pada April 2015, mendapat fasilitas dari LPEI sebesar USD 50 juta (sekitar Rp670 miliar – berdasarkan kurs dollar di tahun 2015).
    Asep mengatakan, Hendarto tetap mengajukan permohonan fasilitas kredit untuk kedua perusahaannya.
    Padahal, lahan sawit PT SMJL berada di kawasan hutan lindung yang tidak mengantongi izin dan Sertifikat Hak Guna Usaha (SHGU).
    “Bahwa dalam pemberian fasilitas pembiayaan kepada PT SMJL diketahui adanya niat jahat (mens rea), baik dari pihak debitur maupun dari pihak kreditur,” ujarnya.
    Di sisi lain, LPEI memproses dan menyetujui MAP untuk PT SMJL.
    Padahal, isi dari MAP tersebut sengaja mengabaikan ketentuan dan prinsip-prinsip pembiayaan yang telah diatur dalam peraturan LPEI.
    “Sementara PT MAS, diketahui tidak layak mendapat pembiayaan sebesar USD 50 juta salah satunya karena terjadi eksposur dana besar-besaran kepada grup PT BJU pada saat harga batu bara sedang mengalami penurunan yang berpotensi ketidakmampuan membayar kewajiban pinjaman,” tuturnya.
    Asep juga mengatakan, KPK menemukan bahwa Hendarto menggunakan fasilitas kredit itu untuk kebutuhan pribadi, membeli aset, dan bermain judi.
    “Saudara HD tidak menggunakan pembiayaan dimaksud sepenuhnya untuk kebutuhan dua perusahaan miliknya, melainkan digunakan untuk kepentingan pribadi, seperti: pembelian aset, kendaraan, kebutuhan keluarga, hingga bermain judi,” kata dia.
    Atas kejahatannya, Hendarto disangkakan melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
    Selanjutnya, Hendarto dilakukan penahanan selama 20 hari ke depan mulai 28 Agustus sampai dengan 16 September 2025 di Rutan KPK Gedung Merah Putih.
    Dalam perkara ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan lima orang tersangka dalam kasus dugaan korupsi pemberian fasilitas kredit oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) pada Senin (3/3/2025).
    Lima tersangka tersebut yaitu Dwi Wahyudi (DW) selaku Direktur Pelaksana LPEI; Arif Setiawan (AS) selaku Direktur Pelaksana LPEI; Jimmy Masrin (JM) selaku pemilik PT Petro Energy; Newin Nugroho (NN) selaku Direktur Utama PT Petro Energy; dan Susy Mira Dewi (SMD) selaku Direktur Keuangan PT Petro Energy.
    Mereka ditetapkan sebagai tersangka lantaran melakukan perbuatan melawan hukum sehingga menimbulkan kerugian negara sebesar 60 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 900 miliar.
    KPK mengatakan, masih ada debitur lainnya yang masih dalam proses penyidikan dan penyelidikan lanjut oleh KPK.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bye-Bye PLTU Batu Bara, Freeport Indonesia Pakai LNG untuk Produksi Listrik Mulai 2027 – Page 3

    Bye-Bye PLTU Batu Bara, Freeport Indonesia Pakai LNG untuk Produksi Listrik Mulai 2027 – Page 3

    Sementara Corporate Secretary MIND ID Pria Utama menyampaikan, perusahaan telah merumuskan empat strategi utama untuk mencapai target dekarbonisasi tersebut.

    Pertama, konversi bahan bakar ke sumber rendah karbon, seperti pemanfaatan B35, B40, dan LNG untuk menggantikan bahan bakar fosil. Kedua, peningkatan efisiensi operasional melalui inovasi proses penambangan, peleburan, serta digitalisasi dan elektrifikasi di seluruh lini produksi.

    Ketiga, penggunaan energi terbarukan dan co-firing, termasuk pemasangan panel surya (Solar PV), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan teknologi co-firing pada fasilitas pembangkit dan peleburan. Keempat, pemanfaatan Renewable Energy Certificate (REC) dan carbon offset, melalui partisipasi dalam perdagangan karbon serta pengembangan proyek berbasis alam (Nature Based Solutions/NBS).

     

  • Perdagangan China dengan negara anggota SCO capai 512 miliar dolar AS

    Perdagangan China dengan negara anggota SCO capai 512 miliar dolar AS

    Beijing (ANTARA) – Nilai perdagangan China dengan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Shanghai (Shanghai Cooperation Organization/SCO) mencapai sekitar 512,4 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.277) pada 2024, meningkat 2,7 persen secara tahunan (year on year/yoy), demikian disampaikan seorang pejabat Kementerian Perdagangan China pada Rabu (27/8).

    Wakil Menteri Perdagangan China Ling Ji menyampaikan dalam konferensi pers bahwa tahun lalu China mengimpor minyak mentah, gas alam, dan batu bara senilai hampir 90 miliar dolar AS dari sesama anggota SCO. Selain itu, China juga mengimpor produk pertanian senilai 13,66 miliar dolar AS.

    Menurut Ling, impor energi dari negara-negara anggota SCO menyumbang sekitar seperlima dari total impor China sepanjang 2024.

    “Investasi dan kerja sama industri antara China dan negara-negara anggota SCO terus mencatatkan kemajuan stabil dalam beberapa tahun terakhir,” ungkap Zhang Li, pejabat Kementerian Perdagangan China lainnya.

    Dalam beberapa tahun terakhir, lanjut Zhang, perusahaan-perusahaan China telah mendirikan lebih dari 3.000 perusahaan di negara-negara anggota lain dan rata-rata menciptakan lebih dari 200.000 lapangan kerja setiap tahunnya.

    Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) SCO 2025 dijadwalkan berlangsung pada 31 Agustus hingga 1 September di Kota Tianjin, kota pelabuhan di China utara. Forum itu akan mempertemukan para pemimpin dari 20 lebih negara serta pimpinan dari 10 organisasi internasional untuk merumuskan peta jalan pengembangan blok tersebut dalam dekade mendatang.

    SCO, yang awalnya didirikan untuk menangani isu-isu keamanan, dalam 24 tahun perkembangannya telah tumbuh menjadi organisasi regional komprehensif yang mewakili hampir separuh populasi dunia.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Benardy Ferdiansyah
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pertamina Hulu Energi berencana bangun 2 Carbon Capture Storage hub

    Pertamina Hulu Energi berencana bangun 2 Carbon Capture Storage hub

    Jakarta (ANTARA) – Direktur Investasi & Pengembangan Bisnis PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Dannif Utojo Danusaputro mengungkapkan rencana perusahaan untuk membangun dua Carbon Capture Storage (CCS).

    “PHE akan membangun 2 CCS Hub dan beberapa CCS satelit yang akan melayani emitters domestik dan internasional. Kami perlu berkolaborasi dengan strategic partners untuk membangun CCS Hub dan satelit,” kata Dannif dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

    Menurut Dannif, PHE Group memiliki potensi kapasitas penyimpanan emisi karbon di saline aquifer dan depleted oil/gas field sebesar 7,3 giga ton (GT) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

    Saat ini PHE sedang mengembangkan satu CCS Hub di wilayah Indonesia bagian barat yakni Asri Basin dengan potensi kapasitas penyimpanan sekitar 1,1 GT.

    Sementara untuk wilayah Indonesia timur, PHE berencana membangun CCS Hub di Central Sulawesi Basin dengan potensi kapasitas penyimpanan sekitar 1,9 GT.

    PHE juga akan membangun CCS/CCUS Satelite di tiga lokasi, yakni di South Sumatera Basin, CO2 EOR Sukowati, dan East Kalimantan.

    Selain CCS Hub dan CCS Satelite, PHE akan melakukan studi pengembangan CCS di empat lokasi berbeda, yaitu di Central Sumatera Basin, South Sumatera Basin (saline aquifer), East Java Basin, dan Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB).

    Lebih lanjut Dannif mengatakan dukungan dari pemerintah diperlukan untuk mendukung kelangsungan jangka panjang industri CCS di Indonesia dan Kawasan Asia Pasifik.

    “Industri penghasil emisi di dalam negeri maupun internasional merupakan pasar yang potensial untuk pengembangan ekosistem bisnis CCS di Indonesia dan Asia Pasifik,” ujar dia.

    Ada lima dukungan dari pemerintah yang dibutuhkan oleh industri CCS agar bisa berkembang.

    Pertama, dukungan pendanaan untuk modal proyek yang bisa dilakukan dengan mendirikan lembaga nasional khusus yang mendanai infrastruktur CCS seperti yang sudah diterapkan di Inggris dengan mendirikan CCS Infrastructure Fund (CIF).

    Kedua, dukungan pemerintah untuk mekanisme penetapan harga karbon dengan memperluas harga karbon di luar pembangkit listrik batu bara seperti yang sudah diterapkan oleh Emission Trading System (ETS) di Inggris.

    “Dukungan ini diperlukan untuk mendorong investasi CCS dengan jangkauan lebih luas,” kata Dannif.

    Dukungan ketiga, membentuk dana penelitian dan pengembangan (litbang) CCS yang terarah untuk mempercepat adopsi teknologi di bidang-bidang Utama. Dukungan dana litbang ini sudah dilakukan oleh Departemen Energi AS dengan mengalokasikan sekitar 3 miliar dolar AS untuk proyek percontohan CCS di negara tersebut.

    Keempat, dukungan penerapan standar teknis dan keselamatan CCS yang jelas dan terperinci untuk memastikan pelaksanaan proyek yang efektif.

    “Sebagai contoh yang dilakukan oleh pemerintah Inggris dengan menerapkan standar teknis CCS komprehensif di seluruh rantai,” ujar Dannif.

    Kelima, dukungan tata Kelola bisnis CCS lintas batas. Hal ini sudah dijalankan di Norwegia dengan membuat pedoman perdagangan karbon lintas batas.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Freeport Bakal Suntik Mati PLTU Penopang Tambang, Beralih ke LNG

    Freeport Bakal Suntik Mati PLTU Penopang Tambang, Beralih ke LNG

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Freeport Indonesia (PTFI) bakal meninggalkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara berkapasitas 200 megawatt (MW) dan beralih ke liquefied natural gas (LNG) mulai 2027. Langkah ini demi mendukung transisi energi yang lebih bersih.

    Presiden Direktur Freeport Tony Wenas mengatakan, PLTU itu khususnya yang berada di tambang di Mimika, Papua Tengah.

    “Kami dalam proses untuk mengganti PLTU batu bara kami dengan LNG. Karena LNG jauh lebih bersih,” ucap Tony di Jakarta, Rabu (27/8/2025).

    Menurutnya, dengan konversi ke energi bersih ini, maka nantinya pihaknya bisa menambah dekarbonisasi sekitar 30%.

    “Dengan combined cycle LNG yang ini tentu saja emisinya akan turun lebih banyak lagi sehingga bisa mencapai 60%, begitu itu on line 2027 bisa mencapai reduction emission by 60% dibanding 2018,” kata Tony.

    Lebih lanjut, Tony menuturkan, saat ini tambang PTFI sudah mulai bertahap menggunakan energi bersih. Dia mencontohkan, untuk mengangkut produksi bijih hingga 200.000 ton per hari, Freeport sudah menggunakan kereta listrik. Sebelumnya, pengangkutan bijih dilakukan menggunakan truk raksasa berbahan bakar fosil.

    “Bayangkan kalau 200.000 ton bijih diangkut, itu berapa banyak emisi yang diciptakan. Nah, sekarang di tambang bawah tanah kami menggunakan kereta listrik, zero emission,” tutur Tony.

    Dia menyebut, kereta listrik memang belum bisa sepenuhnya menggantikan truk pengangkut. Kendati demikian, setidaknya pengangkutan bijih di tambang Freeport sudah lebih dari 50% menggunakan energi bersih.

    “Itu kereta listriknya bisa ngangkut 150.000 ton per hari. Jadi dengan itu sudah reduce the carbon emission by 28%,” pungkasnya.

  • Menuju tambang hijau, Freeport mulai tinggalkan batu bara pada 2027

    Menuju tambang hijau, Freeport mulai tinggalkan batu bara pada 2027

    Jakarta (ANTARA) – Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas menyebut pihaknya siap mengganti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara menjadi pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) yang mulai beroperasi pada 2027 dalam rangka menuju tambang hijau.

    “Kita akan mengganti, dalam proses untuk mengganti PLTU batu bara kita dengan LNG (gas alam cair). LNG jauh lebih bersih. Tahun 2027 mungkin akan online,” ujar Tony di Jakarta, Rabu.

    Tony menjelaskan penggantian PLTU batubara bertenaga 200 megawatt dengan combined cycle LNG akan menurunkan emisi hingga 60 persen.

    Penggantian PLTU menjadi PLTG akan dimulai pada lokasi tambang Freeport pusat atau Papua. PLTG tersebut akan berkapasitas 270 megawatt.

    Selain itu, Freeport kini mulai menggunakan kereta listrik untuk mengangkut 150 ribu ton bijih tembaga per hari, untuk menggantikan truk.

    “Nah sekarang di tambang bawah tanah kami menggunakan kereta listrik, zero emission. Itu kereta listriknya bisa ngangkut 150 ribu ton per hari. Jadi dengan itu sudah reduce the carbon emission by 28 persen,” terangnya.

    Ia juga menekankan meski Freeport merupakan perusahaan tambang, tetap mengutamakan proses produksi yang lebih berkelanjutan.

    “Jadi walaupun perusahaan tambang adalah extractive industry, tapi non-renewable. Tapi pengelolaannya bisa dilakukan secara sustainable,” imbuh Tony.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Cadangan Masih Besar, Ahli Minta Batu Bara RI Jangan “Dimatikan”

    Cadangan Masih Besar, Ahli Minta Batu Bara RI Jangan “Dimatikan”

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) mengingatkan agar peran batu bara sebagai sumber energi tidak dimatikan begitu saja. Terutama di tengah upaya pemerintah menuju transisi ke energi bersih.

    Ketua Umum PERHAPI Sudirman Widhy Hartono mengatakan di tengah upaya menuju ke penggunaan energi bersih, Indonesia masih menyimpan cadangan batu bara sebesar 27 miliar ton dan sumber daya hingga 90 miliar ton.

    Menurut dia, dengan melimpahnya sumber daya tersebut, maka batu bara seharusnya dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat, bukan dibatasi penggunaannya.

    “Batu bara kita masih banyak sekali. Kalau tidak salah cadangan di Indonesia masih 27 miliar ton. Sumber daya 90 miliar ton. Ini jangan dimatikan. Karena kita harus memanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat,” kata Sudirman dalam acara Sharing Session: The Future EV In Mining Industry, dikutip Rabu (27/8/2025).

    Ia menilai apabila terdapat masalah dengan emisi karbon, maka sebaiknya pemerintah mencari solusi untuk mengurangi emisinya. Sehingga tidak mengorbankan potensi besar batu bara yang dimiliki Indonesia.

    “Kalau ada masalah dengan emisi karbon, mari kita cari cara untuk memerangi emisi karbon. Jangan batu bara dikurangi. Jadi batu bara kita optimalkan semaksimal mungkin,” katanya.

    Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mewanti-wanti bahwa pengelolaan batu bara di Indonesia harus dilakukan dengan hati-hati.

    Ia pun meminta agar para pengusaha tidak hanya mengejar keuntungan semata, melainkan juga memperhatikan keberlanjutan pasokan energi untuk anak cucu di masa mendatang.

    Hal tersebut ia sampaikan menyusul posisi Indonesia sebagai salah satu eksportir utama batu bara termal untuk kebutuhan pembangkit listrik dunia. Namun mirisnya, Indonesia kerap tidak berdaya mengikuti fluktuasi harga pasar.

    “Indonesia eksportir batu bara listrik 45% dunia berasal dari Indonesia. Begitu harga turun gak bisa apa-apa. Permintaan sedikit, barangnya banyak. Revisi RKAB akan kita lakukan tanpa pandang bulu untuk stabilitas. Akan ada pajak baik dan pengusaha untung baik atau jangan dimaknai untuk 5 tahun saja, ini untuk anak cucu kita, kita harus kelola hati-hati,” ujar Bahlil dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor ESDM Semester I 2025, dikutip Selasa (12/8/2025).

    Bahlil lantas membeberkan bahwa realisasi produksi batu bara RI selama Semester I-2025 telah mencapai 357,6 juta ton. Angka ini baru mencapai 48,34% dari target produksi setahun yang dipatok sebesar 739,67 juta ton.

    Selain itu, ia mengungkapkan sebesar 238 juta ton atau 66,5% dari produksi tersebut ditujukan untuk penjualan keluar negeri atau ekspor.

    Sementara, sebesar 104,6 juta ton atau sebesar 29% dari produksi dijual untuk kepentingan domestik atau Domestic Market Obligation (DMO), yakni untuk pembangkit listrik, smelter, dan lainnya dan 15 juta ton berupa stok.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kontraksi Laba Industri China Melambat, Manufaktur Jadi Penopang

    Kontraksi Laba Industri China Melambat, Manufaktur Jadi Penopang

    Bisnis.com, JAKARTA – Kontraksi laba industri China turun dengan laju yang lebih lambat pada Juli 2025, menandakan upaya pemerintah untuk menekan kelebihan kapasitas mulai meredakan tekanan dari ketatnya persaingan produsen.

    Berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis Rabu (27/8/2025), laba industri susut 1,5% dibandingkan periode sama tahun lalu. Penurunan ini merupakan yang paling kecil sejak tren kontraksi dimulai pada Mei. 

    Sebelumnya, Bloomberg Economics memperkirakan penurunan mencapai 5,8% secara tahunan.

    Secara kumulatif, sepanjang Januari–Juli 2025 laba industri menyusut 1,7%, lebih baik dibandingkan kontraksi 1,8% pada paruh pertama tahun.

    Sektor manufaktur mencatat kinerja lebih kuat, dengan laba melonjak 6,8% pada Juli setelah hanya tumbuh 1,4% pada Juni. Produsen bahan baku, baja, dan penyuling minyak bahkan berhasil berbalik dari rugi menjadi untung pada bulan tersebut.

    “Kebijakan untuk mendorong pemulihan harga secara bertahap telah diimplementasikan, sehingga profitabilitas perusahaan terus membaik,” ujar ahli statistik NBS, Yu Weining, dalam pernyataan resmi dikutip dari Bloomberg. 

    Meski demikian, margin laba masih tertekan akibat permintaan domestik yang melemah. Ekonomi terbesar kedua di dunia itu mencatat pelemahan luas pada Juli, dengan inflasi konsumen jatuh ke level nol dan pertumbuhan penjualan ritel melambat.

    Harga produsen (PPI) tercatat turun selama 34 bulan berturut-turut, mengindikasikan deflasi yang berlarut-larut dan berpotensi menekan belanja rumah tangga maupun kinerja korporasi.

    Di sisi eksternal, kenaikan ekspor ke pasar non-AS mampu menutup penurunan pesanan dari Amerika. Namun, indeks pesanan ekspor baru China anjlok dengan laju tercepat dalam tiga bulan terakhir, memperlihatkan prospek permintaan global yang masih suram.

    Sementara itu, laba sektor pertambangan terus merosot, turun hampir 32% pada Januari–Juli 2025 secara tahunan. Penambang batu bara masih menjadi yang paling terpukul akibat kelebihan pasokan di industri tersebut.

    Sebaliknya, produsen manufaktur memperoleh dukungan dari subsidi pemerintah yang mendorong perusahaan dan konsumen mengganti peralatan maupun barang rumah tangga lama dengan yang baru.

    Yu menambahkan, laba industri manufaktur berteknologi tinggi melonjak 19% pada Juli, ditopang kemajuan di bidang peralatan kedirgantaraan dan semikonduktor.

  • Bakar Batu Bara Tanpa Rem, China Cetak Rekor Baru di 2025

    Bakar Batu Bara Tanpa Rem, China Cetak Rekor Baru di 2025

    Jakarta

    Cina membakar lebih banyak batu bara di pembangkit listrik antara Januari dan Juli 2025 dibandingkan periode mana pun sejak 2016. Demikian menurut laporan penelitian lingkungan terbaru.

    Laporan tersebut — yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA), sebuah organisasi penelitian kualitas udara independen yang berbasis di Finlandia; dan Global Energy Monitor (GEM), sebuah perusahaan analitik energi yang bermarkas di AS — menyatakan Cina telah mengoperasikan 21 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga batu bara dalam enam bulan pertama tahun 2025.

    Ini merupakan level tertinggi selama enam bulan terakhir dalam sembilan tahun. Laporan CREA/GEM juga menyebutkan pembangunan baru dan pengaktifan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara yang ada dengan total 46 GW dan proyek-proyek yang diusulkan dengan kapasitas untuk menghasilkan tambahan 75 GW.

    Total proyeksi produksi pembangkit listrik tenaga batu bara diperkirakan mencapai 80-100 GW pada tahun 2025.

    Batu bara saat ini menyumbang setengah dari produksi energi Cina, turun dari tiga perempatnya pada tahun 2016. Cina, ekonomi terbesar kedua di dunia, juga merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.

    Cina bangun energi terbarukan dalam jumlah besar, mengurangi emisi secara keseluruhan

    Paradoksnya, lonjakan penggunaan batu bara ini terjadi seiring Cina memperluas kapasitas energi terbarukannya secara besar-besaran, yang kini menutupi pertumbuhan permintaan listrik. Kapasitas tenaga surya, misalnya, melonjak sebesar 212 GW dalam enam bulan pertama tahun 2025.

    Tahun ini saja, negara ini berada di jalur yang tepat untuk memasang energi terbarukan baru yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi gabungan Jerman dan Inggris.

    Dorongan Beijing ini telah menyebabkan penurunan emisi sebesar 1% dalam enam bulan terakhir dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian menurut situs web iklim dan energi yang bermarkas di Inggris, Carbon Brief, namun meningkatnya ketergantungan Cina pada batu bara mengancam akan menggagalkan upayanya untuk mengurangi emisi gas.

    “Meskipun kapasitas dan bauran pembangkitan berubah dengan cepat, pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara di Cina tidak menunjukkan tanda-tanda mereda,” tulis CREA.

    “Pengembangan pembangkit listrik tenaga batu bara di Cina… tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, sehingga emisi tetap tinggi dan batubara tertahan dalam sistem selama bertahun-tahun mendatang,” ujar Christine Shearer, analis riset di GEM dan salah satu penulis laporan tersebut.

    “Kepentingan batubara yang kuat” Cina mengancam target iklim

    Pada tahun 2021, Presiden Cina Xi Jinping mengatakan ia akan “mengendalikan secara ketat” industri batubara untuk “menguranginya secara bertahap” antara tahun 2026 dan 2030.

    Meskipun Xi berjanji untuk menghapus 30 GW batubara dari jaringan listrik Cina antara tahun 2020 dan akhir tahun 2025, hanya 1 GW yang telah dihentikan.

    Penulis CREA mengutip “kepentingan batubara yang kuat” dalam peringatan bahwa hal ini menekan energi terbarukan dengan mengamankan “kontrak jangka panjang dan pembayaran kapasitas yang luas,” yang memungkinkan mereka untuk “menjaga banyak pembangkit tetap beroperasi dengan output tinggi.”

    Xi mengatakan ia akan mengumumkan Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (NDC) Cina — sebuah komitmen nasional untuk pengurangan emisi gas rumah kaca pada tahun 2035 — sebelum KTT iklim COP30 di Brasil pada bulan November.

    Rinciannya juga diharapkan ketika Partai Komunis Cina (PKT) merilis rincian Rencana Lima Tahun ke-15 untuk tahun 2026 hingga 2030 dalam beberapa bulan mendatang.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
    Editor: Rizki Nugraha

    (ita/ita)

  • RUU Gatrik Dibahas DPR, PLN Usul 7 Pokok Kebijakan Ini

    RUU Gatrik Dibahas DPR, PLN Usul 7 Pokok Kebijakan Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) mengusulkan tujuh poin pokok kebijakan untuk dimasukan ke dalam Revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (RUU Gatrik).

    Hal itu disampaikan oleh Direktur Legal dan Manajemen Human Capital PLN Yusuf Didi Setiarto dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Selasa (26/8/2025).

    Didi menuturkan poin pertama yang diusulkan adalah terkait kebijakan yang mengatur agar pemerintah dapat memberikan penugasan kepada BUMN ketenagalistrikan untuk melaksanakan public service obligation (PSO).

    “Jadi pemberian penugasan kepada BUMN kelistrikan untuk pelaksanaan PSO ini,” ucap Didi.

    Dia menjelaskan, sebelum UU 1 Nomor Tahun 2025  tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Kementerian Keuangan berwenang penuh dalam menyeimbangkan dividen yang diterima dari BUMN dan pembayaran subsidi/kompensasi kepada BUMN pelaksana PSO.

    Namun, pasca UU Nomor 1 Tahun 2025, dividen BUMN tidak lagi disetorkan kepada kas negara secara langsung melainkan ke Danantara selaku pemegang saham. Oleh karena itu, perlu penegasan dalam peraturan perundang-undangan terkait pelaksanaan PSO oleh BUMN penerima penugasan untuk menjembatani gap pengaturan pasca UU Nomor 1 Tahun 2025.

    “Sehingga jika dimungkinkan di dalam UU Ketenagalistrikan ini mengkonfirmasi mengenai PLN sebagai agent of state untuk PSO, dengan segala konsekuensi yang ada termasuk hubungan finansial dan juga kejelasan lingkup PSO, itu akan sangat membantu,” imbuh Didi.

    Poin kedua, PLN mengusulkan agar aturan terkait jual beli listrik lintas negara turut dimasukan dalam RUU Gatrik. Menurut Didi, penjualan tenaga listrik lintas negara merupakan langkah strategis yang berkaitan dengan kedaulatan dan ketahanan energi negara.

    Oleh karena itu, pemerintah harus hadir, mengelola, dan mengendalikan prosesnya. Untuk itu, perlu penegasan terkait penunjukan BUMN penyedia tenaga listrik selaku proxy negara yang berperan sebagai agregator dalam melakukan konsolidasi terhadap pelaksanaan jual beli listrik lintas negara guna memastikan negara mendapat manfaat paling optimum atas kegiatan jual beli listrik lintas negara.

    Menurut Didi, pemerintah perlu menugaskan BUMN penyedia tenaga listrik sebagai agregator untuk melakukan konsolidasi terhadap pelaksanaan jual beli listrik lintas negara. Selain itu, transaksi jual beli listrik lintas negara diperlakukan sebagai kerja sama G to G sehingga pemerintah Indonesia mendapatkan manfaat paling optimum dalam kegiatan jual beli listrik lintas negara.

    Poin ketiga, PLN juga mengusulkan agar RUU Gatrik membahas mengenai kriteria wilayah usaha (wilus). Didi menyebut, saat ini terdapat wilus yang sudah ditetapkan oleh pemerintah namun tidak dikelola secara optimal sehingga kewajiban penyediaan tenaga listrik tetap dibebankan kepada PLN.

    Karenanya, perlu kejelasan dan ketegasan terkait kriteria penetapan wilus serta konfirmasi kemampuan dari pemegang wilayah usaha eksisting.

    “Soal wilayah usaha, ini juga ada yang perlu ditata, tapi tidak terlalu material. Ini lebih kalau sudah dapat wilus ya dijalankan, jangan ditelantarkan. Karena kasihan PLN tidak bisa masuk, rakyat di sana juga tidak terlayan,” imbuh Didi.

    Poin keempat, PLN mengusulkan agar RUU Gatrik memasukan ketentuan terkait penggunaan teknologi rendah emisi seperti supercritical/ultra-supercritical boiler, hingga co-firing biomassa. Selain itu, ketentuan terkait gasifikasi batu bara juga perlu disertakan.

    Menurut Didi, dalam rangka pelaksanaan transisi energi untuk menjaga keandalan sistem dan ketahanan energi nasional, masih diperlukan penggunaan sumber energi tak terbarukan sebagai base load namun tetap harus menjaga penurunan emisi.

    Untuk itu, perlu ada pengaturan dalam UU Ketenagalistrikan terkait pemanfaatan sumber energi tak terbarukan  yang menggunakan teknologi rendah emisi dan pengurangan karbon. Hal ini guna memastikan keandalan sistem tetap terjaga dalam pelaksanaan transisi energi.

    Poin kelima, PLN mengusulkan agar RUU Gatrik membahas pendanaan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik.

    Didi menjelaskan, untuk pembangunan infrastruktur sektor ketenagalistrikan membutuhkan investasi yang sangat besar dan tidak semuanya layak secara komersial. Maka diperlukan sumber pendanaan baik dari APBN/APBD maupun pendanaan lainnya dari dalam dan luar negeri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    “Di sini lah perlu kehadiran negara untuk memberikan dukungan,” kata Didi.

    Poin keenam, PLN mengusulkan agar RUU Gatrik juga membahas terkait pengutamaan energi primer untuk sektor ketenagalistrikan seperti gas, batu bara, dan biomassa.

    Didi menuturkan, pemenuhan pasokan energi primer untuk penyediaan tenaga listrik kepada PLN sering mengalami kesulitan. Pasalnya, supply atau alokasi yang diberikan di bawah kebutuhan pasokan yang diperlukan untuk mencukupi penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.

    Oleh karena itu, perlu ada penegasan dalam RUU Gatrik terkait pengutamaan ketersediaan energi primer untuk sektor ketenagalistrikan dengan harga yang wajar, berkelanjutan, dan memperhatikan ketahanan energi.

    “Kalau memang ini bisa ditetapkan di dalam Undang-Undang Ketenagalistrikan, itu akan menjamin operasi ketenagalistrikan di Indonesia akan terjadi,” imbuh Didi.

    Poin ketujuh, PLN mengusulkan agar RUU gatrik juga membahas mengenai pengemandangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), khususnya nuklir.

    “Untuk PLTN, ini juga menjadi masa depan kita, karena memang relatif lebih murah, sehingga ini perlu didorong dan ditegaskan di dalam Undang-Undang yang baru nantinya,” jelas Didi.