Produk: Batu Bara

  • Menggandakan Ekspor Komoditas Nonmigas Unggulan

    Menggandakan Ekspor Komoditas Nonmigas Unggulan

    Bisnis.com, JAKARTA — Kira-kira sepekan setelah peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, panel Organisasi Perdagangan Dunia mengambil satu keputusan strategis terkait dengan nasib Indonesia.

    Panel World Trade Organization (WTO) mengambil sikap untuk mendukung posisi Indonesia atas sejumlah klaim dalam pengaduan terkait pengenaan bea masuk imbalan (countervailing duties) oleh Uni Eropa terhadap impor biodiesel asal Indonesia. 

    Pengajuan sengketa dilakukan sejak 2023 atas pengenaan bea masuk oleh Uni Eropa atas biodiesel dari negara Asia Tenggara yang tidak sejalan dengan aturan WTO.

    Panel WTO lantas memberi rekomendasi agar Uni Eropa menyelaraskan langkah-langkahnya dengan kewajiban yang berlaku berdasarkan Agreement on Subsidies and Countervailing Measures (SCM Agreement).

    Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Uni Eropa merupakan pasar penting bagi produk minyak sawit dan biodiesel Indonesia. Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia.

    Airlangga menuturkan keputusan Panel WTO tersebut menegaskan posisi Indonesia dalam memperjuangkan akses pasar yang adil bagi produk-produk unggulan nasional.

    “Ini berita baik dimana Panel WTO mendukung Indonesia di dalam keputusan terkait dengan dikenakannya dumping duty biodiesel di Eropa. Sebagai konsekuensi dari keputusan Panel WTO tersebut, maka tentu Uni Eropa perlu untuk mencabut dumping yang diberikan. Nah kita Indonesia tinggal menunggu bagaimana Uni Eropa merespons terhadap keputusan Panel WTO tersebut,” ujar Airlangga dalam keterangan resminya.

    Terkait dengan putusan tersebut, dia menyampaikan apresiasi dan berupaya mempersiapkan langkah-langkah implementasi yang diperlukan secara terukur.

    Menko Airlangga juga menerangkan bahwa keputusan tersebut tentu menjadi katalisator bagi perkembangan komoditas andalan ekspor Indonesia.

    Pemerintah Indonesia, katanya juga berkomitmen terus mengawal keputusan dengan pendekatan yang solutif, mengutamakan kolaborasi internasional, sekaligus memperjuangkan kepentingan nasional pada kancah perdagangan global.

    Komoditas Nonmigas Unggulan

    Produk crude palm oil (CPO) atau kelapa sawit merupakan satu dari tiga produk komoditas nonmigas unggulan Indonesia untuk pasar ekspor, selain batu bara dan besi-baja.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor CPO dan produk turunannya asal Indonesia ke sejumlah negara mencapai US$14,02 miliar sepanjang Januari—Juli 2025. Nilai itu tumbuh 32,92% year-on-year (YoY).

    Secara pertumbuhan, CPO dan turunannya melaju paling tinggi dibandingkan dengan besi-baja yang tumbuh 10,29% YoY dari US$14,59 miliar pada Januari—Juli 2024 menjadi US$16,09 miliar pada Januari—Juli 2025.

    Sementara itu, komoditas nonmigas unggulan lain yakni batu bara nilai ekspornya turun 21,74% menjadi US$13,82 miliar tahun ini dibandingkan dengan US$17,66 miliar pada Januari—Juli 2024.

    Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Edy Mahmud menuturkan nilai ekspor komoditas nonmigas unggulan RI paling tinggi masih bersumber dari besi-baja yang porsinya sebesar 10,57%.

    Adapun, produk CPO dan turunannya memiliki share sebesar 9,21% dan batu bara 9,02%.

    Edy menyatakan dari sisi volume, ekspor CPO dan turunannya pada periode Januari—Juli 2025 mencapai 13,64 juta ton.

    “Ada kenaikan sebesar 10,95% secara tahunan,” katanya dalam pernyataan resmi dikutip Sabtu (13/9/2025).

    Komoditas besi-baja juga tercatat naik 10,23% dengan volume mencapai 13,16 juta ton. Sementara itu, komoditas batu bara terkoreksi mendekati 7% dengan volume 214,71 juta ton.

    Edy menuturkan negara-negara utama tujuan ekspor komoditas nonmigas Indonesia paling tinggi ke China dengan market share 22,64% diikuti ke negara lain seperti Amerika Serikat (11,75%) dan India (7,14%).

    Adapun secara gabungan, negara di Asia Tenggara tercatat memiliki porsi 19,64%, kemudian Uni Eropa 7,3%, dan negara-negara lainnya 31,53%. (*)

  • 4 Fakta Terbaru Tanggul Beton di Cilincing yang Sempat Heboh

    4 Fakta Terbaru Tanggul Beton di Cilincing yang Sempat Heboh

    Jakarta

    Tanggul beton yang membentang di pesisir Cilincing sempat heboh karena dinilai dapat mengganggu akses nelayan. Tanggul beton ini sempat viral di media sosial.

    Unggahan video berdurasi 1 menit 9 detik beredar di media sosial menunjukkan tanggul beton yang berdiri memanjang di pesisir Cilincing.

    Berikut ini 4 fakta terbaru soal tanggul beton tersebut:

    1. Tanggul Bagian Pelabuhan Marunda

    Tanggul beton itu merupakan milik PT KCN yang menjadi bagian dari pembangunan Pelabuhan Marunda. Direktur Utama PT KCN Widodo Setiadi mengatakan Pelabuhan Marunda direncanakan akan dibangun menjadi tiga dermaga. Tanggul beton yang sedang ramai dibicarakan itu merupakan bagian dari pembangunan dermaga 3.

    Widodo menyebut dermaga 1 di Pelabuhan Marunda akan menjadi dermaga multiguna yang dapat melayani semua komoditas. Sementara, dermaga 2 akan berfokus pada pelayanan barang curah, seperti batu bara dan minyak sawit mentah. Dermaga 3 akan dilalui akses jalan tol milik PT Pelayaran Indonesia.

    “Kami memang awalnya diarahkan hanya boleh bongkar barang curah. Apa yang dimaksud barang curah, tentu ada batu bara, pasir. Lalu ada curah cair yaitu CPO dan barang-barang semua yang ada. Lalu dalam proses berjalannya waktu kami sudah boleh melakukan bongkar muat untuk segala jenis barang yaitu multipurpose,” kata Widodo dalam acara konferensi pers di Kawasan PT KCN di Marunda, Jakarta Utara, Jumat (12/9/2025).

    Ia menyebut proyek pelabuhan tersebut sudah dimulai sejak 2010 dan tidak ada perubahan dalam pola pembangunannya. Bahkan saat itu, Widodo memastikan tidak terjadi keributan seperti sekarang.

    “Sebetulnya proses pembangunan ini kan sudah dimulai 2010 dan polanya sama. Tidak ada yang ribut pada waktu itu, baru sekarang. Dan ini bukan proyek Roro Jonggrang yang katanya bisa bikin satu hari langsung jadi. Tapi ini memang melalui satu proses yang cukup lama,” imbuhnya.

    2. Proyek Digagas Pemerintah

    Proyek Pelabuhan Marunda digagas oleh pemerintah dengan menggandeng swasta melalui mekanisme konsesi. Widodo menerangkan proyek itu bukan didanai dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

    “Bahwa memang proyek ini digagas oleh pemerintah untuk menggandeng kolaborasi swasta di mana proyek ini adalah proyek non-APBN-APBD. Jadi pemerintah tidak keluar uang satu rupiah pun dalam proyek ini,” ujar Widodo.

    Proyek pembangunan Pelabuhan Marunda telah melalui proses tender. Tender ini dilakukan oleh PT Kawasan Berikat Nusantara yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian BUMN.

    PT Karya Teknik Utama, sebagai pemenang tender berkolaborasi dengan PT Kawasan Berikat Nusantara membentuk anak usaha bernama PT KCN.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempunyai saham sebesar 26% di PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) sehingga Pemprov mengetahui proses pembangunan proyek tersebut. Proyek pelabuhan tersebut merupakan proyek konsesi dengan pemerintah. Sebagai investor, Widodo menerangkan pihaknya hanya mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh regulator.

    “Saat ini KBN memiliki 17,5% saham goodwill (di KCN) tanpa keluar uang satu rupiah pun,” imbuhnya.

    3. Tujuan Tanggul Beton Dibangun

    Widodo memastikan tanggul beton tersebut bukan untuk membuat pulau-pulau baru atau bahkan perumahan, melainkan untuk menahan dan meredam hantaman ombak.

    “Kalau kita lihat itu breakwater bagian dari pembangunan pelabuhan. Kami dengan didampingi Kejagung dan juga perjanjian kami dengan Kemenhub tadi sudah disampaikan kami sudah menandatangani di konsesi bahwa ini menjadi milik negara dalam hal ini Kementerian Perhubungan,” terangnya.

    4. Kantongi Izin

    Proyek pembangunan pelabuhan itu juga telah mengantongi izin dari pemerintah, mulai dari izin lingkungan hingga izin pengelolaan ruang laut. Kendati proyek lama, Widodo menyebut proses pembangunannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    “Contoh, dengan adanya undang-undang yang dalam berkala berubah, kami juga menyesuaikan. Contoh, Amdal kami itu langsung dari kementerian, langsung di pemerintah pusat. Dan pada saat itu, sebelum sidang Amdal pun, proses amdal yang cukup lama, saya memproses Amdal itu hampir 2 tahun,” terang Widodo.

    Direktur Pengendalian Pemanfaatan Ruang Laut Fajar Kurniawan mengatakan KKP melalui Direktorat Jenderal Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) telah memverifikasi area pembangunan tanggul beton tersebut.

    Hasilnya, tanggul beton itu memang telah berada di area Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL) yang diajukan PT KCN.

    “Jadi, kami juga sudah melakukan verifikasi lapangan gitu ya dengan rekan kami dari PSDKP gitu ya di bulan Agustus untuk mengecek beberapa laporan masyarakat. Dan kita sudah cek bahwa tanggul itu memang berada di dalam PKKPRL gitu ya. Di dalam lokasi PKKPRL yang sudah diterbitkan gitu ya,” kata Fajar.

    (rea/hns)

  • PT KCN Ajak Pemprov DKI Bangun Kampung Nelayan usai Ada Pagar Beton Cilincing
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 September 2025

    PT KCN Ajak Pemprov DKI Bangun Kampung Nelayan usai Ada Pagar Beton Cilincing Megapolitan 12 September 2025

    PT KCN Ajak Pemprov DKI Bangun Kampung Nelayan usai Ada Pagar Beton Cilincing
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – PT Karya Cipta Nusantara (KCN) bakal mengajak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk membangun proyek Kampung Nelayan Kalibaru, Cilincing, Marunda (KCM).
    Direktur Utara PT KCN, Widodo Setiadi mengatakan, proyek kampung nelayan ini harus digagas secara bersama-sama dengan Pemprov DKI dan juga PT Pelabuhan Indonesia Persero (Pelindo).
    Sebab, selain pembangunan pagar beton, Pelindo juga tengah menggagas pembangunan tol laut di Pesisir Cilincing.
    Sementara area tangkap nelayan Pesisir Cilincing berada di tengah antara proyek pembangunan dermaga KCN dan proyek tol laut yang digagas Pelindo.
    “Saya sampaikan ini petanya, yang biru itu adalah jalan tol, ini yang harusnya nanti juga digagas dalam 20 bulan selesai. Jadi, selain ada proyek KCN tentu akan ada jalan tol. Ini sama-sama proyek strategis nasional, dan sama-sama tadi sudah dijelaskan sudah memiliki Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL),” ujar Widodo dalam konfersi pers, Jumat (12/9/2025).
    Oleh karena itu, Widodo mengusulkan agar Pemprov DKI mau sama-sama membangun proyek Kampung KCM agar area tangkap nelayan yang berada di tengah kedua proyek strategis nasional tersebut tetap terus berkembang.
    “Kami usulkan semacam kampung kita akan membuat semacam itu yang tadi proyeknya Pemprov gagas karya KCN, Kali Baru, Cilincing, Marunda,” ucap Widodo.
    Widodo menambahkan, dengan adanya proyek KCM, nelayan masih memiliki area tangkap seluas 180 hektare atau lima kali lebih luas dari kawasan Muara Angke.
    Nantinya di area tersebut pula akan dilakukan berbagai pengembangan. Mulai dari pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), budi daya ikan, dan lain sebagainya.
    Pengembangan di area itu dipastikan untuk membuat para nelayan bisa terus berpenghasilan tinggi.
    Usulan pembangunan Kampung KCM, sudah disampaikan PT KCN ke Pemprov Jakarta melalui surat tertulis.
    “Kami sudah bersurat kepada Pak Gubernur dan sudah mulai ditanggapi bahwa menjelang ulang tahun nanti ke 500 DKI, itu pas berbarengan harusnya dengan penyelesaian proyek KCN selesai tahun 2026 di pier tiga yang sekarang lagi dibangun, lalu proyek NPEA (tol laut) ini juga selesai,” ucap Widodo.
    Widodo juga memastikan, PT KCN terus bertanggungjawab untuk lingkungan dari pembangunan dermaga yang dilakukan.
    Salah satunya dengan melalukan penanaman mangrove di sepanjang area yang akan dibangun tol laut atau dekat dengan area tangkap nelayan.
    “Tanggung jawab dari corporate sosial respons dari KCN adalah kita akan menanam mangrove sepanjang pinggir jalan tol, dimana sebetulnya gagasan ini kami sudah mulai kalau kita lihat di perbatasan KCN sekarang ini sudah ada 1,5 kilo, ditambah nanti 2,5 total 4 kilo yang akan ditanam mangrove,” tutur Widodo.
    Diberitakan sebelumnya, Kompas.com sudah mengamati kemunculan pagar beton laut tersebut sejak bulan Mei 2025.
    Pagar beton laut yang terlihat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cilincing ketika itu masih dalam tahap pembangunan dan belum beroperasi sebagai tempat penampungan batu bara curah.
    Kini, panjang beton yang menjorok dari daratan ke tengah laut tersebut kurang lebih sudah mencapai tiga kilometer.
    Kemudian, sudah terdapat tiga pagar beton laut dengan panjang yang sama dan sudah beroperasi sebagai tempat penampungan batu bara curah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • PT KCN Janji Cari Solusi untuk Nelayan yang Terdampak Pagar Beton di Cilincing
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 September 2025

    PT KCN Janji Cari Solusi untuk Nelayan yang Terdampak Pagar Beton di Cilincing Megapolitan 12 September 2025

    PT KCN Janji Cari Solusi untuk Nelayan yang Terdampak Pagar Beton di Cilincing
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – PT Karya Citra Nusantara (KCN) berjanji akan berkolaborasi dengan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan, (KPKP) Jakarta, untuk mencari solusi bagi nelayan yang terdampak pembangunan pagar beton untuk dermaga di Pesisir Cilincing, Jakarta Utara.
    Direktur Utama PT KCN, Widodo Setiadi, mengatakan, sejauh ini pihaknya bersama Dinas KPKP DKI sedang mendata nelayan yang memang benar-benar terdampak pagar beton di laut Cilincing.
    “Kami sudah akan bekerjasama dengan Dinas KPKP, baik Sudin, untuk mendata dulu, karena takut nanti dalam tanda petik ini nelayan Jakarta atau bukan, atau Cilincing,” ucap Widodo dalam konfersi pers di PT KCN, Marunda, Jakarta Utara, Jumat (12/9/2025).
    Berdasarkan data sementara, ada sekitar 700 nelayan dan 1.100 perahu yang ada di Pesisir Cilincing.
    Namun, data tersebut masih akan dikonfirmasi terlebih dahulu agar diketahui jelas total nelayan yang memang benar-benar terdampak.
    Sebab, PT KCN ingin berbagai solusi yang ada nantinya benar-benar dirasakan oleh para nelayan yang terdampak.
    Namun, Widodo juga akan mendiskusikan lebih lanjut dengan Pemprov Jakarta terkait solusi terbaik untuk nelayan.
    “Kami akan mencari formula apa yang bisa membantu,” ucap Widodo.
    Namun, Widodo memastikan solusi yang akan diberikan akan membuat nelayan bisa terus berpenghasilan ke depannya.
    Diberitakan sebelumnya, Kompas.com sudah mengamati kemunculan pagar beton laut tersebut sejak bulan Mei 2025.
    Pagar beton laut yang terlihat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cilincing ketika itu masih dalam tahap pembangunan dan belum beroperasi sebagai tempat penampungan batu bara curah.
    Kini, panjang beton yang menjorok dari daratan ke tengah laut tersebut kurang lebih sudah mencapai tiga kilometer.
    Kemudian, sudah terdapat tiga pagar beton laut dengan panjang yang sama dan sudah beroperasi sebagai tempat penampungan batu bara curah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polda Maluku berhasil ungkap kasus minyak ilegal dan merkuri

    Polda Maluku berhasil ungkap kasus minyak ilegal dan merkuri

    ANTARA – Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara mengungkap kasus minyak dan gas bumi ilegal beserta mineral dan batu bara di Maluku, Jumat (12/9). Dari kasus tersebut, ditetapkan 2 orang tersangka yang ditahan di Mapolda Maluku. (Alfian Sanusi/Soni Namura/Nanien Yuniar)

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ada Pagar Beton, PT KCN Pastikan Nelayan Tetap Punya Akses untuk Cari Ikan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 September 2025

    Ada Pagar Beton, PT KCN Pastikan Nelayan Tetap Punya Akses untuk Cari Ikan Megapolitan 12 September 2025

    Ada Pagar Beton, PT KCN Pastikan Nelayan Tetap Punya Akses untuk Cari Ikan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – PT Karya Citra Nusantara (KCN) memastikan akses nelayan mencari ikan di Perairan Cilincing tak terganggu, meski sedang berlangsung pembangunan pagar beton untuk dermaga.
    Direktur Utara PT KCN, Widodo Setiadi mengatakan, pagar beton di laut Cilincing dibangun berjarak sekitar 2,5 kilometer dari lokasi area tangkap nelayan.
    Ke depannya, tiga dermaga yang akan dibangun akan memiliki panjang sekitar 4,7 kilo meter dan diperuntuhkan untuk melakukan aktivitas bongkar muat berbagai jenis barang.
    Widodo juga memastikan, jika ketiga dermaga tersebut telah rampung, maka nelayan masih memiliki area tangkap sekitar 180 hektare.
    “Nanti perairan untuk para nelayan sekitar 180 hektare,” ucap Widodo dalam konfersi pers di PT KCN, Jumat (12/9/2025).
    Nantinya, PT KCN juga akan bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta untuk mengembangkan
    fishing drone
    di perairain seluas 180 hektare tersebut.
    Luas perairan untuk para nelayan Cilincing disebut lima kali lebih besar dibandingkan di kawasan Muara Angke.
    “Ini luasnya hampir lima kali lipat dari Angke,” kata Widodo.
    Nantinya, di area tersebut akan dibangun Tempat Pelelangan Ikan (TPI), budi daya ikan, dan lainnya yang bisa membantu nelayan terus berpenghasilan tinggi.
    “Kami siap berkolaborasi bersama Pelindo dan Pemprov untuk mewujudkan segera,” ucap Widodo.
    Diberitakan sebelumnya, Kompas.com sudah mengamati kemunculan pagar beton laut tersebut sejak bulan Mei 2025.
    Pagar beton laut yang terlihat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cilincing ketika itu masih dalam tahap pembangunan dan belum beroperasi sebagai tempat penampungan batu bara curah.
    Kini, panjang beton yang menjorok dari daratan ke tengah laut tersebut kurang lebih sudah mencapai tiga kilometer.
    Kemudian, sudah terdapat tiga pagar beton laut dengan panjang yang sama dan sudah beroperasi sebagai tempat penampungan batu bara curah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penampakan Tiga Pagar Beton di Laut Cilincing
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 September 2025

    Penampakan Tiga Pagar Beton di Laut Cilincing Megapolitan 12 September 2025

    Penampakan Tiga Pagar Beton di Laut Cilincing
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kemunculan pagar beton di laut Cilincing, Jakarta Utara, menuai polemik belakangan ini.
    Banyak orang bertanya-tanya, siapa pemilik pagar beton tersebut dan diperuntuhkan untuk apa pembangunannya.
    Seiring berjalannya waktu, pemilik pagar beton tersebut terungkap, yakni PT Karya Cipta Nusantara (KCN).
    PT KCN sendiri sudah memberikan klarifikasi terkait pembangunan pagar beton itu.
    Direktur Utama PT KCN, Widodo Setiadi mengatakan, pembangunan tiga pagar beton itu untuk dermaga yang akan difungsikan sebagai tempat bongkar muat berbagai jenis barang, termasuk batu bara curah.
    “Apa yang dimaksud barang curah? Tentu ada batu bara, pasir, nanti kita bisa lihat. Lalu ada curah cair, yaitu CPO dan barang-barang semua yang ada,” ujar Widodo saat diwawancarai di Kawasan KCN, Marunda, Jakarta Utara, Jumat (12/11/2025).
    Pengamatan Kompas.com di lokasi, dari tiga dermaga yang dibangun, satunya sudah jadi secara keseluruhan.
    Dermaga tersebut memiliki panjang kurang lebih 600 meter dan sudah dioperasikan.
    Dermaga atau pier pertama ini diperuntuhkan sebagai tempat bongkar muat berbagai jenis barang seperti peti kemas, pipa berukuran besar, pasir, dan lain sebagainya.
    Sementara untuk dermaga atau pier kedua, pembangunannya belum rampung sepenuhnya atau baru mencapai 70 persen.
    Proses pembangunan pemasangan pondasi masih terus dilakukan di titik kedua ini. Sebab, pier kedua juga direncanakan akan memiliki panjang sekitar 600 meter.
    Meski pembangunannya belum rampung sepenuhnya, sebagian area dermaga ini sudah dioperasikan.
    Pier kedua ini, khusus diperuntuhkan untuk aktivitas bongkar muat barang curah seperti batu bara, minyak, dan lain sebagainya.
    Di dermaga ini juga terlihat kapal-kapal tongkang yang tengah bersandar untuk menurunkan batu bara.
    Di sisi lain, PT KCN juga membangun tembok setinggi empat meter di lokasi yang menjadi tempat penampungan batu bara curah.
    Hal itu dilakukan agar debu-debu batu bara curah tidak beterbangan kemana-mana termasuk ke pemukiman warga.
    Sementara dermaga ketiga masih dalam proses pembangunan hingga saat ini.
    Dermaga ketiga ini lah yang sempat viral dan divideokan oleh salah satu pengguna Instagram.
    Tiang-tiang pancang pun sudah mulai terlihat di area ini. Targetnya, pembangunan dermaga ketiga akan rampung pada 2026 mendatang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • PT KCN Ajak Pemprov DKI Bangun Kampung Nelayan usai Ada Pagar Beton Cilincing
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 September 2025

    KKP Sebut Pemberian Izin Pagar Beton di Laut Cilincing Libatkan Pemprov DKI Megapolitan 12 September 2025

    KKP Sebut Pemberian Izin Pagar Beton di Laut Cilincing Libatkan Pemprov DKI
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia memastikan penerbitan izin Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL) pagar beton di laut Cilincing, Jakarta Utara, sudah melibatkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta.
    “Sebenarnya dalam proses penerbitan KKPRL itu sendiri, ini juga kita melibatkan rekan-rekan Dinas Kelautan dan Perikanan DKI juga begitu ya,” ucap Direktur Pengendalian Penataan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Fajar Kurniawan, saat konfersi pers di PT Karya Cipta Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta Utara, Jumat (12/9/2025).
    Fajar mengatakan, sebelum diterbitkannya KKPRL pembangunan pagar beton tersebut, KKP sudah meminta masukan dari Dinas KPKP Jakarta.
    “Tentu kita juga minta masukan karena tadi dari aspek tata ruang. Nah, dari tata ruang karena berada di dalam perairan Provinsi DKI maka kita minta bagaimana masukan dari rekan-rekan dari DKI dan sudah disampaikan bahwa itu zonanya juga sesuai,” ungkap Fajar.
    Dianggap sudah memenuhi syarat, maka KKP pun memberikan izin untuk pembangunan pagar beton di Cilincing tersebut.
    Fajar memastikan, akan terus melakukan pengawasan ketat terhadap proses pembangunan itu.
    “Baik dari Ditjen Penataan Ruang dan juga Ditjen PSDKP itu akan terus mengawasi, ya mengawal pelaksanaan, izin-izin yang sudah diterbitkan. Apakah itu sudah sesuai dengan apa, proposal yang disampaikan di awal, kemudian izin yang diterbitkan,” ucap Fajar.
    Dengan pengawasan yang ketat, Fajar yakin, apabila ada penyelewengan dari pembangunan tersebut KKP bakal mengetahuinya dengan cepat.
    Namun, sejauh ini, Fajar memastikan proses pembangunan pagar beton untuk dermaga yang dilakukan PT KCN sudah sesuai aturan yang ada.
    Diberitakan sebelumnya, Kompas.com sudah mengamati kemunculan pagar beton laut tersebut sejak bulan Mei 2025.
    Pagar beton laut yang terlihat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cilincing ketika itu masih dalam tahap pembangunan dan belum beroperasi sebagai tempat penampungan batu bara curah.
    Kini, panjang beton yang menjorok dari daratan ke tengah laut tersebut kurang lebih sudah mencapai tiga kilometer.
    Kemudian, sudah terdapat tiga pagar beton laut dengan panjang yang sama dan sudah beroperasi sebagai tempat penampungan batu bara curah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Anggota DPR dorong transformasi batu bara bersih cegah “greenflation”

    Anggota DPR dorong transformasi batu bara bersih cegah “greenflation”

    “Kita tidak bisa memaksakan transisi hijau tanpa menghitung dampaknya. Transformasi bertahap dengan teknologi bersih akan menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi, harga yang stabil, dan komitmen lingkungan,”

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi XII DPR RI Cek Endra menegaskan pentingnya transformasi sektor batu bara menuju teknologi bersih sebagai langkah strategis untuk mencegah greenflation atau inflasi hijau akibat transisi energi yang terlalu cepat.

    Menurutnya, Indonesia harus menjalankan transisi energi secara bertahap dan realistis agar target penurunan emisi tercapai tanpa mengorbankan stabilitas harga energi dan pertumbuhan ekonomi nasional.

    “Kita tidak bisa memaksakan transisi hijau tanpa menghitung dampaknya. Transformasi bertahap dengan teknologi bersih akan menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi, harga yang stabil, dan komitmen lingkungan,” kata Cek Endra dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

    Ia menambahkan dinamika global seperti pelaksanaan Just Energy Transition Partnership (JETP) yang sempat mengalami hambatan menjadi pelajaran bahwa transisi energi memerlukan perencanaan matang, pendanaan berkelanjutan, dan inovasi teknologi yang sesuai dengan kondisi domestik.

    “Situasi JETP menunjukkan bahwa kita butuh strategi transisi energi yang realistis, tidak hanya bergantung pada komitmen internasional, tapi juga memanfaatkan potensi teknologi dalam negeri,” ujarnya.

    Cek Endra juga menyoroti data konsumsi batu bara dunia yang mencapai 8,79 miliar ton pada 2024, menandakan peran energi fosil masih penting dalam bauran energi global.

    Negara maju seperti Jerman dan AS bahkan kembali mengoperasikan PLTU, sementara Tiongkok dan India mengembangkan teknologi ultra-supercritical yang lebih efisien dan rendah emisi.

    “Indonesia perlu mengadopsi teknologi ultra-supercritical, co-firing biomassa, dan carbon capture and storage (CCS) untuk menekan emisi sekaligus menjaga ketahanan energi nasional,” kata Cek Endra.

    Ia menekankan bahwa roadmap transisi energi nasional harus memberi ruang bagi pengembangan teknologi bersih untuk membuka peluang investasi hijau, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok energi global.

    “Komisi XII DPR RI akan mendorong kebijakan transisi energi yang realistis agar target dekarbonisasi tercapai tanpa memicu greenflation maupun gangguan stabilitas ekonomi,” tuturnya.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • PTBA Tunda Akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu, Ini Alasannya

    PTBA Tunda Akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu, Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengungkapkan alasan penundaan akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pelabuhan Ratu. Pada intinya akuisisi tersebut masih terkendala masalah pendanaan.

    Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk Bukit Asam, Turino Yulianto menyatakan, rencana akuisisi PLTU di Pelabuhan Ratu ini masih di-hold terlebih dulu. Sebab, perusahaan dalam proses mencari pendanaan yang murah.

    “Ini program sebenarnya bagian dari program pemerintah, Energy Transition Mechanism (ETM). Insya Allah kita dengan kondisi ekonomi yang makin baik belakangan ini,” ungkap dia dalam Public Expose 2025, Kamis (11/9/2025).

    Dia melanjutkan, akuisisi tersebut akan kembali dieksekusi ketika sudah mendapatkan pembiayaan murah. Untuk itu, Bukit Asam meyakini bahwa pihaknya bisa melanjutkan program pemerintah dalam mendorong ETM melalui pengalihan PLTU tersebut.

    Diberitakan sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT PLN (Persero) telah menandatangani kesepakatan kerangka kerja atau Principal Framework Agreement untuk mengakhiri lebih awal (early retirement) PLTU Pelabuhan Ratu berkapasitas 3 x 350 Mega Watt (MW).

    Setelah penandatanganan Principal Framework Agreement ini, PTBA dan PLN melakukan proses due diligence (uji tuntas) untuk program pensiun dini PLTU tersebut.

    Keikutsertaan PTBA dalam rencana pensiun dini PLTU Pelabuhan Ratu ini didasari oleh beberapa pertimbangan strategis. PLTU Pelabuhan Ratu merupakan tulang punggung pasokan listrik di wilayah bagian selatan Pulau Jawa.

    Berdasarkan lokasi geografis, tata kelola PLTU Pelabuhan Ratu relatif lebih mudah diintegrasikan dengan sistem rantai pasok PTBA. Kebutuhan batu bara PLTU Pelabuhan Ratu tercatat sebanyak 4,5 juta ton per tahun atau 67,5 juta ton selama 15 tahun. Hal tersebut selaras dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) untuk pemanfaatan cadangan batu bara PTBA.

    Dengan didukung teknologi dan sistem pendukung terbaik, PLTU Pelabuhan Ratu dinilai mampu memberi jaminan keandalan optimal. PLTU ini pun memiliki kinerja yang efisien, sehingga berpotensi meningkatkan nilai tambah dari nilai keekonomian batu bara sebagai bahan baku. Lantas, terdapat potensi pendapatan dari penjualan listrik sebesar Rp 6 triliun per tahun melalui PLTU tersebut.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]